KITAB TERCELANYA
DUNIA.
YA1TU: KITAB KE 6
DARI RUBU YANG MEMBINASAKAN DARI KITAB IHYA ULUMI'DDIN
Segala pujian bagi Allah yang memperkenalkan kepada para
waliNYA, kerusakan‑kerusakan dan bahaya‑bahaya dunia. la menyingkapkan kepada
mereka, segala kekurangan dan yang memalukan dari dunia. Sehingga para wali itu
memperhatikan pada bukti‑bukti dan tanda‑tanda dunia. Mereka menimbang dengan
kebaikan akan keburukannya. Lalu mereka mengetahui, bahwa kemungkaran dunia itu
bertambah dari kebaikannya.
Tiada sempurna yang diharapkan dari dunia,
dengan yang ditakutkan. Tiada selamat yang muncul dari dunia itu, dari
kegerhanaannya. Akan tetapi, dunia itu dalam bentuk wanita manis. la menarik
hati manusia dengan kecantikannya. la mempunyai rahasia‑rahasia buruk dan keji,
yang membinasakan orang‑orang yang ingin berhubungan dengan dia.
Kemudian, ia melarikan diri dari orang‑orang
yang mencarinya, kikir dengan penerimaan baiknya. Apabila ia terima dengan
baik, niscaya tidak aman dari kejahatan dan buruk kesudahannya. Kalau ia
berbuat baik sesa'at, niscaya ia berbuat jahat setahun. Dan kalau la berbuat
jahat sekali, niscaya dijadikannya setahun. Maka lingkaran penerimaan baiknya
itu berputar dekat‑mendekati.
Perniagaan putera‑puteranya itu merugi dan
binasa. Bahaya‑bahayanya silih berganti mengenai dada pencari‑pencarinya.
Tempat berlaku hal‑ikhwalnya, memutarkan dengan kehinaan pencari‑pencarinya.
Setiap orang yang tertipu dengan dia, kesudahannya kehinaan. Setiap orang yang
menyombong dengan dia, perjalanannya kepada kerugian. Sikapnya, ialah lari
dari pencarinya dan mencari orang yang lari daripadanya. Orang yang
melayaninya, dibuatnya kehilangan. Dan orang yang berpaling daripadanya,
dicarinya penyesuaian.
Kejernihannya tiada terlepas dari campuran
kekeruhan dan senantiasa kegembiraan nya dari kekotoran. Kesejahteraannya
mengakibatkan sakit. Kemudaannya menghalau kepada ketuaan. Kenikmatannya tidak
membuahkan, selain kerugian dan penyesalan.
Maka dunia itu penipu, pendaya, terbang
dan lari. Selalu ia berhias bagi pencari-pencarinya. Sehingga apabila mereka
menjadi pencintanya, niscaya diraih nya mereka dengan gigi anjingnya. Dikacaukannya
mereka, oleh sebab‑sebabnya yang teratur. Disingkapkannya bagi mereka, dari
kekurangan‑kekurangannya yang tersembunyi. Lalu dirasakannya kepada mereka,
racun‑racun yang membunuhkan. Dilemparkannya mereka, dengan anak panahnya yang
mengena, sedang teman‑temannya dalam kegembiraan dan kenikmatan. Karena berpaling
dari mereka. Dia seolah‑olah mimpi yang enak, kemudian dikeruhkannya mereka,
dengan tipu‑dayanya.
Lalu ditumbukkannya mereka sebagai
menumbuk tanaman yang baru diketam. Dan disembunyikannya mereka dalam kain
kafannya di bawah tanah. Jikalau dimilikinya seseorang dari mereka, semua yang
ada padanya terbit matahari niscaya dijadikannya menjadi tanaman yang diketam,
seakan‑akan ia memerlukan besok. la mencita‑citakan akan kegembiraan bagi
teman‑temannya. Dan dijanjikannya penipuan bagi mereka. Sehingga mereka itu
bercita‑cita banyak dan membangun istana-istana. Maka istana‑istana itu
menjadi kuburan, pengumpulannya menjadi binasa, usahanya menjadi abu yang
beterbangan dan do'anya menjadi rusak binasa. Inilah sifat dunia!
Dan adalah urusan Allah itu taqdir yang
ditaqdirkan! Rahmat dan sejahtera kepada Muhammad hambaNya dan utusanNya, yang
diutuskan kepada alam semesta, membawa kabar gembira kepada orang yang beriman
dan kabar yang menakutkan kepada orang‑orang kafir dan menjadi pelita yang
bersinar terang. Juga rahmat dan sejahtera itu kepada siapa saja dari keluarganya
dan para sahabatnya, yang membantu menegakkan agama dan menolongnya terhadap,
orang‑orang yang zalim. Anugerahilah kesejahteraan yang sebanyak‑banyaknya!
Adapun Kemudian, sesungguhnya dunia itu
musuh bagi Allah, musuh bagi wali‑wali Allah. Adapun permusuhannya bagi Allah,
maka sesungguhnya dunia itu memotong jalan kepada hamba‑hamba Allah. Dan karena
itulah, Allah tidak memandang kepada dunia itu, semenjak dijadikannya. Adapun
permusuhannya bagi wali‑wali Allah 'Azza wa Jalla (Allah Yang Maha Mulia &
Maha Besar), maka sesungguhnya, dunia itu menghiaskan dirinya bagi wali‑wali
itu dengan hiasannya. Dan melengkapkan mereka dengan kembang dan keelokan
cahayanya. Sehingga mereka meminum kepahitan sabar, pada memutuskan hubungan
dengan dunia itu.
Adapun permusuhannya bagi musuh‑musuh
Allah, maka sesungguhnya dunia itu membuka jalan bagi mereka dengan tipu dan
dayanya. Maka ditangkapnya mereka dengan jaringnya. Sehingga mereka percaya
dengan dunia itu. Dan berpegang kepadanya. Maka dunia itu menghina mereka,
dengan keperluan yang diperlukan mereka kepadanya. Lalu mereka memperoleh
daripadanya kerugian yang memutuskan jantung, tanpa memperoleh yang diperlukan
itu. Kemudian, dunia itu mengharamkan bagi mereka kebahagiaan untuk selama‑lamanya.
Lalu mereka meminta untuk berpisah dari dunia dan meminta pertolongan dari
tipuannya. Dan mereka itu tiada ditolong. Akan tetapi, dikatakan kepada mereka:
"Hinalah kamu di dalam dunia itu dan tak usah kamu banyak bicara!” S 2 AI
Baqarah ayat 86: “Merekalah orang‑orang yang membeli kehidupan dunia dengan harganya
akhirat, maka tiadalah ringan azab dari mereka dan mereka tiada akan ditolong”.
Apabila telah besar tipuan dan kejahatan dunia, maka tidak boleh tidak,
pertama-tama mengetahui hakikat/makna dunia, apakah dunia itu, apakah
hakikat/maknanya pada kejadian dunia itu, serta permusuhannya dan apa jalan
masuk penipuan dan kejahatannya. Sesungguhnya orang yang tidak mengenal
kejahatan, niscaya ia tidak dapat menjaga diri dari padanya. Dan besar
kemungkinan ia akan terperosok di dalamnya.
Dan insya Allah kami akan menyebutkan
tercelanya dunia, contoh‑contoh, hakikat/makna, penguraian arti‑artinya, segala
jenis kesibukan yang berhubungan dengan dunia, segi perlunya kepada pokok‑pokoknya
dan sebab berpalingnya makhluk daripada Allah, disebabkan kesibukan dengan
kejijikan dunia itu. Dan Dialah yang menolong kepada yang diridhai‑Nya.
PENJELASAN: tercelanya dunia.
Ayat‑ayat yang datang tentang tercelanya dunia dan contoh‑contohnya
banyak. Kebanyakan isi AI‑Quran itu melengkapi kepada tercelanya dunia,
memalingkan makhluk dari dunia dan mengajak mereka kepada akhirat. Bahkan
itulah maksudnya nabi‑nabi as. Dan mereka tidak diutus, melainkan karena
itulah. Maka tidak diperlukan kepada pembuktikan dengan ayat‑ayat AI‑Qur'an, karena
jelasnya. Dan sesungguhnya akan kami bentangkan sebahagian hadits‑hadits yang
datang dalam hal tersebut. Sesungguhnya, diriwayatkan, bahwa: Rasulullah saw
melintasi tempat kambing mati. Maka beliau bersabda: “Adakah kamu melihat
kambing ini hina bagi pemiliknya? Mereka (para sahabat) itu menjawab:
"Dari kehinaannya, mereka campakkan kambing ini". Lalu Nabi saw
bersabda: "Demi Yang jiwaku di tanganNya! Sesungguhnya dunia itu lebih
hina pada Allah dari kambing ini bagi pemiliknya. Jikalau adalah dunia ltu
seimbang pada sisi Allah dengan sayap seekor nyamuk, niscaya la tidak
memberikan kepada orang kafir seteguk air dari dunia itu”. Nabi saw bersabda:
“Dunia itu penjara bagi orang mumin dan sorga bagi orang kafir”. Rasulullah saw
bersabda: "Dunia itu terkutuk, terkutuk apa yang ada di dalamnya, Selain
apa yang ada bagi (karena) Allah daripadanya". Abu Musa AI‑Asyari berkata:
"Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mencintai dunia, niscaya membawa
melarat kepada akhiratnya. Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, niscaya
membawa melarat kepada dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal, atas apa
yang fana (lenyap binasa)". Nabi saw bersabda: "Kecintaan kepada
dunia itu pokok tiap‑tiap kesalahan.
Zaid bin Arqam berkata: "Adalah kami
berada bersama Abubakar Siddik ra Lalu ia meminta minuman. Maka dibawa
kepadanya air dan madu. Tatkala didekatkannya kepada mulutnya, Ialu ia menangis,
sehingga membawa menangis shahabat-shahabatnya. Para shahabat itu diam dan
Abubakar tidak diam. Kemudian, ia kembali menangis, sehingga mereka menyangka
bahwa mereka tidak sanggup menanyakannya". Zaid bin Arqam meneruskan
ceritanya: “Kemudian, Abubakar menyapu dua matanya. Lalu para shahabat itu
bertanya: "Wahai Khalifah Rasulullah! Apakah yang membawa engkau menangis?".
Abubakar menjawab: "Aku berada bersama Rasulullah saw. Lalu aku melihat ia
menolak sesuatu dari dirinya. Dan aku tidak melihat seorangpun bersama dia.
Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Apakah yang engkau tolak dari
dirimu?". Rasulullah saw menjawab: “Dunia ini membentukkan dirinya
kepadaku. Lalu aku berkata kepadanya: "Jauhlah engkau daripadaku!
Kemudian, dunia itu kembali, lalu berkata: "Sesungguhnya, jikalau engkau
dapat melepaskan diri daripadaku, akan tetapi tidak akan dapat melepaskan diri
daripadaku, orang‑orang sesudah engkau".
Nabi saw bersabda: “Wahai sangat
mengherankan bagi orang yang membenarkan negri kekal dan ia berusaha untuk
negri yang penuh dengan tipuan!” Diriwayatkan, bahwa Rasulullah saw berdiri di
atas tempat sampah, Ialu bersabda: “Marilah kepada dunia!” Dan mengambil
potongan‑potongan kain yang sudah buruk, di atas tempat sampah itu dan tulang‑tulang
yang telah berlobang‑lobang, seraya bersabda: "Inilah dunia!” Ini adalah
suatu isyarat, bahwa hiasan dunia itu, akan dijadikan seperti potongan‑potongan
kain itu. Dan bahwa tubuh‑tubuh yang tampak kelihatan itu akan menjadi tulang‑tulang
yang busuk. Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau.
Dan Allah menjadikan kamu khalifah dalam dunia. Lalu ia memperhatikan,
bagaimana kamu bekerja.
Sesungguhnya kaum Bani Israil, tatkala
dibentangkan dunia untuk mereka dan disiap‑sediakan, lalu mereka menyombong
pada pakaian, wanita, bau‑bauan dan pakaian ". Isa as berkata:
"Janganlah kamu jadikan dunia itu Tuhan, Ialu dunia itu menjadikan kamu
budaknya! Simpanlah barang simpananmu pada orang yang tidak akan menyia‑nyiakannya!
Sesungguhnya, yang mempunyai simpanan dunia itu, takut akan bahaya atas
simpanan itu. Dan yang mempunyai simpanan Allah, ia tidak takut akan bahaya
atas simpanan itu". Isa as berkata pula: "Wahai para sahabat!
Sesungguhnya aku telah menuangkan dunia bagimu dalam bentuknya. Maka janganlah
kamu mengangkat dunia itu sesudahku! Sesungguhnya, termasuk dari kekejian dunia
itu, bahwa mendurhakai Allah padanya. Dan termasuk dari kekejian dunia, bahwa
akhirat tidak akan diperolah, selain dengan meninggalkan dunia. Ketahuilah!
Maka Ialuilah dunia itu dan jangan kamu meramaikannya! Ketahuilah, bahwa pokok
tiap‑tiap kesalahan itu, mencintai dunia. Banyak karena nafsu syahwat sesa'at,
mempusakai yang bernafsu syahwat itu kesedihan yang panjang". Isa as
berkata pula: "Disiap‑sediakan dunia bagimu dan kamu duduk di atas
punggungnya. Maka janganlah raja‑raja dan wanita berbantah‑bantahan dengan
kamu pada dunia itu! Adapun raja‑raja, maka janganlah kamu berbantah‑bantahan
dengan mereka tentang dunia! Sesungguhnya mereka, tidak akan mendatangkan
kepadamu, apa yang kamu tinggalkan untuk mereka dan dunianya. Adapun wanita,
maka peliharalah dirimu dari mereka, dengan puasa dan shalat”. ‘Isa as berkata
pula: "Dunia itu mencari dan dicari. Maka yang mencari akhirat, ia akan dicari oleh‑dunia. Hingga
sempurnalah rezekinya dalam dunia itu. Dan yang mencari dunia, ia akan dicari
oleh akhirat. Sehingga datanglah mati. Lalu mati itu mengambil bersama
lehernya".
Musa bin Yassar berkata: "Nabi saw
bersabda: “Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla tidak menjadikan makhluk yang
dimarahiNya, dari dunia. Dan Allah, semenjak Allah menjadikan dunia, Ia tidak
memandang kepada dunia itu. Diriwayatkan, bahwa Nabi Sulaiman putera Nabi Daud
as lalu dalam arakannya. Dan burung memasukkannya di bawah teduh dari
kepanasan. Jin dan manusia di kanan dan di kirinya. Berkata yang empunya
riwayat: "Maka Nabi Sulaiman as lalu dekat seorang `abid (yang banyak beribadah)
dari kaum Bani Israil. Maka 'abid itu berkata: "Demi Allah! Hai Putera
Daud! Sesungguhnya engkau telah dianugerahkan oleh Allah kerajaan besar".
Berkata yang empunya riwayat: "Perkataan itu didengar oleh Sulaiman, lalu
ia menjawab: "Sesungguhnya suatu tasbih (membaca tasbih) dalam lembaran
hati seorang mu'min itu, lebih baik daripada apa yang dianugerahkan kepada
Putera Daud. Sesungguhnya apa yang dianugerahkan kepada Putera Daud itu akan
hilang. Dan tasbih itu akan kekal".
Nabi saw bersabda: “Telah dilalaikan kamu oleh kebanyakan harta.
Lalu anak Adam (manusia) itu berkata: "Hartaku itu hartaku. Adakah bagimu
itu dari hartamu, selain apa yang kamu makan, lalu kamu binasakan? Atau yang
kamu pakai, lalu kamu burukkan atau yang kamu sedekahkan, Ialu kamu kekalkan".
Nabi saw bersabda: "Dunia itu kampung bagi orang yang tidak mempunyai
kampung dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta. Dan untuk dunia,
dikumpulkan oleh orang yang tiada berakal. Kepada dunia, bermusuh‑musuhan orang
yang tiada berilmu. Kepada dunia, berdengki orang yang tiada memahami agama.
Dan untuk dunia, berusaha orang yang tiada mempunyai keyakinan".
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang
menjadikan dunia, cita‑citanya yang terbesar, maka tiadalah ia daripada Allah
pada sesuatu. Dan Allah mengharuskan hatinya 4 perkara: kesusahan, yang tiada
putus‑putusnya selama‑lamanya, kesibukan, yang tiada akan selesai selama‑lamanya,
kemiskinan, yang tiada akan sampai kekayaannya selama‑lamanya dan angan‑angan,
yang tiada akan sampai kesudahannya selama‑lamanya".
Abu Hurairah ra berkata: "Rasulullah
saw bersabda kepadaku: “Hai Hurairah! Apakah belum aku perlihatkan kepadamu
dunia dengan semua isinya?" Lalu aku menjawab: "Belum, wahai Rasulullah!”
Lalu beliau mengambil tanganku dan membawa aku ke suatu lembah dari lembah‑lembah
Madinah. Lalu tiba pada suatu tempat sampah. Padanya kepala‑kepala manusia,
kotoran manusia, kain‑kain buruk dan tulang‑tulang. Kemudian, beliau bersabda:
"Hai Abu Hurairah! Adalah kepala‑kepala manusia ini dahulu rakus, seperti
kerakusanmu. Berangan‑angan, seperti angan‑anganmu. Kemudian, dia pada hari
ini, adalah tulang- belulang, tanpa kulit. Kemudian, ia menjadi abu. Dan
kotoran ini, ialah: warna makanan mereka yang diusahakannya, dari mana saja
diusahakannya. Kemudian, dilemparkannya dalam perutnya. Lalu jadilah dan
manusia menjauhkan diri daripadanya. Dan kain‑kain yang buruk ini, adalah
perabot rumah dan pakaian mereka. Maka jadilah dan angin‑angin itu menggerak‑gerakkannya.
Dan tulang‑belulang ini adalah tulang‑belulang binatang ternak mereka, yang
mereka kendarai atas binatang ternak itu
ke seluruh pinggir negeri. Maka barangsiapa yang menangis atas urusan dunia,
maka menangislah! Abu Hurairah meneruskan riwayat: “Maka senantiasalah kami
menangis, sehingga keraslah tangisan kami".
Diriwayatkan, bahwa Allah Ta’ala tatkala
menurunkan Adam ke bumi, Ia berfirman kepada Adam as: “Bangunkanlah untuk keruntuhan
dan beranaklah untuk kebinasaan!” Daud bin Hilal berkata, yang tertulis dalam
Shuhuf Ibrahim as (kitab yang diturunkan kepada Ibrahim), yang maksudnya:
"Hai dunia! Alangkah mudahnya engkau kepada orang‑orang baik, yang engkau
perbuat dan engkau hiasi bagi mereka. Sesungguhnya AKU campakkan pada hati
mereka kemarahan engkau dan halangan dari engkau. Tiada AKU jadikan suatu
makhlukpun yang lebih mudah kepadaKu daripada engkau. Semua urusan engkau itu
kecil. Dan kepada kebinasaanlah yang akan jadi. AKU taqdirkan (berlaku qodo‑qadar)
kepada engkau, pada hari AKU jadikan engkau, bahwa engkau tiada akan kekal bagi
seorangpun. Dan tiada kekal seorangpun bagi engkau, walaupun teman engkau kikir
dengan engkau dan bakhil kepada engkau. Amat baiklah bagi orang‑orang baik,
yang melihat AKU dari hatinya, di atas keridla‑an dan dari hati kecil mereka di
atas kebenaran dan tetap pendirian! Amat baiklah bagi mereka! Tiadalah bagi
mereka pada sisiKu dari pembalasan, apabila mereka tiba kepadaKu dari kubur
mereka selain dari cahaya yang berjalan di hadapan mereka dan para malaikat
yang membentangkan sayapnya dengan mereka. Sehingga menyampaikan mereka, apa
yang diharapkannya dari rahmat AKU.
Rasulullah saw bersabda: "Dunia itu
terhenti antara langit dan bumi, semenjak dijadikannya oleh Allah Ta’ala tiada
melihat kepada dunia itu. Pada hari kiamat, dunia itu berkata: "Hai Tuhanku!
Jadikanlah aku mempunyai nasib yang diperoleh oleh wali‑waliMu yang paling
rendah pada hari ini". Tuhan lalu berfirman: "Diamlah hai yang tiada
apa‑apa! Sesungguhnya AKU tidak ridla engkau bagi mereka di dunia. Maka adakah
AKU ridla‑kan engkau bagi mereka pada hari ini?
Diriwayatkan dalam warta‑berita Adam as,
bahwa tatkala ia memakan dari buah kayu itu, lalu bergeraklah perutnya
(ma'iddahnya), karena keluarnya kotoran. Dan kotoran itu tiada dijadikan pada
sesuatupun dari makanan sorga, selain pada kayu itu. Maka karena itulah,
keduanya (Adam dan Hawa) dilarang daripada memakannya. Berkata yang empunya
riwayat: “Lalu Adam berkeliling dalam sorga. Maka Allah Ta’ala menyuruh seorang
malaikat, untuk berbicara dengan Adam. Maka Allah Ta’ala berfirman kepada
malaikat itu: “Tanyakan kepada Adam: "Apakah yang engkau kehendaki?"
Adam menjawab: "Aku kehendaki, bahwa aku meletakkan penyakit yang ada
dalam perutku". Maka dikatakan kepada malaikat tadi: "Katakanlah
kepada Adam: “Pada tempat mana, engkau bermaksud meletakkannya? Apakah di
atas tikar atau di atas tempat tidur? Atau di atas sungai atau di bawah naungan
batang kayu? Adakah engkau melihat di sini, suatu tempat yang patut untuk yang
demikian? Turunlah ke dunia!”
Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya akan
datang beberapa kaum pada hari kiamat. Dan amal‑perbuatan mereka seperti bukit
yang tinggi. Lalu mereka disuruh ke neraka". Maka mereka (para shahabat)
bertanya: "Hai Rasulu'llah! Mereka itu mengerjakan shalat?"
Rasulu'llah saw menjawab: "Ya, mereka itu mengerjakan shalat, mengerjakan
puasa dan mereka mengambil sebentar waktu dari malam (untuk shalat malam). Maka
apabila dibawa kepada mereka sesuatu dari dunia, niscaya mereka melompat
kepadanya".
Nabi saw bersabda pada setengah khutbahnya:
"Orang mu'min itu diantara dua ketakutan: antara ajal yang telah Ialu,
dimana ia tidak mengetahui, apa yang diperbuat oleh Allah padanya dan diantara
ajal yang masih tinggal, dimana ia tidak mengetahui, apa yang akan ditaqdirkan
(qodo‑qadar) oleh Allah padanya. Maka hendaklah hamba itu menyediakan
perbekalan dari dirinya bagi dirinya, dari dunianya bagi akhiratnya, dari
hidupnya bagi matinya dan dari mudanya bagi tuanya. Sesungguhnya dunia itu
dijadikan bagi kamu dan kamu jadikan bagi akhirat. Demi Tuhan yang diriku di
tanganNya! Tiadalah sesudah mati itu dari cercaan. Dan tiada negeri sesudah
dunia, selain sorga atau neraka"
Isa as berkata: “Tiada lurus kecintaan
dunia dan akhirat dalam hati seorang mu'min, sebagaimana tiada lurus air dan
api pada satu bejana". Diriwayatkan, bahwa Jibril as berkata kepada Nuh
as: "Hai Nabi yang paling panjang umur! Bagaimana engkau mendapati dunia?"
Maka Nuh as menjawab: "Seperti rumah yang mempunyai dua pintu. Aku masuk
dari salah satu keduanya dan aku keluar dari pintu yang lain".
Ditanyakan kepada Isa as: "Jikalau
engkau mengambil rumah yang akan engkau tempati?." Isa as menjawab:
"Bagi kami mencukupi kain buruk orang yang telah ada sebelum kami".
Nabi kita saw bersabda: "Takutilah
dunia! Karena dunia itu lebih menyihirkan dari Harut dan Marut. Dari Al-Hasan
Al-Bashari ra, yang berkata: "Pada
suatu hari Rasulullah saw pergi kepada shahabat‑shahabatnya, lalu bertanya:
"Adakah diantara kamu, yang menghendaki supaya Allah menghilangkan
daripadanya buta dan menjadikannya dapat melihat? Ketahuilah, sesungguhnya
orang yang menggemari dunia dan panjang angan‑angannya pada dunia, niscaya
dibutakan oleh Allah hatinya, menurut kadar yang demikian. Dan barangsiapa
zuhud (zahid) di dunia dan pendek angan‑angannya pada dunia, niscaya ia
diberikan ilmu oleh Allah, tanpa belajar. Dan diberikan petunjuk, tanpa hidayah
(penunjukan). Ketahuilah, sesungguhnya akan ada suatu kaum sesudah kamu, yang
rajanya tiada lurus bagi mereka, selain dengan pembunuhan dan paksaan. Dan
orang kayanya tiada lurus, selain dengan kesombongan dan kekikiran. Dan tiada.
lurus kasih‑sayang, selain dengan mengikuti hawa‑nafsu. Ketahuilah kiranya,
bahwa orang yang mendapati zaman tersebut daripada kamu, maka ia bersabar atas
kemiskinan; padahal ia sanggup atas kekayaan dan ia bersabar atas kemarahan,
padahal ia sanggup atas kasih‑sayang, ia bersabar atas kehinaan, padahal ia
sanggup atas kemuliaan, dimana ia tiada menghendaki dengan yang demikian,
selain Wajah Allah Ta’ala, niscaya ia dianugerahkan oleh Allah pahala 50 orang
siddik".
Diriwayatkan, bahwa Isa as pada suatu hari
mengalami hujan lebat, petir dan kilat. Lalu ia mencari sesuatu untuk ia
datangi ke situ. Maka matanya memandang ke sebuah khemah dari tempat yang jauh.
Lalu ia datang ke khemah itu. Tiba‑tiba di dalamnya seorang wanita. Maka
pergilah ia dari khemah tersebut. Tiba‑tiba Ia sampai di suatu gua pada suatu
bukit. Maka masuklah ia ke gua tersebut. Tiba‑tiba di dalamnya seekor singa.
Lalu ia meletakkan tangannya atas singa itu, seraya berdo'a: "Wahai
Tuhanku! Engkau jadikan bagi sesuatu itu mempunyai tempat tinggal dan tiada
Engkau jadikan bagiku mempunyai tempat tinggal. Lalu Allah Ta'ala menurunkan
wahyu kepadanya: “Tempat tinggalmu, ialah: dalam ketetapan rahmatKu. Akan
Kukawinkan engkau pada hari kiamat dengan 100 bidadari, yang AKU jadikan dengan
Tangan Qudrah (kuasa)Ku. Dan akan KU sediakan makanan pada upacara perkawinan
engkau untuk masa 4000 tahun. Satu hari dari tahun itu, seperti umur dunia. Dan
akan AKU suruh seorang penyeru yang akan menyerukan: "Manakah orang-orang
zahid di dunia! Kunjungillah upacara perkawinan orang zahid dalam dunia ‘Isa
Putera Maryam”!. Isa Putera Maryam as
berkata: "Celaka bagi orang yang mempunyai dunia, bagaimana ia mati dan
meninggalkan dunia serta apa yang di dalamnya. Dan dunia itu menipunya, sedang
ia merasa aman dengan dunia. la mempercayai dunia, sedang dunia menghinakannya.
Celakalah bagi orang‑orang yang tertipu, bagaimana mengkakukan lidah mereka
oleh apa yang tiada disukainya, menceraikan mereka oleh apa yang dicintainya
dan datang kepada mereka, apa yang dijanjikan. Dan celakalah bagi orang, yang
dunia itu cita‑citanya dan kesalahan itu perbuatannya, bagaimana akan disiarkan
besok dosanya".
Ada yang mengatakan, bahwa Allah Ta’ala
menurunkan wahyu kepada Musa as: “Hai Musa! Apalah bagimu itu kampung orang‑orang
zalim! Bahwa kampung itu tidaklah menjadi kampung engkau. Keluarkanlah
daripadanya cita‑citamu dan berpisahlah daripadanya dengan akalmu! Maka rumah
yang paling buruk, itulah dia. Kecuali orang yang beramal, yang berbuat baik di
dalamnya, maka rumah itulah yang paling baik. Hai Musa! Sesungguhnya AKU
teropong bagi orang zalim (yang memperhatikan gerak‑gerik orang zalim),
sehingga AKU ambil daripadanya untuk orang mazlum (orang yang teraniaya)".
Diriwayatkan, bahwa: "Rasulu'llah saw
mengutus Abu 'Ubaidah bin AI‑Jarrah. Lalu ia datang dengan banyak membawa
pulang harta dari Bahrain. Maka para kaum Anshar mendengar dengan kedatangan
Abu Ubaidah. Lalu mereka mengerjakan shalat Shubuh bersama Rasulu'llah saw
dengan sebaik‑baiknya. Tatkala Rasulu'llah saw telah mengerjakan shalat, lalu
beliau pergi. Maka datanglah mereka kepada Nabi saw. Rasulu'llah saw tersenyum
ketika melihat mereka. Kemudian bersabda: "Aku menyangka, bahwa kamu telah
mendengar, bahwa Abu Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu". Mereka
menjawab: "Benar, wahai Rasulu'llah!". Nabi saw lalu menjawab:
"Bergembiralah dan berangan‑anganlah apa yang menyenangkan kamu! Demi
Allah! Tiadalah kemiskinan yang lebih aku takut kepada kamu. Tetapi yang lebih
aku takut kepada kamu ialah, bahwa terhampar kepadamu dunia, sebagaimana telah
terhampar kepada orang‑orang yang sebelum kamu. Lalu kamu berlomba‑lomba akan
dunia, sebagaimana mereka berlomba‑lomba padanya. Maka dunia itu akan membinasakan
kamu, sebagaimana dunia itu telah membinasakan mereka"
Abu Sa'id Al‑Khudri berkata:
"Rasulu'llah saw bersabda: "Sesungguhnya yang lebih, banyak aku takut
kepadamu, ialah: apa, yang dikeluarkan oleh Allah bagi kamu, dari barakah
bumi". Lalu ditanyakan: "Apakah barakah bumi itu?". Rasulu'llah
saw menjawab: “Kembang dunia!” Rasulu'llah saw bersabda: "Janganlah kamu
menyibukkan hatimu dengan mengingati dunia!” Nabi saw melarang mengingati
dunia, lebih-lebih lagi mengenai dunia itu sendiri.
'Ammar bin Said berkata: 'Isa as lalu di
suatu desa. Tiba‑tiba kedapatan penduduknya mati di halaman‑halaman rumah dan
di jalan‑jalan. Lalu Isa as berkata: "Hai para shahabat! Sesungguhnya
mereka ini mati! dari kemarahan. Jikalau mereka mati bukan karena yang demikian,
niscaya mereka tanam‑menanamkan”. Para shahabat itu lalu menjawab: "Wahai
Kekasih Allah! Kami ingin, jikalau dapatlah kami mengetahui berita
mereka". Lalu Isa as bertanya kepada Allah Ta’ala. Maka Allah Ta'ala
menurunkan wahyu kepadanya. "Apabila telah malam, maka panggillah mereka,
niscaya mereka akan menyahut panggilanmu? Tatkala telah malam, lalu Isa as naik
ke tempat yang tinggi. Kemudian memanggil: "Hai penduduk desa!” Lalu
disahut oleh yang menyahut: "Kami sambut panggilanmu wahai Kekasih Allah!”
Maka Isa as bertanya: "Bagaimana keadaanmu dan apa kisah keadaanmu?"
Yang menyahut itu menjawab: “Kami tidur malam dalam keadaan sehat wal‑afiat
dan waktu pagi‑pagi kami berada dalam neraka". Nabi Isa as bertanya:
"Bagaimana maka demikian?"
Yang menyahut itu menjawab: "Disebabkan cintanya kami kepada dunia
dan kepatuhan kami kepada orang‑orang yang berbuat maksiat". Isa as
bertanya lagi: “Bagaimana kecintaanmu kepada dunia?" Yang menyahut itu
menjawab: "Sebagaimana kecintaan anak kecil kepada ibunya. Apabila dunia
itu menghadap kami, niscaya kami gembira dengan dia. Dan apabila ia
membelakangi kami, niscaya kami gundah dan menangis". Isa as bertanya
pula: "Apa kabar teman‑temamnu, mengapa mereka tidak menyahut
panggilanku?" Yang menyahut itu menjawab: "Karena mereka dicambuk dengan
cambuk api neraka, dengan tangan para malaikat yang kasar, dan keras". Isa
as bertanya kembali: "Bagaimana engkau menyahut panggilanku, sedang
engkau di antara mereka?" Yang menyahut itu menjawab: "Karena aku
berada pada mereka. Akan tetapi aku tidaklah sebahagian dari mereka. Maka
tatkala turun azab kepada mereka, niscaya akupun kena bersama mereka. Maka aku
bergantung pada pinggir neraka jahannam. Aku tidak tahu, akan terlepaskah aku
daripadanya atau aku akan jatuh ke dalamnya?" Lalu Isa AI‑Masih berkata
kepada shahabat‑shahabatnya: “Sesungguhnya memakan roti syair (semacam gandum)
dengan garam yang tidak ditumbuk halus, memakai kain bulu hitam dan tidur atas
tempat sampah, adalah lebih banyak serta sehat wallafiat dunia dan akhirat”.
Anas ra berkata: "Adalah unta
Rasulullah saw itu dilobangi telinga, yang tidak didahulukan orang dalam
perjalanan. Maka datanglah seorang arab desa dengan untanya. Lalu la
mendahului unta Rasulullah. Maka beratlah yang demikian bagi kaum muslimin.
Lalu Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya itu benar atas Allah, untuk tidak
meninggikan sesuatu dari dunia, melainkan direndahkannya".
Isa as berkata: "Siapa yang membangun
rumah di atas ombak laut, itulah dunia. Maka janganlah kamu mengambilkannya
menjadi tempat ketetapan! " Ada orang yang mengatakan kepada Isa as:
"Ajarilah kami suatu ilmu, yang akan disayangi kami oleh Allah atas ilmu
itu". Lalu Isa as menjawab: "Marahilah dunia, niscaya kamu akan
disayangi oleh Allah Ta'ala".
Abud‑Darda' berkata: "Rasulullah saw
bersabda: “Jikalau kamu ketahui, apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan
tertawa sedikit dan menangis banyak. Dan akan hina kepadamu dunia dan kamu akan
memilih akhirat". Kemudian, Abud‑Darda' berkata dari pihak dirinya
sendiri: "Jikalau kamu ketahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan
keluar ke padang‑padang pasir. Kamu akan tunduk bermohon kepada Tuhan dan
menangisi dirimu sendiri. Dan akan kamu tinggalkan hartamu dengan tiada yang
menjaga. Tiada kamu kembali kepada harta itu, selain yang tak boleh tidak
bagimu. Akan tetapi hilang dari hatimu ingatan akhirat dan datanglah angan‑angan
kepada hati, maka jadilah dunia yang memiliki amal‑perbuatanmu. Dan jadilah
kamu seperti mereka yang tiada mengetahui. Maka sebahagian kamu itu lebih jahat
dari binatang, yang tidak meninggalkan hawa‑nafsunya, karena takut kepada
akibatnya. Mengapa tidak kamu berkasih ‑ kasihan dan nasehat‑menasehati,
padahal kamu itu bersaudara pada agama Allah? Tiadalah yang mencerai‑beraikan
di antara hawa‑nafsumu, selain oleh kekejian hatimu. Dan jikalau kamu berkumpul
atas kebajikan, niscaya kamu akan berkasih‑kasihan. Mengapa kamu tidak nasehat‑menasehati
pada urusan dunia dan tidak nasehat‑menasehati pada urusan akhirat? Dan tidak
dimiliki oleh seseorang kamu nasehat, bagi orang yang disukainya dan yang akan
menolongnya atas urusan akhiratnya. Tidaklah ini, selain dari sedikitnya iman
pada hatimu. Jikalau kamu yakin dengan kebajikan akhirat dan kejahatannya,
sebagaimana kamu yakin dengan dunia, niscaya kamu akan memilih mencari akhirat.
Karena akhirat itu yang memiliki semua urusanmu. Jikalau kamu mengatakan, bahwa
mencintai yang segera (dunia), adalah hal kebanyakan, maka kami sesungguhnya
melihat kamu memanggil yang segera dari dunia itu, untuk yang lambat (akhirat)
daripadanya. Kamu memayahkan dirimu dengan kesukaran dan berusaha pada mencari
sesuatu hal, yang kemungkinan besar kamu tiada akan memperolehnya. Maka
seburuk‑buruk kaum, ialah kamu yang tiada kamu betulkan keimananmu, dengan apa
yang diperkenalkan oleh iman yang sampai padamu. Jikalau kamu berada dalam
keraguan dari apa yang dibawa oleh Muhammad saw maka datanglah kepada kami.
Supaya kami terangkan kepadamu dan kami perlihatkan kepadamu, nur, yang akan
menetapkan hatimu kepadanya. Demi Allah! Tiadalah kamu orang yang kurang akal,
Ialu kami ma'afkan kamu. Sesungguhnya kamu mencari penjelasan akan betulnya
pendapat mengenai duniamu. Dan kamu mengambil dengan hati‑hati sekali, mengenai
urusan mu. Kamu tiada merasa gembira dengan sedikit dari dunia yang kamu
peroleh. Dan kamu merasa gundah di atas yang sedikit itu, yang hilang dari
kamu. Sehingga nyatalah yang demikian pada wajahmu dan lahir atas lidahmu. Dan
kamu me-nama-kannya: mala‑petaka (mushibah). Dan kamu adakan tempat melahirkan
duka cita. Dan orang awam dari kamu, sudah meninggalkan kebanyakan dari agama
mereka. Kemudian, tiada nyata yang demikian pada wajah dan tiada berobah
keadaan kamu. Sesungguhnya aku melihat, bahwa Allah telah melepaskan kamu.
Sebahagian kamu akan bertemu dengan sebahagian, dalam kegembiraan, Dan semua
kamu tidak menyukai, menerima temannya dengan apa yang tiada disukainya. Karena
takut akan diterima oleh temannya dengan keadaan yang serupa. Maka jadilah kamu
berteman di atas kedengkian. Dan tumbuhlah segala kegemaranmu, di atas bekas
sampah. Dan kamu pilih‑memilih meninggalkan ajal. Aku ingin kiranya Allah
Ta’ala menyenangkan aku daripadamu dan menghubungkan aku dengan orang yang aku
sukai melihatnya. Dan jikalau ia masih hidup (maksudnya: Nabi saw), niscaya
tidak membuat kamu bersabar (ingin segera menjumpainya). Jikalau ada padamu
kebajikan, maka telah aku perdengarkan kepadamu. Dan jikalau kamu mencari apa
yang di sisi Allah, niscaya kamu akan memperolehnya sedikit. Dan kepada Allah
aku meminta tolong bagi diriku dan bagi kamu".
Isa
as berkata: "Hai para sahabat! Relalah dengan kehinaan dunia serta
selamatnya agama, sebagaimana relanya pencinta dunia (ahlu'ddun‑ya) dengan
kehinaan agama serta selamatnya dunia!” Dan sama pengertian dengan perkataan
Isa as tadi, madah seorang penyair:
Aku melihat orang‑orang,
merasa senang dengan kehinaan agama.
Dan aku tidak melihat orang‑orang,
rela dalam penghidupan dengan tak punya.
Maka kamu cukupkan dengan agama,
tanpa dunia raja‑raja.
sebagaimana raja‑raja merasa cukup dengan dunia,
tanpa agama ........
Isa as berkata: "Hai orang yang
mencari dunia, untuk kamu memperoleh kebajikan dengan dunia! Engkau tinggalkan
dunia itu. adalah lebih banyak kebajikannya"
Nabi saw bersabda: "Akan datang
kepadamu sesudahku suatu dunia, yang akan memakan imanmu, sebagaimana api yang
akan memakan kayu kering.
Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada Musa
as: "Hai Musa! Janganlah engkau
cenderung kepada mencintai dunia! Maka tiadalah engkau datang kepadaKu dengan
dosa besar, yang lebih berat dari dunia. Musa as Ialu dekat seorang laki‑laki,
dimana orang itu sedang menangis. Dan waktu ia kembali, orang itu masih juga
menangis. Lalu Musa as memanjatkan do'a kepada Tuhan: "Hai Tuhanku!
HambaMu menangis dari takutnya kepadaMU". Maka Allah berfirman: "Hai
Putera Imran! Jikalau mengalirlah otaknya bersama air‑matanya dan ia
mengangkatkan dua tangannya sehingga jatuh, AKU tiada mengampunkan dosanya. Dia
itu mencintai dunia". Menurut atsar (kata shahabat‑shahabat dan orang‑orang
terkemuka), di antara lain, ialah: Ali ra berkata: "Barangsiapa mengumpulkan
padanya enam perkara, niscaya ia tidak meninggalkan mencari sorga dan lari dari
neraka. Yakni:
Pertama: la mengenal
Allah, lalu mentha'atiNya.
Kedua: la mengenal
setan, lalu mendurhakainya.
Ketiga: Ia mengenal
kebenaran, lalu mengikutinya.
Keempat: la mengenal
yang batil/salah, lalu menjaga diri daripadanya.
Kelima: la mengenal
dunia, lalu menolaknya.
Keenam: la mengenal
akhirat, lalu mencarinya.
AI‑Hasan AI‑Bashari ra berkata:
"Allah mengasihani kaum‑kaum (golongan‑golongan), dimana adalah dunia
pada mereka itu barang simpanan. Lalu mereka menyerahkannya kepada orang, yang
sanggup memegang amanah mereka, terhadap barang simpanan tersebut. Kemudian,
mereka merasa senang dengan ringannya beban". Al-Hasan berkata pula:
“Barangsiapa berlomba‑lomba dengan engkau pada agama engkau, maka berlomba‑lombalah
dengan dia! Dan barangsiapa berlomba‑lomba dengan engkau pada dunia engkau,
maka lemparkanlah dunia itu pada lehernya!”
Lukman as berkata kepada puteranya:
"Hai anakku! Sesungguhnya dunia itu laut yang dalam. Telah karam di
dalamnya banyak manusia. Maka hendaklah perahu engkau pada dunia itu: taqwa
kepada Allah 'Azza wa Jalla. Isinya, ialah: iman kepada Allah Ta’ala. Dan
layarnya, ialah: tawakkal kepada Allah 'Azza wa Jalla. Mudah-mudahan engkau
akan lepas. Dan aku tidak melihat itu yang lepas".
AI‑Fudlail bin 'Iyadl ra berkata
"Telah lama pikiranku pada ayat ini: "Sesungguhnya Kami menjadikan
apa yang dibumi ialah untuk menjadi perhiasan baginya, karena Kami hendak
menguji siapakah di antara mereka yang paling baik pekerjaannya. Dan
sesungguhnya Kami menjadikan (pula) di bumi tanah yang kosong". S 18 Al
Kahfi ayat 7‑8.
Sebahagian hukama' (ahli hikmat) berkata:
"Sesungguhnya engkau tidak jadi pada sesuatu dari dunia, melainkan sudah
ada sebelum engkau yang mempunyainya. Dan akan ada sesudah engkau yang
mempunyainya. Dan tiadalah bagi engkau dari dunia itu, selain makanan malam
dan santapan siang. Maka janganlah engkau binasa pada memakannya! Puasalah dari
dunia dan berbukalah pada akhirat! Sesungguhnya modal dunia, ialah: hawa nafsu.
Dan keuntungannya, ialah: api neraka". Ditanyakan kepada setengah pendeta:
“Bagaimana engkau melihat masa/zaman?". Pendeta itu menjawab: "la
memburukkan badan, membarukan angan‑angan, mendekatkan mati dan menjauhkan
cita‑cita". Ditanyakan lagi: “Bagaimana keadaan penduduknya?".
Pendeta tadi menjawab: "Siapa yang mendapat, niscaya payah dan siapa yang
tidak mendapat, niscaya melelahkannya". Mengenai yang demikian itu, orang
bermadah:
Orang yang memuji dunia,
karena kehidupan yang menggembirakannya,
maka ia akan mencacikannya,
demi umurku, dari hal yang sedikit saja.
Apabila dunia itu membelakangi,
niscaya adalah pada rnanusia itu penyesalan.
Dan kalau dunia itu menghadapi,
niscaya adalah banyak kedukaan.
Setengah hukuma' berkata: "Adalah dunia dan aku tidak
ada di dalamnya. Dan dunia itu pergi dan aku tidak ada di dalamnya. Maka aku
tidak bertempat padanya. Sesungguhnya kehidupan dunia itu sukar, kejernihannya
penuh kekeruhan dan penduduknya dalam ketakutan. Adakalanya, disebabkan nikmat
yang hilang atau bencana yang menimpa atau kematian menurut qodo (hukum)
Tuhan".
Setengah mereka berkata. Diantara
kekurangan dunia, ialah: ia tidak memberikan kepada seseorang, apa yang berhak
diterimanya. Tetapi dunia itu, adakalanya menambahi dan adakalanya mengurangi".
Sufyan Ats‑Tsuri berkata: "Tidakkah
engkau melihat nikmat, seakan‑akan nikmat itu dimarahi, yang diletakkan tidak
pada yang mempunyainya?".
Abu Sulaiman Ad‑Darani berkata:
“Barangsiapa mencari dunia, di atas kecintaan kepada dunia, 'niscaya tiada akan
diberikan kepadanya sesuatu dari dunia itu, selain ia menghendaki lebih banyak.
Dan barangsiapa mencari akhirat, di atas kecintaan kepada akhirat, niscaya tiada
akan diberikan kepadanya sesuatu dari akhirat, selain ia menghendaki lebih
banyak. Dan tiadalah bagi ini berkesudahan".
Seseorang laki‑laki berkata kepada Abi
Hazim (seorang tabi'in) ra: "Aku mengadu kepada engkau akan kecintaan
kepada dunia dan tidaklah dunia itu menjadi rumahku". Maka Abi Razim
menjawab: "Perhatikanlah, apa yang dianugerahkan oleh Allah 'Azza wa Jalla
kepadamu dari dunia, maka janganlah engkau ambilkan selain dari yang halal. Dan
janganlah engkau letakkan, selain pada yang sebenarnya. Dan kecintaan kepada
dunia itu, tiada akan mendatangkan melarat kepada engkau". Sesungguhnya
Abi Hazim mengatakan ini, karena jikalau orang itu menyusahkan dirinya dengan
demikian, niscaya memayahkannya. Sehingga orang itu terkejut dengan dunia dan
akan mencari untuk keluar daripadanya.
Yahya bin Ma'az berkata: "Dunia itu
gedung setan. Maka janganlah kamu mencuri sesuatu dari gedung itu! Lalu setan
itu datang mencari yang dicuri itu, maka diambilnya engkau".
AI‑Fudlail bin 'Iyadl ra berkata:
"Jikalau adalah dunia itu dari emas yang akan fana (rusak‑binasa) dan
akhirat itu dari tembikar yang akan kekal, niscaya sesungguhnya, sayogialah
bagi kita, bahwa memilih tembikar yang akan kekal, daripada emas yang akan
rusak binasa. Maka bagaimanakah, sesungguhnya kita telah memilih tembikar yang
akan fana, dari emas yang akan kekal".
Abu Hazim berkata: "Jagalah dirimu
dari dunia! Karena sesungguhnya sampai kepadaku, bahwa hamba itu dihentikan
(persoalannya terkatung‑katung) pada hari kiamat. Apabila ada ia membesarkan
dunia. Lalu dikatakan (kepadanya): "Inilah orang yang membesarkan, apa
yang dihinakan oleh Allah.
Ibnu Mas'ud ra berkata: "Tiada
seorang pun dari manusia, melainkan dia itu tamu dan hartanya itu pinjaman.
Maka tamu itu akan berangkat dan pinjaman itu dikembalikannya". Syair: Dan
mengenai yang demikian itu, dikatakan oleh seorang penyair
Tiada harta dan keluarga itu,
melainkan adalah barang simpanan.
Dan tak boleh tidak pada suatu hari tertentu,
bahwa barang simpanan itu akan dikembalikan .........
Rabiah binti Ismail Al-Adawiyah dikunjungi oleh teman‑temannya.
Lalu mereka menyebut tentang dunia dan menghadapkan pembicaraannya kepada
mencaci dunia. Maka Rabiah berkata: "Diamlah daripada menyebutkan dunia.
Jikalau tidaklah dunia itu mendapat tempat di hatimu, niscaya kamu tidak
membanyakkan menyebutnya. Ketahuilah, bahwa orang yang menyukai sesuatu,
niscaya ia membanyakkan menyebutkannya".
Orang bertanya kepada Ibrahim bin Adham: “Bagaimana
engkau?" Lalu Ibrahim Adham menjawab:
Kita menampal dunia kita,
dengan mengoyak‑ngoyakkan agama kita.
Maka tidaklah agama kita kekal
dan tidak pula apa yang kita tampal.
Maka amat baiklah hamba,
yang mengutamakan Allah Tuhannya.
la baik dengan dunianya,
untuk apa yang diharapkannya.
Dikatakan pula pada yang demikian:
Aku melihat orang yang mencari dunia,
walaupun umurnya panjang.
la memperoleh dari dunia,
kegembiraan dan kenikmatan.
Adalah seperti pembangun-pembangunan,
yang membangun, lalu mendirikan.
Tatkala telah berdiri lurus apa yang dibangunkan, lalu roboh
berantakan ..................
Dikatakan pula pada yang demikian:
Sangkakanlah dunia itu,
dibawa kepadamu dengan begitu saja!
Tidakkah kesudahannya itu
kepada kepindahan belaka?
Tidaklah duniamu itu,
selain seperti bayang‑bayang.
Ia akan menaungi kamu,
kemudian ia menghilang.
Lukman berkata kepada puteranya, "Hai
anakku! Juallah duniamu dengan akhiratmu, niscaya engkau akan beruntung pada
keduanya! Dan janganlah engkau jual akhiratmu dengan duniamu, niscaya engkau
akan merugi pada keduanya!”
Mathraf bin Asy‑Syukhair berkata:
"Jangan engkau melihat kepada rendahnya kehidupan raja‑raja dan lembutnya
pakaian kebesaran mereka! Akan tetapi lihatlah kepada cepatnya binatang tunggangan
dan buruknya perobahan mereka!”
Ibnu Abbas ra berkata: "Sesungguhnya Allah
Ta’ala menjadikan dunia itu, tiga bahagian: sebahagian bagi orang mu'min,
sebahagian bagi orang munafik dan sebahagian bagi orang kafir. Maka orang
mu'min, menyiapkan perbekalan. Orang munafik, mengambil menjadi hiasan Dan
orang kafir, mengambil untuk bersenang‑senang". Setengah mereka berkata:
"Dunia itu bangkai. Maka barangsiapa menghendaki sesuatu dari dunia itu,
hendaklah ia bersabar di atas pergaulan anjing‑anjing!”. Mengenai yang demikian
itu, dikatakan dengan madah:
Wahai yang meminang dunia
kepada dirinya .....................
Tinggalkanlah dari meminangnya,
niscaya engkau akan selamat ..............
Bahwa yang dipinang itu,
adalah sisa .....................
yang dekat dengan pesta perkawinan,
dari tempat menghiburkan hati orang yang duka ......
Abud‑Darda' berkata: “Di antara kehinaan dunia pada Allah,
ialah: bahwa tiada orang berbuat kedurhakaan kepada Allah, selain dalam dunia.
Dan tiada akan memperoleh sesuatu pada Allah, selain dengan meninggalkan
dunia". Pada yang demikian itu, orang bermadah:
Apabila dunia diuji,
oleh orang yang berakal.
niscaya dunia itu terbuka baginya,
merupakan musuh dalam pakaian teman ..............
Orang bermadah pula, yang searti dengan yang di atas:
Wahai orang yang tidur malam,
yang gembira dengan permulaan tidur itu!
Bahwa peristiwa‑peristiwa, terkadang datang,
pada waktu mendekati pagi ................
Berabad‑abad yang telah lalu,
yang penuh dengan serba kesenangan.
Telah dirusak‑binasakan, oleh datangnya
siang dan malam yang silih berganti.
Berapa banyak, oleh pertukaran waktu,
telah menjauhkan dari harta kepunyaan.
Yang ada dalam waktu itu,
bermanfa'at dan mendatangkan kemelaratan.
Wahai orang yang berpeluk‑pelukan dunia,
yang tiada kekal baginya,
sore dan pagi ia di dunia.
selalu dalam perjalanannya.
Mengapa engkau tidak tinggalkan,
berpeluk‑pelukan dengan dunia itu?
Sehingga engkau akan berpeluk‑pelukan,
dalam sorga firdaus dengan gadis‑gadis ayu?
Jikalau engkau mengingini,
sorga abadi yang akan engkau tempati.
Maka sayogialah engkau menjaga diri,
dari api neraka nanti!
Abu Umamah AI‑Bahili ra berkata:
"Tatkala Muhammad saw diutus, lalu iblis mendatangkan tentaranya. Tentara
itu lalu berkata: "Sesungguhnya telah diutus, seorang Nabi dan telah
muncul suatu ummat". Iblis itu bertanya: Neraka itu mencintai dunia?
Tentara itu menjawab: "Ya lalu Iblis menyambung: "Jikalau benar
mereka itu mencintai dunia, niscaya aku tidak hiraukan, bahwa mereka tidak
menyembah berhala. Sesungguhnya aku akan datang kepada mereka, pagi dan sore,
dengan tiga perkara: mengambil harta dari bukan haknya, membelanjakan harta
pada bukan haknya dan menahan harta dari haknya. Dan semua kejahatan itu,
timbul dari yang tiga ini".
Seorang laki‑laki berkata kepada Ali ra:
" Wahai amirul‑mu'minin! Terangkanlah kepada kami sifat dunia!”. Ali ra
menjawab: “Dan apa yang aku sifatkan kepada engkau dari hal sebuah rumah: orang
yang sehat padanya, niscaya sakit. Orang yang aman padanya, niscaya menyesal.
Orang yang memerlukan padanya, niscaya merasa gundah. Orang yang merasa kaya
padanya, niscaya mendapat fitnah. Pada yang halalnya itu ada perhitungan. Pada
yang haramnya itu, ada penyiksaan. Dan pada yang syubhat (diragukan) itu, ada
cercaan". Pada suatu kali ditanyakan lagi yang demikian, kepada Ali ra.
Lalu beliau menjawab: "Apakah aku panjangkan atau aku singkatkan?"
Yang bertanya itu menjawab: "Singkatkan!” Lalu Ali ra menjawab: "Yang
halaInya itu dihisab (diperhitungan). Dan yang haramnya itu diazab (mendapat
azab)".
Malik bin Dinar ra berkata:
"Peliharalah dirimu dari sihir. Karena sihir itu menyihirkan hati para
ulama. Ya'ni: “d u n i a”.
Abu Sulaiman Ad‑Darani ra berkata: "Apabila ada akhirat itu dalam hati niscaya datanglah
dunia mendesaknya. Apabila ada dunia itu dalam hati, niscaya akhirat itu tidak
mendesaknya. Karena akhirat itu mulia dan dunia itu terkutuk". Dan ini adalah suatu tekanan besar. Kami mengharap,
bahwa apa yang disebut oleh Sayyar bin AI‑Hakam itu lebih benar. Karena ia
mengatakan, bahwa dunia dan akhirat itu keduanya berkumpul dalam hati. Maka
mana yang lebih keras, niscaya yang lain itu mengikutinya.
Malik bin Dinar ra berkata: "Sekedar
apa yang engkau gundahkan bagi dunia, niscaya ia akan mengeluarkan kesusahan
akhirat dari hatimu. Dan sekadar apa yang engkau gundahkan bagi akhirat,
niscaya ia akan mengeluarkan kesusahan dunia dari hatimu". Ini adalah
petikan dari apa yang dikatakan oleh Ali ra, dimana beliau berkata: "Dunia
dan akhirat itu dua wanita yang bermadu. Maka sekedar apa yang engkau senang
dari salah seorang dari kedua‑nya, akan memarahkan yang lain”.
Al-Hasan Al-Bashari ra berkata: "Demi Allah! Sesungguhnya
aku menjumpai beberapa kaum (golongan), dimana dunia mereka lebih hina dari
tanah yang kamu pijak. Mereka tidak memperdulikan, apakah dunia itu terbit
atau terbenam. Dunia itu berjalan kepada ini atau berjalan kepada itu".
Seorang laki‑laki bertanya kepada AI‑Hasan AI‑Bashari ra; "Apa kata anda,
tentang orang yang dianugerahkan harta oleh Allah. Lalu ia bersedekah dan
menyambung silaturrahmi dari harta itu. Adakah baik bagi orang tersebut untuk
memperoleh kehidupan pada harta itu?". Yakni: ia memperoleh kenikmatan. AI‑Hasan
lalu menjawab: “Tidak! Jikalau ada dunia itu seluruhnya baginya, niscaya tidak
ada baginya dari dunia itu, selain mencegahkan diri. Dan ia mendahulukan yang
demikian, untuk hari kemiskinannya".
AI‑Fudlail bin 'IyadI ra berkata:
"Kalau sekiranya dunia dengan keseluruhannya dibawa kepadaku secara halal
dimana aku tidak akan dihisab (diperhitungkan amalan) terhadap dunia itu dihari
akhirat, niscaya aku sesungguhnya akan memandang jijik kepadanya, sebagaimana
seseorang dari kamu memandang jijik kepada bangkai, apabila ia lalu dekat
bangkai itu, akan kena pada kainnya".
Diceritakan orang, bahwa tatkala 'Umar bin
Khattab ra datang di negeri Syam (Syria), lalu datang menghadap Abu 'Ubaidah
bin AI‑Jarrah, dengan mengendari unta betina dengan tali hidungnya. Umar
memberi salam kepadanya dan menanyakannya. Kemudian datang di tempatnya. Lalu
Umar tidak melihat pada tempat Abu 'Ubaidah itu, selain pedang, perisai dan
kendaraannya. Lalu 'Umar berkata kepada Abu 'Ubaidah: "Jikalau kiranya
engkau mengambil harta‑benda". Abu 'Ubaidah menjawab: "Wahai A‑mirul‑mukminin!
Bahwa ini pun disampaikan kepada kami oleh pemberi minuman unta".
Syufyan Ats‑Tsauri berkata: "Ambillah
dari dunia bagi badanmu dan ambillah dari akhirat bagi hatimu!.
Al-Hasan AI‑Bashari ra berkata: "Demi
Allah! Sesungguhnya kaum Bani Israil itu telah menyembah berhala sesudah mereka
menyembah Tuhan Yang Maha pengasih, disebabkan kecintaan mereka kepada
dunia".
Wahab bin Manbah AI‑Yamani ra berkata:
"Aku membaca pada setengah buku‑buku, bahwa dunia itu harta rampasan bagi
orang‑orang pintar dan kelengahan bagi orang‑orang bodoh. Mereka tidak mengenal
dunia, sebelum mereka keluar dari dunia. Lalu meminta dikembalikan ke dunia.
Maka mereka tidak akan dikembalikan lagi ke dunia".
Lukman berkata kepada puteranya: "Hai
anakku! Sesungguhnya engkau telah membelakangi dunia sejak dari hari engkau menempatinya.
Dan engkau menghadapi akhirat. Maka engkau kepada negeri yang engkau dekati
itu, lebih dekat dari negeri yang engkau menjauhinya".
Sa’id bin Mas'ud berkata: "Apabila
engkau melihat seorang hamba (hamba Allah) bertambah dunianya dan berkurang
akhiratnya dan ia senang dengan demikian, maka orang yang demikian itu tertipu,
yang dipermain‑mainkan mukanya dan ia tidak merasa yang demikian".
'Amr bin Al-'Ash berkata di atas mimbar:
"Demi Allah! Aku tiada pernah sekalipun, melihat suatu kaum/golongan dari
pada kamu, yang gemar pada apa yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw. Demi Allah!
Tiada datang kepada Rasulullah saw 3 orang, melainkan yang menjadi bebannya,
adalah lebih banyak daripada yang menjadi haknya".
Al‑Hasan AI‑Bashari ra berkata, sesudah
membaca firman Allah Talala: "Maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan
kamu. S 31 Lukman ayat 33. Yaitu: "Siapakah yang mengatakan ini? Dikatakan
oleh Yang Menjadikan (Khaliq) dunia ini dan oleh Yang Maha Mengetahui dengan
dunia ini. Jagalah dirimu daripada yang menyibukkan dari dunia!. Sesungguhnya
dunia itu banyak menyibukkan. Tiada seorangpun yang membuka kepada dirinya
suatu pintu kesibukan, melainkan mendekatilah pintu itu akan membuka kepadanya
10 pintu".
Al‑Hasan ra berkata pula "Kasihan
anak Adam (manusia), yang rela/menyukai negeri, dimana yang halaInya itu
diperhitungkan/di‑hisab‑kan dan yang haramnya itu diazab. Kalau diambilnya dari
yang halal, niscaya ia dihisabkan/diperhitungkannya. Dan kalau diambilnya dari
yang haram, niscaya ia dihisabkan. Dan kalau diambilnya dari yang haram,
niscaya ia diazabkan. Anak Adam itu berdiri sendiri/bebas dengan hartanya dan
tidak bebas dengan amal‑perbuatannya. Ia gembira dengan mala‑petaka pada
agamanya dan ia berduka‑cita dengan mala‑petaka pada dunianya".
Al-Hasan menulis surat kepada Khalifah
'Umar bin 'Abdul 'aziz, sebagai berikut: “Salam sejahtera kepadamu! Kemudian,
maka engkau seakan‑akan dipenghabisan orang, yang telah dituliskan kepadanya
kematian, dimana ia sudah mati. Lalu 'Umar bin Abdul 'aziz menjawab surat Al‑Hasan
itu, sebagai berikut: “Salam sejahtera kepadamu! Engkau seakan‑akan di dunia
dan engkau tidak ada di dunia itu. Dan engkau seakan‑akan di akhirat, di mana
engkau senantiasa padanya.
AI‑Fudlail bin 'Iyadl ra berkata:
"Masuk dalam dunia itu mudah. Akan tetapi keluar daripadanya sukar".
Setengah mereka berkata: "Sangat
mengherankan, tentang orang yang rnengetahui, bahwa kematian itu benar,
bagaimana ia bergembira! Sangat mengherankan, tentang orang yang mengetahui,
bahwa neraka itu benar, bagaimana ia tertawa! Sangat mengherankan, tentang
orang yang melihat perputarannya dunia dengan penduduknya, bagaimana ia merasa
tenteram kepada dunia! Sangat mengherankan, tentang orang yang tahu bahwa
taqdir itu benar, bagaimana ia memayahkan dirinya!”
Datang kepada Muawiyah ra seorang laki‑laki
dari Najran, yang berusia 200 tahun. Laki‑laki tersebut bertanya kepada Muawiyah
tentang dunia, bagaimana ia mendapati dunia itu. Lalu Muawiyah menjawab:
"Tahun‑tahun percobaan dan tahun‑tahun yang lapang. Hari demi hari dan
malam demi malam. Dilahirkan anak dan binasa orang yang binasa. Maka jikalau
tidak ada anak yang dilahirkan, niscaya makhluk itu punah. Dan jikalau tidak
ada yang binasa. niscaya dunia itu sempit dengan orang‑orang di dalamnya".
Maka Muawiyah berkata kepada orang itu: "Mintalah apa yang engkau kehendaki!”.
Laki‑laki tersebut menjawab: "Umur yang telah Ialu, maka kembalikanlah
atau ajalku yang hampir datang, maka tolakkanlah!”. Mu'awiyah menjawab:
"Aku tiada mempunyai kekuasaan yang demikian". Maka laki‑laki itu
berkata: "Kalau begitu, aku tidak memerlukan kepadamu!.
Dawud Ath‑Tha‑i ra berkata: "Hai anak
Adam! Engkau gembira dengan tercapainya angan‑anganmu. Sesungguhnya, engkau
mencapai angan‑angan itu dengan berlalunya ajalmu. Kemudian, engkau tangguhkan
amal‑perbuatan engkau, yang manfa'atnya seakan‑akan untuk orang lain".
Bisyr bin Al-Harts At‑Hafi ra berkata:
“Barangsiapa meminta dunia pada Allah maka sesungguhnya ia meminta pada Allah
lamanya berdiri dihadapan Allah".
Abu Hazim berkata: “Tiada suatupun dalam
dunia yang menggembirakan engkau, melainkan telah dilekatkan oleh Allah
sesuatu kepadanya, yang memburukkan engkau".
Al-Hasan AI‑Bashari berkata:
"Tidaklah keluar diri anak Adam dari dunia, melainkan dengan 3 kerugian:
ia tidak kenyang dari apa yang dikumpulkannya, ia tidak memperoleh apa yang
diangan‑angankannya dan ia tidak mendapat perbekalan yang baik bagi apa yang
ditempuhnya". Ditanyakan kepada setengah hamba Allah: "Sudahkah
engkau memperoleh kekayaan?". Hamba Allah itu menjawab: "Sesungguhnya
diperoleh kekayaan oleh orang yang merdeka dari perbudakan dunia".
Abu Sulaiman Ad‑Darani ra berkata: “Tiada
akan bersabar dari nafsu keinginan dunia, selain orang yang ada dalam hatinya,
apa yang menyibukkannya dengan akhirat".
Malik bin Dinar ra berkata: “Kami membuat
istilah (diflinisi) tentang kecintaan dunia. Lalu sebahagian kami tiada
menyuruh sebahagian yang lain. Tiada melarang sebahagian kami akan sebahagian
yang lain. Dan tiada ditinggalkan kami oleh Allah kepada ini. Maka mudah‑mudahan
kiranya, azab Allah yang mana yang akan turun atas kami?".
Abu Hazim ra berkata: “Kesedikitan dunia
akan menyibukkan diri kebanyakan akhirat". AI‑Hasan Al‑Bashri ra berkata:"Hinakanlah
dunia! Maka demi Allah, tiadalah dunia itu bagi seseorang, lebih sedap, selain
bagi orang yang menghinakan nya".
Al-Hasan berkata pula: "Apabila
dikehendaki oleh Allah kebajikan kepada seseorang hambaNya, niscaya
dianugerahkanNya kepada hamba itu sesuatu anugerah dari dunia. Kemudian,
ditahankanNya. Maka apabila telah habis, niscaya dikembalikannya. Dan apabila
seorang hamba memandang mudah kepada Allah, niscaya Allah melapangkan dunia
kepada hamba itu". Setengah mereka mengucapkan dalam do'anya: “Wahai yang
memegang langit, bahwa langit itu jatuh di atas bumi, selain dengan izin
engkau. Tahanlah dunia daripadaku!”.
Muhammad bin AI‑Munkadir berkata:
"Adakah engkau melihat, jikalau ada kiranya orang yang berpuasa sepanjang
masa, tiada pernah berbuka. Dan ia. bangun malam (untuk shalat), dimana ia
tidak tidur. la bersedekah dengan hartanya, berjihad fi sabili'llah dan
menjauhkan segala yang diharamkan oleh Allah. Lalu orang itu dibawa pada hari
kiamat, maka dikatakan kepadanya, bahwa ini besar pada matanya, apa yang
dipandang kecil oleh Allah. Dan kecil pada matanya, apa yang dipandang besar
oleh Allah. Bagaimana engkau melihat akan keadaannya? Maka siapapun dari kita,
tiadakah demikian? Dunia itu besar padanya, seperti apa yang kita kerjakan,
dari dosa dan kesalahan".
Abu Hazim r.a berkata:
"Bersangatanlah belanja dunia dan akhirat. Adapun belanja akhirat, maka engkau
tiada memperoleh padanya pembantu. Dan adapun belanja dunia, maka engkau tiada
memukul dengan tangan engkau, kepada sesuatu dari dunia, melainkan engkau
dapati orang zalim, yang telah mendahului engkau kepadanya".
Abu 'Hurairah ra berkata: "Dunia itu
terhenti antara langit dan bumi, seperti tempat air buruk. Dunia itu memanggil
Tuhannya, semenjak Tuhan menjadikannya, sampai kepada hari, ia dihancurkan oleh
Tuhan: "Hai Tuhanku! Hai Tuhanku Mengapa Engkau marah kepadaku?".
Maka Tuhan berfirman kepadanya: "Diamlah, hai yang tidak apa‑apa!”.
Abdullah bin AI‑Mubarak ra berkata:
"Kecintaan kepada dunia & dosa dalam hati yang telah menguasainya,
maka kapankah kebajikan itu sampai kepadanya?"
Wahab bin Munabbih ra berkata:
"Barangsiapa hatinya gembira dengan sesuatu dari dunia, maka ia telah
menyalahkan hikmah. Barangsiapa menjadikan nafsu‑syahwatnya dibawah 2 tapak‑kakinya,
niscaya ia telah menceraikan setan dari naungannya. Dan barangsiapa ilmunya
dapat mengalahkan hawa‑nafsunya, maka dialah orang yang menang".
Orang berkata kepada Bisyr bin AI‑Harts
ra: "Si Anu telah meninggal". Lalu Bisyr menjawab: "Orang
tersebut telah mengumpulkan dunia dan ia pergi ke akhirat. la telah menyia‑nyiakan
dirinya". Maka orang berkata lagi kepada Basyr: "Bahwa orang itu
berbuat anu”. Mereka menyebutkan perbuatannya beberapa pintu kebajikan. Lalu
basyr menjawab: “Dan ini tidak bermanfa'at baginya. Dan orang itu mengumpulkan
dunia".
Setengah mereka berkata: "Dunia itu
sendiri marah kepada kita dan kita mencintainya. Maka bagaimanakah, jikalau
dunia itu mencintai kita?". Ditanyakan kepada seorang ahli hikmah/filosuf:
"Dunia itu untuk siapa?". Ahli hikmah tersebut menjawab: "Untuk
orang yang meninggalkannya". Lalu ditanyakan pula: "Akhirat itu
untuk siapa?". Ahli hikmah tadi menjawab: "Untuk orang yang
mencarikannya". Seorang ahli hikmah berkata: "Dunia itu negeri yang
runtuh dan yang paling runtuh dari dunia itu, hati orang yang membangunnya. Dan
sorga itu negeri pembangunan. Dan yang paling
terbangun daripadanya itu, hati orang yang mencarinya".
AI‑Junaid AI‑Baghdadi ra berkata:
"Adalah Imam Asy‑Syafi ra termasuk murid yang berkata dengan lidah
kebenaran dalam dunia. la memberi pelajaran saudaranya tentang zat Allah. la
menakutkan saudaranya kepada Allah. Maka ia berkata: "Hai saudaraku!
Sesungguhnya dunia itu tempat tergelincir dan negeri hina. Pembangunannya itu
menjadi keruntuhan. Penghuninya berkunjung kepekuburan. Penghimpunannya
terhenti kepada perceraian. Kepayahan nya teralih kepada kemiskinan.
Membanyakkan pada dunia itu menyusahkan. Kesusahan pada dunia itu kemudahan.
Maka berlindunglah kepada Allah! Dan relalah dengan rezeki Allah! Jangan kamu
meminjam dari negeri fanamu (dunia), untuk negeri kekalmu (akhirat)! Maka
sesungguhnya hidupmu itu bayang‑bayang yang menghilang dan dinding yang mereng.
Banyakkanlah amal‑perbuatanmu dan pendekkanlah angan‑anganmu!".
Ibrahim bin Adham ra bertanya kepada
seorang laki‑laki: "Adakah sedirham dalam tidur, lebih engkau sukai atau
sedinar dalam jaga?". Laki‑laki itu menjawab: "Se‑dinar dalam
jaga". Ibrahim bin Adham ra Ialu menjawab: "Dusta kamu. Karena yang
engkau sukai dalam dunia, adalah seakan‑akan engkau menyukai nya dalam tidur.
Dan yang tiada engkau menyukainya di akhirat, adalah seakan‑akan engkau tiada
menyukainya dalam jaga".
Diriwayatkan dari Ismail bin 'Ayyasy, yang
mengatakan: "Adalah sahabat‑sahabat kami menamakan dunia itu: babi betina.
Lalu mereka berkata: "Jauhilah dari kami, wahai babi betina!” Maka jikalau
mereka mendapat nama lain yang lebih buruk dari itu, niscaya sesungguhnya
mereka akan menamakan dunia itu dengan nama tersebut”.
Ka’ab berkata: “Sesungguhnya sangat
mencintakan dunia kepada kamu, sehingga kamu menyembahnya dan
penduduknya".
Yahya bin Ma'dz A‑Razi ra berkata:
"Orang berakal itu 3orang yang meninggalkan dunia, sebelum dunia
meninggalkannya, orang yang membuat perkuburan nya, sebelum ia memasukinya dan
orang yang mencari kerelaan Khaliq (yang maha pencipta)nya, sebelum ia
menjumpaiNya".
Yahya bin Ma’adz ra berkata pula:
"Bahwa dunia, sampailah dari terkutuknya, bahwa ia mematikan kamu, karena
dipermainkannya kamu dari menta'ati Allah. Maka bagaimanakah bisa jatuh dalam
dunia?".
Bakar bin Abdullah berkata:
"Barangsiapa berkehendak untuk tidak memerlukan dunia, dengan dunia,
niscaya adalah ia seperti pemadam api dengan rumput kering".
Bindar bin Al-Husain asy‑Syirazi berkata:
"Apabila engkau melihat anak‑anak dunia, memperkatakan tentang zuhud, maka
ketahuilah, bahwa mereka dalam paksaan setan". Bindar berkata pula:
“Barangsiapa menghadap kepada dunia, niscaya ia dibakar oleh api dunia. Ya'ni:
“RAKUS”. Sehingga ia menjadi abu. Dan barang siapa, menghadap kepada akhirat,
niscaya akhirat itu mernbersihkannya, dengan nurnya. Lalu ia menjadi sepotong
emas, yang dapat dimanfaatkan nya. Dan barangsiapa menghadap kepada Allah 'Azza
wa Jalla, niscaya ia dibakar oleh nur keesaan. Maka ia menjadi permata, yang
tiada batas nilainya".
Ali ra berkata: "Sesungguhnya dunia
itu 6 perkara: yang di makan, yang diminum, yang dipakai, yang dikendarai, yang
dikawini dan yang diciumi. Maka makanan yang termulia, ialah: madu. Yaitu: yang
dikeluarkan lebah dari mulutnya. Minuman yang termulia, ialah: AIR. Sama saja
tentang air ini, orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat fasiq. Pakaian
yang termulia, ialah: sutera. Dan itu: anyaman ulat. Kendaraan yang termulia,
ialah: kuda. Dan diatas kuda ini, ia membunuh orang (dalam peperangan). Yang
termulia dari yang dikawini, ialah: wanita. Dan itu: tempat kencing dalam
tempat kencing. Dan wanita itu sesungguhnya menghiaskan sesuatu yang terbagus
daripadanya. Dan dimaksudkan, sesuatu yang terburuk dari padanya. Dan yang
termulia dari yang dicium, ialah: kasturi. Dan kasturi itu darah.
PENJELASAN: pengajaran‑pengajaran tentang
tercelanya dunia dan sifatnya dunia.
Setengah mereka berkata: "Hai manusia! Bekerjalah
perlahan‑lahan! Hendaklah kamu itu takut kepada Allah! Janganlah kamu tertipu
dengan angan‑angan lupa akan ajal! Janganlah kamu cenderung kepada dunia!
Sesungguhnya dunia itu menyalahi janji dan menipu. Ia menggubah tutur‑katanya
dengan dusta kepadamu dengan tipuannya. la berbuat fitnah kepadamu dengan angan‑angannya.
la menghiaskan percakapannya, seperti penganten puteri yang datang kepada suaminya.
Semua mata memandang kepada dunia. Hati terpaut kepadanya. Dan masing‑masing
orang asyik melihatnya. Maka banyaklah orang yang asyik kepadanya, dibunuhnya.
Orang yang tenang kepadanya, dihinakannya. Maka pandanglah kepada dunia itu,
dengan mata yang sebenarnya! Sesungguhnya dunia itu negeri yang banyak
bahayanya. la dicela oleh Khaliq (yang maha pencipta)-nya. Yang baru
daripadanya itu busuk. Yang memilikinya itu binasa. Yang mulia daripadanya itu
hina. Yang banyaknya itu sedikit. Yang menyukainya itu mati. Yang kebajikannya
itu lenyap. Maka bangunlah‑kiranya Allah mencurahkan rahmat kepadamu ‑ dari
kelalaianmu! Dan sadarlah dari ketiduranmu, sebelum dikatakan: si Anu itu sakit
atau sakit setruk yang berat! Maka adakah yang menunjukkan obat? Atau adakah
memperoleh jalan kepada dokter? Lalu dipanggil dokter‑dokter bagimu. Dan tiada
diharapkan sembuh kamu. Kemudian, dikatakan: si Anu telah membuat wasiat dan
telah dihitung hartanya. Kemudian, dikatakan: lidahnya sudah berat. la tidak
dapat berkata‑kata dengan saudara ‑ saudaranya. Dan ia tidak mengenal lagi
tetangganya. Dan berkeringatlah ketika itu tepi dahimu. Berturut‑turutlah kamu
mengerang kesakitan. Tetaplah keyakinanmu. Terangkatlah pelupuk matamu.
Benarlah sangkaan‑sangkaanmu. Gagaplah lidahmu. Menangislah saudara‑saudaramu.
Dan orang mengatakan kepadamu: Ini puteramu si Anu. Ini saudaramu si Anu.
Engkau dilarang dari berkata‑kata. Maka engkau tidak menuturkan kata‑kata oleh
orang yang tidak mengenalnya. Dan padanya kematiannya. Maka hendaklah engkau
pada dunia itu, seperti orang yang mengobati lukanya. la menjaga yang sedikit,
karena takut apa yang tiada disukainya pada masa yang panjang. la bersabar atas
kerasnya obat, karena takut lamanya penyakit. Maka awaslah akan negeri ini,
yang menyalahi janji, yang menipu, yang menyesatkan, yang menghiasi dengan
tipuannya dan yang membuat fitnah dengan tipu‑dayanya. Dunia itu membuat
sekarang dengan angan ‑ angannya dan membuat untuk masa depan dengan
perkataannya.
Maka jadilah dunia itu seperti penganten
puteri yang datang kepada suaminya. Semua mata memandang kepadanya. Semua hati
tertarik kepadanya. Semua jiwa asyik baginya Dan ia marah bagi suaminya
semuanya. Maka tidaklah yang tinggal itu dihitung dengan yang Ialu. Tidaklah
yang akhir itu, terhalau dengan yang awal. Dan tidaklah orang yang mengenal
Allah 'Azza wa Jalla, ketika ia menceriterakan tentang dunia itu, teringat.
Lalu ia asyik bagi dunia, yang telah diperoleh nya dari dunia, dengan
keperluannya. Lalu ia tertipu dan durhaka dan lupa akan tempat kembali (hari
akhirat). Maka sibuklah hatinya pada dunia, sehingga tergelincirlah tapak‑kakinya.
Lalu besarlah penyesalannya dan banyaklah kerugiannya. Berkumpullah padanya
sakratul‑maut dan yang memedihkannya. Dan kerugian luputnya waktu yang
memarahkannya. Dan orang yang gemar pada dunia itu, tiada akan memperoleh apa
yang dicarinya. Dan tiada akan menyenangkan dirinya dari kepayahan. Lalu ia ke
luar, tanpa perbekalan. Dan ia datang, tanpa persediaan. Maka awaslah dari
dunia itu, wahai Amirul‑mu'minin! Dicapkan atas lidah engkau, Ialu lidah itu
tidak lancar. Kemudian, datanglah pada engkau hukum (qodo') Tuhan. Dicabutkan
nyawa engkau dari anggota badan. Kemudian dinaikkan ke langit. Maka
berkumpullah ketika itu saudara‑saudara engkau. Didatangkan kain kafan engkau.
Lalu mereka memandikan engkau dan mengkafankan engkau. Maka terputuslah orang‑orang
yang berkunjung kepada engkau dan merasa senanglah orang‑orang yang dengki
kepada engkau. Dan berpalinglah keluarga engkau kepada harta engkau. Dan
tinggallah engkau terkurung dengan amal‑perbuatan engkau".
Setengah mereka berkata kepada sebahagian
raja‑raja: "Sesungguhnya manusia yang lebih berhak mencela dunia dan
marah kepada dunia, ialah: orang yang dibentangkan jalan kehidupan baginya, dalam
dunia dan diberikan keperluannya dari dunia. Karena ia menantikan bahaya yang
menimpa hartanya, Ialu membinasakan harta itu. Atau menimpa atas
perkumpulannya, lalu menceraikannya. Atau bahaya itu datang kepada
kekuasaannya, Ialu meruntuhkan kekuasaan itu dari sendi‑sendinya Atau bahaya
itu merangkak pada tubuhnya, lalu mendatangkan penyakit atas dirinya. Atau
bahaya itu menyakitkannya dengan sesuatu, dimana ia kikir dengan sesuatu itu
diantara teman‑temannya. Maka dunia itu lebih berhak dicela. Dunialah yang
mengambil, apa yang diberikannya. Yang meminta kembali apa yang diserahkannya.
Sedang dunia itu menertawakan kawannya, ketika ia menertawakan orang lain.
Sedangkan dunia itu menangisi kawannya. ketika ia menangisi orang lain. Sedang
dunia itu membentangkan tapak tangannya, dengan pemberian, ketika ia
membentangkannya dengan mengambil kembali yang diberikan itu. Maka dunia itu
mengikatkan mahkota atas kepala kawannya pada hari ini dan ditanamkannya dengan
tanah pada hari besok. Sama saja pada dunia itu, pergi yang pergi dan tinggal
yang tinggal. Dunia itu mendapati pada yang tinggal dari yang pergi, sebagai
gantinya. Dan rela dengan semua, dari semua, sebagai penggantinya".
Al-Hasan AI‑Bashari ra menulis surat
kepada Khalifah 'Umar bin Abdul‑'aziz, sebagai berikut: Adapun kemudian,
sesungguhnya dunia itu negeri perantauan, tidak negeri ketetapan. Adam as
diturunkan dari sorga kedunia, karena siksaan. Maka takutilah dunia itu, wahai
Amirul mu'minin! Sesungguhnya perbekalan dari dunia itu, ialah: meninggalkannya.
Kekayaan dari dunia itu, ialah: kemiskinannya pada setiap ketika, dunia itu
mempunyai pembunuhan. Dunia itu menghina orang yang memuliakannya. Memiskinkan
Orang yang mengumpulkannya. Dunia itu seperti racun, yang dimakan. Hendaklah
ada engkau itu gembira akan apa yang ada engkau padanya! Dan awasilah diri,
akan apa yang akan ada engkau untuknya! Maka sesungguhnya teman dunia itu, tiap
kali ia tenang dari dunia kepada kegembiraan, niscaya dunia itu menerbitkannya
kepada yang tiada disukai. Yang suka pada orang dunia itu tertipu. Yang
bermanfa`at pada dunia itu, menipu yang mendatangkan melarat. Sesungguhnya
sampailah kelapangan dari dunia itu dengan bencana. Dan yang kekal pada dunia
itu dijadikan kepada kehancuran. Maka kegembiraan dunia itu bercampur dengan
kesedihan. Tiada kembali daripadanya, apa yang berpaling dan yang membelakang.
Dan tiada diketahuinya apa yang akan datang, lalu ditungguinya. Cita‑cita dunia
itu dusta dan angan‑angannya itu batil/salah.
Kejernihannya itu keruh. Dan kehidupan nya itu susah
Anak Adam padanya diatas bahaya, kalau ia
berakal dan memperhatikan. Maka ia dari nikmat itu atas bahaya dan dari bencana
itu atas ketakutan. Maka jikalau adalah Khaliq (yang maha pencipta) tiada
memberitakan dari hal dunia suatu berita dan tiada membuat suatu contoh
perumpamaan bagi dunia, niscaya adalah dunia itu telah membangunkan orang
tidur dan memperingatkan orang yang lalai. Maka bagaimanakah demikian?
Sesungguhnya telah datang dari Allah 'Azza wa Jalla, yang menggertak. Dan dalam
dunia itu, ada yang memberi pengajaran. Maka tiadalah bagi dunia itu, nilai
pada sisi Allah Yang Maha Agung pujianNya. Dan la tiadalah memandang kepada
dunia itu, semenjak dijadikannya. Dan sudah diunjukkan dunia itu kepada Nabi
saw dengan kunci‑kunci dan gudang‑gudangaya. Tiada mengurangi yang demikian
pada sisi Allah, sebagai sehelai sayap lalat. Maka Nabi saw enggan menerimanya.
Karena beliau tidak suka, akan menyalahi terhadap Allah, akan perintahNya. Atau
menyukai, apa yang dimarahi oleh Khaliq (yang maha pencipta)nya. Atau
meninggikan apa yang direndahkan oleh Pemiliknya. Maka ALLAH menyingkirkan
dunia itu dari orang‑orang shalih, untuk percobaan. Dan Ia membentangkan dunia
itu bagi musuh-musuhNYA untuk tipuan. Lalu disangka oleh orang yang tertipu
dengan dunia dan yang menguasai dunia, bahwa ia memperoleh kemuliaan dengan
dunia itu. Dan ia lupa apa yang diperbuat oleh Allah 'Azza wa Jalla, dengan
Nabi Muhammad saw, ketika ia mengikatkan batu atas perutnya. Dan telah datang
riwayat dari Nabi saw dari Tuhannya 'Azza wa Jalla, bahwa Tuhan berfirman
kepada Musa as: “Apabila engkau melihat kekayaan datang berhadapan, maka
katakanlah: "Dosa yang menyegerakan siksaannya". Dan apabila engkau
melihat kemiskinan datang berhadapan, maka katakanlah: "Selamat datang,
dengan pertanda orang‑orang shalih".
Dan jikalau engkau mau, maka ikutilah Isa
Ibnu Maryam as Shahibi’rruhi wal‑kalimah (Nabi Isa as digelarkan dengan:
Ruhu'llah/roh Allah dan Kalimatu'llah / kalimat Allah). Sesungguhnya Nabi Isa
a.s berkata: "Santapanku itu lapar dan pertandaku itu takut. Pakaianku itu
bulu. Pemanasan tubuhku pada musim dingin itu tempat duduk berpanas‑matahari.
Lampuku itu bulan. Kendaraan itu dua kakiku. Makananku dan buah‑buahanku itu,
apa yang ditumbuhkan oleh bumi. Aku bermalam dan aku tidak mempunyai apa‑apa. Aku
berpagi-hari & aku tiada mempunyai apa‑apa. Dan tiada seorangpun diatas
bumi, yang lebih kaya daripadaku".
Wahab bin Munabbih berkata: "Tatkala
Allah 'Azza wa Jalla mengutus Musa & Harun as kepada Fir'aun, maka Allah
Ta’ala berfirman: "Jangan mengejutkan kamu berdua oleh pakaiannya yang
dipakaikannya dari dunia. Maka sesungguhnya ubun‑ubunnya adalah di TanganKu. Ia
tidak berkata‑kata, tidak menoleh & tidak bernafas, selain dengan
keizinanKu. Dan jangan mengherankan kamu berdua oleh apa yang diambilkannya
kesenangan dari dunia. Sesungguhnya itu adalah kembang kehidupan dunia dan
perhiasan orang‑orang yang royal. Jikalau AKU berkehendak menghiaskan kamu
berdua dengan perhiasan dari dunia, yang akan dikenal oleh Fir'aun ketika
dilihatnya, bahwa kekuasaannya itu lemah dari apa yang diberikan kepada kamu
berdua, niscaya akan AKU perbuat. Akan tetapi AKU tiada menyukai yang demikian
dengan kamu berdua. Maka AKU singkirkan yang demikian dari kamu berdua. Dan
begitu pula AKU perbuat dengan wali‑waliKU. Sesungguhnya AKU menolak mereka
dari kenikmatan dunia, sebagaimana penggembala yang penuh kasih‑sayang, menolak
kambing ternaknya dari tempat‑tempat yang membinasakan.Dan AKU sesungguhnya
menjauhkan mereka dari kelazatan dunia,sebagaimana penggembala yang penuh kasih-sayang,
menjauhkan untanya dari tempat‑tempat
yang Ialai. Dan tidaklah yang demikian itu karena hinanya mereka kepadaKU. Akan
tetapi, untuk mereka menerima dengan sempurna bahagiannya dari kemuliaanKU(kiramah‑Ku),
dengan sejahtera lagi sempurna. Sesungguhnya wali‑waliKu itu berhias bagiKu
dengan kehinaan, ketakutan, kerendahan diri & ketaqwaan, yang tumbuh dalam
hati mereka & menampak pada tubuh mereka. Maka itu, adalah pakaian mereka
yang dipakainya. Kain selimut mereka yang dilahirkannya. Hati nurani (dlamir)
mereka yang dirasakannya. Kelepasan mereka yang diperolehnya akan kelepasan
itu. Harapan mereka yang diangan‑angankannya. Kemegahan mereka yang dibanggakannya.
Dan tanda mereka, yang dengan tanda tersebut, mereka dapat dikenal. Maka
apabila engkau menjumpai mereka, maka rendahkanlah dirimu kepada mereka. Dan
hinakanlah hatimu & lidahmu kepada mereka! Dan ketahuilah, bahwa
barangsiapa mempertakutkan seorang wali kepadaKu, maka ia melawan AKU dengan
berperang. Kemudian, AKU penentangnya pada hari kiamat".
Pada suatu hari, Ali ra mengucapkan
khutbah (pidato). Ia berkata pada pidato tersebut: "Ketahuilah, bahwa kamu
itu mati & dibangkitkan sesudah mati. Kamu itu terhenti atas amal‑perbuatanmu
dan kamu dibalas atas amal‑perbuatan tersebut. Maka janganlah kamu ditipu oleh
kehidupan duniawi. Sesungguhnya kehidupan duniawi itu, diliputi dengan
percobaan, dikenal dengan kehancuran dan disifatkan dengan tipuan. Setiap yang
dalam kehidupan duniawi itu, menuju kepada hilang. Maka kehidupan duniawi itu,
diantara penduduknya silih berganti dan bertukar. Semua keadannya tiada yang
kekal. Dan tiada yang selamat para yang menempatinya, dari kejahatannya. Sedang
penduduknya dari kehidupan duniawi itu, dalam kelapangan dan kegembiraan. Maka
tiba‑tiba mereka dari kehidupan duniawi itu, dalam percobaan dan tipuan.
Keadaannya bermacam‑macam dan kali berkali berubah‑ubah. Kehidupan dalam dunia
itu tercela. Kelapangan hidup padanya, tiada kekal.
Sesungguhnya, penduduknya dalam kehidupan
duniawi itu mempunyai maksud‑maksud yang menjadi tujuan, yang melemparkan
mereka dengan anak panahnya dan menjauhkan mereka dengan kematian yang segera.
Setiap kematiannya dalam kehidupan duniawi itu menurut taqdir pada azali (
tida kesudahan / permulaan ). Dan bahagianya pada kehidupan duniawi itu
disempurnakan. Ketahuilah, wahai hamba Allah! Sesungguhnya kamu dan apa yang
ada kamu padanya dari dunia ini, adalah atas jalan orang yang telah lalu, dari
orang‑orang yang lebih panjang umurnya dari kamu, yang lebih hebat
keperkasaannya dari kamu, lebih makmur negerinya dan lebih jauh bekas‑bekasnya.
Lalu jadilah suara mereka tenang & padam, dari sesudah panjang
perputarannya. Tubuh mereka busuk. Rumah mereka di atas singgasananya kosong
& bekas‑bekasnya hancur. Mereka menggantikan istana‑istana yang kokoh,
tempat tidur & bantal-bantal yang tersedia, dengan batu‑batu besar &
batu‑batu yang disandarkan pada pekuburan, yang menempel & berlobang
lihad/liang lahad. Maka tempatnya itu berdekatan & penghuninya itu merasa
asing, di antara penduduk bangunan yang kesunyian dan penduduk tempat yang
kesibukan. Mereka tiada berjinak‑jinak dengan kemajuan dan tidak sambung‑menyambung
silaturrahim, sebagai sambungan silaturrahimnya tetangga dan teman‑teman,
terhadap apa yang ada di antara mereka, dari dekatnya tempat, tetangga dan
hampirnya rumah. Bagaimana adanya sambung‑menyambung silaturrahirn diantara
mereka, sedang mereka telah digiling dengan dadanya oleh kehancuran dan dimakan
oleh batu besar dan tanah basah? Dan mereka telah menjadi orang mati sesudah
hidup, menjadi berhancuran sesudah kecermelangan hidup, yang mengejutkan teman‑sejawat.
Mereka menetap di bawah tanah dan berangkat pergi. Lalu mereka tiada kembali
lagi. Jauhlah dia ~ jauhlah dia........ ”Sekali-kali tidak! Sesungguhnya
perkataan itu hanya sekedar dapat diucapkan.
Di hadapan mereka ada barzakh (dinding yang membatasi), sampai hari mereka
dibangkitkan". S 23 Al Mukminuun ayat 100. Maka seolah‑olah kamu telah
menjadi, kepada apa yang mereka telah jadi, dari kehancuran dan sendirian dalam
negeri tempat kembali. Mereka terkurung pada tempat berbaring itu dan kamu
dicampurkan oleh tempat simpanan tersebut. Maka bagaimanakah dengan kamu,
jikalau kamu melihat dengan mata urusan‑urusan itu, pekuburan‑pekuburan
dibongkar dan dibukakan apa yang di dalam hati ? Dan kamu disuruh berdiri untuk
memperolehnya di hadapan Raja Yang Maha Mulia? Maka terbanglah hati karena
takutnya dari dosa‑dosa yang lalu. Dan pecahlah dinding (hijab) dan tirai dari
kamu. Lahirlah kekurangan‑kekurangan dan rahasia‑rahasia daripada kamu.
Disitulah dibalas tiap‑tiap diri, menurut apa yang diusahakannya. Allah 'Azza
wa Jalla berfirman: “Supaya Dia
memberikan pembalasan kepada orang‑orang yang mengerjakan kejahatan menurut
pekerjaannya dan memberikan balasan yang lebih baik kepada orang‑orang yang
mengerjakan kebaikkan”. S 53 An Najm ayat 31. Allah Ta’ala berfirman: ”Dan diletakkan kitab (buku amalan), Ialu engkau
lihat orang‑orang yang bersalah itu merasa ketakutan kepada apa yang
didalamnya”. S 18 AI Kahfi ayat 49. Kiranya Allah menjadikan kami dan anda
sekalian, berbuat menurut KitabNya, mengikuti wali‑waliNya. Sehingga Ia
menempatkan kami dan anda sekalian, pada negeri ketetapan dengan kurniaNya.
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, lagi Maha Mulia.
Setengah ahli hikmah berkata: "Hari‑hari
itu adalah anak panah dan manusia itu tujuannya. Masa itu melemparkan engkau
setiap hari dengan anak‑panahnya. Dan mengurangkan engkau dengan malam dan
siangnya, sehingga habiskan semua bahagian‑bahagian engkau. Maka bagaimanakah
kekal keselamatan engkau serta jatuhnya hari‑hari pada engkau dan cepatnya
malam‑malam pada tubuh engkau? Jikalau terbuka bagi engkau, dari apa yang
didatangkan oleh hari‑hari pada engkau dari kekurangan, niscaya engkau merasa
liar dari setiap hari yang datang kepada engkau. Dan engkau merasa berat
berIalunya waktu pada engkau. Akan tetapi, pengaturan Allah diatas pengaturan
pemikiran. Dan dengan melupakan godaan-godaan dunia, niscaya akan diperoleh
rasa keenakannya. Dan sesunngguhnya godaan dunia itu lebih pahit dari buah
peria/pare, apabila dianalisa oleh ahli hikmah. Dan sesungguhnya melemahkan
orang yang menyifatkan kekurangan‑kekurangan dunia, dengan perbuatan‑perbuatannya.
Dan apa yang didatangkannya dari keganjilan‑ganjilan itu. Lebih banyak dari apa
yang diketahui oleh seorang juru pengajaran.
Wahai Allah Tuhanku! Tunjukilah kami
kepada yang betul. Setengah ahli hikmah berkata dan ia telah menyifatkan dunia
dan mengumpamakan kekalnya dunia itu, Ialu berkata: "Dunia itu waktumu,
yang kembali kepadamu padanya matamu. Karena apa yang telah berlalu daripadamu,
maka telah lenyap bagimu mendapatinya. Dan apa yang tidak datang, maka tiada
bagimu pengetahuan dengan yang demikian. Masa itu hari yang mendatang, yang
diberitakan oleh malam nya, yang dilalui oleh jam‑jamnya. Dan peristiwa‑peristiwanya
berturut‑turut datang kepada manusia, dengan perobahan dan kekurangan. Dan
masa itu mewakilkan dengan pecahnya kumpulan‑kumpulan, sumbingnya persatuan
dan berpindahnya kerajaan‑kerajaan. Dan angan‑angan itu panjang, umur itu
pendek dan kepada Allah kembali segala urusan".
'Umar bin 'Abdul‑'aziz ra berkhutbah,
seraya berkata: "Wahai manusia!
Sesungguhnya kamu dijadikan, untuk sesuatu hal. Jikalau kamu
membenarkannya, maka sesungguhnya kamu itu bodoh. Dan jikalau kamu
mendustakannya, maka sesungguhnya kamu itu binasa. Sesungguhnya kamu dijadikan
untuk selama‑lamanya. Akan tetapi kamu dari rumah ke rumah kamu berpindah.
Wahai hamba Allah! Sesungguhnya kamu dalam rumah. Bagimu dalam rumah itu dari
makananmu yang mencekekkan. Dari minumanmu yang menyangkut pada leher. Tiada
bersih bagimu nikmat yang engkau gembira dengan nikmat itu, selain dengan
menceraikan yang lain, yang engkau tidak suka menceraikan yang lain, yang
engkau tidak suka menceraikannya. Maka berbuatlah untuk apa yang engkau kembali
kepadanya dan kekal di dalamnya". Kemudian, 'Umar bin 'Abdul Aziz itu
dikerasi oleh tangisan, lalu ia turun (dari mimbar).
Ali ra berkata dalam khutbahnya: "Aku
wasiatkan kamu, bertaqwa kepada Allah dan meninggalkan dunia yang meninggalkan
kamu, walaupun kamu tiada menyukai meninggalkannya, yang membusukkan tubuhmu,
sedang kamu menghendaki pembaruannya. Sesungguhnya kamu dan dunia itu adalah
seperti suatu kaum dalam perjalanan yang menjalani suatu jalan. Dan seolah‑olah
mereka sudah selesai menempuh jalan tersebut. Mereka membawa diri kepada suatu
mercu‑suar, lalu seolah‑olah mereka telah sampai ke tempat tersebut. Banyak
yang mengharap supaya berlakulah yang berlaku, sehingga sampailah kepada
tujuan. Dan banyak yang mengharap supaya kekallah orang yang mempunyai sehari
dalam dunia. Orang yang mencari yang segera, akan mencarinya, sehingga ia
berpisah dengan dunia itu. Maka janganlah kamu bergundah hati, karena buruknya
dan melaratnya dunia itu! Karena sesungguhnya menuju kepada terputus. Dan
janganlah kamu bergembira dengan harta‑benda dan kenikmatan dunia. Maka
sesungguhnya itu menuju kepada hilang. Aku heran kepada orang yang mencari
dunia, dan mati mencari dia. Dan orang yang lalai, sedang dia tidak dilalaikan
orang (tidak dilupakan orang)".
Muhammad bin Al Husain berkata:
"Tatkala diketahui oleh ahli kelebihan (orang yang mempunyai kelebihan),
oleh ahli ilmu, ahli ma'rifah dan ahli adab, bahwa Allah 'Azza wa Jalla telah
menghinakan dunia dan bahwa Ia tidak rela dunia itu untuk wali-waliNya dan
bahwa dunia itu pada sisiNYA hina lagi
sedikit dan bahwa Rasul Allah saw berlaku zuhud pada dunia dan memperingatkan
shahabat‑shahabatnya dan fitnah dunia, maka mereka itu tadi memakan dari dunia
dengan sederhana, mengerjakan keutamaan, mengambil dari dunia apa yang memadai
dan meninggalkan apa yang melalaikan. Mereka memakai dari pakaian apa yang
menutupkan aurat, memakan dari makanan yang sekurang‑kurangnya, daripada yang
menyumbatkan kelaparan. Dan mereka memandang kepada dunia dengan pandangan,
bahwa dunia itu fana dan memandang kepada akhirat, bahwa akhirat itu kekal.
Lalu mereka menyiapkan perbekalan dari dunia. seperti perbekalan orang yang
berkenderaan. Maka mereka merobohkan dunia dan membangun akhirat. Mereka
memandang kepada akhirat dengan hati mereka. Lalu mereka tahu, bahwa mereka
akan memandang kepada akhirat itu dengan mata mereka. Lalu mereka berangkat ke
akhirat itu dengan hatinya. Karena mereka tahu, bahwa mereka akan berangkat ke
akhirat itu dengan tubuh mereka. Mereka payah sedikit dan memperoleh kenikmatan
pada waktu panjang. Semua itu dengan taufiq Tuhan mereka Yang Maha mulia.
Mereka mencintai apa yang dicintai oleh Tuhan bagi mereka. Dan mereka tiada
menyukai apa yang tiada disukai oleh Tuhan bagi mereka.
PENJELASAN. Sifat dunia dengan contoh‑contoh.
Ketahuilah, bahwa dunia itu lekas fana dan dekat akan
berlalu. Dunia itu berjanji dengan kekekalan. Kemudian ia menyalahi pada
penepatan janji itu. Engkau memandang kepada dunia, Ialu engkau melihatnya
tenang dan tetap. Padahal ia berjalan dengan cepat sekali. Dan ia berangkat
dengan sangat segera. Akan tetapi orang yang memandang kepadanya, kadang‑kadang
tidak merasa dengan gerakannya. Lalu merasa tenang kepada dunia itu.
Sesungguhnya ia merasa, ketika dunia itu sudah berlalu. Dan dunia itu seumpama
bayang‑bayang. Bayang‑bayang itu bergerak, lagi tetap. Bergerak pada
hakikat/maknanya dan tetap pada zahiriahnya. Gerakannya tidak diketahui dengan
penglihatan zahiriah, akan tetapi dengan pandangan batiniah. Tatkala disebutkan
dunia pada Al-Hasan AI‑Bashar ii ra, lalu ia bermadah dan berkata:
Mimpi tidur
atau laksana bayang‑bayang yang hilang.
Bahwa orang yang berakal,
tiada akan tertipu dengan seperti itu .......
Adalah AI‑Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra banyak memberi
contoh dan berpantun:
Wahai orang yang suka kesenangan dunia,
kesenangan itu tidak kekal ..........
Sesungguhnya tertipu dengan bayang-bayang yang hilang,
adalah suatu kebodohan.
Orang mengatakan, bahwa pantun ini, dari ucapan Al-Hasan bin
Ali. Diceriterakan orang, bahwa seorang Arab dusun singgah pada suatu kaum.
Lalu kaum itu menyuguhkan kepadanya makanan. Lalu ia makan. Kemudian, ia
berdiri pada bayang‑bayang kemah mereka. Lalu ia tidur di situ. Kaum itu Ialu
membuka kemahnya. Maka kenalah matahari pada Arab dusun tadi. Lalu ia
terbangun dan berdiri. Ia bermadah:
Ketahuilah, bahwa dunia,
adalah seperti bayang‑bayang yang engkau bina.
Tak dapat tidak pada suatu hari,
bahwa bayang‑bayang itu akan hilang.
Begitu pula dikatakan:
Sesungguhnya manusia,
dunianya itu cita‑citanya terbesar.
Adalah ia pemegang dunia,
dengan tali penipuan.
Contoh lain bagi
dunia dari segi penipuan dengan khayalan-khayalannya, kemudian jatuh
daripadanya, sesudah ia terlepas ialah: penyerupaan
khayalan tidur dan igau‑igauan mimpi. Bersabda: Rasulullah saw: “Dunia
itu mimpi Penghuninya di atas dunia itu diberi ganjaran dan disiksakan”.
Yunus bin 'Ubaid berkata: ”Tiada aku
serupakan diriku dalam dunia, selain seperti seorang laki‑laki yang tidur. Lalu
ia bermimpi dalam tidurnya, apa yang tiada disukainya dan apa yang disukainya.
Maka dimana ia seperti demikian, tiba‑tiba ia tersentak bangun. Maka begitu
pulalah manusia itu tidur. Lalu apabila ia telah mati, niscaya ia tersentak
bangun. Tiba‑tiba tiada suatupun di tangannya, dari apa yang cenderung hatinya
kepadanya dan disenanginya".
Ditanyakan orang kepada setengah ahli
hikmah: "Barang apakah yang lebih menyerupai dengan dunia?" Ahli
hikmah itu menjawab: "Mimpi orang tidur". Contoh lain bagi dunia dalam permusuhannya bagi penghuni dan
pembinasaannya bagi putera‑putrinya. Ketahuilah, bahwa sifat dunia itu,
pertama‑tama berlemah‑lembut pada penipuan. Dan pada akhirnya, menyampaikan
kepada kebinasaan. Dunia itu, laksana seorang wanita, yang berhias untuk berbicara.
Sehingga, apabila ia kawin dengan mereka, niscaya disembelihkannya.
Sesungguhnya diriwayatkan, bahwa Isa as
tersingkap baginya dunia. Maka ia melihat dunia itu dalam bentuk wanita tua,
yang ompong. Padanya bermacam perhiasan. Lalu Isa as bertanya kepadanya:
"Berapa kali engkau sudah kawin?" Wanita tua itu menjawab:
"Tidak dapat aku hitung kalinya". Lalu Isa as menjawab: "Semua
mereka mati dari engkau atau semua mereka menceraikan engkau?" Wanita itu
menjawab: "Malahan, semua mereka aku bunuh". Lalu Isa as berkata:
"Celakalah bagi suami‑suami engkau yang masih tinggal. Bagaimana mereka
tiada mengambil pengajaran dengan suami‑suami engkau yang lalu? Bagaimana
engkau binasakan mereka, satu demi satu dan mereka tidak berjaga‑jaga dari
engkau".
Contoh lain bagi
dunia, tentang menyalahi zahiriyahnya dari batiniyahnya: Ketahuilah, bahwa
dunia itu terhias zahiriyahnya dan keji batiniyahnya. Dunia itu serupa dengan
wanita tua yang berhias, yang menipu manusia dengan zahiriyahnya. Maka apabila
mereka mengetahui batiniyahnya dan menyingkapkan tudung (kain penutup) dari mukanya,
niscaya tergambarlah bagi mereka keburukan wanita tua itu. Lalu mereka menyesal
mengikutinya. Dan mereka malu dari kelemahan pikirannya, tentang tertipu
dengan zahiriyah wanita itu.
Al-‘Ala bin Ziyad berkata: "Aku
bermimpi dalam tidur menjumpai seorang wanita tua, yang sudah lanjut usianya.
Kulitnya terbalut dengan semua perhiasan dunia. Manusia terhenti kepadanya,
dengan penuh keheranan, memandang kepadanya. Lalu aku datang, aku pandang dan
aku merasa heran, dari pandangan mereka kepada wanita itu. Dan kedatangan
mereka kepadanya. Lalu aku bertanya kepada wanita itu: "Celaka, siapa
engkau?" Wanita itu menjawab:
"Apakah engkau tiada mengenal aku?" Aku menjawab: "Aku tidak
tahu, siapa engkau!” Wanita itu lalu
menjawab: "Aku dunia!” Maka aku berkata: "A'udzu bil'llaah! Aku
berlindung dengan Allah dari kejahatan engkau". Lalu wanita itu menjawab:
"Jikalau engkau menyukai untuk engkau terlindung dari kejahatanku, maka
marahilah dirham!”
Abubakar bin 'Ayyasy berkata: "Aku
bermimpi dunia dalam tidur, sebagai seorang wanita tua, yang buruk bentuknya,
yang sudah beruban. la bertepuk dengan dua tangannya dan di belakangnya orang
ramai, yang mengikutinya, bertepuk tangan dan menari. Tatkala wanita itu
berhadapan dengan aku, Ialu ia datang kepadaku, seraya berkata: "Jikalau
aku peroleh engkau, niscaya akan aku perbuat dengan engkau, seperti apa yang
telah aku perbuat dengan mereka". Kemudian, Abubakar bin ‘Ayyay itu
menangis dan berkata: "Aku bermimpi ini, sebelum aku datang ke Bagdat”.
At‑Fudlail bin 'IyadI berkata: "Ibnu
'Abbas berkata: "Dunia itu dibawa pada hari kiamat, dalam bentuk seorang
wanita tua, yang sudah beruban, yang pucat. Giginya tampak ke luar, bentuknya
buruk. Lalu ia dipersilahkan kepada khalayak ramai”. Maka ditanyakan kepada
mereka: "Adakah kamu kenal ini?" Lalu mereka itu menjawab:
"Na'uudzu bi'llaah! Kami berlindung dengan Allah, daripada mengenal ini!”
Lalu dijawab: "Inilah dunia yang kamu sembelih-Menyem belih diatasnya.
Dengan sebab dunia, kamu putus‑memutuskan silaturrahim, kamu dengki‑mendengki,
kamu marah‑memarahi dan kamu tertipu". Kemudian, dunia itu dilemparkan
dalam neraka jahamam. Maka dunia itu berseru: "Hai Tuhanku! Mana
pengikutku dan golonganku?" Maka Allah 'azza wa Jalla berfirman:
"Hubungkanlah dengan dia pengikutnya dan golongannya!”
AI‑Fudlail ra berkata: “Sampai kepadaku,
bahwa seorang laki-laki dinaikkan ruhnya. Maka tiba‑tiba di tengah jalan
bertemu dengan seorang wanita, yang memakai semua perhiasan, dari pakaian emas
dan kain‑kain. Tiada seorangpun yang lalu dekatnya, melainkan dilukainya. Tiba‑tiba
wanita itu membelakang, maka dia adalah sesuatu yang tercantik yang pernah
dilihat oleh manusia. Dan tiba‑tiba ia menghadap, maka dia adalah sesuatu yang
terburuk yang pernah dilihat oleh manusia, seorang wanita tua, yang beruban,
yang pucat dan bermata juling". AI‑Fudlail meneruskan ceriteranya:
"Lalu aku berkata: "A'udzu bi'llah! aku berlindung dengan Allah dari
engkau!” Wanita itu menjawab: "Tidak, demi Allah! Allah tidak akan
melindungi engkau daripadaku, sebelum engkau memarahi dirham". AI‑Fudlail
meneruskan riwayatnya: "Lalu aku bertanya: "Siapa engkau?"
Wanita itu menjawab: "Aku dunia".
Contoh
lain bagi dunia dan Ialunya manusia di dunia.
Ketahuilah, bahwa keadaan itu tiga:
1. Keadaan yang tak ada engkau padanya sesuatu. Yaitu: apa yang sebelum ada engkau pada azal (azali).
2. Keadaan, dimana engkau tiada menyaksikan dunia padanya.
Yaitu: Yang sesudah mati engkau, sampai
abadi.
3. Keadaan yang di tengah‑tengah, antara abadi dan azali Yaitu: hari‑hari hidupnya engkau di dunia.
Maka perhatikanlah kepada berapa lamanya
hidup itu dan kepada dua tepi tadi: azali ( tida kesudahan / permulaan ) dan
abadi!
Sehingga engkau tahu, bahwa lamanya itu lebih pendek dari penempatan
yang singkat dalam perjalanan yang jauh. Dan karena itulah, Nabi saw bersabda:
“Apalah bagiku dunia itu! Sesungguhnya
contohku dan dunia adalah seperti orang yang berkendaraan yang berjalan pada
siang musim panas. Lalu ditinggikan sepohon kayu baginya. Maka ia berteduh di
bawah naungannya sesa'at. Kemudian, ia pergi dan meninggalkan pohon tersebut. Orang yang melihat dunia dengan mata ini,
niscaya ia tidak cenderung kepada dunia. Dan ia tidak menghiraukannya,
bagaimana berlalu hari‑harinya dalam melarat dan sempit atau dalam lapang dan
mewah. Bahkan, ia tidak membangun suatu batu merah, di atas suatu batu
merah".
Rasulullah saw wafat dan beliau tidak
pernah meletakkan suatu batu merah diatas suatu batu merah dan tidak pula
suatu bambu di atas suatu bambu". Rasulullah saw melihat sebahagian
shahabatnya membangun rumah dari bambu Parsi, lalu bersabda: "Aku melihat
suatu hal yang lebih cepat dari ini". Dan beliau menentang yang demikian.
Dan kepada inilah, diisyaratkan oleh Isa
as ketika ia berkata: "Dunia itu jembatan, maka Ialuilah dan janganlah
engkau membangunnya!” Itu adalah suatu contoh jelas. Sesungguhnya hidup dunia
itu tempat Ialu jembatan keakhirat. Dan ayunan itu adalah mil pertama (tonggak pertama) pada kepala jembatan. Dan liang
lahad/kuburan itu mil penghabisan. Di
antara keduanya itu jarak terbatas. Maka di antara manusia, ada orang yang
melampaui setengah jembatan. Di antara mereka, ada orang yang melampaui 1/3
jembatan, Diantara mereka, ada orang yang melampaui 2/3 nya. Dan diantara
mereka, ada orang yang tidak tinggal lagi, selain satu langkah saja. Dan ia
lengah dari yang satu langkah itu. Dan betapapun adanya, maka tak boleh tidak
dari melalui dan membangun jembatan itu. Dan menghiasinya dengan bermacam‑macam
perhiasan. Dan engkau melalui jembatan itu dengan sangat bodoh dan kecewa. Contoh lain bagi dunia, tentang lembut
tempat keluar dan kasar tempat datang(sumbernya): Ketahuilah bahwa mula‑mula
dunia itu lahir, mudah lagi lembut. Orang yang terjun kedalamnya menyangka
bahwa manisnya kerendahan nya itu, seperti manisnya terjun ke dalamnya. Amat
jauh yang demikian. Maka sesungguhnya terjun masuk dalam dunia itu mudah. Dan
ke luar dari dunia dengan selamat itu sukar.
Telah ditulis surat oleh Ali ra yang seperti
itu, kepada Salman AI‑Farisi. Ali r.a mengatakan: "Contohnya dunia, ialah
seperti ular, lembut menyentuhkannya dan racunnya membunuh. Maka berpalinglah
dari apa yang menabjubkan engkau dari dunia itu! Karena sedikitlah yang
menyertai engkau dari dunia, yang akan menjauhkan kesusahan dunia dari engkau.
Disebabkan yang engkau yakini, akan berpisah dengan dunia itu. Hendaklah engkau
lebih bergembira dengan apa yang ada engkau padanya! Hati‑hatilah apa yang ada
engkau untuk dunia! Sesungguhnya, teman dunia (orang yang mempunyai dunia),
kapan saja ia merasa tenteram dari dunia kepada kegembiraan, niscaya datang
yang mengejutkannya oleh hal yang tiada di ingini" Wassalam.
Contoh lain bagi
dunia tentang sukarnya terlepas dari mengikuti dunia, sesudah terjun masuk
dalam dunia. Rasulullah saw bersabda: "Contoh
teman dunia (Orang yang mempunyai dunia) itu, adalah seperti orang berjalan
kaki dalam air. Adakah sanggup orang yang berjalan kaki dalam air, bahwa tidak
basah dua tapak‑kakinya?". Ini memperkenalkan kepadamu, akan kebodohan
orang‑orang yang menyangka, bahwa mereka terjun masuk dalam kenikmatan dunia,
dengan badan mereka dan hati mereka suci daripadanya. Dan hubungannya dengan
batin mereka terputus. Yang demikian, adalah tipuan setan. Bahkan jikalau
mereka mengeluarkan dari apa, yang ada mereka di dalamnya, niscaya mereka
adalah termasuk orang‑orang yang merasa sakit dengan berpisah dari dunia. Maka
sebagaimana berjalan kaki dalam air sudah pasti menghendaki basah yang melekat
pada tapak kaki, maka begitu pulalah berpakaian dengan dunia, menghendaki
hubungan dan kegelapan dalam hati. Bahkan. hubungan dunia bersama hati, akan mencegah manisnya ibadah.
Nabi Isa as berkata: "Dengan
sebenarnya aku berkata kepadamu, sebagaimana orang sakit memandang kepada
makanan, maka ia tidak merasa lazat, dari sangatnya sakit, begitu pulalah teman
dunia. la
tiada merasa lezat dengan ibadah. Dan ia tidak memperoleh manisnya
ibadah, bersama apa yang diperolehnya dari kecintaan kepada dunia. Dan dengan
sebenarnya aku berkata kepadamu, bahwa binatang kendaraan, apabila tidak
dikenderai dan dipergunakan untuk bekerja, maka akan payah dan berubah perangainya.
Begitu pulalah hati, apabila tidak dihaluskan dengan mengingati mati dan
menegakkan ibadah, maka akan kasar dan tebal. Dengan sebenarnya aku berkata
kepadamu, bahwa kulit yang telah
dibersihkan dari bulu, selama tidak koyak atau kering, dapatlah menjadi
bejana. bagi madu. Begitu pulalah hati, selama
tidak dikoyakkan oleh nafsu‑syahwat atau dikotorkan oleh sifat loba atau
dikesatkan oleh kenikmatan, maka akan jadilah ia bejana hikmah.
Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya tinggallah dari dunia itu, bencana dan fitnah Contoh‑nya
amal‑perbuatan seseorang kamu, ialah: seperti bejana. Apabila baik yang di
atasnya, niscaya baik yang di bawahnya. Dan apabila buruk yang di atasnya,
niscaya buruk yang di bawahnya". Contoh lain bagi apa yang tinggal dari
dunia dan sedikitnya yang tinggal itu, dibandingkan kepada apa yang telah
lalu: Rasulullah saw bersabda: “Contohnya dunia ini, adalah seperti kain,
yang koyak dari permulaannya, sampai penghabisannya. Maka tinggallah kain itu,
yang tersangkut dengan benang pada penghabisannya. Maka hampirlah benang itu
akan putus”. Contoh lain untuk membawa tersangkutnya dunia, antara setengahnya
kepada setengah, sehingga dunia itu binasa.
Isa as berkata: "Contoh orang yang
mencari dunia, ialah: seperti orang yang meminum air laut. Tiap kali bertambah
ia minum, maka semakin ia bertambah haus, sehingga membunuhnya" Contoh lain, bagi menyalahinya akhir dunia
dengan permulaan dunia dan bagi cantik permulaan dunia dan buruk akibat -
akibatnya: Ketahuilah, bahwa
nafsu keinginan dunia dalam hati itu lezat, seperti nafsu keinginan makanan
dalam perut besar. Hamba itu akan mendapati ketika mati, bagi nafsu keinginan
dunia dalam hatinya, dari kebencian, busuk dan keji, akan apa yang didapatinya
bagi makanan‑makanan enak, apabila sampai dalam perut besar, penghabisan dari
makanan tersebut. Sebagaimana makanan, tiap kali adanya lebih enak rasa, lebih
banyak lemak dan lebih tampak manisnya, niscaya yang keluar dari perutnya, adalah lebih kotor dan sangat busuk. Maka begitu
pulalah, setiap nafsu keinginan dalam hati, lebih menginginkan, lebih lezat dan
lebih kuat, maka kebusukan, kebencian dan kesakitan dengan nafsu keinginan itu
ketika mati, adalah lebih berat. Bahkan dalam dunia pun dapat disaksikan.
Sesungguhnya orang yang dirampas rumahnya,
diambil keluarganya, hartanya & anaknya, maka mala‑petaka kepedihan &
kesakitannya pada tiap-tiap yang hilang itu, adalah menurut lezatnya dengan
yang hilang tadi, cintanya dan rakusnya bagi yang tersebut. Maka tiap-tiap apa
saja, yang ketika adanya lebih menging ingin kannya & lebih mengenakkan,
maka ketika hilang, ia lebih menyusahkan dan memahitkan. Dan tiada arti bagi
mati, selain hilangnya apa yang dalam dunia.
Diriwayatkan, bahwa: "Nabi saw
bersabda kepada Adl-Dlahhak bin Sufyan Al-Kilabi: "Apakah tidak dibawa
kepada engkau makanan engkau dan sudah dimasukkan garam dan lombok? Kemudian
engkau minum susu dan air atas makanan itu?" Adl‑Dlahhak menjawab:
"Benar!. Lalu Nabi saw bertanya: "Maka kepada apa jadinya?". Adl‑Dlahhak
Ialu menjawab: “kepada apa yang telah engkau ketahui, wahai Rasulullah!”. Lalu
Rasulullah saw menjawab: "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla telah
menjadikan contoh dunia itu, dengan apa yang akan jadi makanan anak Adam".
Ubay bin Ka'ab berkata: "Rasulullah
saw bersabda: “Sesungguhnya dunia ini
ibarat makanan yang dimakan oleh anak Adam. Perhatikanlah akhirnya makanan itu
waktu dikeluarkan dari duburnya, walaupun sebelumnya diberi aroma atau bumbu
yang Sedap Namun akhirnya menjadi kotoran juga".
Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya
Allah Ta’ala menjadikan dunia sebagai contoh bagi makanan anak Adam. la
menjadikan makanan anak Adam itu sebagai contoh bagi dunia dan walaupun dilombokkannya
dan digaramkannya".
Al-Hasan ra berkata: “Sesungguhnya aku
telah melihat mereka memperbaikkan makanannya dengan lombok dan bau‑bauan. Kemudian,
dilemparkannya makanan itu, dimana kamu telah melihatnya". Allah 'Azza wa
Jalla berfirman: ”Maka hendaklah manusia
itu memperhatikan makanannya”. S 80 'Abasa ayat24.
Ibnu Abbas berkata: "Kepada apa
kembalinya/jadinya makanan manusia itu". Seorang laki‑laki berkata Kepada
Ibnu 'Umar ra: "Aku sesungguhnya bermaksud bertanya kepadamu dan aku
malu”. Ibnu 'Umar ra menjawab: "Tak usah malu dan tanyalah! Laki‑laki
tersebut lalu bertanya: "Apabila seseorang dari kita telah menunaikan
hajatnya (membuang air besar), lalu ia bangun berdiri melihat kepada yang
demikian itu". Ibnu 'Umar ra menjawab: "Ya, benar! Sesungguhnya malaikat
berkata kepada orang tersebut: "Lihatlah kepada apa yang engkau kikirkan!
lihatlah, kepada apa jadinya yang engkau kikirkan itu!
Adalah Busyair bin Ka'ab berkata:
"Berjalanlah, sehingga aku dapat memperlihatkan kepadamu dunia!. Lalu
Busyair berjalan dengan mereka, ketempat pembuangan sampah. Lalu ia berkata:
“Lihatlah kepada buah‑buahan, ayam, madu dan minyak samin mereka". Contoh lain tentang perbandingan dunia
kepada akhirat: Rasulullah saw bersabda: "Tidaklah dunia itu pada akhirat, melainkan seperti apa yang diperbuat
oleh seseorang kamu, anak jarinya dalam laut. Maka hendaklah seseorang kamu itu
melihat, dengan apa kembalinya anak jari itu kepadanya”. Contoh lain bagi dunia
dan penduduknya, tentang kesibukan mereka dengan nikmat dunia dan Ialainya
mereka dari akhirat dan kerugian besar mereka disebabkannya.
Ketahuilah, bahwa penduduk dunia, contoh
mereka dalam keIalaiannya, adalah seperti suatu kaum yang menumpang sebuah
kapal. Lalu kapal tersebut sampai membawa mereka ke suatu pulau. Maka disuruh
mereka oleh kelasi kapal itu, keluar dari kapal untuk melaksanakan keperluan
mereka. Dan diperingati mereka supaya tidak berlama‑lama. Dan ditakutkan akan
keberangkatan kapal dan segeranya keberangkatan itu. Maka bercerai‑berailah
kaum tadi pada segala sudut pulau. Sebahagian mereka, sesudah menyelesaikan
keperluan dan bersegera kembali ke kapal. Lalu kebetulan mendapat tempat yang
kosong. Maka diambilnya tempat yang lebih luas, yang lebih empuk dan yang lebih
sesuai dengan kehendaknya. Dan sebahagian mereka berhenti dipulau itu,
memandang kepada sinar lampu yang terang‑benderang, kembang‑kembangnya yang
menakjubkan, pohon‑pohonnya yang rindang, nyanyian burung‑burungnya yang merdu
dan bunyi‑bunyiannya yang berirama, yang luar biasa. Ia memperhatikan dari
daratannya batu‑batu, mutiara‑mutiara dan tambang‑tambangnya, yang berbagai
macam warna dan bentuk, yang bagus pemandangannya, yang ajaib ukiran‑ukirannya,
yang menarik mata orang‑orang yang memandangnya, disebabkan bagus hiasannya dan
ajaib rupanya. Kemudian, baru ia teringat akan bahaya luputnya kapal. Lalu ia
kembali ke kapal. Maka tiada dijumpainya, selain dari tempat yang sempit, yang
menyempitkan. Lalu ia tetap pada tempat tersebut.
Setengah mereka bertiarap pada kulit‑kulit
mutiara dan batu‑batu yang berharga dan menakjubkan oleh kebagusan barang‑barang
tersebut. Dan dirinya tidak membolehkan untuk menyia‑nyiakan barang‑barang
tadi. Maka ia mengambil sejumlah daripadanya, dibawanya serta. Lalu ia tidak
mendapat di kapal, selain tempat yang sempit. Dan bertambah lagi sempitnya oleh
batu‑batu yang dibawanya tadi. Dan menjadi beban yang berat dan bencana
baginya. Maka ia menyesal atas diambilnya itu dan ia tidak sanggup
melemparkannya dan tidak mendapat tempat untuk meletakkannya. Lalu dibawanya
barang tersebut atas lehernya. Dan ia merasa menyesal atas pengambilan itu.
Dan penyesalan tersebut tiada berguna baginya.
Setengah mereka masuk kedalam pohon‑pohonan
dan lupa kepada yang menantikan kedatangannya. la telah jauh pada tempat
keluarnya dan tempat berjalan‑jalannya itu dari kenderaannya. Sehingga tidak
sampai kepadanya, panggilan kelasi kapal. Karena sibuknya memakan buah‑buahan,
menghirup cahaya sinar‑terang dan bersenang‑senang diantara pohon‑pohonan itu.
Dan dalam pada itu, ia takut kepada dirinya dari binatang‑binatang buas dan
tidak terlepas dari tergelincir dan bahaya‑bahaya. Dan tidak terlepas dari
duri, yang melekat pada kainnya, ranting kayu yang melukai badannya, duri yang
masuk pada kakinya, suara hiruk‑pikuk yang menggundahkannya dan kayu berduri
yang mengoyakkan kainnya. Dan yang merusakkan auratnya. Dan yang mencegahnya dari pergi, kalau dikehendakinya.
Maka tatkala sampai kepadanya panggilan pemilik kapal niscaya ia pergi dalam
keadaan yang memberatkan, disebabkan apa yang ada padanya. Ia tidak mendapat
lagi tempat dalam kendaraan itu. Lalu ia tinggal di tepi‑pantai, sehingga ia
mati kelaparan.
Setengah mereka, tidak sampai kepadanya
panggilan dan kapal pun telah berlayar. Lalu, diantara mereka ada yang diterkam
oleh binatang buas. Diantara mereka, ada yang sesat di jalan, Ialu berjalan
kemana saja menurut arah mukanya. Sehingga ia binasa. Setengah mereka, ada yang
mati dalam lumpur‑lumpur. Dan setengah mereka, ada yang digigit ular. Maka
bercerai‑berailah mereka, seperti bangkai yang busuk.
Adapun orang yang sampai ke kendaraan (ke
kapal), dengan beratnya kembang‑kembang dan batu‑batu berharga yang diambilnya,
maka barang‑barang tersebut telah memperbudakkannya. Ia disibukkan oleh
kegundahan hati menjaga barang‑barang itu. Dan takut akan hilangnya. Dan barang‑barang
itu telah menyempitkan tempatnya. Kembang‑kembang tadi Ialu layu. Dan pudarlah
warnanya dan warna batu‑batu itu. Lalu tampaklah kebusukan bau kembang‑kembang
itu. Maka disamping barang‑barang tadi menyempitkannya, menjadi menyakitinya
dengan kebusukan dan ke tidak‑menariknya lagi. Maka ia tidak mendapat helah,
selain melemparkannya dalam laut, untuk melepaskan diri dari barang‑barang
tersebut. Dan telah membekas padanya, apa yang dimakannya. Maka ia tidak sampai
ke tanah air, selain sesudah menampak penyakit‑penyakit padanya, disebabkan bau‑bau
itu. la sampai di tanah air, dalam keadaan sakit dan tidak sehat. Dan siapa
yang kembali dalam waktu dekat, niscaya ia tidak kehilangan, selain luasnya
tempat. Lalu ia merasa sakit dengan sempitnya tempat dalam waktu yang terbatas.
Akan tetapi, tatkala ia sampai di tanah air, niscaya ia dapat beristirahat. Dan
siapa yang kembali pertama, niscaya akan mendapat tempat yang lebih luas. Dan
tiba di tanah air selamat sejahtera. Maka inilah contohnya penduduk dunia dalam
kesibukan mereka dengan keuntungan yang segera! Dan kelupaan mereka, akan
tempat datang dan tempat kembali. Kelalaian mereka akan akibat pekerjaan
mereka. Alangkah kejinya orang yang mendakwakan, bahwa ia melihat, lagi
berakal, dapat ditipu oleh batu‑batu bumi. Yaitu: emas dan perak. Dapat ditipu oleh tumbuh‑tumbuhan kering. Dan itu adalah perhiasan dunia. Dan suatupun dari yang
demikian, tiada akan menemaninya ketika mati. Akan tetapi, menjadi beban dan
bencana kepadanya. Dan ia terus dibimbangkan dengan kesedihan dan ketakutan.
Inilah halnya makhluk semuanya, selain orang yang dipelihara oleh Allah 'Azza
wa Jalla. Contoh lain bagi tertipunya
makhluk dengan dunia dan lemahnya iman mereka.
Al‑Hasan AI‑Bashari ra berkata:
"Sampai kepadaku, bahwa Rasulullah saw bersabda kepada shahabat‑shahabatnya:
"Sesungguhnya contohnya aku, kamu dan dunia, adalah seperti suatu kaum
yang menjalani padang pasir yang berwarna debu (tiada tumbuh‑tumbuhan dan air
padanya). Sehingga apabila mereka tiada mengetahui, apa yang sudah dijalaninya,
sudah lebih banyak atau apa yang masih tinggal, Ialu mereka menghabiskan
perbekalan dan yang telah memenatkan punggungnya. Dan mereka tinggal di tengah‑tengah
padang pasir, tiada bekal dan antaran (yang sampai kepada mereka). Lalu mereka
yakin dengan kebinasaan. Dalam keadaan mereka seperti yang demikian, tiba‑tiba
muncul seorang laki‑laki dalam pakain baru, rambutnya tersisir baik. Lalu kaum
itu berkata. "Orang ini baru saja di daerah yang subur. Orang ini tidak
datang kepadamu, melainkan dari tempat yang dekat". Tatkala orang tersebut
sampai kepada mereka, lalu berkata: "Wahai mereka ini!”. Merekapun
menjawab: “Hai orang ini!”. Lalu orang tadi menyambung: "Dalam keadaan apa
kamu sekarang?” Mereka menjawab: “Menurut apa yang kamu lihat!” Maka orang
tersebut menjawab: "Apakah pendapatmu, jikalau aku tunjukkan kamu, kepada
air yang menghilangkan haus dan kebun yang hijau. Apakah yang akan kamu
perbuat?". Mereka itu menjawab: "Kami tiada akan durhaka sedikitpun
kepadamu". Orang tadi Ialu berkata: "Janjimu dan kepercayaanmu kepada
Allah!”. Lalu mereka memberikan janji dan kepercayaan kepada Allah. Tiada akan
mendurhakaiNya sedikit pun". Rasulullah saw meneruskan sabdanya: “Lalu
orang itu membawa mereka, kepada air yang menghilangkan haus dan kebun‑kebun
yang hijau. Maka berdiam pada mereka, menurut yang dikehendaki oleh Allah.
Kemudian ia berkata: "Hai mereka ini!”. Lalu orang‑orang itu menjawab:
“Hai orang ini!”. Orang tersebut menyambung: “Berangkatlah!”. Lalu orang‑orang
itu menjawab: "Kemana?". Orang tadi menjawab: "Ke air yang tidak
seperti air-mu dan ke kebun yang tidak seperti kebunmu". Lalu kebanyakan
mereka menjawab: "Demi Allah! Belum pernah kita dapati ini, sehingga kita
menyangka, bahwa kita tiada akan mendapati nya. Dan apa yang akan kita perbuat
dengan kehidupan yang lebih baik dari ini?". Segolongan bertanya dan
mereka itu yang tersedikit dari mereka" Apakah kamu tidak memberikan
kepada laki‑laki ini, janjimu dan kepercayaanmu dengan Allah, bahwa kamu tiada
akan mendurkaiNYA sedikitpun? Dan ia telah membenarkan kamu pada awal
pembicaraannya. Maka demi Allah, sesungguhnya ia akan membenarkan kamu pada
akhirnya". Lalu orang itu pergi bersama orang‑orang yang mengikutinya. Dan
tinggallah mereka. Lalu mereka ini diserang oleh musuh. Maka jadilah mereka,
diantara tertawan dan terbunuh". Contoh lain, bersenang‑senangnya manusia dengan dunia. Kemudian sedihnya mereka, atas
bercerainya dengan dunia”.
Ketahuilah, bahwa contohnya manusia,
mengenai apa yang diberikan kepada mereka dari dunia, adalah seperti seorang
laki‑laki yang menyediakan sebuah rumah dan menghiasinya. Laki‑laki itu
mengundang ke rumahnya suatu kaum dengan tertib, seorang demi seorang. Lalu
masuklah seorang ke rumahnya. Maka dihidangkannya kepada orang tersebut, sebuah
baki emas, dimana atas baki tersebut, kemenyan dan bau‑bauan. Supaya diciumnya
dan ditinggalkannya untuk orang yang datang kemudian. Tidak untuk dimilikinya
dan diambilnya. Akan tetapi orang tersebut, tidak mengetahui kebiasaan yang
demikian. la menyangka bahwa baki itu telah diberikan, lalu tersangkut hatinya,
karena ia menyangka bahwa baki itu menjadi miliknya. Tatkala diminta kembali,
ia terkejut dan merasa sakit. Orang yang mengetahui resamnya/kebiasaan, akan
mengambil manfa'at dengan baki itu dan mensyukurinya. Dan mengembalikannya dengan
baik hati dan dada lapang. Begitu pulalah orang yang mengetahui sunnah Allah
(apa yang dilakukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) di dunia. Ia mengetahui,
bahwa dunia itu negeri tempat bertamu, yang
disediakan kepada orang-orang yang singgah. Tidak kepada orang‑orang yang
menetap. Supaya mereka menyiapkan perbekalan dari dunia itu. Dan mengambil
manfa'at dengan apa yang ada padanya, sebagaimana orang-orang musafir
mengambil manfa’at dengan barang‑barang pinjaman. Mereka tiada akan menyerahkan
seluruh hatinya kepada barang‑barang tersebut. Sehingga besarlah bahayanya
ketika berpisah dengan barang‑barang itu. Maka inilah contoh‑contoh dunia,
bahaya‑bahaya dan tipu‑annya. Kita bermohon kepada Allah Ta’ala Yang Maha lemah‑lembut
dan Yang Maha Tahu, akan pertolongan yang baik, dengan kemurahan dan
kesantunanNya.
PENJELASAN: Hakikat/makna dunia dan yang sebenarnya
dunia itu pada hak seseorang hamba Allah.
Ketahuilah, bahwa mengenal tercelanya dunia itu, tidak
memadai bagimu, selama kamu tidak mengenal dunia yang tercela itu, apakah dia
dunia itu? Dan apakah yang sayogianya di‑jauhkan dari dunia itu? Dan apakah
yang tidak dijauhkan? Maka tidak boleh tidak, bahwa akan kami terangkan dunia
yang tercela, yang disuruh menjauhkannya. Karena dia itu musuh yang memotong
jalan Allah. Apakah dunia itu? Maka kami terangkan bahwa duniamu dan akhiratmu
itu, adalah ibarat dari dua keadaan dari keadaan‑keadaan hatimu. Maka yang
hampir dan yang dekat daripadanya, dinamakan dunia. Yaitu. setiap apa yang sebelum mati. Dan yang terkemudian dan
terakhir, dinamakan: akhirat. Yaitu:
apa yang sesudah mati. Maka setiap
apa saja, yang bagimu ada keuntungan padanya, ada bahagian, maksud, nafsu‑keinginan
dan kelazatan, hal yang segera, sebelum mati, itulah: dunia padamu . Kecuali, bahwa semua yang
bagimu ada kecenderungan kepadanya, ada bahagian dan keuntungan padanya, maka
tidaklah tercela. Bahkan itu, ada 3 bahagian:
Bahagian
Pertama: apa yang menemani
engkau di akhirat dan kekal buahnya bersama engkau sesudah mati. Yaitu: 2
perkara: ilmu dan amal saja. Aku
maksudkan dengan ilmu, ialah: ilmu mengenai Allah sifat‑sifatNYA, Af’al (perbuatan‑perbuatanNya),
malaikat‑malaikatNYA, kitab‑kitabNYA, rasul‑
rasuI NYA, alam malakut
bumiNYA dan langitNYA. Dan ilmu tentang
agama NabiNYA. Aku maksudkan dengan amal ialah: ibadah yang ikhlas karena
Allah Ta’ala. Kadang‑kadang orang berilmu itu, jinak katanya dengan llmu.
Sehingga jadilah yang demikian, sesuatu yang paling lezat kepadanya. Lalu ia
meninggal kan tidur, makan dan kawin, lantaran lezatnya ilmu. Karena hal itu
lebih merindukan padanya dari semua yang demikian. Maka jadilah itu keuntungan
yang segera di dunia.
Akan tetapi kami, apabila menyebutkan
dunia tercela, maka tidaklah kami menghitungkan ini sekali‑kali dari dunia.
Tetapi kami mengatakan, bahwa itu termasuk akhirat.
Begitu juga, seorang 'abid (yang
banyak beribadah), kadang‑kadang hatinya jinak dengan ibadahnya. Maka ia
merasa lezat dengan ibadah tersebut, dimana kalau ia dilarang dari ibadah itu,
niscaya adalah yang demikian, merupakan siksaan yang terbesar kepadanya.
Sehingga, setengah mereka berkata: "Aku tidak takut kepada mati, selain
dari mati itu menghalangi antara aku dan bangun malam/untuk mengerjakan
shalat". Yang lain berkata pula: "Wahai Allah Tuhanku! Berikanlah aku rezeki kuat mengerjakan
shalat, ruku' dan sujud dalam kubur!”. Maka pahamilah ini! Sesungguhnya shalat
pada orang 'abid itu, menjadi sebahagian dari keuntungannya yang segera. Dan
tiap‑tiap keuntungan yang segera, maka nama
dunia dipakai padanya, dari segi diambil dari perkataan: ad‑dunuwwi (dekat). Akan tetapi, kami
tiada bermaksud dengan dunia yang tercela, yang demikian itu.
Nabi saw bersabda:"Disukakan kepadaku dari duniamu, tiga: wanita, bau‑bauan dan
tetapnya mataku dalam shalat” Nabi
saw menjadikan shalat, termasuk diantara jumlah kelazatan duniawi. Dan begitu
pula, semua yang masuk pada perasaan dan yang dipersaksikan. Maka itu, termasuk
'alam asy‑syahadah (alam yang disaksikan dengan pancaindera). Dan
itu termasuk dunia. Kelezatan dengan menggerakkan anggota badan, dengan ruku'
dan sujud, adalah dalam dunia. Maka karena itulah, Nabi saw menyandarkannya
kepada dunia. Hanya kami pada Kitab ini, tidak membentangkan, selain: dunia yang tercela. Lalu kami katakan,
bahwa yang tersebut tadi tidaklah termasuk dunia.
Bahagian
Kedua: yaitu: yang berlawanan
bagi yang pertama, diatas tepi yang terjauh, setiap yang ada padanya keuntungan
yang segera dan sekali‑kali tiada mempunyai buah diakhirat. Seperti: kelezatan dengan semua perbuatan
maksiat, bersenang‑senang dengan
perbuatan mubah (perbuatan yang diperbolehkan) yang melebihi kadar keperluan,
hal‑hal dlarurat, yang masuk dalam jumlah kemewahan dan kehendak hawa‑nafsu.
Seperti: bersenang‑senang dengan kekayaan yang melimpah, dari uang, emas dan
perak, kuda yang bagus, binatang ternak, sawah ladang, budak laki‑laki, budak
perempuan, kuda, binatang peliharaan, istana, rumah, kain yang tinggi mutunya
dan makanan yang lezat‑lezat. Maka keuntungan seorang hamba dari ini semua,
adalah: dunia yang tercela. Dan pada apa yang terhitung: hal yang berlebih (hal yang tidak perlu) atau pada tempat hajat
keperluan, maka menjadi perhatian yang panjang. Karena dirawikan dari 'Umar'
ra, bahwa beliau mengangkat Abu‑Darda ‘Uwaimir bin 'Amir ra (menjadi kepala
pemerintahan pada kota Homs, suatu kota di negeri Syria). Lalu Abud‑Darda'
membuat sebuah tempat yang melindunginya
dari panas matahari (kanif). Dan dikeluarkannya
perongkosannya dua dirham. Lalu 'Umar ra menulis surat kepada Abud‑Darda'
Uwaimir, sebagai berikut: "Dari Umar bin Al-Khattab amirul‑mu'minin kepada
'Uwaimir! Sesungguhnya sudah ada bagi engkau pada pembinaan Parsi dan Rumawi,
apa yang engkau merasa cukup, tanpa pembangunan dunia, ketika dikehendaki oleh
Allah keruntuhannya. Maka apabila datang kepadamu suratku ini, maka
sesungguhnya aku pindahkan engkau ke Damsyik, engkau dan keluarga engkau".
Maka teruslah Abud‑Darda' ‘Uwaimir bin 'Amir ra itu di Damsyik, sampai ia
meninggal. Maka inilah yang dipandang oleh' Umar bin Al-Khattab ra sebagai
suatu hal yang berlebihan dari dunia. Perhatikanlah pada yang demikian!
Bahagian
Ketiga: yaitu, di tengah‑tengah di antara dua tepi
(bahagian pertama dan kedua). Setiap keuntungan pada masa yang segera (dunia) itu, menolong kepada amal‑perbuatan akhirat.
Seperti sekedar yang akan dimakan dari makanan, sebuah baju kemeja yang kasar
dan setiap apa yang tidak boleh tidak. Supaya manusia mungkin kekal dan sehat,
yang dengan kesehatan tadi, manusia itu sampai kepada ilmu dan amal. Dan ini
tidak termasuk dunia, seperti bahagian pertama di atas. Karena ia menolong
kepada bahagian pertama itu dan jalan kepadanya. Manakala dicapai oleh seorang
hamba Allah yang demikian, dengan maksud untuk memperoleh pertolongan kepada
ilmu dan amal, niscaya tidaklah ia dengan demikian itu, yang mencapai dunia.
Dan ia tidak menjadi dengan yang demikian, termasuk anak-anak dunia. Dan
jikalau pengeraknya itu keuntungan yang segera/keuntungan dunia, tidak untuk
memperoleh pertolongan kepada ketaqwaan, niscaya ia berhubungan dengan bahagian
kedua. Dan jadilah ia dari jumlah dunia. Tiada yang tinggal bersama seorang
hamba Allah ketika mati, selain 3 sifat:
1.
Bersih hati. yakni sucinya hati dari kotoran-kotoran.
2.
Jinaknya hati dengan dzikir kepada Allah Ta’ala.
3.
Cintanya hati kepada Allah ‘Azza wa Jalla (Allah Maha Mulia
& Maha Besar).
Bersih dan sucinya hati itu, tiada akan
berhasil, selain dengan mencegah diri dari nafsu keingginan duniawi. Dan
kejinakan hati itu, tiada akan berhasil, selain dengan ma’rifah (mengenal
Allah). mengenal Allah itu, tiada akan berhasil, selain dengan berkekalan
berfikir (berfikir tentang keagungan dan kebesaran Allah). sifat-sifat yang 3
ini, adalah: sifat-sifat yang melepaskan dari bencana dan yang membahagiakan
(bagi hamba Allah) sesudah mati. Adapun kesucian hati dari nafsu syahwat
duniawi, maka itu termasuk sifat-sifat yang melepaskan dari bahaya
(al-munji-yat). Karena dia adalah
benteng antara hamba dan azab Allah, sebagaimana yang datang pada hadits-hadits
diantaranya: “Sesungguhnya amal-amal hamba itu menolak bahaya daripadanya. Maka
apabila azab datang dari pihak 2 kakinya, niscaya datanglah bangun malam
(sholat malam ketika bangun itu) menolak azab tersebut daripadanya. Dan apabila
datang azab dari pihak 2 tangannya, niscaya datanglah sedekah yang menolak azab
tersebut daripadanya.........hingga akhir hadits”.
Adapun jinak hati
dan cinta kepada Allah, maka 2 ini termasuk yang membahagiakan. Keduanya itu
menyampaikan hamba kepada kelezatan bertemu dan menyaksikan Allah. Dan
kebahagiaan ini akan segera dibelakang kematian, sampai kepada masuknya waktu
melihat (ru’yah) dalam sorga. Masuk kubur itu menjadi suatu kebun dari
kebun-kebun sorga. Bagaimana kubur itu tidak menjadi suatu kebun dari
kebun-kebun sorga? Ia tidak mempuyai, selain Kekasih Yang Tunggal. Dan
rintang-rintangan yang merintanginya dari kekalnya kejinakan hati, dengan
ke-kekalannya dzikir kepadaNya dan membaca keelokannya, maka terangkatlah
rintangan-rintangan itu. Dan ia terlepas dari penjara. Dan ia dibiarkan,
antaranya dan Kekasihnya. Maka didatangkan kepadanya kegembiraan, yang selamat
dari halangan-halangan, yang aman dari rintangan-rintangan. Bagaimana tidak
orang yang mencintai dunia itu, ketika mati diazabkan? Ia tiada mempunyai kekasih, selain dunia. Ia
sudah dirampas daripadaNya dan sudah terdinding diantaranya dan DIA. Dan
tertutuplah jalan-jalan upaya untuk kembali kepadaNya. Dan karena itulah, orang
bermadah:
Apakah halnya orang,
Yang mempunyai Yang Esa
Maka daripadanya menghilang
Itu Yang Maha Esa?
Tidaklah mati itu ‘adam (yang menghabiskan
segala hal). Sesungguhnya mati itu: Perceraiaan bagi kecintaan dunia dan datang
kepada Allah Ta’ala. Jadi, orang yang menempuh jalan akhirat itu, ialah: orang
yang rajin kepada sebab-sebab sifat 3 ini. Yaitu: Dzikir, fikri dan amal, yang
menceraikannya dari susu-annya dengan nafsu syahwat dunia. Dan memarahkan
kepadanya kelezatan dunia. Dan yang memutuskannya dari dunia. Semua itu tidak
mungkin, selain dengan sehat badan. Dan kesehatan badan itu, tiada akan
tercapai, selain dengan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Dan tiap-tiap yang
satu ini, memerlukan kepada sebab-sebab. Maka kadar yang tidak boleh tidak,
dari yang 3 tadi, apabila diambil oleh hamba Allah dari dunia untuk akhirat,
niscaya tidaklah dia dari anak-anak dunia.
Dan dunia itu pada
haknya adalah tempat menanam untuk akhirat. Kalau diambilnya yang demikian,
untuk keuntungan diri dan dengan maksud bersenang-senang, niscaya jadilah dia
termasuk anak-anak dunia dan yang gemar pada keuntunngan dunia. Hanya kegemaran
pada keuntungan dunia itu, terbagi kepada: Yang membawa orangnya kepada azab
akhirat. Dan yang demikian itu. Dinamakan haram. Dan kepada yang mendindingkan
antara dia dan derajat-derajat tinggi dan membawanya panjang hisab/panjang
hitungan amal diakhirat. Dan yang demikian itu dinamakan halal. Orang yang
bermata hati/mempunyai bashirah tahu, bahwa lamanya berhenti dilapangan kiamat,
karena urusan hisab amal, adalah azab. Barang siapa diperdebatkan
hisabnya/hitungan amalannya, niscaya ia diazabkan. Karena Rasulullah saw bersabda:
“Halalnya itu hisab dan haramnya itu azab” Nabi saw bersabda pula: “Halalnya
itu azab”. Hanya azab itu, lebih ringan daripada azab haram. Bahkan, jikalau
hisab itu tidak ada, niscaya apa yang luput/tidak diperoleh dari
derajat-derajat tinggi dalam sorga dan apa yang datang pada hati, dari
penyesalan diatas luputnya itu, adalah keuntungan-keuntungan yang tidak berarti
dan keji, yang tidak kekal. Itu juga azab.
Kiaskanlah dengan
yang demikian, akan keadaan engkau dalam dunia, apabila engkau memandang kepada
teman-teman engkau. Dan mereka sudah mendahului engkau dengan kebahagiaan
duniawi. Bagaimana terpotong-potongnya hati engkau, padanya itu
penyesalan-penyesalan, serta engkau tahu bahwa itu adalah kebahagiaan yang
putus-putus, yang tidak kekal. Dan yang keruh dengan kekeruhan-kekeruhan, yang
tidak mempunyai kejernihan. Maka apa halmu pada luputnya kebahagiaan, yang
tidak sanggup disifatkan kebesaran-nya? Dan putuslah masa, tanpa ada
kesudahannya. Maka setiap orang yang bersenang-senang/bernikmat-nikmat dalam
dunia, walaupun dengan mendegar suara burung atau dengan memandang kepada hijau tumbuh-tumbuhan atau
meminum air dingin, maka sesungguhnya, itu akan mengurangkan keuntungan-nya
diakhirat, berlipat ganda. Dan itulah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi saw
kepada Umar ra: “Ini adalah sebahagian dari nikmat yang akan ditanyakan engkau
daripadanya”. Nabi saw mengisyaratkan dengan sabdanya itu, kepada air dingin.
Dan datang untuk menjawab pertanyaan padanya itu, adalah hina, takut, bahaya,
sulit dan tunggu. Masing-masing yang demikian itu, adalah sebahagian dari
kurangnya keuntungan. Dan karena itulah, Umar ra berkata: “Jauhkanlah
daripadaku hisabnya/perhitungan amalnya!” ketika Umar ra itu haus, lalu dibawa
kepadanya air dingin dan madu. Maka diputar-putarkannya dalam tapak tanganya.
Kemudian, ia menolak untuk meminumnya. Maka dunia itu, sedikitnya dan
banyaknya, haramnya dan halalnya itu terkutuk. Kecuali apa yang menolong kepada
taqwa’llah/taqwa kepada Allah. Maka sekedar itu, tidaklah termasuk sebahagian
dari dunia.
Dan setiap orang,
yang marifahnya lebih kuat dan lebih kokoh, niscaya penjagaannya dari
kenikmatan dunia itu, lebih keras. Sampai Nabi Isa as meletakkan kepalanya atas
batu, tatkala ia tidur. Kemudian, batu itu dilemparkannya, ketika Iblis tampil
didepannya dan berkata: “Engkau ingini dunia”. Sampai Nabi Sulaiman as dalam
kerajaannya, memberi makan manusia, dengan makanan-makanan yang lezat, sedang
ia sendiri maka roti tepung syair/semacam tepung gandum. Ia buat kerajaan itu
terhadap dirinya dengan jalan tersebut, suatu kehinaan dan kesukaran. Maka
sesungguhnya sabar/menahan diri dari makanan-makanan yang lezat, serta sanggup
dan adanya makanan-makanan itu, adalah sangat sukar. Dan karena inilah,
diriwayatkan, bahwa Allah Ta’ala: “Memalingkan dunia dari Nabi kita saw maka
adalah beliau itu lapar berhari-hari dan Nabi saw itu mengikatkan batu pada
perutnya dari kelaparan”. Dan karena inilah, Allah Ta’ala mengeraskan percobaan
dan ujian kepada nabi-nabi dan wali-wali. Kemudian kepada orang yang seperti
wali, lalu kepada orang yang seperti dibawahnya wali. Semua itu adalah, karena
memandang mereka dan nikmat kepada mereka. Supaya sempurna keuntungan mereka
dari akhirat, sebagaimana ayah yang penuh kasih sayang. Melarang anaknya dari
keenakan buah-buahan. Dan mengharuskan kepedihan mengambil dan bicara, karena
kasih sayang dan cinta kepada anak itu, bukan karena kikir kepadanya. Dengan
ini, anda mengetahui, bahwa tiap-tiap apa saja yang tidak karena Allah, maka
itu adalah sebahagian dari dunia. Dan apa yang karena Allah, maka yang demikian
itu, tidak termasuk sebahagian dari dunia. Kalau anda bertanya: “Maka apakah
yang karena Allah?”. Aku akan menjawab, bahwa segala sesuatu itu 3 bahagian:
Sebahagian ialah sesuatu yang tidak
tergambar, bahwa ia karena Allah, yaitu yang dikatakan perbuatan-perbuatan
maksiat, perbuatan-perbuatan yang terlarang dan segala macam kenikmatan pada
hal-hal yang mubah/yang diperbolehkan. Maka itu, adalah dunia semata-mata, yang
tercela. Maka itulah dunia dalam bentuk
dan arti.
Sebahagian ialah apa yang engkau
gambarkan karena Allah, dan mungkin dapat dijadikan tidak karena Allah, yaitu
3: fikir, dzikir dan mencegah diri dari
nafsu syahwat. Sesunggguhnya yang 3 ini apabila berlaku secara rahasia dan
tidak ada pengerakkannya selain perintah Allah dan hari akhirat, maka itu
adalah karena Allah dan tidak termasuk dunia. Jikalau adalah maksud dari fikir
itu mencari ilmu, untuk memperoleh kemuliaan dan mencari penerimaan (untuk
diterima) diantaran orang banyak, dengan melahirkan pengetahuan atau adalah
maksud dari meninggalkan nafsu syahwat itu, menjaga harta atau memelihara diri
untuk kesehatan badan atau kemasyuran terkenal dengan zuhud, maka ini menjadi
sebahagian dari dunia, menurut arti. Walaupun, disangka dengan bentuknya itu,
bahwa itu karena Allah Ta’ala.
Sebahagian lagi ialah apa yang engkau
gambarkan untuk keuntungan diri. Dan mungkin ada artinya karena Allah, seperti
makan, kawin dan tiap-tiap apa saja yang terikat ada hubungan dengan
kekal/kelangsungan hidupnya dan kelangsungan hidup anaknya/keturunannya. Maka
jikalau maksudnya itu keuntungan diri maka itu termasuk sebahagian dari dunia,
dan jikalau maksudnya itu, untuk memperoleh pertolongan kepada taqwa, maka itu
adalah karena Allah menurut artinya. Walaupun bentuknya itu adalah bentuk
dunia.
Nabi saw bersabda: “Barang siapa mencari dunia yang halal, yang banyak
dan menyombongkan diri, niscaya ia bertemu dengan Allah dan Allah itu marah
kepadanya, dan barang siapa mencari dunia untuk menjaga diri dari meminta-minta
dan untuk memelihara dirinya, niscaya ia datang pada hari kiamat dan mukanya
seperti bulan pada malam purnama”. Maka perhatikanlah, bagaimana berbeda yang
demikian itu menurut maksud hati! Jadi, dunia itu keuntungan dirimu yang segera,
yang tak perlu kepadanya untuk urusan akhirat. Dan dikatakan yang demikian itu
hawa nafsu. Dan kepadanyalah diisyaratkan dengan firman Allah Ta’ala: “Ia
menahan dirinya dari keinginan yang rendah/hawa nafsu. Sesungguhnya sorga
tempat diamnya” S 79 An Naazi’aat ayat 40-41. Tempat berkumpulnya hawa nafsu
itu 5 perkara yaitu apa yang dikumpulkan oleh Allah Ta’ala pada firmannya: “Ketahuilah olehmu bahwa kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megah
antara sesama kamu berlomba banyak kekayaan dan anak-anak” S 57 Al Hadiid ayat
20. Dan benda-benda yang dihasilkan oleh yang 5 tadi ialah 7 perkara yang
dikumpulkan oleh firman Allah Ta’ala: “Manusia itu diberi perasan berhasrat
(bernafsu syahwat), kepada wanita, anak-anak, kekayaan yang melimpah-limpah,
dari emas dan perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup dunia” S 3 Ali ‘Imran ayat 14.
Maka anda sudah mengetahui, bahwa setiap apa yang karena Allah, maka
tidaklah termasuk sebahagian dari dunia. Dan kadar yang perlu untuk makanan
sehari-hari (al/qaut) dan apa yang tidak boleh tidak, dari tempat tinggal dan
pakaian, itu adalah karena Allah, kalau dimaksudkan untuk karena Allah.
Membanyak-banyakkan dari yang demikian itu adalah bersenang-senang,
(bernikmat-nikmat). Dan itu adalah tidak karena Allah. Diantara
bernikmat-nikmat dan perlu, ada suatu tingkat yang dikatakan: hajat
(keperluan). Hajat itu mempunyai 2 tepi (pinggir) dan tengah. Tepi yang
mendekati kepada batas: darurat, maka tidak mendatangkan melarat. Sesungguhnya
menyingkapkan kepada batas darurat saja, tidak mungkin. Dan tepi yang desak
mendesak akan sudut bernikmat-nikmat dan mendekati kepada sudut itu. Dan
seyogyalah menjaga diri dari tepi tersebut. Diantara 2 tepi tadi terdapat
hal-hal yang ditengah, yang serupa diantara satu dengan lainnya. Barang siapa
yang berkeliling disekeliling barang yang terlarang, maka besar kemungkinan ia
akan terjatuh kedalamnya. Dan hati-hati menjaga diri, bertaqwa dan mendekati
kepada batas darurat itu, apa yang memungkinkan karena mengikuti nabi-nabi dan
wali-wali. Kepada mereka rahmat dan sejahtera. Karena adalah mereka membawa
dirinya kepada batas darurat. Sehingga Uwais al qarani, disangka oleh
keluarganya bahwa ia orang gila. Karena terlalu dipersempitkannya atas dirinya.
Lalu mereka membangun baginya, sebuah rumah dipintu perkampungan mereka. Maka
berlalulah kepada mereka masa setahun, dua tahun dan 3 tahun dimana mereka
tidak pernah melihat wajah Uwais al qarani. Adalah Uwais al qarani keluar rumah
pada awal azan dan datang kembali kerumahnya sesudah isya terakhir. Makanannya
ialah memungut biji tamar jatuh. Manakala diperolehnya tamar buruk, lalu
disembunyikannya untuk berbuka puasa dan kalau tidak diperolehnya tamar buruk
yang akan menjadi makanannya. Maka dijuaInya biji tamar itu. Dan dibelinya
dengan harga tamar tersebut, apa yang akan menjadi makanannya. Pakaiannya
adalah apa yang dipungutnya dari tempat kotoran, dari potong‑potongan pakaian.
Lalu dicucikannya pada sungai EI‑Furat dan dijahitnya sebahagian potong‑potongan
pakaian itu kepada sebahagian yang lain. Kemudian, dipakainya. Maka yang
demikian itulah pakaiannya. Kadang‑kadang lalu anak‑anak kecil. Lalu mereka
melemparinya dengan batu. Anak-anak itu menyangka, bahwa dia itu orang gila.
Maka Uwais AI‑Qarani berkata kepada mereka: "Hai saudara‑saudara! Jikalau
Kamu ‑ tak boleh tidak ‑ harus melempari aku, maka lemparilah aku dengan batu‑batu
kecil! Sesungguhnya aku takut kamu akan mendarahkan (melukakan) tumitku. Lalu
datanglah waktu shalat, dan aku tidak memperoleh air". Maka begitulah
perjalanan hidup Uwais AI‑Qarani!
Rasulullah saw
mengagungkan keadaan Uwais tersebut. Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya aku mendapati diri Yang Maha Pengasih dari tepi negeri
Yaman". Itu adalah isyarat kepada Uwais AI‑Qarani ra tersebut. Tatkala
Umar bin Al Khattab ra memegang jabatan khalifah: “ia berkata: "Hai
manusia! Siapakah di antara Kamu yang dari Irak maka hendaklah berdiri Kata
yang punya riwayat. "Lalu mereka berdiri". Lalu Umar berkata: Duduklah, selain siapa yang dari penduduk
Kufah' Maka mereka semuanya duduk. Lalu Umar menyambung: "Duduklah semua,
kecuali siapa yang dari Marad!” . Semua
mereka itu duduk. Lalu Umar berkata: "Duduklah, kecuali siapa yang dari Qaran !”. Lalu mereka duduk semua selain
seorang laki-laki maka Umar ra berkata kepadanya: "Apakah engkau orang
Qaran?”. Laki‑laki itu menjawab: "Ya, benar!” lalu Umar ra bertanya:
"Adakah engkau kenal Uwais bin Amir AI‑Qarani?" Maka Umar ra
menerangkan sifat dan tingkah‑laku Uwais kepada laki‑taki tersebut. Laki‑laki
lalu menjawab: "Ya, saya kenal. Apakah yang akan engkau tanyakan dari hal
Uwais itu, wahai amirul‑mukminin? Demi Allah, tak ada pada kami orang yang
lebih dungu daripadanya, yang lebih gila, yang lebih liar dan yang lebih hina
daripadanya?" Maka Umar ra menangis. Kemudian berkata: "Tidaklah aku
katakan apa yang telah aku katakan, melainkan karena aku telah mendengar
Rasulu'llah saw bersabda bahwa Uwais akan masuk dalam syafa'atnya seperti
Rabi'ah dan Mudlar". Lalu Haram bin Haiban berkata: "Tatkala aku
mendengar perkataan tersebut dari Umar bin Al Khattab, lalu aku datang di
Kufah.Tak ada cita‑citaku, selain mencari Uwais Al Qarani dan aku menanyakan
tentang dia. Sehingga aku jumpai dia sedang duduk di tepi sungai EI‑Furat pada
waktu tengah hari. la mengambil wudlu' dan mencuci kainnya", Haram bin
Haiban meneruskan ceriteranya: “Lalu aku kenal dia dengan sifat yang
diterangkan orang sifatnya kepadaku. Rupanya, ia seorang laki‑laki gemuk,
sangat tebal kulitnya, kepalanya terpangkas, janggutnya tebal, sangat berobah
sekali, mukanya tidak menyenangkan dan pandangannya menakutkan". Haram
bin Haiban meneruskan ceriteranya: “Lalu aku memberi salam kepadanya. Maka
dijawabnya salamku dan ia memandang kepadaku. Lalu aku berkata:
"Disampaikan kiranya oleh Allah kehormatan (tahiyyah) kepada engkau dari seorang laki‑laki". Dan aku
mengulurkan tanganku untuk berjabatan tangan dengan dia. Lalu ia enggan untuk
berjabatan tangan dengan aku. Maka aku berkata: "Kiranya Allah dan mencurahkan
rahmat kepada engkau hai Uwais dan mengampunkan engkau! Bagaimana engkau
sekarang? Kiranya Allah mencurahkan rahmat kepada engkau". Kemudian,
mencekeklah leherku oleh air mata, dari cintaku dan kasih hatiku, kepadanya,
tatkala aku melihat dari keadaannya, apa yang aku lihat. Sehingga aku menangis
dan iapun menangis". Lalu ia berkata: "Dan engkau, hai Haram bin
Haiban! Kiranya Allah menyampaikan penghormatan (tahiyyah) kepada engkau! Bagaimana
engkau sekarang, hai saudaraku? Siapakah yang menunjukkan jalan kepada engkau
untuk datang ketempatku?" Haram bin Haiban meneruskan ceriteranya:
"Aku menjawab: "Allah". Lalu Uwais Al Qarani mengucapkan: (Laa
ilaaha I‑lailaah, subhaana'llaahi in
kaana wa'du rabbinaa lamaf'uulaa)."Tiada
yang disembah, selain Allah ‑ Maha suci Allah ‑ Sesungguhnya, jikalau adalah
janji Tuhan kita maka akan dilaksanakan". Haram bin Haiban meneruskan
ceriteranya: "Maka aku heran, ketika ia mengenal aku. Demi Allah, aku
belum pernah melihatnya sebelum itu dan iapun tidak pernah melihat aku. Lalu
aku bertanya: "Dari mana engkau mengenal namaku dan nama ayahku? Dan aku
belum pernah melihat engkau sebelum hari ini". la menjawab: "Diberi‑tahukan
kepadaku oleh Yang Maha tahu dan Maha mengerti ‑ Rohku mengenal rohmu, ketika jiwaku berkata kepada
jiwamu. Sesungguhnya roh‑roh itu mempunyai jiwa, seperti jiwanya tubuh. Dan
sesungguhnya orang‑orang mukmin itu, mengenal oleh sebahagian akan sebahagian.
Dan mereka berkasih‑kasihan dengan kecintaan Allah (ruhilllah), walaupun mereka
tidak pernah bertemu. Mereka kenal mengenal dan bercakap‑cakap, walaupun
kampung mereka berjauhan dan tempat tinggal mereka berpisah". Haram bin
Haiban meneruskan ceriteranya: “Lalu aku menjawab: "Terangkanlah kepadaku
hadits dari Rasulu'llah saw kiranya engkau dicurahkan rahmat oleh Allah ‑
suatu hadits yang akan aku dengar daripada engkau!” Uwais Al Qarani menjawab:
"Sesungguhnya aku tiada menjumpai Rasulu'llah saw. Dan demi bapak dan ibuku, aku tiada mempunyai
teman, yang bersama Rasulullah saw. Akan tetapi, aku melihat orang‑orang yang
telah menemani Rasulullah saw. Dan ia menyampaikan kepadaku dari haditsnya,
sebagaimana ia menyampaikan kepadamu. Aku tidak suka, bahwa aku membuka kepada
diriku pintu ini, bahwa aku menjadi muhaddits
(perawi hadits) atau mufti atau qadli
(hakim). Pada diriku ada kesibukan, jauh dari manusia, hai Haram bin
Hayyan!”. Lalu aku menjawab: "Hai saudaraku! Bacalah kepadaku suatu ayat
dari AI‑Qur'an, yang akan aku dengar dari engkau! Dan berdo'alah bagiku dengan
bermacam do'a dan berilah aku wasiat (nasihat) dengan wasiat, yang akan aku
hapal dari engkau! Sesungguhnya aku sangat mencintai engkau pada jalan Allah
(fi'llah)" Haram bin Haiban
meneruskan ceriteranya: “Lalu Uwais Al Qarani bangun berdiri dan mengambil
tanganku pergi ke tepi sungai EI‑Furat. Kemudian, ia membaca: "Aku berlindung dengan Allah yang maha‑mendengar,
yang maha mengetahui dari setan yang terkutuk". Kemudian ia menangis.
Kemudian, ia berkata: "Tuhanku berfirman Yang benar itulah firman
Tuhanku. Perkataan yang terbenar, ialah perkataanNya dan kalam (berkata-kata)
yang terbenar, ialah kalamNya". Kemudian, ia membaca: “Dan tidaklah Kami jadikan langit dan bumi
dan apa yang di antara keduanya, sekedar untuk main‑main saja. Dan keduanya
tidaklah Kami jadikan, melainkan dengan tujuan yang benar. Tetapi kebanyakan
mereka, tiada mengetahui. Sesungguhnya hari keputusan itu adalah waktu yang
dijanjikan untuk mereka semuanya. Pada hari itu, seorang sahabat tiada dapat
menolong sahabatnya sedikitpun dan mereka tiada akan mendapat bantuan. Kecuali
orang yang mendapat rahmat dari Tuhan. Sesungguhnya Dia Maha‑kuasa dan Maha‑penyayang".
S 44 Ad Dukhaan ayat 38 s/d 42. Lalu Uwais itu memekik dengan keras. Aku
menyangka, bahwa ia jatuh pingsan. Kemudian, ia berkata: "Hai anak Haiban!
Bapakmu Haiban sudah meninggal. Dan engkaupun dekat akan meninggal. Maka
adakalanya ke sorga dan adakalanya ke neraka. Bapakmu Adam telah meninggal dan
ibumu Hawa telah, meninggal. Nuh sudah meninggal. lbrahirn Khalilu'rrahman
sudah meninggal. Musa Najiyyu'rrahman sudah meninggal. Daud Khalifatu'r‑rahman
sudah meninggal. Dan Muhammad saw Rasul Tuhan Rabbul alamin sudah meninggal.
Abubakar Khalifatul‑muslimin sudah meninggal. Dan Umar bin Al Khattab,
saudaraku dan pilihanku sudah meninggal". Kemudian, Uwais berkata:
"Wahai Umar! Wahai Umar!” Haram bin Haiban meneruskan ceriteranya: “Lalu
aku berkata: "Kiranya Allah mencurahkan rahmat kepadamu! Sesungguhnya 'Umar
itu tidak meninggal'. Lalu Uwais AI‑Qarani menjawab: "Sesungguhnya, ia
telah dipanggil oleh Tuhanku kepadaku dan telah dipanggil kepadaku diriku.
Kemudian, Uwais AI‑Qarani menyambung: "Aku dan engkau dalam golongan orang‑orang
yang sudah meninggal, seakan‑akan meninggal itu sudah terjadi". Kemudian,
ia bersalawat kepada Nabi saw. Kemudian, ia berdoa dengan do'a‑doa yang
tersembunyi (tidak begitu terdengar). Kemudian, ia berkata: "Inilah
wasiatku! Jagalah, wahai Haram bin Haiban, akan Kitab Allah dan perjalanan
orang‑orang salih yang mukmin! Sesungguhnya aku telah dipanggil kepada diriku
dan dirimu. Haruslah kamu mengingati mati! Janganlah mati itu berpisah dari hatimu, sekejap
matapun, selama masih ada! Dan peringatilah kaummu, apabila engkau kembali
kepada mereka! Nasihatilah ummat sekalian! Jagalah, bahwa engkau bercerai
dengan jama'ah (orang banyak), walaupun sejengkal! Nanti jama'ah itu bercerai
dari agama engkau dan engkau tiada mengetahuinya. Lalu engkau masuk neraka pada
hari kiamat. Berdo'alah bagiku dan bagi dirimu!” Kemudian, ia berdo'a:
"Wahai Allah, Tuhanku! Bahwa orang ini mendakwakan, bahwa ia mencintai aku
pada jalanMu (AgamaMu). Ia berkunjung kepadaku dari karenaMu. Maka
perkenalkanlah kepadaku wajahnya dalam sorga! Dan masukkanlah dia atas
tanggunganku, dalam negri Engkau, negeri
sejahtera (darussalam)! Peliharakanlah dia, selama ia dalam dunia, dimana
saja ia berada! Dan gabungkanlah kepadanya, harta bendanya! Dan relailah dia
dari dunia, dengan sedikit! Dan apa yang Engkau berikan kepadanya dari dunia,
maka mudahkanlah dengan semudah‑mudahnya baginya! Dan jadikanlah dia, bagi apa
yang Engkau berikan kepadanya, dari nikmat‑nikmat Engkau, menjadi sebahagian
dari orang‑orang yang bersyukur! Balasilah dia daripadaku, dengan balasan‑balasan
yang sebaik‑baiknya. Kemudian, Uwais AI‑Qarani meneruskan perkataannya:
"Aku mengucapkan selamat tinggal bagimu, wahai Haram bin Haiban! Selamat
dan rahmat Allah kepadamu dan barakahNya!. Aku tiada akan melihat engkau lagi
sesudah hari ini. Kiranya Allah mencurahkan rahmat kepadamu. Engkau mencari
aku. Maka sesungguhnya, aku tidak suka terkenal. Aku lebih suka sendirian.
Sesungguhnya, aku banyak dukacita, sangat bersedih hati bersama manusia itu,
selama aku masih hidup. Maka janganlah engkau tanyakan aku dan janganlah engkau
mencari aku! Ketahuilah, bahwa engkau daripadaku itu, di atas satu hati,
walaupun aku tiada melihat engkau dan engkau tiada melihat aku. Maka ingatlah
aku dan berdolalah kepadaku! Maka sesungguhnya, aku akan mengingati engkau dan
akan berdo'a kepada engkau, insya Allah. Berjalanlah engkau dari sini, sehingga
akupun berjalan dari sini". Aku ingin berjalan bersama dia sesa'at. Maka
ia enggan bersama aku. Dan aku berpisah dengan dia. Lalu ia menangis dan
membawa aku menangis. Aku memandang kepada kuduknya, sehingga ia masuk ke
sebahagian jalan. Kemudian, sesudah itu, aku menanyakan tentang dirinya. Maka
tiadalah aku menjumpai seorangpun, yang menceriterakan kepadaku, sesuatu
tentang dia. Kiranya Allah mencurahkan rahmat dan mengampunkan dosanya!” Maka
demikianlah adanya perjalanan hidup putera‑putri akhirat, yang berpaling dari
dunia. Dan anda sudah mengetahui dari yang lalu, tentang penjelasan dunia dan
dari hal perjalanan hidup nabi‑nabi dan wali‑wali, bahwa batas dunia itu,
setiap apa yang dinaungi oleh yang hijau
(langit) dan yang dibawa oleh yang
berdebu (bumi), kecuali apa yang ada karena Allah 'Azza wa Jalla dari yang
demikian.
Lawan dunia itu
akhirat. Yaitu: setiap; apa yang dikehendaki karena Allah Ta’ala, dari sesuatu
yang diambil sekedar perlu dari dunia, untuk memperoleh kekuatan menta'ati
Allah. Yang demikian itu, tidaklah termasuk sebahagian dari dunia. Ini akan
bertambah jelas dengan contoh. Yaitu: bahwa seorang yang akan menunaikan ibadah
haji, apabila ia bersumpah, bahwa dalam perjalanan haji, ia tiada akan
menyibukkan diri, dengan perbuatan yang tidak menyangkut dengan haji tetapi ia
semata‑mata untuk haji. Kemudian, ia sibuk (berbuat) menjaga perbekalan, umpan
unta, menjahit tempat air minum dan tiap‑tiap sesuatu yang tak boleh tidak bagi
haji, niscaya ia tidak terkena sumpah. Dan tidaklah ia disibukkan oleh perbuatan
yang bukan haji. Maka begitu pulalah, badan itu kenderaan jiwa, yang akan
menjalani perjalanan umur. Maka menjaga badan dengan yang mengekalkan
kekuatannya, pada menjalani jalan, dengan ilmu dan amal itu termasuk akhirat. Tidak termasuk
dunia. Benar, apabila dimaksudkan untuk kesenangan dan kenikmatan badan, dengan
sesuatu dari sebab‑sebab tersebut, niscaya adalah yang demikian, berpaling dari
akhirat. Dan ditakuti hatinya akan kesat (kasar). Ath‑Thanafisi berkata:
"Aku berada pada pintu Bani Syaibah di
Masjidil‑haram, 7 hari dalam keadaan lapar. Maka pada malam ke 8, aku
mendengar orang memanggil dan aku di antara jaga dan tidur, yang isinya:
"Ketahuilah, barangsiapa mengambil dari dunia, lebih, banyak daripada yang
diperlukannya, niscaya dibutakan oleh Allah mata hatinya". Maka inilah
penjelasan hakikat/makna dunia pada hakmu! Maka ketahuilah yang demikian
niscaya engkau akan mendapat petunjuk, insya Allah!
PENJELASAN.
hakikat/makna dunia, mengenai diri dunia itu & kesibukan‑kesibukannya yang
menghabiskan cita‑cita Mahkluk.
Sehingga dunia itu melupakan mereka
kepada diri mereka, kepada Khaliq (yang maha pencipta) mereka, tempat datang
& tempat perginya mereka. Ketabuilah, bahwa dunia itu adalah ibarat dari
benda‑benda yang ada. Manusia mempunyai keuntungan padanya dan mempunyai
kesibukan pada memperbaikinya. Maka inilah 3
perkara. Kadang-kadang orang menyangka, bahwa dunia itu adalah ibarat dari
kesatuan‑kesatuannya. Dan tidaklah seperti demikian!
Adapun benda‑benda
yang ada, dimana dunia dikatakan dari benda‑benda tersebut, ialah: bumi dan apa yang diatas bumi. Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami menjadikan apa yang dibumi ialah untuk menjadi
perhiasan baginya, karena Kami hendak menguji siapakah diantara mereka yang
paling baik pekerjaannya". S 18 AI Kahfi ayat 7. Bumi itu tikar bagi
anak Adam, tempat tidur, tempat tinggal dan tempat ketetapan. Dan apa yang
diatas bumi itu, menjadi alat pakaian, alat makanan, alat minuman dan alat
perkawinan. Dan apa yang diatas bumi itu, mengumpulkan 3 bahagian: barang tambang, tumbuh‑tumbuhan dan hewan.
Adapun tumbuh‑tumbuhan maka dicari oleh anak
Adam untuk menjadi makanan dan pengobatan. Barang‑barang tambang, dicari oleh manusia untuk perkakas dan bejana (tempat air
dan makanan). Seperti: tembaga &
timah. Dan untuk uang, seperti emas & perak. Dan untuk maksud‑maksud yang lain.
Adapun hewan, maka terbagi kepada: manusia dan binatang ternak. Adapun binatang ternak, maka yang dicari adalah dagingnya untuk makanan dan punggungnya untuk kenderaan dan
perhiasan.
Adapun manusia, maka kadang‑kadang anak Adam.
itu mencari, untuk memiliki tubuh, manusia, untuk dipergunakannya menjadi pelayan
dan dipergunakan nya tenaga mereka. Seperti: budak‑budak. Atau untuk memperoleh kesenangan dengan mereka.
Seperti: budak‑budak wanita dan kaum
wanita. Maka inilah benda‑benda dunia itu! Hanya benda‑benda tersebut dengan
hamba Allah, mempunyai 2 hubungan: hubungan
bersama hati. Yaitu: kecintaannya
kepada benda‑benda tadi merasa beruntung dan teralih cita‑citanya kepada benda‑benda
itu. Sehingga hatinya menjadi seperti: budak
atau pencinta yang membuta‑tuli
kepada dunia. Dan masuk dalam hubungan ini, semua sifat hati, yang berhubungan
dengan dunia. Seperti: “takabur, iri
hati, dengki, ria, megah, jahat sangka, berminyak‑minyak air, suka dipuji, suka
banyak harta dan berbangga diri”. Itu adalah dunia batiniyah!
Adapun yang zahiriyah ialah benda‑benda yang
telah kami sebutkan itu. Hubungan yang ke
2, ialah, bersama badan. Yaitu: Kesibukan badan dengan memperbaiki benda‑benda
itu. Supaya pantas, bagi keuntungan‑keuntungannya dan keuntungan‑keuntungan
orang lain. Yaitu: Kumpulan perusahaan dan kepandaian, dimana manusia itu
sibuk dengan perusahaan dan kepandaian tersebut. Sesungguhnya manusia itu lupa
akan dirinya, tempat kembalinya dan bulak‑baliknya di dunia, karena dua
hubungan ini: hubungan hati dengan
kecintaan dan hubungan badan dengan
kesibukan. Jikalau ia mengenal akan dirinya, ia mengenal akan Tuhannya dan
ia mengenal hikmah dunia dan rahasianya, niscaya ia tahu, bahwa benda‑benda
tersebut, yang kita namakan: dunia, tidaklah
dijadikan, selain: untuk umpan binatang
kenderaan, dimana ia akan berjalan dengan binatang kenderaan tersebut,
kepada Allah Ta’ala. Yang saya maksudkan dengan: binatang kendaraan tadi, ialah: badan.
Sesungguhnya badan
itu tiada akan tahan selain dengan makanan, minuman, pakaian dan tempat
tinggal. Sebagaimana unta, tiada akan tahan dalam perjalanan haji, selain
dengan umpan, air dan pakaian yang memelihara punggungnya. Contohnya hamba
Allah di dunia, tentang lupanya akan dirinya dan tujuannya itu, seperti orang
yang mengerjakan ibadah haji, yang berhenti pada tempat‑tempat di jalanan. la
senantiasa memberi umpan untanya, memelihara, membersihkan dan memberinya pakaian
dengan berbagai macam warna kain. Dibawanya kepada unta itu bermacam-macam
rumput. Disejukkannya dengan air bercampur air beku. Sehingga ia ditinggalkan
oleh kafilah. la lengah dari hal haji, dari lalunya kafilah dan dari tinggal nya
di desa, menjadi mangsa binatang buas. Yaitu: dia sendiri dan untanya. Orang
yang sedang mengerjakan haji, yang bermata hati itu, tidak penting baginya
urusan unta, selain sekedar yang menguatkan unta itu berjalan. Maka
dipeliharanya unta tersebut dan hatinya ke Ka'bah dan ibadah haji. Dan ia
berpaling (memperhatikan) kepada unta, sekedar perlu. Maka seperti demikianlah,
orang yang bermata hati, dalam perjalanan ke akhirat. la tidak sibuk dengan
menjaga badan, selain yang perlu. Sebagaimana ia tidak masuk ke kakus, selain
karena perlu. Dan tak ada bedanya, antara memasukkan makanan dalam perut dan
mengeluarkannya dari perut, tentang masing‑masing dari keduanya itu, perlu bagi
badan. Dan barangsiapa yang cita‑citanya, apa yang akan masuk ke dalam
perutnya, maka nilainya, ialah: apa yang akan ke luar dari perut itu. Dan
kebanyakan yang menyibukkan manusia daripada mengingati Allah Ta’ala, ialah: perut. Sesungguhnya makanan itu penting.
Urusan tempat tinggal dan pakaian itu lebih mudah. Jikalau manusia itu tahu
sebabnya perlu kepada urusan‑urusan tersebut dan mereka menyingkatkan (membataskan)
kepadanya, niscaya mereka tidak akan ditenggelamkan oleh kesibukan duniawi. Dan
sesungguhnya kesibukan duniawi itu menenggelamkan mereka, karena bodohnya
mereka dengan dunia dan hikmahnya dan keuntungan mereka dari dunia. Akan
tetapi mereka itu bodoh dan lalai. Dan berturut‑turut kesibukan duniawi atas
mereka. Sebahagiannya bersambung dengan sebahagian. Dan panggil‑memanggil
kepada tidak berkesudahan yang terbatas. Maka mereka itu tercengang pada
banyaknya kesibukan dan lupa akan maksud‑maksudnya. Kami akan menyebutkan
uraian‑uraian kesibukan duniawi, cara datangnya keperluan kepadanya dan cara
salahnya manusia mengenai maksud‑maksudnya. Sehingga jelaslah bagi anda,
kesibukan duniawi itu, bagaimana ia memalingkan manusia dari Allah. Dan bagaimana
ia melupakan mereka, akan akibat urusan‑urusannya. Maka kami katakan, bahwa
kesibukan duniawi itu, ialah: pekerjaan, perusahaan dan perbuatan‑perbuatan,
yang anda Iihat, bahwa manusia bertekun padanya. Dan sebab banyaknya kesibukan
itu, ialah: bahwa manusia berhajat kepada tiga:
makanan sehari‑hari, tempat tinggal dan pakaian.
Makanan itu, untuk dimakan dan untuk tahan hidup. Pakaian itu menolak panas
dan dingin. Dan tempat tinggal itu, untuk menolak panas dan dingin dan untuk
menolak sebab‑sebab kebinasaan dari keluarga dan harta. Dan Allah Ta’ala tidak
menjadikan makanan, tempat tinggal dan
pakaian, sebagai suatu kemuslihatan, dimana tidak memerlukan usaha manusia padanya.
Ya, dijadikan yang demikian bagi binatang.
Maka sesungguhnya tumbuh‑tumbuhan itu menjadi makanan hewan, tanpa dimasak.
Panas dan dingin tidak membekas pada tubuh hewan. Maka ia tidak memerlukan
kepada rumah. la cukup di padang sahara. Pakaiannya itu bulunya dan kulitnya.
la tidak memerlukan kepada pakaian. Dan manusia tidaklah seperti demikian. Maka
datanglah keperluan bagi yang demikian, kepada: 5 usaha. Yaitu: pokok segala usaha dan permulaan kesibukan duniawi.
Yaitu: pertanian, penggembalaan ,aliqtinash
(mengambil hasil) perajutan dan pembangunan rumah. Adapun pembangunan rumah, maka adalah untuk
tempat tinggal. Perajutan dan yang meliputinya dari urusan benang dan
menjahit, maka adalah untuk pakaian. Pertanian, ialah untuk makanan.
Penggembalaan,
ialah untuk binatang‑binatang ternak. Dan kuda juga untuk makanan dan
kenderaan. Dan al‑iqtinash itu, yang kami maksudkan, ialah:
mengambil hasil apa yang dijadikan oleh Allah: dari binatang buruan atau barang‑barang
atau rumput atau kayu api. Maka
petani itu menghasilkan tumbuh‑tumbuhan. Penggembala itu menjaga hewan‑hewan
dan mengambil hasilnya. Dan orang yang ber-iqtinash itu, mengambil hasil apa
yang tumbuh dan yang menghasilkan sendiri, tanpa usaha anak Adam (manusia).
Begitu pula, ia mengambil dari barang‑barang tambang bumi, apa yang dijadikan
di dalamnya, tanpa usaha anak Adam. Dan yang kami maksudkan dengan al‑iqtinash itu, ialah yang demikian.
Dan masuk didalamnya usaha‑usaha dan kesibukan‑kesibukan manusia yang bermacam‑macam.
Kemudian, perusahaan‑perusahaan ini memerlukan kepada sarana, dan alat‑alat,
seperti: perajutan, pertanian, pembangunan dan al‑iqtinash. Dan alat‑alat itu,
diambil, adakalanya dari tumbuh‑tumbuhan,
yaitu: kayu. Atau dari barang‑barang tambang seperti: besi,
timah dll. Atau dari kulit hewan. Maka timbullah keperluan
kepada 3 macam yang lain dari perusahaan, yaitu: pertukangan kayu, pertukangan besi dan perbantaian (penyembelihan hewan). Dan mereka itu, adalah orang‑orang
yang menjadi pekerja pada alat‑alat. Dan kami maksudkan dengan tukang kayu, Ialah: tiap‑tiap pekerja
pada kayu, bagaimanapun adanya. Dan dengan tukang
besi, ialah: tiap‑tiap pekerja pada besi dan benda‑benda tambang lainnya,
sampai tukang tembaga, pembuat jarum penjahit dll. Maksud kami ialah:
menyebutkan jenis‑jenisnya. Adapun kesatuan‑kesatuan pekerjaan itu, maka
banyak sekali. Adapun tukang bantai
(pekerja pada penyembelihan), kami maksudkan, ialah: tiap‑tiap pekerja pada
kulit‑kulit hewan dan bahagian‑bahagian hewan. ltulah induk perusahaan‑perusahaan!
Kemudian, manusia itu dijadikan, dimana ia tidak bisa hidup sendirian. Akan
tetapi, ia memerlukan kepada berkumpul dengan orang lain, dari jenisnya. Yang
demikian itu, karena 2 sebab:
1.
Keperluannya kepada
keturunan, untuk kekalnya (terus
adanya) jenis manusia. Dan tidak ada yang demikian itu, selain dengan berkumpul
laki‑laki & perempuan &
pergaulan keduanya
2.
Bertolong‑tolongan kepada menyiapkan sebab‑sebab ada‑nya
makanan, pakaian dan untuk pendidikan anak.
Sesungguhnya tidak mustahil berkumpulnya itu membawa kepada adanya
anak. Dan yang seorang, ia tidak sibuk dengan menjaga anak dan menyiapkan sebab‑sebab
adanya makanan. Kemudian, ia tidak mencukupi hanya berkumpul bersama keluarga
dan anak saja di rumah. Bahkan ia tidak mungkin hidup seperti yang demikian,
selama tidak berkumpul suatu golongan yang banyak. Supaya masing‑masing
menjamin dengan suatu perusahaan. Sesungguhnya orang seorang, bagaimana ia
dapat mengurus pertanian sendirian? Ia memerlukan kepada alat‑alatnya. Dan
alat itu memerlukan kepada tukang besi dan tukang kayu. Dan makanan memerlukan
kepada tukang penumbuk tepung dan tukang roti. Dan begitu juga, bagaimana ia
bekerja sendirian menghasilkan pakaian. Ia memerlukan kepada penjagaan kapas,
alat‑alat perajutan, penjahitan dan alat‑alat yang banyak. Maka karena
demikianlah, kehidupan manusia terlarang sendirian.
Keperluan menonjol kepada berhimpun.
Kemudian, jikalau mereka berkumpul pada suatu padang sahara yang terbuka,
niscaya mereka akan menderita dengan panas dan dingin, hujan dan pencuri. Maka
mereka memerlukan kepada bangunan‑bangunan yang kokoh dan tempat‑tempat
tinggal. Masing‑masing keluarga rumah itu, sendirian dengan rumahnya, dengan
perkakas‑perkakas yang ada padanya dan perabot. Tempat‑tempat tinggal itu
menolak panas, dingin dan hujan. Dan menolak bahaya tetangga dari kecurian dan
lainnya. Bahkan tempat‑tempat tinggal itu, kadang‑kadang dimaksudkan oleh
segolongan pencuri dari luar tempat‑tempat tinggal itu. Lalu keluarga tempat-tempat
tinggal itu, memerlukan kepada bantu‑membantu, dan tolong‑menolong. Dan
membentengi diri dengan dinding‑dinding tembok, yang mengelilingi semua tempat‑tempat
tinggal itu. Lalu lantaran kepentingan ini, maka muncullah negeri‑negeri.
Kemudian, tatkala manusia telah berkumpul
di tempat‑tempat tinggal dan di negeri‑negeri dan mereka bergaul, Ialu
terjadilah permusuhan di antara sesama mereka. Karena muncul kekepalaan dan
kekuasaan, bagi suami atas isteri. Dan kekuasaan bagi ibu‑bapak atas anak.
Karena dia lemah, maka memerlukan kepada bantuan. Dan manakala kekuasaan itu
diperoleh atas orang yang berakal, niscaya membawa kepada permusuhan. Lain
haInya, kekuasaan atas binatang ternak. Karena dia tidak mempunyai kekuatan
permusuhan, walaupun ia dianiaya. Adapun wanita, maka ia akan bermusuhan dengan
suami. Dan anak akan bermusuhan dengan ibu‑bapak. Ini adalah di tempat tinggal
(di rumah tangga).
Adapun penduduk negeri juga, maka mereka
bergaul dalam segala keperluan. Dan mereka tengkar‑bertengkar padanya. Jikalau
mereka dibiarkan seperti yang demikian, niscaya mereka berbunuh‑bunuhan dan
binasa. Dan begitu juga, penggembala‑penggembala dan pemilik‑pemilik pertanian,
mereka datang ke tempat‑tempat penggembalaan, tanah‑tanah ladang dan air. Dan
semua itu, tidak mencukupi dengan maksud mereka. Lalu tidak mustahil mereka
akan bertengkar (berbantah‑bantahan). Kemudian, sebahagian mereka kadang‑kadang
lemah, dari bertani dan berusaha, disebabkan buta atau sakit atau tua. Dan
datanglah penghalang‑penghalang yang bermacam‑macam. Jikalau ditinggalkan
tersia‑sia, niscaya ia binasa. Dan jikalau diserahkan pencahariannya kepada
semua, niscaya mereka akan hina‑menghinakan. Dan jikalau ditentukan seseorang,
tanpa sebab yang menentukannya, niscaya ia tiada akan dipatuhi. Lalu muncullah,
disebabkan dlarurat/perlu, dari penghalang-penghalang yang terjadi dengan
berkumpul itu, usaha‑usaha lain. Diantaranya: usaha pengukuran, yang akan diketahui dengan pengukuran tersebut, banyaknya tanah, untuk memungkinkan
dibagi diantara sesama mereka dengan adil. Diantaranya, ialah: usaha ketentraman, untuk mengawal negeri
dengan pedang dan menolak pencuri‑pencuri dari mereka.
Diantaranya, usaha hukum dan penyambungan untuk meleraikan permusuhan. Diantaranya, keperluan kepada ilmu‑fiqh (ilmu hukum). Yaitu:
mengetahui undang‑undang, yang sayogianya untuk mengendalikan manusia dan
mengharuskan mereka berhenti pada batas‑batasnya. Sehingga tidak banyaklah
pertengkaran. Yaitu: mengetahui batas‑batas yang ditentukan oleh Allah Ta'ala
dalam pergaulan dan syarat‑syaratnya. Maka inilah urusan siasat (urusan
politik) yang tidak boleh tidak daripadanya. Dan tidak berkecimpung dengan
urusan ini, selain orang‑orang tertentu, dengan sifat‑sifat tertentu, dari
segi ilmu, ke istimewaan dan petunjuk. Apabila mereka berkecimpung dengan
urusan tersebut, niscaya mereka tidak memperoleh peluang untuk usaha yang lain.
Dan mereka memerlukan kepada penghidupan. Dan penduduk negeri memerlukan kepada
mereka. Karena jikalau penduduk negeri sibuk dengan peperangan dengan musuh
umpamanya, niscaya terhentilah semua perusahaan. Dan jikalau ahli perang dan
senjata sibuk dengan perusahaan-perusahaan untuk mencari makan, niscaya
kosonglah negeri dari pengawal. Dan manusia akan menderita kemelaratan. Maka
dipandang perlu untuk diserahkan bagi penghidupan dan rezeki mereka, harta-harta
yang hilang dari pemiliknya, yang tak ada pemiliknya lagi, jikalau ada. Atau
diserahkan harta rampasan perang kepada mereka, jikalau ada permusuhan dengan
orang‑orang kafir. Jikalau mereka itu orang beragama dan wara', niscaya mereka
mencukupkan dengan sedikit dari harta‑harta kepentingan umum itu. Dan kalau
mereka menghendaki keluasan hidup, maka ‑ tidak mustahil ‑ dipandang perlu,
supaya mereka dibantu oleh penduduk negeri dengan harta. Supaya mereka
membantu penduduk dengan pengawalan. Maka datanglah keperluan kepada pajak.
Kemudian, disebabkan keperluan kepada pajak, maka timbullah keperluan kepada
usaha-usaha lain. Karena diperlukan kepada orang yang bertugas pada urusan
pajak dengan adil, terhadap petani‑petani dan orang‑orang yang mempunyai harta.
Dan mereka itu, adalah pekerja‑pekerja. Dan diperlukan pula, kepada orang‑orang
yang mengambil pajak dari mereka tadi, dengan lemah‑lembut. Orang‑orang itu,
ialah: pengumpul‑pengumpul pajak dan penagih‑penagih pajak. Dan diperlukan pula,
kepada orang‑orang yang dikumpulkan pajak padanya, untuk dipeliharanya, sampai
kepada waktu membagi-bagikan pajak itu. Mereka ini, ialah: penyimpan‑penyimpan
pajak (benda harawan). Dan diperlukan pula, kepada orang yang membagi‑bagikan
pajak kepada mereka yang akan menerimanya, dengan adil. Yaitu: 0rang tua bagi
laskar (perajurit‑perajurit).
Perbuatan‑perbuatan tersebut diatas,
jikalau diurus oleh banyak orang, yang tidak dikumpulkan mereka oleh suatu
ikatan, niscaya akan kacaulah organisasinya. Maka dari itu, datanglah
keperluan kepada adanya raja, yang
akan mengatur mereka. Dan seorang amir yang dipatuhi, yang akan menentukan
orang (petugas) bagi tiap‑tiap pekerjaan. Dan bagi tiap‑tiap orang, dipilih
pekerjaan yang layak dengan dia. Dan dijaga keinsafan pada pengambilan pajak
dan pada memberikannya pada pemakaian tentara pada peperangan, pada pembahagian
senjata mereka, pada penentuan arah‑arah peperangan, pada pengangkatan amir dan
panglima perang atas tiap‑tiap rombongan dari mereka, sampai kepada yang lain‑lain,
dari usaha‑usaha kerajaan. Maka dari yang demikian itu, sesudah tentara, dimana
mereka ahli pemegang senjata dan sesudah raja yang mengamat‑amati mereka dengan
mata yang tidak tidur dan yang mengatur mereka, maka datanglah keperluan kepada
juru tulis-juru tulis, pemegang‑pemegang kas (peti uang), penghitung‑penghitung
uang, pemungut‑pemungut pajak dan pekerja‑
pekerja (karyawan‑karyawan). Kemudian, mereka ini memerlukan
pula kepada penghidupan. Dan mereka tidak mungkin bekerja dengan pekerjaan‑pekerjaan
itu. Lalu datanglah keperluan kepada harta cabang bersama harta pokok. Yaitu:
yang dinamakan: cabang pajak. Ketika
itu. adalah manusia dalam usaha itu, 3
golongan.
Pertama : petani‑petani,
penggembala‑penggembala dan yang bekerja pada perusahaan‑perusahaan.
Kedua. : tentara
yang menjaga negeri dengan pedang.
Ketiga. : orang‑orang
yang pulang‑pergi di antara 2 golongan tadi, pada mengambil dan memberi uang
pajak. Mereka itu, ialah: pegawai‑pegawai para pengumpul pajak dsbnya. Maka perhatikanlah,
bagaimana mulainya urusan dari keperluan makanan, pakaian dan tempat tinggal
dan kepada apa penghabisannya. Dan begitulah urusan dunia! Tidak terbuka suatu
pintupun daripadanya, melainkan dengan sebab itu, lalu terbuka pintu‑pintu
yang lain.
Dan begitulah berkesudahan, kepada tiada
batas yang dihinggakan. Dan seakan‑akan itu rawa, yang tak berkesudahan
dalamnya. Siapa yang jatuh dalam suatu lobang daripadanya, niscaya ia jatuh
dari lobang itu, ke lobang yang lain. Dan begitulah berturut‑turut. Maka
inilah, yang dinamakan. usaha‑usaha dan
perusahaan‑perusahaan! Hanya itu tiada akan sempurna, selain
dengan harta dan alat‑alat. Dan harta itu adalah ibarat dari benda‑benda bumi
dan apa yang di atas bumi, dari yang dapat dimanfaatkan. Dan yang paling atas
daripadanya, ialah: makanan. Kemudian,
tempat‑tempat di mana manusia
bertempat tinggal padanya. Yaitu: rumah‑rumah.
Kemudian, tempat‑tempat, di mana manusia berusaha padanya untuk penghidupan,
seperti: toko‑toko, pasar‑pasar dan sawah‑ladang. Kemudian, pakaian.
Kemudian, perabot rumah dan alat‑alatnya. Kemudian, alat bagi alat‑alat itu.
Dan kadang‑kadang pada alat‑alat itu, apa yang bernama: hewan, seperti anjing alat berburu, sapi alat membajak dan kuda
alat kendaraan pada peperangan. Kemudian, datang dari yang demikian itu,
keperluan berjual‑beli. Sesungguhnya petani, kadang‑kadang ia bertempat
tinggal pada suatu desa, yang tak ada padanya alat pertanian. Tukang besi dan
tukang kayu bertempat tinggal pada suatu desa, yang tak mungkin padanya
pertanian. Maka dengan terpaksa, (bi'dl‑dlarurah), petani itu memerlukan kepada
tukang besi dan tukang kayu. Dan orang yang dua itupun memerlukan kepada
petani. Maka salah seorang dari keduanya, memerlukan untuk memberi apa yang
ada padanya, untuk yang lain. Sehingga ia mengambil dari orang tersebut
maksudnya. Dan yang demikian, dengan jalan: tukar‑menukar.
Hanya, tukang kayu umpamanya, apabila ia
mencari makanan dari petani dengan alatnya, maka kadang‑kadang petani itu,
tidak memerlukan pada waktu itu, kepada alatnya. Maka tidak dijualnya makanan
itu. Dan petani, apabila mencari alat dari tukang kayu, dengan menyerahkan
makanan, kadang‑kadang masih ada makanan pada tukang kayu tersebut pada waktu
itu. Maka ia tidak memerlukan kepada makanan. Lalu terhalanglah segala maksud.
Maka mereka memerlukan kepada toko, yang mengumpulkan alat tiap‑tiap
perusahaan, untuk diperhatikan oleh yang punya alat‑alat tersebut, akan orang‑orang
yang memerlukan. Dan memerlukan pula, kepada gudang‑gudang, yang akan dikumpulkan
dalam gudang‑gudang itu, apa yang dibawa oleh petani‑petani. lalu dibelikan
oleh yang empunya gudang‑gudang itu dari petani-petani tadi. Untuk
diperhatikan oleh orang‑orang yang memerlukannya. Dari karena yang demikian,
maka lahirlah pasar‑pasar dan gudang‑gudang. Lalu petani membawa biji‑bijian.
Apabila tidak ditemuinya orang yang memerlukan, maka dijualnya dengan harga
murah kepada saudagar‑saudagar. Lalu saudagar‑saudagar tersebut
menyimpankannya, dalam menunggu orang‑orang yang memerlukan, karena mengharap
keuntungan. Dan seperti yang demikian juga, pada semua benda dan harta!
Kemudian ‑ tidak mustahil ‑ akan datang
diantara negeri‑negeri dan desa‑desa itu, kepulang-pergian manusia. Maka
pulang‑pergilah manusia, datang membeli makanan‑makanan dari desa‑desa dan
alat‑alat dari negeri‑negeri (kota‑kota). Mereka pindahkan yang tersebut itu
dan mereka mencari penghidupan dengan yang demikian. Supaya teratur urusan
manusia dalam negeri, disebabkan mereka. Karena kadang‑kadang, setiap negeri
itu, tidak terdapat padanya semua alat. Dan setiap desa itu, tidak terdapat
padanya semua makanan. Lalu sebahagian memerlukan kepada sebahagian yang lain.
Maka diperlukan kepada pemindahan barang‑barang. Lalu datanglah saudagar‑saudagar
yang membebani diri, dengan memindahkan barang‑barang tersebut. Dan tidak
mustahil, bahwa penggerak mereka kepada yang demikian itu, ialah: kelobaan
mengumpulkan harta. Maka mereka bersusah‑payah sepanjang malam dan siang, dalam
perjalanan untuk memenuhi maksud orang lain. Dan bahagian mereka dari
perjalanan tersebut, ialah mengumpulkan harta ‑ yang tidak mustahil ‑ akan
dimakan oleh orang lain. Adakalanya, oleh perampok di jalanan dan adakalanya,
oleh sultan (raja) yang zalim.
Akan tetapi Allah Ta’ala menjadikan dalam
kelalaian dan kebodohan mereka, peraturan (organisasi) bagi negeri (negara) dan
kepentingan bagi hamba‑hamba Allah. Bahkan, semua urusan duniawi itu, tersusun
dengan kelalaian dan keburukan cita‑cita. Jikalau manusia itu berakal dan cita‑cita
mereka tinggi, niscaya mereka berlaku zuhud di dunia. Dan jikalau mereka
berbuat demikian, niscaya batallah (sia‑sialah) semua penghidupan. Dan kalau
batallah penghidupan itu, niscaya mereka binasa dan orang‑orang zuhud binasa
pula.
Kemudian, harta‑harta tersebut yang akan dipindahkan
itu, manusia tiada akan sanggup membawanya. Maka diperlukan kepada binatang‑binatang
yang akan membawanya. Dan yang empunya harta itu, kadang‑kadang tiada mempunyai
binatang. Lalu datanglah muamalah (pengurusan) di antara dia dan
pemilik binatang, yang dinamakan: ijarah
(sewa‑menyewa). Dan jadilah sewa‑menyewa itu, semacam usaha pula. Kemudian,
datanglah disebabkan berjual‑beli itu, keperluan kepada: emas dan perak. Orang
yang bermaksud membeli makanan dengan kain, maka dari mana ia tahu kadar yang
akan menyamainya dengan makanan? Berapa banyaknya? Dan muamalah/pengurusan itu, berlaku pada jenis‑ienis yang berlainan.
Seperti: dijual kain dengan makanan dan hewan dengan kain. Dan ini adalah
urusan‑urusan yang tidak bersesuaian. Maka tidak boleh tidak dari seorang
penguasa(hakim) yang adil, yang mengetengahi di antara orang‑orang yang berjual‑beli
itu, yang bersikap adil diantara yang seorang dengan lainnya. Maka yang
demikian itu meminta keadilan dari benda‑benda harta tadi. Kemudian, diperlukan
kepada harta yang lama tahannya. Karena keperluan kepadanya akan terus‑menerus.
Dan harta yang paling tahan lama, ialah: barang-barang
tambang. Maka dibuatlah uang‑uang itu: dari emas, perak dan tembaga. Kemudian,
keperluan meminta kepada penuangan, pengukiran dan penentuan nilainya. Maka
keperluan meminta kepada rumah penuangan uang dan penukaran uang.
Begitulah, kesibukan‑kesibukan dan
pekerjaan‑pekerjaan itu panggil‑memanggil, oleh sebahagian kepada sebahagian
yang lain. Sehingga berkesudahan kepada apa yang anda Iihat sekarang. Inilah
kesibukan‑kesibukan makhluk itu! Yaitu: penghidupan
mereka. Dan sesuatu dari usaha‑usaha itu, tidak mungkin dilaksanakan,
selain dengan semacam hal yang dipelajari dan yang payah pada permulaan. Dan
pada manusia, ada orang yang melalaikan yang demikian pada masa kecil. Lalu ia
tidak berbuat dengan itu. Atau ia dihalangi daripadanya oleh sesuatu
penghalang. Maka tetaplah ia lemah dari berusaha, karena kelemahannya dari
pekerjaan‑pekerjaan itu. Maka ia memerlukan kepada makan, dari apa yang
diusahakan oleh orang lain. Maka datanglah daripadanya dua macam pekerjaan yang
hina: mencuri dan meminta‑minta. Karena keduanya dikumpulkan,
bahwa keduanya memakan dari usaha orang lain. Kemudian, manusia itu memelihara
dirinya dari pencuri‑pencuri dan peminta‑peminta (pengemis‑pengemis). Menjaga
hartanya dari mereka. Lalu memerlukan kepada pengarahan pikiran pada merekakan
helah (mencari daya upaya) dan pengaturan‑pengaturan.
Adapun pencuri, maka di antara mereka, ada
yang mencari pembantu. Dan ditangannya ada keperkasaan dan kekuatan. Lalu
mereka itu berkumpul, berbanyak‑banyak dan merampok di jalanan, seperti: orang‑orang Badui dan orang‑orang Kurdi. Adapun yang lemah
dari pencuri‑pencuri itu, maka mereka berlindung kepada helah (mencari jalan).
Adakalanya dengan mengorek dinding atau dengan memanjat dinding, ketika ia
memperoleh kesempatan lalainya yang empunya harta. Dan adakalanya, ia
menyambar atau mencuri secara diam‑diam atau dengan cara‑cara yang lain, dari
bermacam‑macam pencurian yang timbul, menurut hasil pemikiran yang diserahkan
untuk memahami jalannya pencurian itu.
Adapun pengemis
maka apabila ia menuntut apa yang diusahakan oleh orang lain dan dikatakan
kepadanya: "Berpayahlah dan bekerjalah, sebagaimana orang lain bekerja,
maka bagaimana engkau ini berbuat yang sia‑sia", lalu tidak diberikan
kepadanya sesuatupun. Maka orang‑orang pengemis itu memerlukan kepada helah
(mencari jalan), untuk keluar-nya uang dari orang yang diminta dan menyiapkan
dalih bagi dirinya pada perbuatan yang sia‑sia itu. Lalu mereka mencari helah,
untuk menyatakan alasan: kelemahan badan. Adakalanya dengan sebenarnya,
seperti segolongan pengemis yang membutakan anak‑anaknya dan dirinya sendiri
dengan helah, supaya ia memperoleh dalih, dengan buta. Lalu mereka diberikan.
Adakalanya membuat‑buat buta, membuat‑buat lumpuh, membuat‑buat gila dan
membuat‑buat sakit. Dan melahirkan yang demikian itu, dengan bermacam‑macam
helah, serta menerangkan, bahwa yang demikian itu suatu ujian yang menimpa pada
dirinya, tanpa berhak. Supaya adalah yang demikian itu, menjadi sebab
memperoleh kasih‑sayang. Segolongan pengemis meminta dengan kata‑kata dan
perbuatan, dengan cara yang menakjubkan (mengherankan) orang banyak. Sehingga
terbuka hati mereka ketika menyaksikannya. Lalu mereka bermurah hati dengan
mengangkatkan tangan dari sedikit harta, pada waktu ketakjuban itu. Kemudian,
kadang‑kadang ia menyesal sesudah ketakjuban tadi hilang. Dan penyesalan itu
tiada bermanfaat lagi. Yang demikian itu, kadang‑kadang adalah dengan
pengejekan, peniruan, permainan sunglap dan perbuatan‑perbuatan yang menertawakan.
Kadang‑kadang yang demikian itu, dengan pantun‑pantun yang ganjil, perkataan
berproza yang bersajak serta suara merdu dan syair yang bertimbang, adalah
sangat membekas dalam jiwa. Lebih‑lebih lagi, apabila ada padanya kefanatikan
yang menyangkut dengan aliran‑aliran (madzhab‑madzhab), seperti: syair‑syair
sejarah hidup (manaqib) shahabat‑shahabat Nabi saw dan para keluarga Nabi saw
yang utama. Atau yang menggerakkan panggilan kerinduan dari orang‑orang yang
pandai bersenda‑gurau, seperti usaha pemukul-pemukul tambur di pasar‑pasar.
Dan usaha yang menyerupai 'iwadI (penukaran dengan jual‑beli) dan sebenarnya
bukanlah 'iwadl. Seperti menjual jampi dan daun ganja, yang dikhayalkan oleh
penjualnya, bahwa barang‑barang tersebut itu obat. Maka tertipulah dengan demikian,
anak‑anak dan orang‑orang bodoh. Dan seperti orang‑orang yang membuat undian
(lotere) dan mengambil sempena dari ahli‑ahli nujum. Dan termasuklah dalam
jenis ini, juru‑juru nasehat dan pengemis‑pengemis di atas mimbar (podium),
apabila tidak ada di belakang mereka, faedah keilmuan (faedah ilmiyah). Dan
maksud mereka itu menarik hati orang awam dan mengambil harta mereka dengan bermacam‑macam
pengemisan. Dan macamnya itu lebih dari seribu, dua ribu macam. Dan tiap‑tiap
yang demikian direkakan dengan pikiran yang halus, demi untuk penghidupan.
Inilah kesibukan‑kesibukan makhluk itu dan
pekerjaannya, dimana mereka bertekun padanya! Mereka dihela kepada semua yang
demikian, oleh keperluan kepada makanan dan pakaian. Akan tetapi, dalam pada
itu, mereka lupa kepada dirinya, maksudnya, perobahannya dan tempat
kembalinya. Lalu mereka membesarkan diri dan sesat. Dan didahului oleh khayalan‑khayalan
yang merusak, kepada pikiran mereka yang lemah, sesudah dikotorkan oleh desakan
kesibukan‑kesibukan di dunia. Maka terbagi‑bagilah aliran mereka dan bermacam-macamlah
pikiran mereka kepada beberapa bentuk. Maka segolongan,
dikalahkan mereka oleh kebodohan dan kelalaian. Maka matanya tidak terbuka
untuk memperhatikan kepada akibat pekerjaannya. Maka mereka mengatakan, bahwa
yang dimaksud, ialah untuk kami hidup beberapa hari di dunia. Maka kami
bersungguh‑sungguh, sehingga kami mengusahakan makanan. Kemudian, kami makan,
sehingga kami kuat berusaha. Kemudian, kami berusaha, sehingga kami makan.
Maka mereka makan untuk berusaha. Kemudian, mereka berusaha untuk makan.
Inilah aliran (jalan pikiran) petani‑petani dan orang‑orang yang bekerja pada
usaha‑usaha. Dan orang yang tiada mempunyai kenikmatan di dunia dan tiada
tapak kaki (berpijak) pada agama, maka ia akan payah bekerja pada siang hari,
untuk ia makan pada malam hari. Dan ia makan pada malam hari, untuk ia payah
pada siang hari. Dan yang demikian itu adalah seperti perjalanan binatang‑binatang kecil yang berkeliling diatas
air (as‑sawani). Maka itu adalah perjalanan yang tiada akan putus, selain
dengan mati.
Segolongan yang lain mendakwakan, bahwa
mereka itu pintar untuk sesuatu urusan. Dan sesungguhnya, tiadalah dimaksud
untuk mencelakakan manusia dengan pekerjaan itu. Dan ia tiada bernikmat-nikmat
(bersenang‑senang) di dunia. Akan tetapi kebahagiaan adalah pada menunaikan
hajatnya (kehendaknya) dari nafsu‑syahwat dunia. Yaitu: nafsu‑syahwat perut dan
kemaluan (alat vitalnya). Maka mereka
ini lupa kepada dirinya dan menyerahkan cita‑citanya kepada mengikuti wanita‑wanita
dan mengumpulkan segala macam kelezatan makanan. Mereka makan, sebagaimana
binatang ternak makan. Mereka menyangka, bahwa mereka, apabila mencapai yang
demikian, maka mereka telah memperoleh kebahagiaan yang penghabisan. Lalu yang
demikian itu, menyibukkan mereka daripada mengingati
Allah Ta'ala dan hari akhirat.
Segolongan menyangka, bahwa kebahagiaan
itu adalah pada banyaknya harta dan tidak memerlukan kepada lain, disebabkan
banyaknya gudang‑gudang. Maka mereka berjaga (tidak tidur) pada malam hari dan
memayahkan dirinya pada siang hari pada mengumpulkan harta. Mereka itu payah
(capek) dalam perjalanan sepanjang malam dan siang. Mereka pulang‑pergi pada
perbuatan‑perbuatan yang menyusahkan. Mereka berusaha dan mengumpulkan. Mereka
tidak makan, selain sekedar perlu, karena loba dan kikir kepada harta itu,
takut akan berkurang. Inilah kesenangan mereka! Pada yang demikian itulah,
kebiasaan dan gerakan mereka, sampai mereka didapati oleh mati. Maka kekallah
harta itu dibawah bumi. Atau diperoleh oleh orang yang akan memakannya pada
nafsu‑
syahwat dan kesenangan. Lalu adalah
kepayahan dan kecelakaannya bagi yang mengumpulkan dan kesenangannya bagi yang
memakan. Kemudian, mereka yang mengumpulkan harta itu melihat kepada
contoh‑contoh yang demikian. Dan mereka tiada mengambil ibarat. Segolongan
menyangka, bahwa kebahagiaan itu pada baiknya nama. Lancarnya lidah dengan sanjung
dan pujian, dengan berbuat‑buat baik dan berkepribadian. Mereka memayahkan diri
dalam mengusaha kan penghidupan. Dan menyempitkan atas dirinya pada makanan dan
minuman. Menggunakan semua hartanya kepada pakaian‑pakaian yang bagus dan binatang‑binatang
kendaraan yang berharga. Mereka menghiasi pintu rumahnya dan apa yang tertuju
pandangan manusia kepadanya. Sehingga dikatakan, bahwa: dia orang kaya. Bahwa
dia mempunyai kekayaan. Mereka menyangka, bahwa yang demikian itu kebahagiaan.
Maka cita‑cita mereka pada siang hari dan malamnya, ialah pada menyediakan
tempat tertujunya pandangan manusia. Segolongan yang lain menyangka, bahwa
kebahagiaan itu pada kemegahan dan kemuliaan diantara manusia dan patuhnya
makhluk (orang banyak) dengan merendahkan diri dan memuliakannya. Lalu mereka
mengalihkan cita‑citanya kepada menarikkan manusia kepada menta'atinya dengan
mencari kekuasaan dan mengikuti perbuatan‑perbuatan kesultanan. Supaya tembus
perintahnya dengan demikian, kepada segolongan manusia. Dan mereka berpendapat,
bahwa apabila luas kekuasaan mereka dan rakyatnya patuh kepada mereka, maka
mereka sudah sangat berbahagia. Dan yang demikian itulah kesudahan yang
dicari. Inilah kebanyakan nafsu‑keinginan pada hati orang‑orang yang Ialai dari
ummat manusia.
Mereka disibukkan oleh kesukaan merendah‑dirinya
manusia kepada mereka, daripada merendahkan diri kepada Allah, daripada
beribadah kepada Allah dan daripada bertafakkur, mengenai akhirat dan tempat
kembalinya mereka. Di belakang mereka (golongan‑golongan yang tersebut di
atas), terdapat lagi golongan‑golongan. yang panjang hinggaannya, melebihi dari
70 lebih partai. Semua mereka itu telah sesat dan menyesatkan dari jalan yang
lurus.
Mereka sesungguhnya ditarik kepada semua
yang demikian, oleh keperluan kepada makanan
pakaian dan tempat tinggal.Mereka
lupa, apa yang dikehendaki oleh 3 hal tersebut
dan kadar yang mencukupi daripadanya. Dan tertarik kepada mereka, permulaan
sebab‑sebabnya, sampai kepada penghabisan sebab‑sebab itu. Dan terbawa mereka
oleh yang demikian, kepada rawa-rawa yang tidak memungkinkan lagi mereka
mendaki daripadanya.
Maka orang yang tahu cara keperluan kepada
sebab‑sebab dan kesibukan‑kesibukan ini dan tahu tujuan maksud daripadanya,
niscaya ia tidak akan mengurung diri, pada kesibukan, pekerjaan dan perbuatan,
melainkan ia sudah tahu maksudnya, tahu dengan keuntungan dan bahagiannya. Dan
bahwa tujuan maksudnya, ialah menyediakan keperluan tubuhnya, dengan makanan
dan pakaian. Sehingga ia tidak binasa. Dan yang demikian, jikalau ia menempuh
jalan menyedikitkan, niscaya tersingkirlah kesibukkan‑kesibukan daripadanya.
Dan lapanglah hati dan membanyakkan ingatan
kepada akhirat. Teralilah cita‑cita kepada menyiapkan ingatan itu. Dan jikalau ia
melampaui kadar yang diperlukan, niscaya banyaklah kesibukan. Sebahagian
kesibukan itu akan memanggil sebahagian yang lain dan sambung‑menyambung,
sehingga tiada berkesudahan. Maka bercabang‑cabanglah kesusahan. Dan siapa yang
bercabang‑cabang kesusahannya di dalam lembah‑lembah dunia, maka Allah Ta'ala
tiada akan memperdulikan, dalam lembah mana, yang membinasakannya. Maka inilah
keadaan orang‑orang yang terjerumus dalam kesibukan duniawi.
Segolongan timbul kesadaran karena yang
demikian. Lalu mereka berpaling dari dunia. Maka mereka dihasud oleh setan. Dan
setan itu tidak mau meninggalkan mereka. Dan setan itu menyesatkan mereka pula
pada berpaling dari dunia tadi. Sehingga mereka terbagi kepada golongan‑golongan.
Lalu segolongan menyangka, bahwa dunia itu negeri percobaan dan ujian. Dan akhirat
negeri bahagia bagi tiap‑tiap orang yang sampai kepadanya. Sama saja, ia
beribadah di dunia atau tiada beribadah. Lalu mereka berpendapat, bahwa yang
benar, ialah mereka membunuh diri, untuk terlepas dari ujian dunia. Kepada
jalan pikiran inilah, ditempuh oleh golongan‑golongan manusia dari penduduk
India. Mereka menyerbu ke dalam api dan membunuh diri dengan membakar. Mereka
menyangka, bahwa yang demikian, jalan kelepasan bagi mereka dari ujian‑ujian
duniawi.
Segolongan yang lain menyangka, bahwa
membunuh diri itu tiada akan melepaskan dari ujian. Tetapi ‑ tak boleh tidak ‑,
pertama‑tama: mematikan sifat‑sifat
kemanusiaan dan memutuskannya dari
diri secara keseluruhan. Dan bahwa
kebahagiaan itu adalah pada memutuskan nafsu‑syahwat dan kemarahan. Kemudian,
menghadapkan diri dari jiwa kepada mujahadah
(bersungguh‑sungguh memerangi hawa nafsu dan berbakti). Dan mereka
mengeraskan yang demikian atas dirinya. Sehingga sebahagian mereka binasa,
disebabkan kerasnya riadlah (latihan dan
perbuatan kebaktian) itu. Sebahagian mereka rusak pikirannya dan gila.
Sebahagian mereka sakit dan tersumbat jalan pada ibadah. Sebahagian mereka
lemah dari mencegah sifat‑sifat kemanusiaan, secara keseluruhan. Lalu menyangka,
bahwa apa yang ditugaskan oleh agama itu mustahil. Dan agama itu meragukan,
tidak mempunyai pokok perpegangan. Lalu ia jatuh dalam ilhad (ingkar adanya Tuhan). Dan bagi sebahagian mereka, lahir
pemikiran, bahwa kepayahan ini semuanya bagi Allah. Dan Allah Ta’ala tidak
memerlukan kepada ibadah hamba‑hambaNya. Ia tiada berkurang oleh kedurhakaan
orang yang durhaka. Dan la tiada bertambah oleh kebaktian orang yang berbakti
kepadaNya. Lalu mereka itu kembali kepada nafsu syahwat. Dan menempuh jalan semua boleh. Mereka itu melipatkan tikar
agama dan membatalkan hukum‑hukumnya. Mereka mendakwakan, bahwa yang demikian
itu, termasuk sebahagian dari
kebersihan keesaan mereka, dimana mereka meyakini (ber‑i’tikad), bahwa Allah
tidak memerlukan kepada ibadah hambaNya. Segolongan menyangka, bahwa yang
dimaksudkan dari ibadah itu, ialah: mujahadha. Sehingga hamba itu sampai dengan
ibadahnya kepada mengenal (marifah) Allah Ta'ala. Apabila ma'rifah itu telah
berhasil, maka ia, telah sampai kepada maksud. Dan sesudah sampai itu, ia tidak
memerlukan lagi kepada wasilah (jalan) dan
helah (daya upaya). Lalu mereka
meninggalkan usaha dan ibadah. Mereka mendakwakan, bahwa tempatnya telah
meninggi pada mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak usah lagi melaksanakan
tugas‑tugas agama (at‑takaaliif). Dan tugas‑tugas agama itu sesungguhnya
ditugaskan kepada orang‑orang awam. Dibalik ini terdapat lagi aliran‑aliran
batil/salah dan kesesatan‑kesesatan besar, yang panjang hinggaannya, kepada
jumlah yang sampai 70 partai lebih. Dan yang terlepas daripadanya, hanyalah
suatu partai saja. Yaitu: yang menjalani
apa yang diperbuat Rasulu'llah saw dan shahabat‑shahabatnya. Yaitu: ia tidak meninggalkan dunia secara
keseluruhan. Dan ia tidak mencegah semua nafsu‑syahwat secara keseluruhan. Adapun
dunia, maka diambilnya sekedar perbekalan. Adapun hawa‑nafsu, maka dicegahnya
apa yang keluar dari keta’atan kepada agama dan akal pikiran. la tidak
mengikuti setiap nafsu‑syahwat. Dan ia tidak meninggalkan setiap nafsu‑syahwat.
Akan tetapi diikutinya keadilan. Tidak
ditinggalkannya setiap sesuatu dan tidak
dicarinya setiap sesuatu dari dunia. Akan tetapi ia tahu maksud tiap‑tiap
apa yang dijadikan dari dunia. Dan dijaganya diatas batas maksudnya. Lalu ia
mengambil dari makanan, apa yang menguatkan badan kepada ibadah. Dan dari
tempat tinggal, apa yang menjaganya dari pencuri panas dan dingin. Dan dari
pakaian begitu juga. Sehingga apabila hatinya telah kosong dari kesibukan
badan, niscaya ia menghadapkan diri kepada Allah Ta’ala dengan cita‑cita yang
sebenarnya. la menyibukkan diri dengan dzikir
dan fikir sepanjang umur. Ia
tetap memperhatikan siasat nafsu‑syahwat dan mengintipnya. Sehingga tidak
melampaui batas‑batas wara' dan taqwa. Uraian yang demikian tiada akan
diketahui selain dengan mengikuti partai yang terlepas dari kesesatan. Dan
mereka, ialah: para shahabat. Sesungguhnya
Nabi saw tatkala bersabda: “Yang terlepas
dari padanya, hanyalah 1 partai”. Lalu mereka bertanya: "Wahai
Rasulu'llah! Siapakah mereka?" Nabi saw menjawab: “Ahlulsunnah wal jama’ah”.
Lalu ditanyakan: "Siapakah Ahlu' sunnah wal‑jamaah itu?" Nabi saw
menjawab: “Apa yang aku padanya dan
shahabat‑shahabatku”. Adalah para shahabat itu di atas jalan di tengah‑tengah
dan di atas jalan yang terang, yang
telah kami uraikan dahulu. Sesungguhnya mereka tidaklah mengambil dunia untuk
dunia, tetapi untuk agama. Mereka tidak menjadikan dirinya rahib (orang bertapa) dan meninggalkan
dunia (berhijrah dari dunia) secara keseluruhan. Mereka dalam segala urusan tidak terlalu kurang (tafrith) dan tidak melampaui batas (ifrath). Tetapi,
adalah pekerjaan mereka diantara yang demikian, yaitu: sedang. Dari yang demikian itu, ialah: adil dan di tengah‑tengah di antara dua tepi. Dan
itu, keadaan yang lebih disukai oleh Allah Ta’ala, sebagaimana telah disebutkan
dahulu pada beberapa tempat. Wa'llahu A’lam
‑Allah Yang Maha Tahu- Telah tammat (sempurna) Kitab fercelanya dunia. Segala pujian bagi Allah, pada permulaan
dan pada penghabisan. Kiranya Allah mencurahkan rahmat dan sejabtera kepada
Penghulu kita Muhammad, kepada keluarga dan shababat‑shahabatnya.