Kamis, 13 Februari 2014

9. KITAB DZIKIR DAN DOA.

KITAB DZIKIR DAN DOA.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala pujian bagi Allah yang melengkapi kasih sayangNya, yang meratai rahmatNya, yang memberi balasan kepada hambaNya dari ingatan (dzikir) mereka dengan ingatanNya. Maka berfirman Allah Ta’ala: “Maka ingatlah kepada Aku, supaya Aku ingat pula kepadamu”. S 2 Al Baqarah ayat 152. Dan digalakkanNya mereka meminta dan berdoa dengan amarNya, yaitu firmanNya: “Mendoalah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu”. S 40 Al Mukmin ayat 60. Maka diberiNya harapan kepada orang yang taat dan orang yang ma’siat, orang dekat dan yang jauh, menghamparkan diri ke hadirat keagunganNya, dengan mengangkatkan segala hajat dan cita-cita, dengan firmanNya: “Maka sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan permintaa orang yang meminta, apabila ia meminta (berdoa) kepadaKu”. S 2 Al Baqarah ayat 186.
Selawat kepada Muhammad penghulu nabi-nabiNya dan kepada keluarga dan sahabatnya –teman-temannya yang baik dan jujur. Dan sejahteralah kiranya dengan kesejahteraan yang banyak ! Kemudian dari itu, sesudah tilawah Kitabullah ‘Azza Wa Jalla, maka tiadalah ibadah yang dikerjakan dengan lisan yang lebih utama, daripada mengingati (berdzikir) kepada Allah Ta’ala dan mengangkatkan hajat dengan berbagai macam doa yang ikhlas kepada Allah Ta’ala. Dari itu, maka tak boleh tidak dari uraian keutamaan dzikir secara umum. Kemudian secara terperinci tentang bentuk dzikir dan uraian keutamaan doa, syarat-syarat dan adabnya. Dan menaqalkan doa-doa yang diterima dari Nabi dan para sahabat, yang mengumpulkan segala maksud agama dan dunia. Dan doa-doa tertentu untuk meminta ampunan, perlindungan dll. Dan terurailah maksud yang demikian dengan menyebutkan 5 bab:
Bab Pertama:  tentang keutamaan dzikir dan faedahnya, secara kesimpulan dan perincian.
Bab Kedua:     tentang keutamaan doa dan adabnya, keutamaan istighfar (meminta ampun pada Allah Ta’ala) dan berselawat kepada Rasulullah saw.
Bab Ketiga:     tentang doa-doa pilihan yang diterima dari para sahabat dan yang disandarkan kepada yang mempunyainya & sebab-sebab dari doa itu.
Bab Keempat: tentang doa-doa pilihan yang dibuang sandarannya (al-isnad), dari doa-doa yang diterima dari para sahabat.
Bab Kelima:    tentang doa-doa yang diterima dari para sahabat, ketika terjadi peristiwa-peristiwa tertentu.
BAB PERTAMA: tentang keutamaan dzikir dan faedahnya secara kesimpulan dan penguraian dari ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar-atsar.
Ditunjukkan kepada keutamaan dzikir secara kesimpulan, dari ayat-ayat, oleh firman Allah swt: “Maka ingatlah kepada Aku, supaya Aku ingat pula kepadamu!”. S 2 Al Baqarah ayat 152. Berkata Tsabit Al-Bannani ra: “Sesungguhnya aku tahu, manakala aku diingati oleh Tuhanku ‘Azza Wa Jalla (Allah Yang Maha Mulia & Maha Besar), maka susahlah mereka itu dari karenanya”. Lalu mereka bertanya: “Bagaimanakah kamu tahu yang demikian ?”. Menjawab Tsabit Al-Bannani: “Apabila aku ingat kepadaNya, niscaya Ia ingat kepadaku”. Berfirman Allah Ta’ala: “Ingatilah Allah sebanyak-banyaknya”. S 33 Al Ahzab ayat 41. Berfirman Allah Ta’ala: “Maka apabila kamu berangkat dari ‘Arafah, ingatlah Allah dekat Peringatan Suci (Al-Masy’aril-Haram) dan ingatlah Dia, sebagaimana kamu telah ditunjukiNya”. S 2 Al Baqarah ayat 198. Dan firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Setelah kamu selesai mengerjakan hajji, ingatlah Allah sebagai kamu mengingati bapakmu sendiri atau lebih dari itu”. S 2 Al Baqarah ayat 200. Dan firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang mengingati Allah, ketika berdiri dan duduk dan ketika berbaring”. S 3 Ali ‘Imran ayat 191. Dan firman Allah Ta’ala: “Apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan ketika berbaring”. S 4 An Nisaa’ ayat 103. Berkata Ibnu Abbas ra: “Artinya: Ingatilah Allah pada malam dan siang, didarat dan dilaut, dalam perjalanan dan di tempat tinggal, waktu kaya dan miskin, waktu sakit dan sehat, secara berbisik dan dengan terang-terangan”. Berfirman Allah Ta’ala tentang celaan terhadap orang-orang munafiq: “Mereka (orang-orang munafiq) tiada mengingati Allah, kecuali sedikit sekali”. S 4 An Nisaa’ ayat 142. Dan firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan ingatilah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara keras, diwaktu pagi dan petang. Dan janganlah engkau termasuk sebahagian dari orang-orang lalai”. S 7 Al A’raaf ayat 205. Firman Allah Ta’ala: “Dan sesungguhnya mengingati Allah itu amat besar manfaatnya”. S 29 Al Ankabuut ayat 45. Berkata Ibnu Abbas ra: “Mengingati Allah Ta’ala itu mempunyai dua segi:
1.      Bahwa Allah Ta’ala mengingati kamu adalah lebih besar daripada kamu mengingati Allah.
2.      Bahwa mengingati Allah itu adalah lebih besar dari segala ibadah yang lain.
Demikianlah tersebut pada ayat-ayat tadi dan pada ayat-ayat yang lain yang tidak diterangkan disini.
-        Adapun hadits, maka bersabda Rasulullah saw: “Orang yang berdzikir kepada Allah (mengingati Allah) diantara orang-orang yang lalai, adalah seperti pohon kayu hijau, ditengah-tengah pohon kayu yang kering”.
-        Dan sabda Nabi saw: “Orang yang berdzikir kepada Allah diantara orang-orang yang lalai, adalah seperti orang yang berperang, diantara orang-orang yang lari dari medan perang”.
-        Bersabda Nabi saw: “Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Sesungguhnya Aku bersama hambaKu, selama ia mengingati Aku dan bergerak dua bibirnya menyebutkan Aku”.
-        Bersabda Nabi saw: “tidak berbuatlah anak Adam (manusia) dari sesuatu perbuatan, yang lebih melepaskan dia dari azab Allah, dari berdzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla”. Lalu para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah ! tidakkah jihad fi sabilillah yang lebih melepaskan ?”. Menjawab Nabi saw: “Tidaklah jihad fi sabilillah, kecuali engkau pukul dengan pedangmu, sehingga putus, kemudian engkau pukul dengan pedangmu sehingga putus”.
-        Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa ingin bermain-main dalam kebun sorga, maka hendaklah membanyakkan dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla”. Ditanyakan Rasulullah saw: “Amalan manakah yang paling utama ?”. Maka menjawab Nabi saw: “Bahwa engkau meninggal dunia dan lidahmu basah dengan menyebut Allah ‘Azza Wa Jalla”.
-        Bersabda Nabi saw: “Berpagi dan bersorelah dan lidahmu itu basah dengan menyebutkan Allah (berdzikir kepada Allah), dimana engkau berpagi dan bersore itu dan tak ada padamu kesalahan”.
-        Bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya berdzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla pada pagi dan sore, adalah lebih utama daripada menghancurkan pedang pada sabilillah dan daripada memberikan harta yang banyak terus-menerus”.
-        Bersabda Nabi saw: “Berfirman Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi: “Apabila diingati Aku oleh hambaKu pada dirinya, niscaya Aku mengingati dia pada diriKu. Apabila ia menyebutkan aku dalam kumpulan orang banyak, niscaya Aku menyebutkan dia dalam kumpulah yang lebih baik dari kumpulannya. Apabila ia mendekati Aku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya sehasta. Dan apabila ia mendekati Aku sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa. Dan apabila ia berjalan kepadaKu, maka Aku berlari kepadanya”. Yang dimaksudkan dengan “berlari” itu, ialah “bersegera memperkenankan”.
-        Bersabda Nabi saw: “7 orang dinaungi oleh Allah ‘Azza Wa Jalla pada naunganNya, di hari yang tak ada naungan, selain dari naungan Allah. Dalam jumlah yang 7 itu, ialah orang yang berdzikir kepada Allah pada tempat yang sepi. Lalu berlinanglah air matanya dari ketakutan kepada Allah”.
-        Berkata Abud-Darda’: “Bersabda Rasulullah saw: “Adakah tidak aku beritahukan kepadamu akan amalanmu yang baik dan lebih suci pada Tuhanmu, yang terlebih tinggi pada derajatmu dan yang terlebih baik bagi kamu, daripada memberikan perak dan emas dan yang terlebih baik bagi kamu daripada menjumpai musuhmu, lalu kamu pukul lehernya dan dipukulnya leher kamu ?”. Para sahabat itu menjawab: “Yang manakah itu, wahai Rasulullah ?”. Nabi saw Menjawab: “Berkekalan mengingati (berdzikir) akan Allah ‘Azza Wa Jalla”.
-        Bersabda Nabi saw: “Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Barangsiapa menghabiskan waktunya berdzikir kepadaKu, tanpa meminta kepadaKU, niscaya Aku berikan kepadanya, yang lebih utama, daripada apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta”.
Adapun dari atsar: maka berkata Al-Fudlail: “Sampai kepada kami riwayat, bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: “Wahai hambaKu ! berdzikirlah kepadaKu sesudah shubuh sejam, sesudah ‘Ashar sejam, niscaya Aku cukupkan kepadamu apa yang diperlukan diantara kedua waktu tadi !”. Berkata setengah ulama: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: “Barang manapun hamba yang Aku melihat kepada hatinya, maka Aku melihat, kebanyakan daripadanya berpegang teguh dengan mengingati Aku, dimana Aku memegang kendali siasatnya dan adalah Aku yang duduk, yang bercakap-cakap dan yang mengawaninya”. Berkata Al-Hasan: “Dzikir itu 2: berdzikir akan Allah ‘Azza Wa Jalla antara diri engkau dan Allah ‘Azza Wa Jalla. Alangkah bagusnya dan alangkah besar pahalanya. Dan yang lebih utama dari itu, ialah mengingati Allah swt pada apa yang diharamkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla”. Diriwayatkan: “Bahwa tiap-tiap nyawa yang keluar dari dunia itu haus, selain orang yang berdzikir akan Allah ‘Azza Wa Jalla”. Berkata Mu’az bin Jabal ra: “Tiadalah sesuatu yang membawa kepada penyesalan bagi ahli sorga, selain dari saat-saat yang lalu pada mereka, dimana mereka tiada berdzikir akan Allah swt padanya”. Wallahu Ta’ala a’lam ! Allah yang Maha Tinggi, yang Maha Tahu .
KEUTAMAAN  MAJLIS  DZIKIR.
- Bersabda Rasulullah saw: “Tidaklah duduk suatu kaum pada suatu majlis (tempat duduk), dimana mereka berdzikir akan Allah ‘Azza Wa Jalla, melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi oleh rahmat dan disebutkan mereka oleh Allah Ta’ala dalam golongan orang yang di hadiratNya”.
- Bersabda Nabi saw: “Tidaklah suatu kaum yang berkumpul berdzikir akan Allah Ta’ala, yang tidak bermaksud dengan yang demikian itu, selain wajahNya, melainkan diserukan mereka oleh penyeru dari langit: “Bangunlah, dimana kamu telah diampunkan ! sesungguhnya segala keburukan kamu telah digantikan dengan kebaikan kamu”.
- Bersabda pula Nabi saw: “Tidak duduklah suatu kaum pada suatu tempat duduk, dimana mereka tiada berdzikir (menyebut nama/mengingati) akan Allah swt padanya dan tiada berselawat akan Nabi saw, melainkan adalah yang demikian itu menjadi suatu penyesalan kepadanya pada hari kiamat”.
- Bersabda Nabi Daud as: “Wahai Tuhanku ! apabila Engkau melihat aku melewati majlis orang berdzikir, ke majlis orang-orang lalai, maka pecahkanlah kakiku, supaya tidak sampai kepada mereka. Karena itu adalah suatu ni’mat yang Engkau anugerahkan kepadaku”.
- Bersabda Nabi saw: “Suatu majlis yang baik akan menutupkan (dosa) dari orang mu’min pada 2 juta majlis yang jahat”.
- Berkata Abu Hurairah ra: “Bahwa penduduk langit memperhatikan rumah-rumah penduduk bumi, yang disebutkan padanya nama Allah Ta’ala, sebagaimana diperhatikan bintang-bintang di langit”.
- Berkata Sufyan bin ‘Uyaynah ra: “Apabila berkumpullah suatu kaum yang berdzikir akan Allah Ta’ala, niscaya berpisahlah setan dan dunia. Lalu berkata setan kepada dunia: “Tidakkah kamu melihat apa yang diperbuat mereka ?”. Lalu menjawab dunia: “Tinggakanlah mereka ! karena apablia mereka bercerai-berai nanti, niscaya aku pegang leher mereka dan aku bawa kepadamu”.
- Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, bahwa ia masuk ke pasar, seraya mengatakan: “Aku lihat kamu disini, sedang pusaka dari Rasulullah saw dibagi-bagikan dalam masjid”. Maka pergilah manusia ke masjid dan meninggalkan pasar. Lalu mereka tiada melihat pusaka itu. Maka mereka bertanya: “Wahai Abu Hurairah! kami tak ada melihat pusaka yang dibagi-bagikan dalam masjid”. Menjawab Abu Hurairah: “Apakah yang kamu lihat disitu ?”. Mereka menjawab: “Yang kami lihat, ialah suatu kaum berdzikir akan Allah ‘Azza Wa Jalla & membaca Alquran”. Maka menyambung Abu Hurairah: “Itulah pusaka Rasulullah saw”.
- Diriwayatkan Al-A’masy dari Abi Shalih dan Abi Shalih meriwayatkan dari Abi Hurairah dan Abi Sa’id Al-Khudri, dari Nabi saw, bahwa Nabi saw bersabda: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla mempunyai malaikat-malaikat yang meninjau bumi, lebih-lebih tentang penulisan-penulisan amalan manusia. Apabila mereka mendapati suatu kaum yang berdzikir akan Allah ‘Azza Wa Jalla, niscaya mereka panggil-memanggil sesama mereka: pergilah kepada tujuanmu !”. Lalu merekapun datang mengelilingi orang yang berdzikir itu sampai ke langit”.
Maka berfirman Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi: “Barang apakah yang sewaktu kamu tinggalkan hambaKu, yang dikerjakan mereka ?”.
Menjawab para malaikat: “Kami tinggalkan mereka memuji Engkau, mengagungkan Engkau dan mengucapkan tasbih kepada Engkau”.
Maka berfirman Allah yang Maha Suci dan yang Maha Tinggi: “Adakah mereka melihat Aku !”.
Menjawab para malaikat: “Tidak !”.
Maka berfirman Allah yang Maha Agung: “Bagaimanakah, kalau mereka melihat Aku ?”.
Menjawab para malaikat: “Jikalau mereka melihat Engkau, niscaya bertambah-tambahlah pentasbihan, pemujian dan pengagungan mereka”.
Berfirman Allah Ta’ala kepada para malaikat: “Dari apakah mereka berlindung ?”.
Menjawab para malaikat: “Dari neraka !”.
Maka berfirman Allah Ta’ala: “Adakah mereka melihat neraka itu ?”.
Menjawab para malaikat: “Tidak !”.
Maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Bagaimanakah kalau mereka melihatnya ?”.
Menjawab para malaikat: “Jikalau mereka melihat neraka itu, niscaya sangatlah mereka lari daripadanya dan menjauhkan diri”.
Maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Apakah yang mereka cari ?”.
Menjawab para malaikat: “Sorga !”.
Maka berfirman Allah Ta’ala: “Adakah mereka melihat sorga ?”.
Menjawab para malaikat: “Tidak !”.
Maka berfirman Allah Ta’ala: “Bagaimanakah kalau mereka melihatnya ?”.
Menjawab para malaikat: “Kalau mereka melihat sorga itu, maka sesungguhnya sangatlah ingin mereka kepadanya”.
Maka berfirman Allah yang Maha Agung: “Sesungguhnya, Aku mengaku padamu, bahwa telah Kuampunkan dosa mereka !”. 
Menjawab para malaikat: “Dalam golongan mereka itu, ada si Anu, yang tiada berkehendak kepada mereka. Ia datang, hanya karena ada suatu keperluan”.
Maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Mereka itu adalah kaum, yang tidak merugi orang yang duduk bersama mereka”.
KEUTAMAAN TAHLIL.
Bersabda Nabi saw: “Yang lebih utama dari apa yang aku bacakan dan yang dibacakan oleh para nabi sebelumku, ialah: “Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah”. Artinya: “Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya”. Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca: “Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa hua ‘alaa kulli syai-in qadiir”, artinya: “Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan bagiNya pujian dan Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”, pada tiap-tiap hari 100 kali, niscaya adalah baginya menyamai dengan memerdekakan 10 orang budak. Dan diituliskan baginya 100 kebaikan, dihapuskan daripadanya 100 kejahatan dan memeliharakannya dari setan pada hari itu sampai sore. Dan seorangpun tiada mengerjakan amalan, yang lebih utama daripada apa yang dikerjakannya itu, kecuali seseorang yang berbuat amalan lebih banyak dari itu”. Bersabda Nabi saw: “Tiadalah seorang hamba yang berwudlu’, lalu membaguskan wadlu’nya, kemudian mengangkatkan matanya ke langit, lalu membaca: “Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wahdahuu laa syariika lah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warasuluh”, artinya: “Aku mengaku bahwa tiada Tuhan yang disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya. Dan aku mengaku, bahwa Muhammad itu hambaNya dan RasulNya” –melainkan dibukakan baginya segala pintu sorga, ia masuk darimana ia suka”. Bersabda Nabi saw: “Tidaklah atas orang-orang yang selalu membaca “Laa ilaaha illallaah, ketakutan didalam kubur dan pada kebangkitan. Seolah-olah aku melihat mereka ketika ditiup sangkakala, menggerak-gerakkan kepalanya dari tanah, seraya mengucapkan: “Segala pujian bagi Allah yang telah menghilangkan dari kami kegundahan. Sesungguhnya Tuhan kami itu, Maha Pengampun dan maha bersyukur”.
Bersabda pula Nabi saw kepada Abu Hurairah: “Wahai Abu Hurairah ! sesungguhnya tiap-tiap kebajikan yang engkau kerjakan, akan ditimbang pada hari qiamat, kecuali pengakuan: “Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah (Laa ilaaha illallaah), maka ini tidak diletakkan dalam neraca. Karena kalau diletakkan dalam sebelah daun neraca orang yang mengucapkannya dengan sebenarnya dan diletakkan langit dan bumi yang 7 lapis dan barang yang didalamnya, dalam sebuah lagi dari daun neraca itu, niscaya adalah “Laa ilaaha illallaah” lebih berat dari itu”.
Bersabda Nabi saw: “Jikalau datanglah orang yang membacakan “Laa ilaaha illallaah” dengan sebenar-benarnya, dengan dosa yang memenuhi bumi, niscaya diampunkan oleh Allah baginya yang demikian itu”. Bersabda Nabi saw: “Wahai Abi Hurairah ! talkinkan orang yang mati dengan syahadat (pengakuan) bahwa: Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah (Laa ilaaha illallaah)”, karena syahadat itu menghancurkan segala dosa”. Lalu aku (Abu Hurairah) bertanya: “Ini untuk orang yang mati, maka bagaimana pula untuk orang yang hidup ?”. Menjawab Nabi saw: “Lebih-lebih lagi menghancurkan !”.
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa mengucapkan “Laa ilaaha illallaah” dengan ikhlas, niscaya masuk sorga”. Bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya semua kamu akan masuk sorga, selain orang yang enggan dan lari dari Allah ‘Azza Wa Jalla, sebagai larinya unta dari pemiliknya”. Maka ditanyakan kepada Nabi saw: “Wahai Rasulullah ! siapakah yang enggan dan yang lari dari Allah itu ?”. Menjawab Nabi saw: “Orang yang tidak mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah”. Dari itu, maka perbanyakkanlah membacakan “Laa ilaaha illallaah” sebelum lagi terdinding antara kamu dan Laa ilaaha illallaah”. Karena, itu adalah kalimah keesaan, yaitu: kalimah iklas, kalimah taqwa, kalimah thayyibah (perkataan yg baik), da’wah kebenaran (da’wah al-haq), tali yang kokoh kuat dan harga sorga”.
Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Balasan perbuatan baik (al-ihsan), tiada lain dari yang baik juga (al-ihsan)”. Maka ada yang mengatakan: al-ihsan didunia, ialah membaca “Laa ilaaha illallaah” dan di akhirat, ialah sorga. Begitu pula firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang berbuat kebaikan mendapat (pahala) yang baik dan tambahannya”. S 10 Yunus ayat 26. Diriwayatkan oleh Al-Barra’ bin ‘Azib, bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membaca “Laa ilaaha illallaah wahdahu laa-syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa hua ‘alaa kulli syai-in qadiir”, adalah itu menyamai dengan memerdekakan seorang budak”.
Diriwayatkan oleh ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya. Bapaknya meriwayatkan dari neneknya, dimana neneknya itu berkata: “Bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membaca sehari 200 kali “Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah lahul-mulku wa lahul-hamdu wa hua ‘alaa kulli syai-in qadiir”. Niscaya tidak didahulukan dia oleh seseorang sebelumnya & tidak akan didapati dia oleh seseorang kemudiannya, selain orang yang berbuat lebih utama dari amal perbuatannya itu
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca disalah satu kedai Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu yuhyii wa yumiitu wa hua ‘alaa kulli syai-in qadiir” Artinya (Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi Allah, Allah yang mempunyai kerajaan didunia dan diakhirat Allah yang mempunyai semua puji-pujian didunia dan diakhirat dan Allah yang menghidupkan dan mematikan dan Allah yang menentukan segala sesuatu), niscaya dituliskan oleh Allah untuknya sejuta kebajikan dan dihapuskan daripadanya sejuta kejahatan dan dibangun untuknya sebuah rumah didalam sorga”. Diriwayatkan: “Bahwa hamba apabila membaca: “Laa ilaaha illallaah”, lalu datanglah kalimah ini ke daftar suratan amalannya (shahifah). Kalimah itu tidak melalui pada sesuatu kesalahan, melainkan dihapuskannya, sehingga diperolehnya kebajikan seperti itu. Lalu duduklah kalimah tadi disampingnya”. Pada hadits-Shahih, dari Abi Ayyub, dari Nabi saw, bahwa Nabi saw, bersabda: “Barangsiapa membaca “Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa hua ‘alaa kulli syai-in qadiir” 10 kali, niscaya adalah dia seperti orang yang memerdekakan 4 jiwa dari putera Ismail as”.
Dalam Hadits-Shahih juga, dari ‘Ubbadah bin Ash-Shamit, dari Nabi saw bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa bangun pada malam hari, lalu membaca: Laa ilaaha illallaahu wahdahu la syariikalah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa hua alaa kulli syai-in qadiir. Subhaana-llaah wal-hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, wa laa haula wa la quwwata illaabillaahil-‘aliyyil’adhiim”. Kemudian, membaca “Allaahummaghfirlii”, niscaya diampunkan dosanya. Atau ia mendoa, niscaya diterima doanya. Dan kalau ia mengambil wudhu’, lalu mengerjakan shalat, niscaya diterima shalatnya”.
KEUTAMAAN TASBIH, TAHMID DAN DZIKIR-DZIKIR LAIN.
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca tasbih (Subhaanallah) sesudah tiap-tiap shalat, 33X, membaca tahmid (Alhamdulillah) 33X, membaca takbir (Allahu akbar) 33X dan menyudahkan untuk genap 100, dengan “Laa ilaaha illallaahu wahdahu la syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir”, niscaya diampunkan segala dosanya, meskipun dosa itu seperti buih di laut”.
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca:: “Subhaanallaahi wa bihamdih artinya Maha Suci Allah dengan memuji kepadaNya” sehari 100X, niscaya dihapuskan kesalahannya, walaupun seperti ombak lautan”. Dan diriwayatkan: bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw seraya bertanya: “Berpaling daripadaku dunia dan sedikitlah harta dalam tanganku”. Maka bersabda Rasulullah saw:  “Maka dimanakah engkau dari selawat malaikat dan tasbih segala makhluk dan dengan itu, mereka dianugerahkan rezeki ?”. Menyambung lelaki itu: “Apakah itu, wahai Rasulullah ?”. Menyambung Nabi saw: “Bacakanlah “Subhaanallaah wa bihamdih, Subhaanallaahil-adhiim artinya Maha Suci Allah yang Maha Agung dengan Memuji kepadaNya. Astaghfirulaah artinya aku minta ampun kepada Alah” 100X diantara terbit fajar sampai engkau mengerjakan shalat Shubuh, niscaya datanglah kepadamu dunia, dengan terpaksa dan merendahkan diri. Dan dijadikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla dari tiap-tiap kalimah itu, seorang malaikat, yang mengucapkan tasbih kepada Allah Ta’ala, sampai kepada hari kiamat, dimana pahalanya untukmu”.
Bersabda Nabi saw: “Apabila hamba  Allah membaca “Alhamdulillah” (segala puji bagi allah), niscaya memenuhilah diantara langit dan bumi. Apabila membaca “Alhamdulillah” kali yang kedua, niscaya memenuhilah diantara langit ke-7 sampai kepada lapisan bumi yang dibawah. Dan apabila membaca “Alhamdulillah” kali yang ketiga, maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Mintalah, supaya Aku berikan !”.
Berkata Rifa’ah Az-Zargi: “Pada suatu hari kami bershalat di belakang Rasulullah saw. Maka tatkala Nabi saw mengangkat kepalanya dari ruku’ dan membaca “Sami’allahu liman hamidah”, lalu seorang laki-laki dibelakang Rasulullah saw membaca “Rabbanaa lakal-hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiih”. Maka sewaktu Rasulullah saw meninggalkan shalatnya (memberi salam), lalu bertanya: “Siapakah yang berbicara tadi ?”. Maka menjawab yang berbicara itu: “Saya, wahai Rasulullah !”. Lalu menyambung Nabi saw: “Aku telah melihat lebih 30 malaikat, bersegera menuliskan kalimah itu, yang manakah diantara mereka yang pertama-tama menuliskannya”. Bersabda Nabi saw: “Amalan-amalan baik yang masih tinggal (Albaaqiy-yaatush-shalihaat), yaitu: Laa ilaaha illallaah (tdk ada Tuhan kecuali allah), Subhaanallah (maha suci Allah), Alhamdulillaah (segala puji bagi Allah), Allaahu akbar (Allah maha besar) dan laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah (tdk ada daya dan kekuatan ku kecuali dengan pertolongan Allah)”.
Bersabda Nabi saw: “Tidak adalah seorang lelaki di bumi yang membaca “Laa ilaaha illallaah wallaahu akbar. Subhaanallaah wal-hamdu lillaahi wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah”, niscaya diampunkan segala dosanya, walaupun seperti buih lautan”, diriwayatkan Hadits ini oleh Ibnu Umar. Diriwayatkan oleh An-Nu’man bin Basyir, dari Nabi saw dimana Nabi saw bersabda: “Mereka yang berdzikir dari keagungan Allah, tasbih, takbir dan tahmidNya itu, berkumandanglah suara seperti suara lebah bagi kalimah-kalimah itu di keliling ‘Arasy, yang menyebutkan orang-orang yang mengucapkan kalimah-kalimah itu: “Tidakkah suka seseorang kamu bahwa senantiasalah pada sisi Allah apa yang didzikirkan itu ?”.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda: “Adalah lebih menyukakan aku, untuk membacakan: “Subhaanallaah wal-hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar”, daripada apa yang terbitlah matahari kepadanya”. Pada riwayat lain, ditambahkan oleh Nabi saw: “Laahaula walaa quwwata illaa billaah”, seraya bersabda: “Itu, adalah lebih baik dari dunia dan isinya”.
Bersabda Nabi saw: “Perkataan yang lebih dikasihi Allah Ta’ala adalah 4: Subhaanallah, Alhamdulillaah, Laa ilaaha illallaah dan Allaahu akbar. Tiada memberi melarat kepadamu, dengan manapun engkau mulai”, diriwayatkan oleh Samrah bin Jundub. Diriwayatkan oleh Abu Malik Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Bersuci adalah setengah iman, Alhamdulillah memenuhi timbangan (al-mizan), Subhaanallah dan Allaahu akbar memenuhi diantara langit dan bumi. Shalat itu nur, sedekah itu dalil (bukti), sabar itu cahaya, Alquran itu keterangan bagimu atau atasmu. Tiap-tiap manusia itu berjalan pagi-pagi. Maka yang menjual dirinya, adalah yang membinasakan dirinya. Atau yang membeli dirinya, maka adalah ia yang memerdekakan dirinya”.
Berkata Abu Hurairah: “Bersabda Rasulullah saw: “Dua kalimah adalah ringan pada lidah, berat pada timbangan dan kecintaan Tuhan yang Maha Pengasih, Yaitu: Subhaanallahi wa bihamdih, Subhaanallahil-adhiim”. Berkata Abu Dzar ra: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw: “Perkataan manakah yang lebih disukai oleh Allah ‘Azza Wa Jalla ?”. Maka menjawab Nabi saw: “Yaitu: Yang dipilih oleh Allah swt bagi malaikatNya: Subhaanallahi wa bihamdih, Subhaanallahil-adhiim”. Berkata Abu Hurairah: “Bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih dari perkataan, ialah kalimah: “Subhaanallah, Alhamdulillaah, Laa ilaaha illallaah dan Allaahu akbar”. Apabila hamba mengucapkan “Subhaanallah”, niscaya dituliskan baginya 20 kebajikan dan dihapuskan daripadanya 20 kejahatan. Apabila ia mengucapkan “Allaahu akbar”, maka seperti itu pula. Lalu diterangkan oleh Abu Hurairah, sampai kepada kalimah yang penghabisan.
Berkata Jabir: “Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca “Subhaanallah wa bihamdih” niscaya ditanamkan untuknya sebatang kurma didalam sorga”. Dari Abu Dzar, dimana ia mengatakan: “Berkata orang-orang miskin kepada Rasulullah saw: “Telah pergi oranng-orang kaya dengan memperoleh pahala, dimana mereka mengerjakan shalat seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami puasa dan mereka bersedekah dengan keutamaan harta mereka”. Maka bersabda Nabi saw: “Apakah tidak dijadikan oleh Allah bagimu, apa yang dapat kamu sedekahkan ? sesungguhnya bagimu dengan tiap-tiap tasbih itu sedekah, dengan tahmid dan tahlil itu sedekah, dengan takbir itu sedekah, dengan amar ma’ruf itu sedekah dan dengan nahi munkar itu sedekah. Diberikan oleh seorang kamu sesuap makanan kepada keluarganya, itupun sedekah baginya. Dan pada persetubuhan seorang kamu, itupun sedekah”. Lalu mereka bertanya: “Wahai Rasulullah ! seseorang dari kami melaksanakan syahwatnya, adalah baginya pahala ?”. Menjawab Nabi saw: “Apakah tidak kamu tahu, kalau diletakkannya syahwatnya itu pada yang haram, bukankah padanya dosa ?”. Maka menjawab orang-orang miskin itu: “Ya, benar !”. Lalu Nabi saw menyambung: “Begitupula kalau diletakkannya pada yang halal, adalah padanya pahala baginya”.
Berkata Abu Dzar ra: “Aku berkata kepada Rasulullah saw: “Telah mendahului orang-orang yang berharta dengan pahala. Mereka mengucapkan seperti yang kami ucapkan, mereka berbelanja dan kami tidak berbelanja”. Maka menjawab Nabi saw: “Apakah tidak aku tunjukkan kepadamu, suatu amalan, apabila engkau amalkan, niscaya engkau dapati orang yang sebelum engkau dan engkau atasi orang yang sesudah engkau, kecuali orang yang mengucapkan seperti ucapan engkau. Yaitu: Bertasbihlah akan Allah sesudah tiap-tiap shalat, 33X, bertahmidlah 33X dan bertakbirlah 34X”. Diriwayatkan oleh Busrah, dari Nabi saw, bahwa Nabi saw bersabda: “Haruslah kamu bertasbih, bertahlil dan mengquduskan Allah. Maka janganlah kamu lalai dan ikatkanlah dengan jari-jarimu, karena kalimah-kalimah itu berbicara”. Ya’ni: menjadi saksi untuk orang yang mengucapkannya pada hari kiamat. Berkata Ibnu Umar: “Aku melihat Rasulullah saw mengikatkan pembacaan tasbih” (senantiasa membacakannya, tiada lepas-lepasnya).
Bersabda Nabi saw menurut yang disaksikan oleh Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudri: “Apabila seorang hamba membaca: “Laa ilaaha illallaah dan Alllahu akbar”, maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Benarlah hambaKu ! tiadalah yang disembah selain Aku dan Akulah yang Maha Besar”. Dan apabila seorang hamba membaca: “Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah”, maka berfirman Allah Ta’ala: “Benarlah hambaKu, tiada yang disembah selain Aku, sendirian Aku, tiada sekutu bagiKu”. Dan apabila seseorang hamba membaca “Laa ilaaha illallaah wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah”, lalu berfirman Allah swt: “Benarlah hambaKu tiada daya dan upaya, selain dengan Aku”. Barangsiapa mengucapkannya semuanya itu ketika akan meninggalkan dunia, niscaya tidak disentuhi dia oleh api neraka”.
Diriwayatkan oleh Mash’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, yang menerima dari Nabi saw, bahwa Nabi saw bersabda: “Adakah lemah seorang kamu berusaha tiap-tiap hari 1000 kebaikan ?”. Lalu orang menanyakan: “Bagaimanakah itu, wahai Rasulullah ?”. Maka menjawab Nabi saw: “Ia bertasbih akan Allah 100 kali tasbih (Subhanallah/Maha Suci Allah), maka dituliskan baginya 1000 kebaikan dan dihapuskan daripadanya 1000 kejahatan”.
Bersabda Nabi saw: “Hai Abdullah bin Qais (Hai Abu Musa) ! apakah tidak aku tunjukkan kepadamu suatu gudang dari gudang sorga ?”. Menjawab Abdullah bin Qais: “Belum !”. Menyambung Nabi saw: “Bacakanlah: “Laa haula wa laa quwwata illaa billaah (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)”. Pada riwayat yang lain: Tidakkah aku ajarkan engkau kalimah dari gudang di bawah ‘Arasy , yaitu: “Laa haula wa laa quwwata illaa billaah”.
Berkata Abu Hurairah: “Bersabda Nabi saw: “Apakah tidak aku tunjukkan kamu, suatu amalan dari gudang sorga di bawah ‘Arasy, yaitu: perkataan: “Laa haula wa laa quwwata illaa billaah ?”. Berfirman Allah Ta’ala: “Telah menyerah hambaKu dan ia memperoleh keselamatan”.
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca ketika pagi-pagi: “Aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaKu, Alquran imamku dan Muhammad saw Nabi dan Rasul”, niscaya berhaklah dia memperoleh kerelaan Allah pada hari kiamat”. Dan pada suatu riwayat: “Barangsiapa membaca yang demikian, niscaya dia direlai Allah”.
Berkata Mujahid: “Apabila keluarlah seseorang dari rumahnya, lalu membaca: “Bismillah (dengan menyebut nama Allah), maka berkata malaikat: “Engkau telah memperoleh petunjuk ! apabila ia membaca: “Tawakkaltu ‘alallaah” (aku bertawakkal kepada Allah)  maka berkata malaikat: “Cukulah bagi engkau”. Dan apabila ia membaca: “Laa haula wa laa quwwata illaa billaah”, maka berkata malaikat: “Engkau telah menjaga diri !”. Maka bercerai-berailah setan daripadanya, seraya mereka mengatakan: “Tak usahlah kamu bermaksud pada orang yang telah memperoleh petunjuk, telah merasa cukup dan telah menjaga diri. Tak adalah jalan bagimu kepadanya !”. Kalau anda mengatakan: “Mengapakah kiranya berdzikirr akan Allah swt serta begitu ringan pada lisan dan sedikit sekali memerlukan tenaga, menjadi begitu utama dan lebih bermanfaat dari sejumlah ibadah yang lain, yang disertai dengan banyak kesulitan padanya?”. Maka aku menjawab, bahwa ketahuilah kiranya, bahwa penyelidikan tentang ini tidaklah layak, selain dengan ilmu-diminta untuk mengetahuinya saja. Dan batas yang diperbolehkan menerangkannya pada ilmu mu’amalah (yang diminta mengetahuinya hendaklah diamalkan), ialah bahwa yang membawa bekas yang bermanfaat, yaitu: dzikir yang terus menerus, disertai kehadiran hati.
 Adapun dzikir dengan lisan dan hati itu lalai, adalah sedikit faedahnya. Dalam beberapa hadits terdapat pula, yang menunjukkan kepada yang demikian. Kehadiran hati pada sekejap waktu dengan dzikir dan lengah dari mengingati Allah ‘Azza Wa Jalla serta sibuk pula dengan dunia, adalah sedikit faedahnya. Tetapi kehadiran hati serta mengingat Allah Ta’ala terus-menerus atau pada kebanyakan waktu, adalah yang diutamakan pada ibadah. Bahkan, dengan itu menjadi mulia ibadah-ibadah yang lain. Dan itulah tujuan dari hasil ibadah yang dikerjakan (ibadah amaliyah). Dzikir itu mempunyai awal dan akhir. Awalnya, mewajibkan jinak hati dan cinta. Akhirnya, mewajibkan jinak hati dan cinta. Dan timbullah daripadanya –dan itulah yang dicari –jinak hati dan cinta.
Seorang murid pada permulaan pekerjaannya, kadang-kadang ia secara berat sekali membelokkan hati dan lisannya dari waswas, kepada dzikir mengingati Allah ‘Azza Wa Jalla. Kalau ia memperoleh taufik, untuk terus-menerus, niscaya jinaklah hatinya dan tertanamlah dalam qalbunya kecintaan kepada yang didzikirkan itu: yaitu Allah Ta’ala. Dan tidak wajarlah ini untuk diherankan. Karena menurut biasa yang terlihat, engkau sebutkan seseorang yang jauh, yang tak hadir dihadapan seseorang, engkau ulang-ulangi menyebutkan hal keadaannya pada orang itu. Maka cintalah dia akan orang yang jauh itu dan kadang-kadang ia asyik dengan sifat dan banyak menyebutkannya. Kemudian, apabila ia asyik dengan banyak menyebutkan yang dirasakan berat pada mulanya, niscaya jadilah pada akhirnya dirasakan perlu kepada banyak menyebutkan itu, dimana ia tidak dapat bersabar daripadanya. Karena orang yang mencintai sesuatu, niscaya banyak ia menyebutkannya. Dan orang yang membanyakkan menyebut sesuatu, meskipun dengan perasaan berat, niscaya ia mencintainya. Maka seperti itulah, permulaan berdzikir itu terasa berat, sampai kepada menghasilkan kejinakan hati dengan “yang didzikirkan” dan kekasih-sayangan kepadaNya. Kemudian, tidak sabar lagi pada akhirnya, lalu yang positif itu menjadi positif dan buah itu menjadi berbuah. Dan inilah arti perkataan sebahagian mereka: “Aku menghadapi kesulitan dengan Alquran selama 20 tahun. Kemudian aku merasa ni’mat dengan Alquran, selama 20 tahun. Dan keni’matan itu tidak datang, selain dari kejinakan hati dan kecintaan. Dan kejinakan hati sayangan itu, tidak timbul, selain daripada terus-menerus menghadapi kesulitan dan keberatan pada masa yang panjang, sehingga keberatan itu menjadi biasa.
Maka bagaimanakah dipandang ini jauh dari kebenaran, sedang manusia itu pada mulanya merasa berat memperoleh makanan yang akan mengenyangkannya. Merasa kesulitan memakannya. Dan membiasakan diri padanya, lalu kemudian menjadi bersesuaian dengan tabiatnya. Sehingga ia tidak sabar lagi daripadanya.
“jiwa itu membiasakan memikul apa yang dirasa berat,
sehingga apa yang dibiasakannya, menjadi terbiasa”.
Artinya: apa yang dirasanya berat pada mula-mula, menjadi tabiat pada kesudahannya. Kemudian, apabila telah diperoleh kejinakan hati dengan berdzikir kepada Allah swt, niscaya terputuslah hatinya dari yang lain dari dzikir kepada Allah. Dan selain Allah ‘Azza Wa Jalla, itulah yang akan berpisah dengan dia ketika mati. Maka tiada kekal bersama dia didalam kubur, keluarga, harta, anak dan kekuasaan. Dan tiada yang kekal, selain daripada dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Kalau ia sudah merasa berat hatinya jinak dengan dzikir, niscaya bersenang-senanglah dan merasa enaklah ia dengan dzikir itu, dengan habisnya segala penghalang yang membelokkannya dari berdzikir. Karena segala keperluan yang penting dalam hidup duniawi, menghalanginya dari berdzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan sesudah mati, penghalang itu tidak ada lagi. Seakan-akan ia telah memperoleh kesempatan yang penuh antaranya dan kecintaannya. Maka amat besarlah kegembiraan nya dan terlepas dia dari penjara, dimana ia terlarang didalamnya menghubungi dengan apa yang menjinakkan hatinya. Karena itulah, bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya roh suci diilhamkan kedalam hatiku, maka cintailah apa yang engkau cinta, karena engkau akan bercerai dengan dia”. Yang dimaksudkan, yaitu: tiap-tiap apa yang berhubungan dengan dunia. Sesungguhnya itu akan fana/hilang baginya dengan mati. Seluruh manusia diatas dunia itu fana dan kekallah wajah Tuhanmu, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan. Sesungguhnya dunia itu fana dengan mati, bagi seseorang, sehingga dunia itu fana bagi dirinya sendiri ketika sampai ajalnya.
Kejinakan hati dengan dzikir, diperoleh kelezatan oleh hamba sesudah matinya, sehingga ia memperoleh tempat disamping Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan ia menaiki dari dzikir kepada perjumpaan dengan Allah (al-liqa’). Yang demikian itu, sesudah dikumpulkan apa yang didalam kubur dan diperoleh apa yang didalam dada. Dan tidak diingkarinya akan kekalnya dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla bersama dia sesudah mati. Kalau diingkarinya, maka dikatakannya: “Dia sudah ditiadakan, maka bagaimanakah masih kekal bersamanya dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla ?”. Sesungguhnya dia tidak ditiadakan dengan ketiadaan yang mencegah dzikir, tetapi ketiadaan dari dunia, dari alam zhahir dan alam yang dapat dipersaksikan (‘alamul-mulki wasy-syahadah). Tidak dari alam al-malakut (alam yang tidak dapat dipersaksikan dengan mata kepala).
Dan ditunjukkan kepada apa yang kami sebutkan itu dengan sabda Nabi saw: “Kubur itu adakalanya sebuah lobang dari lobang-lobang neraka atau sebuah taman dari taman-taman sorga”. Dan dengan sabda Nabi saw: “Roh orang-orang syahid itu dalam perut burung-burung hijau”. Dan dengan sabda Nabi saw kepada orang-orang kafir musyrik yang terbunuh pada perang Badr: “Hai Anu ! hai Anu !” –oleh Nabi saw disebutkan namanya –“Adakah kamu peroleh dengan sebenarnya, apa yang dijanjikan oleh tuhanmu ? adapun aku sesungguhnya telah memperoleh dengan sebenarnya, apa yang dijanjikan oleh Tuhanku”. Maka Umar ra mendengar ucapan Nabi saw tadi, lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ! bagaimanakah mereka itu mendengar dan betapakah mereka itu menjawab, padahal mereka itu telah menjadi bangkai ?”. Maka menjawab Nabi saw: “Demi Allah, yang jiwaku didalam tanganNya: “Tidaklah kamu lebih mendengar akan perkataanku bila dibandingkan dengan mereka. Hanya mereka itu tidak sanggup menjawabnya”. Dan hadits didalam sahihnya ini, adalah sabdanya saw itu terhadap orang-orang kafir musyrik.
Adapun orang-orang mu’min dan orang-orang syahid, maka bersabda Nabi saw: “Roh mereka, adalah dalam perut burung-burung hijau yang bergantungan dibawah ‘Arasy”. Keadaan tersebut dan apa yang ditunjukkan dengan kata-kata tadi kepadanya, tidaklah meniadakan (menafikan) akan dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Berfirman Allah Ta’ala: “Janganlah kamu menyangka orang-orang yang terbunuh dijalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup mendapat rezeki pada sisi Tuhannya. Mereka itu gembira dengan kurnia yang diberikan Allah kepada mereka dan mereka merasa girang terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka......sampai akhir ayat”. S 3 Ali ‘Imran ayat 169 dan 170.
Dan karena kemuliaan dzikrullah ‘Azza Wa Jalla (mengingat Yang Maha Mulia dan Maha Besar), maka besarlah derajat kesyahidan, karena yang dicari, ialah kesudahan. Dan yang dimaksudkan dengan kesudahan, ialah meninggalkan dunia dan datang kepada Allah. Dan hati itu karam dengan kecintaan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dan putus segala hubungan dengan yang lain. Kalau hamba itu sanggup menjadikan cita-citanya karam dengan kecintaan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, maka ia tidak sanggup mati diatas keadaan yang demikian, selain dalam barisan perang. Dia memutuskan harapan dari nyawanya, keluarganya, hartanya dan anaknya, bahkan dari dunia seluruhnya. Dia bermaksud syahid untuk hidupnya dan dia memandang enteng pada hatinya akan hidupnya itu untuk mencintai Allah ‘Azza Wa Jalla dan mencari kerelaanNya. Maka tidaklah menjuruskan diri kepada Allah, yang lebih agung dari itu. Dan karena itulah, agungnya urusan kesyahidan. Dan datang padanya kelebihan-kelebihan yang tidak terhingga banyaknya.
Diantaranya, ialah tatkala syahid Abdullah bin ‘Amr Al-Anshari pada hari perang Uhud. Maka bersabda Nabi saw kepada Jabir: “Tidakkah aku menyatakan kegembiraan kepadamu wahai Jabir?”. Menjawab Jabir: “Ada! diberikan engkau oleh Allah kiranya kegembiraan dengan kebajikan !”. Menyambung Nabi saw: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla telah menghidupkan ayahmu. Didudukannya dihadapanNya dan tak ada antaranya dan Allah itu tabir”.
Berfirman Allah Ta’ala: “Bercita-citalah kepadaKu, wahai hambaKu akan apa yang engkau kehendaki, niscaya akan Aku berikan kepadamu !”. Maka berkata orang syahid itu: “Wahai Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, sehingga aku terbunuh sekali lagi pada jalanMu dan NabiMu !”. Maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Telah dahululah hukumKu, bahwa mereka (orang-orang yang telah mati), tidak akan kembali lagi ke dunia”. Kemudian, terbunuh itu adalah sebab bagi kesudahan (sababul-khatimah) pada keadaan yang seperti ini. Karena kalau dia tidak terbunuh dan ia masih tinggal beberapa waktu, mungkin kembali kerinduan dunia kepadanya. Dan melebihi daripada apa yang menguasai pada hatinya dari dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Karena inilah, maka sangatlah ketakutan ahli ma’rifat (ahlul-ma’rifah) akan kesudahan (al-khatimah) itu.
Sesungguhnya hati, walaupun ia membiasakan berdzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, tetapi ia berbalik-balik. Tidak terlepas dari penyelewengan kepada kerinduan dunia. Dan senantiasa pada kelemahan yang meliputinya. Apabila tergambar pada akhir keadaan, pada hatinya urusan dunia dan mempengaruhi kepadanya, lalu ia berangkat dari dunia dalam keadaan yang begini, maka mungkinlah pengaruh dunia mempengaruhi kepadanya. Lalu rindulah ia sesudah mati dan bercita-cita kembali ke dunia. Yang demikian itu adalah karena sedikit ia memperoleh bahagian di akhirat. Karena manusia itu mati diatas apa yang ia hidup dahulunya. Dan dibangkitkan diatas apa yang ia meninggal. Maka keadaan yang lebih menyelamatkan dari bahaya tersebut, ialah: kesudahan dengan syahid, apabila tidak ada maksud dari orang syahid itu untuk memperoleh harta atau supaya ia dikatakan: orang berani atau lain dari itu, sebagaimana tersebut pada hadits. Tetapi maksudnya adalah mencintai Allah ‘Azza Wa Jalla serta meninggikan KalimahNya. Hal inilah yang dikatakan: “Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan sorga untuk mereka”. S 9 At Taubah ayat 111. Orang yang seperti ini, ialah orang yang menjual dunia dengan akhirat.
Dan perihal orang syahid itu, sesuai dengan maksud ucapan kita: “Laa ilaaha illallaah”, karena tak ada maksudnya selain dari Allah ‘Azza Wa Jalla. Tiap-tiap maksud adalah disembah dan tiap-tiap yang disembah adalah Tuhan. Dan orang yang syahid itu mengucapkan dengan lidah keadaannya (lisanul-hal/kata-kata keadaannya) akan “Laa ilaaha illallaah”, karena tak ada maksudnya, selain Allah. Dan barangsiapa mengucapkan yang demikian dengan lisannya dan tidak disokong oleh perihalnya, maka urusannya adalah pada kehendak Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan tidaklah ia aman dari bahaya. Dan karena itulah, diutamakan oleh Rasulullah saw akan ucapan: “Laa ilaaha illallaah” dari dzikir-dzikir yang lain. Nabi saw menyebutkan yang demikian secara mutlak pada tempat-tempat menggemarkan beribadah (tempat-tempat at-targhib). Kemudian, menyebutkan pada sebahagian tempat, akan kebenaran dan keikhlasan.
Sekali Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membaca “Laa ilaaha illallaah” dengan ikhlas (mukhlis)”. Pengertian “ikhlas” ialah: perihalnya membantu akan apa yang diucapkan. Maka bermohonlah kita kepada Allah Ta’ala, kiranya menjadikan kita pada masa kesudahan (al-khatimah), termasuk orang yang mencintai “Laa ilaaha illallah” pada keadaan, ucapan, zhahir dan batin. Sehingga kita meninggalkan dunia, tidak menoleh kepadanya, tetapi merasa bosan dengan dunia dan ingin sekali menjumpai Allah. Sesungguhnya barangsiapa ingin menjumpai Allah Ta’ala, niscaya Allah pun, ingin bertemu dengan dia. Dan barangsiapa tidak suka berjumpa dengan Allah, niscaya Allah tidak suka bertemu dengan dia. Maka inilah tanda-tanda petunjuk kepada pengertian-pengertian dzikir yang tidak mungkin ditambahkan lagi dalam “Ilmu Mu’amalah (yang diminta mengetahuinya hendaklah diamalkan)”.
BAB KEDUA:
mengenai adab doa, kelebihannya & kelebihan sebahagian doa yang diterima dari para sahabat, keutamaan al-istighfar & selawat kepada Nabi saw.
KEUTAMAAN DOA
Berfirman Allah Ta’ala: “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepada engkau tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan doa (permintaan) orang yang meminta, apabila ia meminta kepadaKu. Sebab itu, perkenankanlah seruanKu !”. S 2 Al Baqarah ayat 186. Berfirman Allah Ta’ala: “Bermohonlah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara jiwa). Sesungguhnya Tuhan itu tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas”. S 7 Al A’raaf ayat 55. Berfirman Allah Ta’ala: “Dan Tuhan kamu berfirman: “Mendoalah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu ! sesungguhnya orang yang menyombongkan dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka jahannam dengan kehinaan”. S 40 Al Mukmin ayat 60.
Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Katakan ! serulah Allah atau serulah Rahman. Mana saja (nama Allah) yang kamu seru. Dia mempunyai nama-nama yang baik”. S 17 Al Israa’ ayat 110
 Diriwayatkan oleh An-Nu’man bin Basyir, dari Nabi saw bahwa Nabi saw membaca: “Mendoalah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu”......sampai akhir ayat. Bersabda Nabi saw “Doa itu otak ibadah”. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia pada Allah ‘Azza Wa Jalla, selain daripada doa”. Bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya hamba itu, tidak disalahkannya dari doa oleh salah satu dari 3: adakalanya dosa yang diampunkan, adakalanya disegerakan dan adakalanya kebajikan yang disimpan baginya”.
Berkata Abu Dzar ra: “Mencukupilah dari doa bersama kebajikan, apa yang mencukupkan makanan dari garam”. Bersabda Nabi saw: “Mintalah pada Allah Ta’ala dari karuniaNya ! maka sesungguhnya Allah Ta’ala menyukai diminta. Dan yang terutama dari ibadah, ialah menantikan kelapangan”.
ADAB  DOA: adalah 10:
Pertama: memilih waktu mulia untuk berdoa, seperti hari ‘Arafah dari tahunan, bulan Ramadlan dari bulanan, hari Jum’at dari mingguan, waktu sahur dari saat-saat malaman. Berfirman Allah Ta’ala: “Dan diwaktu sahur (ujung malam), mereka berdoa memohonkan ampun”. S 51 Adz Dzaariyaat ayat 18. Bersabda Nabi saw: “Allah Ta’ala turun pada tiap-tiap malam ke langit dunia ketika tinggal 1/3 malam yang penghabisan. Maka berfirman Allah Ta’ala: “Barangsiapa meminta (berdoa) padaKu, maka akan Aku terima doanya itu. Barangsiapa meminta padaKu, maka akan Aku berikan. Dan barangsiapa meminta ampun padaKu, maka Aku ampunkan dosanya”. Ada orang mengatakan, bahwa Nabi Ya’qub as sesungguhnya bersabda: “Akan aku meminta ampun pada Tuhanku bagimu”, untuk ia berdoa pada waktu sahur. Maka orang mengatakan, bahwa ia bangun pada waktu sahur mendoa dan anak-anaknya mengaminkan di belakangnya. Maka diwahyukan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla kepadanya: “Sesungguhnya telah Kuampunkan dosa mereka dan Kujadikan mereka menjadi nabi”.
Kedua:  mengambil segala hal-keadaan yang mulia. Berkata Abu Hurairah ra: “Sesungguhnya pintu-pintu langit itu terbuka ketika bergerak segala barisan pada jalan Allah Ta’ala (sabilillah), ketika turun hujan dan ketika didirikan shalat-shalat fardlu. Dari itu, ambillah kesempatan mendoa padanya !”. Berkata Mujahid: “Sesungguhnya shalat itu ditentukan pada saat-saat yang baik. Maka haruslah kamu mendoa di belakang shalat-shalat itu !”. Bersabda Nabi saw: “Doa diantara adzan dan iqamah, tidak akan ditolak”. Bersabda pula Nabi saw: “Orang yang berpuasa, tidak akan ditolak doanya”. Pada hakikat/maknanya, waktu mulia itu kembali pula kepada hal-keadaan mulia. Karena waktu sahur adalah waktu kebersihan hati, keikhlasan dan kosongnya dari segala gangguan. Hari ‘Arafah dan hari Jum’at adalah waktu berkumpul segala cita-cita dan hati tolong-menolong dengan memperoleh hujan rahmat dari Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka inilah salah satu sebab kemuliaan waktu, selain dari rahasia-rahasia yang ada padanya, yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Dan keadaan sujud juga lebih wajar untuk dikabulkan doa. Berkata Abu Hurairah ra: “Bersabda Nabi saw: “Hamba yang paling dekat dengan Tuhannya, ialah orang yang sujud. Dari itu, perbanyakkanlah doa pada sujud!”. Diriwayatkan Ibnu Abbas ra dari Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya dilarang aku membaca Alquran sedang ruku’ atau sujud. Adapun ruku’, maka agungkanlah Tuhan yang Maha Tinggi padanya. Adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah dengan doa padanya, karena doa itu layaklah diterima bagimu”.
Ketiga: mendoa itu dengan menghadap kiblat dan mengangkatkan kedua tangan, dimana kelihatan putih kedua ketiaknya. Diriwayatkan Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah saw: “Datang ke tempat wuquf di ‘Arafah dan menghadap kiblat serta senantiasa ia mendoa, sehingga terbenamlah matahari”. Berkata Salman: “Bersabda Rasulullah saw: “Bahwa Tuhanmu hidup, lagi Maha Pemurah. Ia malu kepada hambaNya apabila mereka mengangkatkan tangan kepadaNya, bahwa ditolaknya dengan tangan kosong”. Diriwayatkan Anas, bahwa Nabi saw: “Mengangkatkan kedua tangannya, sehingga kelihatan putih kedua ketiaknya, pada doa dan ia tidak mengisyaratkan dengan jarinya”. Diriwayatkan Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw lalu pada orang yang sedang berdoa dan mengisyaratkan dengan kedua jari telunjuknya. Lalu bersabdalah Nabi saw: “Esa-Esa !”. Artinya: dicukupkan dengan satu telunjuk saja. Berkata Abud-Darda ra: “Angkatlah segala tangan itu, sebelum dirantai dengan rantai !”. Kemudian, seyogyalah disapukan muka dengan kedua tangan pada akhir doa. Berkata Umar ra: “Adalah Rasulullah saw apabila memanjangkan kedua tangannya pada doa, tidak menarikkannya sebelum menyapukan mukanya dengan kedua tangan itu”. Berkata Ibnu Abbas: “Adalah Nabi saw apabila mendoa, merapatkan kedua tapak tangannya dan membuat perut kedua tapak tangan itu mengiringi mukanya”. Itulah keadaan tangan dan tidak mengangkatkan mata ke langit. Bersabda Nabi saw: “Hendaklah dicegah orang-orang banyak itu daripada mengangkatkan matanya ke langit ketika mendoa atau hendaklah mata itu dipincingkan !”.
Keempat: merendahkan suara, antara merendahkan benar dan mengeraskan. Karena diriwayatkan, bahwa Abu Musa Al-Asy’ari berkata: “Kami datang bersama Rasulullah saw. Tatkala kami telah dekat dengan Madinah, lalu beliau bertakbir dan manusia ramaipun bertakbir dan mengeraskan suaranya. Lalu Nabi saw bersabda: “Wahai manusia ! sesungguhnya yang engkau serukan itu, tidaklah tuli dan jauh. Sesungguhnya yang engkau serukan (engkau mendoa padaNya) adalah diantara kamu dan leher kendaraan kamu”. Berkata ‘Aisyah tentang firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Janganlah engkau keraskan suara dengan shalatmu dan jangan (pula) diam saja”. Ya’ni: dengan doamu. Dan telah dipujikan Allah ‘Azza Wa Jalla akan NabiNya Zakaria as, dimana Ia berfirman: “Ketika ia berseru kepada Tuhannya, dengan suara yang lembut (berbisik)”. S 19 Maryam ayat 3. Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara jiwa)”. S 7 Al A’raaf ayat 55.
Kelima: tidak memaksakan diri dengan susunan yang bersajak pada doa. Karena keadaan orang yang mendoa itu, sewajarnyalah dengan keadaan merendahkan diri. Dan memberatkan diri dengan yang tersebut tadi, tidaklah bersesuaian. Bersabda Nabi saw: “Akan ada suatu golongan, yang melewati batas pada doa”. Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara jiwa); sesungguhnya Tuhan itu tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas”. S 7 Al A’raaf ayat 55. Ada yang mengatakan: “maksudnya ialah memberatkan diri dengan bersajak. Yang lebih utama, ialah tidak melampaui doa-doa yang datang dari Nabi saw, sahabat dan tabi’in (doa yang ma’tsur). Kadang-kadang orang yang mendoa itu melewati batas pada doanya. Lalu meminta apa yang tidak dikehendaki oleh kemuslihatannya. Dari itu, maka tidak seorangpun yang dapat menyusun doanya dengan baik. Karena itulah, diriwayatkan dari Mu’az ra, bahwa ulama itu diperlukan dalam sorga, karena dikatakan kepada penduduk sorga: “Bercita-citalah ! “Maka mereka tidak tahu, bagaimana bercita-cita itu, sebelum mereka mempelajari dari para ulama.
Bersabda Nabi saw: “Awaslah bersajak pada doa ! memadailah seorang kamu mengatakan dalam doanya: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku meminta padaMu sorga dan yang mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Aku berlindung dengan Engkau dari neraka dan yang mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan”. Dalam suatu hadits, tersebut: “Akan datang suatu kaum yang melampaui batas pada doa dan bersuci”. Setengah salaf, lalu pada seorang tukang pangkas, yang berdoa dengan bersajak, maka ditegurnya: “Adakah engkau begitu bersusah-payah menyusun kata kepada Allah ? sesungguhnya aku mengaku sudah melihat seorang kekasih bangsa ‘Ajam (bukan Arab), mendoa dan tidak melebihkan ucapannya dari: “Wahai Allah Tuhanku! jadikanlah kami orang yang baik ! wahai Allah Tuhanku ! janganlah Engkau siarkan keburukan kami pada hari kiamat ! wahai Allah Tuhanku ! berilah kepada kami taufik bagi kebajikan !” Dan manusia ramai mendoa dari tiap-tiap sudut di belakangnya dan dia dikenal dengan keberkatan doanya”.
Berkata setengah mereka: “Berdoalah dengan lidah kehinaan dan kejahatan, tidak dengan lidah kefasihan & kelancaran berkata-kata !”
Dan dikatakan, bahwa para ulama dan segolongan orang-orang shalih (Al-abdal), tidak melebihkan pada doanya diatas 7 perkataan atau kurang lagi. Dan dibuktikan untuk itu dengan penghabisan surat “Al Baqarah”. Karena Allah Ta’ala tidak menerangkan dari hal doa-doa hambaNya pada suatu tempatpun yang lebih banyak dari itu. Ketahuilah, bahwa yang dimaksud dengan “sajak”, ialah: memberatkan doa dengan penyusunan kata-kata, yang mana, demikian itu tidak bersesuaian dengan kerendahan dan kehinaan diri. Kecuali, pada doa-doa yang diterima dari Rasulullah saw itu, kalimat-kalimat yang berseimbangan (berwazan). Tetapi tidaklah secara memberatkan, seperti bacaan (doa) Nabi saw: “Aku meminta padaMu keamanan pada hari yang dijanjikan azab, balasan dari dosa (jaumal-wa’iid), aku meminta sorga pada hari kekekalan, bersama orang-orang yang didekatkan, lagi yang menyaksikan, orang-orang yang ruku’ dan sujud, orang-orang yang menepati dengan janji-janji yang dijanjikan. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih, lagi Penyayang. Dan sesungguhnya Engkau berbuat apa yang Engkau kehendaki !”. Dan contoh-contoh yang lain seperti itu. Maka hendaklah dibatasi kepada doa-doa yang diterima dari Nabi saw, sahabat dan tabi’in. Atau bermohon dengan lidah kerendahan dan ketundukan hati, tanpa bersajak dan memberatkan (takalluf). Maka merendahkan diri itu, adalah dikasihi oleh Allah ‘Azza Wa Jalla.
Keenam: merendahkan diri dan khusyu’ serta gemar dan takut (kepada Allah Ta’ala). Berfirman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya mereka telah berlomba-lomba dalam usaha-usaha kebaikan dan mereka mendoa kepada kami dengan pengharapan dan perasaan takut”. S 21 Al Anbiyaa’ ayat 90. Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara jiwa)”. S 7 Al A’raaf ayat 55. Bersabda Nabi saw: “Apabila dikasihi oleh Allah seseorang hamba, niscaya dicobanya, sehingga terdengar ia merendahkan diri (at-tadlarru’)”.
Ketujuh: menetapkan hati dengan mendoa dan meyakini akan diterima serta membenarkan harapan pada doa itu. Bersabda Nabi saw: “Janganlah diucapkan oleh seseorang kamu apabila mendoa: “Wahai Allah Tuhanku ! ampunilah dosaku, kalau Engkau kehendaki ! wahai Allah Tuhanku ! kasihanilah aku, kalau Engkau kehendaki !”, untuk menetapkan hati (men-azamkan) permintaan itu. Karena sesungguhnya tak ada yang memaksakan Allah Ta’ala”. Bersabda Nabi saw: “Apabila berdoa seseorang kamu, maka hendaklah ia membesarkan keinginan, karena tiada akan menyamai keagunganNya oleh sesuatu”. Bersabda Nabi saw: “Mendoalah kepada Allah dan kamu meyakini akan diterima ! dan ketahuilah, bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla tiada akan menerima doa dari hati yang lalai”. Berkata Sufyan bin ‘Uyainah: “Tidaklah  dilarang seseorang kamu dari doa, apa yang diketahuinya dari dirinya. Maka sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla menerima doa makhluk yang terjahat, yaitu Iblis yang telah dikutuki Allah, karena Iblis itu berkata: “Wahai Tuhanku! beri tangguhlah aku sampai kepada hari mereka dibangkitkan”.Tuhan berfirman:“Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh”. S 15 Al Hijr ayat 36-37
Kedelapan: bersungguh-sungguh pada mendoa dan mengulang-ulanginya 3 kali. Berkata Ibnu Mas’ud: “Adalah Nabi saw apabila mendoa, ia mendoa 3 kali dan apabila meminta, ia meminta 3 kali”. Dan seyogyalah ia tidak merasa lambat diterima doanya itu, karena sabda Nabi saw: “Akan diterima doa seseorang kamu, selama tidak minta disegerakan, dimana ia mengatakan: “Aku telah mendoa, maka doaku tidak diterima”. Apabila engkau mendoa, maka mintalah banyak-banyak pada Allah, karena sesungguhnnya engkau mendoa pada Allah yang Maha Pemurah”. Berkata sebahagian mereka: “Sesungguhnya aku meminta pada Allah ‘Azza Wa Jalla suatu keperluan, sejak 20 tahun yang lampau dan tidak dikabulkanNya doaku itu, sedang aku mengharap akan dikabulkan. Dan aku meminta pada Allah Ta’ala kiranya dianugerahiNya aku taufiq untuk meninggalkan apa yang tidak penting bagiku”. Bersabda Nabi saw: “Apabila meminta seseorang kamu pada Tuhannya sesuatu permintaan, maka dimintanya pengabulan. Dari itu, hendaklah dibacakan: ”Segala pujian bagi Allah, dimana dengan ni’matNya, sempurnalah segala yang baik”. Barangsiapa terlambat sesuatu dari permintaan itu kepadanya, maka hendaklah dibacakan: “Segala pujian bagi Allah diatas segala hal keadaan”.
Kesembilan: doa itu dimulai dengan menyebutkan (berdzikir) akan Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka janganlah dimulainya dengan meminta. Berkata Salmah bin Al-Akwa’: “Belum pernah aku mendengar Rasulullah saw memulai doanya, selain dimulainya dengan membacakan: (Subhaana ra’bbia’l-aliyyil-a’la’l-wahhaab) “Maha Suci Tuhanku yang Tertinggi, Maha Tinggi, yang Maha Pemberi”. Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani ra: “Barangsiapa bermaksud meminta pada Allah sesuatu keperluan, maka hendaklah dimulainya dengan selawat kepada Nabi saw. Kemudian dimintanya akan keperluannya itu. Kemudian disudahinya dengan selawat kepada Nabi saw. Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla menerima akan dua selawat itu dan Dia Maha Pemurah daripada meninggalkan (tidak menerima) akan doa, diantara kedua selawat tadi”. Diriwayatkan pada suatu hadits dari Rasulullah saw, bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila kamu meminta pada Allah ‘Azza Wa Jalla suatu keperluan, maka hendaklah kamu mulai dengan selawat kepadaku. Sesungguhnyalah Allah ‘Azza Wa Jalla Maha Pemurah, daripada dimintakan padaNya dua keperluan lalu diterimaNya yang satu dan ditolaknya yang lain”. Diriwayatkan hadits tersebut oleh Abu Thalib Al-Makki.
Kesepuluh: adab batin. Itulah yang pokok pada diterima doa, yaitu: taubat, mengembalikan segala hak orang yang teraniaya dan menghadapkan jiwa raga kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dengan seluruh kemauan hati. Maka itulah sebab yang mendekatkan kepada diterima doa. Diriwayatkan dari Ka’b Al-Ahbar, bahwa ia mengatakan: “Telah mendapat malapetaka manusia dengan kemarau yang hebat pada masa Musa as. Lalu keluarlah Musa as bersama Bani Israil, meminta hujan pada Allah Ta’ala. Mereka tidak diturunkan hujan. Sehingga Musa as keluar 3 kali dan tidak juga diturunkan hujan. Maka diwahyukan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla kepada Musa as:  “Aku tidak menerima doamu dan doa orang-orang bersamamu, karena pada kamu ada orang yang suka menceritakan kekurangan orang (lalat merah)”. Maka bermohon Musa as: “Wahai Tuhanku ! siapakah dia itu, supaya kami keluarkan dia dari kami ?”. Maka diwahyukan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla kepada Musa as:  “Hai Musa ! Aku larang kamu semuanya dari lalat merah (suka menceritakan kekurangan orang)”. Lalu bersabda Musa as kepada Bani Israil: “Taubatlah kamu semuanya kepada Tuhanmu dari lalat merah/suka menceritakan kekurangan orang itu !”. Maka bertaubatlah mereka, lalu diturunkan oleh Allah Ta’ala hujan kepada mereka”.
Berkata Sa’id bin Jubair: “Datanglah musim kemarau kepada manusia pada masa salah seorang dari raja-raja Bani Israil. Lalu mereka meminta hujan. Maka bersabdalah raja itu kepada Bani Israil: “Hendaklah kiranya diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada kita hujan atau kita sakiti Allah itu”. Lalu ditanyakan raja tadi: “Bagaimanakah kita sanggup menyakitiNya, sedang Dia di langit ?”. Maka menjawab raja itu: “Bunuhlah wali-wali dan orang-orang yang mentaatiNya. Maka yang demikian itu adalah menyakitiNya”. Maka diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada mereka itu hujan.
Bercerita Sufyan Ats-Tsuri: “Sampai kepadaku cerita, bahwa kaum Bani Isaril mengalami kemarau 7 tahun lamanya. Sehingga mereka memakan bangkai dari tempat-tempat sampah dan memakan anak-anak kecil. Dalam keadaan yang demikian itu, lalu mereka dibawa ke bukit-bukit. Mereka itu menangis dan merendahkan diri kepada Allah Ta’ala. Maka diwahyukan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla kepada nabi-nabi mereka as: “Kalau berjalanlah kamu kepadaKu dengan tapak kakimu, sehingga pecahlah lutut-lututmu, sampailah tangan-tanganmu ke puncak langit dan penatlah lidah-lidahmu dari mendoa, tetapi Aku tidak akan mengabul kan orang yang berdoa dari kamu dan tidak akan mengasihi orang yang menangis dari kamu sebelum kamu, sebelum kamu mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi kepada pemiliknya”. Lalu mereka laksanakan pengembalian hak itu, maka merekapun diturunkan hujan dari hari itu juga”.
Bercerita Malik bin Dinar: “Manusia Bani Isaril mendapat musibah (bencana) kemarau, lalu keluar mereka berkali-kali meminta hujan. Maka diwahyukan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla pada Nabi mereka, supaya memberitahukan kepada mereka, yang maksudnya: “Sesungguhnya kamu semua keluar kepadaKu dengan badan najis. Kamu angkatkan kepadaKu tapak-tangan, yang telah kamu tumpahkan darah dengan dia. Kamu isikan penuh perutmu dengan yang haram. Sekarang telah bersangatan benar amarahKu kepadamu dan kamu tidak bertambah dekat kepadaKu, melainkan bertambah jauh”.
Berkata Abush-shiddiq An-Naji: “Nabi Sulaiman as keluar berdoa meminta hujan. Maka lalulah ia dekat seekor semut yang terlentang, belakangnya diatas tanah, mengangkatkan segala kakinya ke langit, seraya mendoa: “Ya Allah Tuhanku ! sesungguhnya kami adalah suatu makhluk dari makhlukMu dan tiada merasa cukup tanpa rezeki yang Kamu berikan. Maka janganlah Engkau binasakan kami dengan dosa yang diperbuat oleh selain kami !”. Maka bersabda Sulaiman as kepada rombongannya: “Pulanglah ! sesungguhnya kamu telah diberikan hujan dengan doa dari selain kamu !”.
Berkata Al-Auza’i: “Serombongan manusia keluar meminta hujan (istisqa’). Maka bangunlah dalam rombongan mereka, Bilal bin Sa’d. Lalu memujikan Allah Ta’ala dan menyanjungNya. Kemudian berkata: “Wahai rombongan orang yang telah hadir ! tidaklah kamu mengaku kepada Allah Ta’ala dengan perbuatan jahat ?”. Lalu mereka itu menjawab: “Ya Allah Tuhanku ! Benar !”. Maka berdoa Bilal bin Sa’d: “Ya Allah Tuhanku ! sesungguhnya kami telah mendengar Engkau berfirman: “Tidak ada jalan terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan (untuk menyalahkannya)”. Kami telah mengaku, berbuat kejahatan, maka adakah pengampunan Engkau, selain kepada orang-orang yang seperti kami ? wahai Allah Tuhanku ! ampunilah kami, kasihanilah kami &turun kan lah kepada kami hujan !”. Maka Bilal mengangkatkan ke2 tangannya & orang banyakpun mengangkatkan tangannya. Maka turunlah hujan kepada mereka”.
Dikatakan kepada Malik bin Dinar: “Doakanlah pada Tuhanmu bagi kami !”. Maka menjawab Malik: “Sesungguhnya kamu memperlambatkan turunnya hujan dan aku memperlambatkan pencegahannya”.
Diriwayatkan, bahwa Isa as keluar meminta hujan. Maka tatkala mereka itu telah bosan, lalu bersabda Isa as: “Siapa dari kamu yang berbuat dosa, pulanglah !”. Maka pulanglah mereka itu semuanya dan tak ada yang tinggal bersama Isa as pada lapangan yang kering itu, selain seorang saja. Lalu bersabda Isa as kepadanya: Adakah engkau berdosa ?”. Maka menjawab orang yang seorang itu: “Demi Allah, aku tak tahu sedikitpun bahwa aku berdosa, kecuali pada suatu hari aku mengerjakan shalat, maka lalulah dekatku seorang wanita. Lalu aku menoleh kepadanya dengan mataku ini. Sewaktu wanita itu melintasi aku, maka aku masukkan jariku kedalam mataku, kemudian aku tarikkan kembali dan aku ikuti lagi wanita itu dengan mataku”. Maka bersabda Isa as kepadanya: “Berdoalah kepada Allah, supaya aku membaca “amin” kepada doamu !”. Diterangkan, bahwa orang itu lalu mendoa, maka menampaklah awan hitam ke langit, kemudian langit itu mencurahkan hujan. Merekapun memperoleh air.
Berkata Yahya Al-Ghassani: “Telah ditimpakan kemarau kepada manusia pada masa Daud as. Maka mereka memilih 3 orang dari ulamanya, lalu keluar meminta hujan untuk mereka. Berdoa seorang dari yang 3 itu:
-        “Ya Allah Tuhanku ! sesungguhnya Engkau telah menurunkan dalam Taurat Engkau, bahwa kami memaafkan orang yang berbuat kezaliman kepada kami. Ya Allah Tuhanku ! sesungguhnya kami telah berbuat kezaliman terhadap diri kami sendiri, maka maafkanlah kami !”.
-        Berdoa ulama yang kedua: “Ya Allah Tuhanku ! sesungguhnya telah Engkau turunkan dalam Taurat Engkau, bahwa kami memerdekakan budak-budak kami. Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya kami adalah budak Engkau, maka merdekakanlah kami !”.
-        Berdoa ulama yang ketiga: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya telah Engkau turunkan dalam Taurat Engkau, bahwa tidaklah kami menolak orang-orang miskin apabila mereka berdiri di pintu-pintu kami, wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya kami adalah orang-orang miskin Engkau, kami berdiri di pintu Engkau. Maka janganlah Engkau tolak doa kami !”. Maka hujanpun diturunkan kepada mereka.
Berkata ‘Atha’ As-Salmi: “Kami tidak diberikan hujan, lalu kami keluar meminta hujan. Tiba-tiba kami bertemu dengan Sa’dun Gila (Al-Majnun) di perkuburan. Maka ia melihat kepadaku, seraya berkata: “Hai ‘Atha’ ! adakah ini hari kebangkitan atau dikumpulkan apa yang dalam kubur ?”. Maka aku menjawab: “Tidak! hanya kami tidak diturunkan hujan, maka kami keluar meminta hujan”. Lalu bertanya Sa’dun Gila: “Dengan hati bumi atau dengan hati langit ?”. Aku menjawab: “Dengan hati langit !”. Maka menyambung Sa’dun: “Amat jauh itu, hai ‘Atha’ ! katakanlah kepada orang-orang yang takabur itu: “Janganlah kamu takabur ! “karena yang mengecam itu melihat”. Kemudian ia menoleh ke langit dengan matanya, seraya mendoa: “Wahai Tuhanku, yang mengaturku dan yang memerintahkanku ! janganlah Engkau binasakan negeri Engkau disebabkan dosa hamba Engkau ! tetapi dengan rahasia yang tersembunyi dari nama-nama Engkau dan apa yang disembunyikan oleh hijab-hijab dari segala rahmat Engkau, tidaklah lain, melainkan kiranya Engkau sirami kami dengan air yang banyak membanjir, yang hiduplah hamba-hambaMu dengan air itu dan yang menghilangkan kehausan negeri dengan dia. Wahai kiranya Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu !” Berkata ‘Atha’ seterusnya: “Maka belum lagi habis kata-kata itu diucapkan, lalu mengguruhlah langit dan kilat sambung-menyambung dan turunlah hujan, seperti dicurahkan dari langit. Maka Sa’dun berpaling, seraya bermadah:
“Beroleh kemenangan orang zahid dan ‘abid,
mereka melaparkan perut karena Tuhannya.
Tidak menidurkan mata yang sakit karena cinta,
maka lalulah malam, sedang mereka berjaga-jaga.
Disibukkan mereka oleh ibadah kepada Allah Ta’ala,
sampai orang menyangka, diantara mereka ada yang gila.....”
               Berkata Ibnul-Mubarak: “Aku datang ke Madinah pada tahun kemarau benar. Maka keluarlah manusia meminta hujan. Lalu akupun keluar bersama mereka. Tiba-tiba datanglah seorang budak hitam, dengan memakai dua helai kain kasar. Dia bersarung dengan yang sehelai dan yang sehelai lagi diletakkannya diatas bahunya. Ia duduk dekatku, maka aku dengar ia mendoa: “Wahai Tuhanku ! adakah Engkau jadikan segala wajah, yang banyak dosa dan perbuatan jahat pada sisiMu ? telah Engkau tahan hujan dari langit untuk Engkau ajarkan hambaMu dengan yang demikian. Maka aku bermohon pada Engkau, wahai yang Maha Penyantun, yang mempunyai belas-kasihan ! wahai yang tidak dikenal hamba daripadaNya selain kebaikan. Kiranya menurunkan hujan kepada mereka, jam demi jam !”. Maka terus-meneruslah budak hitam itu mengucapkan: jam demi jam, sehingga langit berpakaian dengan mendung dan turunlah hujan dari segala penjuru.
              Berkata Ibnul-Mubarak: “Aku pergi kepada Al-Fudlail, maka ia bertanya: “Mengapakah aku melihat engkau susah ?”. Lalu aku menjawab: “Ada suatu hal yang telah dialami oleh orang lain, lebih dahulu dari kami. Maka dapat diatasinya, tetapi kami tidak”. Lalu aku ceritakan kepadanya cerita itu. Maka berteriaklah Al-Fudlail, seraya jatuh pingsan”.
             Diriwayatkan, bahwa Umar bin Al-Khaththab ra meminta hujan dengan Abbas ra. Sewaktu Umar telah selesai dari doanya, lalu mendoa Abbas: “Ya Allah Tuhanku ! sesungguhnnya tidaklah turun bencana dari langit, selain disebabkan dosa. Dan dosa itu tidak akan hilang, selain dengan taubat. Dan orang banyak telah menghadapkan wajahnya kepada Engkau, disebabkan  aku, karena kedudukanku dari Nabi Engkau saw! Inilah tangan kami, kami angkatkan kepada Engkau dengan segala dosa dan kami telah nasehat-menasehati sesama kami dengan taubat ! Engkaulah penggembala, yang tidak menyia-nyiakan yang telah hilang dan tidak meninggalkan yang sudah pecah di rumah yang disia-siakan. Sesungguhnya yang kecil, telah merendahkan diri, yang besar telah berperasaan halus. Telah meninggilah suara dengan pengaduan dan Engkau mengetahui akan rahasia dan yang tersembunyi. Wahai Allah Tuhanku ! maka turunkanlah hujan dengan rahmatMu, sebelum mereka berputus asa. Lalu binasalah mereka. Sesungguhnya, tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, selain orang-orang kafir”. Berkata Umar ra seterusnya: “Belum lagi habis perkataannya, lalu terangkatlah langit seperti bukit-bukit”.
KEUTAMAAN SELAWAT KEPADA RASULULLAH SAW DAN KELEBIHAN RASULULLAH SAW.
Berfirman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Allah dan malaikatNya menyampaikan rahmat (selawat) kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman ! hendaklah kamu menyampaikan selawat dan salam kepadanya dengan sepenuh kehormatan !”. S 33 Al Ahzab ayat 56. Diriwayatkan bahwa Nabi saw: “datang pada suatu hari dan kegembiraan menampak pada wajahnya. Lalu Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya datang kepadaku Jibril as seraya berkata: “Apakah tak rela engkau, wahai Muhammad, bahwa tidak mengucapkan satu selawat oleh seseorang dari umat engkau kepada engkau, melainkan aku berdoa (meminta rahmat) kepadanya 10 kali ? dan tidak mengucapkan salam seseorang dari umat engkau kepada engkau, melainkan aku mengucapkan salam (meminta kesejahteraan) kepadanya 10 kali ?”. Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa berselawat kepadaku, niscaya malaikat berselawat (mendoakan rahmat) kepadanya, akan apa yang ia telah selawatkan kepadaku. Maka hendaklah ia sedikitkan atau banyakkan ketika itu !”.
Bersabda Nabi saw: “Manusia yang paling utama bagiku, ialah yang paling banyak berselawat kepadaku”. Bersabda Nabi saw: “Cukuplah kikir seorang mu’min, bahwa disebutkan aku padanya, maka ia tidak berselawat kepadaku”. Bersabda Nabi saw: “Banyakkanlah berselawat kepadaku pada hari Jum’at !”. Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa berselawat kepadaku dari umatku, niscaya dituliskan baginya 10 kebajikan dan dihapuskan daripadanya 10 kejahatan”.
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca, ketika mendengar adzan dan iqamah: Allaahumma rabba haadzihidda’watittaa-mmati wash-shalatil-qaaimah, shalli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wa rasulik. Wa a’thihil-wasiilata wal-fadiilata waddarajatar-rafiiah, wasy-syafaa’ata yaumal-qiamah (“Wahai Allah Tuhanku, yang memiliki doa yang sempurna ini dan shalat yang didirikan, berilah rahmat kepada Muhammad hambaMu dan rasulMu ! anugerahilah kepadanya jalan (wasilah), kelebihan derajat tinggi dan syafa’at pada hari kiamat !”), niscaya bertempat syafaatku baginya”.
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa mengucapkan selawat kepadaku didalam kitab (suatu tulisan), niscaya senantiasalah malaikat mengucapkan istighfar (meminta ampun) untuknya, selama namaku ada pada kitab itu”. Bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya di bumi itu ada malaikat-malaikat yang berjalan keliling yang menyampaikan salam dari umatku kepadaku”. Bersabda Nabi saw: “Tidaklah seseorang yang mengucapkan salam kepadaku, melainkan dikembalikan oleh Allah kepadaku rohku, sehingga aku menjawab salam kepadanya”. Ditanyakan kepada Nabi saw: “Wahai Rasulullah ! bagaimanakah kami berselawat kepadamu ?”. Menjawab Nabi saw: “Bacalah: “Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wa ‘alaa aalihi wa azwaajihi wa dzurriyyaatihi kamaa shallaita Ibraahiim wa aalihi Ibraahiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin wa azwaajihi wa dzurriyyatihi, kama baarakta ‘alaa Ibrahiim wa aalihi Ibrahiim, innaka hamiidum-majiid”. (Ya Allah berilah salawat kepada muhamad hambamu dan keluarganya dan para istrinya dan para keturunan nya, sebagaimana Engkau telah memberi salawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berkahilah muhamad dan istri2 nya dan keturunannya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim.  Sesungghnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia )
Diriwayatkan, bahwa Umar bin Al-Khattab ra terdengar menangis setelah wafat Rasulullah saw, seraya mengatakan:“Demi ibu-bapakku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya adalah suatu yang baru lagi mulia (agama Islam), engkau berpidato di hadapan manusia untuk yang baru itu. Tatkala manusia bertambah banyak, engkau ambil mimbar untuk engkau perdengarkan kepada mereka. Maka amat sedihlah yang baru itu berpisah dengan engkau, sehingga engkau letakkan tangan engkau diatasnya, maka barulah ia tentram. Umatmu adalah lebih utama merindukan engkau, karena engkau berpisah dengan mereka. Demi ibu-bapakku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya, bahwa dijadikanNya taat kepada engkau akan taat kepadaNya. Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Barangsiapa mentaati Rasul itu, sesungguhnya dia telah mentaati Allah”. S 4 An Nisaa’ ayat 80.
Demi ibu-bapakku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya, dengan dikabarkanNya kepada engkau akan dimaafkanNya engkau, sebelum Ia mengabarkan kepada engkau dengan dosa. Maka berfirman Ia yang Maha Tinggi: “Telah dimaafkan Allah engkau ! mengapa engkau izinkan mereka (tinggal) ?”. S 9 At Taubah ayat 43.
Demi ibu-bapakku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya. Bahwa diutuskanNya engkau penghabisan dari nabi-nabi dan disebutkanNya engkau pada permulaan dari nabi-nabi itu. Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari engkau (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa anak Maryam dan Kami ambil dari mereka perjanjian yang sungguh-sungguh”. S 33 Al Ahzab ayat 7.
Demi ibu-bapakku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya, bahwa penduduk neraka itu ingin mentaati engkau, sedang mereka adalah diazabkan diantara lapisan-lapisan neraka. Mereka mengatakan: “Wahai ! alangkah baik kiranya (hendaknya) kami patuh kepada Allah dan patuh kepada Rasul !”. S 33 Al Ahzab ayat 66.
Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah ! sungguh, adalah kalau Musa anak ‘Imran, diberikan oleh Allah kepadanya batu, dimana, lalu terpancar-pancar daripadanya air laksana sungai. Maka apakah yang lebih mena’jubkan lagi, dengan jari-jari engkau, dimana terbit daripadanya air ? diberi rahmat oleh Allah kiranya kepada engkau !
Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya adalah Sulaiman anak Daud, diberikan oleh Allah kepadanya angin, pagi-paginya sebulan dan sorenya sebulan. Maka apakah yang lebih mena’jubkan lagi dari burak, dimana engkau diberangkatkan malam hari (di-isra’kan) diatas burak itu, ke langit ke-7, kemudian engkau bershalat Subuh dari malam engkau itu di Abthah ? diberi rahmat oleh Allah kiranya engkau !
Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah ! sesungguh nya kalau adalah Isa anak Maryam, diberikan oleh Allah kepadanya, dapat menghidupkan kembali orang mati, maka apakah yang lebih mena’jubkan lagi dari kambing yang diracuni, ketika ia berbicara dengan engkau, sedang ia sudah digoreng, dimana lengannya berkata kepada engkau: “Jangan engkau makan aku, karena aku beracun !”.
Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya telah berdoa Nuh terhadap kaumnya, dengan mengatakan: “Wahai Tuhanku ! jangan Engkau biarkan orang-orang yang bersalah itu bertempat tinggal di muka bumi !”. S 71 Nuh ayat 26. Dan kalaulah engkau berdoa terhadap kami seperti itu, niscaya binasalah kami semuanya. Maka sesungguhnya telah membungkuk belakang engkau, berdarah muka engkau dan hancur-luluh sendi-sendi engkau, tetapi enggan engkau mengatakan, selain yang kebajikan. Lalu engkau berdoa: “Wahai Allah Tuhanku ! ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui !”.
Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah ! sesungguhnya telah diikuti akan engkau didalam kesedikitan umur engkau dan kependekan usia engkau, oleh apa yang tidak diikuti akan Nuh didalam kebanyakan umurnya dan kepanjangan usianya. Sesungguhnya telah beriman kepada engkau, jumlah yang banyak. Dan tidak beriman kepada Nuh, selain dari jumlah yang sedikit.
Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah ! jikalau tidaklah engkau mengambil teman duduk, selain yang sepadan bagi engkau, tentulah tidak engkau duduk-duduk dengan kami. Jikalau tidaklah engkau mengawini, selain yang sepadan dengan engkau, tentulah tidak engkau mengawini pada golongan kami. Dan jikalau tidaklah engkau mewakilkan, selain kepada orang yang sepadan bagi engkau, tentulah tidak engkau mewakilkan kepada kami. Maka sesungguhnya –demi Allah –engkau telah duduk-duduk bersama kami, kawin dengan golongan kami dan mewakilkan sesuatu kepada kami. Engkau pakai bulu, engkau kendarai keledai, engkau ikutkan orang di belakang engkau, engkau letakkan makanan engkau diatas lantai dan engkau mengambil makanan itu dengan jari-jari engkau, karena engkau merendahkan diri. Diberi rahmat dan kesejahteraan oleh Allah kepada engkau !”.
Berkata sebagian mereka: “Adalah aku menuliskan hadits dan membacakan selawat kepada Nabi saw didalamnya dan tidak membacakan salam. Maka aku bermimpi Nabi saw didalam tidur, yang menanyakan kepadaku: “Mengapa tidak engkau sempurnakan selawat kepadaku dalam tulisanmu itu ?”. Maka tidaklah aku tuliskan lagi sesudah itu, melainkan aku mengucapkan selawat dan salam kepadanya”.
Diriwayatkan dari Abil-Hasan, yang mengatakan: “Aku bermimpi Nabi saw didalam tidur, maka aku bertanya: “Wahai Rasulullah ! dengan apa dibalasi Asy-Syafi’i, dimana ia mengatakan didalam kitabnya “Ar-Risalah”. Diberi rahmat kiranya oleh Allah kepada Muhammad, setiap-kali ia disebutkan oleh orang-orang yang menyebutkan dan dilupakan menyebutkannya oleh orang-orang yang melupakan”. Maka menjawab Nabi saw: “Dibalasi dia dari pihakku, dengan tidak usah berdiri untuk hisab (pada amalannya di hari kebangkitan)”.
KELEBIHAN ISTIGHFAR.
Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan orang-orang itu, apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun kepadaNya terhadap dosanya”. S 3 Ali ‘Imran ayat 135. Berkata ‘Alqamah dan Al-Aswad: “Berkata Abdullah bin Mas’ud ra: “Dalam Kitab Allah ‘Azza Wa Jalla ada 2 ayat. Tidaklah berdosa seorang hamba akan sesuatu dosa, lalu dibacakannya kedua ayat itu dan dimintanya ampunan Allah ‘Azza Wa Jalla, melainkan diampunkan oleh Allah Ta’ala baginya, yaitu:
1.      Ayat:  “Dan orang-orang itu, apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun kepadaNya terhadap dosanya”. S 3 Ali ‘Imran ayat 135.
2.      Firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian itu dia meminta ampun kepada Allah, niscaya akan diperolehnya bahwa Allah itu Pengampun dan Penyayang”. S 4 An Nisaa’ ayat 110.
Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonkanlah ampunan kepadaNya, sesungguhnya Dia amat suka menerima taubat”. S 110 An Nashr ayat 3. Berfirman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang yang memohon ampunan (kepada Allah) pada akhir malam”. S 3 Ali ‘Imran ayat 17. Adalah Nabi saw banyak mengucapkan: “Maha Suci Engkau, wahai Allah Tuhanku ! dan dengan pujian kepada Engkau, wahai Allah Tuhanku, ampunilah aku! sesungguhnya Engkau amat suka menerima taubat dan pengasih”. Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membanyakkan istighfar, niscaya dijadikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla baginya kelapangan dari tiap-tiap kesusahan dan jalan keluar dari tiap-tiap kesempitan. Dan dianugerahinya rezeki dari jalan yang tidak disangkanya”. Bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya aku memohonkan ampun (beristighfar) kepada Allah Ta’ala dan bertaubat kepadaNya sehari 70 kali”. Ini, sedang Nabi saw itu telah diampunkan apa yang terdahulu dan yang terkemudian daripada dosanya. Bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya kerinduan menutupi hatiku, sehingga aku memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala (membaca istighfar) tiap-tiap hari 100 kali”. Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca ketika meletakkan badannya di tempat tidur: “Astaghfirullaahal-adhiim, al-ladzii laa ilaaha illaahu al-hayyul-qayyuum, wa atuubu ilaihi” 3X (“Aku minta ampun kepada Allah, yang tiada tuhan selain Dia, Yang Hidup dan Yang Berdiri sendiri, dan aku bertaubat kepadaNya”) 3 kali, niscaya diampunkan oleh Allah segala dosanya, meskipun ada seperti buih lautan atau bilangan pasir yang berkumpul atau bilangan daun kayu atau bilangan hari dunia”. Bersabda Nabi saw pada hadits lain: “Barangsiapa membaca bacaan yang tersebut tadi, niscaya diampunkan segala dosanya, meskipun ia lari dari barisan perang (perjuangan)”.
Berkata Hudzaifah: “Adalah aku tajam lidah (berkata kasar) terhadap keluargaku, maka aku berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah ! sesungguhnya aku takut dimasukkan aku oleh lidahku ke dalam neraka !”. Maka menjawab Nabi saw: “Bagaimanakah engkau dengan membaca istighfar ? sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah (membaca istighfar) sehari 100 kali”.
Berkata ‘Aisyah: “Bersabda kepadaku Rasulullah saw: “Jika engkau berbuat dosa, maka minta ampunlah kepada Allah dan taubatlah kepadaNya ! sesungguhnya taubat dari dosa itu, ialah menyesal dan membaca istighfar”. Adalah Nabi saw membaca dalam istighfar: “Wahai Allah Tuhanku ! ampunilah kesalahanku, kebodohanku, keroyalanku dalam urusanku dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku ! wahai Allah Tuhanku ! ampunilah ketidak-sungguhanku dan kesungguhanku, kesalahanku dan kesengajaanku. Dan semua yang demikian itu adalah padaku ! wahai Allah Tuhanku ! ampunilah apa yang telah terdahulu aku kerjakan, apa yang telah terkemudian aku laksanakan, apa yang aku kerjakan secara rahasia, apa yang aku kerjakan secara terang dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku ! Engkaulah yang mendahulukan. Engkaulah yang mengemudiankan dan Engkaulah yang Maha Kuasa diatas tiap-tiap sesuatu !”.
Berkata Ali ra: “Aku adalah orang, dimana apabila mendengar sesuatu hadits dari Rasulullah saw, niscaya diberi manfaat kiranya oleh Allah ‘Azza Wa Jalla kepadaku, dengan apa yang dikehendakiNya akan bermanfaat kepadaku. Apabila memperkatakan sesuatu hadits Nabi saw dengan aku, oleh seseorang dari sahabatnya, maka aku minta ia bersumpah untuk menguatkan pembicaraannya. Apabila ia bersumpah, niscaya aku benarkan dia”. Berkata Ali ra seterusnya: “Abubakar ra memperkatakan sesuatu hadits dengan aku dan benarlah Abubakar ra dimana ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah seorang hamba yang berdosa dengan sesuatu dosa, lalu membaguskan wudlu’nya, kemudian berdiri, maka mengerjakan shalat 2 rakaat. Kemudian membaca istighfar (meminta ampun) pada Allah ‘Azza Wa Jalla, melainkan diampunkan dosanya”. Lalu beliau membaca firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan orang-orang itu, apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun kepadaNya terhadap dosanya”.  S 3 Ali ‘Imran ayat 135.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi saw, bahwa Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya orang mu’min, apabila berbuat sesuatu dosa niscaya adalah suatu titik hitam pada hatinya. Kalau ia bertaubat dan mencabutkan diri dan meminta ampun (membaca istighfar), niscaya licinlah hatinya dari titik hitam itu. Kalau bertambah dosanya, maka bertambah titik hitam tadi, sehingga tertutuplah hatinya”. Itulah karat yang disebutkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla dalam KitabNya: “Janganlah berfikir begitu ! bahkan, apa yang telah mereka kerjakan itu menjadi karat bagi hati mereka”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 14.
Diriwayatkan Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt meninggikan derajat hambaNya dalam sorga. Maka berkata hamba itu: “Bagaimanakah maka ini bagiku ?” Maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dengan pembacaan istighfar anakmu untukmu !”.
Diriwayatkan ‘Aisyah bahwa Nabi saw membaca doa, yang maksudnya: “Wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah aku sebahagian dari mereka, dimana mereka apabila berbuat baik, merasa gembira dan apabila berbuat jahat, meminta ampun (membaca istighfar)”. Bersabda Nabi saw: “Apabila berbuat dosa hamba dengan sesuatu dosa lalu membaca:  “Wahai Allah Tuhanku, ampunilah dosaku !”, maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Telah berdosa hambaKu dengan suatu dosa, maka diketahuinya, bahwa ia mempunyai Tuhan, yang menyiksakan dengan dosa dan mengampunkan dosa. Wahai hambaKu ! berbuatlah apa yang engkau kehendaki ! maka sesungguhnya Aku telah mengampunkan dosa engkau !”.
Bersabda Nabi saw: “Tiada kekal didalam dosa, orang yang mengucapkan istighfar, meskipun ia kembali dalam sehari 70 kali”. Bersabda Nabi saw: “Bahwa seseorang yang tidak pernah sekali juga berbuat kebajikan, yang memandang kelangit lalu mengucapkan: “Bahwa aku mempunyai Tuhan. Wahai Tuhanku! ampunilah dosaku !”. Maka berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Telah Kuampunkan dosamu !”. Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa berbuat suatu dosa, maka ia mengetahui bahwa Allah telah melihatnya, niscaya diampunkan dosanya, walaupun ia tidak meminta ampun”. Bersabda Nabi saw: “Berfirman Allah Ta’ala: “Hai hambaKu ! semua kamu berdosa, kecuali orang yang telah Aku maafkan. Maka minta ampunlah kepadaKu, niscaya Aku ampunkan dosamu ! dan siapa yang mengetahui, bahwa Aku mempunyai kekuasaan untuk mengampunkan dosanya, niscaya ia Aku ampunkan dan tiada Aku hiraukan yang lain”. Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca: “Maha Suci Engkau ! aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku telah berbuat kejahatan. Maka ampunilah dosaku dan sesungguhnya tiada yang mengampunkan dosa, selain Engkau”, niscaya Aku ampunkan segala dosanya, walaupun dosa itu seperti tempat berjalan semut adanya”.
Diriwayatkan: “Bahwa istighfar yang lebih utama, ialah: “Wahai Allah Tuhanku ! Engkau Tuhanku dan aku hambaMu. Engkau jadikan aku dan aku diatas janjiMu dan perjanjianMu, menurut kesanggupanku. Aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan yang aku perbuat. Aku mengakui bagiMu dengan keni’matanMu kepadaku dan aku mengakui atas diriku dengan dosaku. Maka sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku mengaku dengan kedosaanku. Maka ampunilah segala dosaku, apa yang telah aku kerjakan, yang dahulu dan yang kemudian daripadanya. Sesungguhnya tiadalah yang mengampunkan segala dosa, selain Engkau”.
Adapun atsar, maka yaitu: berkata Khalid bin Ma’dan: “Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Yang terlebih sayang hambaKu kepadaKu, ialah: mereka yang sayang-menyayangi dengan mencintai Aku, yang terikat hatinya dengan masjid dan yang beristighfar pada waktu sahur. Mereka itu, apabila Aku berkehendak menyiksakan penduduk bumi, lalu Aku ingat kepada mereka. Maka Kutinggalkan mereka dan Kusingkirkan siksaan dari mereka”.
Berkata Qatadah ra: “Alquran itu menunjukkan kamu kepada penyakit dan obat kamu. Adapun penyakit kamu, ialah dosa dan obat kamu, ialah istighfar”. Berkata Ali –dimuliakan Allah akan wajahnya: “Kebanggaan diri itu, adalah dari orang yang akan binasa dan bersamanya ada yang melepaskannya”. Lalu orang bertanya kepadanya: “Apakah yang melepaskannya itu ?”. Ali menjawab: “Al-istighfar (Aku minta ampun kepada Allah Yang Maha Agung) !”. Dan Ali berkata lagi: “Tiadalah diilhamkan Allah swt kepada seseorang hamba akan istighfar, dimana Ia berkehendak meazabkannya”.
Berkata Al-Fudlail: “Perkataan seorang hamba: “Astaghfirullah”, penafsirannya, ialah: “Kurangkanlah dosaku !”. Berkata setengah ulama: “Hamba itu diantara dosa dan ni’mat. Tiada diperbaiki keduanya, selain oleh pujian kepada Allah Ta’ala dan istighfar”.
Berkata Ar-Rabi’ bin Khaitsam ra: “Janganlah diucapkan oleh seseorang kamu: “Aku minta ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepadaNya”. Karena itu adalah dosa dan bohong, jika tidak dikerjakan. Tetapi hendaklah diucapkan: “Wahai Allah Tuhanku, ampunilah dosaku dan terimalah taubatku !”.
Berkata Al-Fudlail ra: “Al-istighfar tanpa mencabut diri dari dosa, adalah taubat orang-orang pendusta”.
Berkata Rabi’ah Al-‘Adawiyah ra: “Istighfar kita memerlukan kepada banyak istighfar”.
Berkata setengah hukama’ (ahli hikmah): “Barangsiapa mendahulukan pembacaan istighfar daripada penyesalan, adalah dia mempermain-mainkan Allah 'Azza Wa Jalla, sedang ia tiada mengetahui yang demikian”. Pernah terdengar seorang Arab Badui, dimana ia bergantung pada tirai Ka’bah, mengucapkan: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya istighfarku serta aku berkekalan berbuat dosa, adalah tercela. Dan aku tinggalkan beristighfar kepadaMu, serta aku mengetahui dengan luasnya kemaafanMu, adalah suatu kelemahan. Alangkah sangatnya kesayangMu kepadaku dengan bermacam ni’mat, sedang Engkau tidak memerlukan kepada aku ! alangkah banyaknya aku mengerjakan ma’siat, yang membawa kepada kemarahanMu, serta aku berhajat benar kepadaMu ! wahai kiranya Tuhan, apabila berjanji maka menepati akan janjinya dan apabila menjanjikan siksaan kepada orang yang berbuat ma’siat, lalu memberi maaf ! masukkanlah dosaku yang besar kedalam kemaafanMu yang Agung, wahai yang Maha Pengasih dari segala yang Pengasih !”.
Berkata Abu Abdullah Al-Warraq: “Jikalau ada dosamu seumpama bilangan titik air dan ombak lautan, niscaya dihapuskan daripadamu, apabila engkau mendoa kepada Tuhanmu dengan doa ini, dengan ikhlas insya Allah Ta’ala. Yaitu: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku meminta ampun pada Engkau dari tiap-tiap dosa, yang aku bertaubat kepada Engkau daripadanya, kemudian aku kembali padanya. Aku meminta ampun pada Engkau dari tiap-tiap apa yang aku berjanji kepada Engkau dari diriku dan tidak aku menepatinya kepada Engkau. Aku meminta ampun kepada Engkau, daripada tiap-tiap perbuatan yang aku bermaksud dengan dia akan Wajah Engkau, lalu dicampurkan oleh selain Engkau. Aku meminta ampun pada Engkau daripada tiap-tiap nikmat, yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku beroleh bantuan dengan ni’mat tadi untuk berbuat kema’siatan kepada Engkau. Aku meminta ampun pada Engkau, wahai yang Maha Tahu yang ghaib-ghaib dan yang tampak dari segala dosa yang aku kerjakan dalam terang siang dan gelap malam, dihadapan orang banyak atau di tempat sunyi, dalam tempat rahasia dan tempat terang, wahai yang Maha Penyantun !”. Dikatakan, bahwa istighfar tadi adalah istighfar Nabi Adam as dan ada yang mengatakan: istighfar Nabi Khidr as.
BAB KETIGA: tentang doa-doa yang ma’tsur dan yang berdasarkan kepada sebab-sebab dan kepada yang mempunyai sebab-sebab itu, yang termasuk disunatkan untuk didoakan oleh seseorang, pagi dan sore dan dibelakang tiap-tiap shalat.
Diantaranya: doa Rasulullah saw sesudah 2 rakaat shalat Fajar. Berkata Ibnu Abbas ra: “Diutus aku oleh Al-Abbas kepada Rasulullah saw maka datanglah aku kepadanya pada sore hari, dimana Rasulullah waktu itu, di rumah Maimunah. Maka Nabi saw bangun mengerjakan shalat malam. Lalu tatkala beliau telah mengerjakan 2 rakaat shalat fajar sebelum shalat Shubuh, lalu mendoa:
“Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon pada Engkau rahmat dari sisi Engkau, yang Engkau beri petunjuk dengan dia akan hatiku. Engkau kumpulkan dengan dia akan yang bercerai-berai bagiku. Engkau himpunkan dengan dia yang berpisah-pisah padaku. Engkau tolak dengan dia segala fitnah daripadaku. Engkau perbaiki dengan dia akan agamaku. Engkau pelihara dengan dia yang jauh daripadaku. Engkau tinggikan dengan dia akan zhahiriyahku. Engkau sucikan dengan dia akan amalanku. Engkau putihkan dengan dia wajahku. Engkau ilhamkan dengan dia petunjuk kepadaku dan Engkau peliharakan aku dengan dia daripada tiap-tiap kejahatan !. Wahai Allah Tuhanku ! anugerahilah aku keimanan yang benar, keyakinan yang tak ada kemudiannya kekufuran dan rahmat yang akan aku peroleh dengan dia, kemuliaan kehormatan Engkau didunia dan diakhirat ! wahai Allah Tuhanku ! aku bermohon padaMu kemenangan ketika persidangan dihari mahsyar, aku bermohon tempat orang-orang syahid, kehidupan orang-orang yang berbahagia, pertolongan terhadap musuh dan menemani nabi-nabi ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku tempatkan padaMu akan hajatku, meskipun lemah pendapatku, sedikit dayaku, pendek amalanku dan aku berhajat kepada rahmatMu. Maka aku bermohon kepada Engkau, wahai Yang Mencukupkan segala urusan, wahai Yang Menyembuhkan segala dada, sebagaimana Engkau lepaskan diantara laut-laut, maka lepaskanlah aku dari azab neraka, dari panggilan kebinasaan dan dari fitnah kubur. Wahai Allah Tuhanku! apa yang singkat daripadanya pendapatku, yang lemah daripadanya amalanku dan tidak sampai niatku dan cita-citaku, dari kebajikan yang Engkau janjikan kepada seseorang dari hambaMu atau kebajikan yang Engkau berikan kepada seseorang daripada makhlukMu, maka sesungguhnya Aku ingin kepada Engkau padanya dan aku memintanya pada Engkau wahai Tuhan serwa/semesta sekalian alam ! wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah kami menunjukkan dan mendapat petunjuk, tidak sesat dan tidak menyesatkan, karena perang bagi musuh-musuhMu, perbaikan bagi auliaMu ! kami mencintai dengan kecintaanMu, akan orang yang mentaatiMu dari makhlukMu dan kami memusuhimu dengan kemusuhanMu, akan orang yang menyalahiMu dari makhlukMu ! wahai Allah Tuhanku ! inilah doa dan kabulkanlah kiranya dan inilah kesungguhan dan kepada Engkaulah  menyerahkan diri ! sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kami kembali kepadaNya ! tiada daya dan tiada upaya selain dengan Allah yang Maha Tinggi, Maha Agung, mempunyai tali yang kokoh dan amar yang betul. Aku bermohon padaMu akan keamanan pada hari yang dijanjikan azab bagi orang yang berbuat dosa. Aku bermohon akan sorga pada hari kekekalan, bersama orang-orang yang didekatkan dengan Allah, lagi menyaksikan, yang ruku’, lagi sujud, yang menepati segala janji ! sesungguhnya Engkau Maha Pengasih, Penyayang dan mengerjakan apa yang Engkau kehendaki. Maha Suci Tuhan yang memakai keAgungan dan berfirman dengan keAgungan ! Maha Suci Tuhan yang mempunyai kasih-sayang dengan Kebesaran dan berMaha-Pemurah dengan Kebesaran ! Maha Suci Tuhan yang tidak sewajarnya bertasbih (mengaku kesucian), selain kepadaNya ! Maha Suci Tuhan yang mempunyai Keutamaan dan Keni’matan ! Maha Suci Tuhan yang mempunyai kebesaran dan Kemuliaan! Maha Suci Tuhan yang menghinggakan segala sesuatu dengan ilmuNya ! Wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah bagiku nur dalam hatiku, nur dalam kuburku, nur pada pendengaranku, nur pada penglihatanku, nur pada rambutku, nur pada kulitku, nur pada dagingku, nur pada darahku, nur pada tulang-tulangku, nur dihadapanku, nur dibelakangku, nur dikananku, nur dikiriku, nur diatasku dan nur dibawahku ! wahai Allah Tuhanku ! tambahkanlah kepadaku nur, berikanlah kepadaku nur dan jadikanlah nur untukku !”.
DOA ‘Aisyah.
Bersabda Rasulullah saw kepada ‘Aisyah: “Haruslah engkau dengan segala yang mengumpulkan, lagi menyempurnakan ! maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku meminta padaMu kebajikan semuanya, yang segera dan yang lambat, yang aku ketahui daripadanya dan yang tiada aku ketahui ! aku berlindung dengan Engkau, dari kejahatan seluruhnya, yang segera dan yang lambat, apa yang aku ketahui daripadanya dan apa yang tidak aku ketahui ! aku meminta padaMu sorga dan yang mendekatkan kepadanya, daripada perkataan dan perbuatan ! aku berlindung dengan Engkau, dari nerakan dan apa yang mendekatkan kepadanya, daripada perkataan dan perbuatan ! aku meminta pada Engkau kebajikan, apa yang dimintakan pada Engkau oleh hambaMu dan RasulMu Muhammad saw ! aku berlindung dengan Engkau, daripada apa yang berlindung daripadanya hambaMu dan RasulMu Muhammad saw ! aku meminta pada Engkau akan apa yang telah Engkau tetapkan bagiku dari sesuatu, supaya kiranya Engkau jadikan akibatnya baik bagiku dengan rahmatMu, wahai yang Maha Pengasih dari segala yang Pengasih !”.
DOA FATIMAH RA.
Bersabda Rasulullah saw: “Wahai Fatimah ! apakah yang menghalangi engkau untuk mendengar apa yang akan aku wasiatkan kepada engkau, supaya engkau bacakan, yaitu: “Wahai Yang Hidup ! Wahai Yang Berdiri sendiri ! dengan rahmatMu aku meminta pertolongan. Janganlah kiranya, Engkau serahkan aku kepada diriku sekejap matapun ! perbaikilah keadaanku semuanya !”.
DOA ABUBAKAR ASH-SHIDDIQ RA.
Diajari oleh Rasulullah saw Abubakar ra supaya dibacakannya: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku meminta padaMu dengan Muhammad NabiMu, Ibrahim kekasihMu, Musa lepasanMu, Isa kalimah dan rohMu dan dengan Taurat Musa, Injil Isa, Zabur Daud dan Alquran Muhammad –rahmat dan keselamatan dari Allah kepada mereka itu semuanya –dan dengan tiap-tiap wahyu yang Engkau wahyukan atau ketetapan yang Engkau tetapkan atau orang peminta yang Engkau berikan atau orang kaya yang Engkau miskinkan atau orang miskin yang Engkau kayakan atau orang sesat yang Engkau beri petunjuk ! dan aku meminta padaMu dengan namaMu yang Engkau turunkan kepada Musa as dan aku meminta padaMu dengan namaMu yang Engkau tebarkan dengan dia, segala rezeki hamba-hambaMu dan aku meminta padaMu dengan namaMu yang Engkau letakkan diatas bumi, maka tetaplah bumi itu. Dan aku meminta padaMu dengan namaMu yang Engkau letakkan diatas segala langit, maka langit itu berdiri sendiri dan aku meminta padaMu dengan namaMu yang Engkau letakkan diatas bukit-bukit, lalu bukit-bukit itu menjadi tetap kuat. Aku meminta padaMu dengan namaMu, yang berdiri sendiri ‘ArasyMu dengan dia dan aku meminta padaMu dengan namaMu yang Maha Suci, yang Esa, tempat meminta, yang ganjil (tidak genap), yang diturunkan dalam KitabMu, dari pihakMu, dari nur yang menerangkan. Aku meminta padaMu dengan namaMu yang Engkau letakkan pada siang, lalu menjadi teranglah siang dan pada malam, lalu menjadi gelaplah malam dan dengan kebesaran dan keagungan Engkau dan dengan nur wajah Engkau yang mulia, bahwa berikanlah kepadaku Alquran dan mengetahui isinya ! campurkanlah Alquran dengan dagingku, darahku, pendengaranku dan penglihatanku. Dan pakaikanlah dengan Alquran akan tubuhku dengan daya dan upayaMu! sesungguhnya, tiada daya dan upaya selain dengan Engkau, wahai yang Maha Pengasih dari segala yang Pengasih”.
DOA BURAIDAH AL-ASLAMI RA.
Diriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai Buraidah ! apakah tidak aku ajarkan kamu kalimat-kalimat, dimana orang yang dikehendaki oleh Allah akan kebajikan kepadanya, niscaya diajarkan oleh Allah kepadanya kalimat-kalimat itu. Kemudian Dia tidak akan melupakan orang itu, akan kalimat-kalimat tersebut, untuk selama-lamanya ?”. Berkata Buraidah: “Lalu aku menjawab: “Ya, benar wahai Rasulullah !” Lalu Nabi saw bersabda: “Bacalah ! “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku lemah, maka kuatkanlah kelemahanku pada kerelaanMu ! bawalah tujuanku kepada jalan kebajikan ! jadikanlah agama Islam kesudahan kerelaanku ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku lemah, maka kuatkanlah aku ! sesungguhnya aku hina, maka muliakanlah aku ! sesungguhnya aku miskin, maka kayakanlah aku, wahai yang Maha Pengasih dari segala yang Pengasih !”.
Doa qubaishah bin al - mukhariq
Tatkala Qubaishah meminta kepada Rasulullah saw: “Ajarilah aku beberapa kalimat, kiranya diberi manfaat oleh Allah ‘Azza Wa Jalla kepadaku dengan kalimat-kalimat itu ! sesungguhnya usiaku telah lanjut dan aku telah lemah dari banyak hal yang selalu aku kerjakan”. Maka menjawab Nabi saw: “Adapun untuk duniamu, maka apabila kamu telah mengerjakan shalat pagi, bacakanlah 3 kali: “Maha Suci Allah dan dengan pujianNya. Maha Suci Allah yang agung. Tiada daya dan upaya, selain dengan Allah yang Maha Tinggi, lagi Maha Agung”. Karena apabila engkau baca kalimat-kalimat tersebut, niscaya terpeliharalah engkau dari kerusuhan, kusta, supak dan lumpuh. Adapun untuk akhiratmu, maka bacakanlah: “Wahai Allah Tuhanku ! tunjukilah aku dari pihakMu, limpahkanlah kepadaku kurniaMu, tebarkanlah kepadaku rahmatMu dan turunkanlah kepadaku berkatMu !”. Kemudian, bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya, apabila dilaksanakan segala kalimat itu oleh seorang hamba dan tidak pernah ditinggalkannya, maka pada hari kiamat dibukakan untuknya 4 pintu sorga, dimasukinya dari mana dikehendakinya”.
DOA ABID DARDA RA.
Dikatakan kepada Abid-Darda ra: “Telah terbakar rumahmu dan api telah jatuh ke tempat rumah. Maka sahut Abid-Darda: “Allah tidak akan berbuat demikian! “Kemudian, dikatakan lagi kepadanya, sampai 3 kali. Dan Abid-Darda selalu menjawab: “Allah tiada akan berbuat demikian !”. Kemudian datanglah kepadanya seorang yang datang dengan cepat, seraya berkata: “Wahai Abid-Darda ! sesungguhnya api itu ketika mendekati rumahmu, lalu padamlah ia !”. Menjawab Abid-Darda: “Aku sudah tahu yang demikian itu !” Lalu ia ditanyakan: “Tiada kami ketahui, yang mana diantara kedua perkataanmu itu, yang lebih mena’jubkan ?”. Maka berkata Abid-Darda: “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa membaca kalimat-kalimat ini pada malam atau siang hari, niscaya tidak ada sesuatupun yang dapat mendatangkan melarat kepadanya. Dan aku telah membaca kalimat-kalimat itu, yaitu: “Wahai Allah Tuhanku; Engkau Tuhanku, tiada yang disembah selain Engkau, kepada Engkau, aku menyerahkan diri, Engkau yang mempunyai ‘Arasy yang agung. Tiada daya dan upaya, selain dengan Allah yang Maha Tinggi, lagi Maha Agung. Apa yang dikehendaki Allah, adalah ada dan apa yang tidak dikehendakiNya, maka tidak ada adalah ia. Aku mengetahui, bahwa Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan sesungguhnya Allah meliputi ilmuNya dengan segala sesuatu dan dapat menghinggakan bilangan tiap-tiap sesuatu. Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau daripada kejahatan diriku dan daripada kejahatan tiap-tiap yang melata, dimana Engkau yang menguasainya. Sesungguhnya Tuhanku itu diatas jalan yang lurus”.
DOA NABI IBRAHIM YANG DIKASIHI (AL KHALIL) AS.
Adalah Nabi Ibrahim as apabila pagi hari, membaca yang artinya: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya ini adalah kejadian baru, maka bukakanlah kepadaku dengan mentaatiMu dan sudahilah ia bagiku dengan keampunan dan kerelaanMu ! berikanlah rezeki akan aku padanya kebaikan, yang Engkau terimakan daripadaku ! sucikanlah dan lipat gandakanlah kebaikan itu bagiku ! dan apa yang aku kerjakan padanya dari kajahatan, ampunilah kiranya bagiku ! sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, lagi Maha Pengasih, penyayang, lagi mulia”. Bersabda Nabi Ibrahim as: “Barangsiapa mendoa dengan doa ini, apabila pagi hari, maka sesungguhnya ia telah melaksanakan kesyukuran harinya itu”.
DOA ISA AS. YANG TERDEKAT KEPADA ALLAH
Adalah isa as mendoa, yang artinya: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya adalah aku, tiada sanggup menolak apa yang aku tiada sukai dan tiada aku miliki kemanfaatan apa yang aku harapkan. Dan jadilah urusan itu ditangan yang lain dari aku dan jadilah aku tergadai dengan perbuatanku. Maka tiadalah orang yang miskin, yang lebih miskin dari aku ! wahai Allah Tuhanku ! janganlah Engkau jadikan musuhku mencaci aku dan janganlah Engkau jadikan temanku berbuat jahat kepadaku. Dan janganlah Engkau jadikan bahaya bagiku pada agamaku dan janganlah Engkau jadikan dunia cita-citaku yang terbesar. Dan janganlah Engkau memberikan kekuasaan kepada orang yang tiada berbelas-kasihan kepadaku, wahai Yang Hidup, wahai Yang berdiri sendiri !”.
DOA NABI KHIDLIR AS.
Diceritakan orang, bahwa Nabi Khidlir dan Nabi Ilyas as apabila keduanya bertemu pada tiap-tiap musim, lalu keduanya tidak berpisah selain dengan kalimat-kalimat ini, yang artinya: “Dengan nama Allah, apa yang dikehendaki oleh Allah. Tiada upaya, selain dengan Allah, apa yang dikehendaki Allah, tiap-tiap ni’mat dari Allah, apa yang dikehendaki Allah, kebajikan seluruhnya ditangan Allah, apa yang dikehendaki Allah, tiada yang menyingkirkan kejahatan, melainkan Allah”. barangsiapa membaca kalimat-kalimat ini 3 kali apabila pagi-pagi hari, niscaya terpeliharalah ia dari kebakaran. Kekaraman dan kecurian, insya Allahu Ta’ala.
DOA MA’RUF AL KARKHI RA.
Berkata Muhammad bin Hasan: “Berkata kepadaku Ma’ruf Al-Karkhi ra: “Apakah tidak aku ajarkan kamu 10 kalimat, 5 untuk dunia dan 5 untuk akhirat ? barang  siapa  mendoa pada Allah ‘Azza Wa Jalla dengan kalimat-kalimat itu, niscaya ia memperoleh (rahmat) Allah Ta’ala padanya”. Lalu aku minta: “Tulislah kalimat-kalimat itu untukku !”. Maka beliau menjawab: “Tidak ! tetapi aku ulang-ulangi dia kepadamu, sebagaimana diulang-ulanginya kepadaku oleh Bakr bin Khunais ra, yaitu: “Mencukupilah Allah bagi agamaku, mencukupilah Allah bagi duniaku, mencukupilah Allah yang Maha Pemurah, bagi apa yang penting bagiku, mencukupilah Allah yang Maha Penyantun, lagi yang Maha Kuat, terhadap orang yang berbuat aniaya keatas diriku, mencukupilah Allah yang Maha Keras terhadap orang yang menipu aku dengan kejahatan, mencukupilah Allah yang Maha Pengasih ketika kematian, mencukupilah Allah yang Maha Penyayang ketika pertanyaan didalam kubur, mencukupilah Allah yang Maha Pemurah ketika dihisab amalan, mencukupilah Allah yang maha lemah-lembut, ketika timbangan amalan, mencukupilah Allah yang Maha Kuasa ketika di titian, mencukupilah Allah yang tiada disembah selain Dia, kepadaNya aku bertawakkal dan Dia yang mempunyai ‘Arasy yang agung”. Diriwayatkan dari Abid-Darda’, yang mengatakan: “Barangsiapa membaca pada tiap-tiap hari 7 kali: “Maka kalau mereka itu berpaling, maka katakanlah: Mencukupilah bagiku Allah, tiada yang disembah, selain Allah. Kepada Allah aku bertawakkal dan Allah lah yang mempunyai surga yang Agung”. S 9 At Taubah ayat 129, niscaya dicukupkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla akan apa yang penting baginya dari urusan akhiratnya, benar ia atau dusta”.
DOA ATBAH AL’GHALLAM.
Ada orang bermimpi berjumpa dengan Atbah setelah ia meninggal dunia, dimana Atbah mengatakan: “Aku masuk sorga dengan kalimat-kalimat ini, yang artinya: “Wahai Allah Tuhanku. Wahai yang Menunjukkan orang-orang yang menyesatkan ! wahai Yang Mengasihi orang-orang yang berdosa ! wahai Yang Memaafkan terperosoknya orang-orang terperosok ! kasihanilah hambaMu yang menghadapi bahaya besar dan orang - orang muslimin seluruhnya ! jadikanlah kami bersama orang-orang pilihan dan orang-orang yang memperoleh rezeki, yang telah Engkau anugerahi keni’matan kepada mereka, dari nabi-nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang syahid dan orang-orang shalih ! Amin ! terimalah, wahai Allah ! wahai Tuhan serwa/semesta sekalian alam !.
DOA NABI ADAM AS.
Berkata ‘Aisyah: “Tatkala dikehendaki oleh Allah ‘Azza Wa Jalla untuk menerima taubat Adam as maka Adam as melakukan thawaf di Al-Bait, 7 kali. Yaitu, ketika itu tidaklah merupakan bangunan ketuhanan yang merah. Kemudian Adam as bangun, lalu melakukan shalat 2 rakaat. Kemudian mendoa Adam as yang artinya: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya Engkau mengetahui akan rahasiaku dan yang terang-terangan daripadaku, maka terimalah halanganku dan Engkau mengetahui akan hajatku ! maka anugerahilah kepadaku akan permintaanku ! dan Engkau mengetahui apa yang dalam diriku, maka ampunilah segala dosaku ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya, aku meminta padaMu, akan keimanan yang langsung kedalam hatiku dan keyakinan yang benar. Sehingga aku mengetahui bahwa tiada akan menimpa kepadaku, selain apa yang telah Engkau tuliskan keatasku. Dan aku meminta kerelaan dengan apa yang telah Engkau bagikan untukku, wahai Yang Maha Agung dan mulia !”. Maka diwahyukan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla kepada Adam: “Sesungguhnya Aku telah mengampunkan dosamu. Dan tidak datang seorangpun dari keturunanmu, lalu berdoa kepadaKu, dengan doa, yang telah engkau mendoa kepadaKu, melainkan Aku ampunkan dosanya. Aku hilangkan kesusahan dan kedukaannya. Aku cabutkan kemiskinan dari hadapannya. Aku perdagangkan baginya dari belakang tiap-tiap pedagang dan datanglah kepada dunia, dimana dunia itu rindu kepadanya, walaupun ia tiada berkehendak kepada dunia itu”.
DOA ALI BIN ABI THALIB RA.
Doa tersebut diriwayatkan oleh Ali daripada Nabi saw, dimana Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengagungkan diriNya tiap-tiap hari, seraya berfirman:
“Sesungguhnya Aku itu Allah Tuhan seluruh alam.
Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku, yang Hidup, yang berdiri sendiri.
Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku, yang Maha Tinggi, yang Maha Agung.
Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku. Aku tiada beranak dan tiada diperanakkan.
Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku, yang Maha Pemaaf, lagi Maha Pengampun.
Sesungguhnya  Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku,  yang menciptakan tiap-tiap sesuatu dan kepada Aku ia kembali, Yang Mulia, Yang Bijaksana, Yang Pengasih, Yang Penyayang, Yang Memiliki hari akhirat, Yang Menjadikan kebajikan dan kejahatan, Yang Menjadikan sorga dan neraka, Yang Esa, Satu, Tunggal, Tempat Meminta, tidak berteman hidup dan tidak mempunyai anak, Yang Tunggal, Yang Ganjil (tidak genap), Mengetahui yang ghaib dan yang tampak, Raja, Maha Suci, Pembawa keselamatan, Pemelihara keamanan, Penjaga segala sesuatu, Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Besar, Pencipta, Yang mengadakan, Pembentuk rupa, Maha Besar, Maha Tinggi, Maha Kuasa, Maha Gagah, Penyantun, Maha Mulia yang mempunyai pujian dan kebesaran, Yang Maha Tahu rahasia dan yang tersembunyi, Yang Berkuasa, Yang memberi rezeki diatas makhluk dan kejadian”.
Dan Nabi saw menyebutkan sebelum tiap-tiap kalimat, akan kata-kata ini: “Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah, selain Aku (innii anallaah, laa ilaaha illaa ana), sebagaimana yang telah kami bentangkan pada pertama diatas. Maka orang yang mendoa dengan nama-nama tersebut, maka hendaklah mengucapkan: “Sesungguhnya Engkau itu Allah, tiada yang disembah, selain Engkau”, begitulah dan begitulah seterusnya. Orang yang mendoa dengan nama-nama itu (nama-nama Allah yang tersebut diatas), niscaya  ia dituliskan sebahagian dari orang-orang yang sujud, yang khusyu’, yang mendampingi Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa dan nabi-nabi yang lain –rahmat Allah kepada mereka dalam negeri kebesaran. Dan bagi orang yang mendoa itu, pahala orang-orang yang beribadah disegala langit dan bumi. Diberi rahmat oleh Allah kiranya kepada Muhammad dan kepada tiap-tiap hamba yang pilihan. (bacalah pake sesungguhnya sebab jika anda baca aku lah Allah dan mengamalkan doa2 diatas yg saya takut kan anda bisa menjadi gila. pent)
DOA IBNUL-MU’TAMIR: YAITU SULAIMAN AT-TAIMI RA DAN SEGALA TASBIHNYA.
Diriwayatkan, bahwa Yunus bin ‘Ubaid, bermimpi menjumpai seorang diantara orang-orang yang tewas sebagai orang syahid di negeri Rum. Lalu Yunus bertanya kepada orang syahid itu: “Apakah perbuatan yang lebih utama, yang engkau lihat disitu ?”. Menjawab orang syahid tersebut: “Aku melihat tasbih-tasbih Ibnul-Mu’tamir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla disuatu tempat, yaitu: kalimat-kalimat, yang artinya: “Maha Suci Allah, segala pujian bagi Allah dan tiada yang disembah, selain Allah. Dan Allah itu maha besar, tiada daya dan upaya, selain dengan Allah yang Maha Tinggi, lagi Maha Agung, bilangan apa yang IA jadikan dan bilangan apa dimana Dia yang maha pencipta, timbangan apa yang IA jadikan dan timbangan apa dimana Dia yang maha pencipta, memenuhi apa yang Ia jadikan dan memenuhi apa dimana Dia Khaliq (yang maha pencipta) dan memenuhi segala langit dan bumiNya. Dan seperti itu dan berlipat ganda dari itu, bilangan makhlukNya, timbangan ‘ArasyNya, kesudahan rahmatNya, tinta kalimat-kalimatNya, jumlah kerelaanNya, sehingga Ia relah dan apabila IA rela, bilangan apa yang disebutkan (dibacakan dzikir) akan Dia oleh makhlukNya pada segala apa yang telah lalu, bilangan apa, dimana makhluk itu menyebutkanNya pada apa yang masih tinggal, pada tiap-tiap tahun, bulan, minggu, siang, malam dan jam dari jam-jam masa tersebut, penciuman, pernafasan dari nafas-nafas dan abad dari abad-abad, dari abad ke abad-abad dunia dan abad akhirat dan lebih banyak dari itu, yang tidak putus permulaannya dan tidak habis kesudahannya”.
DOA IBRAHIM BIN ADHAM RA.
Diriwayatkan oleh Ibrahim bin Basysyar –pembantu Ibrahim bin Adham, bahwa Ibrahim bin Adham membaca doa yang dibawah ini, pada tiap-tiap hari Jum’at, apabila pagi dan sore hari, yaitu, yang artinya: “Selamat datang dengan hari yang bertambah-tambah keni’matan, pagi yang baru, yang menulis dan yang syahid. Hari kita ini adalah hari raya. Tuliskanlah bagi kami pada hari ini apa yang kami ucapkan ! dengan nama Allah, Yang Terpuji, Yang Mulia, Yang Tinggi, Yang Pengasih, Yang berbuat pada makhlukNya apa yang dikehendakiNya. Adalah aku beriman dengan Allah, membenarkan dengan menjumpaiNya, mengakui dengan keteranganNya, meminta ampun dari dosaku, tunduk kepada ketuhanan Allah, menantang selain Allah tentang tuhan-tuhan itu, memerlukan kepada Allah, menyerah diri kepada Allah dan kembali kepada Allah. Aku mengakui akan Allah, mengakui akan malaikat-malaikatNya, nabi-nabiNya, rasul-rasulNya, pembawa-pembawa ‘ArasyNya, siapa yang menjadikannya dan siapa Khaliq (yang maha pencipta), ialah ALLAH, yang tiada disembah, selain Dia, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Dan bahwa Muhammad hambaNya dan RasulNya –diberi rahmat dan sejahtera kiranya oleh Allah kepadanya. Bahwa sorga itu benar, neraka itu benar. Kolam (haudl Nabi saw) itu benar, syafa’at itu benar. Munkar dan Nakir itu benar, janjiMu dengan nikmat kepada yang berbuat taat (wa’d) itu benar dan janjiMu dengan siksa kepada yang berbuat dosa (wa’id) itu benar, bertemu dengan Engkau itu benar, hari kiamat itu akan datang, tak ragu padanya. Bahwa Allah membangkitkan orang didalam kubur. Atas itulah aku hidup, atasnya aku mati dan atasnya aku dibangkitkan, insya Allah. Wahai Allah Tuhanku!  Engkau Tuhanku, tiada yang disembah selain Engkau. Engkau jadikan aku dan aku hambaMu. Aku adalah menurut janjiMu dan perjanjianMu, menurut kesanggupanku ! aku berlindung dengan Engkau, wahai Allah Tuhanku, dari kejahatan sesuatu yang aku perbuat dan dari kejahatan tiap-tiap yang mempunyai kejahatan ! wahai Allah Tuhanku ! sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah segala dosaku ! sesungguhnya tiada yang mengampunkan dosa, selain Engkau ! tunjukilah aku kepada budi pekerti yang sebaik-baiknya. Karena tiada yang menunjukkan kepada budi pekerti yang sebaik-baiknya itu, selain Engkau ! singkirkanlah daripadaku budi pekerti yang jahat, karena tiada yang menyingkirkan daripada budi pekerti yang jahat itu, selain Engkau jua ! aku sambut panggilanMu dan kebahagiaan daripadaMu. Dan kebajikan seluruhnya adalah ditanganMu ! aku adalah untukMu dan kepadaMu. Aku bermohon keampunan dan aku bertaubat kepada Engkau ! Aku beriman, wahai Allah Tuhanku, dengan apa yang Engkau utuskan dari rasul ! aku beriman, wahai Allah Tuhanku, dengan apa yang Engkau turunkan dari Kitab. Dan rahmat Allah kepada Muhammad dan kepada kaum keluarganya dan kesejahteraan yang banyak –penutup perkataanku dan kuncinya. Dan rahmat serta kesejahteraan itu kepada nabi-nabi dan rasul-rasul Allah semuanya, Amin –terimalah wahai Tuhan serwa sekalian alam ! wahai Allah Tuhanku ! bawalah kami ke kolam Muhammad (haudl Nabi), berilah kami minuman dengan gelasnya, minuman yang menghilangkan haus, memuaskan dan menyenangkan, yang tiada akan haus kami sesudah itu untuk selama-lamanya ! kumpulkanlah kami dalam rombongannya dan kami tiada menderita kerugian, tiada melanggar janji, tiada keragu-raguan, tiada di fitnahi, tiada kami dimarahi dan tiada kami sesat ! wahai Allah Tuhanku ! peliharakanlah kami dari segala macam fitnah dunia dan berilah kami taufiq kepada yang Engkau sukai dan relai ! perbaikilah keadaanku seluruhnya dan tetapkanlah aku dengan kata ketetapan dalam kehidupan dunia dan di akhirat ! janganlah Engkau sesatkan aku, walaupun aku ada berbuat kezaliman ! Maha Suci Engkau wahai Yang Maha Tinggi, wahai Yang Maha Agung, wahai Yang Pencipta, wahai Yang Penyayang, wahai Yang Maha Mulia, wahai Yang Maha Perkasa ! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya segala langit dengan segala sudutnya ! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya segala lautan dengan ombak-ombaknya ! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya segala gunung dengan warna kehijaunya ! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya segala ikan dengan berbagai macam bahasanya ! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya segala bintang di langit dengan garis-garis perjalanannya (burujnya) ! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya segala kayu-kayuan dengan pokok dan buahnya! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya 7 petala langit dan 7 petala bumi dan apa yang didalamnya dan yang diatasnya ! Maha Sucilah Allah yang mengucapkan tasbih kepadaNya tiap-tiap sesuatu dari segala makhlukNya ! Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau ! Maha Suci Engkau ! Maha Suci Engkau, wahai Yang Hidup, wahai Yang Berdiri sendiri, wahai Yang Maha Tahu, wahai Yang Maha Penyantun ! Maha Suci Engkau, tiada yang disembah, selain Engkau, Maha Esa Engkau, tiada sekutu bagi Engkau ! Engkau yang menghidupkan dan yang mematikan ! Engkaulah yang hidup, yang tiada mati ! ditangan Engkaulah kebajikan dan Engkau Maha Kuasa diatas tiap-tiap sesuatu”.
BAB KEEMPAT:
mengenai doa-doa yang diambil dari Nabi saw dan dari para sahabatnya ra, yang sanad-sanadnya dibuang (tidak disebutkan), yang dipilih dari kumpulan yang dikumpulkan oleh Abu Thalib Al-Makki, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Munzir –dirahmati Allah kiranya mereka sekalian.
Disunatkan bagi orang yang menghendaki jalan akhirat, apabila pagi-pagi hari, supaya wirid yang paling dikasihinya itu doa, sebagaimana akan diterangkan nanti pada “Kitab Wirid”. Kalau benarlah anda termasuk orang yang bermaksud kepada usaha akhirat, yang mengikuti jejak Rasulullah saw mengenai doa yang didoakan oleh Nabi saw, maka bacalah pada pembukaan doa anda, dibelakang shalat-shalat anda,
- Yaitu: “Maha Suci Tuhanku Yang Tinggi, Maha Tinggi, Maha Pemberi, Tiada yang disembah, selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan, bagiNya pujian dan Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”.
- Dan katakanlah: “Aku rela Allah Tuhanku. Islam agamaku dan Muhammad saw nabiku” 3 kali. Dan bacalah, yang artinya: “Wahai Allah Tuhanku ! yang menjadikan langit dan bumi, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Tuhan bagi tiap-tiap sesuatu dan yang memilikinya. Aku mengaku, bahwa tiada yang disembah, selain Engkau. Aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan diriku sendiri dan dari kejahatan setan dan teman sekutunya”.
- Bacalah: “Wahai Allah Tuhanku ! sungguh aku bermohon padaMu kemaafan dan kebaikkan, pada agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku ! wahai Allah Tuhanku ! tutuplah auratku (yang membawa malu kepadaku), amankanlah aku dari kegundahan, kurangkanlah aku dari ketelanjuran, peliharalah aku dari hadapanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku dan dari atasku ! aku berlindung dengan Engkau bahwa aku didatangi bahaya dari bawahku ! wahai Allah Tuhanku ! janganlah Engkau tujukan kepadaku balasan tipuanku terhadapMu, janganlah Engkau palingkan mukaku selain kepada Engkau, janganlah Engkau cabutkan daripadaku perlindungan Engkau, janganlah Engkau lupakan aku mengingati Engkau (berdzikir kepada Engkau) dan janganlah Engkau jadikan aku daripada orang-orang lalai !”.
- Bacalah: “Wahai Allah Tuhanku! Engkau Tuhanku, tiada yang disembah, selain Engkau. Engkau jadikan aku dan aku hambaMu dan aku menurut janjiMu dan perjanjianMu, menurut kesanggupanku! aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan apa yang telah aku perbuat. Aku mengakui kepadaMu, dengan ni’matMu kepadaku dan mengakui dengan dosaku, maka ampunilah aku! sungguh, tiada yang mengampunkan segala dosa, selain Engkau!” diucapkan ini 3 kali.
- Dan bacalah: “Wahai Allah Tuhanku ! ‘afiatkan/kebaikkan aku pada badanku, kebaikkan aku pada pendengaranku dan kebaikkan aku pada penglihatanku! tidak ada yang disembah, selain Engkau !” dibacakan 3 kali.
- Bacalah: Wahai Allah Tuhanku ! sungguh aku bermohon padaMu, akan kerelaan sesudah taqdir datang daripadaMu dan kesejukan hidup setelah mati dan kelezatan memandang kepada WajahMu yang Maha Mulia dan kerinduan kepada berjumpa denganMu, tanpa kesukaran yang menyukarkan dan fitnah yang menyesatkan ! aku berlindung dengan Engkau, bahwa aku berbuat aniaya atau dianiayakan, berbuat permusuhan atau aku dimusuhi orang atau berbuat kesalahan atau kedosaan, yang tidak akan Engkau berikan ampunan ! wahai Allah Tuhanku ! sungguh aku bermohon padaMu akan ketetapan pada sesuatu urusan dan kemauan pada jalan yang benar. Aku bermohon padaMu akan mensyukuri ni’matMu dan kebagusan ibadah kepadaMu. Aku bermohon padaMu akan hati yang khusyu’ sejahtera, budi pekerti yang lurus, lidah yang benar dan amalan yang diterima. Aku bermohon padaMu dari kebajikan apa yang Engkau ketahui dan aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan apa yang Engkau ketahui. Aku bermohon keampunan Engkau bagi apa yang Engkau ketahui. Sungguh Engkaulah yang mengetahui dan aku tiada mengetahui dan Engkaulah yang Maha Tahu segala yang ghaib. Wahai Allah Tuhanku ! ampunilah aku, apa yang aku kerjakan dahulu, apa yang aku kerjakan kemudian, apa yang aku sembunyikan, apa yang aku perbuatkan dengan terang dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku ! sesungguhnya Engkau yang mendahulukan dan Engkau yang mengemudiankan dan Engkaulah yang Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu dan yang Maha Menyaksikan atas tiap-tiap yang ghaib. Wahai Allah Tuhanku ! sungguh aku bermohon padaMu keimanan yang tidak membimbangkan, kenikmatan yang tidak habis-habisnya, ketetapan mata kepada Engkau yang abadi dan mengawani NabiMu Muhammad saw dalam sorga tertinggi yang berkekalan ! wahai Allah Tuhanku ! sungguh aku bermohon padaMu kebaikan, perbuatan kebajikan, meninggalkan yang munkar dan mencintai orang-orang miskin ! aku bermohon kepadaMu akan kecintaanMu dan kecintaan orang yang mencintaiMu, serta mencintai tiap-tiap perbuatan yang mendekatkan kepada kecintaanMu ! bahwa Engkau menerima taubatku, mengampunkan dosaku dan mengasihi aku ! apabila Engkau kehendaki akan fitnah dengan sesuatu golongan, maka ambilkanlah aku kepadaMu, yang tidak mendapat fitnah ! wahai Allah Tuhanku ! dengan ilmuMu akan yang ghaib dan qudrah ( kuasa )Mu diatas makhluk, hidupkanlah aku kepada kehidupan yang baik bagiku dan matikanlah aku kepada kematian yang baik bagiku ! aku bermohon kepadaMu akan takut kepadaMu pada yang tersembunyi dan pada yang terang dan kata keadilan pada yang disenangi dan dimarahi, kesederhanaan pada waktu kaya dan waktu miskin dan kelezatan memandang kepada wajahMu dan kerinduan untuk bertemu denganMu ! aku berlindung dengan Engkau dari kemelaratan yang memelaratkan dan fitnah yang menyesatkan ! wahai Allah Tuhanku ! hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadiklanlah kami yang menunjukkan, lagi memperoleh petunjuk ! wahai Allah Tuhanku ! bagikanlah bagi kami dari ketakutan kepadaMu, akan sesuatu yang menjadi penghalang antara kami dan antara berbuat kemaksiatan kepadaMu. Dan dari ketaatan kepadaMu, akan sesuatu yang menyampaikan kami kepada sorgaMu ! dan dari keyakinan, akan sesuatu yang memudahkan kepada kami dari segala bencana dunia dan bencana akhirat ! wahai Allah Tuhanku ! penuhkanlah akan wajah kami, malu daripada Engkau dan hati kami senang kepada Engkau ! tetapkanlah dalam jiwa kami daripada keagunganMu, akan sesuatu yang meringankan anggota tubuh kami untuk berkhidmat kepadaMu ! jadikanlah Engkau wahai Allah Tuhanku, yang paling kami cintai dari yang selain Engkau ! dan jadikanlah kami, paling takut kepada Engkau, dari selain Engkau ! wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah permulaan hari kami ini baik, pertengahannya kesenangan dan kesudahannya kemenangan ! wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah permulaan hari ini rahmat, pertengahannya nikmat dan kesudahannya kemuliaan dan ampunan ! segala pujian bagi Allah yang merendahkan diri tiap-tiap sesuatu karena keagunganNya, yang hinalah tiap-tiap sesuatu karena kemegahanNya, yang tunduklah tiap-tiap sesuatu kepada kerajaanNya dan menyerahlah tiap-tiap sesuatu kepada kekuasaanNya. Segala pujian bagi Allah yang tenteramlah tiap-tiap sesuatu karena kehebatanNya, yang melahirkan tiap-tiap sesuatu dengan kebijaksanaanNya dan merasa kecillah tiap-tiap sesuatu karena kebesaranNya. Wahai Allah Tuhanku ! berilah rahmat kepada Muhammad, kepada keluarga Muhammad, para isteri Muhammad dan keturunannya ! berilah barakah kepada Muhammad, kepada keluarganya, isteri-isterinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, lagi Maha Mulia. Wahai Allah Tuhanku ! berilah rahmat kepada Muhammad hambaMu, nabiMu dan rasulMu –nabi yang ummi –rasulMu yang kepercayaan ! anugerahilah dia kedudukan yang terpuji, yang telah Engkau janjikan pada hari agama (hari kiamat) ! wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah kami sebahagian dari wali-waliMu yang bertaqwa, golonganMu yang memperoleh kemenangan dan hambaMu yang shalih ! dan pakailah kami bagi kerelaanMu akan kami dan berilah kami taufiq untuk mencintaiMu oleh kami dan palingkanlah akan kami dengan kebagusan pilihanMu untuk kami ! kami bermohon kepada Engkau akan segala kumpulan kebajikan, segala pembukaan kebajikan dan segala kesudahan kebajikan ! dan kami berlindung dengan Engkau dari segala kumpulan kejahatan, segala pembukaan kejahatan dan segala kesudahannya ! wahai Allah Tuhanku ! dengan qudrah ( kuasa )Mu kepadaku, terimalah taubatku ! sesungguhnya Engkau yang menerima taubat, lagi yang Maha Penyayang ! dengan kesantunanMu kepadaku, maafkanlah aku ! sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, lagi Maha Penyantun ! dengan pengetahuanMu akan aku, kasihanilah akan aku ! sesungguhnya Engkau yang Maha Penyayang dari yang penyayang ! dan dengan kerajaanMu bagiku, maka milikkanlah kepadaku diriku dan jangan Engkau kuasakan diriku itu atasku ! sesungguhnya Engkau raja yang Maha Perkasa. Maha Suci Engkau, wahai Allah Tuhanku dan dengan pujian kepadaMu, tiada yang disembah, selain Engkau. Aku telah berbuat kejahatan dan telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah akan dosaku, sesungguhnya Engkau adalah Tuhanku dan tiada yang mengampunkan segala dosa, selain Engkau ! wahai Allah Tuhanku ! berilah aku ilham untuk petunjuk bagiku dan peliharalah aku dari kejahatan diriku sendiri ! wahai Allah Tuhanku ! anugerahilah aku rezeki yang halal, janganlah Engkau siksakan aku terhadap rezeki itu ! anugerahilah aku sifat mencukupkan (sifat qana’ah) dengan apa yang telah Engkau berikan aku rezeki dan pakaikanlah aku dengan rezeki itu pada jalan yang baik dan terimalah yang baik itu daripadaku ! aku bermohon padaMu kemaafan, kebaikkan , kebagusan keyakinan dan keselamatan di dunia dan di akhirat ! wahaiTuhan yang tidak mendatangkan melarat kepadaNya oleh dosa-dosa dan tidak mengurangkan kepadaNya oleh karena memberikan ampunan ! berilah kepadaku akan apa yang tidak mendatangkan melarat kepadaMu dan anugerahilah kepadaku akan apa yang tidak mengurangkan kepadaMu! wahai Tuhan kami ! tuangkanlah kepada kami kesabaran dan matikanlah kami sebagai orang muslim ! Engkaulah yang menguasaiku di dunia dan di akhirat, matikanlah aku selaku seorang muslim ! dan hubungilah aku dengan orang-orang shalih ! Engkaulah yang menguasai kami, maka ampunilah kami dan kasihanilah kami dan Engkaulah sebaik-baik yang mengampunkan ! tulislah bagi kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat ! sesungguhnya kami bertaubat kepadaMu. Wahai Tuhan kami ! kepada Engkau kami menyerahkan diri, kepada Engkau kami kembali dan pada Engkau tempat kembali ! wahai Tuhan kami ! janganlah Engkau jadikan kami menjadi fitnah bagi kaum yang zalim ! wahai Tuhan kami ! janganlah Engkau jadikan kami menjadi fitnah bagi mereka yang kafir dan ampunilah kami. Wahai Tuhan kami ! sesungguhnya Engkau yang Maha Mulia, lagi Maha Bijaksana ! Wahai Tuhan kami ! ampunilah dosa kami, keborosan kami dalam urusan kami, tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir ! wahai Tuhan kami ! ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dengan beriman dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman ! wahai Tuhan kami ! sesungguhnya Engkau Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhan kami ! datangkanlah kepada kami dari pihakMu rahmat dan siapkanlah jalan yang lurus bagi kami untuk pekerjaan kami ! wahai Tuhan kami ! datangkanlah kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari azab neraka ! wahai Tuhan kami ! sesungguhnya kami telah mendengar penyeru yang menyerukan kepada keimanan”
- Doa ini adalah petikan dari firman Allah ‘Azza Wa Jalla –S 3 Ali ‘Imran –yaitu sambungannya: “Berimanlah kepada Tuhanmu ! lalu kami beriman. Wahai Tuhan kami ! sebab itu ampunilah dosa kami dan tutuplah kesalahan kami dan matikanlah kami bersama orang yang baik-baik ! wahai Tuhan kami ! berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”. S 3 Ali ‘Imran ayat 192 dan 194. “Wahai Tuhan kami ! janganlah kami dihukum, jika kami lupa atau tersalah” –doa ini petikan dari surat Al Baqarah, yang sambungannya: “Wahai Tuhan kami ! janganlah Engkau pikulkan kepada kami beban yang berat, sebagaimana telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu dari kami ! wahai Tuhan kami ! janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak bisa kami pikul, maafkanlah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat, Engkaulah Pelindung kami, sebab itu tolonglah kami terhadap kaum yang tidak beriman itu !” –S 2 Al Baqarah ayat 286 –penghabisan S Al Baqarah. “Wahai Tuhanku ! ampunilah aku dan dua ibu bapakku dan kasihanilah keduanya, sebagaimana keduanya telah mendidik aku sewaktu kecil dan ampunilah sekalian orang mu’min, pria dan wanitanya dan kaum muslimin, pria dan wanitanya, yang masih hidup dari mereka dan yang sudah meninggal ! wahai Tuhanku ! ampunilah, kasihanilah dan lepaskanlah dari apa yang Engkau ketahui dan Engkaulah yang Maha Tinggi dan Maha Mulia dan Engkaulah sebaik-baik yang Pengasih dan Engkaulah sebaik-baik yang Pengampun ! sesungguhnya kita itu kepunyaan Allah dan sesungguhnya kita kembali kepadaNya. Tiada daya dan tiada upaya, selain dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Mencukupilah bagi kita Allah dan sebaik-baik tempat menyerahkan diri. Dan kiranya Allah memberikan rahmat kepada Muhammad, kesudahan nabi-nabi dan kepada keluarganya dan para sahabatnya dan memberikan kesejahteraan yang banyak kepadanya”.
Berbagai macam doa memohonkan perlindungan (al-isti’adzah) yang dinukilkan daripada Nabi saw, yaitu: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari kebakhilan, aku berlindung dengan Engkau dari ketidak-beranian, aku berlindung dengan Engkau daripada aku dikembalikan kepada usia yang paling hina, aku berlindung dengan Engkau dari fitnah dunia, aku berlindung dengan Engkau dari azab kubur ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari sifat loba yang menunjukkan kepada tabiat dan dari sifat loba pada bukan tempat kelobaan dan dari loba, dimana tak ada tempat kelobaan padanya. Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari doa yang tidak didengar dan dari nafsu yang tidak kenyang ! aku berlindung dengan Engkau dari kelaparan, karena itu adalah seburuk-buruk bagi orang yang malas dan dari kekhianatan, karena itu adalah seburuk-buruk apa yang tersembunyi dan dari kemalasan, kebakhilan, ketidak-beranian, keterlaluan tua, daripada dikembalikan aku kepada usia yang terlalu hina, dari fitnah Dajjal, azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian. Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon kepadaMu hati yang banyak mengadu, yang tenang khusyu’ dan yang kembali kepada jalanMu ! wahai Allah Tuhanku! sesungguhnya aku bermohon padaMu akan cita-cita keampunanMu, yang mengharuskan kerahmatanMu, keselamatan dari tiap-tiap dosa, memperoleh bahagian dari tiap-tiap kebajikan, kemenangan dengan sorga dan kelepasan dari neraka ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau daripada terperosok, aku berlindung dengan Engkau daripada kemendungan, kekaraman dan keruntuhan ! aku berlindung dengan Engkau daripada aku mati yang membelakangi jalanMu dan aku berlindung dengan Engkau daripada aku mati pada mencari dunia ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan apa yang aku ketahui dan dari kejahatan apa yang tiada aku ketahui ! wahai Allah Tuhanku ! jauhkanlah aku dari kemunkaran budi perbuatan, suara dan hawa nafsu ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari desakan percobaan, dari memperoleh ketidak-bahagiaan, dari keburukan qodo’ (ketentuan Allah) dan dari cacian musuh. Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari kufur (tidak mensyukuri), dari hutang dan kemiskinan ! aku berlindung dengan Engkau dari azab neraka jahannam dan aku berlindung dengan Engkau dari fitnah Dajjal ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan pendengaranku dan penglihatanku, dari kejahatan lidahku dan hatiku dan dari kejahatan cita-citaku ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari tetangga yang jahat pada kampung kediaman, sesungguhnya tetangga di desa badui itu selalu bertukar ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari kekesatan hati, kelalaian, kesandaran diri pada orang lain, kehinaan dan kemiskinan ! aku berlindung dengan Engkau dari kufur (tidak mensyukuri), fakir, fasiq, berbantah-bantahan, nifaq (bermuka dua), jahat budi, sempit rezeki, sifat mencari nama dan ria ! aku berlindung dengan Engkau daripada tuli, bisu, buta, gila, kusta, supak dan penyakit-penyakit jahat ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari kehilangan nikmatMu, dari bertukar kebaikkan  daripadaMu, dari tiba-tiba kebencanaan daripadaMu dan dari segala kemarahanMu ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari azab neraka, fitnah neraka, azab kubur, fitnah kubur, dari kejahatan fitnah kekayaan, dari kejahatan fitnah kemiskinan dan dari kejahatan fitnah Dajjal buta ! aku berlindung dengan Engkau daripada hutang dan dosa ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari nafsu yang tidak kenyang, hati yang tiada khusyu’, shalat yang tiada bermanfaat dan doa yang tiada diterima. Dan aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan kegelapan hidup dan fitnah kesempitan dada ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari desakan lawan dan cacian musuh-musuh. Diberi oleh Allah kiranya rahmat kepada Muhammad dan kepada tiap-tiap hamba pilihan dari seluruh alam, Amin !.
BAB KELIMA: tentang doa-doa yang dinukilkan ketika terjadi tiap-tiap kejadian dari bermacam-macam kejadian.
 Apabila telah datang waktu subuh dan anda mendengar adzan, maka disunatkan bagi anda menjawab adzan dari muadzin itu. Dan telah kami sebutkan jawaban adzan itu. Dan telah kami sebutkan doa masuk kakus dan keluar daripadanya dan doa-doa wudlu’ pada “Kitab Bersuci”.
Apabila anda keluar ke masjid, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah dalam hatiku nur, pada lidahku nur dan jadikanlah pada pendengaranku nur, jadikanlah pada penglihatanku nur, jadikanlah dibelakangku nur, dihadapanku nur dan jadikanlah diatasku nur ! wahai Allah Tuhanku ! berikanlah aku nur !”.
Dan berdoalah pula: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon padaMu sebagai hak orang-orang yang meminta kepadaMu dan sebagai hak perjalananku ini kepadaMu. Maka sesungguhnya tidaklah aku keluar dengan keangkuhan dan kesombongan, tidak dengan ria dan ingin dikenal orang. Aku keluar karena menjaga kemarahanMu dan mencari kerelaanMu. Maka aku bermohon padaMu, kiranya Engkau melepaskan aku dari neraka dan mengampunkan segala dosaku. Sungguh tiada yang mengampunkan dosa itu selain Engkau !”.
Jika anda keluar dari rumah karena sesuatu keperluan, maka berdoalah: “Dengan nama Allah. Wahai Tuhanku, aku berlindung dengan Engkau dari aku berbuat aniaya atau aku dianiaya, dari aku bodoh atau aku diperbodohkan orang ! dengan nama Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Tiada daya dan upaya, selain dengan Allah Yang Maha Tinggi, lagi Maha Agung. Dengan nama Allah, bersandar kepada Allah !”.
Apabila telah sampai ke masjid dan anda bermaksud hendak masuk, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! berilah rahmat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad dan berilah kesejahteraan kepadanya ! wahai Allah Tuhanku ! ampunilah segala dosaku, bukalah bagiku pintu rahmatMu !”. Dahulukanlah kaki anda yang kanan, ketika masuk ! maka apabila anda melihat dalam masjid orang berjual-beli, hendaklah anda katakan: “Tidak akan diberi keuntungan oleh Allah perniagaanmu !” Apabila anda melihat orang yang mencari barangnya yang hilang dalam masjid, lalu katakanlah: “Tidak akan dikembalikan oleh Allah barang itu kepadamu ! begitu disuruh oleh Rasulullah saw !.
Apabila anda telah mengerjakan 2 rakaat shalat subuh, maka berdoalah: “Dengan nama Allah. Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon padaMu akan rahmat, dari sisiMu, yang Engkau tunjukkan dengan rahmat itu akan hatiku" –dibacakan doa ini sampai kepada akhirnya, sebagaimana telah kami bentangkan, berasal dari Ibnu ‘Abbas ra, yang diambilnya dari Nabi saw (Telah diterangkan pada doa dahulu). Apabila anda ruku’, maka bacalah dalam ruku’ anda: “Wahai Allah Tuhanku ! bagiMu aku ruku’, bagiMu aku khusyu’, kepadaMu aku beriman, bagiMu aku tunduk dan kepadaMu aku menyerahkan diri. Engkau Tuhanku, telah khusyu’lah pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, urat sarafku dan apa, yang dengan dia berdiri sendiri tapak kakiku untuk Allah Tuhan semesta sekalian alam”. Dan kalau anda sukai, bacalah: “Subbhaana rabbial-‘adhiim” –3 kali, yang artinya: “Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung” Atau anda baca: “Subbuuhun qudduusun rabul-malaaikati war-ruuh”, artinya: “Maha Suci, Maha Qudus, Tuhan para malaikat dan nyawa”. Apabila anda mengangkatkan kepala dari ruku’, maka berdoalah: “Didengar oleh Allah siapa yang memujiNya. Wahai Tuhan kami ! bagiMu segala pujian, yang memenuhi segala langit, yang memenuhi bumi dan yang memenuhi apa yang Engkau kehendaki dari sesuatu sesudah yang berhak pujian dan kemuliaan. Benarlah kiranya apa yang dikatakan oleh hamba: “Bahwa semua kami adalah hamba bagiMu. Tak ada yang melarang akan apa yang Engkau berikan. Tak ada yang memberi akan apa yang Engkau larang dan tidaklah bermanfaat bagi yang mempunyai kemuliaan dari Engkau oleh kemuliaannya”.
Apabila anda sujud, maka bacalah: “Wahai Allah Tuhanku ! kepadaMu aku sujud dan kepadaMu aku beriman dan aku tunduk. Bersujudlah wajahku kepada Yang Menjadikannya, Yang Membentukkannya, Yang Membuka pendengarannya dan penglihatannya. Maka Maha Sucilah Allah, Khaliq (yang maha pencipta) yang sebaik-baiknya. Wahai Allah Tuhanku ! bersujudlah kepadaMu tubuhku dan alam pikiranku dan berimanlah kepadaMu jantung-hatiku, aku mengakui dengan ni’matMu kepadaku dan aku mengakui dengan dosaku. Dan inilah apa yang telah aku berbuat aniaya terhadap diriku ! maka ampunilah aku, sesungguhnya tiadalah yang mengampunkan segala dosa selain Engkau !”. Atau anda baca: “Subhaana rabbiyal-a’laa” –3 kali, yang artinya: “Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi”. Apabila anda telah selesai dari shalat, maka bacalah: “Wahai Allah Tuhanku ! Engkau sejahtera dan dari Engkau sejahtera, bertambah-tambah ni’mat Engkau, wahai Yang Mempunyai keagungan dan kemuliaan”. Dan anda mendoa dengan doa-doa yang lain, yang telah kami sebutkan dahulu. Apabila anda telah berdiri dari tempat duduk dan bermaksud mendoa yang akan menutup kesia-siaan tempat duduk itu, maka berdoalah: “Maha Suci Engkau, wahai Allah Tuhanku ! dan dengan pujian kepadaMu aku mengaku, bahwa tiada yang disembah, selain Engkau. Aku meminta ampun kepada Engkau dan bertaubat kepada Engkau ! aku telah berbuat kejahatan dan telah menganiaya diriku sendiri. Maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tiada yang mengampunkan segala dosa, selain Engkau !”.
Apabila anda masuk ke pasar, maka berdoalah: “Tiada yang disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Dialah yang mempunyai kerajaan dan pujian. Ia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dialah Yang hidup, tiada mati. DitanganNyalah Kebajikan dan Dialah yang Maha Kuasa diatas tiap-tiap sesuatu. Bismillah –dengan nama Allah ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon padaMu akan kebajikan pasar ini dan kebajikan apa-apa yang ada padanya. Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung denganMu dari kejahatan pasar ini dan kejahatan apa-apa yang ada padanya ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau daripada aku memperoleh bencana pada pasar ini, sumpah yang zalim atau jual beli yang merugikan !”. Kalau ada hutang anda, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! cukupkanlah bagiku dengan yang halal daripada Engkau, tidak dengan yang haram ! kayakanlah akan aku dengan kurniaMu, tanpa orang lain, selain Engkau !”.
Apabila anda memakai pakaian baru, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! Engkau berikan aku pakaian dengan kain ini maka bagiMulah segala pujian ! aku bermohon padaMu dari kebaikannya kain itu dan kebaikan dari apa yang diperbuatkan kain itu untuknya ! aku berlindung dengan Engkau dari kejahatannya dan kejahatan apa yang diperbuatkan kain itu untuknya !”.
Apabila anda melihat sesuatu keadaan, yang tidak menyenangkan anda, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! tidaklah yang mendatangkan segala kebaikan, selain Engkau dan tidaklah yang menghilangkan segala keburukan, selain Engkau ! tiadalah daya dan upaya, melainkan dengan Allah !”.
Apabila anda melihat bulan sabit, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah bulan sabit itu kepada kami dengan keamanan, keimanan, kebajikan, keselamatan, kesejahteraan dan taufiq bagi apa yang Engkau sukai dan relai. Dan terpelihara dari orang yang Engkau marahi. Sesungguhnya Tuhanku dan Tuhanmu (hai bulan), ialah Allah !”. Dan dibacakan: “Wahai bulan sabit petunjuk dan kebajikan ! aku beriman dengan Khaliq yang maha pencipta ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon padaMu akan kebajikan bulan ini dan kebajikan taqdir ! aku berlindung padaMu dari kejahatan hari mahsyar !”. Dan lebih dahulu, bertakbirlah 3 kali sebelum membaca doa tadi.
Dan apabila berhembus angin, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon padaMu akan kebajikan angin ini dan kebajikan apa yang didalamnya serta kebajikan sebabnya angin itu dikirimkan. Dan kami berlindung padaMu dari kejahatan angin itu, kejahatan apa-apa yang didalamnya dan kejahatan sebabnya angin itu dikirimkan !”.
Apabila sampai kepada anda berita meninggal seseorang, maka bacalah: “Sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan kita kembali kepadaNya. Sesungguhnya kita berbalik kepada Tuhan kita. Wahai Allah Tuhanku ! tuliskanlah dia dalam golongan orang-orang yang berbuat baik dan jadikanlah suratan amalnya dalam sorga tinggi dan gantikanlah dia dibelakangnya dalam golongan orang-orang yang terdahulu ! wahai Allah Tuhanku ! janganlah Engkau haramkan kami daripada pahalanya dan janganlah Engkau datangkan kepada kami kekacauan sesudahnya ! ampunilah dosa kami dan dosanya !”.
Dan anda berdoa ketika bersedekah: “Wahai Tuhan kami, terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, lagi Maha Tahu !”. Dan anda bacakan ketika rugi: “Mudah-mudahan kiranya Tuhan kami menggantikannya bagi kami yang lebih baik daripadanya ! sesungguhnya kami amat ingin kepada Tuhan kami”. Dan anda berdoa pada permulaan segala urusan, yaitu: “Wahai Tuhan kami, datangkanlah bagi kami daripadaMu rahmat dan kurnialah petunjuk bagi kami dari pekerjaan kami ! wahai Allah Tuhanku, lapangkanlah bagiku dadaku dan permudahkanlah bagiku urusanku !”.
Dan anda berdoa ketika memandang ke langit: “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan ini batil/salah ! Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami daripada azab neraka ! bertambah-tambahlah ni’mat Allah, yang menjadikan pada langit jalan-jalanan bintang dan menjadikan padanya lentera dan bulan yang cemerlang !”.
                Apabila anda mendengar bunyi guruh, maka bacalah: “Maha Sucilah Allah yang bertasbih guruh dengan pujian kepadaNya dan para malaikat dari ketakutan kepadaNya !”.
Apabila anda melihat kilat, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! janganlah Engkau membunuh kami dengan kemarahanMu dan janganlah membinasakan kami dengan azabMu dan sehatkanlah kami sebelum itu” –demikianlah menurut yang diterangkan oleh Ka’b.
Apabila turun hujan, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah siraman yang memuaskan dan hujan yang bermanfaat ! wahai Allah Tuhanku  jadikanlah dia hujan rahmat dan janganlah Engkau jadikan hujan azab !”.
Apabila anda marah, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! ampunilah dosaku dan hilangkanlah kemarahan hatiku dan lepaskanlah aku dari setan yang kena kutuk !”.
Apaibla anda takut kepada sesuatu kaum (golongan), maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya kami jadikan Engkau yang berhadapan dengan mereka dan kami berlindung dengan Engkau dari kejahatan mereka !”.
Apabila anda berperang, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! Engkaulah pembantuku dan penolongku dan dengan sebabMu aku berperang !”.
Apabila kedengaran kemasyhuranmu ke telingamu, maka berselawatlah kepada Muhammad saw dan katakanlah: “Disebutkan oleh Allah kiranya akan orang yang menyebutkan aku dengan kebajikan”.
Apabila anda melihat doa anda makbul, maka bacalah: “Segala pujian bagi Allah, dimana dengan kemuliaan dan keAgunganNya, sempurnalah segala yang baik-baik”. Apabila anda melihat kelambatan makbul itu, maka bacalah: “Segala Pujian bagi Allah diatas segala hal keadaan”.
Apabila anda mendengar adzan Maghrib, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! inilah menghadap malamMu, membelakang siangMu, suara mendoa kepadaMu dan  kedatangan shalat bagiMu. Aku bermohon kepadaMu akan mengampuni dosaku !”.              
Apabila menimpa kepada anda kesusahan, maka berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku hambaMu, putera hambaMu yang laki-laki dan putera hambaMu yang perempuan. Ubun-ubunku ditanganMu, yang berlaku padaku hukumMu, yang adil padaku keputusanMu. Aku bermohon padaMu dengan tiap-tiap nama bagiMu, yang Engkau namakan diriMu dengan dia atau Engkau turunkan dia dalam KitabMu atau Engkau ajarkan dia kepada seseorang daripada makhlukMu atau Engkau pilihkan dia dalam ilmu ghaib pada sisiMu, kiranya Engkau jadikan Alquran pengikat hatiku, cahaya dadaku, yang menghilangkan kegundahanku, yang melenyapkan kesusahan dan kepiluanku !”. Bersabda Nabi saw: “Tiadalah seseorang memperoleh kesusahan, lalu membaca bacaan tadi, melainkan dihilangkan oleh Allah kesusahannya dan digantikanNya kesusahan itu dengan kesenangan”. Lalu Nabi saw ditanyakan: “Wahai Rasulullah, apakah kami tidak mempelajarinya ?”. Maka menjawab Nabi saw: “Sewajarnyalah bagi orang yang mendengarnya, mempelajarinya”.
 Apabila anda mendapat penyakit pada tubuh anda sendiri atau pada tubuh orang lain, maka menterakanlah dengan mentera Rasulullah saw: “Adalah Rasulullah, apabila ada orang menderita borok (luka berat) atau luka biasa, lalu meletakkan telunjuknya keatas bumi, kemudian mengangkatkannya dan mengucapkan: “Bismillah. Tanah bumi kita dengan mentera sebahagian kita itu, akan disembuhkan orang sakit kita dengan izin Tuhan kita”. Dan apabila anda memperoleh penyakit pada tubuh anda, maka letakkanlah tangan anda diatas yang sakit dari tubuh anda itu, seraya membaca: “Bismillah 3 kali. Dan bacalah 7 kali: “Aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaanNya, dari kejahatan apa yang aku peroleh dan aku takuti”.
Apabila anda mendapat kesedihan, maka bacalah: “Tiada yang disembah, melainkan Allah yang Maha Tinggi, lagi Maha Penyantun. Tiada yang disembah, melainkan Allah yang mempunyai ‘Arasy yang agung. Tiada yang disembah melainkan Allah yang mempunyai  langit 7 dan yang mempunyai ‘Arasy yang mulia”.
Kalau anda mau tidur, maka mula-mula berwudlu’lah, kemudian berbantallah atas kananmu, menghadap kiblat. Kemudian bertakbirlah (mengucapkan “Allahu Akbar”) 34 kali, bertasbihlah (mengucapkan “Subhanallah”) 33 kali dan bertahmidlah (mengucapkan “Alhamdulillah”) 33 kali ! kemudian berdoalah: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan kerelaanMu daripada kemarahanMu, dengan kemaafanMu daripada siksaanMu dan aku berlindung dengan Engkau daripada Engkau ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku tiada sanggup menyampaikan pujian kepadaMu, walaupun aku bersungguh-sungguh benar tetapi Engkaulah sebagaimana Engkau memuji kepada diri Engkau sendiri ! wahai Allah Tuhanku ! dengan namaMu aku hidup dan aku mati ! wahai Allah Tuhanku ! Tuhan langit, Tuhan bumi, Tuhan segala-galanya dan yang mempunyainya, yang membelahkan biji-bijian dan isi, yang menurunkan Taurat, Injil dan Alquran ! aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan tiap-tiap yang mempunyai kejahatan dan dari kejahatan tiap-tiap yang melata, dimana Engkaulah yang mengambil ubun-ubunnya ! Engkaulah yang Permulaan, maka tiadalah sebelum Engkau sesuatu ! Engkaulah yang Penghabisan, maka tiadalah sesudah Engkau sesuatu ! Engkaulah yang Zhahir, maka tiadalah diatas Engkau sesuatu ! Engkaulah yang Bathin, maka tiadalah tanpa Engkau sesuatu ! Lunasilah daripadaku hutang dan kayakanlah aku daripada kemiskinan ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya Engkau menjadikan diriku dan Engkaulah yang mematikannya. Bagi Engkaulah matinya diriku dan hidupnya ! wahai Allah Tuhanku ! jika Engkau mematikan diriku, maka ampunilah dia ! dan jika Engkau menghidupkannya, maka peliharalah dia ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon padaMu kebaikkan  di dunia dan di akhirat ! dengan namaMu, wahai Tuhanku, aku letakkan lembungku, maka ampunilah dosaku ! wahai Allah Tuhanku ! peliharalah aku dari azabMu, pada hari berkumpul segala hambaMu ! wahai Allah Tuhanku ! aku serahkan diriku kepadaMu dan aku hadapkan wajahku kepadaMu. Aku serahkan urusanku kepadaMu, aku sandarkan belakangku kepadaMu, karena ingin dan takut kepadaMu ! tiadalah tempat bersandar dan melepaskan diri daripada azabMu, melainkan kepadaMu ! aku beriman dengan KitabMu yang telah Engkau turunkan dan NabiMu yang telah Engkau utuskan !”.
Dan adalah ini penghabisan doamu, karena Rasulullah saw telah menyuruh yang demikian itu. Dan hendaklah didoakan sebelum itu: “Wahai Allah Tuhanku ! bangunkanlah aku pada saat yang lebih Engkau sukai dan pergunakanlah aku pada amal perbuatan yang lebih Engkau sukai, yang mendekatkan aku kepada Engkau seluruhnya ! dan Engkau jauhkan aku daripada kemarahanMu dengan begitu jauh. Aku bermohon padaMu, maka Engkau berikan kepadaku. Aku meminta ampun padaMu, maka Engkau ampunkan akan dosaku. Dan aku berdoa padaMu, maka Engkau terima akan doaku itu !”.
Apabila anda telah bangun dari tidur ketika waktu subuh, maka berdoalah: “Segala pujian bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah mematikan kami dan kepadaNyalah dibangkitkan ! kami telah berada pada pagi subuh dan adalah kerajaan itu kepunyaan Allah. Keagungan dan Kekuasaan itu kepunyaan Allah. Kemuliaan dan qudrah ( kuasa ) itu bagi Allah. Jadilah kami diatas kesucian agama Islam dan kalimat keikhlasan diatas agama Nabi kita Muhammad saw, diatas agama (millah) bapak kita Ibrahim yang membawa agama benar dan tidaklah ia daripada orang-orang musyrik ! wahai Allah Tuhanku! dengan sebab Engkau kami berwaktu subuh, dengan sebab Engkau kami berwaktu sore, dengan sebab Engkau kami hidup, dengan sebab Engkau kami mati dan kepada Engkaulah tempat kembali ! wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berrmohon padaMu, kiranya Engkau gerakkan kami pada hari ini kepada segala kebajikan. Dan kami berlindung dengan Engkau daripada kami berbuat padanya kejahatan atau berbuat aniaya kepada seseorang muslim. Maka sesungguhnya Engkau telah berfirman: “Dialah (Allah) yang mematikan (memegang jiwa) kamu pada waktu malam dan Ia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada waktu siang, kemudian Ia bangunkan kamu padanya untuk disempurnakan suatu waktu (ajal) yang tertentu”. S 6 Al An’aam ayat 60. “Wahai Allah Tuhanku ! yang menciptakan subuh, yang menjadikan malam tenteram, matahari dan bulan untuk perkiraan. Aku bermohon padaMu akan kebajikan hari ini dan kebajikan apa yang ada padanya. Aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan hari ini serta kejahatan apa yang ada padanya. Bismillaah masyaa-allah –dengan nama Allah, apa yang dikehendaki Allah –tiada upaya melainkan dengan Allah. Masyaa-allah, tiap-tiap ni’mat daripada Allah. Masya-allah, kebajikan seluruhnya ditangan Allah. Masya-allah, tidaklah yang memalingkan kejahatan, melainkan Allah. Aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaku dan Muhammad saw Nabiku ! wahai Tuhan kami, kepadaMu kami menyerahkan diri, kepadaMu kami kembali dan kepadaMu tempat kembali !”. Dan apabila telah petang hari, maka dibacakan yang tadi itu, kecuali, bahwa ia membacakan: “Kami telah berada pada petang hari”. Dan ia berdoa bersama yang tadi: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dan asma’Nya (nama-namaNya) semua, daripada kejahatan apa yang dijadikan dan yang diciptakanNya, daripada kejahatan tiap-tiap yang mempunyai kejahatan dan daripada kejahatan tiap-tiap yang melata diatas bumi, dimana Engkau yang mengambil ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku diatas jalan yang lurus !”.
Apabila memandang pada kaca, maka bacalah: “Segala pujian bagi Allah yang menjadikan kejadianku, lalu menjadikannya dengan seadil-adilnya, memuliakan bentuk wajahku dan membaguskannya dan menjadikan aku daripada orang-orang muslimin !”.
Apabila anda membeli pesuruh atau budak atau hewan, maka peganglah ubun-ubunnya dan bacalah: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku bermohon padaMu kebajikannya dan kebajikan apa yang menjadi tabiat padanya. Aku berlindung padaMu daripada kejahatannya dan kejahatan apa yang menjadi tabiat padanya”.
Apabila anda mengucapkan selamat atas suatu perkawinan, maka katakanlah kepada orang yang anda ucapkan itu: “Diberi barakah kiranya oleh Allah padamu, diberi barakah kiranya keatasmu dan  dikumpulkan kiranya diantara kedua kamu dalam kebajikan !”.
Apabila anda membayar hutang, maka katakanlah kepada orang yang anda bayarkan itu: “Diberi barakah kiranya oleh Allah bagimu pada keluargamu dan hartamu !”, karena bersabda Nabi saw: “Sesungguhnya balasan pinjaman, ialah pujian dan pembayaran”.
Maka inilah doa-doa, yang tidak dapat bagi seorang murid melepaskan diri daripada menghafalkannya. Dan yang selain dari itu dari doa-doa safar (perjalanan jauh), doa shalat dan wudlu’, telah kami sebutkan pada Kitab Hajji, Kitab Shalat dan Kitab Thaharah dahulu. Kalau anda menanyakan: “Apa faedahnya mendoa, sedang qodo’ (ketentuan dan ketetapan dari Allah) itu, tidak bisa ditolak ?”. Maka ketahuilah kiranya, bahwa sebahagian dari qodo’, ialah: menolak bencana dengan doa. Maka doa itu, adalah sebab untuk penolakan bencana dan penarikan rahmat, sebagaimana perisai adalah sebab untuk penolakan panah. Dan air adalah sebab untuk keluarnya tumbuh-tumbuhan dari tanah. Maka sebagaimana perisai menolak panah lalu keduanya tolak-menolak, maka begitu pulalah doa dan bencana, keduanya obat-mengobati. Dan tidaklah diantara syarat pengakuan dengan qodo’ Allah Ta’ala itu, tidak membawa senjata, karena firman Allah Ta’ala: “Ambillah persediaan kamu !”. S 4 An Nisaa’ ayat 71. Dan bahwa tidak disirami tanah, sesudah disebarkan bibit, lalu dikatakan, bahwa: kalau telah dahululah qodo Tuhan dengan tumbuhnya bibit itu, niscaya tumbuhlah dia. Dan kalau tidaklah dahulu qodo itu, niscaya tidaklah ia tumbuh. Tetapi mengikatkan sebab dengan musabbab, adalah: qodo’ pertama, dimana ia seperti kerlingan mata atau lebih cepat dari itu lagi. Dan penyusunan uraian musabbab diatas uraian sebab, secara berangsur dan menentukan, itulah: qadar (takdir). Dan Yang Menentukan kebajikan, telah menentukannya dengan sebab. Dan Yang Menentukan kejahatan, telah menentukan sebab, untuk menolaknya. Sehingga tidaklah berlawanan (kontradiksi) antara semua keadaan itu pada orang yang terbuka matahatinya (bashirahnya). Kemudian tentang faedahnya doa itu, ialah apa yang telah kami terangkan pada Bab Dzikir dahulu. Maka ia meminta kehadiran hati kepada Allah dan itulah: ibadah yang terakhir (muntahal-ibadah). Karena itulah, bersabda Nabi saw: “Doa itu adalah otak ibadah”. Dan kebiasaan manusia itu, tidak tertuju hatinya kepada mengingati Allah (berdzikir kepada Allah), kecuali ketika memerlukan benar dan sudah terpaksa sekali. Sebab manusia itu, apabila memperoleh keadaan yang memburuk, maka ia mempunyai doa yang panjang. Maka keperluanlah yang memerlukan kepada doa. Dan doa itu menolak hati kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dengan merendahkan diri dan bertekun. Maka berhasillah dengan yang demikian itu dzikir, dimana itu adalah: ibadah yang termulia. Dan karena itulah bala-percobaan menimpa nabi-nabi as, kemudian wali-wali, kemudian yang mengikuti dan yang mengikuti langkah –jejak mereka. Karena bala-percobaan itu menolak hati kepada berhajat dan merendahkan diri kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dan mencegah daripada melupakanNya.
Adapun kekayaan, maka adalah sebab bagi keangkuhan menurut kebiasaan. Karena manusia itu, sesungguhnya mendurhaka, apabila menampak ia dalam keadaan kaya. Maka inilah apa yang kami maksudkan membentangkannya dari kumpulan dzikir dan doa. Kiranya Allah memberi taufik kebajikan.

Adapun doa-doa yang lain mengenai makan, berjalan jauh (bermusafir), mengunjungi orang sakit dll, maka akan datang pada tempatnya masing-masing insya Allah Ta’ala. Dan kepada Allah penyerahan diri. Telah selesailah Kitab Dzikir dan Doa dengan sempurna dan akan diiringi –insya Allahu Ta’ala –dengan Kitab Wirid. Segala pujian bagi Allah Tuhan serwa sekalian alam. Dan dianugerahi rahmat kiranya oleh Allah kepada penghulu kita Muhammad, kepada keluarganya dan para sahabatnya dan kesejahteraan hendaknya !.