Kamis, 13 Februari 2014

40. KITAB MENGINGATI MATI DAN YANG SESUDAHNYA

 KITAB MENGINGATI MATI DAN YANG SESUDAHNYA.
Yaitu: Kitab Ke-10 dari Rubu’ Yang Melepaskan. Dan dengan ini tammatlah Kitab Ihya’ Ulumiddin.
Segala pujian bagi Allah yang mematahkan dengan mati, akan leher orang-orang yang perkasa. Ia menghancurkan dengan mati itu tulang punggung kisra-kisra (raja). Dan Ia mematahkan dengan mati itu angan-angan para kaisar. Yang senantiasalah hati mereka itu lari daripada mengingati mati. Sehingga datanglah kepada mereka, janji yang benar (mati). Maka dijatuhkannya mereka dalam kuburan. Lalu mereka berpindah dari istana ke kuburan, dari terangnya ayunan ke gelapnya liang lahad. Dari bermain-main dengan budak-budak wanita dan pelayan-pelayan, kepada penderitaan dengan binatang-binatang kecil dan ulat-ulat. Daripada bernikmat-nikmatan dengan makanan dan minuman, kepada berkubang dalam lumpur tanah. Dari kejinakan berkumpul, kepada keliaran hati sendirian. Dan dari tempat tidur yang empuk, kepada tempat membanting yang mendatangkan bencana. Maka perhatikanlah, adakah mereka memperoleh dari mati itu benteng dan kemuliaan ? Mereka membuat dari tidaknya mati itu dinding dan penjagaan ? dan perhatikanlah, adakah engkau melihat agak seorang diantara mereka atau adakah engkau mendengar rintihannya (keluhannya) ? maka Maha Sucilah Tuhan, yang Dia sendirian dengan keperkasaan dan kekuasaan. Ia yang khusus dengan berhak kekekalan. Ia menghinakan segala jenis makhluk, dengan yang dituliskanNya atas mereka, akan kelenyapan.
Kemudian, Ia menjadikan mati, jalan kelepasan bagi orang-orang yang taqwa dan janji bagi mereka untuk bertemu (dengan Tuhan). Ia menjadikan kuburan itu penjara bagi orang yang durhaka dan tahanan yang sempit kepada mereka, sampai kepada hari perpisahan dan hukuman. Maka bagi Allah yang mencurahkan nikmat dengan nikmat-nikmat yang terang nyata. Dan bagiNya memberi balasan dengan bencana-bencana yang memaksakan. BagiNya syukur di langit dan di bumi. Dan bagiNya pujian di dunia dan di akhirat. Selawat kepada Muhammad yang mempunyai mu’jizat-mu’jizat yang tampak dan tanda-tanda yang terang-benderang. Dan datangkanlah ya Tuhan, selamat sejahtera yang banyak kepada keluarga dan para sahabatnya !
Adapun kemudian, maka patutlah bagi orang, yang mati itu tempat membantingnya, tanah itu tempat tidurnya, ulat itu temannya, malaikat Munkar dan Nakir itu teman duduknya, kuburan itu tempat ketetapannya, kiamat itu tempat kembalinya dan sorga atau neraka tempat kedatangannya, bahwa tidak ada baginya pikiran, selain tentang mati. Tiada ingatan, selain bagi mati. Tiada persediaan, selain karena mati. Tiada pendakian, selain atas mati. Tiada yang dipentingkan, selain dengan mati. Tiada daya, selain keliling mati. Dan tiada penungguan dan penahanan diri, selain bagi mati. Dan sebenarnyalah, bahwa ia menghitungkan dirinya dari orang-orang yang mati dan melihatkan dirinya dalam orang-orang yang di dalam kuburan. Maka sesungguhnya, setiap apa yang akan datang itu dekat. Dan yang jauh, ialah yang tidak akan datang.
Dan Nabi saw bersabda: “Orang yang pintar, ialah orang yang mengagamakan dirinya dan beramal untuk sesudah mati”. Dan tidak mudahlah penyediaan bagi sesuatu, selain ketika membaru ingatannya pada hati. Dan tidaklah membaru ingatannya itu, selain ketika mengingati dengan mendengar kepada yang memperingatinya dan memperhatikan pada yang memberitahukan kepadanya. Kami akan menyebutkan dari urusan mati; pendahuluan-pendahuluannya, hal-hal yang menghubunginya, hal-ihwal akhirat, kiamat, surga dan neraka, akan apa yang tidak boleh tidak bagi hamba, daripada mengingati nya dengan berulang-ulang dan berketerusan dengan berfikir dan melihatnya dengan mata hati. Supaya adalah yang demikian itu membangkitkan kepada persediaan. Maka sesungguhnya telah mendekatilah keberangkatan, untuk yang kemudian mati. Dan tiada tinggal dari umur, kecuali sedikit. Dan manusia itu lalai daripadanya.
Allah Ta’ala berfirman: “Telah hampir datang kepada manusia perhitungan mereka, sedangkan mereka masih dalam kelalaian dan tiada memperduli kannya”. S 21 Al Anbiyaa’ ayat 1. Kami akan menyebutkan yang menyangkut dengan mati pada dua bagian:
BAGIAN PERTAMA: tentang pandahuluan-pendahuluannya dan yang mengikutinya, sampai kepada tiupan sangkakala. Dan padanya 8 bab:
Bab 1: tentang kelebihan mengingati mati dan penggemaran padanya.
Bab 2: tentang mengingati panjang angan-angan dan pendeknya.
Bab 3: tentang sakratul-maut dan kesudahannya. Dan apa yang disunatkan dari hal-ihwal ketika.
Bab 4: tentang wafatnya Rasulullah saw dan khulafa’-rasyidin sesudahnya.
Bab 5: tentang ucapan orang-orang yang akan mati, dari khalifah-khalifah, amir-amir dan orang-orang shalih.
Bab 6: tentang kata-kata orang ‘arifin (yang berilmu ma’rifah) kepada jenazah-jenazah, kuburan-kuburan dan hukum menziarahi kuburan.
Bab 7: tentang hakikat/makna mati dan yang ditemui oleh orang mati dalam kuburan, sampai kepada tiupan sangkakala.
Bab 8: tentang yang diketahui, dari hal-ihwal orang mati, dengan terbuka-singkap minta untuk mengetahuinya saja dalam tidur.
BAB 1: Tentang mengingati mati dan penggemaran pada membanyakkan dari mengingatinya.
Ketahuilah kiranya, bahwa orang yang bersungguh-sungguh pada dunia, yang bertekun atas tipuannya, yang mencintai nafsu keinginannya itu, hatinya –sudah pasti –lalai dari mengingati mati. Maka tidak diingatinya. Dan apabila ia diperingatkan, niscaya ia benci dan lari daripadanya. Mereka itu orang-orang yang difirmankan oleh Allah tentang mereka, dengan firmanNya: “Katakanlah, bahwa kematian yang kamu melarikan diri daripadanya, sesungguhnya akan menemui kamu, kemudian itu kamu dibawa kembali kepada (Tuhan) Yang Tahu hal yang tersembunyi dan yang terang, lalu diberitakanNya kepada kamu yang telah kamu kerjakan”. S 62 Al Jumu’ah ayat 8. Kemudian, manusia itu adakalanya bersungguh-sungguh pada dunia. Adakalanya orang yang bertaubat yang berpermulaan. Dan adakalanya orang yang berma’rifah yang berkesudahan.
Adapun orang yang bersungguh-sungguh pada dunia, maka ia tidak mengingati mati. Dan kalau diingatinya, maka diingatinya itu karena kekesalan atas dunianya. Dan ia berbuat dengan mencelainya. Dan ini menambahkannya kejauhan dari Allah untuk mengingati mati. Adapun orang yang bertaubat, maka dia itu membanyakkan mengingati mati, supaya membangkit dari hatinya takut dan gemetar. Maka ia sempurna dengan kesempurnaan taubat. Kadang-kadang ia tidak suka kepada mati, karena takut bahwa ia dicegat oleh kematian sebelum sempurnanya taubat dan sebelum baiknya perbekalan. Dan orang tersebut itu dimaafkan tentang bencinya kepada mati. Dan tidak masuk ini di bawah sabdanya Nabi saw: “Barangsiapa tiada menyukai menemui Allah, niscaya Allah tidak menyukai menemuinya”. Maka ini sesungguhnya tidaklah benci kepada mati dan menemui Allah. Sesungguhnya ia takut luput menemui Allah, karena kesingkatan dan keteledorannya. Dan orang itu adalah seperti orang yang terlambat dari menemui kekasih, karena kesibukan dengan persiapan untuk menemuinya, atas cara yang disenanginya. Maka tidaklah dia itu terhitung orang yang tidak suka menemuinya. Tandanya ini, ialah bahwa ada ia terus-menerus mengadakan persediaan untuknya. Tiada kesibukan baginya yang lain. Jikalau tidak, niscaya ia dihubungkan dengan orang yang bersungguh-sungguh mencintai dunia.
Adapun orang yang berilmu ma’rifah, maka dia itu selalu mengingati mati. Karena itu adalah waktu janjinya untuk menemui Kekasihnya. Dan orang yang bercinta itu tiada sekali-kali akan lupa kepada janji bertemu dengan kecintaannya. Dan ini –menurut kebiasaan –melambatkan datangnya mati. Dan ia menyukai datang kepadanya, supaya ia terlepas dari negeri orang-orang maksiat. Dan ia berpindah ke sisi Tuhan semesta alam. Sebagaimana diriwayatkan dari Hudzaifah, bahwa tatkala ia hampir wafat, maka ia mengucapkan: “Kecintaan yang datang di atas kemiskinan. Tiada yang lebih memenangkan, dari penyesalan. Ya Allah Tuhanku ! jikalau Engkau mengetahui bahwa kemiskinan lebih aku sukai dari kekayaan, sakit lebih aku sukai dari sehat dan mati lebih aku sukai dari hidup, maka mudahkanlah mati kepadaku. Sehingga aku menemuiMu”. Jadi, orang yang bertaubat itu dimaafkan pada menyukai mati dan bercita-citakan mati. Dan yang lebih tinggi daripada keduanya itu, ialah orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah Ta’ala. Maka jadilah dia tidak memilih bagi dirinya, mati dan hidup. Akan tetapi, yang paling disukainya, ialah yang paling disukai oleh Tuhannya. Maka ini sesungguhnya telah berkesudahan dengan bersangatan cinta dan setia kepada derajat menyerahkan dan ridha. Dan itulah kesudahan dan penghabisan. Diatas setiap hal keadaan, maka pada mengingati mati itu pahala dan kelebihan. Maka orang yang bersungguh-sungguh pada mencintai dunia juga, dapat mengambil faedah dengan mengingati mati, akan kerenggangan dari dunia. Karena keruhlah kepadanya kenikmatannya dan kotorlah kepadanya kemurnian lezatnya. Dan setiap yang mengeruhkan kelezatan dan nafsu keinginan kepada manusia, maka itu termasuk sebab kelepasan.
PENJELASAN: kelebihan mengingati mati, bagaimanapun adanya.
Rasulullah saw bersabda: “Perbanyakkanlah dari mengingati yang memecahkan kelezatan”. Maknanya, ialah: sempitkanlah dengan mengingatinya itu, akan kelezatan-kelezatan, sehingga terputuslah kecenderungan kamu kepadanya. Maka kamu menghadap kepada Allah Ta’ala. Nabi saw bersabda: “Jikalau binatang ternak itu tahu dari hal mati, akan apa yang diketahui oleh anak Adam (manusia), niscaya tidak kamu makan yang gemuk daripadanya”.
‘Aisyah bertanya: “Hai Rasulullah ! adakah dikumpulkan pada hari kiamat seseorang bersama orang-orang syahid ?”. Nabi saw menjawab: “Ya, orang yang mengingati mati pada sehari semalam 20 kali”. Bahwa sebabnya keutamaan ini seluruhnya, ialah: bahwa mengingati mati itu mengharuskan kerenggangan hati dari negeri yang penuh ketertipuan. Dan menghendaki persediaan bagi akhirat. Dan kelalaian dari mati itu mengajak kepada kesungguhan dalam nafsu syahwat duniawi. Nabi saw bersabda: “Barang yang berharga bagi orang mu’min itu mati”. Sesungguhnya Nabi saw mengatakan ini, karena dunia itu penjara bagi orang mu’min. Karena senantiasalah orang mu’min dalam dunia itu dalam kepayahan dari penderitaan dirinya, latihan nafsu syahwatnya dan menolak kesetanannya. Maka mati itu melepaskan baginya dari azab ini. Dan kelepasan itu adalah barang yang berharga baginya. Nabi saw bersabda: “Mati itu adalah kafarat (yang menutupkan dosa) bagi setiap orang muslimin”.
Nabi saw menghendaki dengan muslim ini adalah yang sebenarnya dan orang mu’min itu yang benar, yang sejahteralah orang-orang Islam dari lidahnya dan tangannya. Dan ia menerapkan padanya akan budi pekerti orang-orang mu’min. Dan ia tidak berbuat kekotoran dari perbuatan-perbuatan maksiat, selain dengan dosa-dosa ringan & yang kecil-kecil. Maka mati itu melahirkannya & menutupkannya sesudah dijauhkannya dosa-dosa besar & ditegakkannya segala ibadah fardhu
‘Atha’ Al-Khurasani berkata: “Rasulullah saw lalu di suatu majelis, yang telah meninggi padanya tertawa. Lalu beliau bersabda: “Campurkanlah majelismu dengan mengingati yang mengeruhkan kelezatan-kelezatan !”. Mereka lalu bertanya: “Apakah yang mengeruhkan kelezatan-kelezatan itu ?”. Nabi saw menjawab: “Mati”. Anas ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Perbanyaklah mengingati mati ! sesungguhnya mengingati mati itu menghilangkan dosa dan mendatangkan zuhud di dunia”. Nabi saw bersabda: “Memadailah dengan mati itu yang menceraikan”. Nabi saw bersabda: “Memadailah dengan mati itu yang memberi pengajaran”. Rasulullah saw keluar ke masjid. Maka tiba-tiba berjumpa dengan suatu kaum yang berbincang-bincang dan tertawa. Lalu Nabi saw bersabda: “Ingatlah kepada mati ! apakah tidak –demi Tuhan, yang nyawaku di TanganNya, jikalau kamu tahu apa yang aku tahu, niscaya kamu tertawa sedikit dan kamu menangis banyak”. Disebutkan pada Rasulullah saw seorang laki-laki, lalu mereka membaguskan pujian kepadanya. Lalu Nabi saw bertanya: “Bagaimana ingatan temanmu itu kepada mati ?”. Mereka itu menjawab: “Hampir kami tidak pernah mendengar, bahwa ia mengingati mati”. Nabi saw lalu menjawab: “Sesungguhnya temanmu itu tidaklah di situ”.
Ibnu Umar ra berkata: “Aku datang kepada Nabi saw yang ke-10 dari 10 kali. Lalu seorang laki-laki dari orang Anshar (penduduk asli Madinah yang membantu perjuangan Islam) bertanya: “Siapakah manusia yang terpintar dan termulia, wahai Rasulullah ?”. Maka Nabi saw menjawab: “Yang terbanyak mereka mengingati mati dan yang lebih keras mereka mengadakan persediaan baginya. Mereka itu ialah orang-orang yang pintar, yang pergi dengan kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat”.
Adapun atsar, maka Al-Hasan Al-Bashari ra berkata: “Mati itu membuka kekurangan dunia. Maka ia tidak meninggalkan bagi orang yang berakal akan kegembiraan”. Ar-Rabi’ bin Khaitsam Al-Kufi berkata: “Tiadalah yang ghaib (yang tidak ada) yang ditunggu oleh orang yang beriman, yang lebih baik baginya, daripada mati”. Ar-Rabi’ berkata: “Janganlah engkau memberitahukan kepada seseorang tentang aku ! dan kirimlah aku kepada Tuhanku sebagai suatu kiriman !”. Sebahagian hukama’ menulis surat kepada seorang laki-laki dari temannya: “Hai saudaraku ! takutilah mati pada negeri ini, sebelum engkau jadi ke negeri, yang engkau bercita-cita mati padanya ! maka engkau tiada akan memperolehnya”.
Adalah Ibnu Sirin apabila disebutkan mati padanya, niscaya matilah setiap anggota daripadanya. Adalah Umar bin Abdul-‘aziz mengumpulkan para ulama fikih pada setiap malam. Lalu mereka memperbincangkan tentang mati, kiamat dan akhirat. Kemudian, mereka itu menangis. Sehingga seakan-akan ada jenazah di hadapan mereka itu. Ibrahim At-Taimi berkata: “2 perkara yang memutuskan kesenangan duniawi daripadaku, yaitu: mengingati mati dan berdiri di hadapan Allah ‘Azza Wa Jalla”.
Ka’ab Al-Ahbar berkata: “Siapa yang mengenal mati, niscaya mudahlah kepadanya musibah dunia dan kesusahannya”. Mathraf berkata: “Aku bermimpi pada yang dimimpikan oleh orang tidur, seakan-akan ada orang yang berkata di tengah-tengah masjid Basrah: “Telah dipotong oleh mengingati mati akan hati orang-orang yang takut. Maka demi Allah ! tiada engkau melihat mereka, melainkan orang-orang yang bimbang”.
Asy’ats berkata: “Kami masuk ke tempat Al-Hasan Al-Bashari. Maka sesungguhnya dia itu urusan neraka, urusan akhirat dan mengingati mati”. Shafiyyah ra berkata: “Bahwa seorang wanita mengadu kepada ‘Aisyah akan kekesatan hatinya. Maka ‘Aisyah menjawab: “Perbanyakkanlah mengingati mati, yang akan menghaluskan hati engkau !”. Wanita tadi lalu berbuat demikian. Maka haluslah hatinya. Maka dia datang mengucapkan terima kasih kepada ‘Aisyah.
Adalah Isa as apabila disebutkan mati padanya, niscaya meneteslah kulitnya dengan darah. Adalah Daud as apabila ia menyebutkan mati dan kiamat, maka ia menangis sehingga tercabutlah anggota-anggota badannya. Apabila ia menyebutkan rahmat, niscaya kembalilah dirinya kepadanya.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Tiada sekali-kali aku melihat orang yang berakal, melainkan aku mendapatinya takut kepada mati dan gundah hatinya atas mati”. Umar bin Abdul-‘aziz berkata kepada sebahagian ulama: “Berikanlah aku pengajaran !”. Ulama itu lalu menjawab: “Bukanlah engkau itu khalifah pertama yang mati”. Umar bin Abdul-‘aziz menyambung: “Tambahkanlah bagiku !”. Ulama tadi menjawab: “Tidaklah dari bapak-bapakmu seseorang sampai kepada Adam, melainkan ia merasakan mati. Dan sesungguhnya akan datang giliran engkau”. Maka menangislah Umar karena yang demikian.
Adalah Ar-Rabi’ bin Khaitsam telah menggali kuburan dalam rumahnya. Ia tidur dalam kuburan itu setiap hari beberapa kali, yang berkekalan ia dengan yang demikian itu mengingati mati. Ia mengatakan: “Jikalau mengingati mati itu berpisah dari hatiku sesaat, niscaya dia itu rusak”. Mathraf bin Abdullah bin Asy-Syukhair berkata: “Bahwa mati ini menyempitkan atas orang yang memperoleh nikmat akan nikmatnya. Maka carilah nikmat yang tak ada mati padanya !”.
Umar bin Abdul-‘aziz berkata kepada Anbasah bin Sa’id bin Al-‘Ash: “Perbanyakkanlah mengingati mati ! maka jikalau engkau itu luas kehidupan, niscaya disempitkannya atasmu. Dan jikalau engkau sempit kehidupan, niscaya diluaskannya kepadamu”. Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: “Aku bertanya kepada Ummu Harun: “Adakah engkau menyukai mati ?”. Ummu Harun menjawab: “Tidak !”. Lalu aku bertanya: “Mengapa ?”. Ia menjawab: “Jikalau aku berbuat salah kepada seorang anak Adam, niscaya aku tiada ingin menemuinya. Maka bagaimana aku ingin menemui Allah dan aku telah berbuat maksiat kepadaNya ?”.
PENJELASAN: jalan pada mentahkikan mengingati mati dalam hati.
Ketahuilah, bahwa mati itu menakutkan. Bahayanya besar. Lalainya manusia daripadanya, karena sedikitnya pikiran mereka padanya dan ingatan mereka kepadanya. Dan siapa yang mengingati mati, niscaya tidaklah diingatinya itu dengan hati yang kosong dari yang lain. Akan tetapi, dengan hati yang sibuk dengan nafsu keinginan duniawi. Maka tidaklah berguna ingatan mati itu dalam hatinya. Maka jalan padanya itu, ialah: bahwa hamba itu mengosongkan hatinya dari setiap sesuatu, selain dari mengingati mati yang ada di hadapannya. Seperti orang yang bermaksud akan bermusafir ke padang sahara yang berbahaya. Atau menyeberangi lautan. Maka ia tidak bertafakkur, selain padanya. Maka apabila ingatan kepada mati menyentuh hatinya, niscaya mendekatilah bahwa akan berkesan padanya. Dan ketika itu, sedikitlah kegembiraannya dan kesukaannya kepada dunia. Dan hancurlah hatinya. Jalan yang lebih berguna padanya, ialah: bahwa membanyakkan mengingati orang-orang yang seperti dia dan teman-temannya yang telah berlalu sebelumnya. Maka ia mengingati kematian dan terpelantingnya mereka di bawah tanah. Ia mengingati bentuk mereka pada jabatan dan hal keadaan mereka. Dan ia memperhatikan, bagaimana tanah itu sekarang menghapuskan kebagusan rupa mereka. Bagaimana hancur-luluhnya bahagian-bahagian tubuh mereka dalam kuburan mereka. Bagaimana mereka menjandakan isteri mereka, meyatimkan anak-anak mereka dan menyia-nyiakan harta mereka. Sepilah dari mereka masjid-masjid mereka, majelis-majelis mereka. Dan terputuslah bekas-bekas mereka. Maka manakala teringatlah seorang laki-laki akan laki-laki yang lain dan ia uraikan secara terperinci dalam hatinya, akan keadaan orang itu dan cara matinya dan ia ragukan bentuknya, ia teringat akan kerajinan dan pulang-perginya orang itu, perhatiannya kepada kehidupan dan kekalnya, lupanya kepada mati, tertipunya dengan datangnya sebab-sebab, cenderungnya kepada kekuatan dan kemudaan, kecenderungan nya kepada tertawa dan main-main, lalainya dari yang di hadapannya, dari mati yang segera dan kebinasaan yang cepat. Bahwa bagaimana ia ragu-ragu dan sekarang telah hancur kedua kakinya dan sendi-sendinya. Bahwa bagaimana ia bertutur kata dan ulat telah memakan lidahnya. Bagaimana ia tertawa dan tanah telah memakan gigi-giginya. Dan bagaimana ia mengatur bagi dirinya akan apa yang tidak diperlukannya kepada masa 10 tahun, pada waktu, yang tidak ada diantaranya dan waktu itu, selain sebulan. Dan dia itu lalai, dari yang dimaksudkan dengan waktu tersebut. Sehingga datanglah mati pada waktu yang tidak disangkakannya. Maka tersingkaplah baginya rupa malaikat dan diketuk pendengarannya oleh panggilan. Adakalanya ke sorga dan ke neraka. Maka ketika itu, ia memandang pada dirinya, bahwa dia seperti mereka. Dan lalainya seperti lalainya mereka. Dan akan ada akibatnya seperti akibat mereka.
Abud-Darda’ ra berkata: “Apabila engkau menyebutkan orang-orang mati, maka hitungkanlah diri engkau seperti salah seorang dari mereka !”. Ibnu Mas’ud ra berkata: “Orang yang berbahagia itu, ialah orang yang mengambil pengajaran dengan orang lain”. Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Adakah tidak engkau melihat, bahwa engkau mempersiapkan setiap hari orang yang pergi, pagi atau sore kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, yang engkau meletakkannya dalam lobang dari bumi ? ia telah berbantal tanah, meninggalkan kekasih-kekasih dan memutuskan sebab-sebab ?”. Maka terus selalu dengan fikiran-fikiran ini dan yang seumpama dengan dia, serta masuk kuburan dan menyaksikan orang-orang sakit, adalah yang membarukan ingatan kepada mati dalam hati, sehingga mengerasi padanya, dimana menjadi di depan kedua matanya. Maka ketika itu, hampirlah bahwa ia menyiapkan diri baginya dan merenggangkan diri dari negeri yang penuh tipuan (dunia). Dan jikalau tidak, maka ingatan dengan hati zahiriyah dan manisnya lidah, adalah sedikit faedahnya, pada penjagaan dan peringatan bagi diri. Dan manakala telah baik hatinya dengan sesuatu dari dunia, maka seyogyalah bahwa ia mengingati dalam seketika, bahwa ia –tak boleh tidak –daripada berpisah dengan dia.
Ibnu Muthi’ pada suatu hari memandang kepada rumahnya. Lalu menakjubkannya oleh kebagusannya. Kemudian, ia menangis dan berkata: “Demi Allah ! jikalau tidaklah mati, sesungguhnya adalah aku gembira dengan engkau. Dan jikalau tidaklah yang kita akan menjadi kepadanya dari kesempitan kubur, niscaya tetaplah mata kita di dunia”. Kemudian, ia menangis dengan tangisan yang keras, sehingga meninggilah suaranya.
BAB KEDUA: tentang panjang angan-angan, keutamaan pendek angan-angan, sebab panjangnya dan cara mengobatinya.
KEUTAMAAN PENDEK ANGAN-ANGAN.
Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah bin Umar: “Apabila engkau berpagi hari, maka janganlah engkau berbicara dengan diri engkau akan sore. Dan apabila engkau bersore hari, maka janganlah engkau berbicara dengan diri engkau akan pagi. Ambillah dari hidup engkau bagi mati engkau dan dari sehat engkau bagi sakit engkau ! sesungguhnya engkau, hai Abdullah tidak mengetahui, apa nama engkau besok”.
Ali ra meriwayatkan, bahwa Nabi saw bersabda: “Bahwa yang sangat aku takutkan kepadamu, ialah 2 perkara: mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu, maka itu mencegah dari kebenaran. Dan adapun panjang angan-angan, maka itu kecintaan kepada dunia”. Kemudian, Nabi saw menyambung: “Ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dikasihiNya dan yang dimarahiNya. Dan apabila Allah mengasihi seorang hamba, niscaya diberiNya iman. Ketahuilah, bahwa agama itu mempunyai putera dan dunia itu mempunyai putera. Maka adalah kamu itu dari putera agama dan jangan adalah kamu dari putera dunia ! ketahuilah, bahwa dunia itu telah berangkat dengan memalingkan muka ! ketahuilah, bahwa akhirat itu telah berangkat dengan menghadapkan muka. Ketahuilah, bahwa kamu pada hari amal, tiadalah padanya perhitungan. Ketahuilah, bahwa kamu hampirlah pada hari perhitungan (yaumul-hisab), yang tidak ada padanya amal”.
Ummul-Mundzir berkata: “Pada suatu sore Rasulullah saw melihat kepada manusia banyak, seraya bersabda: “Hai manusia ! adakah tidak kamu malu kepada Allah?”. Mereka lalu bertanya: “Apakah itu, wahai Rasulullah ? Nabi saw menjawab: “Kamu kumpulkan apa yang tidak kamu makan. Kamu berangan-angan apa yang tidak kamu capai. Dan kamu membangun apa yang tidak kamu tempati”.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Usamah bin Zaid membeli dari Zaid bin Tsabit seorang budak wanita dengan harga 100 dinar hingga sebulan. Maka aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Adakah tidak kamu heran dari Usamah yang membeli hingga sebulan. Bahwa Usamah itu panjang angan-angan. Demi Tuhan yang diriku di TanganNya ! tiada mengediplah dua mataku, melainkan aku menyangka, bahwa dua pelupuk mataku tiada bertemu, sehingga Allah mengambil nyawaku. Dan tiada aku mengangkatkan mataku, lalu aku menyangka bahwa aku meletakkannya, sehingga nyawaku diambil. Dan tiada aku menyuap suatu suap makanan, melainkan aku menyangka bahwa aku tidak menelannya, sehingga aku tercekek dengan dia dari kematian”. Kemudian, Rasulullah saw menyambung: “Hai anak Adam ! jikalau kamu berakal, maka hitungkanlah dirimu dari orang yang mati. Demi Tuhan yang diriku di Tangan Nya, bahwa yang dijanjikan kepada kamu itu akan datang. Dan tidaklah kamu itu dapat menolaknya”.
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw itu keluar ke kakus membuang air. Lalu ia bertayammum dengan tanah. Maka aku mengatakan kepada nya: “Hai Rasulullah ! Bahwa air itu dekat dari engkau”. Maka beliau menjawab: “Aku tidak tahu, mungkin aku tidak sampai kepadanya”. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw mengambil 3 potong ranting kayu. Maka dicucuknya sepotong di depannya. Dan yang lain di sampingnya. Adapun yang ketiga maka dijauhkannya. Lalu beliau bersabda: “Adakah engkau tahu, apakah ini ?”. Mereka menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu”. Nabi saw lalu bersabda: “Manusia ini, ajal ini dan angan-angan itu, yang dikerjakan oleh anak Adam dan digerakkan oleh ajal, tidak oleh angan-angan”. Nabi saw bersabda: “Seumpama anak Adam dan pada sampingnya 99 cita-cita. Jikalau ia disalahkan oleh cita-cita, niscaya ia jatuh dalam ketuaan”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Manusia ini dan cita-cita yang membinasakan di kelilingnya adalah jalan-jalan kepadanya. Dan ketuaan itu di belakang cita-cita yang membinasakan. Angan-angan itu di belakang ketuaan. Maka ia berangan-angan. Dan cita-cita yang membinasakan ini adalah jalan-jalan kepadanya. Maka manakah dari cita-cita yang membinasakan yang melaluinya, niscaya diambilnya. Maka kalau ia disalahkan oleh cita-cita yang membinasakan itu, niscaya ia dibunuh oleh ketuaan. Dan ia menunggu angan-angan”.
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Rasulullah saw menggariskan bagi kami suatu garis 4 persegi. Ia menggariskan di tengah-tengahnya suatu garis. Ia menggariskan beberapa garis ke samping garis. Dan ia menggariskan suatu garis yang di luar. Beliau bersabda: “Tahukah kamu, apakah ini ?”. Kami menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu”. Beliau bersabda: “Ini manusia !”, bagi garis yang berada di tengah. “Ini ajal yang mengelilinginya dan ini sifat-sifat”, bagi garis-garis yang sekelilingnya, yang menggigitkannya. Kalau ia disalahkan oleh ini, niscaya ia digigitkan oleh ini. “Dan itu angan-angan”, yakni: garis yang diluar.
Anas berkata: “Rasululah saw bersabda: “Tualah anak Adam itu dan tinggallah bersamanya dua: loba dan angan-angan”. Pada suatu riwayat: “dan mudalah bersamanya dua: loba kepada harta dan loba kepada umur”. Rasulullah saw bersabda: “Terlepaslah permulaan umat ini dengan yakin dan zuhud. Dan binasalah penghabisan umat ini dengan kikir dan angan-angan”.
Dikatakan, bahwa sewaktu Isa as sedang duduk dan seorang tua bekerja dengan sapu menyapu lantai. Lalu Isa as berkata: “Ya Allah, ya Tuhan ! cabutkanlah daripadanya angan-angan !”.Lalu orang tua itu meletakkan sapu dan berbaring. Maka ia berhenti sesaat. Lalu Isa as berkata: “Ya Allah, ya Tuhan! kembalikanlah kepadanya angan-angan !”. Orang tua itu lalu bangun berdiri dan bekerja kembali. Maka Isa as menanyakannya dari yang demikian. Lalu ia menjawab: “Di mana aku sedang bekerja, tiba-tiba diriku mengatakan kepadaku: “Hingga kapan engkau bekerja dan engkau itu seorang tua yang telah lanjut usia ?”. Lalu aku letakkan sapu itu dan aku berbaring. Kemudian, diriku berkata kepadaku: “Demi Allah ! tak boleh tidak bagi engkau dari kehidupan, selama engkau masih ada”. Lalu aku bangun berdiri kepada sapuku”. (tanggapan aku bahwa kita harus bekerja tapi jika azan memanggil maka sholatlah dahulu selesai sholat boleh bekerja lagi, istrirahatlah sejenak untuk sholat & menghadap Tuhanmu. Jangan dahulukan pekerjaan mu tapi dahulukan panggilan sholat. pent)
                 Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Adakah setiap kamu menyukai masuk sorga ?” Mereka itu menjawab: “Ya, wahai Rasulullah!” Nabi saw lalu meneruskan: “Pendekkanlah angan-anganmu ! tetapkanlah ajalmu di hadapan matamu ! dan malulah kepada Allah dengan malu yang sebenarnya !”. Adalah Nabi saw mengucapkan dalam doanya: “Ya Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari dunia yang melarang kebajikan akhirat. Aku berlindung dengan Engkau dari hidup yang melarang kebajikan mati. Dan aku berlindung dengan Engkau dari angan-angan yang melarang kebajikan amal”.
Menurut atsar, maka diantara lain, kata Mathraf bin Abdullah: “Jikalau aku tahu kapan ajalku datang, niscaya aku takut atas hilangnya akalku. Akan tetapi, Allah Ta’ala menganugerahkan nikmat kepada hamba-hambaNya, dengan kelalaian daripada mati. Dan jikalau tidaklah lalai, niscaya mereka tidak merasa senang dengan kehidupan. Dan tidaklah berdiri pasar-pasar diantara mereka”.             
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Lupa dan angan-angan itu dua nikmat yang besar kepada anak Adam. Jikalau tidak adalah keduanya itu, niscaya tidaklah kaum muslimin berjalan di jalan-jalan”.
Ats-Tsuri berkata: “Sampai kepadaku berita, bahwa insan itu makhluk yang dungu. Jikalau tidaklah demikian, niscaya tidak tenanglah kehidupan nya”. Abu Sa’id bin Abdurrahman berkata: “Sesungguhnya diramaikan dunia dengan sedikitnya akal penghuninya”. Salman Al-Farisi ra berkata: “3 perkara yang mengherankan aku, sehingga menertawakan aku, yaitu: yang berangan-angan dunia dan mati mencarinya, orang yang lalai dan tidak dilalaikan daripada nya dan orang yang ketawa, yang penuh mulutnya dan ia tidak tahu, adakah Tuhan semesta alam marah kepadanya atau ridha ? dan 3 perkara yang menggundahkan aku, sehingga membawa aku menangis, yaitu: bercerai kekasih dengan Muhammad dan golongannya, huru-hara tempat naik dan berdiri di hadapan Allah Ta’ala. Dan aku tidak tahu, ke sorgakah aku disuruh atau ke neraka”.
Sebahagian mereka mengatakan: “Aku memimpikan Zararah bin Abi Aufa sesudah meninggalnya. Aku lalu bertanya: “Amalan manakah yang lebih menyampaikan kepadamu ?”. Zararah bin Abi Aufa menjawab: “Tawakkal dan pendek angan-angan”. Ats-Tsuri berkata: “Zuhud di dunia itu pendek angan-angan. Dan tidaklah zuhud itu dengan memakan makanan yang kasar dan memakai baju kurung panjang”.
Al-Mufadl-dlal bin Fadla-lah bermohon pada Tuhannya, bahwa diangkatlah daripadanya angan-angan. Maka hilanglah daripadanya nafsu makan dan minum. Kemudian, ia berdoa pada Tuhannya, maka dikembalikan kepadanya angan-angan. Lalu ia kembali kepada makanan dan minuman. Ditanyakan kepada Al-Hasan Al-Bashari: “Hai Abu Sa’id ! adakah tidak engkau mencuci kemejamu ?”. Lalu ia menjawab: “Urusan itu (kematian) adalah lebih segera dari yang demikian”. Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Kematian itu diikatkan pada dahimu. Dan dunia itu dilipatkan di belakangmu”. Sebahagian mereka berkata: “Aku adalah seperti seorang laki-laki yang memanjangkan lehernya dan pedang di atasnya, yang menunggu kapan lehernya itu dipukulkan”.
Daud Ath-Tha-i berkata: “Jikalau aku berangan-angan bahwa aku hidup sebulan, sesungguhnya engkau melihat aku telah mendatangkan yg besar. Dan bagaimana aku berangan-angan demikian & aku melihat musibah-musibah yg datang secara tiba-tiba itu meliputi segala makhluk pada saat-saat malam dan siang”.
Diceritakan, bahwa Syaqiq Al-Balakhi datang kepada gurunya, yang dinamakan Abu Hasyim Ar-Rummani. Dan pada ujung pakaiannya ada sesuatu yang berbunyi. Lalu gurunya bertanya kepadanya: “Apa ini bersama engkau ?”. Syaqiq menjawab: “Buah delima yang diberikan kepadaku oleh saudaraku”. Dan Syaqiq itu lalu mengatakan lagi: “Aku ingin bahwa engkau berbuka puasa dengan buah delima ini”. Gurunya lalu menjawab: “Hai Syaqiq ! engkau berbicara dengan diri engkau, bahwa engkau akan terus hidup sampai malam. Aku tidak akan berkata-kata dengan engkau selama-lamanya”. Syaqiq meneruskan ceritanya: “Guruku itu lalu menutupkan pintu di depanku dan terus masuk”.
Umar bin Abdul-‘aziz mengatakan dalam pidatonya: “Bahwa bagi setiap perjalanan –sudah pasti- mempunyai perbekalan. Maka siapkanlah perbekalanmu bagi perjalananmu dari dunia ke akhirat dengan taqwa ! dan adalah kamu itu seperti orang yang melihat dengan mata sendiri, yang disediakan oleh Allah dari pahalaNya dan siksaNya, yang kamu gemari dan yang kamu takuti ! dan jangan panjanglah waktu kepadamu, lalu kesatlah hatimu. Dan kamu mengikuti bagi musuhmu. Maka sesungguhnya, demi Allah, tiada terbentanglah angan-angan orang yang tiada mengetahui, mungkin ia tidak akan berpagi hari, sesudah petangnya. Dan ia tidak akan berpetang hari sesudah paginya. Kadang-kadang adalah diantara yang demikian itu disambar kematian. Berapa banyak aku melihat dan kamu melihat orang, yang dia itu tertipu di dunia. Sesungguhnya tetaplah mata orang yang percaya dengan kelepasan dari azab Allah Ta’ala. Sesungguhnya bergembiralah orang yang merasa aman dari huru-hara hari kiamat.
Adapun orang yang tiada mengobatkan akan suatu luka, melainkan ia akan kena oleh luka dari bahagian yang lain. Maka bagaimana ia bergembira? aku berlindung dengan Allah, daripada aku menyuruhkan kamu, dengan apa, yang tiada aku larangkan diriku daripadanya. Maka merugilah perdaganganku dan lahirlah kekuranganku. Dan tampaklah kemiskinanku pada hari, yang tampak padanya kekayaan dan kemiskinan. Dan pertimbangan padanya ditegakkan. Sesungguhnya kamu telah bersungguh-sungguh dengan urusan, jikalau bersungguh-sungguhlah bintang dengan urusan itu, niscaya keruhlah dia. Dan jikalau bersungguh-sungguhlah dengan urusan itu gunung-gunung, niscaya hancurlah dia. Dan jikalau bersungguh-sungguhlah dengan urusan itu bumi, niscaya pecahlah dia. Apakah tidak kamu tahu, bahwa tidak ada diantara sorga dan neraka itu tingkat. Dan kamu sesungguhnya, jadi kepada salah satu daripada keduanya.
Seorang laki-laki menulis surat kepada saudaranya: “Adapun kemudian, maka sesungguhnya dunia itu mimpi ! dan akhirat itu bangun. Dan yang di tengah diantara keduanya itu mati. Dan kita pada igau-igauan tidur. Wassalam”. Seorang laki-laki yang lain menulis surat kepada saudaranya: “Bahwa kegundahan di dunia itu lama. Dan mati bagi insan itu dekat. Dan bagi kekurangan pada setiap hari dari insan itu menjadi nasibnya. Dan bagi percobaan pada tubuhnya itu menjalar. Maka bersegeralah sebelum engkau dipanggil dengan berangkat ! wassalam”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Adalah Adam as sebelum ia bersalah, angan-angannya itu dibelakang punggungnya. Dan ajalnya diantara dua mata nya. Maka tatkala ia telah tertimpa kesalahan, lalu ia putarkan. Dijadikannya angan-angannya diantara dua matanya. Dan ajalnya di belakang punggungnya”.
Abdullah bin Sumaith berkata: “Aku mendengar ayahku berkata: “Hai orang yang tertipu dengan lama sehatnya ! tidakkah engkau melihat sekali-kali orang mati, dengan tidak sakit ? hai orang yang tertipu dengan lamanya kesenangan ! apakah tidak engkau melihat sekali-kali yang diambil, dengan tidak persediaan ? bahwa engkau, kalau engkau pikirkan tentang panjangnya umur engkau, niscaya engkau lupa apa yang telah terdahulu dari kelezatan engkau. Adakah dengan sehat engkau terperdaya atau dengan lamanya sehat wal-afiat itu engkau bersuka-cita ? atau engkau merasa aman pada mati ? atau engkau berani kepada malikul-maut (malaikat kematian) ? bahwa malaikat kematian itu apabila ia datang, niscaya tidak dapat melarangnya dari engkau, oleh kekayaan harta engkau dan tidak oleh banyaknya berkumpul kaum keluarga engkau. Apakah tidak engkau tahu, bahwa saat kematian itu mempunyai kesusahan dan yang mencekekkan leher serta penyesalan atas membuang-buang waktu ? kemudian, dikatakan: Allah Ta’ala merahmati akan hamba yang beramal untuk sesudah mati. Allah merahmati akan hamba yang memperhatikan kepadanya dirinya, sebelum turunnya mati.
Abu Zakaria At-Taimi berkata: “Sewaktu Sulaiman bin Abdul-malik di Masjidil-haram, ketika ia datang pada batu yang terakhir, maka dimintanya orang yang membacanya. Lalu didatangkan Wahab bin Munabbih. Tiba-tiba yang terukir pada batu itu, ialah: “Hai anak Adam ! bahwa engkau, jikalau engkau melihat akan dekatnya apa yang masih ada dari ajal engkau, niscaya engkau zuhud pada panjangnya angan-angan engkau. Engkau gemar pada menambahkan amal engkau. Dan engkau pendekkan dari kerakusan dan helah engkau. Sesungguhnya akan menemui engkau besok, oleh penyesalan engkau, jikalau tergelincirlah dengan engkau, tapak kaki engkau. Diselamatkan engkau oleh keluarga dan kaum famili engkau. Dipisahkan engkau oleh bapak dan orang yang dekat. Dan ditolak engkau oleh anak dan keturunan. Maka tidaklah engkau itu kembali kepada dunia engkau dan tidak bertambah pada kebaikan engkau. Maka beramallah bagi hari kiamat, sebelum telanjur dan penyesalan”. Maka menangislah Sulaiman dengan keras.
Sebahagian mereka berkata: “Aku melihat sepucuk surat dari Muhammad bin Yusuf kepada Abdurrahman bin Yusuf: “Salam sejahtera kepadamu. Sesungguhnya aku memuji Allah kepadamu, yang tiada Tuhan, selain Dia. Adapun kemudian, maka sesungguhnya aku memperingati mu, akan berpalingnya kamu dari negeri kesenanganmu kepada negeri ketetapanmu dan balasan amal perbuatanmu. Maka jadilah engkau pada ketetapan batin bumi sesudah zahirnya. Lalu datanglah kepada engkau, malaikat Munkar dan Nakir. Maka didudukkannya engkau dan dibentak kannya engkau. Maka jikalau Allah ada bersama engkau, maka tiada mengapa, tiada keliaran hati dan tiada kemiskinan. Dan jikalau adalah tidak demikian, maka kiranya Allah melindungi aku dan engkau dari jahatnya tempat terpelanting dan sempitnya tempat tidur. Kemudian, akan sampai kepada engkau pekikan dari berkumpul (di padang mahsyar) dan tiupan sangkakala. Berdirinya Yang Maha Perkasa untuk menyelesaikan hukum segala makhluk dan kosongnya bumi dari isinya dan langit dari penghuninya. Maka terangkanlah segala rahasia. Dinyalakanlah api neraka. Diletakkanlah neraca. Didatangkanlah nabi-nabi dan orang-orang syahid. Dihukumkanlah diantara mereka dengan yang benar. Dan diucapkanlah: Segala pujian bagi Allah Tuhan semesta alam. Maka berapa banyak dari yang tersiar dan yang tertutup. Berapa banyak dari yang binasa dan yang terlepas. Dan berapa banyak dari yang diazabkan dan yang diharamkan dari azab. Maka mudah-mudahan perasaanku, bagaimanakah halku dan hal engkau pada hari itu ? maka pada ini, apa yang menghancurkan kelezatan, yang menghiburkan dari nafsu keinginan, yang memendekkan dari angan-angan, membangunkan orang-orang tidur dan memberi nasehat orang-orang yang lalai. Kiranya Allah menolong kami atas bahaya yang besar ini ! Ia menjatuhkan dunia dan akhirat dari hatiku dan hati engkau pada tempat jatuh keduanya itu dari hati orang-orang yang taqwa. Sesungguhnya kita dengan Dia dan bagiNya. Wassalam”.
Umar bin Abdul-‘aziz berpidato. Lalu memuji Allah dan memujaNya, seraya berkata: “Hai manusia ! bahwa kamu tidak diciptakan dengan main-main. Dan tidak dibiarkan kamu dengan percuma. Bahwa bagimu itu ada tempat kembali, yang dikumpulkan kamu oleh Allah padanya, untuk hukum dan penyelesaian, pada yang menyangkut diantara kamu. Maka rugi dan celakalah besok, hamba yang dikeluarkan oleh Allah dari dan celakalah besok, hamba yang dikeluarkan oleh Allah dari rahmatNya yang meluas kepada setiap sesuatu. Dan sorgaNya yang lebarnya langit dan bumi. Sesungguhnya adalah keamanan besok bagi orang yang takut dan taqwa. Menjual yang sedikit dengan yang banyak, yang lenyap (fana’) dengan yang kekal dan yang celaka dengan yang bahagia. Apakah kamu tidak melihat, bahwa kamu dalam rebutan orang-orang yang binasa dan akan digantikan sesudah kamu oleh orang-orang yang tinggal ? adakah tidak kamu melihat, bahwa kamu pada setiap hari, kamu berkunjung kepada orang yang pergi pagi dan petang kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, yang telah sampai ajalnya dan terputus angan-angannya. Lalu kamu meletakkannya dalam perut pecahan bumi, yang tidak berbantal dan tidak berayunan. Ia telah mencabut sebab-sebab, berpisah dengan kekasih-kekasih dan menghadapi perhitungan amal (al-hisab). Aku bersumpah atas nama Allah, bahwa aku sesungguhnya mengatakan perkataanku ini dan tidak aku tahu pada seseorang kamu dari dosa, yang lebih banyak dari yang aku ketahui dari diriku sendiri. Akan tetapi, dosa-dosa itu adalah sunnah Allah yang adil. Aku menyuruh padanya dengan mentaatiNya. Aku melarang padanya daripada berbuat maksiat kepadaNya. Dan aku meminta ampun pada Allah. Ia meletakkan lengan bajunya atas mukanya. Ia menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya. Dan ia tidak kembali ke majelisnya itu, sehingga ia wafat.
Al-Qa’qa bin Hakim berkata: “Aku telah menyiapkan bagi mati semenjak 30 tahun yang lalu. Maka kalau ia datang kepadaku, niscaya aku tidak suka mengemudiankan sesuatu dari sesuatu”. Ats-Tsuri berkata: “Aku melihat seorang syaikh di masjid Kufah (Irak), yang mengatakan: “Aku pada masjid ini semenjak 30 tahun, aku menunggu mati bahwa ia turun kepadaku. Dan kalau ia datang kepadaku, niscaya aku tidak menyuruhnya dengan sesuatu dan tidak melarangnya dari sesuatu. Tidaklah bagiku atas seseorang itu sesuatu. Dan tidaklah bagi seseorang padaku itu sesuatu”.
Abdullah bin Tsa’labah berkata: “Engkau tertawa dan semoga kain kafan engkau telah keluar dari orang yang memendek-mendekkannya”. Abu Muhammad bin Ali Az-Zahid berkata: “Kami keluar dalam mengantarkan jenazah di Kufah. Dan keluar dalam rombongan itu Daud Ath-Tha-i. Maka beliau menyingkir, lalu duduk di suatu sudut. Dan jenazah itu dikebumikan. Maka aku datang dan duduk di dekatnya. Lalu ia berbicara dan mengatakan: “Siapa yang takut akan siksaan, niscaya pendeklah padanya yang jauh. Siapa yang panjang angan-angannya, niscaya lemahlah amalnya. Dan setiap yang akan datang itu adalah dekat”. Ketahuilah hai saudaraku, bahwa setiap sesuatu yang menyibukkan engkau dari Tuhan engkau, maka itu adalah yang malang atas engkau ! ketahuilah kiranya, bahwa penduduk dunia semuanya itu adalah dari penduduk kuburan. Sesungguhnya mereka itu menyesal atas yang mereka tinggalkan. Dan mereka bergembira dengan yang mereka datangkan. Maka apa yang disesali oleh penduduk kuburan akan penduduk dunia, lalu padanya mereka berbunuh-bunuhan. Dan padanya mereka berlomba-lombaan. Dan atasnya mereka bertengkar pada hakim-hakim.
Diriwayatkan, bahwa Ma’ruf Al-Karkhi ra mengerjakan shalat. Muhammad bin Abi Taubah bercerita: “Lalu Ma’ruf Al-Karkhi berkata kepadaku: “Majulah ke depan untuk menjadi imam !”. Aku lalu menjawab: “Bahwa aku jikalau aku shalat dengan engkau shalat ini, niscaya tiada akan aku shalat dengan engkau shalat yang lain”. Maka Ma’ruf menjawab: “Engkau mengatakan pada diri engkau, bahwa engkau akan mengerjakan shalat yang lain ? kami berlindung dengan Allah dari panjang angan-angan. Sesungguhnya panjang angan-angan itu melarang dari kebajikan amal”.
Umar bin Abdul-‘aziz mengucapkan dalam khutbahnya: “Bahwa dunia tidaklah negeri ketetapanmu, negeri yang dituliskan oleh Allah padanya kelenyapan. Dan Ia menuliskan kepada penghuninya akan pergi daripadanya. Maka banyaklah dari pembangun yang dipercaya akan meruntuhkan dari masa yang sedikit. Dan banyaklah dari orang yang menetap yang gemar, akan pindah dari tempo yang sedikit. Maka baguskanlah –kiranya kamu dirahmati oleh Allah- akan berangkat daripadanya, dengan sebaik-baik apa yang di depanmu dari orang-orang yang pindah ! dan berbekallah ! sesungguhnya bekal yang baik, ialah taqwa. Bahwa dunia itu seperti teduh yang menawung, yang kuncup. Lalu hilang. Sedang anak Adam dunia itu berlomba-lomba dan dia itu berkesejukan mata. Ketika ia dipanggil oleh Allah dengan taqdirNya dan melemparkannya dengan hari kematiannya, lalu Ia mencabut segala bekasnya dan dunianya. Dan Ia menjadikan bagi kaum yang lain akan perusahaan dan kekayaannya. Bahwa dunia itu tidak bergembira dengan kadar ia mendatangkan melarat. Bahwa dunia itu gembira sedikit dan gundah lama”.
Dari Abubakar Ash-Shiddiq ra, bahwa ia mengucapkan dalam khutbahnya: “Mana yang bercahaya, yang cantik mukanya ? yang mengherani dengan kemudaannya ? manakah raja-raja yang membangun kota-kota dan membentenginya dengan dinding-dinding tembok ? manakah mereka yang memberikan kemenangan pada tempat-tempat peperangan ? sesungguhnya telah meruntuhkan masa dengan mereka. Maka jadilah mereka dalam kegelapan kuburan. Segera-segera, kemudian lepas-lepas.
PENJELASAN: sebab mengenai panjangnya angan-angan dan pengobatannya.
Ketahuilah kiranya, bahwa panjangnya angan-angan itu mempunyai dua sebab:
Pertama:          : bodoh.
Yang satu lagi:  cinta dunia.
Adapun cinta dunia, maka yaitu: apabila jinak hatinya dengan dunia, dengan nafsu keinginannya, kelezatan-kelezatannya dan hubungan-hubungannya, niscaya beratlah atas hatinya berpisah dengan dunia itu. Maka tercegahlah hatinya dari berfikir mengenai mati, yang menjadi sebab berpisah dengan dunia. Dan setiap orang yang tiada menyukai sesuatu, niscaya ia menolak dari dirinya. Dan manusia itu tergantung hatinya dengan angan-angan yang batil/salah. Maka ia mengangan-angani dirinya selama-lamanya, dengan yang bersesuaian bagi maksudnya. Dan sesungguhnya maksudnya itu bersesuaian dengan kekekalan di dunia. Maka senantiasalah ia menyangkanya dan mentakdirkannya pada dirinya. Dan mentakdirkan akan segala yang mengikuti kekekalan dan yang diperlukannya kepada kekekalan itu, dari harta, isteri, rumah, teman, binatang ternak dan sebab-sebab duniawi lainnya. Maka jadilah hatinya berhenti atas pikiran ini, ditegakkan di atasnya. Lalu ia lalai daripada mengingati mati. Maka ia tidak sanggup mendekatinya. Maka kalau terguris dalam hatinya urusan kematian pada sebahagian hal keadaan dan keperluan kepada persiapannya, niscaya ia tangguhkan dan menjanjikan kepada dirinya, seraya berkata: “Hari-hari di hadapanmu sampai kepada membesar, kemudian kamu bertaubat”. Apabila telah membesar, maka ia mengatakan: “Sampai menjadi engkau tua”. Maka apabila ia telah menjadi orang tua, niscaya ia mengatakan: “Sampai engkau siap dari membangun rumah ini dan bangunan kelengkapannya. Atau engkau kembali dari perjalanan ini. Atau engkau selesai dari mengatur anak ini, kelengkapannya dan mengatur tempat tinggalnya. Atau engkau selesai dari paksaan musuh ini yang mengecewakan engkau”. Maka senantiasa ia mengatakan akan dan mengundurkan. Dan ia tidak memasuki dalam suatu pekerjaan, melainkan ia bergantung dengan penyempurnaan pekerjaan itu 10 pekerjaan yang lain. Dan begitulah secara berangsur, ia mengundurkan hari demi hari. Ia terbawa oleh satu kesibukan kepada satu kesibukan, bahwa kepada beberapa kesibukan, sampai ia disambar oleh kematian pada waktu yang tiada disangkakannya. Maka lamalah ketika itu penyesalannya. Kebanyakan isi neraka & pekikan mereka dari akan itu mengatakan:“Alangkah sedihnya dari akan!”. Orang yang patut dikasihani, yang mengatakan akan itu tidak mengetahui, bahwa yang mengajaknya kepada mengatakan akan itu pada hari ini, ialah yang bersama dia besok. Dan sesungguhnya akan bertambah dengan lamanya waktu, akan kekuatan dan kemeresapan nya. Dan ia menyangka, bahwa akan tergambar bagi orang yang mengarungi dunia dan memeliharanya, akan kekosongan waktu sekali-kali. Amat jauh dari yang demikian. Maka tiada kosong dari dunia, selain orang yang mencampakkannya.
Maka tidaklah seseorang,
melaksanakan hajatnya dari dunia.
Dan tidaklah siap suatu keperluan,
melainkan telah ada keperluan lainnya.
Pokoknya angan-angan ini semua ialah kecintaan kepada dunia dan jinak hati kepadanya. Lupa kepada arti sabda Nabi saw: “Cintailah siapa yang engkau cintai. Sesungguhnya engkau akan bercerai dengan dia”.
Adapun bodoh, maka yaitu: bahwa insan kadang-kadang ia berpegang kepada kemudaannya. Lalu ia memandang jauh akan kedekatan mati bersama kemudaan. Dan orang yang patut dikasihani ini tidak berpikir bahwa orang-orang tua di negerinya jikalau dihitung, niscaya adalah mereka tidak sampai 1/10 dari orang laki-laki yang ada di negeri itu. Mereka itu menjadi sedikit, karena kematian pada masa muda itu lebih banyak. Maka kepada sampai matinya seorang tua, lalu telah mati 1000 anak kecil dan pemuda. Kadang-kadang ia memandang mati itu masih jauh, karena sehatnya. Dan ia memandang mati itu jauh dengan tiba-tiba. Ia tidak tahu, bahwa yang demikian itu tidak jauh. Dan kalau adalah yang demikian itu, maka sakit dengan tiba-tiba itu tidak jauh. Setiap sakit itu sesungguhnya terjadi dengan tiba-tiba. Dan apabila telah sakit, niscaya tidaklah mati itu jauh. Jikalau orang yang lalai ini bertafakkur dan mengetahui bahwa mati, tiadalah baginya waktu yang tertentu, dari muda, tua, sangat tua, musim panas, musim dingin, sehabis musim panas dan musim bunga, dari malam dan siang, niscaya besarlah rasa perasaannya dan sibuklah ia dengan mempersiapkan diri baginya.
Akan tetapi, kebodohan dengan segala hal ini dan cinta dunia, maka membawanya kepada panjang angan-angan dan kepada lalai daripada mentakdirkan mati yang dekat. Maka ia selalu menyangka bahwa mati itu berada di depannya dan ia tidak mentakdirkan akan turun dan terjadinya pada dirinya. Ia selalu menyangka bahwa ia akan mengantarkan jenazah dan ia tidak mentakdirkan bahwa akan diantarkan jenazahnya. Karena ia berulang-ulang kepadanya dan menjinakkan hatinya. Yaitu menyaksikan kematian orang lain. Adapun kematian dirinya sendiri, maka tidak menjinakkan hatinya. Dan tidak tergambar bahwa akan menjinakkan hatinya. Yang demikian itu tidak akan terjadi. Dan apabila terjadi, niscaya tidak akan terjadi sekaligus sesudah ini. Maka itulah yang pertama dan itulah yang penghabisan. Jalannya ialah, bahwa ia membandingkan dirinya dengan orang lain. Dan ia tahu, bahwa tak boleh tidak, akan dibawa orang jenazahnya. Dan dikuburkan dalam kuburannya. Mudah-mudahan batu merah yang akan ditutupkan lobang lahadnya dengan batu merah tersebut, sudah dibuat dan sudah selesai. Dan ia tidak mengetahuinya. Maka mengatakan “akan” itu adalah kebodohan semata-mata. Apabila anda mengetahui, bahwa sebabnya itu bodoh dan cinta dunia, maka pengobatannya, ialah menolak sebabnya.
Adapun bodoh, maka ditolak dengan pikiran yang jernih dari hati yang sekarang. Dan dengan mendengar hikmah yang menyampaikan, dari hati yang zahiriyah. Adapun cinta dunia, maka pengobatan pada mengeluarkannya dari hati itu berat. Yaitu: penyakit yang memayahkan, yang telah memayahkan orang-orang dahulu dan orang-orang kemudian pada mengobatinya. Dan tiada pengobatan baginya, selain iman dengan hari akhirat dan dengan yang ada pada hari akhirat, dari berat siksaan dan banyaknya pahala. Dan manakala telah berhasil baginya keyakinan dengan yang demikian, niscaya berangkatlah dari hatinya cinta dunia. Bahwa mencintai yang berbahaya itulah yang menghapuskan dari hati mencintai yang hina. Maka apabila ia melihat kehinaan dunia dan keberhargaan akhirat, niscaya ia mencegah dirinya berpaling kepada dunia seluruhnya. Walaupun ia diberikan kerajaan bumi dari masyrik ke maghrib (dari matahari terbit ke matahari terbenam). Bagaimana dan tidak ada padanya dari dunia, selain kadar yang sedikit, yang kotor dan keruh. Bagaimana ia bergembira dengan dunia atau meresap dalam hati akan kecintaan kepadanya, serta iman dengan akhirat ? maka kita bermohon kepada Allah Ta’ala, bahwa Ia memperlihat kan kepada kita akan dunia, sebagaimana diperlihatkan Nya kepada orang-orang shalih dari hambaNya.
Tiada obat pada mengkadarkan mati dalam hati, seperti memandang kepada orang yang telah mati, dari teman-teman dan bentuk-bentuk. Bahwa mereka, bagaimana datang kepada mereka itu mati, pada waktu yang tiada mereka sangkakan. Adapun orang yang sudah bersedia, maka ia memperoleh kemenangan besar. Adapun orang yang terperdaya dengan panjang angan-angan, maka sesungguhnya ia memperoleh kerugian yang nyata. Maka hendaklah manusia memperhatikan setiap saat pada sendi-sendinya dan anggota-anggota badannya ! hendaklah ia memahami, bahwa bagaimana anggota-anggota badan itu dimakan oleh ulat –yang sudah pasti. Dan bagaimana hancur tulang-belulangnya. Dan hendaklah ia bertafakkur bahwa ulat itu memulai pertama-tama dengan biji matanya yang kanan atau yang kiri. Maka tidaklah sesuatu yang di atas badannya itu, selain adalah makanan ulat. Dan tidaklah baginya dari dirinya, selain ilmu dan amal yang ikhlas karena wajah Allah Ta’ala.
Dan seperti demikian juga ia bertafakkur pada yang akan datang kepadanya, dari azab kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, dari hari mahsyar, kebangkitan, huru-hara kiamat dan terketuknya panggilan pada hari kedatangan yang Maha Besar (hari kiamat). Maka contoh-contoh pikiran ini adalah yang membarukan ingatan kepada mati dari hati dan mengajaknya kepada persiapan bagi mati.
PENJELASAN: tingkat-tingkat manusia pada panjang angan-angan dan pendeknya.
Ketahuilah kiranya, bahwa manusia pada yang demikian itu berlebih-kurang. Sebahagian mereka, ialah orang yang berangan-angan kekal dan merindukan yang demikian selama-lamanya. Allah Ta’ala berfirman: “Diingini oleh seseorang mereka, jikalau diberi umur 1000 tahun”. S 2 Al Baqarah ayat 96. Sebahagian mereka, ada orang yang berangan-angan kekal sampai tua-bangka. Yaitu: sejauh umur yang telah dipersaksikannya dan dilihatnya. Yaitu: orang yang sangat mencintai dunia.
Rasulullah saw bersabda: “Orang tua itu adalah pemuda pada cinta mencari dunia, walaupun sudah terlipat dua tulang atas dadanya, dari karena kelanjutan umur. Selain mereka yang taqwa dan sedikitlah, tiadanya mereka itu”. Sebahagian mereka, ialah orang yang berangan-angan kepada setahun. Maka ia tiada berbuat dengan mengaturkan yang di belakang setahun itu. Maka ia tiada mentakdirkan bagi dirinya ada pada tahun depan. Akan orang ini bersedia pada musim panas untuk musim dingin. Dan pada musim dingin untuk musim panas. Apabila ia telah mengumpulkan yang mencukupi baginya untuk setahun, niscaya ia menyibukkan diri dengan ibadah. Sebahagian mereka, ialah orang yang berangan-angan akan masa musim panas atau musim dingin. Maka ia tidak menyimpan pada musim panas, pakaian musim dingin. Dan tidak pada musim dingin, pakaian musim panas. Sebahagian mereka, ialah orang yang kembali angan-angannya kepada sehari semalam. Maka ia tiada menyediakan, selain untuk harinya. Adapun untuk besok, maka ia tidak menyediakan.
Nabi Isa as berkata: “Janganlah kamu pentingkan dengan rezeki besok ! maka kalau ada besok itu dari ajalmu, maka akan datang padanya rezekimu serta ajalmu. Dan jikalau tidak dari ajalmu, maka janganlah engkau mementingkan untuk ajal sekalian kamu !”. Sebahagian mereka, ialah orang yang tiada melampaui angan-angannya sesaat.
Sebagaimana sabda Nabi kita saw: “Hai Abdullah ! apabila engkau berpagi hari, maka janganlah engkau berbicara dengan diri engkau akan petang. Dan apabila engkau berpetang hari maka janganlah engkau berbicara dengan diri engkau akan pagi”. Sebahagian mereka, ialah orang yang tiada mentakdirkan pula akan kekal barang sesaat.
Adalah Rasulullah saw melakukan tayammum serta mampu mencari air sebelum lewat sesaat dan bersabda: “Mungkin aku tidak akan sampai kepadanya”. Sebahagian mereka, ialah orang, yang adalah mati itu tegak depan matanya. Seakan-akan barang yang sudah terjadi. Maka ia menunggu kedatangan nya. Dan insan ini, ialah orang yang mengerjakan shalat orang yang berselamat tinggal. Dan mengenai ini, telah datang yang dinukilkan dari Ma’adz bin Jabal ra tatkala Rasulullah saw menanyakannya dari hakikat/makna imannya. Maka Ma’adz bin Jabal menjawab: “Tiada aku melangkah dengan suatu langkah yang lain”. Dan sebagaimana dinukilkan dari Al-Aswad dan dia itu orang Habsyi, bahwa Al-Aswad mengerjakan shalat pada malam hari dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu ada orang bertanya kepadanya: “Apa ini ?”. Al-Aswad menjawab: “Aku melihat Malakul-maut, dari jurusan mana ia datang kepadaku”. Maka inilah tingkat-tingkat manusia ! bagi masing-masing orang itu mempunyai di sisi Allah. Tidaklah orang yang angan-angannya terbatas kepada sebulan, seperti orang yang angan-angannya sebulan sehari. Akan tetapi, diantara keduanya itu berlebih-kurang derajat pada sisi Allah. Bahwa Allah tidak berbuat aniaya seberat atompun. Dan siapa yang berbuat kebajikan seberat atom, niscaya akan dilihatnya.
Kemudian, lahirlah bekas pendeknya angan-angan pada bersegera kepada amal. Dan setiap insan itu mendakwakan, bahwa dia itu pendek angan-angan. Dan dia itu dusta. Dan sesungguhnya terang yang demikian, dengan amal perbuatannya. Sesungguhnya ia bersungguh-sungguh dengan sebab-sebab, kadang-kadang ia tidak memerlukan kepadanya dalam setahun. Maka menunjukkan yang demikian itu kepada panjang angan-angannya. Sesungguhnya tanda memperoleh taufiq, ialah bahwa adalah mati itu tegak di matanya. Ia tidak lengah daripadanya sesaatpun. Maka hendaklah ia bersedia bagi mati yang akan datang kepadanya pada waktunya. Jikalau ia hidup sampai sore, niscaya ia bersyukur akan Allah Ta’ala kepada mentaatiNya. Dan ia bergembira bahwa ia tidak menyia-nyiakan siangnya. Akan tetapi, ia menyempurnakan daripadanya akan keberuntungannya dan ia menyimpankannya bagi dirinya. Kemudian, ia mengulang kembali seperti itu sampai kepada waktu Shubuh. Dan begitu pula, apabila ia telah berpagi hari. Dan tidak mudahlah ini, selain bagi orang yang mengosongkan hatinya dari besok dan apa yang ada padanya. Maka orang yang seperti ini, apabila ia mati, niscaya ia berbahagia dan memperoleh rampasan. Dan kalau ia terus hidup, niscaya ia bergembira dengan bagusnya persediaan dan lezatnya munajah (berbisik dengan Allah Ta’ala) dengan Tuhan. Maka mati baginya kebahagiaan dan hidup baginya tambahan.
Maka adalah hendaknya mati itu pada hati engkau, hai orang yang patut dikasihani ! bahwa perjalanan itu menggerakkan engkau dan engkau lalai dari diri engkau. Semoga engkau telah mendekati tempat tinggal dan telah engkau jalani jarak itu. Dan tidak adalah engkau seperti yang demikian, selain dengan bersegera berbuat amal, untuk memperoleh bagi setiap nafas yang ditangguhkan padanya.
PENJELASAN: bersegera kepada beramal dan menjaga diri dari bahaya kelambatan.
Ketahuilah kiranya, bahwa siapa yang mempunyai dua orang saudara yang berada di tempat yang jauh dan ia menunggu kedatangan salah seorang dari keduanya besok dan ia menunggu kedatangan yang seorang lagi sesudah sebulan atau setahun. Maka ia tidak bersiap bagi yang akan datang sampai sebulan atau setahun. Dan sesungguhnya ia bersiap bagi yang ia menunggu kedatangannya besok. Maka persiapan itu adalah hasil bagi kedekatan menunggu. Maka barangsiapa yang menunggu kedatangan mati sesudah setahun, niscaya hatinya sibuk dengan masa itu. Dan ia lupa yang di belakang masa tersebut. Kemudian jadilah dia setiap hari menunggu untuk setahun itu dengan sempurnanya. Tiada kurang daripadanya hari yang telah lalu. Dan yang demikian itu mencegahnya dari kesegeraan amal untuk selama-lamanya. Sesungguhnya selama-lamanya ia melihat bagi dirinya tempat yang lapang pada tahun itu. Lalu ia mengundurkan amal perbuatan.
Sebagaimana Nabi saw bersabda: “Tiadalah seseorang kamu menunggu dari dunia, selain kaya yang mendurhakakan atau miskin yang melupakan atau sakit yang merusakkan atau terlampau tua yang mengakibatkan atau mati yang segera atau dajjal. Maka dajjal itu kejahatan yang ghaib, yang ditunggu atau kiamat. Dan kiamat itu lebih mendatangkan musibah dan lebih pahit”.
Ibnu Abbas berkata: “Nabi saw bersabda kepada seorang laki-laki dan ia memberi pengajaran kepada laki-laki tersebut: “Pergunakanlah kesempatan 5 sebelum 5: mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, peluangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu”. Nabi saw bersabda: “2 nikmat, terperdaya padanya kebanyakan manusia, yaitu: sehat dan kosong waktu”. Artinya: “Tidak dipergunakan nya. Kemudian ia tahu nilainya ketika hilangnya”. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang takut, niscaya ia berjalan pada awal malam. Dan siapa yang berjalan pada awal malam, niscaya ia sampai ke tempat tinggalnya. Ketahuilah, bahwa barang perniagaan Allah itu mahal. Ketahuilah, bahwa barang perniagaan Allah itu sorga”. Rasulullah saw bersabda: “Datanglah yang bergoncang, yang diikuti oleh yang mengiringnya. Dan datanglah mati, dengan apa yang padanya”. Adalah Rasulullah saw apabila menampak dari sahabat-sahabatnya kelalaian atau keterperdayaan, lalu beliau serukan pada mereka dengan suara keras: “Datanglah kepadamu kematian, yang teratur dan harus. Adakalanya dengan kesengsaraan dan adakalanya dengan kebahagiaan”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Aku yang memberi kabar yang tidak menggembirakan dan mati itu yang menyerang dan kiamat itu waktu yang dijanjikan”.
Ibnu Umar berkata: “Rasulullah saw keluar dan matahari itu (cahayanya) diatas tepi pelepah tamar. Maka beliau bersabda: “Tiada tinggal dari dunia, selain sebagaimana yang masih tinggal dari hari kita ini, pada seumpama apa yang telah berlaku daripadanya”. Nabi kita saw bersabda: “Dunia itu adalah seperti kain yang dikoyakkan dari awalnya kepada akhirnya. Maka tinggallah ia bergantung dengan benang pada akhirnya. Lalu hampirlah benang itu bahwa ia terputus”.
Jabir berkata: “Adalah Rasulullah saw apabila berkhutbah lalu menyebutkan hari kiamat, maka beliau meninggikan suaranya dan merahlah dua pipinya, seakan-akan beliau memperingatkan tentara, seraya bersabda: “Aku berpagi hari dengan kamu dan aku bersore hari dengan kamu, Aku diutus dan kiamat itu seperti: dua ini”. Dan Rasulullah saw menghubungkan diantara dua anak jarinya.
Ibnu Mas’ud ra berkata: “Rasulullah saw membaca ayat: “Maka siapa yang dikehendaki oleh Allah, bahwa Ia memberi petunjuk kepadanya, niscaya dibukakanNya dadanya untuk agama Islam”. S 6 Al An’aam ayat 125. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Bahwa nur (cahaya Islam) itu masuk ke dalam dada, yang ia menjadi lapang”. Lalu ditanyakan: “Wahai Rasulullah ! adakah bagi yang demikian itu tanda yang dapat dikenal ?”. Nabi saw menjawab: “Ya, merenggangkan diri dari negeri tipuan, kembali ke negeri kekekalan dan bersedia bagi mati, sebelum turunnya”.
Muhammad bin Marwan As-Saddi membaca: “Yang menciptakan kematian dan kehidupan, karena hendak menguji kamu, siapakah diantara kamu yang amat baik pekerjaannya”. S 67 Al Mulk ayat 2. Artinya: yang manakah kamu yang lebih banyak mengingati mati, yang lebih baik persiapan bagi mati dan yang lebih takut dan menjaga diri bagi mati.
Hudzaifah berkata: “Tiadalah pada pagi dan sore, melainkan ada penyeru yang menyerukan: “Hai manusia, yang berangkat, yang berangkat !”. Dan dibenarkan, yang demikian oleh firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya ia salah satu (berita) yang amat besar. Suatu peringatan bagi manusia. Bagi siapa diantara kamu yg hendak maju ke muka atau mundur ke belakang”. S 74 Al Muddatstsir ayat 35 sampai 37, tentang mati.
Suhaim bekas budak Bani Tamim berkata: “Aku duduk dekat Amir bin Abdullah dan dia itu sedang mengerjakan shalat. Lalu ia memendekkan shalatnya. Kemudian, ia menghadapkan mukanya kepadaku, seraya berkata: “Senangkanlah aku dengan hajat keperluanmu! bahwa aku ini bersegera”. Lalu aku bertanya: “Apakah yang menyegerakan kamu ?”. Ia menjawab: “Malakul-maut. Kiranya engkau dirahmati oleh Allah!”. Suhaim meneruskan ceritanya: “Lalu aku bangun pergi daripadanya. Dan ia bangun berdiri kepada shalatnya”.
Daud Ath-Tha-i lalu dijalan. Maka seorang laki-laki bertanya kepadanya dari hal hadits. Lalu Daud Ath-Tha-i menjawab: “Tinggalkan lah aku ! sesungguhnya aku menyegerakan akan keluar diriku”.
Umar ra berkata: “Pelan-pelan pada setiap sesuatu itu baik, selain pada amal kebajikan bagi akhirat”. Al-Mundzir bin Tsa’labah berkata: “Aku mendengar Malik bin Dinar berkata kepada dirinya: “Kasihan engkau ! bersegeralah sebelum engkau didatangi urusan ! kasihan engkau ! bersegeralah sebelum engkau didatangi urusan !”. Sehingga ia mengulang-ulangi yang demikian itu 60 kali. Aku mendengar yang demikian dan ia tidak melihat aku”.
Al-Hasan Al-Bashari mengatakan dalam pengajarannya: “Bersegera-bersegera ! sesungguhnya bersegera itu adalah nafas, jikalau ditahan, niscaya terputuslah daripada kamu amal perbuatanmu, yang kamu mendekatkan diri dengan dia kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Allah mengasihi manusia yang melihat kepada dirinya. Dan menangis atas bilangan dosanya”. Kemudian, ia membaca ayat ini: “Sesungguhnya Kami menghitung bilangan bagi mereka”. S 19 Maryam ayat 84. Yakni: nafas. Akhir bilangan, ialah keluar nyawa engkau (nafas terakhir). Akhir bilangan, ialah berpisah dengan keluarga engkau. Dan akhir bilangan ialah masuknya engkau dalam kuburan engkau.
Abu Musa Al-Asy’ari sebelum meninggal dunia, bersungguh-sungguh sekali. Lalu dikatakan kepadanya: “Jikalau engkau menahan diri atau sayang kepada diri engkau sedikit ?”. Ia lalu menjawab: “Bahwa kuda apabila dilepaskan, lalu mendekati ujung tempat larinya, niscaya ia mengeluarkan semua apa yang ada padanya. Dan yang tinggal dari ajalku adalah kurang dari yang demikian”. Orang yang menceritakan ini, lalu meneruskan ceritanya, bahwa Abu Musa Al-Asy’ari senantiasalah atas yang demikian, sehingga ia meninggal dunia. Dan adalah ia mengatakan kepada isterinya: “Ikatlah kendaraan engkau ! maka tidak adalah di atas jahannam itu tempat lalu”.
Sebahagian khalifah mengatakan di atas mimbar: “Hai hamba Allah ! bertaqwalah kepada Allah menurut kesanggupanmu ! adalah hendaknya kamu itu suatu kaum, yang diteriakkan kepada mereka. Lalu mereka bangun. Ketahuilah, bahwa dunia itu tidaklah menjadi negeri ketetapan, maka carilah gantinya ! dan bersiaplah bagi mati ! maka ia melindungi/menaungimu. Dan berangkatlah ! maka mati itu bersungguh-sungguh dengan kamu. Bahwa kesudahan yang dikurangi oleh sekejap mata dan yang diruntuhkan oleh sesaat, adalah patut dengan pendeknya masa. Bahwa yang ghaib yang didapati oleh dua yang baru (malam dan siang) adalah pantas dengan cepatnya kembali. Bahwa yang datang, yang menempati dengan kemenangan atau ketidak-bahagiaan itu yang layak dimiliki bagi alat yang lebih utama. Maka orang yang taqwa pada sisi Tuhannya, ialah siapa yang menasehati dirinya, mendahulukan taubatnya dan mengalahkan nafsu keinginannya. Bahwa ajalnya itu tertutup daripadanya. Angan-angannya itu menipunya. Dan setan itu mewakilkan kepadanya, untuk berangan-angan taubat, untuk dilakukannya nanti. Dan dihiaskan oleh setan kepadanya perbuatan maksiat, untuk dikerjakannya. Sehingga diserang oleh kematiannya atas dirinya, yang melalaikan apa yang ada dari kematian itu. Sesungguhnya tiadalah di antara seseorang kamu dan sorga atau neraka, selain mati yang bertempat padanya. Maka wahai penyesalan atas kelalaian ini, bahwa adalah umurnya menjadi alasan atasnya. Dan bahwa dikembalikan hari-harinya kepada ketidak-bahagiaan baginya. Kiranya Allah menjadikan kami dan kamu, dari orang yang tidak memandang mudah akan nikmat. Tidaklah maksiat menteledorkannya daripada mentaati Allah. Dan tidak bertempat padanya penyesalan sesudah mati. Bahwa Ia Maha Pendengar doa. Dan bahwa di TanganNya kebajikan selalu, yang diperbuatNya bagi yang dikehendakiNya”.
Sebahagian ahli tafsir (mufassir) mengatakan tentang firman Allah Ta’ala: “Kamu mencelakakan dirimu sendiri”. Kata mufassir itu: “dengan nafsu syahwat dan kelezatan-kelezatan”. “dan kamu menanti-nanti (kehancuran kami)”. Kata mufassir itu: “dengan taubat”. “dan kamu ragu-ragu (terhadap janji Allah)”. Kata mufassir itu: “dan kamu syak wasangka/buruk sangka”. “sampai datang perintah Allah”. Kata mufassir itu: “mati”. “Dan yang amat pandai menipu telah menipu kamu dari (menjalankan perintah) Allah”. Kata mufassir itu: “setan”.
Kata Al-Hasan Al-Bashari: “Kamu bersabar dan berkeras, sesungguhnya itu adalah hari-hari yang sedikit. Sesungguhnya kamu adalah kendaraan yang berhenti, yang hampirlah bahwa dipanggilkan seseorang dari kamu. Lalu ia memperkenankan dan tidak berpaling. Maka berpindahlah dengan yang baik dari apa yang di hadapanmu !”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Tiadalah seseorang daripada kamu berpagi hari, melainkan dia itu tamu dan hartanya pinjaman. Tamu itu akan berangkat. Dan harta pinjaman itu akan dikembalikan”.
Abu ‘Ubaidah Al-Baji berkata: “Kami masuk ketempat Al-Hasan Al-Bashari pada waktu sakitnya, yang ia meninggal dunia. Maka ia mengucapkan: “Selamat datang kepada kamu sekalian. Kiranya kamu dihidupkan oleh Allah dengan selamat. Dan ditempatkanNya kami dan kamu pada negeri ketetapan. Ini adalah hal terang yang baik, jikalau kamu sabar, benar dan taqwa. Maka tiadalah keberuntungan kamu dari kebajikan ini –kiranya kamu dirahmati oleh Allah- bahwa kamu mendengarnya dengan telinga ini dan mengeluarkannya dari telinga ini.
Bahwa siapa yang melihat Muhammad saw, maka sesungguhnya ia melihatnya yang berpagi hari dan bersore hari. Ia tidak meletakkan batu merah atas batu merah dan tidak bambu atas bambu. Akan tetapi, diangkatkan baginya bendera, maka ia berkekalan kepadanya –bersegera-bersegera dan lepas-lepas. Atas apakah kamu berhenti ? kamu datang –demi Tuhan yang empunya Ka’bah - seakan-akan kamu dan urusan itu bersama-sama. Allah merahmati akan hamba yang menjadikan hidup itu kehidupan yang satu. Lalu ia makan yang hancur, ia pakai yang buruk, ia melekarkan dirinya dengan bumi, ia bersungguh-sungguh pada ibadah, ia menangis atas kesalahan, ia lari dari siksaan dan ia mencari rahmat, sehingga ajalnya datang dan dia itu atas yang demikian”.
Berkata ‘Ashim bin Sulaiman Al-Ahwal: “Fudlail Ar-Raqqasyi menjawab kepadaku dan aku bertanya kepadanya: “Hai saudara ini ! tidaklah menyibukkan engkau oleh banyaknya manusia, dari diri engkau. Bahwa urusan itu sampai kepada engkau, tidak kepada mereka. Jangan engkau mengatakan: “Aku pergi ke sini dan ke sini ! maka habislah siang dari engkau pada tidak sesuatu. Bahwa urusan itu terpelihara kepada engkau. Dan engkau tiada sekali-kali melihat sesuatu yang lebih baik dicari dan yang lebih cepat diketahui, dari kebaikan yang baru bagi dosa yang lama”.
BAB KETIGA: tentang sakratul-maut, kesukarannya dan yang disunatkan dari hal-keadaan padanya.
Ketahuilah kiranya, bahwa jikalau tidak adalah di hadapan hamba yang patut dikasihani itu kesusahan, kekacauan dan azab, selain semata-mata sakratul-maut, sesungguhnya adalah yang demikian itu patut bahwa menjadi susahlah kehidupannya, menjadi keruhlah kegembiraan nya dan ia dipisahkan dari kelupaan dan kelalaiannya. Dan pada hakikat/maknanya, dengan panjanglah padanya pikirannya. Dan besarlah baginya persediaannya. Lebih-lebih, bahwa sakratul-maut itu berhampiran pada setiap diri. Sebagaimana kata sebahagian hukama’: “Kesusahan di tangan yang selain engkau. Engkau tidak mengetahui, kapan ia datang kepada engkau”.
Lukman berkata kepada anaknya: “Hai anakku ! urusan yang tiada engkau ketahui, kapan ia menemui engkau. Bersedialah baginya sebelum ia dengan tiba-tiba datang kepada engkau !”. Yang mengherankan, ialah bahwa manusia itu jikalau berada dalam kesenangan yang sangat dan tempat-tempat duduk bagi permainan yang lebih bagus, maka ia menunggu bahwa masuk kepadanya tentara. Lalu memukulnya dengan 5 kali pukulan. Supaya keruhlah kesenangannya dan rusaklah kehidupannya. Dan dia itu pada setiap diri dengan berhampiran, bahwa masuk kepadanya malakul-maut dengan sakarat pencabutan nyawa. Dan manusia itu lupa daripadanya. Maka tiadalah sebab bagi ini, selain kebodohan dan keterperdayaan. Ketahuilah, bahwa kesangatan pedih mengenai sakratul-maut, tiada diketahui dengan hakikat/maknanya, selain orang yang telah merasainya. Dan siapakah yang tidak akan merasainya ? maka sesungguhnya diketahuinya itu, adakalanya dengan perbandingan kepada kepedihan-kepedihan yang telah diketahuinya. Dan adakalanya dengan mengambil dalil dengan hal-keadaan manusia pada pencabutan nyawa (waktu naz’a), atas kesukaran yang ada mereka itu padanya.
Adapun perbandingan yang dipersaksikan, maka yaitu, bahwa setiap anggota badan tiada nyawa padanya. Maka ia tidak merasa dengan kepedihan. Maka apabila ada padanya nyawa, niscaya yang merasakan kepedihan itu, ialah: nyawa. Maka tatkala anggota badan kena luka atau terbakar, niscaya menjalarlah bekasnya itu kepada nyawa. Maka dengan kadar yang menjalar kepada nyawa itu, ia merasa kepedihan. Dan yang dirasakan dengan kepedihan itu bercerai-berai kepada daging, darah dan bahagian-bahagian badan yang lain.
Maka tiada mengenai nyawa, selain dari sebahagian kepedihan. Jikalau ada pada kepedihan-kepedihan itu yang mengenai diri nyawa dan tiada menemui akan lainnya, maka alangkah besarnya kepedihan itu ! dan alangkah susahnya ! dan pencabutan nyawa itu adalah ibarat dari kepedihan yang bertempat pada diri nyawa. Maka ia menghabiskan semua bahagiannya. Sehingga tiada tinggal lagi sebahagianpun dari bahagian-bahagian nyawa yang bertebaran pada kedalaman badan, melainkan telah bertempat kepedihan padanya. Maka jikalau tertimpa kepadanya duri, maka kepedihan yang didapatinya, hanya melalui pada sebahagian dari nyawa, yang menemui tempat itu, yang telah kena duri. Sesungguhnya besarlah bekas terbakar, karena bahagian-bahagian api itu menyelam pada bahagian-bahagian badan yang lain. Maka tiada tinggal sebahagianpun dari anggota badan yang terbakar, zahiriyah dan batiniyahnya, melainkan kena padanya api. Lalu dirasakan oleh bahagian-bahagian ruhaniyah yang bertebaran pada bahagian-bahagian daging lainnya.
Adapun luka, maka dia itu mengenai tempat yang disentuh oleh besi saja. Maka adalah bagi yang demikian itu kepedihan luka. Tidak kepedihan api. Maka kepedihan tercabutnya nyawa itu menyerang kepada diri nyawa itu sendiri. Dan menghabiskan semua bahagian-bahagiannya. Dialah yang dicabut, yang ditarik dari semua urat dari urat-urat badan, dari semua saraf dari urat-urat saraf, setiap bahagian dari bahagian-bahagian badan dan sendi dari sendi-sendi tubuh. Dan dari pangkal setiap rambut dan kulit, dari puncak kepala sampai kepada tapak kaki. Maka janganlah anda tanyakan dari kesusahan dan kepedihan nya ! sehingga mereka mengatakan: bahwa mati itu lebih sakit dari pukulan dengan pedang, gergaji dan guntingan dengan gunting. Karena terpotongnya badan dengan pedang, hanya dirasakan pedih karena berhubungannya dengan nyawa. Maka bagaimana apabila ada yang kena itu, yang langsung bagi diri nyawa ? sesungguhnya yang dipukul itu meminta pertolongan dan memekik, karena masih ada kekuatannya pada hati dan lidahnya. Dan sesungguhnya suara orang mati dan pekikannya terputus serta kesangatan pedihnya, adalah karena kesusahan telah bersangatan padanya. Mendaki ke hatinya. Dan sampai ke setiap tempat daripadanya. Lalu menggoncang kan setiap kekuatan dan melemahkan setiap anggota badan. Maka tidak tertinggal lagi baginya kekuatan untuk meminta pertolongan.
Adapun akal maka telah ditutupkan dan dikacaukannya. Adapun lidah maka telah dikelukannya. Adapun sendi-sendi badan, maka telah dilemahkan nya. Dan ia ingin, jikalau ia mampu kepada istirahat dengan mengeluh, menjerit dan meminta pertolongan. Akan tetapi, ia tidak sanggup kepada yang demikian. Maka jikalau masih ada padanya kekuatan, niscaya kekuatan itu memperdengarkan baginya ketika pencabutan nyawa dan penghelaannya, akan bunyi dan berbalik-baliknya nyawa dari kerongkongan dan dadanya. Dan telah berobah warnanya dan redup. Sehingga seakan-akan telah menampak daripadanya tanah, yang menjadi asal kejadiannya. Dan telah terhela daripadanya setiap urat atas kedayaannya. Maka kepedihan itu berkembang di dalam dan di luarnya. Sehingga terangkatlah biji matanya ke pelupuk matanya yang tertinggi. Terkupaslah dua bibirnya. Beralihlah lidah dari dasarnya. Terangkatlah kedua buah pelirnya ke tempatnya yang tertinggi. Dan hijaulah anak-anak jarinya. Maka tidak lembut lagi setiap urat dari urat-uratnya, dari badan yang dihelakan daripadanya. Dan jikalau adalah yang dihela itu satu urat, niscaya adalah kepedihannya lebih berat. Maka bagaimana dan yang dihela itu adalah diri nyawa yang merasa kepedihan itu sendiri ? tidak dari satu urat, akan tetapi dari semua urat.
Kemudian, setiap anggota dari anggota-anggota badannya mati berangsur-angsur. Lalu pertama-tama dingin dua tapak kakinya. Kemudian, dua betisnya. Kemudian, dua pahanya. Dan bagi setiap anggota badan itu sakarat, sesudah sakarat, kesusahan, sesudah kesusahan. Sehingga sampailah ia dengan sakarat itu ke kerongkongan. Maka pada ketika itu, terputuslah pandangannya dari dunia dan isinya. Dan terkuncilah pintu taubat baginya. Terliputilah baginya kesedihan dan penyesalan.
Rasulullah saw bersabda: “Diterima taubat hamba itu sebelum bulak-balik nyawa dalam kerongkongannya”. Mujahid berkata mengenai firman Allah Ta’ala: “Dan tidaklah diterima taubat orang-orang yang mengerjakan kejahatan, apabila sampai kematian datang kepada salah seorang mereka, baru mengatakan: “Saya taubat sekarang”. S 4 An Nisaa’ ayat 18. Maka Mujahid mengatakan: “Apabila ia melihat utusan-utusan. Maka ketika itu, tampaklah baginya halaman wajah Malakul-maut. Maka janganlah engkau tanyakan rasa pahitnya mati dan susahnya ketika berbaringan sakaratnya. Dan karena itulah, Rasulullah saw berdoa: “Wahai Allah Tuhanku ! mudahkanlah kepada Muhammad sakaratul-maut !”. Manusia sesungguhnya memohon perlindungan daripada kematian dan tidak memandangnya besar. Karena bodohnya mereka dengan kematian itu. Bahwa segala sesuatu sebelum terjadi sesungguhnya diketahui dengan cahaya kenabian dan kewalian. Karena itulah, besarnya ketakutan nabi-nabi as dan wali-wali dari kematian.
Sehingga nabi Isa as berkata: “Hai para sahabat ! berdoalah kepada Allah Ta’ala bahwa Ia memudahkan kepadaku sakarat ini. Yakni: mati. Maka sesungguhnya aku takut kepada kematian, sebagai ketakutan yang memberhentikan aku oleh ketakutanku dari mati kepada mati”.
Diriwayatkan, bahwa satu rombongan dari kaum Bani Israil melalui suatu pekuburan. Lalu sebahagian mereka berkata kepada sebahagian yang lain: “Kalau kamu berdoa kepada Allah Ta’ala, bahwa Ia mengeluarkan bagi kamu dari pekuburan ini seorang mayat, yang kamu bertanya kepadanya”. Mereka lalu berdoa kepada Allah Ta’ala. Maka tiba-tiba di tengah-tengah mereka berdiri seorang laki-laki dan diantara dua matanya bekas sujud yang keluar dari salah satu kuburan. Lalu laki-laki itu berkata: “Hai kaumku ! apakah yang kamu kehendaki daripadaku ? sesungguhnya aku telah merasai mati semenjak 50 tahun. Tiada tenanglah kepahitan mati dari hatiku”.
‘Aisyah berkata: “Aku tiada iri hati kepada seseorang yang dimudahkan kepadanya kematian, sesudah yang aku lihat dari kesukaran wafatnya Rasulullah saw. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw berdoa: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya Engkau mengambil nyawa dari antara urat, ruas dan anak-anak jari. Wahai Allah Tuhanku ! maka tolonglah aku atas kematian dan mudahkanlah dia atas aku !”.
Dari Al-Hasan Al-Bashari , bahwa Rasulullah saw menyebutkan mati, kedukaan dan kepedihannya. Beliau bersabda: “Dia itu kadar 300 pukulan dengan pedang”. Ditanyakan Nabi saw dari hal mati dan kesukarannya, maka beliau menjawab: “Bahwa semudah-mudahnya mati adalah seperti duri dalam bulu. Maka adakah keluar duri dari bulu, selain bersama duri itu bulu ?”.
Rasulullah saw masuk ke tempat seorang sakit. Kemudian beliau bersabda: “Bahwa aku mengetahui apa yang ditemuinya. Tiadalah daripadanya suatu urat, melainkan ia merasa pedih bagi kematian, atas ketajamannya”.
Adalah Ali ra menggerakkan kepada perang & berkata: “Jikalau kamu tidak membunuh, niscaya kamu mati. Demi Allah, yang nyawaku di TanganNya! sungguh 1000 pukulan dengan pedang itu lebih mudah atasku, daripada mati atas tempat tidur”.
Al-Auza’i berkata: “Sampai kepada kami hadits, bahwa mayat itu mendapat kepedihan mati, selama ia tidak dibangkitkan dari kuburnya”.
Syaddad bin Aus berkata: “Mati itu huru-hara yang terburuk didunia dan diakhirat atas orang mu’min. Dan itu lebih berat dari gergajian dengan gergaji, guntingan dengan gunting dan masakan dalam kuali. Dan jikalau mayat itu dibangkitkan dari kubur, lalu ia menerangkan kepada penduduk dunia dengan kematian, niscaya mereka tiada mengambil manfaat dengan kehidupan dan tidak mengambil kesenangan dengan tidur”.
                  Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, yang mengatakan: “Apabila masih tinggal atas orang mu’min dari derajatnya, sesuatu yang tidak sampai kepadanya dengan amalnya, niscaya berkeraslah kematian atasnya, supaya sampai ia dengan sakratul-maut dan kesukarannya akan derajatnya dalam sorga. Dan apabila ada bagi orang kafir perbuatan yang baik (ma’ruf) yang ia tidak memperoleh balasan, niscaya dimudahkan kepadanya pada kematian. Supaya sempurnalah pahala perbuatan baiknya. Lalu jadi ia ke neraka”.
Dari sebahagian mereka, bahwa ia bertanya kepada kebanyakan orang sakit: “Bagaimana kamu akan mendapatkan kematian ?”. Tatkala ia sakit, lalu ditanyakan kepadanya: “Engkau, bagaimana akan mendapati kematian itu ?”. Maka ia menjawab: “Seakan-akan langit itu berlapis atas bumi. Dan seolah-olah diriku keluar dari lobang jarum”.
Nabi saw bersabda: “Mati dengan mendadak itu kesenangan bagi orang mu’min dan kesedihan bagi orang zalim”.
Diriwayatkan dari Makhul, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jikalau sehelai rambut dari rambut mayat diletakkan atas penduduk lagit dan bumi, niscaya mereka mati dengan izin Allah Ta’ala”. Karena pada setiap helai rambut itu kematian. Dan tiada terjadi kematian dengan sesuatu, selain dia telah mati. Diriwayatkan, bahwa jikalau setitik dari kepedihan mati itu diletakkan atas bukit-bukit dunia semuanya, niscaya hancurlah bukit-bukit itu.
Diriwayatkan, bahwa Ibrahim as tatkala meninggal, maka Allah Ta’ala berfirman kepadanya: “Bagaimana engkau mendapati mati, hai khalilKu ?”. Ibrahim as menjawab: “Seperti besi membakar daging, yang diletakkan dalam bulu yang basah, kemudian ditarik”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Adapun sesungguhnya Kami telah memudahkannya kepada engkau”.
Diriwayatkan dari Musa as, bahwa tatkala telah jadilah ruhnya kepada Allah Ta’ala, maka Tuhannya berfirman kepadanya: “Hai Musa ! bagaimana engkau mendapati mati ?”. Musa as menjawab: “Aku mendapati diriku seperti burung pipit, ketika digoreng di atas tempat gorengan. Ia tidak mati, lalu dapat beristirahat dan ia tidak lepas, lalu ia terbang”. Diriwayatkan dari Musa as bahwa ia berkata: “Aku dapati diriku seperti kambing yang hidup, yang dikuliti dengan tangan pemotong hewan”.
Diriwayatkan dari nabi saw, bahwa ada di sisi Nabi saw segelas air ketika wafat. Maka beliau memasukkan tangannya dalam air. Kemudian, beliau menyapu dengan tangannya akan mukanya. Dan bersabda: “Wahai Allah Tuhanku ! mudahkanlah atasku sakratul-maut !”. Fatimah ra berkata:“Wahai kesusahan bagi kesusahan engkau, hai ayahku !”.Nabi saw menjawab: “Tiada kesusahan ayah engkau sesudah hari ini”.
Umar ra berkata kepada Ka’bul-Ahbar: “Hai Ka’ab ! terangkanlah kepada kami dari hal mati !”. Ka’ab lalu menjawab: “Wahai Amirul-mu’minin ! bahwa mati itu seperti ranting yang banyak duri, yang dimasukkan dalam rongga badan seseorang dan setiap duri itu diambil dengan akarnya. Kemudian, ditarik oleh seorang laki-laki yang kuat dengan sekali tarik. Maka diambillah apa yang telah diambil dan ditinggalkan apa yang ditinggalkan”.
Nabi saw bersabda: “Bahwa hamba itu sesungguhnya mengobati kesusahan mati dan sakratul-maut. Dan bahwa sendi-sendi tubuhnya memberi salam, oleh sebahagiannya kepada sebahagian yang lain. Ia mengatakan: “kepadamu salam sejahtera ! engkau akan berpisah dengan aku dan aku akan berpisah dengan engkau sampai hari kiamat”.
Maka inilah sakratil-maut atas wali-wali Allah Ta’ala dan kekasih-kekasihNya. Maka apakah hal kita dan kita ini terjerumus dalam perbuatan-perbuatan maksiat dan menguasai atas kita serta sakratil-maut oleh sisa dari bencana-bencana ? bahwa bencana kematian itu 3:
Pertama:         Kerasnya pencabutan nyawa (naz’a), sebagaimana telah kami sebutkan dahulu.
Bencana kedua: Menyaksikan rupa Malakul-maut, masuknya kengerian dan ketakutan daripadanya itu kepada mati. Maka jikalau orang yang paling kuat melihat rupa Malakul-maut yang mengambil nyawa hamba yang berdosa, niscaya ia tidak sanggup melihatnya.
Diriwayatkan dari Ibrahim as bahwa ia bertanya kepada Malakul-maut: “Adakah engkau sanggup memperlihatkan kepadaku rupa engkau, yang engkau ambil atas rupa itu ruh orang yang zalim ?”. Ibrahim menyambung pertanyaannya: “Tiada sanggupkah engkau yang demikian ?”. Malakul-maut menjawab: “Sanggup !”. Malakul-maut lalu menyambung: “Berpalinglah daripadaku !”. Nabi Ibrahim as lalu berpaling daripadanya. Kemudian, menoleh kembali. Tiba-tiba dilihatnya Malakul-maut itu seorang laki-laki hitam, keriting rambutnya, busuk baunya, hitam kainnya, yang keluar dari mulutnya dan lobang hidungnya lidah api dan asap. Maka pingsanlah Ibrahim as. Kemudian, ia sembuh. Dan kembali Malakul-maut itu kepada bentuknya yang semula. Lalu Ibrahim as berkata: “Hai Malakul-maut ! jikalau tidak dijumpai oleh orang yang zalim ketika mati, selain bentuk mukamu, niscaya adalah yang demikian itu memadai”.
Diriwayatkan Abu Hurairah dari Nabi saw, bahwa nabi Daud as adalah seorang laki-laki yang cemburu. Adalah dia, apabila ia keluar dari rumahnya, ia menguncikan pintu-pintunya. Maka pada suatu hari ia menguncikan pintu rumahnya dan ia keluar. Lalu isteri Daud as melihat dari atas. Tiba-tiba ia melihat dalam rumah itu seorang laki-laki. Maka ia bertanya: “Siapakah yang memasukkan laki-laki ini ? jikalau datanglah Daud, niscaya laki-laki ini akan mendapati kesukaran dari Daud”. Maka datanglah Daud. Lalu dilihatnya laki-laki itu, seraya bertanya: “Siapakah engkau ?”. Laki-laki itu menjawab: “Aku yg tidak takut kepada raja-raja. Dan tidaklah hijab (dinding) yang mencegah daripadaku”. Nabi Daud as lalu berkata: “Jadi, engkau ini adalah Malakul-maut!”. Dan Daud as duduk di belakang tempatnya”.
Diriwayatkan, bahwa Isa as lalu dekat tengkorak manusia. Lalu dipukulnya dengan kakinya, seraya berkata: “Berkatalah dengan izin Allah !”. Tengkorak itu lalu menjawab: “Hai Ruh Allah ! aku ini raja zaman anu dan anu. Sewaktu aku duduk dalam kerajaanku, atasku mahkotaku dan kelilingku tentaraku dan pengiringku, atas mahligai kerajaanku, tiba-tiba tampak bagiku Malakul-maut. Lalu hilanglah daripadaku setiap anggota badan atas dayanya. Kemudian, keluarlah diriku kepadanya. Maka wahai kiranya, apa yang ada dari kumpulan itu, adalah dia bercerai. Wahai kiranya, apa yang ada dari yang demikian jinak itu, adalah dia menjadi liar”. Inilah malapetaka yang dijumpai oleh orang-orang yang mengerjakan perbuatan maksiat dan dijaga oleh orang-orang yang mengerjakan taat. Dan telah diceritakan oleh nabi-nabi akan semata-mata sakrat nyawa tanpa ketakutan yang dijumpai oleh orang yang menyaksikan bentuk Malakul-maut seperti yang demikian. Dan jikalau dilihatnya (diimpikannya) dalam tidurnya pada suatu malam, niscaya sempitlah sisa umurnya kepadanya. Maka bagaimana dengan dilihatnya pada seumpama demikian keadaan ? Adapun orang yang taat, maka ia melihat Malakul-maut itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan secantik-cantiknya.
Diriwayatkan ‘Akramah dari Ibnu Abbas, bahwa Ibrahim as adalah seorang laki-laki pencemburu. Ia mempunyai sebuah rumah, yang dia beribadah padanya. Apabila ia keluar, maka dikuncikannya rumah itu. Pada suatu hari, ia pulang ke rumah tersebut. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dalam rumah. Maka ia bertanya: “Siapakah yang memasukkan kamu ke rumahku ?”. Laki-laki itu menjawab: “Dimasukkan aku ke dalam rumah ini oleh Yang Empunya rumah ini”. Ibrahim lalu menjawab: “Aku yang punya rumah ini”. Laki-laki itu menjawab pula: “Dimasukkan aku ke rumah ini oleh Yang Lebih memiliki rumah ini, dari aku dan dari engkau”. Ibrahim lalu bertanya: “Apakah engkau dari malaikat ?”. Laki-laki tersebut menjawab: “Aku Malakul-maut”. Ibrahim as lalu berkata: “Adakah engkau sanggup memperlihatkan kepadaku, rupa yang engkau mengambil nyawa orang mu’min dalam rupa itu ?”. Laki-laki itu menjawab: “Ya sanggup ! maka berpalinglah daripadaku !”. Nabi Ibrahim as lalu berpaling, kemudian ia melihat kembali. Maka tiba-tiba laki-laki itu seorang pemuda. Maka disebutkannya dari kebagusan wajahnya, kainnya dan keharuman baunya. Lalu Ibrahim berkata: “Hai Malakul-maut ! jikalau tidak ditemui oleh orang mu’min ketika mati, selain rupa engkau, niscaya mencukupilah”.
Sebahagian dari malapetaka itu menyaksikan dua malaikat penjaga. Wahib berkata: “Sampai kepada kami hadits, bahwa tiadalah dari seorang mayat yang mati, sehingga dua malaikat penulis amal, lihat-lihat akan amalnya. Jikalau yang mati itu orang yang taat, niscaya kedua malaikat tersebut berkata kepadanya: “Kiranya Allah membalas engkau kebajikan dari kami. Maka banyaklah majelis kebenaran engkau dudukkan kami. Dan amal shalih engkau kemukakan kepada kami”. Dan jikalau yang mati itu orang zalim, niscaya kedua malaikat tersebut mengatakan kepadanya: “Tidak dibalaskan engkau oleh Allah akan kebajikan daripada kami. Maka banyaklah majelis jahat, engkau dudukkan kami. Dan amal yang tidak shalih engkau kemukakan kepada kami dan perkataan keji, engkau memperdengarkan kepada kami. Maka tidaklah Allah membalaskan engkau akan kebajikan daripada kami”. Maka yang demikian itu bentuk pandangan mayat kepada kedua malaikat tersebut. Dan mayat itu tiada akan kembali ke dunia untuk selama-lamanya.
Malapetaka ketiga:
orang-orang maksiat menyaksikan tempatnya dari neraka. Dan takutnya mereka sebelum menyaksikan. Bahwa mereka dalam hal sakarat, telah lumpuhlah kekuatan nya dan nyawanya sudah menyerah untuk keluar. Dan nyawa mereka itu tidak akan keluar, selama mereka belum mendengar bunyi suara Malakul-maut, dengan salah satu dari dua kabar gembira. Adakalanya: Bergembiralah hai musuh Allah dengan neraka ! Atau: Bergembiralah hai wali Allah dengan sorga ! dan dari inilah adanya takut orang-orang yang berakal.
Dan Nabi saw bersabda: “Tiada akan keluar seseorang kamu dari dunia, sehingga ia mengetahui ke mana jadinya. Dan sehingga ia melihat tempat duduknya dari sorga atau neraka”. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa menyukai bertemu dengan Allah, niscaya Allah menyukai bertemu dengan dia. Dan barangsiapa tiada menyukai bertemu dengan Allah, niscaya Allah tiada menyukai bertemu dengan dia”. Mereka lalu berkata: “Semua kami tidak menyukai mati”. Nabi saw lalu bersabda: “Tidaklah itu dengan itu. Sesungguhnya orang mu’min apabila direnggangkan baginya, dari yang ia datang kepadanya, niscaya ia menyukai bertemu dengan Allah dan Allah menyukai bertemu dengan dia”.
Diriwayatkan, bahwa Hudzaifah bin Al-Yaman berkata kepada Ibnu Mas’ud yaitu ketika dia diakhir malam: “Bangunlah & lihatlah, saat apa sekarang!”. Ibnu Mas’ud lalu bangun berdiri. Kemudian datang kepada Hudzaifah bin Al-Yaman, seraya berkata: “Sudah terbit yang merah”. Hudzaifah lalu menjawab: “Aku berlindung dengan Allah, dari Shubuh ke neraka”.
Marwan masuk ke tempat Abu Hurairah. Maka berdoa Marwan: “Wahai Allah Tuhanku ! ringankanlah daripadanya !”. Lalu Abu Hurairah menjawab: “Wahai Allah Tuhanku ! keraskanlah !”. Kemudian, Abu Hurairah menangis. Dan berkata: “Demi Allah ! aku tidak menangis, karena gundah kepada dunia dan tidak karena susah berpisah dengan kamu. Akan tetapi, aku menunggu salah satu dari dua berita gembira dari Tuhanku, dengan sorga atau dengan neraka”.
Diriwayatkan pada hadits dari Nabi saw, bahwa ia bersabda: “Bahwa Allah apabila meridhai seorang hamba, niscaya berfirman: “Hai Malakul-maut ! pergilah kepada si Anu, maka datangkanlah kepadaKu dengan nyawanya ! supaya Aku senangkan dia menurutKu, dari amalnya, yang telah Aku cobakan dia. Lalu Aku mendapatinya di mana Aku sukai”. Maka turunlah Malakul-maut dan bersamanya 500 malaikat. Dan bersama mereka batang-batang bunga yang harum dan pokok-pokok za’faran. Masing-masing dari mereka digembirakannya dengan kegembiraan, selain kegembiraan temannya. Dan berdirilah para malaikat dua baris untuk mengeluarkan nyawanya, yang bersama mereka itu bau yang harum. Maka apabila dipandang kepada mereka oleh Iblis, niscaya Iblis itu meletakkan tangannya di atas kepalanya. Kemudian, ia memekik”.
Nabi saw meneruskan sabdanya: “Lalu berkata kepada Iblis itu tentaranya: “Bagaimana engkau hai penghulu kami ?”. Iblis itu lalu menjawab: “Apakah tidak kamu melihat, apa yang diberikan kepada hamba ini dari kemuliaan ? di manakah adanya kamu dari orang ini ?”. Tentara Iblis itu menjawab: “Kami telah bersungguh-sungguh mengganggu orang tersebut. Maka adalah dia terpelihara dari kesalahan”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata:“Tiada kesenangan bagi orang mu’min, selain pada bertemu dengan Allah Ta’ala. Maka hari kematian itu hari kegembiraan, kesenangan, keamanan, kemegahan dan kemuliaannya”.
Ditanyakan kepada Jabir bin Zaid ketika ia akan wafat: “Apakah yang engkau ingini ?”. Jabir menjawab: “Memandang kepada Al-Hasan Al-Bashari ”. Tatkala Al-Hasan Al-Bashari masuk ke tempatnya, lalu dikatakan kepadanya: “Ini Al-Hasan !”. Lalu Jabir mengangkatkan matanya kepada Al-Hasan, kemudian berkata: “Hai saudaraku ! saat –demi Allah- yang aku akan berpisah dengan kamu ke neraka atau ke sorga”.
Muhammad bin Wasi’ berkata ketika akan wafat: “Hai saudaraku ! kepadamu salam sejahtera, ke neraka atau dimaafkan oleh Allah”. Sebahagian mereka berangan-angan, bahwa tinggallah ia dalam nyawa/naz’a selama-lamanya. Ia tidak dibangkitkan untuk pahala dan untuk siksa. Maka ketakutan kepada su-ul-khatimah (buruk kesudahan) itu memotong hati orang-orang ‘arifin. Dan itu adalah sebahagian dari bala-bencana yang besar ketika mati. Dan telah kami sebut kan dahulu ma’na su-ul-khatimah dan kesangatan takutnya orang-orang ‘arifin daripadanya, pada “Kitab Takut dan Harap”. Dan itu layak dengan tempat ini. Akan tetapi, kami tiada akan memanjangkan menyebut dan mengulanginya.
PENJELASAN: yang disunatkan dari hal keadaan orang yang mendekati mati, ketika mati.
Ketahuilah kiranya, bahwa yang disukai ketika mati dari rupa orang yang akan mati (muhtadlar), ialah: ketenangan dan tak bergerak (diam). Dan dari lidahnya, bahwa ia mengucapkan kalimah syahadah. Dan dari hatinya, bahwa adalah dia baik sangka dengan Allah ta’ala. Adapun bentuk, maka diriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Perhatikanlah mayat pada 3 hal:
-        Apabila berpeluh dahinya,
-        berair mata kedua matanya dan
-        kering kedua bibirnya. Maka yang 3 itu adalah dari rahmat Allah yang turun kepadanya.
-        Dan apabila ia berdengkur seperti dengkurnya orang yang tercekek, merah warnanya dan pucat kedua bibirnya, maka itu adalah dari azab Allah, yang turun kepadanya”.
-        Adapun lancarnya lidah dengan pengucapan kalimah syahadah, maka itu adalah tanda kebajikan.
Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ajarkanlah orang yang dekat kepada mati dari kamu, dengan: “Laa ilaaha illallaahu”. Pada suatu riwayat dari Hudzaifah tersebut: “Maka kalimah itu menghancurkan segala kesalahan yang sebelumnya”.
Usman ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mati dan ia tahu, bahwa tiada Tuhan yang disembah, selain Allah, niscaya ia masuk sorga”. Kata ‘Ubaidullah: “dan ia mengaku”. Usman ra berkata: “Apabila orang yang akan meninggal sudah dalam keadaan muhtadlar (sudah mendekati meninggal), maka talqinkanlah (ajarkanlah) dia: Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah). Sesungguhnya tiadalah dari seorang hamba, yang disudahkan (memperoleh khatimah) baginya dengan “Laa ilaaha illallaah” ketika kematiannya, melainkan adalah perbekalannya ke sorga”.
Umar ra berkata: “Kunjungilah orang-orang kamu yang akan meninggal dan peringatilah mereka ! maka sesungguhnya mereka melihat yang tiada kamu lihat. Dan talqinkanlah mereka akan kalimah “Laa ilaaha illallaah”.
Abu Hurairah berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malakul-maut datang kepada orang yang akan mati. Lalu ia memperhatikan pada hatinya, maka tidak didapatinya pada hatinya itu sesuatu. Lalu Malakul-maut itu membuka kedua rahangnya. Maka didapatinya tepi lidahnya menempel dengan langit-langitnya, yang mengucapkan: Laa ilaaha illallaahu, maka diampunkan baginya dengan kalimah Al-Ikhlas itu”. Dan seyogyalah bagi yang mentalqinkan, bahwa ia tidak memaksakan pada pentalqinan itu. Akan tetapi, ia berlemah-lembut. Maka kadang-kadang lidah orang sakit itu tidak dapat menuturkan lagi. Maka sukarlah yang demikian kepadanya. Dan membawa talqin itu kepada memberatinya, dan tiada disukainya kalimah itu. Dan ditakuti bahwa adalah yang demikian itu menjadi sebab su-ul-khatimah (buruk kesudahan). Sesungguhnya makna kalimah tersebut, ialah bahwa mati orang itu dan tidak ada dalam hatinya, sesuatu selain Allah. Maka apabila tidak ada lagi baginya yang dicari, selain Yang Maha Esa, Yang Benar, niscaya adalah kedatangan nya dengan mati kepada Yang Dicintainya itu penghabisan nikmat bagi dirinya. Dan jikalau adalah hati itu tergila dengan dunia, berpaling kepadanya, merasa sedih atas hilang kelezatannya dan kalimah itu atas ujung lidah dan tidak sepakat hati atas pentahkikannya, niscaya jatuhlah urusan itu dalam bahaya kehendak: Bahwa semata-mata gerakan lidah itu sedikit faedahnya, kecuali bahwa Allah Ta’ala mengurniakan dengan makbul/dijabah.
Adapun baik sangka, maka itu disunatkan pada waktu ini. Dan kami sebutkan yang demikian pada Kitab Harap. Dan telah datang hadits-hadits dengan keutamaan baik sangka dengan Allah.
Watsilah bin Al-Asqa’ masuk ke tempat orang sakit. Lalu ia berkata: “Katakanlah kepadaku, bagaimana sangkamu dengan Allah ?”. Orang sakit itu menjawab: “Ditenggelamkan aku oleh dosa-dosaku dan aku hampir binasa. Akan tetapi, aku mengharap rahmat Tuhanku”. Watsilah lalu mengucapkan takbir dan keluarga rumah itu bertakbir dengan sebab takbirnya Watsilah. Ia mengatakan: “Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Aku pada sangkaan hambaKu dengan Aku. Maka hendaklah ia menyangka dengan Aku akan apa yang dikehendakinya”.
Nabi saw masuk ke tempat seorang pemuda dan pemuda itu akan meninggal dunia. Maka Nabi saw bertanya: “Bagaimana engkau mendapati diri engkau ?”. Pemuda itu menjawab: “Aku mengharap Allah dan aku takut akan dosa-dosaku”. Nabi saw lalu bersabda: “Tiada berkumpul keduanya harap dan takut itu dalam hati hamba, pada seperti tempat ini, selain yang diberikan oleh Allah kepadanya akan yang diharapnya. Dan diamankannya oleh Allah dari yang ditakutinya”.
Tsabit Al-Bannani berkata: “Ada seorang pemuda sangat suka bermain-main. Ia mempunyai ibu yang banyak memberi pengajaran kepadanya. Ibunya berkata kepadanya: “Hai anakku ! engkau sesungguhnya mempunyai hari. Maka ingatkanlah akan hari engkau itu !”. Maka tatkala turun perintah Allah Ta’ala kepadanya, maka ibunya menelungkup atasnya. Dan ibu itu mengatakan kepadanya: “Hai anakku ! aku sudah memperingatkan engkau akan terpelantingnya engkau yang ini. Dan aku mengatakan, bahwa engkau mempunyai hari”. Pemuda itu lalu menjawab: “Hai ibuku ! bahwa aku mempunyai Tuhan yang banyak kebaikanNya. Bahwa aku mengharap bahwa IA tidak menindakkan aku pada hari ini, akan sebahagian kebaikanNya”. Tsabit meneruskan ceritanya: Maka Allah merahmatinya dengan baik sangkanya dengan Tuhannya”.
Jabir bin Wada’ah berkata: “Ada seorang pemuda yang suka berbuat keji. Lalu ia sakit yang membawa kepada ajalnya. Maka ibunya berkata kepadanya: “Hai anakku ! tinggalkanlah wasiat dengan sesuatu”. Anak muda itu menjawab: “Ya, cincinku jangan engkau membukanya. Sesungguhnya pada cincin itu ada dzikir kepada Allah Ta’ala. Maka mudah-mudahan Allah merahmati akan aku”. Maka tatkala ia telah dikuburkan, lalu ia dimimpikan. Pemuda yang dimimpikan itu berkata: “Terangkanlah kepada ibuku, bahwa kalimah itu telah bermanfaat bagiku. Allah telah mengampunkan bagiku”.
Seorang Arab dusun sakit. Lalu dikatakan kepadanya: “Bahwa engkau akan mati”. Arab dusun itu lalu bertanya: “Kemana aku akan dibawa ?”. Mereka itu menjawab: “Kepada Allah”. Arab dusun itu lalu berkata: “Maka tidaklah aku benci, bahwa aku dibawa kepada Yang Tidak terlihatkan kebajikan, selain daripadaNya”.
Abu Muhammad Mu’tamar bin Sulaiman berkata: “Ayahku mengatakan kepadaku, tatkala beliau hampir wafat: “Hai Mu’tamar ! berbicaralah dengan aku secara mudah ! semoga aku menemui Allah ‘Azza Wa Jalla dan aku baik sangka dengan Dia”. Mereka menyukai, bahwa disebutkan bagi hamba akan kebaikan amalnya ketika matinya. Supaya baiklah sangkanya dengan Tuhannya.
PENJELASAN: Keluhan ketika bertemu dengan Malakul-maut dengan cerita-cerita yang dilahirkan oleh lisan keadaan (lisanul-hal) daripadanya.
Asy-ats bin Aslam berkata: “Ibrahim as bertanya kepada Malakul-maut dan namanya ‘Izrail. Ia mempunyai dua mata. Satu pada mukanya dan satu pada kuduknya. Nabi Ibrahim as berkata: “Hai Malakul-maut ! apa yang engkau perbuat, apabila ada satu nyawa di Timur dan satu nyawa di Barat. Terjadi penyakit kolera di suatu daerah di bumi ini. Dan bertemu dua barisan perang. Bagaimana engkau berbuat ?”. Malakul-maut itu menjawab: “Aku panggil nyawa-nyawa itu dengan izin Allah. Maka adalah dia diantara dua anak jari ini”. Asy-ats bin Aslam berkata: “Telah didekatkan bumi itu bagi Malakul-maut. Lalu tinggal seperti baki diantara 2 tangannya. Dan diambilnya daripadanya akan yang dikehendakinya”. Asy-ats meneruskan riwayatnya: “Dialah yang memberikan khabar gembira, bahwa dia khalilullah (khalil Allah) ‘Azza wa Jalla”.
Nabi Sulaiman bin Daud as bertanya kepada Malakul-maut: “Mengapakah aku tidak melihat engkau berlaku adil diantara manusia ? engkau ambilkan si Ini dan engkau tinggalkan si Ini ?”. Malakul-maut itu menjawab: “Tiadalah aku dengan yang demikian itu lebih mengetahui dari engkau. Sesungguhnya itu adalah lembar-lembar atau buku-buku yang dilemparkan kepadaku, yang di dalamnya ada nama-nama”.
Wahab bin Munabbih berkata: “Adalah salah seorang raja bermaksud berkendaraan ke suatu daerah di bumi. Maka dimintanya pakaian untuk dipakai nya. Lalu tidak menakjubkannya. Maka dimintanya pakaian yang lain. Sehingga dipakainya yang menakjubkannya sesudah berkali-kali. Begitupula dimintanya binatang kendaraan. Maka dibawa kepadanya. Lalu tidak menakjubkannya. Sehingga dibawa beberapa ekor binatang kendaraan. Maka dikendarainya yang terbagus daripadanya. Lalu datanglah Iblis, maka dihembuskannya dalam lobang hidung raja itu sekali hembus. Lalu penuhlah dia dengan kesombongan. Kemudian raja itu berjalan dan berjalan sertanya semua kuda kendaraannya. Ia tidak melihat kepada manusia, karena sombongnya. Maka datanglah kepada raja itu, seorang laki-laki buruk keadaannya. Laki-laki itu memberi salam, lalu raja itu tidak menjawab salam laki-laki itu. Laki-laki itu memegang kekang binatang kendaraannya. Maka raja itu lalu berkata: “Lepaskan kekang ! engkau telah berbuat persoalan besar”. Laki-laki itu berkata: “Aku ada keperluan kepadamu”. Raja itu menjawab: “Sabar, sampai aku turun”. Laki-laki itu menjawab: “Tidak ! sekarang juga”. Maka laki-laki itu memaksakan raja itu atas kekang binatang kendaraannya. Lalu raja itu berkata: “Sebutkanlah keperluanmu itu !”. Laki-laki itu menjawab: “Rahasia !”. Maka raja itu mendekatkan kepalanya kepada laki-laki itu. Lalu laki-laki itu membisikkan kepada raja itu dan mengatakan: “Aku Malakul-maut !”. Maka berobahlah warna raja dan gemetarlah lidahnya. Kemudian ia mengatakan: “Tinggalkanlah aku, sehingga aku kembali kepada keluargaku. Aku tunaikan hajatku dan aku tinggalkan mereka”. Malakul-maut itu menjawab: “Tidak ! demi Allah, engkau tiada akan melihat keluarga engkau dan kelengkapan perjalanan engkau untuk selama-lamanya”. Malakul-maut itu mengambil nyawa raja itu. Lalu raja itu jatuh, seakan-akan sepotong kayu.
Kemudian, Malakul-maut itu pergi. Maka ia bertemu dengan seorang hamba mu’min dalam demikian keadaan. Lalu ia memberi salam kepada hamba itu dan menjawab salamnya. Maka ia berkata: “Bahwa aku mempunyai hajat keperluan kepada engkau, yang akan aku sebutkan pada telinga engkau”. Orang mu’min itu menjawab: “Marilah sebutkan !”. Malakul-maut itu membisikkan, seraya berkata: “Aku Malakul-maut”. Orang mu’min itu lalu mengatakan: “Selamat datang kepada yang telah lama perginya daripadaku. Demi Allah ! tidak ada di bumi ini orang yang pergi jauh, yang lebih aku ingin menjumpainya, daripada engkau”. Maka Malakul-maut menjawab: “Laksanakanlah hajat keperluan engkau, yang engkau keluar kepadanya”. Orang mu’min itu menjawab: “Tiada bagiku keperluan, yang lebih besar padaku dan tiada aku cintai, selain bertemu dengan Allah Ta’ala”. Malakul-maut menjawab: “Pilihlah, atas keadaan mana, yang engkau kehendaki bahwa aku mengambil nyawa engkau”. Orang mu’min itu lalu menjawab:“Sanggupkah engkau atas yang demikian? Malakul-maut itu menjawab: “Ya sanggup ! sesungguhnya aku disuruhkan dengan yang demikian”. Orang mu’min itu berkata: “Tinggalkanlah aku, sehingga aku mengambilkan wudhu’ dan mengerjakan shalat. Kemudian, ambillah nyawaku dan aku sedang sujud”. Maka Malakul-maut itu mengambil nyawanya orang mu’min itu sedang sujud.
Abubakar bin Abdullah Al-Mazani berkata: “Seorang laki-laki dari kaum Bani Israil mengumpulkan harta. Maka tatkala ia hampir mati, lalu dikatakannya kepada anak-anaknya: “Perhatikanlah kepadaku akan segala jenis hartaku !”. Lalu dibawakan kepadanya dengan jumlah yang banyak dari kuda, unta, budak dll. Maka tatkala dilihatnya, lalu ia menangis karena kekesalan hatinya. Malakul-maut melihat orang itu menangis, lalu bertanya: “Apakah yang membawa engkau maka menangis ? maka demi Tuhan yang menganugerahkan engkau akan harta ! tiadalah aku keluar dari tempat engkau, sehingga aku ceraikan diantara nyawa engkau dan badan engkau”. Orang Israil itu menjawab: “Berilah aku tempo, sehingga aku bagi-bagikan harta itu !”. Malakul-maut menjawab: “Amat jauh dari yang demikian! telah terputuslah ketangguhan tempo dari engkau. Bukankah ada yang demikian itu sebelum datang ajal engkau?”. Lalu Malakul-maut itu mengambil nyawanya. Diriwayatkan, bahwa seorang laki-laki mengumpulkan harta, lalu dipeliharanya betul-betul. Ia tidak meninggalkan sejenispun dari harta, melainkan diambilnya. Ia membangun istana dan dibuatnya padanya dua pintu yang sangat kokoh. Dikumpulkannya pada istana itu pengawal-pengawal dari hamba sahayanya. Kemudian, dikumpulkannya keluarganya dan dibuatnya bagi mereka makanan. Dan ia duduk di atas tempat tidur. Diangkatnya salah satu dari kedua kakinya atas kaki yang lain. Dan mereka itu makan. Tatkala mereka itu sudah selesai makan, lalu laki-laki itu berkata: “Hai diri ! bernikmat-nikmatlah untuk beberapa tahun ! telah aku kumpulkan bagi engkau, apa yang memadai bagi engkau”. Belum lagi selesai laki-laki itu dari pembicaraannya, sehingga datanglah kepadanya Malakul-maut, dalam keadaan seorang laki-laki, yang baginya dua potong kain buruk. Dan pada lehernya karung makanan kuda. Ia menyerupai dengan orang-orang miskin. Malakul-maut itu mengetuk pintu dengan sangat keras, yang menakutkan laki-laki itu. Dan dia berada di atas tempat tidurnya. Lalu melompatlah budak-budak laki-laki itu kepada Malakul-maut, seraya mereka itu bertanya: “Apa kerjamu ini?”. Malakul-maut itu lalu menjawab: “Aku panggil kepadaku tuanmu”. Budak-budak itu menjawab: “Kepada orang yang seperti engkau ini, tuan kami akan keluar ?”. Malakul-maut menjawab: “Ya !”. Lalu mereka menerangkan yang demikian kepada tuannya. Tuannya lalu menjawab: “Mengapakah kamu berbuat dengan yang demikian dan kamu berbuat yang demikian ?”. Malakul-maut lalu mengetuk lagi pintu itu lebih keras dari yang pertama tadi. Lalu melompatlah para pengawal kepadanya. Maka Malakul-maut berkata: “Beritahukanlah kepadanya, bahwa aku Malakul-maut !”. Tatkala mereka mendengar yang demikian, lalu tercampaklah atas mereka ketakutan. Dan jatuhlah atas tuan mereka kehinaan dan berbuat-buat merendahkan diri. Tuannya lalu berkata: “Katakanlah kepada Malakul-maut itu dengan perkataan yang lemah-lembut ! tanyakanlah, adakah ia akan mengambil seseorang ?”. Malakul-maut itu lalu masuk, seraya berkata: “Berbuatlah pada hartamu, apa yang engkau berbuat ! aku tiada akan keluar dari tempat ini, sehingga aku keluarkan nyawa engkau”. Lalu laki-laki itu menyuruh tentang hartanya, supaya diletakkan di hadapannya. Ketika dilihatnya hartanya, lalu ia berkata: “Dikutukkan engkau oleh Allah dari harta. Engkau menyibukkan aku daripada beribadah kepada Tuhanku. Dan engkau mencegah aku bahwa aku bersembunyi-sepi bagi Tuhanku”. Maka Allah menganugerahkan kepada harta dapat berbicara. Lalu harta itu berkata: “Mengapa engkau memaki aku ? dan engkau dapat masuk ke tempat raja-raja dengan sebab aku. Dan orang yang taqwa ditolak dari pintu mereka. Engkau mengawini wanita-wanita yang penuh kenikmatan dengan aku. Engkau duduk pada majelis raja-raja dengan aku. Engkau belanjakan aku pada jalan kejahatan. Maka aku tidak melarang dari engkau. Dan jikalau engkau belanjakan aku pada jalan kebajikan, niscaya aku mendatangkan manfaat kepada engkau. Engkau dan anak Adam itu dijadikan dari tanah. Maka ia berjalan dengan kebajikan dan ia berjalan dengan dosa”. Kemudian, Malakul-maut itu mengambil nyawanya. Lalu orang itu jatuh.
Wahab bin Munabbih berkata: “Malakul-maut mengambil nyawa seorang yang perkasa dari orang-orang yang perkasa. Tiada di bumi orang yang seperti dia. Kemudian, Malakul-maut itu naik ke langit. Maka para malaikat bertanya: “Untuk siapa engkau itu bersangatan kasih-sayang, dari orang yang engkau ambil nyawanya ?”. Malakul-maut menjawab: “Aku disuruh mengambil nyawa seorang wanita di padang balatentara dari bumi. Maka aku datang kepadanya. Dan wanita itu telah melahirkan seorang anak. Maka aku kasihan kepadanya, karena terasingnya. Dan aku kasihan kepada anaknya, karena kecilnya dan adanya di padang balatentara itu, yang tiada menyantuninya”. Para malaikat itu menjawab: “Orang yang perkasa yang engkau ambil sekarang nyawanya, itulah anak yang telah engkau kasihan kepadanya. Maha Suci Allah Yang Mahalemah-lembut bagi siapa yang dikehendakiNya”.
‘Atha’ bin Yassar berkata: “Apabila datang malam nishfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban), maka diserahkan selembar daftar kepada Malakul-maut. Lalu dikatakan kepadanya: “Ambillah nyawa siapa yang tersebut dalam daftar ini, dalam tahun ini !”. ‘Atha’ bin Yassar lalu meneruskan: “Bahwa hamba itu menanam tanaman. Mengawini jodoh-jodohnya dan membangun bangunan-bangunan. Dan namanya dalam daftar itu dan dia tidak tahu”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Tiada satu haripun, melainkan Malakul-maut itu memeriksa setiap rumah 3 kali. Maka siapa yang didapatinya dari mereka yang telah menyempurnakan rezekinya dan telah habis ajalnya, niscaya diambilnya nyawanya. Maka apabila ia mengambil nyawanya, niscaya keluarganya menghadapinya dengan jeritan dan tangisan. Lalu Malakul-maut mengambil dengan dua tiang pintu, seraya berkata: “Demi Allah ! aku tidak memakan rezekinya. Aku tidak menghilangkan umurnya. Aku tidak mengurangkan ajalnya. Dan bahwa aku pada kamu itu berkali-kali kembali memeriksa. Sehingga tiada tinggal dari kamu seorangpun”. Al-Hasan berkata: “Demi Allah ! jikalau mereka melihat tempatnya dan mendengar perkataannya, niscaya mereka itu lupa dari mayatnya. Dan mereka itu menangis atas dirinya”.
Yazid Ar-Raqqasyi berkata: “Sewaktu salah seorang dari orang-orang yang perkasa dari kaum Bani Israil, duduk pada tempatnya, yang sudah sepi dengan sebahagian keluarganya, tiba-tiba ia melihat kepada seseorang yang masuk dari pintu rumahnya. Lalu ia bangun kepada orang itu dengan terkejut dan marah, seraya bertanya: “Siapa kamu ? siapa yang memasukkan kamu dalam rumahku ?”. Orang itu menjawab: “Adapun yang memasukkan aku ke rumah ini, maka yang Empunyanya. Adapun aku maka yang tidak tercegah hijab daripadaku. Dan aku tidak meminta izin kepada raja-raja. Aku tidak takut akan serangan orang-orang yang berkuasa. Tidak mencegah daripadaku oleh setiap orang yang perkasa, yang keras. Dan tidak oleh setan yang durhaka”. Yazid Ar-Raqqasyi meneruskan ceritanya: “Maka jatuhlah di tangan Malakul-maut itu orang yang perkasa tersebut. Ia gemetar, sehingga jatuh tersungkur atas mukanya. Kemudian, ia mengangkatkan kepalanya kepada Malakul-maut, dengan memohonkan pertolongan dan menghinakan diri. Orang itu lalu berkata kepada Malakul-maut: “Jadi engkau ini Malakul-maut !”. Malakul-maut menjawab: “Aku Malakul-maut !”. Orang itu bertanya lagi: “Adakah engkau menangguhkan aku, sehingga aku mengemukakan janji ?’. Malakul-maut menjawab: “Amat jauh dari itu ! telah habis masa engkau. Telah berlalu nafas engkau. Dan telah hilang saat-saat engkau. Maka tiadalah jalan kepada mengundurkan engkau”. Orang itu lalu bertanya: “Kemanakah engkau membawa aku pergi ?”. Malakul-maut menjawab: “Kepada amal engkau yang telah engkau datangkan. Dan kepada rumah engkau yang telah engkau sediakan”. Orang itu menjawab: “Sesungguhnya aku tidak mendatangkan amal yang shalih. Dan tidak menyediakan rumah yang bagus”. Malakul-maut menjawab: “Maka kepada satu tingkat neraka Jahannam dan yang mencabut tepi-tepi tulang”. Kemudian, Malakul-maut itu mengambil nyawanya. Lalu orang itu jatuh menjadi mayat diantara keluarganya. Maka siapa yang diantara yang memekik dan yang menangis. Yazid Ar-Raqqasyi berkata: “Jikalau mereka mengetahui akan buruknya yang terbalik-balik itu, niscaya adalah pegangan lebih banyak atas yang demikian”.
Dari Al-A’masy, dari Khaitsamah, yang mengatakan: “Malakul-maut masuk ketempat Sulaiman bin Daud as. Lalu ia melihat kepada seorang laki-laki dari teman duduk Sulaiman, yang ia terus-menerus memandang kepadanya. Tatkala Malakul-maut itu telah keluar, lalu laki-laki itu bertanya: “Siapakah orang itu?”. Nabi Sulaiman as menjawab: “Itu Malakul-maut”. Lalu laki-laki itu berkata lagi: “Aku melihatnya, bahwa ia memandang kepadaku, seakan-akan ia menghendaki aku”. Nabi Sulaiman as bertanya: “Apa yang kamu kehendaki ?”. Laki-laki itu menjawab: “Aku kehendaki, bahwa engkau melepaskan aku daripadanya. Engkau suruh angin, sehingga angin itu membawa aku ke penghabisan tanah India”. Maka angin itu lalu berbuat yang demikian. Kemudian Sulaiman as mengatakan kepada Malakul-maut, sesudah kedatangannya yang kedua kali: “Aku melihat engkau terus-menerus memandang kepada seorang dari teman-teman dudukku”. Malakul-maut menjawab: “Ya ! aku merasa heran kepadanya. Karena, engkau suruh aku mengambil nyawanya di penghabisan tanah India dalam saat yang dekat. Dan dia ada di sisi engkau. Maka aku merasa heran dari yang demikian. (jadi kemanapun kita pergi jika azal sudah datang maka disitulah kita mati. Pent)
BAB KEEMPAT: tentang wafatnya Rasulullah saw dan para khulafa’-rasyidin sesudahnya.
WAFAT........ RASULULLAH SAW.
Ketahuilah kiranya, bahwa pada Rasulullah saw itu ikutan yang baik, sewaktu hidup dan sesudah wafat, pada perbuatan dan perkataan. Semua hal-ihwalnya menjadi ibarat bagi orang-orang yang melihat dan perhatian bagi orang-orang yang memperhatikan. Karena, tiada seorangpun yang lebih mulia pada Allah selain daripadanya. Karena adalah dia itu khalil Allah, kekasih dan yang dilepaskanNya. Adalah dia itu pilihan, rasul dan nabiNya. Maka perhatikanlah, adakah ditangguhkanNya sesaat ketika habis masanya ? adakah diundurkanNya sekejap mata sesudah datang saat kewafatan nya ? tidak ! bahkan diutuskan Nya kepadanya malaikat-malaikat yang mulia, yang diwakilkan untuk mengambil nyawa manusia. Lalu mereka bersungguh-sungguh dengan ruhnya yang suci, lagi mulia untuk dipindahkannya dan diperbuatkannya, supaya diberangkatkannya dari tubuhnya yang suci, kepada kerahmatan, keridhaan dan kebajikan-kebajikan yang elok. Bahkan, ke tempat duduk kebenaran di samping Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka bersangatanlah serta yang demikian itu pada waktu nyawa oleh kesusahannya. Lahirnya rintisan nya, berulang kali kegundahannya, meninggilah keinginannya, berobahlah warnanya, keluarlah keringat keningnya dan bergoncanglah pada menggenggam dan membuka, kiri dan kanannya. Sehingga menangis bagi tempat berbaringnya itu, orang yang hadir. Dan meratap karena kesangatan keadaannya itu, orang yang menyaksikan pemandangannya. Maka adalah anda melihat kepangkatan kenabian itu dapat menolak daripadanya, yang dikuasakan ? adakah malaikat berintip-intip (bermuraqabah) padanya, sebagai keluarga dan teman ? adakah malaikat itu bertoleransi (bermusamahah) dengan beliau, karena adalah beliau itu yang menolong kebenaran, yang memberi kabar gembira dan kabar peringatan ? amat jauh dari yang demikian ! akan tetapi, malaikat itu mengikuti, apa yang ia diperintahkan dan mematuhi apa yang didapatinya pada Luh Mahfudh yang digariskan. Maka ini adalah keadaannya beliau. Dan beliau itu pada Allah mempunyai kedudukan yang terpuji dan kolam yang didatangkan. Dan beliau itu orang pertama yang dibelahkan bumi daripadanya. Yang mempunyai syafa’at pada hari dikemukakan di padang mahsyar.
Maka sangat mengherankan, bahwa kita tiada mengambil ibarat dengan yang demikian. Dan kita tidak percaya pada yang akan kita temukan. Akan tetapi, kita menjadi tawanan nafsu syahwat dan teman perbuatan maksiat dan kejahatan. Maka bagaimanakah kita tiada mengambil pengajaran dengan tempat berbaringnya Muhammad penghulu segala rasul, imam orang-orang taqwa dan kekasih Allah semesta alam ? mungkin kita menyangka bahwa kita akan kekal. Atau menduga bahwa kita serta jahatnya perbuatan kita, orang yang mulia pada sisi Allah. Amat jauh-amat jauh dari yang demikian ! akan tetapi, kita semua hendaknya yakin akan datang ke neraka. Kemudian, tiada terlepas daripadanya, selain orang-orang yang taqwa. Maka kita yakin bagi kedatangan ke neraka itu. Dan merupakan sangkaan untuk keluar daripadanya. Tidak, bahkan kita telah berbuat aniaya bagi diri kita sendiri. Jikalau adalah kita seperti yang demikian, maka kita itu menunggu bagi yang keras sangkaan. Maka tidaklah kita –demi Allah- dari orang-orang yang taqwa. Allah Tuhan semesta alam berfirman: “Dan tiada seorangpun diantara kamu yang tiada masuk ke dalamnya; itulah keputusan Tuhan engkau yang tidak dapat dihindarkan. Akhirnya, Kami lepaskan orang-orang yg menjaga dirinya (dari kejahatan) dan Kami biarkan orang-orang yang bersalah berlutut di dalamnya”. S 19 Maryam ayat 71-72.
Maka hendaklah setiap hamba memperhatikan kepada dirinya sendiri, bahwa dia lebih dekat kepada orang-orang yang zalim atau kepada orang-orang yang taqwa ! maka perhatikanlah kepada diri engkau sendiri, sesudah engkau memperhatikan kepada perjalanan hidup orang-orang dahulu yang shalih ! maka sesungguhnya mereka berada bersama orang-orang yang memperoleh taufiq, dari orang-orang yang takut. Kemudian, perhatikanlah kepada penghulu rasul-rasul yang diutuskan oleh Allah ! maka sesungguhnyalah dia adalah di atas keyakinan dalam urusannya. Karena adalah dia penghulu nabi-nabi dan panglima orang-orang yang taqwa. Dan ambillah menjadi ibarat, bagaimana adanya kesusahan ketika bercerai dengan dunia ! bagaimana bersangatan urusannya ketika berbalik ke sorga Jannatul-ma’wa (sorga tempat kediaman).
Ibnu Mas’ud ra berkata: “Kami masuk ke tempat Rasulullah saw di rumah ibu kita ‘Aisyah, ketika Rasulullah saw sudah mendekati bercerai dengan dunia. Maka beliau memandang kepada kami. Lalu keluarlah air mata dari kedua matanya saw. Kemudian, beliau bersabda: “Selamat datang kepadamu ! dihidupkan kamu oleh Allah. Diberi tempat kamu oleh Allah. Ditolong kamu oleh Allah. Aku wasiatkan kepadamu dengan taqwa kepada Allah. Aku wasiatkan kepadamu akan mengingati Allah. Bahwa aku adalah yang memberi kabar peringatan dan yang menjelaskan kepadamu daripada Allah. Bahwa tidaklah kamu itu meninggi atas Allah di negeriNya dan hamba-hambaNya. Sesungguhnya telah dekatlah ajal dan balik kembali kepada Allah, ke Sidratul-muntaha, ke Jannatul-ma’wa dan ke gelas yang lebih sempurna. Maka ucapkan kepada dirimu sendiri dan kepada orang yang masuk dalam agamamu sesudahku, daripadaku, akan: salam dan rahmat Allah !”.
Diriwayatkan, bahwa Nabi saw bertanya kepada Jibril as ketika beliau akan wafat: “Siapakah untuk umatku sesudahku”. Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Jibril: “Bahwa sampaikanlah kabar gembira kepada kekasihKu, bahwa Aku tidak menghinakannya pada umatnya ! sampaikanlah kabar gembira kepadanya, bahwa dialah manusia yang tersegera keluar dari kuburnya, apabila manusia itu dibangkitkan ! dialah penghulu mereka apabila dikumpulkan. Bahwa sorga itu tidak diberikan kepada umat-umat yang lain, sebelum umatnya masuk”. Maka Nabi saw menjawab: “Sekarang tetaplah hatiku”.
‘Aisyah berkata: “Kami disuruh oleh Rasulullah saw bahwa memandikannya dengan 7 kaleng air dari 7 sumur. Maka kami kerjakan yang demikian. Maka beliau merasa senang. Lalu beliau keluar dan mengerjakan shalat dengan orang banyak. Meminta ampun bagi para syuhada dalam perang Uhud. Beliau berdoa bagi mereka dan memberi wasiat kepada orang-orang anshar, seraya bersabda: “Adapun kemudian, hai orang-orang muhajirin ! bahwa kamu itu bertambah. Dan jadilah orang-orang anshar itu tidak bertambah di atas keadaannya yang ada pada hari ini. Bahwa orang-orang anshar itu tempat rahasiaku, yang aku tempatkan kepadanya. Maka muliakanlah yang mulia dari mereka!”. Yakni: Yang berbuat baik dari mereka. “Dan lewatilah dari yang berbuat jahat dari mereka !”. Kemudian Nabi saw menyambung: “Bahwa hamba itu disuruh pilih diantara dunia dan apa yang pada sisi Allah. Maka ia memilih apa yang pada sisi Allah”. Lalu Abubakar ra menangis. Dan berat dugaannya bahwa Nabi saw menghendaki dirinya sendiri. Lalu Nabi saw bersabda: “Atas kelemah-lembutan engkau hai Abubakar, tutuplah pintu-pintu jalan ini dalam masjid, selain pintu Abubakar ! maka sesungguhnya aku tidak mengetahui akan manusia, yang lebih utama padaku dalam persahabatan, selain dari Abubakar”.
‘Aisyah berkata: “Maka Nabi saw diambil nyawanya di rumahku, pada hariku, diantara sebelah atas dadaku dan paru-paruku. Dan Allah mengumpulkan diantara air liurku dan air liurnya ketika wafat. Lalu masuk ke tempatku saudaraku Abdurrahman. Dan di tangannya kayu sugi. Maka Nabi saw memandang kepada kayu sugi itu. Lalu aku ketahui, bahwa kayu sugi itu menakjubkannya. Lalu aku berkata kepadanya: “Apakah aku ambilkan kayu sugi itu untukmu ?”. Nabi saw lalu mengisyaratkan dengan kepalanya. Artinya: ya ! lalu aku serahkan kepadanya. Maka dimasukkannya dalam mulutnya. Lalu beliau bersangatan pada menggosok giginya. Maka aku mengatakan kepadanya: “Aku lembutkan bagimu ?”. Maka beliau mengisyaratkan dengan kepalanya. Artinya: ya. Lalu aku melembutkan pada menggosokkan giginya. Dan ada di hadapannya suatu tempat air. Lalu beliau memasukkan tangannya dalam tempat air itu dan bersabda: “Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah. Bahwa bagi kematian itu mempunyai sakarat”. Kemudian, Nabi saw menegakkan tangannya dengan bersabda: “Teman Yang Maha Tinggi-Teman Yang Maha Tinggi”.
Lalu aku berkata: “Jadi –demi Allah- ia tidak memilih kami”. Dirawikan Sa’id bin Abdullah dari bapaknya, yang mengatakan: “Tatkala orang-orang anshar melihat, bahwa Rasulullah saw bertambah berat sakitnya, lalu mereka mengelilingi masjid. Maka masuklah Al-‘Abbas ke tempat Nabi saw. Lalu ia memberitahukan kepada beliau, akan tempat dan kasih-sayangnya orang-orang anshar. Kemudian, masuk Al-Fadlail bin Al-Abbas ke tempat Nabi saw. Lalu memberitahukan kepada Nabi saw seperti yang demikian. Kemudian, masuk Ali ra ke tempat Nabi saw. Lalu memberitahukan pula seperti yang demikian. Maka Nabi saw memanjangkan tangannya, seraya bersabda: “Ini !”. Lalu mereka memegangnya. Maka Nabi saw bersabda: “Apakah yang kamu katakan ?”. Mereka menjawab: “Kami mengatakan, bahwa kami takut, bahwa engkau wafat”. Kaum wanita orang-orang anshar itu memekik-mekik, karena berkumpulnya kaum lelaki mereka ke tempat Nabi saw. Maka bangunlah Rasulullah saw, lalu beliau keluar dengan berpegang pada Ali dan Al-Fadlal. Dan Al-Abbas di depannya. Dan Rasulullah saw itu terbalut kepala, melangkah dengan dua kakinya. Sehingga beliau duduk atas bagian bawah tangga mimbar.
Dan manusia berkumpul melompat kepadanya. Nabi saw memuji Allah dan mengucapkan pujian kepadaNya dan bersabda: “Hai manusia ! sesungguhnya telah sampai berita kepadaku, bahwa kamu takut bahwa aku mati. Seakan-akan tantangan daripadamu kepada mati itu. Dan tiadalah kamu itu menantang dari kematian nabimu. Apakah itu diberitahukan tentang kematianku kepada kamu dan tentang kematian dirimu kepada kamu ? adakah seorang nabipun yang kekal sebelumku, pada siapa ia dibangkitkan ? lalu aku dikekalkan pada kamu ? ketahuilah, bahwa aku mengikuti Tuhanku. Bahwa kamu mengikutiNya. Aku wasiatkan kamu dengan orang-orang muhajirin yang pertama itu, akan kebajikan. Dan aku wasiatkan orang-orang muhajirin mengenai hal-hal diantara sesama mereka.
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Demi waktu ! sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik dan mewasiatkan (memesankan) satu sama lain dengan kebenaran dan mewasiatkan satu sama lain, supaya bersabar (berhati teguh)”. S 103 Al ‘Ashr ayat 1-2-3. Sesungguhnya segala urusan itu berlaku dengan izin Allah. Maka tidak dibawa kamu oleh kelambatan suatu urusan kepada kesegeraannya. Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla tidak menyegerakan karena kesegeraan seseorang. Barangsiapa melawan Allah, niscaya Ia mengalahkannya. Dan barangsiapa menipu Allah, niscaya Ia membalaskan nya. Maka adakah kamu mengharap, jikalau kamu berpaling, bahwa kamu berbuat kerusakan di bumi dan kamu memutuskan silaturrahim dengan keluargamu ? aku wasiatkan kamu dengan kaum anshar, akan kebajikan. Sesungguhnya mereka itu yang menempati negeri ini dan beriman dari sebelum kamu, bahwa kamu berbuat ihsan (baik) kepada mereka. Apakah tidak mereka (kaum anshar) itu membagi-bagikan buah-buahan setengah seorang diantara kamu ? apakah tidak mereka itu melapangkan bagimu pada rumah-rumah tempat tinggal ? adakah tidak mereka itu mengutamakan kamu dari diri mereka itu sendiri, walaupun bagi mereka itu sendiri memerlukan ? ketahuilah, maka siapa yang diangkat menjadi penguasa (wali) untuk mengadili diantara dua orang, maka hendaklah ia menerima dari yang berbuat baik dari mereka. Dan hendaklah melewatkan (melepaskan) dari yang berbuat jahat dari mereka. Ketahuilah, dan janganlah kamu mengambil untuk dirimu sendiri atas mereka ! ketahuilah, bahwa aku mendahului kamu dan kamu akan mengikuti aku ! ketahuilah, bahwa tempat perjanjianmu itu kolam, kolamku yang melintang melebar, dari apa yang diantara Bishra negeri Syam (Syria) dan Sana’a negeri Yaman, yang dituangkan padanya oleh pancuran sungai Al-Kautsar, akan air yang lebih sangat putih dari susu, lebih lembut dari buih air dan lebih manis dari air madu. Siapa yang minum daripadanya, niscaya tiada akan haus untuk selama-lamanya. Tambahannya itu intan permata. Dan sungai dalamnya itu kasturi. Barangsiapa tidak diberikan pada tempat berhenti besok, niscaya ia tidak diberikan kebajikan seluruhnya.
Ketahuilah, maka barangsiapa yang mengingini bahwa ia datang kepadaku besok, maka hendaklah ia mencegah lidahnya dan tangannya, selain pada yang seyogyanya”.
Al-Abbas lalu berkata: “Wahai Nabi Allah ! wasiatkanlah kepada orang Quraisy !”. Maka Nabi saw menjawab: “Sesungguhnya aku wasiatkan dengan yang tadi itu kepada orang Quraisy. Dan manusia itu mengikuti orang Quraisy. Yang baik mereka bagi yang baik dan yang zalim mereka bagi yang zalim. Maka mintalah wasiat kepada keluarga Quraisy akan kebajikan kepada manusia ! hai manusia ! bahwa dosa itu mengobahkan nikmat dan menggantikan sumpah. Maka apabila manusia berbuat baik, niscaya pemuka-pemukanya berbuat baik kepada mereka. Dan apabila manusia berbuat zalim, niscaya pemuka-pemukanya akan sangat murka kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman: “Dan begitulah sebahagian orang-orang yang bersalah itu Kami jadikan pemimpin bagi yang lain, disebabkan apa yang mereka usahakan”. S 6 Al An’aam ayat 129.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra, bahwa Nabi saw bersabda kepada Abubakar ra: “Bertanyalah, hai Abubakar !”. Abubakar ra lalu bertanya: “Hai Rasulullah ! sudah dekatkah ajal ?”. Nabi saw maka menjawab: “Sungguh ajal telah dekat dan berkulai”. Abubakar ra lalu menjawab: “Hai Nabi Allah ! sesungguh nya dirindukan engkau oleh apa yang di sisi Allah. Moga-moga kiranya aku ketahui, dari tempat berbalik-baliknya kita”. Nabi saw lalu menjawab: “Kepada Allah, ke Sidratul-muntaha. Kemudian, ke sorga Jannatul-ma’wa, Firdaus yang tertinggi, gelas yang tersempurna, Teman Yang Tertinggi, keberuntungan dan hidup yang tenang”. Abubakar ra lalu bertanya: “Hai Nabi Allah ! siapakah yang mengurus pemandian engkau ?”. Nabi saw menjawab: “Laki-laki dari ahli baitku (keluargaku), yang terdekat, maka yang terdekat”. Abubakar ra bertanya lagi: “Pada apa kami kafankan engkau ?”. Nabi saw menjawab: “Pada pakaianku ini, pada pakaian bikinan Yaman dan dalam pakaian putih bikinan Mesir”. Abubakar ra bertanya pula: “Bagaimana shalat kami kepada engkau ?”. Kami menangis dan Nabi saw pun menangis. Kemudian, beliau bersabda: “Pelan-pelan ! Allah mengampunkan bagi kamu. Memberi balasan bagi kamu kebajikan dari nabimu. Apabila kamu memandikan aku dan mengkafankan aku, maka letakkanlah aku atas tempat tidurku di rumahku ini, atas tepi kuburanku ! kemudian, keluarlah sesaat daripadaku ! bahwa yang pertama yang bershalat (mengucapkan selawat) kepadaku, ialah Allah ‘Azza Wa Jalla (DIA lah dan paraNya yang mengucapkan kepadaku) Kemudian, Ia mengizinkan kepada para malaikat, pada bershalat kepadaku. Maka yang pertama yang masuk kepadaku dari makhluk Allah dan bershalat kepadaku, ialah: Jibril, kemudian Mikail, kemudian Israfil, kemudian Malakul-maut serta dengan tentara yang banyak. Kemudian malaikat semuanya. Rahmat Allah kepada mereka sekalian. Kemudian, kamu. Maka masuklah kepadaku dengan berbondong-bondong, jama’ah demi jama’ah. Dan ucapkanlah salam sejahtera ! dan janganlah kamu menyakiti aku, dengan mensucikan, memekik dan menjerit ! dan hendaklah dimulai dari kamu oleh imam dan keluargaku, yang terdekat, maka yang terdekat. Kemudian, jama’ah kaum wanita. Kemudian, jama’ah anak-anak”. Abubakar bertanya: “Siapakah yang memasukkan engkau ke dalam kubur ?”. Nabi saw menjawab: “Jama’ah-jama’ah dari keluargaku, yang terdekat, maka yang terdekat, serta banyak malaikat, yang kamu tidak melihat mereka. Dan mereka melihat kamu. Bangunlah berdiri ! maka tunaikanlah daripadaku kepada orang yang sesudahku !”.
                  Abdullah bin Zam’ah berkata: “Bilal datang pada awal bulan Rabiul-awwal. Lalu ia beradzan untuk shalat. Maka Rasulullah saw bersabda: “Suruhlah Abubakar mengerjakan shalat dengan manusia !”. Lalu aku keluar, maka aku tidak melihat di depan pintu, selain Umar dalam orang banyak, yang tidak ada Abubakar dalam mereka itu. Aku lalu berkata: “Bangun berdiri, hai Umar ! bershalatlah dengan orang banyak !”. Umar lalu bangun berdiri. Tatkala ia bertakbir dan adalah dia lelaki yang keras suara, maka didengar oleh Rasulullah saw akan suaranya dengan takbir itu. Lalu Rasulullah saw bertanya: “Dimana Abubakar ? Allah enggan yang demikian dan juga kaum muslimin”. Nabi saw bersabda 3 kali: “Suruhlah Abubakar, maka hendaklah ia mengerjakan shalat dengan manusia !”.
 ‘Aisyah lalu berkata: “Hai Rasulullah ! bahwa Abubakar seorang laki-laki yang lemah hati. Apabila ia bangun berdiri pada tempat berdiri engkau, niscaya ia dikerasi oleh tangisan”. Nabi saw lalu bersabda: “Bahwa engkau ia teman-teman Yusuf. Suruhlah Abubakar, maka hendaklah ia bershalat dengan manusia !”. Abdullah bin Zam’ah meneruskan riwayatnya: “Maka Abubakar mengerjakan shalat, sesudah shalat yang dikerjakan Umar”. Adalah Umar mengatakan kepada Abdullah bin Zam’ah sesudah yang demikian: “Kasihan, apakah yang engkau perbuat dengan aku ? demi Allah ! jikalau tidaklah aku menyangka, bahwa Rasulullah saw yang menyuruh engkau, niscaya tidaklah aku kerjakan”. Lalu Abdullah bin Zam’ah menjawab: “Bahwa aku tiada melihat seseorang, yang lebih utama dengan yang demikian, selain engkau”.
Berkata ‘Aisyah: “Aku tidak mengatakan yang demikian itu dan tidak aku palingkan dari Abubakar, selain karena kebenciannya kepada dunia. Dan karena pada memerintah itu dari bahaya dan kebinasaan, selain orang yang diselamatkan oleh Allah. Dan aku takut pula, bahwa tidak adalah manusia yang menyukai orang yang mengerjakan shalat pada tempat berdirinya Nabi saw. Dan beliau itu hidup selama-lamanya, selain bahwa dikehendaki oleh Allah. Lalu mereka itu dengki kepada orang tersebut dan melawannya. Dan tidak senang kepadanya. Jadi, urusan itu urusan Allah.
Qodo (hukum taqdir) itu qodo Allah. Dan Allah memeliharakannya dari setiap yang aku takuti kepadanya, dari urusan dunia dan agama”. ‘Aisyah berkata: “Maka pada hari, yang hari itu Rasulullah saw wafat, mereka melihat daripadanya kekeringan pada awal siang. Lalu orang-orang laki-laki berpisah dari Nabi saw pulang ke tempatnya dan melaksanakan keperluannya dengan keadaan gembira. Mereka meninggalkan Rasulullah saw dengan kaum wanita. Maka ketika kami di atas keadaan yang demikian, tidaklah kami atas seperti hal kami pada harapan dan kesenangan sebelum yang demikian.
Rasulullah saw bersabda: “Keluarlah sekalian dari tempatku ! malaikat ini meminta izin masuk kepadaku”. Maka keluarlah semua orang yang dalam rumah, selain aku. Dan kepala Nabi saw dalam pangkuanku. Lalu beliau duduk dan aku berpindah ke sudut rumah. Maka Nabi saw lama berbicara berbisik dengan malaikat itu. Kemudian, beliau memanggil aku. Lalu beliau meletakkan kembali kepalanya pada pangkuanku. Dan beliau bersabda kepada wanita-wanita itu: “Masuklah !”. Aku lalu bertanya: “Tidakkah ini suara Jibril as ?”. Rasulullah saw lalu menjawab: “Tidak, hai ‘Aisyah ! ini Malakul-maut, datang kepadaku. Ia mengatakan: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla mengutus aku(Malakul-maut) dan menyuruh aku, bahwa aku tidak masuk kepada engkau, selain dengan izin. Maka jikalau engkau tidak mengizinkan masuk bagiku, niscaya aku kembali. Dan jikalau engkau izinkan bagiku, niscaya aku masuk. Allah menyuruh aku, bahwa aku tidak mengambil nyawa engkau, sehingga engkau menyuruh aku mengambilnya. Maka apakah perintah engkau ?”. Aku lalu menjawab: “Tunggu sebentar, sehingga datang kepadaku Jibril as. Maka ini saat Jibril !”.
‘Aisyah lalu meneruskan riwayatnya: “Maka kami menghadapi urusan, yang tidak ada baginya jawaban pada kami dan tidak ada pendapat. Maka kami merasa dahsyat. Dan seakan-akan kami dipukul dengan suatu musibah, yang tiada kami kembalikan sesuatu kepadanya. Dan tiada seorangpun dari ahlul-bait (keluarga Nabi saw) berkata-kata, karena membesarkan urusan ini. Dan ketakutan yang memenuhi rongga badan kami”.
‘Aisyah meneruskan riwayatnya: “Dan datanglah Jibril pada saatnya. Lalu ia memberi salam. Maka aku kenal suaranya. Dan semua ahlul-bait keluar. Lalu ia masuk, seraya berkata: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla menyampaikan kepada engkau salam sejahtera dan berfirman: “Bagaimana engkau mendapati diri engkau ? dan Dia lebih mengetahui dengan yang engkau dapati dari engkau. Akan tetapi, Ia berkehendak bahwa Ia menambahkan bagi engkau kiramah dan kemuliaan. Dan bahwa Ia menyempurnakan kiramah engkau dan kemuliaan engkau atas makhluk. Dan bahwa adalah engkau itu sunnah pada umat engkau”.
Nabi saw lalu menjawab: “Aku dapati diriku sakit”. Jibril as lalu menjawab: “Bergembirakah ! Bahwa Allah Ta’ala menghendaki menyampaikan kepada engkau, apa yang telah disediakanNya bagi engkau”. Nabi saw lalu menjawab: “Hai Jibril ! bahwa Malakul-maut meminta izin masuk kepadaku”. Dan Nabi saw menerangkan kabar itu kepada Jibril. Lalu Jibril as menjawab: “Hai Muhammad ! bahwa Tuhan engkau itu rindu kepada engkau. Apakah tidak diberitahukanNya kepada engkau, yang dikehendakiNya dengan engkau ? tidak –demi Allah-. Tidaklah sekali-kali Malakul-maut itu meminta izin masuk kepada seseorang dan ia tidak meminta izin selama-lamanya kepadanya. Selain, bahwa Tuhan engkau menyempurnakan kemuliaan engkau. Dan Dia itu rindu kepada engkau”.
Nabi saw menjawab: “Senantiasalah engkau disini, sehingga ia datang”. Nabi saw mengizinkan masuk bagi kaum wanita, seraya bersabda: “Hai Fathimah, dekatlah !”. Fathimah lalu menelungkup atas Nabi saw. Lalu Nabi saw berbicara berbisik dengan Fathimah. Maka Fathimah mengangkatkan kepalanya dan dua matanya bercucuran air mata. Ia tidak sanggup berkata-kata. Kemudian, Nabi saw bersabda: “Dekatkanlah kepala engkau kepadaku !”. Lalu Fathimah menelungkup atas Nabi saw. Maka Nabi saw berbicara dengan berbisik dengan Fathimah. Kemudian, Fathimah mengangkatkan kepalanya dan ia tertawa. Dan ia tidak sanggup berkata-kata. Maka adalah yang kami lihat dari Fathimah itu suatu keajaiban. Lalu aku bertanya kepadanya sesudah itu. Maka ia menjawab, bahwa: Nabi saw menerangkan kepadaku dan bersabda: “Bahwa aku meninggal hari ini”. Lalu aku menangis. Kemudian, beliau bersabda: “Bahwa aku berdoa kepada Allah, kiranya Ia mengikutkan engkau dengan aku, dalam permulaan keluargaku. Dan bahwa Ia menjadikan engkau bersama aku”. Lalu aku tertawa”. Fathimah mengizinkan kedua puteranya bersama Nabi saw. Lalu Nabi saw menciuminya.
‘Aisyah menerangkan: “Dan datanglah Malakul-maut, lalu memberi salam dan meminta izin masuk. Maka Nabi saw mengizinkan masuk kepadanya”. Malakul-maut itu bertanya: “Apakah yang engkau suruh kami, hai Muhammad ?”. Nabi saw menjawab: “Perhubungkanlah aku dengan Tuhanku sekarang !”. Malakul-maut menjawab: “Ya, dari hari engkau ini. Bahwa Tuhan engkau rindu kepada engkau. Tidaklah Ia berulang-ulang dari seseorang, sebagai berulang-ulangNya kepada engkau. Dan Ia tidak melarang aku masuk kepada seseorang, selain dengan izin, kecuali engkau. Akan tetapi, saat engkau itu di hadapan engkau”. Dan Malakul-maut itu lalu keluar. ‘Aisyah meneruskan riwayatnya: “Dan datanglah Jibril, seraya mengucapkan: “Salam sejahtera kepada engkau, hai Rasulullah ! inilah penghabisan yang aku turun padanya ke bumi untuk selama-lamanya. Telah dilipatkan wahyu dan telah dilipatkan bumi. Tiada bagiku di bumi keperluan, selain engkau. Dan tiada bagiku di bumi keperluan, selain kehadiran engkau. Kemudian, gunanya tempat keberhentian ku. Tidak ! demi Tuhan, yang mengutuskan Muhammad dengan kebenaran ! tidaklah dalam rumah seseorang yang sanggup mengulangi suatu kalimat kepada nya pada yang demikian dan tidak disuruh kepada seseorang dari orang-orang lelaki, karena besarnya apa yang didengar dari pembicaraannya, perasaan kita dan kasih-sayang kita”.
‘Aisyah meneruskan riwayatnya: “Lalu aku bangun berdiri kepada Nabi saw. Sehingga aku letakkan kepalanya di tengah-tengah dadaku dan aku pegang dadanya. Ia pingsan, sehingga mengeras. Dahinya berkeringat, dengan keringat yang aku tiada pernah sekali-kali melihatnya dari seorang insan. Lalu aku sapu keringat itu. Tiada pernah aku dapati bau sesuatu yang lebih harum daripadanya. Lalu aku mengatakan kepadanya, ketika beliau telah sadar kembali: “Demi engkau, bapakku dan ibuku, diriku dan keluargaku, akan apa yang dikeluarkan oleh dahi engkau dari keringat”.
Nabi saw lalu bersabda: “Hai ‘Aisyah ! bahwa nyawa orang mu’min itu keluar dengan keringat dan nyawa orang kafir itu keluar dari dua rahang nya seperti nyawa keledai”. Maka pada ketika itu kami takut dan kami diutus kepada keluarga kami. Maka laki-laki pertama yang datang kepada kami dan tidak dilihat oleh Rasulullah saw, ialah saudaraku (Abdurrahman bin Abubakar), yang diutus oleh ayahku kepadaku. Maka wafatlah Rasulullah saw, sebelum datang seseorang. Sesungguhnya Allah mencegah mereka dari Rasulullah saw, karena Rasulullah saw itu diurus oleh Jibril dan Mikail. Dan adalah Rasulullah saw apabila pingsan, maka beliau mengucapkan: “Tetapi Teman Yang Tertinggi (Ar-Rafiiqal-a’laa)”. Seakan-akan pilihan itu dikembalikan kepada Nabi saw. Apabila beliau telah sanggup berbicara, maka beliau mengatakan: “Shalat-shalat ! sesungguhnya kamu senantiasalah berpegang teguh satu-sama lain, selama kamu mengerjakan shalat berjama’ah. Shalat-shalat !”. Adalah beliau mewasiatkan dengan shalat, sehingga beliau wafat dan mengatakan: shalat-shalat. ‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw wafat diantara meninggi matahari waktu Dhuha dan menengah hari, pada hari Senin”.
Fathimah ra berkata: “Apakah yang aku temui dari hari Senin itu ? demi Allah ! senantiasalah umat dicoba dengan musibah besar padanya”. Ummu Kalsum berkata: “Hari, yang Ali ra mendapat musibah di Kufah, adalah seperti musibah itu. Apa yang aku temui dari hari Senin itu ? Rasulullah saw wafat pada hari Senin. Pada hari Senin, Umar ra dibunuh. Dan pada hari Senin, ayahku (Ali ra) dibunuh. Maka apakah yang aku temui dari hari Senin ?”.
‘Aisyah berkata: “Tatkala telah wafat Rasulullah saw lalu masuklah manusia ramai, sehingga meninggilah bunyi tangisan. Dan para malaikat menutup tubuh Rasulullah saw dengan kainku. Orang ramai itu berselisih. Sebahagian mereka mendustakan dengan kewafatan Nabi saw. Dan sebahagian mereka membisu. Ia tidak berkata-kata, selain sesudah jauh. Yang lain mencampur-adukkan. Mereka mencemarkan perkataan, dengan tidak jelas. Yang lain tinggal dengan akal pikiran masing-masing. Dan yang lain menahan diri.
Adalah Umar bin Al-Khattab termasuk dalam golongan orang yang mendustakan berita tentang kewafatan Nabi saw. Ali termasuk dalam golongan orang yang menahan diri. Dan Usman termasuk dalam golongan orang yang membisu. Umar lalu keluar kepada orang banyak, seraya berkata: “Bahwa Rasulullah saw tidak wafat. Sesungguhnya ia dikembalikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Hendaknya dipotong tangan dan kaki orang-orang munafik yang bercita-cita kewafatan bagi Rasulullah saw. Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla janji-menjanjikan dengan Rasulullah saw, sebagaimana Ia janji-menjanjikan dengan Musa as. Dan Rasulullah saw akan datang kepada kamu”.
Pada suatu riwayat, Umar ra berkata: “Hai manusia! tahankanlah lidahmu daripada menyebut Rasulullah saw. Sesungguhnya ia tidak wafat. Demi Allah! tiada seorangpun aku mendengar yang menyebutkan, bahwa Rasulullah saw telah wafat, melainkan aku letakkan ke atasnya pedangku ini”.
Adapun Ali ra maka ia berdiam diri. Ia selalu dalam rumah. Adapun Usman, maka ia tidak berbicara dengan seorangpun. Diambil tangannya, lalu dibawa orang dan ia pergi dengan orang itu. Tiada seorangpun dari kaum muslimin, dalam keadaan seperti Abubakar dan Al-‘Abbas. Allah ‘Azza Wa Jalla menguatkan keduanya dengan taufiq dan kebenaran. Walaupun manusia itu tidak mengindahkan, selain perkataan Abubakar ra. Sehingga datanglah Al-‘Abbas, lalu ia berkata: “Demi Allah, yang tiada disembah, selain Dia. Rasulullah saw telah merasakan kematian. Ia telah membaca dan dia di depan kamu, akan ayat: “Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati. Kemudian itu, kamu pada hari kebangkitan (kiamat) akan bertengkar di hadapan Tuhan kamu”. S 39 Az Zumar ayat 30-31. Sampai kabar itu kepada Abubakar dan dia waktu itu pada Banil-Harits bin Al-Khazraj. Maka ia datang dan terus masuk ke tempat Rasulullah saw. Lalu ia memandang kepadanya. Kemudian ia menelungkup dan memeluk Rasulullah saw. Kemudian, ia berkata: “Demi engkau, bapakku dan ibuku, hai Rasulullah ! tidaklah Allah merasakan engkau meninggal dua kali. Sungguh –demi Allah- Rasulullah saw telah wafat. Kemudian, Abubakar ra keluar kepada manusia, seraya berkata: “Hai manusia ! siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat. Dan siapa yang menyembah Tuhan Muhammad, maka Dialah itu hidup, tidak meninggal.
Allah Ta’ala berfirman: “Tiadalah Muhammad itu, selain seorang rasul, sesungguhnya telah lewat sebelumnya beberapa rasul; apakah kalau dia meninggal atau terbunuh, kamu akan surut ke belakang (kembali kafir) ? dan siapa yang surut ke belakang, niscaya tiada akan merusakkan Allah sedikitpun dan Allah nanti akan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur”. S Ali ‘Imran ayat 144.
Seakan-akan manusia tiada pernah mendengar ayat tersebut, selain hari itu. Pada suatu riwayat, bahwa Abubakar ra tatkala sampai berita kepadanya, lalu ia masuk ke rumah Rasulullah saw dan ia berselawat kepada Nabi saw. Kedua matanya berhamburan air mata. Rasa tercekek lehernya meninggi, seperti tercekeknya unta pada menalan makanan. Dan Abubakar pada yang demikian itu tetap pikiran pada perbuatan dan perkataan. Lalu ia menelungkup atas Nabi saw. Maka ia membuka kain dari muka Nabi saw. Dipeluk dan dicium nya dahi dan dua pipi Nabi saw. Dan disapuhkannya akan wajah Nabi saw. Ia menangis dan berkata: “Demi engkau, bapakku dan ibuku ! diriku dan keluargaku ! engkau baik sewaktu hidup dan sesudah meninggal. Telah terputus karena meninggalnya engkau, akan apa yang tiada terputus karena meninggalnya nabi-nabi dan kenabian. Maka engkau besar dari dapat disifatkan dan engkau agung dari tangisan. Engkau terkhusus, sehingga engkau jadi terhibur. Dan engkau terlengkap, sehingga jadilah kami itu sama dengan engkau. Jikalau tidaklah meninggalnya engkau itu pilihan dari engkau, niscaya kami bersungguh-sungguh bagi kesedihan engkau dengan seluruh jiwa. Jikalau tidaklah engkau melarang dari menangis, sesungguhnya kami habiskan semua air mata kepada engkau. Adapun yang kami tidak sanggup menidakkannya dari kami, maka yaitu: duka-cita dan ingatan yang selalu ada, yang senantiasa pada diri kami. Ya Allah, maka sampaikanlah itu dari kami ! sebutkanlah kami hai Muhammad –kiranya Allah merahmati engkau- di sisi Tuhan engkau ! hendaklah ada kami ini dari hati engkau ! maka jikalau tidaklah yang engkau tinggalkan dari ketentraman, niscaya tidaklah bangun seseorang bagi yang engkau tinggalkan dari keliaran hati. Ya Allah, ya Tuhan ! sampaikanlah kepada Nabi kami dari kami dan peliharalah dia pada kami !”.
Dari Ibnu Umar, bahwa tatkala Abubakar masuk ke rumah Nabi saw, ia berselawat dan memujikan Tuhan, lalu gemuruhlah suara isi rumah, dengan kegemuruhan, yang didengar oleh keluarga yang berselawat. Setiap kali ia menyebutkan sesuatu, niscaya mereka itu bertambah kegemuruhannya. Maka tidaklah tenang kegemuruhan mereka, selain dengan salamnya seorang laki-laki di pintu, dengan suara keras dan kuat. Laki-laki itu berkata: “Assalamu’alaikum hai ahlul-bait !”. Setiap diri (nyawa) merasai kematian, kemudian kamu semua dikembalikan kepada Kami”. Sesungguhnya pada Allah ada gantinya dari setiap seseorang, kedapatan bagi setiap kegemaran dan kelepasan dari setiap ketakutan. Maka haraplah kepada Allah dan percayalah kepadaNya !”. Maka mereka itu mendengar ucapan tersebut dan mereka menentangnya. Dan mereka memutuskan tangisan. Tatkala tangisan itu telah habis, lalu hilanglah suara itu. Salah seorang mereka melihat, maka ia tiada melihat seorangpun. Kemudian, mereka kembali menangis. Lalu mereka itu diserukan oleh seorang penyeru, yang tiada mereka itu mengenal suaranya: “Hai ahlu-bait! ingatlah Allah dan pujikanlah Dia atas setiap keadaan, yang adalah kamu dari orang-orang yang ikhlas. Sesungguhnya pada Allah itu hiburan dari setiap musibah dan ganti dari setiap keinginan. Maka bertaatlah kepada Allah ! dan kerjakanlah menurut perintahNya !”. Maka berkata Abubakar ra: “Itu Nabi Khidlir dan Al-Yasa’ as yang datang kepada Nabi saw”.
Al-Qa’qa bin ‘Amr menyempurnakan cerita pidato Abubakar ra. Maka berkata Al-Qa’qa: “Abubakar ra bangun berdiri di tengah-tengah manusia banyak berpidato, dimana manusia mencucurkan air matanya, dengan suatu pidato, yang kebanyakannya selawat kepada Nabi saw. Maka Abubakar memuji dan memuja Allah di atas setiap keadaan. Abubakar ra berkata: “Aku naik saksi, bahwa tiada yang disembah, selain Allah Yang Maha Esa, yang membenark kan janjiNya, yang menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuh dengan sendirian Nya. Maka bagi Allah Yang Maha Esa segala pujian. Dan aku naik saksi bahwa Muhammad itu hambaNya, rasulNya dan kesudahan nabi-nabiNya. Dan aku naik saksi, bahwa Kitab Alquran itu sebagaimana telah diturunkan. Bahwa agama sebagaimana disyari’atkan/diagamakan. Bahwa hadits sebagaimana diberitakan. Bahwa perkataan sebagaimana dikatakan. Dan bahwa Allah itu Yang Maha Benar dan Yang Maha Menerangkan. Ya Allah, ya Tuhan ! maka curahkanlah rahmat kepada Muhammad hambaMu, rasulMu, nabiMu, kekasihMu, kepercayaanMu, pilihanMu dan kemurnianMu, dengan sebaik-baiknya dari yang Engkau rahmatkan kepada seseorang dari makhlukMu ! ya Allah, ya Tuhan ! jadikanlah rahmatMu, ke’afiatanMu, kasih-sayangMu dan barakahMu, kepada penghulu rasul-rasul, kesudahan nabi-nabi dan imam orang-orang yang taqwa, Muhammad panglima kebajikan, imam kebajikan dan rasul kerahmatan ! ya Allah, ya Tuhan ! dekatkanlah pangkatnya ! besarkanlah buktinya ! muliakanlah maqam kedudukannya dan bangkitkanlah kepadanya suatu kedudukan yang terpuji, yang digemari oleh orang-orang yang awal dan orang-orang yang akhir ! manfaatkanlah bagi kami, dengan maqamnya yang terpuji pada hari kiamat ! gantikanlah dia pada kami di dunia dan di akhirat ! dan sampaikanlah dia derajat dan jalan di sorga ! ya Allah, ya Tuhan kami ! curahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad ! berikanlah barakah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad ! sebagaimana Engkau telah mencurahkan rahmat dan barakah kepada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Hai manusia ! sesungguhnya siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad itu telah meninggal. Dan siapa yang menyembah Allah, maka Allah itu hidup yang tiada mati. Bahwa Allah telah mengemukakan kepadamu dalam urusanNya maka janganlah kamu meninggalkannya dengan kegundahan! bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla telah memilih bagi NabiNya saw, apa yang padaNya, kepada apa yang padamu. DiambilNya nyawanya kepada pahalaNya. Dan ditinggal kanNya padamu KitabNya dan sunnah NabiNya saw. Maka siapa yang mengambil keduanya, niscaya ia berma’rifah (mengenal ilmu Allah Ta’ala). Dan siapa yang memisahkan diantara keduanya, niscaya ia menentang: “Hai orang-orang yang beriman ! hendaklah kamu menjadi orang-orang yang kuat menegakkan keadilan !”. Dan janganlah kamu disibukkan oleh setan, dengan wafatnya nabimu ! dan janganlah setan itu mengacaukan kamu dari agamamu ! bersegeralah kamu dari setan dengan kebajikan, yang kamu dapat melemahkannya. Dan janganlah kamu menunggukannya, maka ia mengikuti kamu dan membuat fitnah kepada kamu !”.
Ibnu Abbas berkata: “Tatkala telah selesai Abubakar dari pidatonya, lalu ia berkata: “Hai Umar ! engkau yang sampailah kabar kepadaku, bahwa engkau mengatakan: tiadalah meninggal Nabi saw. Apakah engkau tidak ingat, bahwa Nabi saw bersabda pada hari itu, demikian-demikian. Dan pada hari itu, demikian-demikian ? Allah Ta’ala berfirman dalam KitabNya: “Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati”. S 39 Az Zumar ayat 30. Umar ra lalu menjawab: “Demi Allah ! seakan-akan aku belum pernah mendengar ayat itu dalam Kitab Allah, sebelum sekarang ini, tatkala diturun kan kepada kita. Aku mengaku, bahwa Kitab itu sebagaimana diturunkan. Bahwa hadits itu sebagaimana diberitakan. Dan bahwa Allah itu hidup, tidak mati. Bahwa kita kepunyaan Allah dan bahwa kita akan kembali kepadaNya. Rahmat Allah kepada RasulNya. Dan pada Allah kita mengemukakan RasulNya saw”.
Kemudian, Umar duduk di samping Abubakar. ‘Aisyah berkata: “Tatkala mereka berkumpul untuk memandikan Rasulullah saw, maka mereka berkata: “Demi Allah, kita tidak tahu, bagaimana kita memandikan Rasulullah saw ? adakah kita membuka kainnya, sebagaimana kita berbuat dengan orang-orang yang meninggal dari kita ? atau kita memandikannya dalam kainnya ?”. ‘Aisyah meneruskan riwayatnya: “Maka Allah mengirimkan tidur kepada mereka. Sehingga tiada tinggal seorangpun dari mereka, melainkan ia meletakkan janggutnya atas dadanya, dalam keadaan tidur. Kemudian berkata orang yang berkata, yang tiada diketahui, siapakah dia: “Mandikanlah Rasulullah saw dan di atasnya kainnya !”. Lalu mereka terbangun. Maka mereka berbuat yang demikian. Rasulullah saw dimandikan dalam baju kemejanya. Sehingga, tatkala telah selesai mereka dari memandikannya, lalu dikafankan”.
Ali ra berkata: “Kami bermaksud membuka baju kemejanya. Lalu kami diserukan: “Jangan kamu buka dari Rasulullah saw akan pakaiannya !”. Maka kami tetapkan pakaian itu. Lalu kami memandikannya dalam baju kemejanya. Sebagaimana kami memandikan orang-orang yang meninggal dari kami dengan terlentang. Tiada kami kehendaki, bahwa dibalikkan bagi kami, akan suatu anggota badan daripadanya, yang tiada bersangatan, melainkan dibalikkan bagi kami, sehingga kami selesai daripadanya. Sesungguhnya bersama kami hembusan angin dalam rumah, seperti angin yang segar. Dan terdengar bagi kami suara: “Pelan-pelanlah kamu dengan Rasulullah saw. Sesungguhnya kamu itu akan merasa cukup”. Maka demikianlah adanya wafat Rasulullah saw. Beliau tidak meninggalkan suatu apapun, melainkan dikuburkan bersama dengan beliau.
Abu Ja’far berkata: “Dilengkapi liang lahadnya dengan tikar tidurnya dan kain selimutnya. Dan dibentangkan kain-kainnya yang dipakainya waktu tidak tidur, ke atas kain selimut dan tikar tidurnya. Kemudian diletakkan beliau di atasnya dalam kafannya. Beliau tiada meninggalkan harta sesudah wafatnya. Dan tiada membangun dalam hidupnya sesuatu batu merah di atas batu merah. Dan tiada meletakkan suatu bambu di atas suatu bambu. Maka pada hidupnya itu ibarat yang sempurna. Dan bagi kaum muslimin itu teladan yang baik dengan Rasulullah saw.
WAFAT...... ABUBAKAR ASH-SHIDDIQ RA.
Tatkala Abubakar ra mendekati wafat (ihtidhar), maka datanglah ‘Aisyah. Maka ia membuat perumpamaan dengan sekuntum syair ini:
Demi umurku.....
Tidaklah mengayakan banyak harta dari seorang pemuda,
apabila hari itu.........
nyawanya akan keluar dan telah sempitlah dadanya.
Abubakar ra lalu membukakan mukanya dan berkata: “Tidak demikian. Akan tetapi, katakanlah: “Dan Sakratul-maut (kesakitan mati) itu datang dengan sebenarnya. Itulah daripadanya engkau hendak melarikan diri”. Lihatlah 2 helai kainku ini ! cucikanlah keduanya dan kafanilah aku dengan keduanya ! sesungguhnya orang yang hidup itu lebih memerlukan kepada yang baru dari orang yang mati”. Aisyah ra bermadah ketika akan wafat Abubakar ra:
Yang putih itu,
menyirami awan mendung dengan wajahnya.
Musim bunga anak yatim piatu,
adalah rantai leher bagi wanita-wanita janda.
Abubakar ra lalu menjawab: “Yang demikian itu adalah Rasulullah saw”. Mereka masuk ke tempat Abubakar ra. Lalu bertanya: “Apakah tidak engkau panggil dokter yang akan memeriksa engkau ?”. Abubakar ra menjawab: “Telah diperiksa oleh Dokterku akan aku. Dan Ia berfirman: “Bahwa Aku berbuat menurut kehendakKu”.
Masuk Salman Al-Farisi ra ke tempat Abubakar ra mengunjunginya. Maka Salman berkata: “Berilah kami wasiat !”. Abubakar ra menjawab: “Bahwa Allah telah membuka dunia kepadamu. Maka janganlah engkau mengambil daripadanya, selain yang sampai kepada engkau ! dan ketahuilah, bahwa barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh, maka dia itu dalam tanggungan Allah. Maka janganlah engkau menghinakan Allah dalam tanggunganNya. Maka Ia menelungkupkan engkau dalam neraka atas muka engkau”.
Tatkala telah beratlah sakit Abubakar ra dan orang banyak berkehendak daripadanya untuk menentukan gantinya, lalu ia menentukan Umar ra untuk menggantikannya. Maka berkatalah orang banyak kepadanya: “Engkau menentukan ganti engkau kepada kami, seorang yang kasar dan berhati keras, maka apakah yang akan engkau katakan kepada Tuhan engkau ?”.
Abubakar ra menjawab: “Aku akan mengatakan: “Aku menentukan gantiku kepada makhlukMu, yang terbaik dari makhlukMu”. Kemudian, Abubakar ra mengirim kabar kepada Umar ra. Maka datanglah Umar ra. Lalu Abubakar ra berkata: “Aku wasiatkan engkau dengan suatu wasiat. Ketahuilah, bahwa Allah mempunyai hak pada siang, yang tidak diterimaNya pada malam. Dan bagi Allah hak pada malam, yang tidak diterimaNya pada siang. Dan sesungguhnya Allah tidak menerima amalan tersebut, sebelum ditunaikan amalan fardhu. Dan bahwa beratlah timbangan amal orang yang berat timbangan amalnya pada hari kiamat, dengan diturutinya kebenaran di dunia dan beratnya kebenaran kepada mereka. Dan berhaklah bagi neraca, bahwa tidak diletakkan padanya, selain kebenaran yang memberatkan timbangannya. Dan bahwa ringanlah timbangan amal orang yang ringan timbangan amalnya pada hari kiamat, dengan diturutinya kebatil/salahan dan ringannya kebatil/salahan kepada mereka. Dan berhaklah bagi neraca, bahwa tidak diletakkan padanya, selain kebatil/salahan yang meringankan timbangannya. Bahwa Allah menyebutkan isi sorga dengan amalan mereka yang sebaik-baiknya. Dan melampaukan dari kejahatan-kejahatan mereka ! Lalu berkatalah yang berkata: “Bahwa aku kurang dari mereka. Dan aku tidak akan sampai pada tempat sampainya mereka. Bahwa Allah menyebutkan isi neraka, dengan amal perbuatan mereka yang terburuk. Dan Ia mengembalikan kepada mereka, akan amalan baik yang diperbuatkannya. Lalu berkatalah orang yang mengatakan: “Aku lebih baik dari mereka”. Bahwa Allah menyebutkan ayat rahmat dan ayat azab, supaya adalah orang mu’min itu gembira dan takut. Dan tidak membawa dengan kedua tangannya kepada kebinasaan. Dan ia tidak berangan-angan kepada Allah, yang tidak benar. Maka jikalau engkau memelihara akan wasiatku ini, maka tiadalah hal yang ghaib yang lebih engkau sukai, selain dari mati. Dan tak boleh tidak bagi engkau dari mati itu. Dan jikalau engkau sia-siakan wasiatku ini, maka tiadalah hal ghaib yang lebih tidak engkau sukai, selain dari mati. Dan tidak boleh tidak bagi engkau dari mati itu. Dan tidaklah engkau dapat melemahkannya”.
Sa’id bin Al-Musayyab berkata: “Tatkala Abubakar ra mendekati wafat (ihtidhar), maka datanglah orang-orang dari para sahabat. Mereka lalu berkata: “Hai Khalifah Rasulullah saw ! berilah kami bekal ! sesungguhnya kami melihat engkau bagi apa, yang dengan engkau”.
Abubakar ra menjawab: “Barangsiapa mengucapkan kalimat-kalimat ini, kemudian ia meninggal, niscaya Allah menjadikan ruhnya pada ufuq yang nyata (al-ufuqul-mubiin)”. Mereka lalu bertanya: “Apakah al-ufuqul-mubiin itu ?”. Abubakar ra menjawab: “Tanah rata, lagi lembut di hadapan ‘Arasy. Padanya raudhah-raudhah (taman-taman) Allah, sungai-sungai dan pohon-pohonan, yang diliputi setiap hari oleh 100 rahmat. Maka barangsiapa mengucapkan perkataan ini, niscaya dijadikan oleh Allah ruhnya pada tempat tersebut, yaitu:
 “Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau memulai menjadikan, dengan tiada keperluan bagi engkau kepada mereka. Kemudian Engkau jadikan mereka 2 golongan: segolongan bagi yang nikmat dan segolongan bagi yang azab. Maka jadikanlah aku bagi yang nikmat dan janganlah Engkau jadikan aku bagi yang azab !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menciptakan makhluk bergolong-golongan dan Engkau membedakan mereka, sebelum Engkau menciptakannya. Maka Engkau jadikan dari mereka itu yang sengsara dan yang berbahagia, yang sesat dan yang mendapat petunjuk. Maka janganlah Engkau menjadikan aku sengsara, disebabkan kemaksiata-kemaksiatanku !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau mengetahui, akan apa yang diusahakan oleh setiap diri, sebelum Engkau menciptakannya. Maka tiada tempat lari baginya, dari yang Engkau ketahui itu. Maka jadikanlah aku, dari orang yang Engkau memakaikannya, dengan ketaatan kepada Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa seseorang itu tiada berkehendak, sebelum Engkau berkehendak. Maka jadikanlah kehendak Engkau, bahwa aku berkehendak, akan yang mendekatkan aku kepada Engkau.
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau telah mentakdirkan akan gerak-gerik hamba, maka tiadalah bergerak sesuatu, selain dengan keizinan Engkau. Maka jadikanlah gerak-gerikku pada taqwa kepada Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menciptakan kebajikan dan kejahatan dan Engkau menjadikan bagi setiap sesuatu dari keduanya itu, yang berbuat, yang mengerjakannya. Maka jadikanlah aku dari dua bahagian itu yang terbaik !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menciptakan sorga dan neraka dan Engkau menjadikan bagi masing-masing dari keduanya itu penduduk. Maka jadikanlah aku dari penduduk sorga Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menghendaki dengan suatu kaum itu akan kesesatan dan Engkau sempitkan dengan yang demikian itu akan dada mereka. Maka lapangkanlah dadaku bagi iman dan hiaskanlah iman itu dalam hatiku !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau mengatur segala urusan dan Engkau menjadikan kembalinya kepada Engkau. Maka hidupkanlah aku sesudah mati, dengan hidup yang baik dan dekatkanlah aku kepada Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! barangsiapa yang di waktu pagi dan sore, kepercayaannya dan harapannya selain Engkau, maka Engkaulah kepercayaanku dan harapanku. Tiada daya dan tiada upaya, selain dengan Allah”. Abubakar ra berkata: “Ini semuanya dalam Kitab Allah ‘Azza Wa Jalla”.
WAFAT......... UMAR BIN AL-KHATTAB RA.
Amr bin Maimun berkata: “Aku adalah sedang berdiri pada pagi Umar mendapat musibah. Dan tidak ada diantaraku dan dia, selain Abdullah bin Abbas. Adalah Umar apabila melalui diantara dua shaf shalat, lalu ia berdiri diantara keduanya. Maka apabila ia melihat ada lobang, maka ia mengatakan: “Luruskan !”. Sehingga, apabila ia tiada melihat lagi pada mereka itu lobang, niscaya ia maju ke depan, lalu bertakbir”. Amr bin Maimun meneruskan riwayatnya: “Tatkala Umar ra membaca Surah Yusuf atau An-Nahl atau yang seperti demikian pada rakaat pertama, sehingga berkumpullah orang banyak. Maka tidaklah dia, selain lalu bertakbir.
Lalu aku mendengar ia mengatakan: “Dibunuh aku atau dimakan aku oleh anjing”, ketika ia ditikam oleh Abu Lu’luah. Dan terbanglah kafir ‘Ajam itu dengan pisau yang mempunyai dua mata. Ia tidak melewati kepada seseorang, di kanan atau di kiri, melainkan ditikamnya. Sehingga ditikamnya 13 orang. Maka 9 dari mereka itu meninggal. Dan pada suatu riwayat, 7 orang. Tatkala dilihat yang demikian oleh seorang kaum muslimin, lalu dilemparkannya kepada orang itu baju burnus (baju panjang yang bersambung dengan kopiah penutup kepala). Tatkala kafir ‘Ajam tadi menduga bahwa baju burnus tersebut telah diambil oleh orang muslim tersebut, lalu ia membunuh diri.
Umar ra memegang Abdurrahman bin ‘Auf, lalu mendahulukannya ke muka untuk menjadi imam shalat. Adapun orang yang mengiringi Umar, maka ia melihat apa yang aku lihat. Dan orang-orang yang di sudut-sudut masjid, maka mereka itu tiada mengetahui apa yang terjadi. Selain mereka itu tidak mendengar lagi suara Umar ra. Dan mereka itu mengucapkan: “Subhaanallaah-subhaanallaah !”. Abdurrahman lalu mengerjakan shalat dengan orang banyak itu, shalat yang ringan. Tatkala orang banyak sudah pergi, lalu Umar ra berkata: “Hai Ibnul-Abbas ! periksalah siapa yang membunuh aku !”. Amr bin Maimun meneruskan ceritanya: “Ibnul-Abbas itu lalu menghilang sesaat. Kemudian, ia datang, seraya berkata: “Budak Al-Mughirah bin Sya’bah”. Umar ra lalu menjawab: “Kiranya ia dibunuh oleh Allah ! sesungguhnya adalah aku menyuruhnya yang baik”. Kemudian, Umar ra mengatakan: “Segala pujian bagi Allah, yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang muslim. Adalah engkau dan bapak engkau menyukai, bahwa banyaklah orang-orang kafir ‘Ajam di Madinah”. Adalah Al-Abbas yang paling banyak berteman dengan mereka. Ibnu Abbas maka menjawab: “Jikalau engkau kehendaki, niscaya aku berbuat. Artinya: jikalau engkau kehendaki, niscaya kami bunuh mereka”. Umar ra menjawab: “Sesudah mereka berkata-kata dengan bahasa kamu ? mereka mengerjakan shalat ke kiblat kamu ? dan mereka mengerjakan hajji seperti hajji kamu ?”. Maka Umar ra dibawakan ke rumahnya. Lalu kami berjalan bersama dengan dia”. Amr bin Maimun meneruskan ceritanya: “Seakan-akan manusia merasa, bahwa mereka belum pernah mendapat musibah, sebelum hari itu”. Amr bin Maimun berkata: “Lalu ada yang mengatakan berkata: “Aku takut akan nasib Umar ra”. Dan ada pula yang mengatakan berkata: “Tidak apa-apa pada Umar ra”. Maka diberikan kepada Umar ra air nabidz (minuman yang dibuat dari buah tamar, yang tidak memabukkan). Lalu beliau minum. Maka air nabidz itu keluar dari perutnya. Kemudian diberikan susu, lalu beliau minum. Maka susu itu keluar dari perutnya. Lalu mereka itu tahu, bahwa beliau akan wafat. Amr bin Maimun meneruskan ceritanya: “Lalu kami masuk ke tempat Umar ra. Dan orang banyak datang memujikannya. Seorang laki-laki muda datang dan berkata: “Gembiralah, hai Amirul-mu’minin, dengan kabar gembira daripada Allah ‘Azza Wa Jalla ! sesungguhnya bagi engkau persahabatan dengan Rasulullah saw. Engkau telah tampil dalam Islam, sebagaimana yang sudah engkau ketahui. Kemudian, engkau dijadikan wali negeri. Lalu engkau berlaku adil. Kemudian, syahid”. Maka Umar ra menjawab: “Aku ingin bahwa yang demikian itu adalah kecukupan.Tidak atasku dan tidak bagiku”.
Tatkala laki-laki muda itu membelakang, tiba-tiba terlihat kain sarungnya menyentuh lantai. Maka Umar ra berkata: “Kembalilah kepada anak muda itu !”. Lalu Umar ra berkata: “Hai anak saudaraku ! angkatlah kainmu ! sesungguhnya itu lebih mengekalkan kainmu dan lebih mentakwakan kepada Tuhanmu !”. Kemudian, Umar ra berkata kepada puteranya: “Hai Abdullah ! perhatikanlah apa yang ada dari hutangku !”. Maka mereka menghitung hutang Umar ra. Lalu mereka memperoleh sebanyak 86 ribu dirham atau sekitar yang demikian. Umar ra lalu berkata: “Jikalau cukup yang demikian itu dengan harta keluarga Umar, maka selesaikanlah dengan harta mereka ! dan jikalau tidak, maka mintalah pada kabilah Bani ‘Adi bin Kaab ! jikalau tidak mencukupi harta mereka, maka mintalah pada kabilah Quraisy ! janganlah engkau melampaui mereka kepada orang lain ! dan lunaskanlah harta itu daripadaku ! pergilah kepada Ummul-mu’minin ‘Aisyah ! katakanlah kepadanya, bahwa Umar menyampaikan salam kepada engkau. Dan jangan engkau katakan: amirul-mu’minin! sesungguhnya aku pada hari ini tidak lagi amirul-mu’minin. Dan katakanlah, bahwa: Umar bin Al-Khattab meminta izin, bahwa ia dikuburkan bersama kedua temannya”. Maka Abdullah lalu pergi. Maka ia memberi salam dan meminta izin. Kemudian ia masuk ke tempat ‘Aisyah. Maka didapatinya ‘Aisyah sedang duduk dengan menangis. Lalu Abdullah berkata: “Umar bin Al-Khattab menyampaikan salam kepada engkau. Dan meminta izin, bahwa dia dikuburkan bersama kedua temannya”. ‘Aisyah menjawab: “Sesungguhnya aku kehendaki tempat itu untuk diriku sendiri. Dan pada hari ini, aku utamakan Umar dari diriku sendiri”.
Tatkala Abdullah telah datang menghadap, lalu dikatakan, bahwa ini Abdullah bin Umar telah datang. Lalu Umar bin Al-Khattab berkata: “Angkatlah aku !”. Maka beliau disandarkan oleh seorang laki-laki kepada Abdullah. Umar ra lalu bertanya: “Apakah pada engkau ?”. Abdullah bin Umar menjawab: “Yang engkau ingini, wahai Amirul-mu’minin, telah diizinkan”. Umar ra menjawab: “Alhamdulillah ! tiadalah suatupun yang lebih penting kepadaku, dari itu. Maka apabila telah diambilkan nyawaku, bawalah aku. Kemudian ucapkan salam dan katakan: “Umar meminta izin. Jikalau ‘Aisyah mengizinkan bagiku, maka masukkanlah aku. Dan jikalau ia menolak aku, maka kembalikanlah aku ke kuburan kaum muslimin !”.
Ummul-mu’minin Hafsah (puteri Umar ra) datang. Dan kaum wanita menutupkannya. Tatkala kami melihatnya, lalu kami berdiri. Maka Hafsah masuk ke tempat Umar ra. Lalu menangis di sisinya sesaat. Kaum lelaki meminta izin masuk. Lalu Hafsah masuk ke dalam. Maka kami mendengar tangisannya dari dalam. Kaum lelaki itu berkata: “Berilah wasiat, hai Amirul-mu’minin ! dan tentukanlah ganti engkau !”. Umar ra menjawab: “Aku tiada melihat yang lebih berhak dengan urusan ini, dari mereka, dari ketika Rasulullah saw wafat, maka Rasulullah senang (ridha) kepada mereka. Lalu ia menyebutkan: Ali, Usman, Az-Zubair, Thalhah, Sa’ad dan Abdurrahman. Umar ra berkata: ‘Naik saksi Abdullah bin Umar akan kamu. Dan tiada baginya sesuatu dari urusan itu, seperti: cara ta’ziah baginya. Maka jikalau urusan pemerintahan itu diserahkan kepada Sa’ad, maka demikianlah kiranya. Dan jikalau tidak, maka hendaklah diminta tolong padanya, siapakah diantara kamu yang dijadikan amir. Sesungguhnya aku tidak menurunkan Sa’ad dari amir Kufah dahulu, dari karena lemah atau khianat”. Umar ra meneruskan perkataannya: “Aku wasiatkan kepada khalifah sesudahku, bagi orang-orang muhajirin yang pertama, bahwa diakuilah mempunyai kelebihan bagi mereka dan dijagalah kehormatan mereka. Dan aku wasiatkan kepada khalifah itu, akan kebajikan bagi orang-orang anshar, yang telah menempati negeri dan iman dari sebelum kaum muhajirin itu, bahwa diterima dari yang berbuat ihsan dari mereka dan bahwa dimaafkan dari yang berbuat buruk dari mereka. Dan aku wasiatkan kepada khalifah itu akan kebajikan dengan penduduk-penduduk kota. Bahwa mereka itu kurang baik Islamnya, mengumpulkan harta dan bersikap kasar kepada musuh. Dan bahwa khalifah itu tidak mengambil dari mereka, selain pemberian mereka, dengan ridha (senang) mereka. Dan aku wasiatkan kepada khalifah itu, akan kebajikan dengan orang-orang Arab desa. Sesungguhnya mereka itu Arab asli dan unsur Islam. Dan bahwa ia mengambil dari tepi-tepi harta mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin dari mereka. Dan aku wasiatkan kepada khalifah itu, dengan kesetiaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kesetiaan kepada Rasulullah saw, bahwa ditepati bagi mereka itu janji, yang dijanjikan bagi mereka. Bahwa diperangi demi kepentingan mereka dari belakang mereka. Dan tidak diberatkan kepada mereka, selain menurut kemampuan mereka”.
Amr bin Maimun meneruskan riwayatnya: “Tatkala Umar ra telah wafat, lalu kami bawa Umar ra. Kami berjalan kaki. Lalu Abdullah bin Umar memberi salam dan berkata: “Umar bin Al-Khattab meminta izin”. ‘Aisyah menjawab: “Bawalah dia masuk !”. Lalu mereka membawa masuk Umar dan menguburkannya di situ bersama kedua temannya..... sampai kepada akhir riwayat ini.
Dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jibril as berkata: “Islam itu menangis karena meninggalnya Umar”. Dari Ibnu Abbas, yang menceritakan: “Umar ra diletakkan di atas tempat tidurnya. Maka ia dikelilingi oleh orang banyak yang berdoa dan bershalat jenazah, sebelum ia diangkat. Dan aku bersama mereka. Maka tiada memperhatikan aku, selain oleh seorang laki-laki yang memegang bahuku. Maka aku berpaling, kiranya dia itu Ali bin Abi Thalib ra. Maka beliau memohonkan rahmat kepada Umar dan berkata: “Tiada engkau tinggalkan seorang yang lebih aku cintai, daripada bahwa aku menemui Allah seperti amal perbuatannya dari engkau. Demi Allah, sesungguhnya aku menyangka, bahwa Allah menjadikan engkau bersama kedua teman engkau. Yang demikian itu, bahwa aku banyak kali mendengar Nabi saw bersabda: “Aku berjalan, Abubakar dan Umar. Aku keluar, Abubakar dan Umar. Dan aku masuk, Abubakar dan Umar”. Bahwa aku sesungguhnya mengharap atau menyangka bahwa Allah menjadikan engkau bersama keduanya”.
WAFAT........ USMAN RA.
Berita tentang pembunuhan Usman ra itu terkenal ke mana-mana. Abdullah bin Salam bercerita: “Aku datang kepada saudaraku Usman, untuk menyampaikan salam kepadanya. Dan dia itu terkepung. Maka aku masuk ke tempatnya. Lalu ia mengatakan: “Selamat datang hai saudaraku. Aku memimpikan Rasulullah saw malam tadi pada pintu kecil ini. Yaitu pintu kecil di rumah. Rasulullah saw bersabda: “Hai Usman ! mereka mengepung engkau”. Aku menjawab: “Ya !” Rasulullah saw bersabda lagi: “Mereka itu menghauskan engkau”. Aku menjawab: “Ya !”. Rasulullah saw lalu melepaskan kepadaku sebuah ember, yang di dalamnya air. Lalu aku minum, sehingga aku puas. Sehingga aku memperoleh dinginnya diantara dadaku dan bahuku. Rasulullah saw bersabda kepadaku: “Jikalau engkau kehendaki, niscaya aku tolong engkau terhadap mereka. Dan jikalau engkau kehendaki, maka engkau berbuka puasa pada kami”. Maka aku pilih, bahwa aku berbuka puasa padanya”. Usman ra lalu dibunuh orang pada hari itu. Abdullah bin Salam bertanya kepada orang yang melihat berlumurannya Usman dengan darah pada waktu meninggal, ketika ia dilukakan orang: “Apa kata Usman dan dia itu berlumuran darah ?”. Mereka itu menjawab: “Kami mendengar Usman ra berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! kumpulkanlah umat Muhammad saw !”. -3 kali beliau mengucapkannya.
Abdullah bin Salam mengatakan: “Demi Allah, yang diriku di tanganNya ! jikalau ia berdoa kepada Allah, bahwa umat itu tidak berkumpul (bersatu), niscaya mereka tiada akan bersatu sampai hari kiamat”. Dari Tsamamah bin Hazn Al-Qusyairi yang mengatakan: “Aku menyaksikan rumah ketika Usman ra mendekati mereka, seraya berkata: “Datanglah kamu kepadaku dengan kedua temanmu yang mendorongkan kamu terhadap aku !”. Tsamamah meneruskan ceritanya: “Maka didatangkan kedua orang tersebut, seakan-akan keduanya itu unta atau keledai. Lalu Usman ra mendekati mereka, seraya berkata: “Aku meminta kepadamu dengan sumpah kepada Allah dan Islam. Adakah kamu ketahui, bahwa Rasulullah saw datang di Madinah dan tidak ada di Madinah air yang tawar, selain sumur Ruumah.
Maka Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membeli sumur Ruumah, niscaya ia menjadikan timbanya bersama timba-timba kaum muslimin dengan kebajikan baginya dari sumur itu dalam sorga”. Lalu aku beli sumur itu dari perhitungan hartaku sendiri. Maka kamu pada hari ini melarang aku meminum daripadanya dan dari air laut ?”. Mereka itu menjawab: “Ya !”. Usman berkata: “Aku meminta kepadamu dengan sumpah kepada Allah dan Islam. Adakah kamu ketahui, bahwa aku menyedia kan tentara kesukaran dari hartaku ?”. Mereka itu menjawab: “Ya, tahu !”. Usman ra berkata lagi: “Aku meminta kepadamu dengan sumpah kepada Allah dan Islam. Adakah kamu ketahui, bahwa masjid itu telah sempit dengan isinya.
                  Lalu Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa membeli tempat keluarga si Anu, maka ia menambahkannya dalam masjid dengan kebajikan daripadanya dalam sorga”. Maka aku beli tempat itu dari perhitungan hartaku sendiri. Maka kamu pada hari ini melarang aku bershalat padanya dua rakaat ?”. Mereka itu menjawab: “Ya !”. Usman ra berkata pula: “Aku meminta kepadamu dengan sumpah kepada Allah dan Islam. Adakah kamu ketahui, bahwa Rasulullah saw berada di Tsabir Makkah dan bersama beliau adalah Abubakar, Umar dan aku. Maka bergeraklah (gempalah) bukit, sehingga berjatuhan batunya di lembah”. Usman ra meneruskan perkataannya: “Lalu Nabi saw meninggalkan tempat itu dengan segera dan bersabda: “Tenanglah hai Tsabir ! tidak ada di atas kamu sekarang, selain seorang nabi, seorang shiddiq dan dua orang syahid”. Mereka itu menjawab: “Ya !”. Usman ra berkata: “Allah Maha Besar, mereka naik saksi bagiku –demi Tuhan yang empunya Ka’bah, bahwa aku itu syahid”. Diriwayatkan dari seorang syaikh dari Dlabbah, bahwa Usman ra ketika dipukul dan darah mengalir pada janggutnya, lalu mengucapkan: “Tiada Tuhan yang disembah, selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri. Ya Allah, ya Tuhan ! aku meminta bantuan Engkau terhadap mereka dan meminta tolong pada Engkau atas semua urusanku ! aku bermohon pada Engkau bahwa aku dapat bersabar atas percobaan yang Engkau timpakan atas diriku !”.
WAFAT......... ALI  ra.
Al-Ashbagh Al-Handhali berkata: “Tatkala adalah malam yang Ali ra mendapat musibah padanya, maka ia didatangi Ibnut-Tayyah ketika terbit fajar, yang memberitahukannya dengan waktu shalat Shubuh (dengan adzan). Dan Ali ra itu berbaring, yang merasa berat untuk bangun. Lalu Ibnut-Tayyah kembali kali kedua seperti yang demikian. Kemudian, ia kembali lagi kali ketiga. Lalu Ali ra bangun berdiri, berjalan, seraya bermadah:
Ikatkanlah tengah-tengah dadamu bagi mati,
bahwa mati itu akan menjumpai kamu !
Janganlah engkau bergundah hati dari mati,
apabila ia datang ke lembahmu !
Tatkala Ali ra sampai di pintu kecil, maka Ibnu Muljam mengerasinya. Lalu memukulkannya. Lalu Ummu Kalsum –puteri Ali ra- keluar dari rumah dan mengatakan: “Apakah kiranya bagiku dan shalat Shubuh ? Suamiku Amirul-mu’minin (Umar ra) dibunuh waktu shalat Shubuh. Ayahku (Ali ra) dibunuh waktu shalat Shubuh”. Dari seorang Syaikh dari Quraisy menerangkan, bahwa Ali ra tatkala dipukul oleh Ibnu Muljam, maka berkata: “Demi Tuhan yang empunya Ka’bah ! aku memperoleh kemenangan”. Dari Muhammad bin Ali, menerangkan, bahwa tatkala Ali ra dipukul, maka beliau mewasiatkan kepada putera-puterinya. Kemudian, ia tidak mengatakan apa-apa, selain: Laa ilaaha illallaah, sampai beliau wafat. Tatkala sakit berat Al-Hasan bin Ali ra dari racun, maka datang kepadanya Al-Husain (adiknya). Al-Husain berkata: “Untuk apa engkau bergundah hati ? engkau akan datang kepada Rasulullah saw dan kepada Ali bin Abi Thalib. Dan keduanya itu adalah bapak engkau. Dan kepada Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad. Dan keduanya itu ibu engkau. Dan kepada Hamzah dan Ja’fat. Dan keduanya itu paman engkau”. Al-Hasan menjawab: “Aku datang kepada urusan, yang belum pernah aku datang kepada yang seperti itu”.
Dari Muhammad bin Al-Hasan ra yang mengatakan: “Tatkala telah berhenti kaum (lasykar Ubaidillah bin Ziyad) dari Al-Husain ra dan mereka itu yakin telah membunuhnya, lalu Al-Husain bangun berdiri di tengah-tengah para sahabatnya, berpidato. Maka ia memuji Allah dan memujaNya, kemudian berkata: “Telah turun dari urusan itu apa yang kamu lihat. Bahwa dunia telah berobah & menantang. Telah membelakang perbuatan yang baik dari dunia dan berlalu cepat, sehingga tidak tinggal daripadanya, selain seperti tertuangnya air ke gelas. Ketahuilah kiranya, bahwa memadailah bagiku hidup seperti tempat gembala yang mendatangkan bencana. Adakah tidak kamu melihat akan kebenaran, yang tidak dilaksanakan dan salahan yang tidak dilarang ? hendaklah orang mu’min itu ingin menemui Allah Ta’ala. Dan bahwa aku tiada melihat mati itu, selain bahagia. Dan hidup bersama orang-orang zalim itu adalah dosa.
BAB KELIMA: tentang pembicaraan orang2 yg ihtidhar (yg mendekati ajal) dari khalifah2, amir2 dan orang2 shalih.
Tatkala Mu’awiah bin Abi Sufyan mendekati wafat, maka ia berkata: “Dudukkanlah aku. Lalu ia didudukkan. Maka ia bertasbih kepada Allah Ta’ala dan berdzikir. Kemudian menangis dan berkata: “Engkau ingat akan Tuhan engkau, hai Mu’awiah sesudah tua dan menurun. Ketahuilah, adalah ini dan ranting kepemudaan itu hijau yang berkarat !”. Mu’awiah itu menangis, sehingga keras tangisannya dan berdoa: “Hai Tuhanku ! kasihanilah orang tua yang maksiat ini, yang mempunyai hati yang kesat ! ya Allah, ya Tuhan ! kurangilah keterperosokan, ampunilah ketergelinciran dan janjikanlah dengan kepenyantunan Engkau kepada siapa, yang tiada mengharap selain Engkau ! dan tiada mempercayai dengan seseorang, selain Engkau !”.
Diriwayatkan dari seorang syaikh dari Quraisy, bahwa ia masuk bersama suatu rombongan kepada Mu’awiah pada sakitnya. Lalu mereka itu melihat pada kulitnya pecah-pecah. Maka Mu’awiah memuji Allah dan memujaNya. Kemudian berkata: “Adapun kemudian, maka adakah dunia semua, selain apa yang kita coba dan yang kita lihat. Adapun –demi Allah- kita telah menerima kembang dunia dengan kesungguhan kita dan kelezatan kita dengan kehidupan kita. Maka senantiasalah dunia meruntuhkan yang demikian dari kita, keadaan demi keadaan, lobang demi lobang. Maka jadilah dunia itu menggundah kan kita, memburukkan kita dan melekat kepada kita. Cis bagi dunia dari rumah ! kemudian, cis baginya dari rumah !”.
Diriwayatkan, bahwa akhir pidato yang dipidatokan Mu’awiah, ialah: beliau mengatakan: “Hai manusia ! bahwa aku ini dari tanaman yang sudah dicabut. Aku telah memerintahkan kamu dan tiada akan diperintahkan kamu oleh seseorang sesudahku, melainkan orang itu adalah lebih jahat daripadaku. Sebagaimana adanya orang yang sebelumku itu lebih baik daripadaku. Hai Yazid ! apabila telah datang ajalku, maka suruhlah untuk memandikan aku kepada seorang yang berakal. Bahwa orang yang berakal itu mempunyai tempat pada Allah. Maka hendaklah dilembutkan mandi ! dan hendaklah dikeraskan (dijaharkan) takbir ! kemudian, pergilah mengambil sapu tangan dalam gudang, yang di dalamnya ada kain dari kain-kain Nabi saw, guntingan dari rambut dan kuku-kukunya. Maka letakkanlah guntingan itu pada hidungku, mulutku, telingaku dan mataku ! dan letakkanlah kain itu atas kulitku, tidak atas kafanku ! hai Yazid ! jagalah wasiat Allah terhadap ibu bapak ! apabila kamu masukkan aku dalam tempat baruku dan kamu meletakkan aku dalam lobangku, maka lepaskanlah Mu’awiah kepada Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih !”.
Muhammad bin ‘Uqbah berkata: “Tatkala Mu’awiah mendekat akan meninggal, maka beliau mengatakan: “Hai kiranya aku ! adalah aku ini seorang laki-laki dari Quraisy di Dzi Thuwa. Dan aku tidak mengurus sesuatu dari urusan ini”. Tatkala Abdul-malik bin Marwan mendekat wafat, maka ia memandang kepada seorang tukang cuci, dekat Damsyik, yang melipatkan kain dengan tangannya. Kemudian, ia memukul alat pencuci dengan kain itu. Maka berkata Abdul-malik: “Kiranya aku ini seorang tukang cuci, yang aku makan dari usaha tanganku, hari demi hari. Dan tiada aku mengurus sesuatu dari urusan dunia”. Maka sampailah ucapan itu kepada Abu Hazm, lalu Abu Hazm berkata: “Segala pujian bagi Allah, yang telah menjadikan mereka, apabila mendekati kematian, lalu berangan-angan akan apa, yang kita padanya. Dan apabila kita mendekati kepada kematian, maka kita tiada berangan-angan akan apa, yang mereka padanya”.
Ditanyakan kepada Abdul-malik bin Marwan dalam sakitnya, yang ia meninggal dalam sakit itu: “Bagaimana engkau mendapati diri engkau, wahai Amirul-mu’minin ?”. Abdul-malik bin Marwan menjawab: “Aku dapati diriku, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala: “Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami seorang saja, sebagaimana Kami menjadikan kamu pada pertama kali. Dan kamu tinggalkan apa yang telah Kami berikan kepada kamu di belakang. Dan Kami tidak menampak bersama kamu penolong-penolongmu, yang kamu katakan, bahwa mereka bersekutu dengan Tuhan; sungguh telah putus pertalian antara kamu dengan mereka dan telah hilang daripadamu apa yang pernah kamu katakan”. S 6 Al An’aam ayat 94. Dan kemudian, beliau meninggal. Fathimah binti Abdul-malik bin Marwan –isteri Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Aku mendengar Umar dalam sakitnya, yang ia meninggal dalam sakit itu, mengatakan: “Ya Allah, ya Tuhan ! ringankanlah kepada mereka akan kematianku, walaupun sesaat dari siang hari”. Maka tatkala adalah hari yang ia meninggal padanya, lalu aku keluar daripadanya. Aku duduk pada rumah lain, yang diantaraku dan dia pada pintu. Dan dia dalam kubbahnya. Lalu aku mendengar ia membaca ayat ini: “Kampung akhirat itu Kami berikan kepada mereka yang tidak hendak berbuat sewenang-wenang dan bencana di muka bumi dan kesudahan (yang baik) adalah untuk orang-orang yang memelihara dirinya dari kejahatan”. S 28 Al Qashash ayat 83. Kemudian, ia tenang. Maka aku tidak mendengar lagi bunyi gerak dan perkataannya. Lalu aku berkata kepada pelayannya: “Lihatlah, apakah dia itu tidur ?”. Tatkala pelayan itu masuk, lalu ia memekik. Maka aku melompat ke dalam. Rupanya ia sudah meninggal. Dan dikatakan tatkala beliau akan meninggal: “Hai Amirul-mu’minin ! berwasiatlah!”. Ia lalu berkata: “Aku peringatkan kamu seperti terlentangnya aku ini. Sesungguhnya tidak boleh tidak bagimu daripadanya”. Diriwayatkan bahwa tatkala telah berat sakit Umar bin Abdul-aziz, lalu dipanggil tabib. Tatkala tabib itu memandang kepadanya, maka berkata: “Aku melihat bahwa beliau ini sudah terminum racun. Dan tidak aman lagi beliau daripada meninggal. Maka Umar membuka matanya dan berkata: “Engkau tidak pula akan merasa aman dari kematian, kepada orang yang tidak terminum racun”. Tabib itu bertanya: “Adakah engkau rasakan yang demikian, wahai Amirul-mu’minin ?”. Umar ra menjawab: “Ya, aku telah mengetahui yang demikian ketika telah masuk dalam perutku”. Tabib itu berkata pula: “Berobatlah, wahai Amirul-mu’minin ! sesungguhya aku takut akan pergi nyawa engkau”. Umar ra menjawab: “Tuhanku, adalah lebih baik, untuk pergi kepadaNya. Demi Allah ! jikalau aku tahu, bahwa kesembuhanku pada kuping telingaku, niscaya tiada akan aku angkatkan tanganku kepada telingaku. Lalu aku memegangnya. Ya Allah, ya Tuhan! jadikanlah kebajikan bagi Umar pada menemui Engkau !”. Maka Umar bin Abdul-‘aziz tiada menunggu, selain beberapa hari. Sehingga iapun meninggal dunia.
Dikatakan, bahwa tatkala Umar bin Abdul-‘aziz mendekati wafat, maka ia menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang menjadikan engkau menangis, hai Amirul-mu’minin ? bergembiralah ! Allah telah menghidupkan engkau bertahun-tahun. Ia telah melahirkan keadilan dengan engkau”. Umar ra lalu menangis, kemudian berkata: “Apakah tidak aku disuruh berdiri, lalu aku ditanyakan dari urusan makhluk ini ? demi Allah ! jikalau aku adil pada mereka, niscaya aku takut atas diriku, bahwa ia tidak berdiri dengan alasannya di hadapan Allah, selain bahwa Allah mengajarkannya akan alasannya. Maka bagaimana dengan banyaknya apa yang kami sia-siakan ?”. Dan berlinang-linanglah kedua matanya. Maka Umar bin Abdul-‘aziz tiada menunggu, selain masa yang sedikit. Sehingga iapun meninggal dunia. Tatkala telah mendekati waktu meninggalnya, maka Umar bin Abdul-‘aziz mengatakan: “Dudukkanlah aku !”. Lalu mereka mendudukkannya. Maka Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Aku yang engkau jadikan amir, maka aku teledor. Dan engkau larang aku, maka aku berbuat maksiat”. 3 kali beliau mengatakan yang demikian. “Akan tetapi, “Laa ilaaha illallaah; Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah”. Kemudian, beliau mengangkatkan kepalanya, lalu menajamkan pandangan. Lalu ditanyakan beliau pada yang demikian. Maka beliau menjawab: “Bahwa aku sesungguhnya melihat warna hijau, yang tidaklah mereka itu insan dan jin”. Kemudian beliau wafat. Kiranya Allah mencurahkan rahmat kepadanya.
Diceritakan tentang Harunur-rasyid, bahwa ia memilih kafannya dengan tangannya sendiri ketika ia akan meninggal. Dan ia memandang kepada kafannya itu seraya membaca: “Kekayaanku tiada memberi pertolongan kepadaku ! kekuasaanku telah pergi daripadaku !”. S 69 Al Haaqqah ayat 28-29. Khalifah Al-Ma’mun menghamparkan abu & berbaring di atasnya. Ia mengatakan: “Wahai Yang Tiada hilang kerajaanNya! kasihanilah kepada orang yang hilang kerajaannya!”
Al-Mu’tashim mengatakan ketika beliau meninggal: “Jikalau aku tahu, bahwa umurku begitu pendek, niscaya aku tiada berbuat”.
Adalah Al-Muntashir bergoncang hatinya ketika akan meninggal. Lalu dikatakan kepadanya: “Tiada mengapa yang demikian atas engkau, wahai Amirul-mu’minin !”. Ia lalu menjawab: “Tiadalah selain ini. Telah pergi dunia dan datanglah akhirat”.
‘Amr bin Al-‘Ash mengatakan ketika akan meninggal dan ia memandang kepada peti-peti kepunyaan anak-anaknya: “Siapakah yang akan mengambil nya dengan apa yang di dalamnya. Semoga adalah itu taik unta”.
Al hajjaj (Amir dari dinasti omawiah) berdoa ketika akan meninggal: “ya Allah ya Tuhan! Ampunilah aku !” lalu orang banyak mengucapkan: “bahwa engkau tiada mengampunkan aku”. Kalimat tersebut itu mengherankan Umar bin Abdul Aziz datang dari al hajaj dan mengembirakan Noya. Tatkala diceritakan yang demikian kepada la asan la Basri, lalu beliau bertanya: “adakah dia mnegatakannya?” lalu di jawab orang:”ya”! maka la asan albasari menjawab: “mudah2an”
PENJELASAN: ucapan2 segolongan dari kekhususan orang2 shalih dari para sahabat, tabi’in dan para ahli tasawwuf/ahli suffi sesudah mereka, kiranya Allah meridhai mereka sekalian.
Tatkala Ma’adz ra mendekati wafat, ia berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! sesungguhnya aku takut kepada Engkau. Dan aku pada hari ini, mengharap Engkau. Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau mengetahui, bahwa tidaklah aku mencintai dunia dan lama kekekalan di dunia, karena mengalirnya sungai-sungai. Dan tidak karena ditanamkan pohon-pohonan. Akan tetapi, karena kehausan tengah hari yang kemarau, penanggungan saat-saat yang tertentu dan berdesak-desakkan ulama dengan penunggang-penunggang binatang kendaraan ketika berlalunya ingatan”. Tatkala bersangatan kesengsaraan mati bagi Ma’adz dan ia merasa kesengsaraan mati itu, yang tidak dirasakan oleh seseorang, maka tatkala ia sembuh dari suatu kesengsaraan, niscaya ia membuka matanya. Kemudian berkata: “Hai Tuhan ! tiadalah dicekik aku oleh cekikan Engkau. Maka demi keagungan Engkau, bahwa Engkau mengetahui, bahwa hatiku mencintai Engkau”.
Tatkala Salman ra mendekati wafat, maka ia menangis. Lalu ditanyakan kepadanya:“Apakah yg membawa engkau kepada menangis?” Salman ra menjawab: “Aku tiada menangis karena gundah kepada dunia. Akan tetapi, telah dijanjikan kepada kami oleh Rasulullah saw bahwa adalah barang yang memadai dari kehidupan bagi seseorang kita dari dunia itu seperti perbekalan orang yang berkendaraan”. Maka tatkala Salman ra telah meninggal, lalu diperhatikan pada semua yang ditinggalkannya. Maka nilainya adalah di sekitar 10 dirham.
Tatkala Bilal mendekati wafat, maka isterinya berkata: “Alangkah sedihnya”. Bilal ra lalu menjawab: “Alangkah suka-citanya ! besok kami akan bertemu dengan segala yang dicintai. Muhammad dan partainya”.
Dikatakan, bahwa Abdullah bin Al-Mubarak membuka matanya ketika akan meninggal dan tertawa, seraya membaca ayat: “Untuk –mencapai keberuntungan- yang seperti ini, orang-orang yang beramal itu hendaklah beramal terus !”. S 37 Ash Shaffaat ayat 61.
Tatkala Ibrahim An-Nakha’i mendekati wafat, maka ia menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yg menyebabkan maka engkau menangis?” Ibrahim An-Nakha’i menjawab: “Aku menunggu daripada Allah akan utusan yang menyampaikan kepadaku berita gembira, dengan sorga atau neraka”.
Tatkala Ibnul-Munkadir mendekati ajal, maka ia menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang membawa engkau kepada menangis ?”. Ibnul-Munkadir menjawab: “Demi Allah ! tidaklah aku menangis karena dosa yang aku ketahui, bahwa aku telah mengerjakannya. Akan tetapi, aku takut bahwa aku telah mengerjakan sesuatu, yang aku sangka kecil, padahal pada sisi Allah itu besar”.
Tatkala ‘Amir bin Abdul-qis mendekati ajal, maka ia menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang menyebabkan engkau menangis ?”. ‘Amir bin Abdul-qis menjawab: “Tidaklah aku menangis karena kegundahan dari mati dan tidak karena kerakusan kepada dunia. Akan tetapi, aku menangis atas apa yang luput bagiku dari kehausan tengah hari yang kemarau dan dari bangun malam untuk shalat di musim dingin”.
Tatkala Fudlail mendekati ajal, maka ia pingsan. Kemudian, ia membuka kedua matanya dan mengatakan: “Alangkah jauhnya perjalanan! alangkah sedikitnya perbekalan !”.
Tatkala Ibnul-Mubarak mendekat wafat, lalu ia mengatakan kepada Nasar bekas budaknya: “Letakkanlah kepalaku atas tanah !”. Maka Nasar itu menangis. Lalu Ibnul-Mubarak bertanya: “Apakah yang menyebabkan maka engkau menangis ?”. Nasar menjawab: “Aku teringat kepada kenikmatan yang engkau berada di dalamnya. Dan engkau itu sekarang akan meninggal sebagai orang miskin yang merantau”. Ibnul-Mubarak berkata: “Diam ! bahwa aku telah bermohon pada Allah Ta’ala, kiranya Ia menghidupkan aku dengan kehidupan orang-orang kaya. Dan Ia mematikan aku dengan kematian orang-orang miskin”. Kemudian Ibnul-Mubarak mengatakan kepada Nasar: “Talkinkanlah (ajarilah) aku kalimat: Laa ilaaha illallaah. Dan jangan engkau ulangi lagi kepadaku, selama aku tidak berkata-kata dengan perkataan yang lain !”.
‘Atha’ bin Yassar berkata: “Iblis itu menampakkan diri kepada seseorang ketika akan mati. Lalu Iblis itu mengatakan kepada orang tersebut: “Engkau lepas”. Orang itu lalu menjawab: “Aku tiada merasa aman dari engkau kemudian”. Sebahagian mereka menangis ketika akan mati. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang menyebabkan maka engkau menangis ?”. Orang itu menjawab: “Ada ayat dalam Kitab Allah Ta’ala, yaitu firmanNya ‘Azza Wa Jalla: “Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa”. S 5 Al Maaidah ayat 27.
Al-Hasan Al-Bashari masuk ke tempat seorang laki-laki yang suka berderma, lalu beliau mengatakan: “Bahwa orang ini, permulaannya sungguh patut memelihara penghabisannya. Dan orang ini, penghabisannya sungguh patut bahwa berlaku zuhud pada permulaannya”.
Al-Jariri berkata: “Aku berada di sisi Al-Junaid ketika ia dalam keadaan naz’a (kesulitan mati). Dan waktu itu adalah hari Jum’at dan hari Nairuz (hari pertama dari Tahun Parsi). Dan ia membaca Alquran. Lalu dikhatamkannya. Maka aku bertanya kepadanya: “Dalam keadaan ini hai Abul-Qasim ?”. Beliau menjawab: “Siapakah yang lebih utama dengan yang demikian itu daripada aku ? dan dia itu melipatkan halaman bacaanku”.
Ruwaim Al-Baghdadi berkata: “Telah mendekati meninggalnya Abi Sa’id Al-Kharraz dan beliau itu bermadah:
Rindunya hati orang yang berma’rifah,
kepada mengingati Tuhan.
Dan sebutan mereka waktu bermunajah,
adalah untuk kerahasiaan.
Diperedarkan piala-piala,
bagi takdir Tuhan kepada mereka.
Maka berpalinglah dari dunia,
seperti berpalingnya orang yang bersyukur !
Cita-cita mereka itu berkeliling,
di tempat kediaman tentara.
Di situ orang-orang yang mencintai Allah,
seperti bintang-bintang yang bersinar cahaya.
Tubuh mereka itu di bumi,
terbunuh disebabkan kecintaannya.
Arwah mereka di tempat terdinding yang sepi,
menempuh ke arah yang tinggi dengan segera.
Mereka tidak turun dalam berjalan,
selain dengan kedekatan Kekasihnya.
Mereka tidak mendaki dari sentuhan,
baik kesusahan dan melaratnya.
Dikatakan kepada Al-Junaid, bahwa Abu Sa’id Al-Kharraz adalah banyak merasa kegembiraan ketika meninggal. Maka Al-Junaid menjawab: “Tidaklah mengherankan, bahwa terbanglah ruhnya karena kerinduan menjumpai Tuhan”.
Ditanyakan kepada Dzin-Nun ketika akan meninggal: “Apa yang engkau inginkan ?”. Dzin-Nun menjawab: “Bahwa aku mengenalNya sekejap sebelum kematianku. Dikatakan kepada sebahagian mereka dan dia itu sedang naz’a: “Katakanlah: Allah !”. Maka orang itu menjawab: “Hingga kapankah kamu mengatakan: Allah ? Dan aku ini terbakar dengan Nur Allah”. Sebahagian mereka mengatakan: “Aku berada pada Mimsyad Ad-Dainuri.
Lalu datang seorang fakir dan mengucapkan: “Assalamu’alaikum ! adakah di sini tempat yang bersih, yang mungkin manusia untuk meninggal padanya ?”. Kata yang punya riwayat: “Lalu mereka menunjukkan kepadanya suatu tempat. Dan di sana ada mata air. Lalu fakir itu membarukan wudhu’ dan ruku’ –masya Allah. Dan lalu ke tempat tersebut dan meluruskan kedua kakinya. Dan ia meninggal dunia.....
Adalah Abul-Abbas Ad-Dainuri berkata-kata pada majelisnya. Lalu seorang wanita menjerit, karena perasaan kegembiraan. Lalu Abul-Abbas Ad-Dainuri berkata kepada wanita tersebut: “Matilah !”. Wanita itu lalu bangun berdiri. Tatkala ia telah sampai di pintu rumah, lalu ia berpaling kepada Abul-Abbas, seraya berkata:“Aku telah mati!”. Dan ia jatuh dalam keadaan telah meninggal.
Diceritakan dari Fatimah –saudara perempuan Abi Ali Ar-Rauzabari, yang mengatakan: “Tatkala telah dekat ajal Abi Ali Ar-Rauzabari dan adalah kepalanya dalam pangkuanku. Lalu ia membuka kedua matanya, seraya berkata: “Ini adalah pintu langit yang sudah terbuka. Ini sorga yang sudah dihiasi. Dan ini yang mengatakan, yang berkata: “Hai Abi Ali ! telah kami sampaikan kepada engkau, tingkat yang tertinggi, walaupun engkau tiada menghendakinya”. Kemudian, lalu ia berpantun:
Hak Engkau.
Aku tidak memandang kepada selain Engkau.
Dengan mata kasih sayang,
sehingga aku melihat Engkau.
Aku melihat engkau yang mengazabkan aku,
dengan lesunya perhatian.
Dan dengan pipi yang merah,
dari malunya kepadaMu.
Dikatakan kepada Al-Junaid: “Katakanlah: laa ilaaha illallaah !”. Al-Junaid lalu menjawab: “Aku tidak lupa kepadaNya, maka aku menyebutkanNya”. Ja’far bin Nashir bertanya kepada Bakran Ad-Dainuri –pelayan Asy-Syibli: “Apakah yang engkau lihat dari Asy-Syibli ?”. Bakran Ad-Dainuri menjawab: Asy-Syibli mengatakan: “Padaku ada sedirham harta zalim. Lalu aku bersedekah kepada yang empunya dirham itu, dengan ribuan dirham. Tidaklah pada hatiku kesibukan yang lebih besar dari itu”. Kemudian Asy-Syibli berkata: “Wudhu’kanlah aku untuk shalat!” Lalu aku laksanakan. Maka aku lupa menyelang-nyelangi janggutnya. Dan beliau tidak dapat berbicara lagi. Maka dipegangnya tanganku dan dimasukkannya dalam janggutnya. Kemudian, beliau meninggal...... Lalu Ja’far menangis, seraya berkata: “Apa yang kamu katakan tentang orang, yang tidak luput pada akhir usianya, suatu adabpun dari adab-adab syari’at/agama ?”.
Ditanyakan kepada Basyar bin Al-Harits, tatkala beliau akan wafat dan ada yang demikian itu menyukarkan kepada beliau: “Seakan-akan engkau mencintai hidup ?”. Basyar bin Al-Harits menjawab: “Datang kepada Allah itu lebih sangat cinta”.
Ditanyakan kepada Shalih bin Mismar: “Tidakkah engkau meninggalkan pesan (wasiat) kepada anak engkau dan keluarga engkau ?”. Shalih menjawab: “Sesungguhnya aku malu kepada Allah, bahwa aku meninggalkan wasiat bagi mereka, kepada selain Allah”.
Tatkala Abu Sulaiman Ad-Darani mendekati wafat, maka datang kepadanya para sahabatnya, seraya mengatakan: “Bergembiralah ! sesungguhnya engkau akan datang kepada Tuhan, Yang Maha Pengampun, lagi Maha Pengasih”. Abu Sulaiman Ad-Darani menjawab kepada mereka: “Apakah tidak kamu mengatakan: “Jagalah dirimu ! sesungguhnya engkau akan datang kepada Tuhan, yang akan memperhitungkan amal engkau dengan yang sekecil-kecilnya dan akan menyiksakan engkau dengan yang sebesar-besarnya”.
Tatkala Abubakar Al-Wasithi mendekati wafat, lalu dikatakan kepadanya: “Berilah kami wasiat !”. Abubakar Al-Wasithi menjawab: “Peliharalah akan kehendak kebenaran padamu !”.
Sebahagian mereka mendekati meninggal, lalu isterinya menangis. Maka ia bertanya kepada isterinya: “Apakah yang menyebabkan engkau maka menangis ?”. Isterinya itu menjawab: “Kepada engkau maka aku menangis”. Suaminya itu menjawab: “Jikalau engkau akan menangis juga, maka menangislah kepada diri engkau sendiri”. Maka wanita itu telah menangis untuk hari tersebut 40 tahun.
Al-Junaid berkata: “Aku masuk ke tempat Sirri As-Suqthi. Aku mengunjunginya pada sakit kematiannya. Lalu aku bertanya: “Bagaimana engkau mendapati diri engkau ?”. Sirri As-Suqthi lalu bermadah:
Bagaimana aku mengadu,
kepada Tabibku, apa yang padaku ?
Dan yang menimpakan aku,
adalah dari Tabibku.
Maka aku mengambil kipas, untuk mengipaskannya. Maka beliau berkata: “Bagaimana diperoleh angin kipas, oleh orang yang rongga badannya terbakar ?”. Kemudian, beliau bermadah:
Hati itu terbakar
dan air mata itu mendahuluinya.
Kesusahan itu berkumpul
dan kesabaran itu bercerai-berai.
Bagaimana ketetapan,
kepada orang yang tiada ketetapan baginya ?
Dari yang dianiayakan,
oleh nafsu, rindu dan kacaunya.
Hai Tuhan, kalau ada sesuatu,
yang padanya kelapangan bagiku !
Maka curahkanlah nikmat kepadaku,
apa yang ada bagi sisa hidupku !
Diceritakan, bahwa suatu golongan dari para sahabat Asy-Syibli, masuk ke tempatnya dan dia dalam sakit yang membawanya kepada kematian. Mereka lalu mengatakan kepadanya: “Bacakanlah: Laa ilaaha illallaah !”. Asy-Syibli lalu bermadah:
Bahwa rumah, yang engkau penghuninya,
tidaklah memerlukan kepada pelita.
Wajahmu yang dicita-citakan itu alasan kita,
pada hari yang dengan alasan-alasan datanglah manusia.
Allah tidak memberikan,
bagiku kelapangan.
Pada hari aku serukan,
dari engkau dengan kelapangan.
Diceritakan, bahwa Abul-Abbas bin ‘Atha’ masuk ke tempat Al-Junaid, pada waktu naz’anya. Lalu ia memberi salam kepada Al-Junaid, maka tidak dijawabnya. Kemudian, sesudah sesaat, barulah ia menjawab, seraya berkata: “Maafkanlah aku ! bahwa aku tadi berada dalam wiridku”. Kemudian, ia memalingkan wajahnya ke kiblat dan bertakbir. Dan meninggal dunia.....
Ditanyakan kepada Al-Khattani, tatkala beliau akan meninggal: “Apakah yang ada dari amal engkau ?”. Beliau lalu menjawab: “Jikalau tidak dekatlah ajalku, niscaya tidak aku kabarkan kepadamu. Aku berdiri atas pintu hatiku 40 tahun. Maka setiap kali berlalu padanya selain Allah, niscaya aku dindingkan dia daripadanya”.
Diceritakan dari Al-Mu’tamir, yang mengatakan: “Adalah aku dalam rombongan orang yang datang kepada Al-Hakam bin Abdul-malik, ketika datang kepadanya kebenaran (kematian). Aku lalu berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! mudahkanlah kepadanya sakratul-maut ! sesungguhnya dia telah ada dan ada”. Lalu aku sebutkan kebaikan-kebaikannya. Lalu ia sadar. Maka ia bertanya: “Siapa yang berbicara tadi ?”. Aku lalu menjawab: “Aku !”. Ia maka berkata: “Bahwa Malakul-maut as mengatakan kepadaku: “Bahwa aku dengan setiap orang yang pemurah, lagi berkawan”. Kemudian, ia wafat.
Tatkala Yusuf bin Asbath mendekati wafat, ia disaksikan oleh Hudzaifah. Lalu Hudzaifah mendapatinya dalam keadaan kurang sabar. Maka ia bertanya: “Hai Abu Muhammad ! sekarang ini waktu kurang sabar dan gundah ?”. Yusuf bin Asbath menjawab: “Hai Abu Abdillah ! bagaimana aku tidak kurang sabar dan tidak gundah ? aku sesungguhnya tidak mengetahui, bahwa aku membenarkan Allah pada sesuatu dari amalku”. Hudzaifah lalu menjawab: “Alangkah mengherankan bagi orang shalih ini ! Ia bersumpah ketika ia akan meninggal, bahwa ia tidak mengetahui, bahwa ia membenarkan Allah pada sesuatu dari amalnya”.
Dari Al-Mughazili, yang mengatakan: “Aku masuk ke tempat syaikhku (guruku) dari para sahabat kaum shufi itu dan ia sedang sakit. Ia seraya mengatakan: “Mungkin bagi engkau bahwa engkau berbuat apa yang engkau kehendaki. Maka kasihanilah aku !”. Sebahagian para guru masuk ke tempat Mimsyad Ad-Dainuri pada waktu beliau akan wafat. Lalu guru itu mengatakan kepada Mimsyad Ad-Dainuri: “Kiranya Allah berbuat dan menciptakan !” –sebagai doa. Mimsyad Ad-Dainuri lalu tertawa dan mengatakan: “Semenjak 30 tahun, didatangkan kepadaku sorga dengan apa yang ada di dalamnya. Maka tidak aku pinjamkan mataku kepadanya”.
Dikatakan kepada Ruwaim Al-Baghdadi, ketika beliau akan meninggal: “Ucapkanlah: Laa ilaaha ilallaah !”. Ruwaim Al-Baghdadi menjawab: “Tiada yang lebih baik, yang lain daripadanya”.
Tatkala Ats-Tsauri akan wafat, maka dikatakan kepadanya: “Bacalah: Laa ilaaha illallaah”. Lalu ia menjawab: “Apakah tidak di sana itu urusan ?”.
Al-Mazani masuk ke tempat Asy-Syafi’i ra dalam sakitnya, yang ia wafat pada sakit itu. Al-Mazani lalu bertanya kepada Asy-Syafi’i: “Bagaimana keadaan engkau, hai Abu Abdillah ?”. Asy-Syafi’i ra menjawab: “Aku akan berangkat dari dunia, akan berpisah dengan saudara-saudara, akan bertemu dengan keburukan amalku, akan meminum gelas kematian dan akan datang kepada Allah Ta’ala. Aku tidak tahu, adakah rohku menjadi ke sorga, maka aku akan merasa enak padanya. Atau ke neraka, maka aku akan menghiburkannya”. Kemudian, Asy-Syafi’i ra bermadah:
Tatkala telah kesatlah hatiku
dan telah sempitlah mazhabku.
Maka aku jadikan harapanku,
terserah kepada kemaafanMu.
Telah membesarlah dosaku.
Maka tatkala aku membandingkannya,
dengan kemaafan Engkau Tuhanku,
niscaya kemaafan Engkau yang terbesar daripadanya.
Senantiasalah Engkau mempunyai kemaafan,
dari dosa, yang senantiasa Engkau limpahkan.
Dan Engkau maafkan,
karena kenikmatanMu dan kemurahan.
Jikalau tidaklah Engkau,
maka tidaklah keliru ‘abid dengan Iblis.
Bagaimanakah Adam pilihan Engkau,
dia telah dikelirukan oleh Iblis ?
Tatkala Ahmad bin Khadlrawaih mendekati wafat, maka beliau ditanyakan dari suatu persoalan. Lalu kedua matanya bercucuran air mata, seraya berkata: “Hai anakku ! pintu yang telah aku mengetuknya semenjak 95 tahun, itulah pintu yang dibukakan pada saat ini bagiku. Aku tidak tahu, adakah dibukakan dengan kebahagiaan atau dengan kesengsaraan ? Maka bilakah bagiku waktu jawaban ?”. Maka inilah ucapan-ucapan mereka itu ! hanya perkataan-perkataan itu berlainan, menurut berlainannya hal keadaan mereka. Maka mengeraslah ketakutan atas sebahagian mereka, harapan atas sebahagian mereka, rindu dan cinta atas sebahagian mereka. Maka masing-masing mereka berbicara menurut hal keadaannya. Dan semua itu benar, dengan dikaitkan kepada hal keadaan mereka.
BAB KEENAM: tentang ucapan orang-orang ‘arifin, mengenai jenazah, kuburan dan hukum ziarah kubur.
Ketahuilah kiranya, bahwa jenazah itu menjadi ibarat bagi orang yang bermata hati. Padanya pemberitahuan dan peringatan bagi orang-orang yang lalai. Tidak menambahkan bagi mereka dengan menyaksikan jenazah itu, selain kekesatan hati. Karena mereka menyangka, bahwa mereka hanya memandang kepada jenazah orang lain saja. Dan mereka tidak mengira, bahwa –sudah pasti- mereka akan dibawa dalam peti jenazah. Atau mereka mengira yang demikian, akan tetapi, mereka tidak menaksirkan yang demikian pada waktu dekat. Dan tidak memikirkan, bahwa orang-orang yang dibawa dalam peti jenazah itu, begitulah adanya mereka menyangkakannya. Maka batallah perkiraan mereka. Dan lenyaplah zaman mereka dalam waktu dekat. Maka tidaklah seorang hamba memandang kepada jenazah, selain hendaklah mengumpamakan dirinya yang dibawa dalam jenazah itu. Sesungguhnya ia akan dibawa dalam jenazah dalam waktu dekat. Dan seakan-akan sudah sungguh-sungguh. Mungkin besok atau sesudah besok.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ia apabila melihat jenazah, niscaya mengatakan: “Lalulah, bahwa kami akan menyusul !”. Adalah Makhul Ad-Dimasyqi, apabila melihat jenazah, niscaya berkata: “Pergilah, sesungguhnya kamipun akan pergi !”. Adalah pengajaran yang sangat berkesan, kelalaian yang segera hilang. Hilanglah yang pertama. Dan yang akhir itu tiada berakal”.
Usaid bin Hudlair berkata: “Tiadalah aku menyaksikan jenazah, lalu diriku membisikkan kepadaku dengan sesuatu, selain dari apa yang sedang diperbuat dan apa yang akan jadi”. Tatkala saudara Malik bin Dinar meninggal, lalu Malik keluar dalam rombongan pembawa jenazah, dengan menangis dan berkata: “Demi Allah ! tidak tetaplah mataku, sebelum aku tahu: kepada apa jadinya aku ini. Dan aku tidak tahu, selama aku masih hidup”.
Al-A’masy berkata: ‘Kami menyaksikan jenazah-jenazah. Maka kami tidak mengetahui siapakah yang kami berta’ziah, karena kesedihan semua”. Tsabit Al-Bannani berkata: “Kami menyaksikan jenazah-jenazah. Maka kami tidak melihat, selain orang yang menutup muka, yang menangis”. Maka demikianlah adanya ketakutan mereka kepada mati. Dan sekarang, kita tidak melihat golongan yang menghadiri jenazah, selain kebanyakan mereka itu tertawa dan main-main. Mereka tidak membicarakan, selain tentang harta pusaka dan yang ditinggalkan oleh yang meninggal kepada pewaris-pewarisnya. Teman-teman dan kaum keluarganya tidak memikirkan, selain tentang upaya, yang dengan upaya itu, ia akan memperoleh sebahagian yang ditinggalkannya. Dan tiada seorangpun dari mereka yang memikirkan, selain apa yang dikehendaki oleh Allah tentang jenazah dirinya dan tentang halnya apabila dibawa orang nanti dalam jenazah itu. Tiada sebab bagi kelalaian ini, selain oleh kekesatan hati, dengan banyaknya perbuatan maksiat dan dosa. Sehingga kita lupa kepada Allah Ta’ala, hari akhirat dan huru-hara yang ada di hadapan kita. Lalu jadilah kita ini bermain-main, lalai dan sibuk dengan yang tidak penting bagi kita. Maka kita bermohon kepada Allah Ta’ala akan terbangun dari kelalaian ini.
Sesungguhnya sebaik-baik hal keadaan orang yang menghadiri jenazah, ialah: tangisan mereka kepada mayit. Dan jikalau mereka menggunakan akal-pikiran, niscaya mereka tangisi kepada diri mereka sendiri. Tidak kepada mayit yang ada di hadapannya.
Ibrahim Az-Zayyat melihat kepada orang banyak yang memohonkan rahmat kepada mayit. Lalu beliau berkata: “Jikalau kamu memohonkan rahmat kepada dirimu sendiri, sesungguhnya adalah lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya ia akan lepas dari 3 macam huru-hara: wajah Malakul-maut dan sudah dilihatnya, kepahitan mati dan sudah dirasakannya dan ketakutan kepada su-ul-khatimah dan sudah ia merasa aman daripadanya”.
Abu Amr Al-‘Alla’ berkata: “Aku duduk pada tempat Jarir dan ia sedang mengimla’kan/mendiktekan kepada penulisnya sekuntum syair. Maka terlihatlah jenazah, lalu ia berhenti daripada mengimla’kan itu, seraya berkata: “Aku menjadi tua –demi Allah- oleh karena melihat jenazah-jenazah ini”. Lalu ia bermadah:
Dikejutkan kami,
oleh jenazah-jenazah yang menghadapi.
Dan kami melalai-lalaikan hati,
ketika jenazah itu pergi membelakangi.
Seperti terkejutnya serombongan domba,
karena serangan serigala.
Maka tatkala telah menghilanglah serigala,
Lalu domba itu kembali bergembira.
Diantara adab menghadiri jenazah, ialah bertafakkur, memperingatkan diri, bersedia dan berjalan di depannya, dengan keadaan merendahkan diri, sebagaimana telah kami menyebutkan adab dan sunatnya pada Ilmu Fiqh dahulu. Diantara adab menghadiri jenazah, ialah baik sangka dengan orang yang meninggal, walaupun ia orang fasik. Dan jahat sangka dengan diri sendiri, walaupun zahiriyahnya baik. Bahwa kesudahan (al-khatimah) itu sangat berbahaya, yang kita tidak mengetahui akan hakikat/maknanya. Dan karena itulah, diriwayatkan dari Umar bin Dzar, bahwa telah meninggal seorang dari tetangganya. Dan tetangga itu sangat boros kepada dirinya sendiri. Lalu kebanyakan orang tidak menghadiri jenazahnya. Maka Umar bin Dzar tadi menghadirinya dan mengerjakan shalat kepadanya. Tatkala diturunkan ke dalam kuburnya, maka Umar bin Dzar berdiri di atas kuburannya dan mengatakan: “Kiranya Allah menurunkan rahmat kepada engkau, hai Ayah si Anu ! telah engkau sertakan umur engkau dengan keesaan dan engkau debukan wajah engkau dengan sujud. Walaupun mereka itu mengatakan: berdosa dan mempunyai banyak kesalahan. Maka siapakah dari kita, yang tidak berdosa dan tidak mempunyai kesalahan?”
Diceritakan, bahwa seorang laki-laki dari orang-orang yang terjerumus dalam perbuatan merusak, meninggal dunia pada sebahagian sudut kota Basrah (Irak). Maka isterinya tidak mendapati orang yang akan menolongnya pada membawa jenazahnya. Karena tiada seorangpun dari tetangganya yang mengetahui dengan wanita itu, karena banyaknya perbuatan fasik suaminya. Maka isterinya itu mengongkosi orang-orang yang membawa jenazah. Dan dibawanya ke tempat disembahyangkan. Maka tiada seorangpun yang menyembahyangkannya. Lalu dibawakan ke padang sahara untuk dikuburkan. Maka adalah di atas bukit yang berdekatan dengan tempat itu, seorang zahid yang termasuk golongan orang-orang zahid yang terbesar. Maka dilihat oleh isteri yang meninggal itu, seperti orang yang menunggu jenazah. Kemudian, orang zahid tadi, bermaksud bershalat jenazah. Maka tersiarlah berita dalam kampung itu, bahwa seorang zahid turun untuk bershalat jenazah kepada si Anu. Lalu keluarlah penduduk kampung. Maka orang zahid itu bershalat dan penduduk kampungpun bershalat kepada yang meninggal itu. Dan manusia banyak merasa heran dari shalatnya orang zahid tadi kepada yang meninggal tersebut. Orang zahid itu lalu mengatakan: “Dikatakan kepadaku dalam tidur: “Pergilah ke tempat Anu. Engkau akan melihat padanya jenazah, yang tiada seorangpun bersama jenazah itu, selain seorang wanita. Maka bershalatlah kepadanya ! sesungguhnya ia diampunkan”. Maka bertambahlah herannya manusia. Lalu orang zahid tersebut memanggil isteri yang meninggal. Dan ditanyakannya tentang keadaan yang meninggal. Dan bagaimana perjalanan hidupnya. Isterinya itu menjawab, sebagaimana yang telah diketahui orang. Adalah sepanjang harinya di warung khamar, yang sibuk dengan meminum khamar. Lalu orang zahid itu berkata kepada isteri yang meninggal: “Lihatlah, adakah engkau ketahui daripadanya, akan sesuatu dari amal kebajikan ?”. Wanita itu menjawab: “Ada, yaitu: 3 perkara.
1.     Adalah setiap hari ia sadar dari mabuknya waktu Shubuh. Lalu ia menggantikan pakaiannya dan berwudhu’. Lalu mengerjakan shalat Shubuh dalam berjama’ah. Kemudian, ia kembali ke warung khamar dan mengerjakan perbuatan fasik.
2.     bahwa adalah selalu rumahnya tiada kosong dari seorang atau dua orang anak yatim. Dan adalah ihsannya kepada anak-anak yatim itu lebih banyak daripada ihsannya kepada anak-anaknya. Dan ia sangat mencari untuk anak-anak yatim itu.
3.     bahwa adalah ia sadar pada waktu sedang mabuknya itu dalam gelap malam. Lalu ia menangis dan mengatakan: “Ya Tuhan! sudut manakah dari sudut-sudut neraka Jahannam, yang Engkau kehendaki mengisikan sudut itu dengan manusia yang keji ini ?”. Ya’ni: dirinya.
Orang zahid itu lalu pergi dan terangkatlah kemusykilan/kesulitan dari urusan orang yang meninggal itu. Dari Shalih bin Usyaim dan telah dikuburkan saudaranya, maka ia bermadah kepada kuburan saudaranya itu:
Jikalau engkau lepas daripadanya,
niscaya engkau lepas dari persoalah besar.
Jikalau engkau tidak lepas daripadanya,
maka aku tidak menyangka engkau akan lepas.
PENJELASAN: hal kuburan dan perkataan mereka mengenai kuburan.
Adl-Dlahhak berkata: “Seorang laki-laki bertanya: “Hai Rasulullah ! siapakah manusia yang lebih zuhudnya ?”. Nabi saw menjawab: “Orang yang tidak melupakan kubur dan barang lama yang rusak. Ia meninggalkan keutamaan perhiasan dunia dan mengutamakan yang kekal daripada yang fana. Tidak menghitungkan besok dari harinya. Dan menghitungkan dirinya dari isi kuburan”.
Ditanyakan kepada Ali ra: “Bagaimana keadaan engkau, bertetangga dengan kuburan ?”. Ali ra menjawab: “Aku mendapati mereka tetangga yang baik. Aku mendapati mereka tetangga kebenaran. Mereka mencegah lidah dan mengingati akhirat”.
Rasulullah saw bersabda: “Tiada aku melihat suatu pemandangan, melainkan kuburan itu yang lebih tidak baik daripadanya”. Umar bin Al-Khattab ra berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah saw ke kuburan-kuburan. Lalu Nabi saw duduk di samping sebuah kuburan dan aku adalah yang terdekat dari rombongan, kepada Nabi saw. Nabi saw lalu menangis, aku menangis dan orang banyak menangis. Nabi saw lalu bertanya: “Apakah yang membawa engkau kepada menangis ?”. Kami menjawab: “Kami menangis karena engkau menangis”. Nabi saw lalu bersabda: “Ini kuburan ibuku Aminah binti Wahab. Aku minta izin pada Tuhanku menziarahinya. Maka diizinkan bagiku. Lalu aku meminta izin untuk meminta ampun dosanya. Maka Ia enggan mengizinkan kepadaku. Lalu terdapat bagiku, apa yang didapati oleh seorang anak, dari kelemahan hati”.
Adalah Usman bin Affan, apabila berdiri pada kuburan, lalu menangis sehingga basah janggutnya. Maka ia ditanyakan dari yang demikian dan dikatakan kepadanya: “Engkau sebutkan sorga dan neraka, engkau tidak menangis. Dan engkau menangis apabila engkau berdiri pada kuburan”. Usman bin Affan lalu menjawab: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bahwa kubur itu awal tempat tinggal bagi akhirat. Maka jikalau lepas daripadanya yang empunyanya, maka yang sesudahnya itu lebih mudah baginya. Dan jikalau ia tidak lepas daripadanya, maka yang sesudahnya itu lebih sukar”.
Dikatakan, bahwa Amr bin Al-‘Ash memandang ke kuburan. Lalu ia turun dan mengerjakan shalat 2 rakaat. Lalu dikatakan kepadanya: “Ini adalah sesuatu yang tidak pernah engkau mengerjakannya !”. Amr bin Al-‘Ash menjawab: “Aku teringat kepada isi kuburan itu dan apa yang terdinding diantara mereka dan diantaranya. Maka aku menyukai bahwa aku mendekatkan diri kepada Allah dengan 2 rakaat itu”.
Mujahid berkata: “Yang pertama dikatakan oleh anak Adam (manusia) dengan lobang kuburannya, lalu lobang kuburan itu menjawab: “Aku adalah rumah ulat, rumah sendirian, rumah terasing dan rumah kegelapan. Inilah yang aku sediakan bagi engkau. Maka apakah yang engkau sediakan bagiku ?”.
Abu Dzarr berkata: “Apakah tidak aku kabarkan kepadamu akan hari kemiskinanku ?”. Ialah: hari aku diletakkan dalam kuburku”. Adalah Abud-Darda’duduk pada perkuburan. Lalu ditanyakan kepadanya pada yang demikian. Abud-Darda’ lalu menjawab: “Aku duduk pada kaum, yang memperingatkan aku akan waktu kembaliku. Dan apabila aku bangun berdiri, mereka tidak mencaciku”.
Adalah Ja’far bin Muhammad datang kekuburan pada malam hari dan mengatakan: “Hai penghuni kuburan ! tiadalah bagiku, apabila aku memanggil kamu, lalu kamu tidak menyahut akan panggilanku”. Kemudian, Ja’far bin Muhammad berkata: “Didindingkan –demi Allah- diantara mereka dan diantara jawabanku. Seakan-akan adalah aku dengan aku ini seperti mereka”. Kemudian, Ja’far bin Muhammad itu menghadap kepada shalat sampai kepada terbit fajar.
Umar bin Abdul-‘aziz berkata dengan sebahagian teman duduknya: “Hai Anu ! aku tidak tidur malam tadi. Aku berfikir tentang kuburan dan penghuninya. Bahwa jikalau engkau melihat akan mayit sesudah 3 hari dalam kuburannya, niscaya engkau akan menjauhkan diri daripada mendekatinya, sesudah lamanya kejinakan hati engkau dengan dia. Dan sesungguhnya engkau melihat suatu rumah, yang berkeliling di dalamnya binatang-binatang kecil yang bernajis. Mengalir padanya nanah. Dikoyakkan oleh ulat-ulat serta berobah bau. Kain-kain kafan menjadi lusuh sesudah bagus bentuk, harum bau dan bersih kain”. Umar bin Abdul-‘aziz meneruskan ceritanya: “Kemudian orang itu memekik dengan pekikan, lalu ia jatuh tersungkur dengan pingsan”.
Yazid Ar-Raqqasyi berseru: “Hai orang yang terkubur dalam lobangnya dan kesepian dalam kubur dengan sendiriannya, yang berjinak hati dalam perut bumi dengan amalannya ! semoga aku ketahui, dengan amalan engkau yang mana, engkau merasa bergembira dan dengan saudara engkau yang mana, engkau bersukaria ?”. Kemudian, Yazid Ar-Raqqasyi itu menangis, sehingga basah janggutnya. Kemudian, ia berkata: “Ia bergembira –demi Allah- dengan amal perbuatannya yang baik. Ia bersukaria –demi Allah- dengan teman-temannya yang bertolong-tolongan kepada mentaati Allah Ta’ala. Dan apabila ia memandang kepada kuburan, niscaya ia berdenguh, seperti berdenguhnya lembu”.
Hatim Al-Ashamm berkata: “Siapa yang melalui kuburan, lalu ia tidak bertafakkur bagi dirinya dan tidak berdoa kepada mereka yang dalam kuburan itu, maka ia telah mengkhianati dirinya sendiri dan mengkhianati mereka yang terkubur dalam kuburan itu”.
Bakar Al-‘Abid mengatakan kepada ibunya: “Hai ibuku ! kiranya engkau mandul, tidak melahirkan aku ! bahwa bagi anak engkau dalam kuburan itu tahanan yang panjang dan sesudah itu berangkat daripadanya”.
Yahya bin Ma’adz berkata: “Hai anak Adam ! engkau dipanggil oleh Tuhan engkau ke Darussalam (negeri kesejahteraan). Maka perhatikanlah, darimana engkau memperkenankanNya. Jikalau engkau memperkenankanNya dari dunia engkau dan engkau menyibukkan diri dengan berangkat kepadaNya, niscaya engkau telah masuk ke negeri sejahtera itu. Dan jikalau engkau memperkenankanNya dari kuburan engkau, niscaya engkau mencegah dari masuk ke negeri sejahtera itu”.
Al-Hasan bin Shalih apabila mendekati kuburan, maka ia mengatakan: “Alangkah bagusnya zahiriah engkau ! sesungguhnya bala-bencana ialah pada batiniah engkau”.
‘Atha’ As-Silmi apabila telah gelap malam, lalu keluar ke pekuburan. Kemudian berkata: “Hai isi kuburan ! kamu telah meninggal. Maka wahai orang-orang yang telah meninggal ! dan kamu melihat amal perbuatanmu, maka wahai amal perbuatan !”. Kemudian, ia menyambung: “Besok ‘Atha’ dalam kubur. Besok ‘Atha’ dalam kubur”. Selalulah yang demikian kerjanya, sehingga pagi hari.
Sufyan berkata: “Barangsiapa membanyakkan mengingati kubur, niscaya didapatinya kubur itu suatu taman dari taman-taman sorga. Dan barangsiapa lalai daripada mengingatinya, niscaya ia mendapatinya sebagai lobang dari lobang-lobang neraka”.
Adalah Ar-Rabi’ bin Khaitsam telah mengorek kuburan dalam rumahnya. Maka apabila ia merasa pada hatinya kekesatan, lalu ia masuk dalam kuburan itu. Lalu ia berbaring dan berhenti disitu –masya Allah. Kemudian, ia membaca ayat: “Wahai Tuhanku ! kembalikanlah aku (hidup)! supaya aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu”. S 23 Al Mukminuun ayat 99-100. Ia mengulang-ulangi membaca ayat tadi. Kemudian ia kembali kepada dirinya sendiri: “Hai Rabi ! aku telah kembalikan engkau, maka beramallah !”.
Ahmad bin Harb berkata: “Bumi itu heran tentang orang yang menyediakan tempat tidurnya dan meratakan tikarnya untuk tidur. Bumi itu lalu berkata: “Hai anak Adam! mengapa engkau tidak ingat kepada lamanya percobaan engkau dan tiadalah diantara aku dan engkau itu sesuatu?”
Maimun bin Mahran berkata: “Aku keluar bersama Umar bin Abdul-‘aziz ke pekuburan. Maka tatkala Umar itu melihat kuburan, lalu ia menangis. Kemudian, ia menghadap kepadaku, lalu berkata: “Hai Maimun ! ini kuburan nenek moyangku Bani Ummayyah. Seakan-akan mereka itu tidak berkongsi dengan penduduk dunia tentang kelezatan dan kehidupan mereka. Apa tidakkah engkau melihat mereka terbaring, yang telah bertempat dengan mereka itu kelebihan-kelebihan ? telah mengokoh pada mereka itu kebusukan dan binatang-binatang kecil yang busuk menimpakan pada tubuh mereka kerusakan”. Kemudian, ia menangis dan berkata: “Demi Allah ! aku tiada melihat seseorang yang lebih menikmati, dari orang yang telah jadi ke kuburan ini. Dan ia merasa aman dari azab Allah”.
Tsabit Al-Bannani berkata: “Aku masuk ke pekuburan-pekuburan. Maka tatkala aku bermaksud keluar daripadanya, tiba-tiba ada suara orang berkata, yang mengatakan: “Hai Tsabit ! janganlah engkau tertipu oleh diamnya penghuni-penghuni kuburan ini ! maka berapa banyak diri yang redup padanya !”. Diriwayatkan, bahwa Fatimah binti Al-Husain memadang kepada jenazah suaminya Al-Hasan bin Al-Hasan. Lalu ia menutupkan mukanya dan bermadah:
Adalah mereka itu harapan,
kemudian menjadi penerimaan kebajikan.
Sungguh besarlah penerimaan kebajikan-kebajikan
dan mengagungkan.
Dikatakan, bahwa Fathimah binti Al-Husain membuat kemah atas kuburan suaminya. Dan beriktikaf (menetap di situ dengan beribadah) setahun. Tatkala telah berlalu setahun, lalu mereka membuka kemah itu. Dan Fatimah binti Al-Husain masuk ke Madinah. Lalu mereka mendengar suara dari sudut pekuburan Al-Baqi’ (Madinah), yang bunyinya: “Adakah kamu dapati apa yang telah hilang daripada kamu ?”. Lalu mereka mendengar dari sudut yang lain: “Bahkan mereka itu putus-asa, lalu mereka membalik belakang”.
Abu Musa At-Tamimi berkata: “Telah wafat isteri Al-Farazdaq. Lalu keluar dalam rombongan pengantar jenazahnya, pemuka-pemuka kota Basrah. Diantaranya Al-Hasan Al-Bashari . Maka berkata Al-Hasan Al-Bashari kepada Al-Farazdaq: “Hai Abu Farras ! apakah yang engkau sediakan untuk hari ini ?”. Al-Farazdaq lalu menjawab: “Syahadah (pengakuan) bahwa: Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah (Laa ilaaha illallaah), semenjak 60 tahun. Maka tatkala isterinya telah dikuburkan, lalu Al-Farazdaq berdiri di samping kuburannya, seraya bermadah:
Aku takut di belakang kuburan,
jikalau tidak engkau menyembuhkan aku,
akan lebih sangat dari kuburan,
kenyalaan api dan lebih menyempitkan aku.
Apabila datang kepadaku pada hari kiamat,
seorang panglima yang keras.
Dan seorang penghalau,
yang menghalaukan Farazdaq.
Telah kecewa dari anak Adam,
orang yang berjalan ke neraka.
Terbelenggu dengan rantai,
yang berwarna biru.
Mereka bermadah mengenai isi kuburan:
Berhentilah di kuburan !
Katakanlah kepada halamannya !
Siapakah dari kamu yang tenggelam,
dalam kegelapannya ?
Siapakah yang dikurniakan,
dari kamu pada tempat bawah kuburan ?
Ia telah merasakan,
dinginnya keamanan dari ketakutan-ketakutan.
Adapun ketenangan bagi semua orang,
maka itu adalah satu,
Tidak nyatalah kelebihan,
pada tingkat-tingkatnya itu.
Jikalau mereka memberi jawaban kepada kamu,
niscaya mereka menerangkan kepadamu dengan lisan.
Mereka akan menyifatkan segala kebenaran itu,
dari segala keadaannya yang kemudian.
Adapun orang yang taat,
maka ia bertempat dalam taman.
Membawa kepada yang ia kehendak,
dari bermacam kayu-kayuan.
Orang yang berdosa, yang durhaka,
ia bulak-balik dengan itu.
Dalam lobang, bertempatlah dia,
dengan ular-ularnya itu.
Kalajengking-kalajengking berjalan,
menuju kepadanya.
Maka rohnya dalam kesangatan penyiksaan,
dari sengatan-sengatannya.
Daud Ath-Tha-i lalu di tempat seorang wanita, yang sedang menangis di kuburan. Dan wanita itu bermadah:
Engkau tidak mempunyai kehidupan
dan tidak memperolehkannya.
Apabila engkau berada dalam kuburan,
mereka telah memasukkan engkau dalam lobangnya.
Maka bagaimana aku merasakan,
untuk rasa mengantuknya.
Dan engkau di sebelah kanan,
mereka menjadikan engkau bantalnya.
Kemudian, wanita itu berkata: “Hai anakku ! kiranya aku ketahui, dengan yang mana dari dua pipimu itu, ulat memulai ?”. Maka gemetarlah Daud pada tempat duduknya dan ia jatuh dalam keadaan pingsan.
Malik bin Dinar berkata: “Aku lalu di pekuburan. Maka aku bermadah:
Aku datang ke kuburan-kuburan,
lalu aku menyerukannya.
Manakah orang yang mempunyai kebesaran
dan orang yang terpandang hina ?
Manakah orang yang menunjukkan,
dengan tak sopan pada kekuasaannya ?
Manakah orang yang membersihkan,
apabila ia menyombongkannya.
Malik bin Dinar meneruskan ceritanya: “Lalu aku dipanggil dari celah-celah kuburan itu. Aku mendengar suara dan tiada melihat orangnya. Suara itu berbunyi:
Mereka telah lenyap semua,
maka tidak ada yang memberi berita.
Mereka telah meninggal semua,
dan beritapun meninggal pula.
Berjalan petang dan pagi,
puteri-puteri orang kaya.
Maka terhapuslah,
kebagusan bentuk-bentuk itu.
Maka wahai yang bertanya kepadaku,
dari hal manusia yang telah lalu !
Adakah hartamu itu,
menjadi ibarat pada yang engkau lihat itu ?
Malik bin Dinar meneruskan ceritanya: “Aku lalu kembali dan aku menangis:”.
Beberapa bait syair yang terdapat, tertulis pada kuburan. Malik bin Dinar mendapat, tertulis atas kuburan:
Bermunajah dengan engkau kuburan
dan dia itu diam.
Penghuninya engkau terangkan,
berada di bawah tanah.
Hai yang mengumpulkan dunia,
untuk menyampaikannya bagi orang lain.
Untuk siapa engkau kumpulkan dunia
dan engkau sendiri akan mati ?
Ia mendapat tertulis atas kuburan lain:
Hai Ghanim !
Halaman rumahmu itu luas.
Dan kuburanmu,
segala sudutnya terbangun dengan kokoh.
Adakah bermanfaat bagi yang dikuburkan,
oleh bangunan kuburannya ?
Apabila tubuhnya dalam kuburan,
hancur luluh adanya ?
Ibnus-Sammak berkata: “Aku lalu di atas pekuburan. Lalu terlihat di atas suatu kuburan tertulis:
Kaum keluargaku melalui,
di samping kuburanku.
Seakan-akan keluargaku ini,
tidak lagi mengenal aku.
Orang-orang yang memperoleh pusaka,
membagi-bagikan hartaku.
Mereka tidak terlambat pula,
bahwa mengingkari akan hutang-hutangku.
Mereka telah mengambil bahagiaannya
dan mereka hidup dengan hartaku.
Ya Allah, alangkah cepatnya,
mereka itu melupakan aku !
Ibnus-Sammak mendapat pada kuburan lain, tertulis:
Bahwa yang dicintai itu,
merampas dari yang dicintakan.
Tidaklah dicegah kematian itu,
oleh tukang pintu dan yang menjagakan.
Maka bagaimana engkau bergembira,
dengan dunia dan kesenangannya.
Hai orang yang dihitungkan kepadanya,
perkataan dan nafasnya.
Jadilah engkau, hai orang yang lalai,
terbenam dalam kekurangan !
Dan engkau itu masa engkau,
yang terbenam dalam kesenangan.
Kematian itu tidak sayang,
kepada orang bodoh, karena tertipunya.
Dan tidak juga kepada orang,
yang dipetik ilmu daripadanya.
Berapa banyak kematian itu membisu,
pada kuburan yang engkau berdiri padanya.
Dari jawaban dengan lidah itu,
yang tidak ada bisu padanya.
Adalah istana engkau itu,
terbangun dengan mempunyai kemuliaan.
Maka kuburan engkau sekarang itu,
terhapus dalam kuburan-kuburan.
Ia dapati pada kuburan lain, tertulis:
Aku berdiri pada kekasih-kekasih,
ketika berbaris kuburan mereka itu.
Seperti kuda-kuda yang terletih,
yang dipertaruhkan pada perlombaan itu.
Maka tatkala aku menangis
dan bercucuran air mataku.
Kedua mataku melihat dalam tangis,
bahwa tempatku diantara mereka itu.
Ia dapati pada kuburan seorang tabib, tertulis:
Aku telah mengatakan,
tatkala orang yang berkata, mengatakan kepadaku:
Bahwa telah jadilah Lukman,
kuburannya sama rata dengan bumi itu.
Maka dimanakah yang disifatkan,
dari ketabibannya
dan kemahirannya dalam air,
serta intaiannya.
Amat jauhlah kiranya !
Tidak akan mempertahankan dari orang lain,
orang yang dari dirinya,
ia tidak mempertahankannya.
Ia dapati pada kuburan lain, tertulis:
Hai manusia !
Adalah bagiku cita-cita.
Karena ajal yang pendek itu tiba,
maka tidaklah sampai cita-cita.
Maka hendaklah orang itu,
bertaqwa kepada Allah Tuhannya,
Yang memungkinkan amal itu,
dalam kehidupannya.
Tidaklah aku sendirian,
dipindahkan dimana engkau melihatnya.
Semua akan berpindahan,
kepada yang seumpamanya.
Inilah bait-bait syair yang dituliskan pada kuburan-kuburan, karena teledor penghuninya dari mengambil ibarat sebelum mati. Dan orang yang bermatahati, ialah orang yang melihat kepada kuburan orang lain. Lalu ia melihat tempatnya sendiri diantara yang menonjol dari mereka. Lalu ia mengadakan persiapan untuk menyusuli mereka. Dan ia tahu, bahwa mereka itu senantiasalah pada tempatnya, sebelum ia menyusuli mereka. Dan hendaklah ia yakin, jikalau diberikan kepada mereka, satu hari dari hari-hari umurnya, yang disia-siakannya, niscaya adalah yang demikian itu lebih mereka sukai dari dunia dengan segala isinya. Karena mereka itu tahu akan nilai amalan. Dan telah tersingkap bagi mereka itu akan hakikat/makna segala urusan. Sesungguhnya penyesalan mereka itu adalah atas sehari dari umur, untuk diperolehnya kembali oleh orang yang teledor dari keteledoran nya. Lalu ia terlepas dari siksaan. Dan orang yang memperoleh taufik hendaklah menambahkan tingkatnya. Lalu berlipat-gandalah baginya pahala. Sesungguhnya mereka mengetahui akan nilai umur, sesudah terputusnya (habisnya). Maka penyesalan mereka itu atas sesaat dari hidup. Dan anda sanggup atas sesaat itu. Dan semoga engkau mampu atas seperti yang sesaat itu. Kemudian, engkau menyia-nyiakannya. Maka sediakanlah diri engkau kepada penyesalan pada menyia-nyiakannya, ketika telah keluar urusan itu dari usaha. Karena engkau tidak mengambil nasib engkau dari saat engkau atas jalan yang segera.
Sebahagian orang-orang shalih mengatakan: “Aku melihat saudaraku pada agama Allah, pada apa yang dimimpikan oleh orang yang tidur. Lalu aku mengatakan: “Hai Anu ! engkau hidup. Segala pujian bagi Allah Tuhan semesta alam”. Orang itu lalu menjawab: “Untuk aku sanggup mengucapkannya, ya’ni: Segala pujian bagi Allah Tuhan semesta alam (Alhamdulillaahi rabbil-‘aalamiin) itu lebih aku sukai dari dunia dan isinya”. Kemudian, orang shalih itu menyambung: “Adakah tidak engkau melihat, dimana mereka itu menguburkan aku ? sesungguhnya si Anu itu telah bangun berdiri, lalu mengerjakan shalat 2 rakaat. Untuk aku sanggup mengerjakan shalat 2 rakaat itu lebih aku sukai dari dunia dan isinya”.
PENJELASAN: ucapan-ucapan mereka itu ketika meninggalnya anak.
Berhaklah atas orang yang meninggal anaknya atau salah seorang dari keluarganya, bahwa ia menempatkannya pada terdahulunya pada kematian dari dirinya, pada tempat, jikalau keduanya itu dalam perjalanan jauh. Lalu ia didahulukan oleh anaknya ke negeri yang menjadi tempat ketetapannya dan tanah airnya. Sesungguhnya tidaklah begitu besar kesedihannya, karena diketahuinya, bahwa ia akan menyusuli anaknya itu dalam waktu dekat. Dan tiadalah diantara keduanya itu, selain hanya terdahulu dan terkemudian. Dan begitupulalah mati. Maka artinya, ialah mendahului ke tanah air, sampai kepada menyusul yang terkemudian. Dan apabila ia meyakini akan ini, niscaya sedikitlah kegundahan dan kesusahannya. Teristimewa lagi, bahwa telah tersebut pada hadits tentang pahala pada kematian anak, dimana dengan yang demikian itu untuk menghiburkan bagi setiap orang yang mendapat musibah.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya bahwa aku mendahulukan anak yang keguguran itu lebih aku sukai daripada bahwa aku membelakang kan 100 orang berkuda, yang semua mereka itu berperang pada jalan Allah (perang sabil)”. Bahwa disebutkan anak yang keguguran itu untuk memberitahukan dengan yang rendah kepada yang tinggi. Dan kalau bukan demikian, maka pahala itu adalah menurut kadar tempatnya anak pada hati.
Zaid bin Aslam berkata: “Telah meninggal putera Nabi Daud as. Lalu ia gundah sekali. Maka ditanyakan kepadanya: “Apakah bandingannya itu pada engkau ?”. Nabi Daud as menjawab: “Penuhnya bumi dengan emas”. Lalu dikatakan kepadanya: “Bahwa bagi engkau dari pahala di akhirat seperti yang demikian”.
Rasulullah saw bersabda: “Bila mati 3 orang anak bagi seseorang kaum muslimin, lalu dihitungkannya karena Allah, niscaya adalah anak-anak itu baginya benteng dari neraka”. Seorang wanita lalu bertanya kepada Rasulullah saw: “Atau 2 ?”. Nabi saw lalu menjawab: “Atau 2 juga”. Hendaklah orang tua anak itu mengikhlaskan doa kepada anaknya ketika meninggal. Karena doa itu yang lebih diharapkan dan yang lebih mendekati kepada diterima.
Muhammad bin Sulaiman berdiri pada kuburan anaknya, lalu berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! sesungguhnya aku mengharap Engkau baginya dan aku takut akan Engkau atasnya. Maka penuhilah harapanku dan amankanlah akan takutku !”.
Abu Sannan berdiri pada kuburan puterinya, lalu berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan! bahwa aku memohonkan ampun baginya, akan apa yang harus bagiku atasnya. Maka ampunilah baginya, akan apa yg harus untuk Engkau atasnya! sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Maha Pemurah”.
Seorang Arab desa berdiri pada kuburan anaknya, lalu berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! sesungguhnya aku telah memberikan baginya, apa yang ia teledor padanya, dari kebajikanku. Maka anugerahilah baginya, apa yang ia teledor padanya, dari ketaatan kepadaMu !”.
Tatkala meninggal Dzar bin Umar bin Dzar, lalu ayahnya Umar bin Dzar mengatakan, sesudah diletakannya anaknya dalam liang lahad, dengan mengatakan: “Hai Dzar ! telah disibukkan kami oleh kegundahan bagi engkau, dari kegundahan atas engkau. Maka kiranya aku ketahui, apakah yang engkau katakan dan apakah yang dikatakan orang bagi engkau ?”. Kemudian ayahnya itu berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa ini Dzar. Engkau telah senangkan aku dengan dia, akan apa yang telah Engkau senangkan. Engkau telah sempurnakan dia akan ajalnya dan rezekinya. Dan Engkau tidak berbuat zalim atasnya. Ya Allah, ya Tuhan ! sesungguhnya aku telah mengharuskannya berbuat taat kepada Engkau dan berbuat taat kepadaku. Ya Allah, ya Tuhan ! dan apa yang Engkau janjikan atasnya dari pahala pada musibahku, maka telah aku berikan baginya yang demikian itu. Maka berilah bagiku akan azabnya & janganlah Engkau mengazabkannya!”
Umar bin Abi Dzarr itu telah membawa manusia kepada menangis. Kemudian, ketika ia pergi, lalu ia mengatakan: “Tiada atas kami sesudah engkau dari hajat keperluan, hai Dzarr! dan tiada dengan kami kepada manusia itu hajat keperluan bersama Allah. Maka sesungguhnya kami telah lalu dan meninggalkan engkau. Dan kalau kami terus berdiri di sini, maka tidaklah kami mendatangkan manfaat bagi engkau”.
Seorang laki-laki memandang kepada seorang wanita di Basrah (Irak). Lalu laki-laki itu berkata: “Tiada pernah aku melihat seperti keelokan cahaya ini ! dan tiadalah yang demikian itu, selain dari sedikitnya kesusahan hati”. Wanita itu lalu menjawab: “Hai hamba Allah ! bahwa aku dalam kesedihan, yang tiada bersekutu aku dengan seseorang padanya”. Laki-laki itu lalu bertanya: “Maka bagaimana yang demikian ?”. Wanita itu menjawab: “Bahwa suamiku menyembelih kambing pada hari raya kurban (hari raya hajji). Dan bagiku dua orang anak kecil yang manis bermain-main. Maka anak yang terbesar mengatakan kepada anak yang lain: “Maukah kamu, aku perlihatkan bagaimana ayahku menyembelih kambing ?”. Anak yang lain itu menjawab: “Ya, mau !”. Lalu anak yang terbesar itu memegangnya dan menyembelihkannya. Dan tiada kami ketahui dengan yang demikian, selain anak itu berlumuran dalam darahnya. Tatkala telah meninggi pekikan, lalu anak itu lari dan berlindung pada suatu bukit. Maka ia dianiaya oleh seekor serigala, lalu dimakannya. Ayahnya keluar mencarinya. Maka ayahnya itu meninggal dari kesangatan panas”. Wanita itu mengatakan: “Maka masa menjadikan aku sendirian, sebagaimana anda lihat”. Maka contoh-contoh musibah ini seyogyalah bahwa diingati ketika meninggalnya anak. Supaya terhibur dengan yang demikian itu dari kesangatan gundah. Maka tiada suatu musibahpun, melainkan akan tergambar, apa yang lebih besar daripadanya. Dan apa yang ditolak oleh Allah dalam setiap hal, maka itu adalah yang lebih besar.
PENJELASAN: ziarah kubur dan doa bagi mayit dan yang berhubungan dengan itu.
Ziarah kubur itu disunatkan secara keseluruhan, untuk mengingatkan dan mengambil ibarat. Dan berziarah ke kuburan orang-orang shalih itu disunatkan karena mengambil barakah serta memperoleh ibarat. Adalah Rasulullah saw melarang dari berziarah kubur. Kemudian, sesudah itu mengizinkannya. Diriwayatkan dari Ali ra, dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda: “Aku telah melarang kamu dari berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah ! sesungguhnya ziarah itu mengingatkan kamu akan akhirat, selain bahwa tidak kamu mengatakan: keji”.
Rasulullah saw telah menziarahi kuburan ibunya dalam kejinakan hati yang memuaskan. Maka ia tiada terlihat menangis yang lebih banyak dari hari itu. Dan pada hari ini, ia bersabda: “Diizinkan bagiku berziarah, tidak meminta ampun dosanya”. Sebagaimana telah kami bentangkan dahulu.
Ibnu Abi Mulaikah berkata:“Pada suatu hari ‘Aisyah datang dari kuburan. Lalu aku bertanya: “Wahai Ummul-mu’minin! darimana engkau datang?
‘Aisyah menjawab: “Dari kuburan saudaraku Abdurrahman”. Lalu aku bertanya lagi: “Tidakkah Rasulullah saw melarang dari berziarah kubur ?”. ‘Aisyah menjawab: “Ya, kemudian disuruhnya”. Tiada seyogyalah diperpegangi dengan yang tersebut. Lalu diizinkan bagi kaum wanita keluar ke kuburan. Bahwa kaum wanita itu membanyakkan perkataan keji di kepala kuburan. Maka tiada sempurna kebajikan ziarah mereka dengan kejahatannya. Dan mereka tiada terlepas di jalan, dari terbuka aurat dan penghiasan diri. Dan ini semua hal yang besar dan ziarah itu sunat. Maka bagaimana dipertanggungkan yang demikian karena ziarah itu? ya, tiada mengapa keluarnya wanita dalam pakaian yang buruk, yang menolak mata kaum lelaki daripadanya. Dan yang demikian itu dengan syarat terbatas kepada berdoa saja dan meninggalkan berbicara di kepala kuburan.
Abu Dzarr berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Ziarahilah kubur, yang akan engkau ingat dengan ziarah itu akan akhirat ! mandikanlah mayit ! maka membiasakan diri memegang tubuh yang kosong (dari nyawa) itu, pengajaran yang sangat berkesan. Bershalatlah jenazah ! semoga yang demikian itu menyedihkan hati engkau. Bahwa orang yang sedih itu dalam naungan Allah”.
Ibnu Abi Mulaikah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Berziarahlah kepada orang-orang yang sudah meninggal dari kamu dan ucapkanlah salam kepada mereka ! sesungguhnya bagi kamu itu menjadi ibarat pada mereka”.
Dari Nafi’, yang mengatakan, bahwa: Ibnu Umar tiada melalui kuburan seseorang, melainkan ia berhenti padanya dan memberi salam kepadanya. Dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, bahwa Fatimah puteri Nabi saw berziarah ke kuburan pamannya Hamzah pada beberapa hari. Maka ia bersembahyang dan menangis padanya.
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa berziarah ke kuburan ibu bapaknya atau salah seorang daripada keduanya pada setiap Jum’at, niscaya diampunkan dosanya dan ia dituliskan: orang yang baik”.
Dari Ibnu Sirin, yang mengatakan: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa orang yang meninggal ibu bapaknya dan dia itu mendurhakai keduanya, lalu ia berdoa kepada Allah untuk keduanya sesudah keduanya meninggal, maka ia dituliskan oleh Allah dari orang-orang yang baik”.
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa berziarah ke kuburanku, maka wajiblah baginya syafa’atku”. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang menziarahi aku di Madinah, karena Allah, niscaya adalah aku yang bersyafa’at dan menjadi saksi baginya pada hari kiamat”.
Ka’bul-Ahbar berkata: “Tiadalah dari fajar itu terbit, melainkan turunlah 70 ribu malaikat. Sehingga mereka itu mengelilingi kuburan Nabi saw, mengipaskan dengan sayapnya dan berselawat kepada Nabi saw. Sehingga apabila mereka sudah sore, lalu mereka naik dan turun lagi yang seperti mereka. Lalu mereka berbuat yang seperti demikian pula. Sehingga apabila pecahlah bumi, lalu Nabi saw keluar dalam 70 ribu malaikat, yang memuliakannya”.
Disunatkan pada ziarah kubur bahwa berdiri membelakangi kiblat, menghadap dengan wajahnya akan mayit (orang yang meninggal dalam kuburan) dan mengucapkan salam. Dan tidak menyapu kuburan, tidak menyentuhkannya dan tidak memeluknya. Bahwa yang demikian itu adat kebiasaan orang Nasrani.
Kata Nafi’: “Adalah Ibnu Umar memimpikan Nabi saw 100 kali atau lebih banyak lagi. Ia datang ke kuburan Nabi saw, seraya mengucapkan: “Salam sejahtera kepada Nabi saw, kepada Abubakar, salam sejahtera kepada ayahku !”. Dan ia pergi..... Dari Abi Amamah, yang mengatakan: “Aku melihat Anas bin Malik datang ke kuburan Nabi saw. Lalu ia mengangkatkan kedua tangannya, sehingga aku menyangka bahwa ia memulai shalat. Lalu ia mengucapkan salam kepada Nabi saw. Kemudian ia pergi......”.
‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah dari seseorang yang berziarah ke kuburan saudaranya dan ia duduk di sisinya, melainkan ia berjinak hati dengan saudaranya dan saudaranya itu membalas kepadanya. Sehingga ia bangun berdiri”.
Sulaiman bin Suhaim berkata: “Aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Lalu aku mengatakan: “Hai Rasulullah ! mereka itu datang kepada engkau dan mengucapkan salam kepada engkau. Adakah engkau pahami salam mereka ?”. Rasulullah saw menjawab: “Ya dan aku membalas salam mereka”.
Abu Hurairah berkata: “Apabila seseorang melalui kuburan seseorang yang dikenalnya, maka ia memberi salam kepadanya. Dan orang itu membalas salamnya dan mengenalinya. Dan apabila ia melalui kuburan orang yang tidak dikenalnya dan ia memberi salam kepadanya, maka orang itu membalas salamnya”.
Seorang laki-laki dari keluarga ‘Ashim Al-Jahdari berkata: “Aku bermimpi bertemu dengan ‘Ashim sesudah meninggalnya 2 tahun. Lalu aku bertanya: “Apakah tidak engkau sudah meninggal ?”. ‘Ashim menjawab: “Ya !”. Maka aku bertanya lagi: “Dimana engkau sekarang ?”. Ia lalu menjawab: “Aku –sesungguhnya- dalam suatu kebun dari kebun-kebun sorga. Aku dan serombongan dari sahabat-sahabatku, kami berkumpul pada setiap malam Jum’at dan paginya pada Abubakar bin Abdullah Al-Mazani. Lalu kami memperoleh berita-berita mereka”. Lalu aku bertanya pula: “Tubuhmu atau arwahmu ?’. Ia menjawab: “Amat jauh yang demikian ! tubuh itu sudah hancur. Sesungguhnya yang bertemu, ialah arwah”. Keluarga ‘Ashim itu meneruskan ceritanya: “Aku bertanya: “Adakah kamu mengetahui dengan ziarahnya kami kepadamu ?”. ‘Ashim menjawab: “Ya, kami mengetahui ziarah itu pada sore Jum’at, hari Jum’at seluruhnya dan hari Sabtu sampai terbit matahari”. Aku bertanya lagi: “Bagaimana demikian, tidak semua hari ?”. Ia menjawab: “Karena kelebihan hari Jum’at dan kebesarannya”.
Adalah Muhammad bin Wasi’ berziarah pada hari Jum’at. Lalu dikatakan kepadanya: “Jikalau engkau undurkan ke hari Senin........”, maka ia menjawab: “Sampai kepadaku berita, bahwa orang-orang yang sudah meninggal itu mengetahui akan orang-orang yang menziarahi mereka pada hari Jum’at, hari sebelumnya dan hari sesudahnya”.
Adl-Dlahhak berkata: “Barangsiapa menziarahi kubur sebelum terbit matahari pada hari Sabtu, niscaya orang yang meninggal itu tahu dengan ziarahnya”. Lalu ditanyakan: “Bagaimana yang demikian ?”. Adl-Dlahhak menjawab: “Karena kedudukannya hari Jum’at itu”.
Basyar bin Manshur berkata: “Waktu musim kolera, maka adalah seorang laki-laki pulang-pergi ke padang belantara. Ia menyaksikan shalat kepada jenazah-jenazah. Apabila sore hari, ia berdiri di pintu pekuburan, seraya mengatakan: “Dijinakkan oleh Allah kiranya keliaran hatimu! dirahmatiNya perantauanmu! dilampaukanNya dari kejahatan-kejahatanmu ! dan diterima oleh Allah akan kebaikan-kebaikanmu !”. Ia tidak menambahkan lagi atas kalimat-kalimat tersebut. Laki-laki itu mengatakan: “Maka pada sore dari suatu malam, lalu aku pergi kepada keluargaku. Aku tidak datang ke pekuburan. Aku lalu berdoa sebagaimana yang sudah-sudah aku berdoa. Tiba-tiba waktu aku sedang tidur, rasanya orang banyak datang kepadaku. Lalu aku bertanya: “Siapakah kamu ini dan apa hajatmu ?”. Mereka itu menjawab: “Kami ini penghuni kuburan !”. Maka aku bertanya: “Apakah yang telah terjadi dengan kamu ?”. Mereka itu menjawab: “Bahwa engkau telah membiasakan kami, akan hadiah dari engkau, ketika engkau pergi kepada keluarga engkau”. Aku bertanya: “Apakah hadiah itu ?”. Mereka itu menjawab: “Doa-doa yang engkau doakan bagi kami”. Aku menjawab: “Bahwa aku akan kembali untuk yang demikian”. Aku tidak tinggalkan lagi doa-doa itu sesudah yang demikian”.
Basysyar bin Ghalib An-Najrani berkata: “Aku memimpikan Rabi’ah Al-Adawiyah yang banyak beribadah. Aku banyak berdoa baginya. Maka ia berkata kepadaku: “Hai Basysyar bin Ghalib ! hadiah-hadiah engkau itu datang kepada kami atas baki dari nur (cahaya), yang dipayungkan dengan sapu tangan sutera”. Aku lalu bertanya: “Bagaimana maka demikian ?”. Ia menjawab: “Begitulah doanya orang-orang mu’min yang hidup, apabila mereka itu berdoa bagi orang-orang yang sudah meninggal. Maka diperkenankan doa itu bagi mereka. Dijadikan doa itu atas baki dari nur. Dipayungkan dengan sapu tangan sutera. Kemudian, doa itu dibawakan kepada orang yang sudah meninggal, lalu dikatakan kepadanya: “Inilah hadiah si Anu kepada engkau !”.
Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah mayit dalam kuburnya itu, selain seperti orang karam, yang meminta pertolongan, yang menunggu doa yang menghubunginya, dari ayahnya atau saudaranya atau temannya. Maka apabila doa itu telah menghubunginya, niscaya adalah lebih disukainya dari dunia dan isinya. Bahwa hadiah orang hidup bagi orang mati, ialah: doa dan istighfar (memohonkan ampun)”.
Sebahagian mereka berkata: “Telah meninggal saudaraku. Lalu aku memimpikannya. Lalu aku bertanya: “Apakah keadaan engkau ketika engkau diletakkan dalam kubur engkau ?”. Ia menjawab: “Telah datang kepadaku, yang datang dengan lentera dari api. Maka jikalau tidak adalah yang berdoa bagiku, niscaya aku melihat, yang datang itu akan memukul aku dengan lentera itu”.
Dari ini disunatkan mentalkinkan mayit sesudah dikuburkan dan mendoakan baginya. Sa’id bin Abdullah Al-Azadi berkata: “Aku menyaksikan Abu Amamah Al-Bahili dan dia itu sedang naz’a/menjelang kematian. Maka ia mengatakan: “Hai Sa’id ! apabila aku mati, maka berbuatlah dengan aku, sebagaimana kita disuruh oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila mati seseorang kamu, maka ratakanlah tanah atasnya. Maka hendaklah seseorang kamu berdiri atas kepada kuburnya. Kemudian, mengatakan: “Hai Anu anak perempuan Anu !”. Dia itu tidak mendengar dan tidak menjawab. Kemudian, katakanlah: “Hai Anu anak perempuan Anu ! –kali yang ke-2. Maka dia itu lalu duduk. Kemudian, katakanlah: “Hai Anu anak perempuan Anu !”, kali yang ke-3. Maka mayit itu menjawab: “Tunjukilah kami ! kiranya engkau dirahmati oleh Allah !”. Akan tetapi, kamu tidak mendengar. Maka yang mentalkinkan itu mengatakan kepada mayit itu: “Sebutlah akan apa, yang engkau keluar kepadanya dari dunia, akan pengakuan, bahwa: tiada Tuhan yang disembah, selain Allah, bahwa Muhammad itu rasul Allah. Bahwa engkau ridha Allah itu Tuhanmu, Islam itu agamamu, Muhammad saw itu nabimu dan Alquran itu imammu. Maka malaikat Munkar dan Nakir itu mundur masing-masing dari keduanya, lalu mengatakan: “Berjalanlah dengan kami, akan apa yang mendudukkan kami pada ini !”. Dan dia telah ditalkinkan (diajarkan) alasannya. Dan adalah Allah ‘Azza Wa Jalla itu Pelindungnya dari kedua malaikat itu”. Seorang laki-laki lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ! jikalau tidak diketahui nama ibunya ?”. Nabi saw menjawab: “Maka hendaklah keturunannya disangkutkan kepada Hawwa !”.
Tiada mengapa membaca Alquran atas kubur. Diriwayatkan dari Ali bin Musa Al-Haddad, yang mengatakan: “Aku bersama Ahmad bin Hanbal pada suatu jenazah. Dan Muhammad bin Quddamah Al-Jauhari bersama kami. Tatkala mayit itu telah dikuburkan, maka datanglah seorang laki-laki yang kurus kering, membaca Alquran pada kuburan itu. Maka Ahmad mengatakan kepadanya: “Hai saudara ini ! bahwa membaca Alquran pada kuburan itu bid’ah (yang diada-adakan)”. Tatkala kami telah keluar dari pekuburan itu, lalu Muhammad bin Quddamah bertanya: kepada Ahmad: “Hai Abu Abdillah ! apa kata engkau tentang Mubasysyir bin Ismail Al-Halabi ?”. Ahmad bin Hanbal itu menjawab: “Orang yang dapat dipercayai”. Muhammad bin Quddamah bertanya: “Adakah engkau tulis sesuatu daripadanya ?”. Ahmad bin Hanbal menjawab: “Ya, ada !”. Muhammad bin Quddamah lalu mengatakan: “Dikabarkan kepadaku oleh Mubasysyir bin Ismail, dari Abdurrahman bin Al-‘Ala’ bin Al-Lajlaj, dari ayahnya, bahwa: ayahnya mewasiatkan, apabila ia telah dikuburkan, supaya dibacakan pembukaan Al-Baqarah dan kesudahannya pada kepalanya”. Muhammad bin Quddamah berkata lagi: “Aku mendengar Ibnu Umar mewasiatkan dengan yang demikian”. Maka Ahmad bin Hanbal menjawab: “Kembalilah kepada lelaki itu, maka katakanlah kepadanya, supaya ia membaca Alquran itu !”.
Muhammad bin Ahmad Al-Maruzi berkata: “Aku mendengar Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Apabila kamu masuk ke pekuburan, maka bacalah: Surah Al-Fatihah, Surah Al-Mu’awwaadzatain (Surah: Qul-a-‘uudzu bi rabbil-falaq dan Surah: Qul-a-‘uudzu bi rabbin-naas) dan: Qul huwallaahu ahad ! jadikanlah pahalanya untuk yang dalam kuburan itu ! maka pahala itu akan sampai kepada mereka”.
Abu Qallabah berkata: “Aku berangkat dari negeri Syam (Syria) ke Basrah (Irak). Aku turun di Al-Khandaq. Maka aku bersuci dengan berwudhu’ dan aku mengerjakan shalat 2 rakaat di Lail. Kemudian, aku letakkan kepalaku atas kuburan. Lalu aku tidur. Kemudian, aku jaga. Tiba-tiba yang punya kubur mengadukan aku, dengan mengatakan: “Engkau telah menyakitkan aku semenjak malam”. Kemudian ia sambung: “Bahwa kamu tidak tahu. Dan kami tahu dan kami tidak mampu beramal”. Kemudian, ia berkata lagi: “Sesungguhnya 2 rakaat yang engkau ruku’kan itu lebih baik dari dunia dan isinya”. Kemudian, ia berkata lagi: “Dibalaskan oleh Allah kiranya dari kami kepada penduduk dunia dengan kebajikan ! aku mengucapkan salam sejahtera kepada mereka.
Sesungguhnya kadang-kadang masuk kepada kami dari doa mereka itu, nur seperti gunung”. Yang dimaksudkan dengan ziarah kubur bagi yang berziarah, ialah mengambil ibarat dengan ziarah itu. Dan bagi yang diziarahi itu mengambil manfaat dengan doa yang berziarah. Maka tiada seyogyalah bahwa dilupakan oleh yang berziarah dari doa bagi dirinya dan bagi orang yang meninggal. Dan tidak lupa pula daripada mengambil ibarat dengan yang demikian. Sesungguhnya berhasil baginya mengambil ibarat itu, dengan menggambarkan orang yang meninggal dalam hatinya, bagaimana bercerai-berai bagian-bagian badannya. Dan bagaimana ia akan dibangkitkan dari kuburnya. Dan dia dalam waktu dekat akan mengikutinya.
Sebagaimana diriwayatkan dari Mathraf bin Abubakar Al-Hadzali, yang berkata: “Adalah seorang wanita tua yang kuat beribadah pada Abdul-Qais. Apabila datang malam, maka ia menguatkan ikat pinggangnya. Kemudian, ia bangun berdiri ke mihrab. Dan apabila datang siang, dia keluar ke kuburan. Maka sampailah kepadaku berita, bahwa ia dicaci orang, tentang banyak kedatangannya ke pekuburan. Maka ia mengatakan: “Bahwa hati yang kesat, apabila telah kering, niscaya tidak dapat dilunakkan, selain oleh melihat yang sudah hancur. Dan aku sesungguhnya datang ke kuburan, maka seakan-akan aku melihat, mereka itu keluar dari antara lapisan-lapisannya. Dan seakan-akan aku melihat mukanya yang penuh debu, badannya yang berobah dan pelupuk matanya yang berlemah. Wahai kiranya dari pandangan, jikalau pandangan itu diminumkan oleh hamba kepada hatinya, niscaya alangkah menakutkan kepahitan nya bagi diri dan sangat merusakkan bagi badan. Bahkan seyogyalah bahwa ia menghadirkan dari bentuk mayit, apa yang disebutkan oleh Umar bin Abdul-‘aziz, dimana masuk ke tempatnya seorang ahli fikih. Maka ia merasa heran dari perobahan bentuknya, karena banyak kesungguhan dan ibadah. Lalu ia berkata kepada faqih itu: “Hai Anu ! kalau engkau melihat aku sesudah 3 hari dan aku telah dimasukkan dalam kuburku. Dan telah keluar 2 biji mata, lalu mengalir atas 2 pipi. Telah kuncup 2 bibir dari gigi. Telah keluar nanah dari mulut. Dan terbukalah mulut. Meninggilah perut dari dada. Keluarlah tulang pinggang dari dubur. Dan keluarlah ulat dan nanah dari lobang hidung. Sesungguhnya engkau akan melihat yang lebih mengherankan dari yang engkau lihat sekarang”.
Disunatkan memuji mayit. Dan tidak disebutkan, selain dengan yang baik. ‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Apabila meninggal teman mu, maka tinggalkan daripada memperkatakannya ! dan janganlah engkau memperkatakan tentang keburukannya !”. Nabi saw bersabda: “Janganlah kamu memaki orang yang sudah mati ! sesungguhnya mereka itu telah sampai kepada amal yang mereka kemukakan”. Nabi saw bersabda: “Janganlah kamu sebutkan orang-orang yang meninggal dari kamu, selain dengan kebajikan. Bahwa jikalau ada mereka itu dari isi sorga, niscaya kamu berdosa. Dan jikalau ada mereka itu dari isi neraka, maka perkiraan mereka itu menurut apa, yang mereka itu padanya”. Anas bin Malik berkata: “Lewatlah jenazah di muka Rasulullah saw lalu mereka itu menyebut kejahatan kepada jenazah itu. Maka Rasulullah saw bersabda: “Wajiblah yang demikian”. Dan mereka membawa jenazah lain. Lalu mereka itu menyebut kebajikan kepada jenazah itu. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Wajiblah yang demikian”. Maka Umar bertanya kepada Nabi saw dari yang demikian. Nabi saw menjawab: “Bahwa ini kamu sebutkan kepadanya kebajikan, maka wajiblah baginya sorga. Dan ini kamu sebutkan kepadanya kejahatan, maka wajiblah baginya neraka. Dan kamu itu menjadi saksi Allah di bumi”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa hamba itu meninggal, lalu kaumnya memujikan pujian kepadanya, yang diketahui oleh Allah daripadanya akan orang lain. Maka Allah Ta’ala berfirman kepada para malaikatNya: “Aku menjadikan kamu menjadi saksi, bahwa Aku telah menerima kesaksian hamba-hambaKu atas hambaKu. Dan Aku lampaukan dari ilmuKu tentang hambaKu”.
BAB KETUJUH: tentang hakikat/makna mati dan yang dijumpai oleh orang yang mati, dalam kubur sampai kepada peniupan sangkakala.
PENJELASAN: hakikat/makna mati.
Ketahuilah, bahwa manusia itu mempunyai persangkaan-persangkaan yang dusta tentang hakikat/makna mati, yg tersalah mereka padanya. Sebahagian mereka menyangka bahwa mati ialah: tidak ada lagi. Tidak ada dihimpunkan dan dibangkitkan sesudah mati. Dan matinya manusia itu seperti mati binatang dan keringnya tumbuh-tumbuhan. Dan ini pendapat orang-orang mulhid (yg mengingkari adanya Tuhan). Dan setiap orang yg tidak beriman dengan Allah dan hari akhirat. Suatu kaum menyangka, bahwa ia menjadi tidak ada dengan mati. Ia tiada merasa pedih dengan siksaan. Dan ia tiada merasa nikmat dengan pahala, selama ia berada dalam kubur, sehingga ia dikembalikan pada hari dihimpunkan di padang mahsyar.
Yang lain berkata pula: bahwa nyawa itu kekal, tidak menjadi tiada dengan mati. Dan yang diberi pahala dan yang disiksa, ialah: nyawa (ruh), tidak tubuh. Dan tubuh itu tidak sekali-kali dibangkitkan dan dikumpulkan di padang mahsyar. Semua ini adalah sangkaan yang merusak dan miring dari kebenaran. Akan tetapi, yang disaksikan oleh jalan-jalan i’tibar (ibarat) dan dituturkan oleh ayat-ayat dan hadits-hadits, bahwa mati itu, artinya: berobah keadaan saja. Dan nyawa itu tetap ada (kekal) sesudah berpisah dengan jasad. Adakalanya diazabkan dan adakalanya dinikmatkan. Arti berpisah dengan jasad, ialah: terputus urusannya dari tubuh, dengan keluarnya dari tubuh, daripada mentaatinya. Bahwa anggota-anggota tubuh itu alat bagi nyawa yang dipakainya. Sehingga, nyawa itu menggenggam dengan tangan, mendengar dengan telinga dan melihat dengan mata. Dan ia mengetahui akan hakikat/makna sesuatu dengan hati.
Dan hati ini adalah ibarat dari nyawa. Dan nyawa itu mengetahui segala sesuatu dengan sendirinya, dengan tanpa alat. Dan karena itulah kadang-kadang hati itu merasa pedih dengan sendirinya, dengan bermacam-macam kegundahan, kesusahan dan keduka-citaan. Dan hati itu merasa nikmat dengan bermacam-macam kesenangan dan kegembiraan. Dan semua itu tiada menyangkut dengan anggota badan. Maka setiap apa yang menjadi sifat bagi nyawa, dengan sendirinya kekal bersama nyawa itu sesudah berpisah dengan jasad.
Dan apa yang ada bagi nyawa dengan perantaraan anggota badan, maka menjadi kosong dengan matinya jasad. Sehingga dikembalikan nyawa itu kepada jasad. Dan tiada jauh dari kebenaran, bahwa nyawa itu dikembalikan kepada tubuh dalam kubur. Dan tiada jauh dari kebenaran, bahwa dikemudiankan nyawa itu kepada hari kebangkitan. Dan Allah itu Maha Tahu, dengan apa, yang dihukumkanNya kepada setiap hamba dari hamba-hambaNya.
Sesungguhnya kosongnya jasad dengan mati itu menyerupai dengan kosongnya anggota-anggota badan orang yang lumpuh, dengan kerusakan sifat badan yang terjadi padanya. Dan dengan kesukaran yang terjadi pada urat-urat saraf, yang mencegah lulusnya nyawa padanya. Maka adalah nyawa yang mengetahui, yang berakal, yang memahami itu terus ada (kekal) yang terpakai bagi sebahagian anggota-anggota badan. Dan sebahagian anggota-anggota badan itu tidak mematuhi kepada nyawa. Dan mati itu adalah ibarat dari ketidak-patuhan anggota-anggota badan seluruhnya. Dan semua anggota-anggota badan itu adalah alat. Dan nyawa ialah yang memakai alat-alat itu. Dan kami kehendaki dengan nyawa, ialah makna yang ia memperoleh dari insan itu ilmu pengetahuan, kepedihan duka-cita dan kelezatan kegembiraan. Dan manakala telah salahlah urusannya pada anggota-anggota badan, niscaya tidak salah daripadanya ilmu pengetahuan dan perasaan-perasaan. Tidak salah daripadanya kegembiraan dan kesusahan. Dan tidak salah daripadanya penerimaannya bagi kepedihan dan kelezatan. Dan insan dengan hakikat/maknanya itu, ialah: makna yang memperoleh ilmu pengetahuan, kepedihan-kepedihan dan kelezatan-kelezatan. Dan yang demikian itu tidak mati. Artinya: tidak akan tiada. Dan makna mati, ialah terputusnya urusannya dari badan dan keluarnya badan dari adanya alat baginya. Sebagaimana makna kelumpuhan, ialah keluarnya tangan dari bawah adanya itu alat yang dipakai. Maka mati itu kelumpuhan mutlak pada anggota-anggota badan seluruhnya. Dan hakikat/makna insan itu: dirinya dan nyawanya. Dan hakikat/makna itu terus ada, yang melengkapi perobahan keadaannya dari 2 pihak:
Pertama: bahwa direbutkan daripadanya matanya, telinganya, lisannya, tangannya, kakinya dan semua anggota badannya. Direbutkan daripadanya isterinya, anaknya, keluarganya dan kenalan-kenalannya yang lain. Dan direbutkan daripadanya kudanya, binatang ternaknya, budak-budaknya, rumah-rumahnya, tanah ladangnya dan harta miliknya yang lain. Dan tiada bedanya, antara direbut barang-barang tersebut dari insan dan antara direbut insan dari barang-barang tersebut. Bahwa yang menyakitkan, ialah: perpisahan. Dan perpisahan itu sekali berhasil dengan dirampaskan harta seseorang. Dan sekali dengan ditawannya orang itu dari milik dan hartanya. Dan kepedihan itu satu dalam dua hal tadi. Sesungguhnya makna mati, ialah: direbutkan insan dari hartanya, dengan membawakannya ke alam lain, yang tiada bersesuaian dengan alam ini. Maka jikalau ada baginya di dunia, sesuatu yang disukainya dan disenanginya dan ia memperhitungkan dengan adanya, maka besarlah kesusahannya kepada sesuatu itu sesudah mati. Dan payahlah kesengsaraan hatinya pada berpisah dengan dia. Bahkan hatinya berpaling kepada satu demi satu dari hartanya, kemegahannya, dan tanah ladangnya. Sehingga kepada baju kemeja yang dipakainya umpamanya dan yang disenanginya. Dan jikalau ia tidak merasa gembira, selain dengan dzikir kepada Allah dan hatinya tidak jinak, selain dengan Allah, niscaya besarlah nikmatnya dan sempurnalah bahagianya. Karena ia bersunyi-sunyi diantaranya dan Yang Dicintainya. Dan terputuslah daripadanya halangan-halangan dan kesibukan-kesibukan. Karena semua sebab dunia itu menghalangi daripada mengingati Allah. Maka inilah salah satu wajah perbedaan antara keadaan mati dan keadaan hidup.
Kedua: bahwa tersingkapnya baginya dengan mati, apa yang tidak tersingkap baginya dalam hidup. Sebagaimana kadang-kadang tersingkap bagi orang yang jaga, apa yang tidak tersingkap dalam tidur. Dan manusia itu tidur. Apabila mereka mati, mereka terbangun. Dan yang pertama-tama yang tersingkap baginya, ialah yang mendatangkan melarat baginya dan yang mendatangkan manfaat, dari kebaikannya dan kejahatannya. Dan adalah yang demikian itu tergaris dalam suratan yang terlipat dalam rahasia hatinya. Dan yang menyibukkannya daripada melihat kepadanya itu, ialah: kesibukan-kesibukan duniawi.
Maka apabila terputuslah kesibukan-kesibukan itu, niscaya tersingkaplah baginya semua amalnya. Maka ia tiada melihat kepada kejahatan, melainkan ia menyesal padanya, dengan penyesalan yang ia mengutamakan bahwa ia masuk dalam kesengsaraan neraka, untuk terlepas dari penyesalan itu. Dan pada yang demikian, dikatakan baginya: “Cukuplah pada hari ini, engkau membuat perhitungan atas diri sendiri”. S 17 Al Israa’ ayat 14. Tersingkaplah semua itu ketika putus nafas dan sebelum dikuburkan. Dan menyalalah padanya api perpisahan. Ya’ni: berpisah dengan apa, yang ia tentram kepadanya dari dunia yang fana ini. Tidak, apa yang dikehendakinya daripadanya untuk karena perbekalan dan yang menyampaikan kepada amalan akhirat. Bahwa siapa yang mencari perbekalan untuk sampai kepada amalan akhirat, maka apabila ia sampai kepada maksud, niscaya ia gembira dengan perpisahannya dengan sisa perbekalan. Karena ia tiada menghendaki perbekalan itu sendiri. Dan ini keadaan orang yang tidak mengambil dari dunia, melainkan sekadar darurat/perlu. Dan ia suka bahwa terputuslah daruratnya, supaya ia tidak memerlukan lagi kepadanya. Maka telah berhasil apa yang disukainya dan tidak memerlukan kepada yang lain. Inilah bermacam-macam azab dan kepedihan yang besar, yang menyerang kepadanya sebelum dikuburkan.
Kemudian, ketika dikuburkan, kadang-kadang dikembalikan nyawanya kepada jasad, karena macam yang lain dari azab. Terkadang dimaafkan daripadanya. Dan adalah keadaan orang yang bernikmat-nikmatan dengan dunia, yang tentram hatinya kepada dunia itu, seperti keadaan orang yang bernikmat-nikmatan, ketika tidak adanya raja dalam negerinya, kerajaannya dan keluarganya. Karena berpegang bahwa raja itu bersikap mudah dalam urusannya. Atau bahwa raja itu tidak tahu apa yang dikerjakan oleh orang yang keji perbuatannya. Lalu ia diambil oleh raja dengan sekejap mata. Dan didatangkan kepadanya daftar, yang telah dituliskan di dalamnya semua kekejiannya dan kesalahannya, atom demi atom, langkah demi langkah. Dan raja itu orang perkasa, lagi berkuasa, cemburu atas isterinya, membalas dendam kepada orang-orang yang berbuat salah atas kerajaannya. Dan tidak memperhatikan kepada orang yang meminta bantuan kepadanya, tentang orang-orang yang durhaka kepadanya.
Maka perhatikanlah kepada orang yang diambil ini, bagaimana keadaannya sebelum turun azab raja kepadanya: dari ketakutan, keseganan, malu, kesedihan dan penyesalan. Maka inilah keadaan orang yang meninggal, yang zalim, yang terperdaya dengan dunia, yang merasa tenang kepada dunia, sebelum turun azab kubur kepadanya. Bahkan ketika matinya, kita berlindung dengan Allah daripadanya. Bahwa kehinaan, tersiarnya rahasia dan terbukanya tabir itu lebih besar dari setiap azab yang bertempat dengan jasad, dari pukulan, dipotong dll. Maka ini adalah isyarat kepada keadaan orang yang meninggal ketika meninggal. Dipersaksikan oleh orang-orang yang mempunyai matahati, dengan penyaksian batiniah, yang lebih kuat dari penyaksian mata. Dan disaksikan bagi yang demikian itu, oleh kesaksian-kesaksian Kitab Alquran dan Sunnah. Ya, benar bahwa tidak mungkin tersingkapnya tutup dari mengetahui hakikat/makna mati. Karena tidak akan dikenal mati, oleh orang yang tidak mengenal hidup. Dan mengenal hidup itu dengan mengenal hakikat/makna nyawa pada dirinya. Dan mengetahui hakikat/makna zatnya. Dan tidak diizinkan bagi Rasulullah saw memperkatakan tentang nyawa. Dan tiada lebih, bahwa ia mengatakan: “Nyawa itu urusan Tuhanku. Maka tiadalah bagi seseorang dari ulama agama bahwa menyingkapkan rahasia nyawa, walaupun ia menjenguk kepadanya. Dan yang diizinkan padanya, ialah: menyebutkan keadaan nyawa sesudah mati.
Ayat-ayat dan banyak hadits menunjukkan bahwa mati itu tidaklah ibaratnya dari tidak adanya nyawa dan tidak adanya perasaan bagi nyawa. Adapun ayat-ayat maka telah datang mengenai orang-orang syahid. Karena Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kamu anggap mati orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu ! tidak ! mereka itu hidup, mereka mendapat rezeki dari sisi Tuhan. Mereka gembira”. S 3 Ali ‘Imran ayat 169-170. Tatkala terbunuh kepala-kepala Quraisy pada hari perang Badar, maka mereka itu dipanggil oleh Rasulullah saw dengan bersabda: “Hai Anu! hai Anu! hai Anu! aku telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhanku kepadaku itu benar. Maka adakah kamu memperoleh apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar ?”. Lalu ditanyakan: “Wahai Rasulullah ! adakah engkau memanggil mereka itu, sedang mereka itu sudah mati ?”. Nabi saw menjawab: “Demi Tuhan yang diriku di tanganNya ! bahwa mereka itu sesungguhnya mendengar perkataan ini dari kamu. Hanya mereka itu tidak sanggup menjawab”. Maka ini adalah nash (dalil yang tegas) tentang kekalnya (tetap adanya) nyawa orang yang durhaka dan tetap diketahuinya dan dikenalnya. Dan ayat itu nash (ketetapan sesuatu masalah dengan dalil) tentang arwah orang-orang syahid. Dan orang yang meninggal itu tidak terlepas dari bahagia atau sengsara.
Nabi saw bersabda: “Kubur itu adakalanya suatu lobang dari lobang-lobang neraka. Atau suatu taman dari taman-taman sorga”. Ini adalah nash yang tegas, bahwa mati itu, artinya: berobah keadaan saja. Dan apa yang akan ada, dari kesengsaraan orang yang meninggal dan kebahagiaannya itu, bersegera ketika mati, dengan tidak diundurkan. Dan bahwa yang diundurkan, ialah sebahagian dari bermacam-macam azab dan pahala, tidak pokoknya.
Dirawikan Anas dari Nabi saw bahwa beliau bersabda: “Mati itu kiamat. Maka siapa yang mati, niscaya berdirilah kiamatnya”. Nabi saw bersabda: “Apabila meninggal salah seorang kamu, niscaya didatangkan kepadanya tempat duduknya pada pagi hari dan sorenya. Jikalau dia dari isi sorga, maka dari sorga. Dan jikalau dia dari isi neraka, maka dari neraka. Dan dikatakan: “Inilah tempat dudukmu, sehingga kamu dibangkitkan kepadanya pada hari kiamat”. Dan tidaklah tersembunyi akan apa, yang dalam menyaksikan dua tempat duduk itu, dari azab dan nikmat dalam waktu itu juga. Dari Abi Qais yang mengatakan: “Adalah kami bersama ‘Alqamah pada suatu jenazah. Lalu ‘Alqamah berkata: “Adapun ini maka telah berdiri kiamatnya”. Ali ra berkata: “Haramlah atas diri, bahwa ia keluar dari dunia, sebelum ia tahu, dari isi sorgakah dia atau dari isi neraka ?”. Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang meninggal dalam perantauan (mencari kebaikkan bukan kejahatan.pent), niscaya ia mati syahid. Dan dipelihara dari fitnah-fitnah kubur. Dan dibawakan kepadanya pada pagi hari dan sorenya dengan rezekinya dari sorga”. Masruq berkata: “Tiada aku menggemari seseorang, akan apa yang aku gemari dari orang mu’min dalam liang lahad. Ia telah beristirahat dari kepayahan dunia dan merasa aman dari azab Allah”. Yu’la bin Al-Walid berkata: “Adalah aku pada suatu hari berjalan kaki bersama Abid-Darda’. Aku lalu bertanya kepadanya: “Apakah yang engkau sukai bagi orang yang engkau sukai ?”. Ia menjawab: “Mati”. Aku bertanya lagi: “Jikalau ia tidak mati ?”. Ia menjawab: “Sedikitlah hartanya dan anaknya. Sesungguhnya aku menyukai mati, karena mati itu tiada disukai, selain oleh orang mu’min. Dan mati itu melepaskan orang mu’min dari penjara. Dan sesungguhnya aku menyukai sedikit harta dan anak, karena itu adalah fitnah dan sebab bagi jinaknya hati dengan dunia. Dan jinaknya hati dengan orang, yang tidak boleh tidak akan bercerai itu adalah kesengsaraan yang paling berat. Maka setiap yang selain Allah, mengingati dan menjinakkan hati dengan dia, niscaya tidak boleh tidak –sudah pasti- daripada berpisah dengan dia ketika mati”.
Karena inilah, Abdullah bin ‘Amr berkata: “Sesungguhnya contoh orang mu’min ketika keluar nafasnya yang terakhir atau nyawanya adalah seperti orang yang bermalam di penjara. Lalu ia dikeluarkan daripadanya. Maka ia merasa lapang di bumi dan pulang-pergi padanya”. Dan ini yang disebutkannya itu adalah keadaan orang yang merenggangkan hatinya dari dunia dan menggelisahkannya dengan dunia. Tiada baginya kejinakan hati selain dengan mengingati Allah Ta’ala (berdzikir kepadaNya). Dan adalah segala kesibukan duniawi itu menahankannya dari Kekasihnya. Dan kekesatan nafsu syahwat itu menyakitinya. Maka adalah pada kematian itu kelepasannya dari semua yang menyakitkan dan kesendiriannya dengan Kekasihnya yang menjadi kejinakan hatinya, dengan tidak ada yang mencegah dan yang menolak. Alangkah lebih patut yang demikian, bahwa adalah itu kesudahan nikmat dan lezat. Dan paling sempurna kelezatan bagi orang-orang syahid yang terbunuh pada jalan Allah (perang sabil). Karena mereka itu tidak tampil ke medan perang, melainkan mereka telah memutuskan perhatiannya dari segala yang menyangkut dengan dunia, rindu menjumpai Allah, ridha dengan terbunuh pada mencari keridhaanNya. Kalau ia memandang kepada dunia, maka telah dijualnya, karena suka rela dengan akhirat. Dan penjual itu, hatinya tidak berpaling lagi kepada yang dijual. Dan kalau ia memandang kepada akhirat, maka telah dibelinya dan ia rindu kepadanya. Maka alangkah besarnya kegembiraannya dengan yang dibelinya itu, apabila telah dilihatnya ! alangkah sedikit perhatiannya kepada yang telah dijualnya, apabila telah berpisah dengan dia ! dan menjuruslah hati bagi mencintai Allah Ta’ala yang kadang-kadang berkebetulan pada sebahagian hal keadaan. Akan tetapi, tidak didapatinya oleh mati atasnya, maka ia berobah. Dan peperangan itu sebab bagi mati. Maka adalah peperangan itu sebab untuk memperoleh mati atas keadaan yang seperti ini. Maka karena inilah besarnya nikmat. Karena makna nikmat ialah: bahwa dicapai oleh insan akan apa yang dikehendakinya.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan bagi mereka apa yang mereka sukai”. S 16 An Nahl ayat 57. Maka adalah ini semua ibarat bagi makna kelezatan sorga. Dan azab yang terbesar, ialah bahwa tercegah insan dari kehendaknya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Dan diletakkan batas diantara mereka dengan apa yang diingininya”. S 34 As Sabak ayat 54. Maka adalah ini semua ibarat bagi siksaan isi neraka jahannam. Nikmat ini didapati oleh orang syahid, sebagaimana ia telah memutuskan dirinya, dengan tidak terlambat. Dan ini adalah urusan yang tersingkap bagi orang-orang yang mempunyai hati dengan nur-yakin. Dan kalau engkau menghendaki atasnya itu kesaksian dari pihak pendengaran, maka semua hadits yang mengenai orang-orang syahid, menunjukkan kepadanya. Dan setiap hadits itu melengkapi kepada mengibaratkan dari kesudahan kenikmatan mereka dengan ibarat yang lain.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwa ia mengatakan: “Rasulullah saw bersabda kepada Jabir: “Apakah tidak aku kabarkan kepada engkau dengan berita gembira, hai Jabir ?”. Dan adalah pada hari perang Uhud, ayah Jabir itu syahid. Jabir lalu menjawab: “Ada, kiranya Allah memberitakan engkau kabar gembira dengan kebajikan !”. Maka Nabi saw bersabda: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla telah menghidupkan ayah engkau dan mendudukkannya di hadapan Nya. Dan Ia berfirman: “Bercita-citalah kepadaKu, hai hambaKu, apa yang engkau kehendaki, niscaya akan Aku memberikannya kepada engkau”. Lalu ayah Jabir itu menjawab: “Hai Tuhanku ! tiadalah aku beribadah kepada Engkau, sebenarnya ibadah kepada Engkau. Aku bercita-cita kepada Engkau, bahwa Engkau mengembali kan aku ke dunia. Lalu aku akan berperang bersama nabi Engkau. Maka aku terbunuh pada jalan Engkau sekali lagi”. Allah Ta’ala berfirman kepadanya: “Bahwa telah dahulu daripadaKu, bahwa engkau tiada kembali lagi ke dunia”.
Ka’bul-Ahbar berkata: “Terdapat seorang laki-laki dalam sorga menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Mengapa engkau menangis, padahal engkau dalam sorga ?”. Ia menjawab: “Aku menangis, karena aku tidak terbunuh pada jalan Allah, kecuali hanya sekali. Aku ingin, bahwa aku dikembalikan ke dunia. Lalu aku terbunuh pada jalan Allah berkali-kali”.
Ketahuilah, bahwa orang mu’min itu tersingkap baginya sesudah mati, dari keluasan keagungan Allah, akan apa yang adalah dunia itu dengan dikaitkan kepadanya, seperti penjara dan tempat yang sempit. Dan adalah contohnya orang mu’min itu, seperti orang yang terpenjara dalam rumah yang gelap, yang dibukakan baginya sebuah pintu ke kebun yang luas pihak-pihakya, yang tidak sampai pandangannya kepada yang paling jauh dari kebun itu. Di dalamnya berbagai macam kayu-kayuan, bunga-bungaan, buah-buahan dan burung-burung. Maka ia tiada ingin kembali ke penjara yang gelap. Dan telah dibuat oleh Rasulullah saw akan contoh bagi yang demikian. Maka beliau bersabda bagi seorang laki-laki yang meninggal dunia: “Jadilah orang ini berangkat dari dunia dan meninggalkan nya bagi keluarganya. Kalau adalah dia itu ridha (senang dengan yang demikian), maka tidak menggembirakannya untuk kembali ke dunia, sebagaimana tidak menggembirakan bagi seseorang kamu untuk kembali ke dalam perut ibunya”. Maka Nabi saw memperkenalkan kepada anda dengan ini, bahwa perbandingan luasnya akhirat dengan dunia, adalah seperti perbandingan luasnya dunia dengan kegelapan rahim ibu.
Nabi saw bersabda: “Bahwa orang mu’min dalam dunia itu, contohnya adalah seperti janin (bayi) dalam perut ibunya. Apabila keluar dari perutnya, ia menangis atas keluarnya itu. Sehingga apabila ia melihat cahaya dan dilahirkan, maka ia tidak suka lagi kembali ke tempatnya semula”. Seperti demikian juga orang mu’min yang gelisah dari mati. Maka apabila ia dibawa kepada Tuhannya, niscaya ia tidak suka lagi kembali ke dunia, sebagaimana tidak sukanya bayi itu kembali ke perut ibunya.
Dikatakan kepada Rasulullah saw bahwa si Anu telah meninggal dunia, maka Nabi saw menjawab: “Ia beristirahat atau ia diistirahat kan”. Nabi saw mengisyaratkan dengan :ia beristirahat” itu kepada: orang mu’min dan dengan: “yang di istirahatkan” itu kepada: orang zalim, karena penduduk dunia beristirahat daripada kezalimannya.
Abu Umar Shahibus-saqya berkata: “Lalu di depan kami Ibnu Umar dan kami masih anak-anak. Lalu ia memandang ke kuburan. Tiba-tiba tampak tengkorak manusia. Maka disuruhnya seorang laki-laki. Lalu laki-laki itu menanamkannya. Kemudian, ia berkata: “Bahwa tubuh ini tidak diberikan melarat sedikitpun oleh tanah ini. Sesungguhnya nyawa itu disiksa dan diberi pahala, sampai kepada hari kiamat”.
Dari ‘Amr bin Dinar, yang mengatakan: “Tiada seorang mayitpun yang meninggal, melainkan ia tahu, apa yang pada keluarganya sesudahnya. Dan bahwa mereka itu memandikannya dan mengkafankannya. Dan bahwa ia melihat kepada mereka itu”.
Malik bin Anas berkata: “Sampai kepadaku bahwa nyawa orang mu’min itu diutuskan, dia pergi kemana ia kehendaki”.
An-Nu’man bin Basyir berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda di atas mimbar: “Ketahuilah, bahwa tiada kekal dari dunia, selain seperti lalat yang terbang bulak-balik dalam udaranya. Maka, Allah –Allah- mengenai saudara kamu dari isi kubur. Sesungguhnya amalan kamu didatangkan kepada mereka”.
Abu Hurairah berkata: “Nabi saw bersabda: “Jangan engkau buka kekurangan orang-orang yang meninggal dari kamu, dengan kejahatan perbuatan kamu ! sesungguhnya perbuatan kamu itu didatangkan kepada wali-wali kamu dari isi kubur”. Karena demikianlah, Abud-Darda’ berdoa: “Ya Allah ya Tuhan! bahwa aku berlindung dengan Engkau, bahwa aku mengerjakan suatu perbuatan yang menghinakan pada Abdullah bin Rawwahah”. Dan adalah Abdullah bin Rawwahah itu telah meninggal dunia dan saudara ibunya.
Ditanyakan Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash dari hal nyawa orang-orang mu’min, apabila mereka telah meninggal, kemana nyawa itu ? Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash menjawab: “Dalam perut burung putih dalam naungan Al-‘Arasy dan nyawa orang-orang kafir dalam bumi, lapisan yang ke-7”.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bahwa orang yang meninggal (mayit) itu mengenal akan orang yang memandikannya, yang membawanya dan yang memasukkannya dalam kuburnya”.
Shalih Al-Marri berkata: “Bahwa nyawa (ruh) itu bertemu satu sama lain ketika meninggal. Lalu bertanya nyawa orang-orang yang mati, kepada nyawa yang keluar kepada mereka: “Bagaimana adanya tempat tinggal engkau ? pada yang mana dari dua jasad itu engkau berada ? pada yang baik atau yang buruk ?”.
Ubaid bin Umair berkata: “Isi kubur itu mengintip berita-berita. Maka apabila datang kepada mereka mayit baru, lalu mereka itu bertanya: “Apa yang dikerjakan oleh si Anu ?”. Lalu mayit baru itu menjawab: “Apakah ia tidak datang kepada kamu atau tidak ia kemukakan kepada kamu ?”. Lalu isi kubur itu menjawab: “Bahwa kita kepunyaan Allah. Dan kita akan kembali kepadaNya. Ia menempuh dengan yang demikian itu, bukan jalan kita”.
Dari Ja’far bin Sa’id, yang mengatakan: “Apabila meninggal seseorang, lalu anaknya menemuinya, sebagaimana ia menemui orang yang tidak ada selama ini”. Mujahid berkata: “Bahwa orang itu diberikan kabar yang menggembirakan dengan baik anaknya dalam kuburnya”. Dirawikan Abu Ayyub Al-Anshari, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Bahwa nyawa orang mu’min apabila telah diambil, niscaya dijumpai oleh yang punya kasih-sayang daripada hamba-hamba Allah. Sebagaimana dijumpai orang yang membawa kabar gembira di dunia. Mereka itu mengatakan: “Lihatlah saudaramu, sehingga ia beristirahat. Sesungguhnya ia berada dalam kesusahan yang sangat !”. Lalu mereka itu menanyakannya: “Apakah yang dikerjakan si Anu yang laki-laki (si Fulan) ? apakah yang dikerjakan si Anu yang wanita (si Fulanah) ? sudahkah kawin si Fulanah ?”. Apabila mereka menanyakannya dari hal seorang laki-laki yang telah meninggal sebelumnya dan ia mengatakan: “Ia sudah meninggal sebelum aku”. Mereka lalu mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raa-ji’uun”. (Bahwa kita ini kepunyaan Allah dan kita ini akan kembali kepadaNya). Dia itu dibawa kepada ibunya yang kasih-sayang”.
PENJELASAN: perkataan kubur bagi mayit.
Perkataan orang-orang yang meninggal itu adakalanya dengan lisan perkataan atau dengan lisan keadaan yang lebih terang pada pemahaman orang-orang yang meninggal, dari lisan perkataan pada pemahaman orang-orang hidup.
Rasulullah saw bersabda: “Kubur itu berkata kepada mayit, ketika ia diletakkan didalamnya: “Kasihan engkau, hai anak Adam! apakah yang memperdayakan engkau dengan aku? apakah engkau tidak tahu, bahwa aku itu rumah fitnah, rumah gelap, rumah sendirian dan rumah ulat? apakah yang memperdayakan engkau dengan aku, karena engkau melalui kepadaku dengan sikap fadz-dzadz”. Maka kalau dia itu orang yang memperbaiki keadaan, niscaya yang menjawab dikuburan bertanya kepadanya: “Adakah engkau melihat bahwa ada dia itu menyuruh dengan ma’ruf dan melarang dari munkar ?”. Lalu kubur itu berkata: “Jadi, aku akan memalingkan kepadanya yg warna hijau dan jasadnya kembali menjadi nur dan nyawanya naik kepada Allah Ta’ala”. Sikap fadz-dzadz itu, ialah maju selangkah dan mundur selangkah (sikap ragu). Begitulah ditafsirkan oleh perawi perkataan fadz-dzadz pada hadits itu.
Ubaid bin Umair Al-Laitsi berkata: “Tiadalah dari seorang mayit itu yang meninggal, melainkan ia dipanggil oleh lobangnya, yang dikuburkannya dia di dalamnya !”. Aku rumah kegelapan, sendirian dan tersendiri. Jikalau adalah engkau dalam hidup engkau itu taat kepada Allah, niscaya adalah engkau pada hari ini rahmat kepada engkau. Dan jikalau ada engkau itu maksiat, maka aku pada hari ini siksaan kepada engkau. Akulah, yang siapa masuk kepadaku, yang taat, niscaya ia keluar yang bergembira. Dan siapa yang masuk kepadaku, yang maksiat, niscaya ia keluar yang berduka-cita”.
Muhammad bin Shubaih berkata: “Sampai kepada kami, bahwa seseorang apabila diletakkan dalam kuburnya, lalu diazabkan. Atau menimpakan nya oleh sebahagian yang tiada disukainya. Ia dipanggilkan oleh tetangganya dari orang-orang meninggal: “Hai orang yang terbelakang dalam dunia, sesudah saudara-saudaranya dan tetangganya ! apakah ada bagi engkau memperoleh ibarat pada kami ? apakah ada bagi engkau pada terdahulunya kami memperoleh pikiran bagi engkau ? adakah tidak engkau melihat terputusnya amalan kami dari kami dan engkau itu masih ada tempo ? mengapa tidak engkau memperoleh kembali apa yang telah luput bagi saudara-saudara engkau ?”. Dan ia dipanggil oleh tempat-tempat di bumi: “Hai orang yang tertipu dengan zahiriah duniawi ! mengapa engkau tidak mengambil ibarat dengan orang yang telah tiada lagi dari keluarga engkau, dalam perut bumi, dari orang yang ditipu oleh dunia sebelum engkau. Kemudian, mendahului ajalnya ke kubur. Dan engkau melihatnya dibawa orang, yang hoyong kekasih-kekasihnya, ke tempat yang tidak boleh tidak baginya daripadanya”.
Yazid Ar-Raqqasyi berkata: “Sampai kepadaku, bahwa mayit apabila diletakkan dalam kuburnya, niscaya larilah daripadanya amalan-amalannya. Kemudian, amalan-amalan itu ditakdirkan oleh Allah dapat berbicara. Maka ia berkata: “Hai hamba yang sendirian dalam lobangnya ! telah terputus dari engkau, segala teman dan keluarga. Maka tiadalah yang menjinakkan/menenangkan hati bagi engkau pada hari ini, selain kami”.
Ka’ab berkata: “Apabila diletakkan hamba yang shalih dalam kubur, niscaya larilah daripadanya amalan-amalannya yang shalih, yaitu: shalat, puasa, hajji, jihad dan sedekah”. Ka’ab mengatakan lagi: “Maka datanglah malaikat azab dari pihak dua kakinya. Maka berkatalah shalat: “Kepada kamu daripadanya. Maka tiada jalan bagi kamu atasnya. Telah lamalah dengan aku berdiri karena Allah atas kedua kakinya”. Lalu mereka datang kepadanya dari pihak kepalanya. Maka berkata puasa: “Tiada jalan bagi kamu atasnya. Maka telah lamalah hausnya karena Allah dalam negeri dunia. Maka tiada jalan bagi kamu atasnya”. Lalu mereka datang kepadanya dari pihak jasadnya. Lalu berkatalah hajji dan jihad: “Kepada kamu daripadanya. Ia telah memayahkan dirinya dan meletihkan badannya, mengerjakan hajji dan berjihad karena Allah. Maka tiada jalan bagi kamu atasnya”. Ka’ab menerangkan lagi: “Lalu mereka datang kepadanya dari pihak dua tangannya. Lalu berkata sedekah: “Cegahlah dari temanku! maka berapa banyak sedekah yang keluar dari dua tangan ini. Sehingga jatuh ia dalam Tangan Allah Ta’ala karena mencari WajahNya. Maka tiada jalan bagi kamu atasnya”. Ka’ab menerangkan: “Lalu dikatakan kepada hamba yang shalih itu: “Senanglah ! baiklah engkau hidup dan baiklah engkau meninggal!”. Ka’ab menerangkan: “Dan datanglah kepada hamba yang shalih itu malaikat rahmat. Lalu malaikat rahmat itu membentangkan baginya tikar dari sorga dan selimut dari sorga. Dan dilapangkan baginya dalam kuburnya sepanjang penglihatannya. Dan didatangkan dengan lentera dari sorga. Lalu ia memperoleh cahaya dengan nurnya, sampai kepada hari ia dibangkitkan oleh Allah dari kuburnya.
Abdullah bin Ubaid bin Umair mengatakan tentang jenazah: “Sampai kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda: “Bahwa mayit itu duduk dan ia mendengar langkah pengunjungnya. Maka tiada berkata-kata dengan mayit itu sesuatu, selain kuburnya yang mengatakan: “Kasihan engkau hai anak Adam ! adakah tidak engkau telah diperingatkan dengan aku dan diperingatkan engkau akan sempitku, busukku, huru-haraku dan ulatku ? maka apakah yang engkau sediakan bagiku ?”.
PENJELASAN: azab kubur dan pertanyaan Munkar dan Nakir.
Al-Barra’ bin ‘Azib berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah saw pada jenazah seorang lelaki dari orang anshar. Maka Rasulullah saw lalu duduk di atas kuburnya, dengan menundukkan kepala. Kemudian berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa aku berlindung dengan Engkau dari azab kubur”. 3 kali Nabi saw mengucapkannya. Kemudian, beliau sambung: “Bahwa orang mu’min dalam menghadap akhirat itu, diutuskan oleh Allah para malaikat. Seakan-akan muka mereka itu matahari. Bersama mereka itu obat tubuh mayit untuk tidak hancur dan kafannya. Maka mereka itu duduk sepanjang penglihatan orang mu’min itu. Maka apabila keluar nyawanya, niscaya bershalat kepadanya setiap malaikat antara langit dan bumi dan setiap malaikat di langit. Dan dibukakan pintu-pintu langit. Maka tidak ada daripadanya satu pintupun, melainkan suka bahwa orang mu’min itu masuk dengan ruhnya daripadanya. Apabila orang mu’min itu dinaikkan dengan ruhnya, maka dikatakan: “Hai Tuhan ! hambaMu itu si Anu !”. Maka Tuhan berfirman: “Kembalikanlah dia ! maka perlihatkan kepadanya, apa yang Aku sediakan baginya dari kemuliaan. Sesungguhnya Aku menjanjikan kepadanya: “Daripadanya (bumi), kamu Kami jadikan dan kepadanya kamu Kami kembalikan dan daripadanya pula kamu Kami keluarkan pada kali yang lain”.
Bahwa orang mu’min itu mendengar bunyi sandal mereka, apabila mereka itu berpaling membelakangi. Sehingga dikatakan: “Hai ini ! siapakah Tuhan engkau ? apakah agama engkau ? dan siapakah nabi engkau ?”. Lalu orang mu’min itu menjawab: “Tuhanku Allah, agamaku Islam dan nabiku Muhammad saw”. Nabi saw menyambung: “Lalu Munkar dan Nakir itu menghardik orang mu’min itu dengan hardikan yang keras. Dan itulah penghabisan fitnah yang didatangkan kepada mayit. Apabila ia mengatakan yang demikian, niscaya seorang penyeru menyerukan: “Bahwa sesungguhnya engkau benar !”. Dan itulah makna firman Allah Ta’ala: “Allah meneguhkan kedudukan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh dalam kehidupan dunia ini dan hari akhirat”. S 14 Ibrahim ayat 27. Kemudian, datang kepadanya yang datang, yang bagus muka, yang harum bau, yang bagus kain. Lalu ia berkata: “Bergembiralah dengan rahmat Tuhan engkau dan sorga, yang di dalamnya nikmat yang tetap”. Lalu mayit itu menjawab: “Dan engkau, maka diberikan engkau kabar gembira oleh Allah dengan kebajikan. Siapa engkau ?”. Yang dayang itu menjawab: “Aku amalanmu yang shalih. Demi Allah ! tiada aku ketahui, bahwa adalah engkau yang bersegera taat kepada Allah, yang lambat dari maksiat kepada Allah. Maka kiranya Allah membalas engkau dengan kebajikan”. Nabi saw menyambung: “Kemudian berserulah yang menyeru bahwa: “Bentangkanlah baginya dari tikar sorga ! dan bukalah baginya pintu ke sorga !”. Maka dibentangkan baginya dari tikar sorga dan dibukakan baginya pintu ke sorga. Lalu ia berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! segerakanlah berdirinya kiamat, sehingga aku kembali kepada keluargaku dan hartaku !”.
Nabi saw menyambung: “Adapun orang kafir, maka apabila ada dia pada menghadap ke akhirat dan terputus dari dunia, niscaya turunlah kepadanya para malaikat yang kasar dan keras. Bersama mereka itu kain dari api dan pakaian dari belangkin (ter). Maka para malaikat itu benci kepadanya. Apabila keluar nafasnya, ia dikutuk oleh setiap malaikat diantara langit dan bumi dan setiap malaikat di langit. Dan ditutup pintu-pintu langit. Maka tidak ada daripadanya satu pintupun, melainkan orang kafir itu tidak suka bahwa ia masuk dengan rohnya daripadanya. Apabila ia dinaikkan dengan rohnya, niscaya ia dicampakkan. Dan dikatakan: “Wahai Tuhan ! hambaMu si Anu tidak diterima oleh langit dan bumi”. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: “Kembalikanlah dia ! maka perlihatkan lah kepadanya, apa yang Aku sediakan baginya dari kejahatan. Bahwa Aku menjanjikannya: “Daripadanya (bumi), kamu Kami jadikan dan kepadanya kamu Kami kembalikan dan daripadanya pula kamu Kami keluarkan pada kali yang lain”. Bahwa ia mendengar bunyi sandal mereka, apabila mereka berpaling membelakangi. Sehingga dikatakan kepadanya: “Hai ini ! siapakah Tuhan engkau ? siapakah nabi engkau ? dan apakah agama engkau ?”. Lalu ia menjawab: “Aku tidak tahu”. Lalu dikatakan: “Tidak engkau tahu ?”. Kemudian datang kepadanya, yang datang, yang keji muka, yang busuk bau, yang buruk pakaian. Lalu ia berkata: “Bergembira lah dengan kemarahan Allah dan dengan azab yang pedih, yang menetap !”. Orang itu lalu menjawab: “Digembirakan engkau oleh Allah dengan kejahatan. Siapakah engkau ?”. Lalu yang datang itu menjawab: “Aku adalah amal engkau yang keji. Demi Allah ! sesungguhnya engkau itu telah bersegera pada perbuatan maksiat kepada Allah dan lambat daripada ketaatan kepada Allah. Engkau sesungguhnya dibalas oleh Allah dengan kejahatan”. Orang kafir itu lalu menjawab: “Dan engkau, maka engkau dibalas oleh Allah dengan kejahatan”. Kemudian, ditakdirkan dia itu tuli, buta dan bisu. Bersama dia itu sebatang besi. Jikalau berkumpul jin dan insan pada besi itu untuk dibawanya, niscaya mereka itu tidak sanggup. Jikalau dipukul dengan batang besi itu sebuah gunung, niscaya ia menjadi debu. Lalu ia memukul orang kafir itu dengan batang besi tersebut sekali pukul. Maka ia menjadi debu. Kemudian kembali padanya roh. Lalu ia memukulnya dengan batang besi itu antara dua matanya sekali pukul, yang didengar oleh yang di atas bumi, yang bukan jin dan insan”. Nabi saw menyambung: “Kemudian, menyeru yang menyeru: “Bahwa bentangkanlah baginya dua papan dari neraka ! dan bukakanlah baginya pintu ke neraka !”. Maka dibentangkan baginya dua helai papan dari neraka dan dibukakan baginya pintu ke neraka”.
Muhammad bin Ali berkata: “Tiadalah dari mayit yang meninggal, melainkan membentuk baginya ketika mati, amalannya yang baik dan amalannya yang jahat. Maka ia mengangkat pandangannya kepada amalannya yang baik. Dan ia memicingkan matanya kepada amalannya yang jahat.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa orang mu’min apabila mendekati mati, niscaya datang kepadanya malaikat dengan sepotong sutera, yang di dalamnya kesturi dan kumpulan bau-bauan. Lalu nyawanya ditarik, sebagaimana ditarik rambut dari tepung. Dan dikatakan: “Hai nyawa yang tenang! keluarlah dengan ridha dan diridhakan dari engkau, kepada Ruh Allah dan kemuliaanNya !”. Maka apabila telah dikeluarkan ruhnya, niscaya diletakkan di atas kesturi dan bau-bauan itu. Dan dilipatkan keatasnya sutera. Dan dibawakan ke sorga tinggi. Dan orang kafir, apabila mendekati mati, niscaya datang kepadanya malaikat, dengan sepotong pakaian hitam, yang didalamnya sepotong bara api. Lalu nyawanya dicabut dengan keras. Dan dikatakan: “Hai nyawa yang keji! Keluar lah dengan marah, yang dimarahi engkau, kepada kehinaan dan azab Allah !”. Maka apabila telah dikeluarkan nyawa nya, niscaya diletakkan di atas bara api itu. Dan baginya bunyi. Dan dilipatkan ke atasnya pakaian hitam itu. Dan dibawa ke tempat yang bersangatan azab”.
Dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qaradhi, bahwa ia membaca firman Allah Ta’ala: “Sehingga ketika kematian telah datang kepada seseorang diantara mereka, dia berkata: “Wahai Tuhanku ! kembalikanlah aku (hidup) ! supaya aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu”. S 23 Al Mukminuun ayat 99-100. Maka Allah bertanya: “Apa yang engkau kehendaki ? apa yang engkau inginkan ? adakah engkau ingin kembali itu untuk mengumpul kan harta, menanam tanam-tanaman, membangun bangunan dan mengorek sungai ?”. Ia menjawab: “Tidak ! semoga aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu”. Ka’ab berkata: “Lalu berfirman Allah Yang Maha Perkasa: “Tidak, sekali-kali tidak ! sesungguhnya itu satu kalimat, dia mengatakannya”. (S 23 Al Mukminuun ayat 100, sambungan yang tersebut di atas tadi). Artinya: yang dikatakannya ketika mati.
Abu Hurairah berkata: “Nabi saw bersabda: “Orang mu’min dalam kuburnya itu dalam taman yang hijau. Dan dilapangkan baginya dalam kuburnya 70 hasta. Ia bersinar, sehingga adalah ia seperti bulan pada malam purnama raya.
Adakah engkau ketahui, pada apa diturunkan ayat: “Maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sulit”. S 20 Thaahaa ayat 124. Para sahabat menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu”. Nabi saw menjawab: “Azab bagi orang kafir dalam kuburnya itu dikeraskan ke atasnya 99 tinnin. Tahukan kamu, apakah tinnin itu ? yaitu: 99 ular. Bagi masing-masing ular itu mempunyai 7 kepala, yang mencakar, menjilat dan meniupkan pada tubuhnya, sampai kepada hari mereka dibangkitkan”. Tiada seyogyalah bahwa diherankan dari bilangan ini pada khususnya. Bahwa bilangan ular-ular dan kalajengking-kalajengking ini dengan bilangan budi pekerti yang tercela: dari sombong, ria, dengki, tipu, busuk hati dan sifat-sifat lainnya, maka baginya itu mempunyai pokok yang berbilang-bilang. Kemudian, bercabang daripada cabang yang berbilang-bilang. Kemudian, terbagi cabang-cabangnya kepada bahagian-bahagian. Dan sifat-sifat itu dengan dirinya sendiri, adalah yang membinasakan. Dan dengan dirinya sendiri, sifat-sifat itu berbalik menjadi kalajengking dan ular. Maka yang kuat daripadanya itu menyakiti sebagaimana ular itu menyakiti. Dan yang lemah itu menyakiti, sebagaimana kalajengking itu menyakiti. Dan yang diantara keduanya itu menyakiti, sebagaimana ular biasa itu menyakiti. Orang-orang yang mempunyai hati dan matahati itu menyaksikan dengan nur matahati akan pembinasa-pembinasa ini dan percabangan cabang-cabangnya. Selain, bahwa kadar bilangannya itu tidak diketahui, selain dengan nur kenabian (nurun-nubuwwah). Contoh-contoh berita ini mempunyai zahiriah yang benar dan rahasia-rahasia yang tersembunyi. Akan tetapi, pada orang-orang yang mempunyai matahati itu jelas. Maka barangsiapa tiada tersingkap baginya hakikat/maknanya, niscaya tiada seyogyalah bahwa ia menantang akan zahiriah-zahiriahnya. Akan tetapi, yang paling kurang dari derajat iman, ialah: membenarkan dan menyerah. Jikalau anda mengatakan: bahwa kami menyaksikan orang kafir itu pada kuburannya suatu waktu dan kami mengintipkannya. Dan kami tiada menyaksikan akan sesuatu dari yang demikian. Maka bagaimana cara membenarkan atas yang menyalahi dengan yang dipersaksikan itu ? ketahuilah kiranya, bahwa bagi anda itu 3 tingkat pada pembenaran, dengan contoh-contoh ini:
Pertama: yaitu yang lebih terang, lebih shah dan lebih selamat, bahwa anda membenarkan, bahwa yang demikian itu ada. Yaitu: yang menyakiti orang mati. Akan tetapi anda tiada menyaksikan yang demikian. Maka bahwa mata ini tidak patut bagi menyaksikan keadaan-keadaan alam malakut. Dan setiap yang menyangkut dengan akhirat, maka itu dari alam malakut. Apakah tidak anda melihat para sahabat ra, bagaimana mereka itu beriman dengan turunnya malaikat Jibril dan tidaklah mereka itu menyaksikannya ? mereka beriman/percaya, bahwa Nabi saw menyaksikannya. Jikalau anda tidak beriman dengan ini, maka menshahkan pokok keimanan dengan malaikat dan wahyu itu lebih penting atas anda. Dan kalau anda beriman dengan yang demikian dan anda memandang jaiz (tidak mustahil menurut akal), bahwa Nabi saw dapat menyaksikan, apa yang tidak disaksikan oleh umat. Maka bagaimana anda tidak memandang tidak mustahil menurut akal akan ini pada mayit ? dan sebagaimana malaikat itu tiada menyerupai dengan anak Adam dan hewan, maka ular dan kalajengking yang menyakiti dalam kubur itu tidaklah dari jenis ular alam kita. Akan tetapi, dia itu jenis lain. Dan diketahui yang demikian itu dengan pancaindra yang lain.
Tingkat kedua: bahwa anda mengingati akan keadaan orang tidur. Dia kadang-kadang bermimpi dalam tidurnya, seekor ular menyakiti nya. Dan ia merasa sakit dengan yang demikian. Sehingga anda melihatnya, dia memekik dalam tidurnya dan berkeringat keningnya. Kadang-kadang ia terkejut dari tempatnya. Semua yang demikian itu diketahuinya dari dirinya sendiri. Ia merasa sakit dengan yang demikian, sebagaimana dirasakan sakit oleh orang yang tidak tidur. Dan ia menyaksikannya. Dan anda melihat zahiriahnya tenang dan anda tidak melihat di kelilingnya ular. Dan ular itu ada pada pihaknya. Dan azab itu telah ada. Akan tetapi, pada pihak anda tidak kelihatan. Dan apabila azab itu pada kepedihan dari yang menyakiti, maka tiada berbeda diantara ular itu dikhayalkan atau disaksikan.
Tingkat ketiga: bahwa anda tahu ular itu tidak menyakiti dengan dirinya sendiri. Akan tetapi, yang menemui anda dari ular itu, yaitu: racun. Maka jikalau berhasil seperti bekas yang demikian, dengan tanpa racun, niscaya adalah azab itu telah mencukupi. Dan tidak mungkin memperkenalkan macam itu dari azab, selain dengan dikaitkan kepada sebab yang membawa kepadanya, menurut kebiasaan. Bahwa jikalau dijadikan pada insan kelezatan bersetubuh –umpamanya- dengan tidak langsung bentuk bersetubuh, niscaya tidak mungkin memperkenalkannya, selain dengan dikaitkan kepada bersetubuh. Supaya adalah pengkaitan untuk memperkenalkan itu dengan sebab. Dan adalah buah sebab itu berhasil, walaupun tidak berhasil bentuk sebab. Dan sebab itu dimaksudkan untuk buahnya, tidak untuk diri sebab itu sendiri.
Sifat-sifat yang membinasakan ini tertukar menjadi yang menyakiti dan yang memedihkan pada nyawa ketika mati. Maka adalah kepedihannya itu, seperti kepedihan patukan ular, tanpa adanya ular-ular itu. Dan terbaliknya sifat itu menyakitkan, menyerupai dengan terbaliknya rindu itu menyakitkan, ketika meninggal yang dirindukan. Bahwa adanya itu lezat, lalu datanglah suatu keadaan, menjadikan kelezatan itu dengan sendirinya memedihkan. Sehingga datanglah dengan hati, dari bermacam-macam azab, apa yang diangan-angankannya bersama hati itu, bahwa ia tidak pernah bernikmat-nikmatan dengan kerinduan dan perhubungan. Bahkan ini dengan sendirinya adalah salah satu macam azab bagi mayit. Bahwa telah mengeraslah kerinduan pada dunia atas dirinya, maka jadilah ia rindu akan hartanya, sawah ladangnya, kemegahannya, anaknya, keluarganya dan kenalan-kenalannya. Dan jikalau diambil semua yang demikian itu dalam hidupnya, oleh orang yang tidak mengharap kembalinya daripadanya, maka apakah yang anda lihat, adanya keadaannya ? adakah tidak besar kesengsaraan nya dan bersangatan azabnya ? dan ia berangan-angan serta mengatakan: “Kiranya tidaklah sekali-kali aku mempunyai harta dan kemegahan. Lalu aku tidak merasakan sakit berpisah daripadanya”. Maka mati itu adalah ibarat daripada berpisah dengan kecintaan-kecintaan duniawiah seluruhnya secara serempak (sekaligus).
Apakah keadaan orang,
yang ada baginya satu ?
Lalu menghilang,
yang satu itu ?
Maka apakah halnya orang, yang tiada bergembira, selain dengan dunia? lalu dunia itu diambilkan daripadanya dan diserahkan kepada musuh-musuhnya? kemudian, ditambahkan kepada azab ini, akan penyesalannya terhadap yang hilang dari kenikmatan akhirat dan terhijab (terdinding) daripada Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka kecintaan selain Allah itu mendindingkannya daripada bertemu dengan Allah dan memperoleh kenikmatan daripadaNya. Maka berturut-turutlah atas dirinya kepedihan berpisah dengan semua kekasihnya. Penyesalannya atas yang hilang, dari kenikmatan akhirat untuk selama-lamanya. Dan kehinaan tertolak dan terdinding daripada Allah Ta’ala. Dan yang demikian itu, adalah azab, yang diazabkan dia dengan azab itu. Karena tidak diikuti akan neraka perpisahan, selain oleh neraka jahannam. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Tidak, sekali-kali tidak ! sesungguhnya mereka di hari itu terdinding dari Tuhannya. Seterusnya, mereka sesungguhnya masuk ke dalam neraka”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 15-16.
Adapun orang yang tidak berjinak hati dengan dunia dan tidak mencintai selain Allah dan ia rindu kepada menemui Allah, maka sesungguhnya ia telah terlepas dari penjara dunia dan kekesatan nafsu syahwat dalam dunia. Dan ia datang kepada Yang Dicintainya. Terputuslah daripadanya halangan-halangan dan pembelok-pembelok. Dan sempurnalah kepadanya kenikmatan serta keamanan dari kehilangan untuk selama-lamanya. Dan untuk yang seperti ini, maka hendaklah beramal, orang-orang yang beramal ! Dan yang dimaksudkan, ialah: bahwa orang itu kadang-kadang mencintai kudanya, dimana jikalau ia disuruh memilih, diantara kuda itu diambil daripadanya dan dengan ia disakiti oleh kalajengking, niscaya ia memilih bersabar atas gigitan kalajengking itu. Jadi, kepedihan berpisah dengan kuda, padanya itu lebih berat dari gigitan kalajengking. Dan kecintaannya kepada kuda itu, ialah yang menggigitnya, apabila kuda itu diambil daripadanya. Maka hendaklah ia bersiap untuk gigitan-gigitan ini ! bahwa mati itu mengambil daripadanya kudanya, kendaraannya, rumahnya, sawah ladangnya, keluarganya, anaknya, kekasih-kekasihnya dan kenalan-kenalannya. Dan mengambil daripadanya kemegahannya dan penerimaan orang akan dirinya.
Bahkan mati itu mengambil daripadanya, pendengarannya, penglihatannya dan anggota-anggota badannya. Dan ia putus asa dari kembalinya semua itu kepadanya. Jadi, ia tidak mencintai, selain Dia. Dan telah diambilkan semua itu daripadanya. Maka yang demikian itu adalah lebih berat atas dirinya dari kalajengking dan ular. Dan sebagaimana jikalau diambilkan yang demikian itu daripadanya dan dia itu hidup, maka besarlah siksaannya. Maka seperti demikianlah apabila ia mati. Karena kita telah menerangkan, bahwa makna yang memperoleh kepedihan dan kelezatan itu tidak mati. Bahkan azabnya sesudah mati itu lebih berat. Karena dia dalam hidup itu terhibur dengan sebab-sebab yang menyibukkan pancaindranya, dari duduk-duduk dan bercakap-cakap. Ia terhibur dengan harapan kembali kepadanya. Ia terhibur dengan harapan ada gantian daripadanya. Dan tiada hiburan sesudah mati. Karena telah tersumbat kepadanya jalan-jalan penghiburan. Dan datanglah keputus-asaan. Jadi, setiap baju kemejanya dan sapu tangannya itu sungguh disayanginya, dimana adalah menyusahkan kepadanya, jikalau diambilkan daripadanya. Maka ia tetap bersedih hati dan merasa tersiksa dengan yang demikian. Maka jikalau ada yang demikian itu meringankan di dunia, niscaya ia menyerah. Dan itulah makna, dengan perkataan mereka itu: lepaslah mereka yang diringankan. Dan kalau itu memberatkan, niscaya beratlah azabnya. Sebagaimana keadaan orang, yang dicurikan daripadanya sedinar, adalah lebih ringan dari keadaan orang, yang dicurikan daripadanya 10 dinar, maka seperti demikianlah keadaan orang yang mempunyai dua dirham. Dan itulah makna sabda Nabi saw: “Yang mempunyai sedirham itu lebih ringan perhitungannya dari yang mempunyai dua dirham”. Dan tiada suatupun dari dunia yang meninggalkan engkau ketika mati, melainkan adalah penyesalan kepada engkau sesudah mati. Maka jikalau engkau kehendaki, maka hendaklah membanyakkan. Dan jikalau engkau kehendaki, maka hendaklah engkau menyedikitkan ! jikalau engkau membanyakkan, maka tidaklah engkau itu membanyakkan, selain dari penyesalan. Dan jikalau engkau menyedikitkan, maka tidaklah engkau itu meringankan, selain dari punggung engkau.
Sesungguhnya banyaklah ular dan kalajengking dalam kuburan orang-orang kaya, yang mencintai hidup dunia dari akhirat. Bergembira dan merasa tenang dengan hidup dunia itu. Inilah tingkat-tingkat iman tentang ular-ular kubur dan kalajengking-kalajengkingnya dan pada berbagai macam azabnya yang lain. Abu Sa’id Al-Khudri memimpikan anaknya yang telah meninggal. Lalu ia berkata kepadanya: “Hai anakku ! berilah aku pengajaran !”. Anaknya itu menjawab: “Janganlah engkau menyalahi Allah Ta’ala, pada yang dikehendakiNya !”. Abu Sa’id Al-Khudri berkata lagi:“Hai anakku! tambahkanlah bagiku!”. Anaknya itu menjawab: “Hai ayahku ! engkau tidak sanggup”. Ayahnya menjawab: “Katakanlah !”. Anaknya itu menjawab: “Jangan engkau jadikan diantara engkau dan Allah itu baju kemeja !”. Maka Abu Sa’id Al-Khudri tidak memakai baju kemeja, selama 30 tahun.
Kalau anda bertanya: maka manakah yang benar dari tingkat-tingkat yang 3 ini ? Ketahuilah kiranya, bahwa dalam kalangan manusia itu ada orang yang tidak mengiyakan, selain yang pertama. Dan mengingkari apa yang sesudahnya. Diantara mereka itu ada orang yang mengingkari yang pertama dan mengiyakan yang kedua. Dan diantara mereka itu ada orang yang tidak mengiyakan, selain yang ketiga. Bahwa yang benar, yang tersingkap bagi kami dengan jalan penglihatan mata hati, ialah: bahwa setiap yang demikian itu pada segi kemungkinan. Dan orang yang mengingkari sebahagian yang demikian itu, maka itu adalah karena picik perutnya dan bodohnya dengan keluasan qudrah ( kuasa ) Allah swt dan keajaiban-keajaiban pengaturanNya. Maka ia mengingkari dari perbuatan Allah Ta’ala, apa yang tidak menjinakkan hatinya dan menyukainya. Dan yang demikian itu kebodohan dan keteledoran. Bahkan jalan-jalan yang 3 ini pada penyiksaan itu mungkin. Dan pembenarannya itu wajib. Banyaklah hamba yang disiksakan dengan suatu macam dari macam-macam ini. Dan banyaklah hamba yang dikumpulkan ke atasnya macam-macam yang 3 ini.
Kita berlindung dengan Allah dari azabNya, yang sedikit dan yang banyak daripadanya. Inilah yang benar ! maka benarkanlah dia secara taklid (ikut-ikutan) ! maka sukarlah di atas permukaan bumi, orang yang mengenal yang demikian itu dengan dalil yang meyakinkan. Dan yang aku wasiatkan engkau, ialah: bahwa engkau tidak membanyakkan pandangan engkau pada penguraian yang demikian. Dan engkau tidak menyibukkan diri dengan mengenalinya. Akan tetapi, berbuatlah dengan mengatur pada penolakan azab, bagaimanapun adanya.
Maka jikalau engkau menyia-nyiakan amal dan ibadah dan engkau menyibukkan diri akan pembahasan dari yang demikian, niscaya adalah engkau seperti orang yang diambil oleh penguasa (sultan) dan ditahannya, untuk dipotong tangannya dan dihilangkan batang hidungnya. Maka orang itu berpikir sepanjang malam, adakah memotongnya itu dengan pisau atau dengan pedang atau dengan pisau-cukur ? dan ia menyia-nyiakan jalan upaya, pada menolakkan pokok azab dari dirinya. Dan ini adalah penghabisan bodoh. Sesungguhnya telah diketahui dengan yakin, bahwa hamba itu tidak akan terlepas sesudah mati, dari azab yang berat atau nikmat yang berketetapan. Maka seyogyalah bahwa ada persediaan baginya. Adapun pembahasan dari penguraian siksaan dan pahala, maka itu perbuatan yang tidak perlu dan menyia-nyiakan waktu.
PENJELASAN: pertanyaan Munkar dan Nakir, bentuknya, tekanan kubur dan sisa perkataan tentang azab kubur.
Abu Hurairah berkata: “Nabi saw bersabda: “Apabila hamba itu meninggal, niscaya datang kepadanya 2 malaikat, yang hitam kelabu. Dinamakan bagi salah seorang dari keduanya itu: Munkar. Dan bagi yang seorang lagi: Nakir. Keduanya mengatakan kepada hamba yang meninggal itu: “Apakah yang engkau katakan tentang nabi ?”. Kalau hamba itu orang mu’min, niscaya ia menjawab: “Nabi itu hamba Allah dan RasulNya. Aku naik saksi, bahwa tiada Tuhan yang disembah, selain Allah. Dan bahwa Muhammad itu utusan Allah”. Kedua malaikat itu berkata: “Jikalau adalah kami itu tahu bahwa engkau mengatakan yang demikian”. Kemudian, dilapangkan bagi hamba itu dalam kuburnya 70 hasta pada 70 hasta. Dan disinarkan baginya dalam kuburnya. Kemudian, dikatakan baginya: “Tidurlah!”. Lalu hamba itu menjawab: “Biarkanlah aku, untuk aku kembali kepada keluargaku. Lalu aku kabarkan kepada mereka”. Maka dikatakan kepadanya: “Tidurlah!”. Ia lalu tidur seperti tidurnya pengantin, yang tidak dibangunkan, selain oleh keluarganya yang lebih mencintainya. Sehingga ia dibangkitkan oleh Allah dari tempat tidurnya itu.
Jikalau hamba itu orang munafik, niscaya ia menjawab: “Aku tidak tahu. Aku mendengar manusia mengatakan sesuatu. Dan aku lalu mengatakan nya”. Kedua malaikat itu lalu menjawab: “Jikalau adalah kami mengetahui, bahwa engkau mengatakan yang demikian”. Kemudian, dikatakan kepada bumi: “Bersedaginglah engkau atasnya !”. Lalu bumi itu bersedaging atasnya. Sehingga masuklah tulang rusuknya dalam bumi. Maka senantiasalah ia diazabkan, sehingga ia dibangkitkan oleh Allah dari tempat tidurnya itu”.
Dari ‘Atha’ bin Yassar, yang mengatakan: “Rasulullah saw bersabda kepada Umar bin Al-Khattab ra: “Hai Umar ! bagaimana dengan engkau, apabila engkau meninggal ? lalu berjalan dengan engkau kaum engkau. Mereka mengukur bagi engkau 3 hasta dalam sehasta dan sejengkal. Kemudian, mereka kembali kepada engkau. Lalu mereka memandikan engkau, mereka mengkafankan engkau dan mereka meletakkan obat yang tidak menyegerakan rusak jasad engkau. Kemudian, mereka membawa engkau. Sehingga mereka meletakkan engkau ke dalamnya. Kemudian mereka menimbunkan tanah ke atas engkau dan menguburkan engkau. Maka apabila mereka pergi dari engkau, lalu datanglah kepada engkau dua penggoda kubur: Munkar dan Nakir. Suaranya seperti halilintar yang dahsyat. Matanya seperti kilat yang menyambar. Keduanya menarikkan rambutnya karena panjang. Dan keduanya memeriksa kubur dengan gigi taringnya. Maka keduanya itu mengejutkan engkau dan mengacaukan keadaan engkau. Bagaimana dengan engkau ketika itu, hai Umar ?”.
Umar lalu menjawab: “Dan adakah besertaku seperti akalku yang sekarang ?”. Nabi saw menjawab: “Ya !”. Umar lalu menjawab: “Jadi, kiranya aku mencukupkan engkau bagi keduanya itu”. Ini adalah nash/ketetapan yang tegas, bahwa akal itu tidak berobah dengan mati. Dan sesungguhnya yang berobah itu adalah badan dan anggota-anggota badan. Maka adalah mayit itu berakal, mengetahui, tahu dengan kepedihan dan kesenangan, sebagaimana adanya. Tiada berobah dari akalnya itu sesuatu. Dan tidaklah akal yang mengetahui itu, anggota-amggota ini. Akan tetapi, dia itu sesuatu yang batiniah, yang tiada yang tiada baginya panjang dan lebar. Bahkan, yang tidak terbagi pada dirinya itu, adalah yang mengetahui akan segala sesuatu. Dan jikalau berguguranlah segala badan insan seluruhnya dan tiada ada yang tinggal, selain bahagian yang mengetahui yang tidak terbagi-bagi dan tidak berbahagian-bahagian, niscaya adalah insan yang berakal dengan kesempurnaannya itu berdiri yang kekal. Dan dia itu seperti demikian juga sesudah meninggal. Bahwa bahagian itu tidak ditempati mati dan tidak didatangi oleh tidak ada.
Muhammad bin Al-Munkadir berkata: “Sampai kepadaku, bahwa orang kafir itu dikerasi atasnya oleh seekor binatang buta tuli. Pada tangan binatang itu cambuk dari besi. Pada kepalanya seperti bulu leher unta. Binatang itu memukul orang kafir tadi dengan cambuk tersebut sampai hari kiamat. Engkau tidak melihatnya, lalu engkau menjagakannya. Dan engkau tidak mendengar suaranya, lalu engkau mengasihaninya”.
Abu Hurairah berkata: “Apabila diletakkan mayit dalam kuburnya, niscaya datanglah amalannya yang shalih. Lalu amalan itu memandang liar kepada kubur itu. Jikalau datang dari depan kepalanya, maka yang datang itu, ialah: bacaannya Alquran. Jikalau datang dari depan dua kakinya, maka yang datang itu, ialah: tegak berdirinya kepada shalat. Kalau datang dari depan tangannya, maka kedua tangannya itu berkata: “Demi Allah ! sesungguhnya dia menghamparkan aku bagi sedekah dan doa. Tiada jalan bagi engkau atasnya”. Dan jikalau ia datang dari depan mulutnya, niscaya datanglah dzikir dan puasanya. Dan seperti yang demikian itu, berdirilah shalat dan sabar pada suatu sudut. Maka mengatakan: “Adapun aku, jikalau aku melihat akan kerusakan, niscaya adalah aku temannya”.
Sufyan Ats-Tsuri berkata: “Tolak-menolaklah daripadanya, amalan-amalannya yang shalih, sebagaimana tolak-menolaknya seorang laki-laki dari saudara nya, isterinya dan anaknya. Kemudian, dikatakan baginya ketika itu: “Kiranya Allah memberikan bagi engkau barakah pada tempat tidur engkau. Maka yang sebaik-baik teman, ialah teman engkau. Dan yang sebaik-baik sahabat, ialah sahabat engkau”.
Dari Hudzaifah yang mengatakan: “Adalah kami bersama Rasulullah saw pada suatu jenazah. Rasulullah saw lalu duduk di atas kepala kuburan. Kemudian, beliau memandang kepadanya. Kemudian, beliau bersabda: “Disempitkan orang mu’min pada ini, sebagai kesempitan, yang dikembalikan daripada nya pembawaan-pembawaannya”.
‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya bagi kubur itu mempunyai kesempitan. Jikalau selamat atau lepas daripadanya seseorang, niscaya lepaslah Sa’ad bin Ma’adz”.
Dari Anas, yang mengatakan: “Meninggal dunia Zainab puteri Rasulullah saw. Dan dia itu seorang wanita yang banyak sakit. Maka jenazahnya diikuti oleh Rasulullah saw. Kami melihat keadaan Rasulullah saw kurang sehat. Tatkala kami telah sampai di kuburan, beliau terus masuk. Wajahnya berkilat dengan warna kuning. Maka tatkala beliau keluar, lalu cemerlanglah wajahnya. Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah! kami melihat dari engkau suatu keadaan. Maka dari apa yang demikian ?”. Beliau menjawab: “Aku teringat akan kesempitan anakku dan kesukaran azab kubur. Maka aku datang. Lalu dikabarkan kepadaku, bahwa Allah telah meringankan daripadanya. Dia telah disempitkan dengan kesempitan, yang didengar suaranya, oleh apa yang diantara Timur dan Barat”.
BAB KEDELAPAN: tentang yang diketahui dari hal keadaan orang mati dengan mukasyafah (tersingkapkan) dalam tidur.
Ketahuilah kiranya, bahwa nur mata hati yang diperoleh faedahnya dari Kitab Allah Ta’ala, dari Sunnah Rasulullah saw dan dari jalan-jalan i’tibar/ibarat itu, memperkenalkan kepada kita akan hal keadaan orang mati, secara umum (global). Dan terbaginya mereka kepada orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang sengsara. Akan tetapi, keadaan si Zaid dan ‘Amr dengan dirinya itu sendiri, tidaklah sekali-kali tersingkap. Bahwa kita jikalau kita berpegang kepada iman si Zaid dan ‘Amr, maka kita tidak mengetahui, atas apa ia mati dan bagaimana kesudahannya (khatimahnya). Dan kalau kita berpegang kepada kebaikannya yang zahiriyah, maka takwa itu, tempatnya adalah hati. Dan itu tidak jelas, yang tersembunyi kepada yang mempunyai takwa itu sendiri. Maka bagaimana pula kepada orang lain ? maka tiadalah hukum bagi zahiriah yang baik, tentang tidaknya takwa yang batiniah.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah menerima dari orang-orang yang takwa”. S 5 Al Maaidah ayat 27. Maka tidak mungkin mengetahui hukuman si Zaid dan ‘Amr, selain dengan menyaksikannya dan menyaksikan apa yang berlaku atasnya. Dan apabila ia meninggal, maka ia berpaling dari alam al-mulki wasy-syahadah (alam yg bisa di saksikan oleh mata). kepada alam al-ghaibi wal-malakut (alam yg tak bisa di saksikan oleh mata). Maka tidak dilihat dengan mata zahiriah. Hanya ia dilihat dengan mata yang lain. Mata itu diciptakan pada hati setiap insan. Akan tetapi, insan itu dijadikan padanya tutup yang tebal, dari nafsu syahwatnya dan kesibukan-kesibukan duniawiahnya. Lalu ia tidak melihatnya. Dan tidak tergambar bahwa dapat dilihat dengan mata itu, akan sesuatu dari alam al-malakut, selama tidak tersingkap tutup itu dari diri hatinya. Tatkala adalah tutup itu tersingkap dari diri nabi-nabi as, maka tidak ragu lagi, bahwa mereka melihat kepada alam al-malakut. Mereka itu menyaksikan akan keajaiban-keajaibannya dan orang-orang yang mati dalam alam al-malakut. Lalu mereka menyaksikannya dan mengabarkannya. Karena itulah, Rasulullah saw melihat kesempitan kubur bagi Sa’ad bin Ma’adz dan bagi Zainab puterinya. Dan seperti demikian juga keadaan Abi Jabir, tatkala ia syahid. Karena Nabi saw menerangkannya, bahwa Allah telah mendudukkannya di HadapanNya, yang tiada tirai diantara keduanya. Seumpama penyaksian ini tiada harapan bagi selain nabi-nabi dan wali-wali, yang dekatlah derajat mereka daripadanya. Hanya yang mungkin dari orang-orang yang seperti kita ini, ialah penyaksian (musyahadah) yang lain, yang lemah. Hanya itu juga adalah musyahadah kenabian. Ya’ni: musyahadah dalam tidur. Yaitu: dari nur nubuwwah (cahaya kenabian).
Rasulullah saw bersabda: “Mimpi yang baik itu sebahagian dari 46 bahagian dari kenabian”. Itu juga adalah kesingkapan yang tidak diperoleh, selain dengan tersingkapnya tutup dari hati. Maka bagi yang demikian itu, tidak dipercayai selain dengan mimpi orang shalih, yang benar. Siapa yang banyak dustanya, niscaya tidak dibenarkan mimpinya. Siapa yang banyak kerusakannya dan perbuatan maksiatnya, niscaya ia menggelapkan hatinya. Maka adalah yang dimimpikannya itu igau-igauan saja. Karena itulah, Rasulullah saw menyuruh bersuci (berwudhu) ketika akan tidur. Supaya tidur dalam keadaan suci. Dan itu adalah isyarat kepada kesucian batin juga.
Maka itulah pokok. Dan kesucian zahiriah itu adalah dalam kedudukan kesempurnaan dan kelengkapan baginya. Manakala batinnya bersih, niscaya tersingkaplah dalam biji mata hati, apa yang akan ada pada masa mendatang. Sebagaimana tersingkapnya masuk Makkah bagi Rasulullah saw dalam tidur. Sehingga turunlah firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Allah membuktikan kepada RasulNya kebenaran mimpi”. S 48 Al Fath ayat 27. Sedikitlah manusia yang terlepas dari mimpi-mimpi, yang menunjukkan kepada keadaan-keadaan. Lalu memperolehnya itu benar. Mimpi dan mengetahui yang ghaib dalam tidur itu adalah dari keajaiban-keajaiban ciptaan Allah Ta’ala dan keelokan-keelokan fithrah manusia. Dan itu adalah sebahagian dari dalil-dalil yang lebih nyata kepada alam al-malakut. Dan manusia itu lalai daripadanya, seperti lalainya mereka dari keajaiban-keajaiban hati yang lain dan keajaiban-keajaiban alam.
Pembicaraan tentang hakikat/makna mimpi itu adalah sebahagian dari ilmu diminta untuk mengetahuinya saja yang halus-halus. Maka tidak mungkin menyebutkannya, sebagai tambahan atas ilmu muamalah (artinya ilmu yang diminta untuk mengetahuinya lalu di amalkan). Akan tetapi, kadar yang mungkin disebutkan di sini, ialah contoh yang memahamkan kepada anda maksudnya. Yaitu: bahwa anda ketahui, bahwa hati itu, contohnya adalah seperti kaca, yang menampak padanya rupa dan hakikat/makna sesuatu. Dan bahwa setiap yang ditakdirkan oleh Allah Ta’ala, dari permulaan kejadian alam, sampai kepada akhirnya itu terguris dan menetap dalam makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta’ala Yang diibaratkan daripadanya sekali dengan nama: Lauh (Lauhul-mahfudh). Sekali dengan: Kitab Yang Menyatakan (Al-kitabul-mubin). Dan sekali dengan: Imam Yang Menyatakan (Imam Mubin).
Sebagaimana tersebut dalam Alquran. Maka semua yang berlaku dalam alam dan apa yang akan berlaku itu tertulis padanya. Terukir padanya dengan ukiran yang tidak dapat disaksikan dengan mata ini. Dan jangan anda menyangka, bahwa Lauh itu dari kayu atau besi atau tulang. Dan bahwa Kitab itu dari kertas atau kulit tipis. Akan tetapi, seyogyalah bahwa anda pahami dengan yakin, bahwa Lauh Allah itu tidak serupa dengan lauh (papan tulis) makhluk. Dan Kitab Allah tidak serupa dengan kitab makhluk. Sebagaimana ZatNya dan sifatNya itu tidak serupa dengan zat dan sifat makhluk. Bahkan, kalau anda mencari baginya contoh, yang mendekatkannya kepada paham anda, maka ketahuilah bahwa adanya takdir-takdir pada Lauh itu menyerupai dengan adanya kalimat-kalimat Alquran dan huruf-hurufnya dalam otak penghafal Alquran dan hatinya. Maka itu adalah terguris padanya. Sehingga, adalah seakan-akan ketika dibacakannya, ia melihat kepadanya. Dan jikalau anda memeriksa otaknya, bahagian demi bahagian, niscaya anda tidak menyaksikan dari tulisan itu sehurufpun. Dan bahwa tidak adalah di sana itu tulisan yang dipersaksikan dan huruf yang dilihatkan. Maka dari jalan ini, seyogyalah bahwa anda memahami akan adanya Lauh itu yang terukir dengan semua yang ditakdirkan dan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Dan Lauh pada contoh itu adalah seperti kaca, yang tampak padanya bentuk. Maka jikalau diletakkan pada depan kaca itu akan kaca yang lain, niscaya adalah bentuk kaca itu terlihat padanya. Kecuali, ada diantara keduanya itu dinding (hijab). Maka hati itu menerima gambaran ilmu. Dan Lauh itu kaca gambaran itu seluruhnya, yang ada padanya. Sibuknya hati dengan nafsu syahwatnya dan yang dikehendaki oleh pancaindranya itu adalah hijab yang dilepaskan diantaranya dan pembacaan Lauh, yang dia itu sebahagian dari alam al-malakut.
Maka kalau berhembuslah angin yang menggerakkan hijab ini dan mengangkatkannya, niscaya berkilau-kilauanlah pada kaca hati itu sesuatu dari alam al-malakut, seperti kilat yang menyambar. Kadang-kadang tetap dan terus. Dan kadang-kadang tidak terus. Dan itulah yang banyak kejadian. Selama hati itu dalam keadaan jaga (tidak tidur), maka dia itu disibukkan dengan yang dibawa oleh pancaindra kepadanya, dari alam al-mulki wasy-syahadah (penyaksian tubuh di alam dunia). Yaitu hijab dari alam al-malakut (alam yg tidak bisa disaksikan oleh mata).
Dan makna tidur, ialah: bahwa tenanglah pancaindra padanya. Lalu ia tidak membawakannya kepada hati. Maka apabila ia terlepas daripadanya dan daripada khayal dan ada dia itu bersih pada zatnya, niscaya terangkatlah hijab diantaranya dan Lauh Mahfudh. Maka jatuhlah dalam hatinya, sesuatu dari apa yang ada pada Lauh itu. Sebagaimana jatuhnya bentuk dari suatu kaca dalam kaca yang lain, apabila terangkatlah hijab diantara keduanya. Kecuali, bahwa tidur itu mencegah pancaindra yang lain dari bekerja. Dan tidak mencegah bagi berkhayal dari pekerjaannya dan dari gerakannya. Maka apa yang jatuh dalam hati, maka disegerakan oleh khayal. Lalu ditirunya dengan contoh yang mendekatinya. Dan adalah yang dikhayalkan itu lebih tetap dalam hafalan, dibanding kan dengan yang lain. Maka kekallah khayal itu dalam hafalan. Maka apabila ia terbangun, niscaya tiada yang diingatinya selain khayal. Maka orang yang menta’birkan mimpi itu memerlukan, bahwa ia memandang kepada khayalan itu sebagai suatu cerita. Artinya: suatu makna dari makna-makna. Maka ia kembali kepada makna-makna itu, dengan penyesuaian yang ada diantara orang yang berkhayal dan makna-maknanya. Contoh-contoh yang demikian itu terang, pada orang yang memperhatikan pada ilmu-ta’bir (ilmu ta’bir mimpi).
Dan mencukupilah bagi anda suatu contoh. Yaitu, bahwa: seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Sirin: “Aku bermimpi, seakan-akan di tanganku ada cap (stempel), yang aku capkan dengan cap itu, mulut laki-laki dan faraj (kemaluan) wanita”. Ibmu Sirin lalu menjawab: “Anda itu juru adzan. Anda lakukan adzan itu sebelum Shubuh dalam bulan Ramadhan”. Laki-laki itu menjawab: “Benar anda !”. Maka perhatikanlah, bahwa jiwa pengecapan itu adalah melarang. Dan karenanyalah dimaksudkan pengecapan itu. Sesungguhnya tersingkap bagi hati akan hal seseorang dari Lauh Mahfudh, sebagaimana adanya. Yaitu: adanya orang itu, yang melarang manusia dari makan dan minum (dalam puasa Ramadhan). Akan tetapi, khayal itu persatuan larangan pada pengecapan dengan cap. Maka percontohannya itu dengan rupa khayalan yang mengandung jiwa makna. Dan tidak tinggal pada hafalan, selain bentuk khayalan. Maka inilah bahagian yang sedikit dari lautan ilmu mimpi, yang tidak terhingga keajaiban-keajaibannya. Bagaiamana tidak ! dan tidur itu adalah saudara mati. Sesungguhnya mati itu adalah suatu keajaiban dari keajaiban-keajaiban. Dan ini, karena tidur itu menyerupai mati dari segi yang lemah, yang membekas pada menyingkap kan tutup dari alam ghaib. Sehingga jadilah orang yang tidur itu mengetahui apa yang akan ada pada masa mendatang. Maka apa yang anda lihat pada mati yang mengoyakkan hijab dan menyingkapkan tutup secara keseluruhan ? sehingga manusia itu melihat ketika terputusnya nafas, tanpa terlambat, akan nyawanya sendiri, adakalanya dikelilingi dengan belenggu, kehinaan, dan kekejian. Kita berlindung dengan Allah dari yang demikian. Dan adakalanya dilingkungi dengan kenikmatan yang menetap dan kerajaan besar, yang tiada berakhir. Dan ketika ini, dikatakan bagi orang-orang yang sengsara dan telah tersingkaplah tutup: “Engkau lengah tentang ini, tetapi sekarang Kami bukakan tabir yang menutupi engkau, sebab itu pemandangan engkau di hari ini amat tajamnya”. S 50 Qaaf ayat 22.
Dan dikatakan: “Sihirkah ini ataukah kamu tiada melihat ? masuklah ke dalamnya ! sama saja buat kamu, baik bersabar atau tidak sabar. Hanyalah kamu menerima pembalasan menurut apa yang kamu kerjakan”. S 52 Ath Thuur ayat 15-16. Dan kepada mereka itulah isyarat dengan firman Allah Ta’ala: “Dan jelaslah bagi mereka, bahwa apa-apa yang dahulunya mereka tiada mengira itu, memang dari Allah”. S 39 Az Zumar ayat 47. Maka ulama yang terpandai dan ahli hikmah yang paling ahli itu tersingkap baginya sesudah mati, dari keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda, yang tiada sekali-kali terguris di hatinya dan tiada tergerak kata hatinya dengan yang demikian. Maka jikalau tidak ada bagi orang yang berakal itu kebimbangan dan kesusahan, selain fikiran pada gurisan hal yang demikian, bahwa hijab itu, dari apakah ia terangkat dan apakah yang tersingkap daripadanya itu tutup dari kesengsaraan yang biasa atau kebahagiaan yang terus-menerus, niscaya adalah yang demikian itu memadai pada menghabiskan semua umur. Yang mengherankan dari kelalaian kita itu dan hal-hal yang besar ini adalah di hadapan kita. Dan yang mengherankan lagi dari yang demikian, ialah kegembiraan kita dengan harta kita, keluarga kita, dengan sebab kita dan keturunan kita. Bahkan dengan anggota badan kita, pendengaran kita dan penglihatan kita. Serta kita mengetahui, dengan yakin akan perbedaan semua itu. Akan tetapi, dimanakah Yang Menghembuskan ruhul-qudus dalam hatinya, lalu berfirman apa yang difirmankanNya bagi penghulu nabi-nabi: “Cintailah akan siapa yang engkau cintai, maka sesungguhnya engkau akan berpisah dengan dia ! hiduplah apa yang engkau kehendaki, maka sesungguhnya engkau akan mati ! dan bekerjalah apa yang engkau kehendaki, maka sesungguhnya engkau dibalasi dengan yang demikian !”. Maka tidak ragu lagi, manakala adalah yang demikian itu tersingkap baginya dengan ‘ainul-yaqin, niscaya adalah dia dalam dunia, seperti orang yang lintas di jalan.
                  Penghulu nabi-nabi (Muhammad saw) itu tidak meletakkan batu merah atas batu merah. Dan tidak bambu atas bambu. Ia tidak meninggalkan dinar dan dirham. Dan ia tidak mengambil kekasih dan teman. Benar ia bersabda: “Jikalau aku mengambil khalil (teman), niscaya aku mengambil Abubakar menjadi khalil. Akan tetapi, sahabatmu ini khalilur-rahman”. Maka Nabi saw menerangkan, bahwa kekhalilan Ar-Rahman itu menyelang-nyelangi batin hatinya. Dan bahwa kecintaannya itu menetap dari kecintaan hatinya. Maka ia tidak meninggalkan dalam hatinya itu tempat yang lapang bagi khalil dan kecintaan yang lain. Dan ia mengatakan bagi umatnya: “Kalau kamu betul mencintai Allah, turutlah aku, niscaya kamu akan dicintai oleh Allah”. Umatnya ialah yang mengikutinya. Dan tiada yang mengikutinya, selain orang yang berpaling dari dunia dan menghadap ke akhirat. Sesungguhnya ia tidak berseru, selain kepada Allah dan hari akhirat. Ia tidak berpaling, selain dari dunia dan keberuntungan-keberuntungan yang segera. Maka dengan kadar apa yang anda berpaling dari dunia dan menghadap ke akhirat, maka anda telah menjalani jalannya, yang dijalaninya. Dengan kadar apa yang anda menjalani jalannya, maka anda telah mengikutinya. Dengan kadar apa yang anda mengikutinya, maka anda telah menjadi sebahagian dari umatnya. Dan dengan kadar apa yang anda menghadap kepada dunia, maka anda telah berpaling dari jalanNya dan anda tiada menyukai mengikutinya. Dan anda berhubungan dengan mereka, yang difirmankan Allah Ta’ala tentang mereka: “Adapun orang yang melanggar batas. Dan memilih kehidupan dunia ini. Sesungguhnya api neraka tempat diamnya”. S 79 An Naazi’aat ayat 37-38-39.
Kalau anda keluar dari tempat persembunyian ketertipuan, anda insafkan akan diri anda sendiri, hai orang lelaki dan semua kita ini adalah lelaki itu, niscaya anda tahu, bahwa anda dari semenjak anda berpagi hari, sampai waktu anda bersore hari, tidaklah anda berusaha, selain pada keberuntungan-keberuntungan yang segera. Anda tidak bergerak dan tidak menetap, selain untuk kesegeraan duniawi. Kemudian, anda mengharap bahwa adalah anda itu besok dari umatnya dan pengikut-pengikutnya ? alangkah jauhnya persangkaan anda dan alangkah dinginnya harapan anda !
Tersebut dalam Alquran Al-Karim: “Adakah orang-orang yang muslim (yang patuh) akan Kami samakan dengan orang-orang yang berdosa ? mengapa kamu jadi begitu ? mengapa kamu (sebodoh itu benar) dalam menetapkan keputusan ?”. S 68 Al Qalam ayat 35-36. Marilah kita kembali kepada yang kita di dalamnya dan sedang membicarakannya. Telah panjanglah mata pembicaraan kita kepada yang tidak dimaksudkan. Marilah kita sebutkan sekarang dari tidur yang menyingkapkan hal-ihwal orang-orang yang sudah meninggal, yang besarlah manfaatnya dengan yang demikian. Karena telah pergilah kenabian dan tinggallah berita-berita yang memberitakan kabar gembira. Dan tidaklah yang demikian itu, selain tidur (yang dijumpai dalam mimpi waktu tidur).
PENJELASAN: tidur (mimpi dalam tidur) yang menyingkapkan hal-ihwal orang-orang yang sudah mati dan amalan-amalan yang bermanfaat di akhirat.
Maka termasuk dari yang demikian itu bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa memimpikan aku dalam tidurnya, maka sesungguhnya ia telah melihat aku dengan sebenarnya. Sesungguhnya setan tidak dapat menyerupakan aku”. Umar bin Al-Khattab ra berkata: “Aku memimpikan Rasulullah saw dalam tidurku. Maka aku melihat beliau tidak memandang kepadaku. Lalu aku bertanya: “Hai Rasulullah ! apa keadaanku ?”. Lalu beliau berpaling kepadaku dan bersabda:“Tidakkah engkau itu berpeluk dan engkau itu sedang berpuasa?” Umar ra menjawab: “Demi Tuhan, yang diriku di TanganNya ! aku tiada berpeluk dengan seorang wanitapun sekali-kali dan aku sedang berpuasa”.
Al-Abbas ra berkata: “Aku adalah teman bagi Umar. Maka aku rindu bahwa memimpikannya dalam tidur. Lalu aku tidak memimpikannya, selain ketika awal tahun. Aku memimpikannya, bahwa ia menyapu keringat dari keningnya, seraya ia berkata: “Inilah waktu keselesaianku. Bahwa adalah mahligaiku itu runtuh, jikalau tidaklah aku menemuiNya yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang”.
Al-Hasan bin Ali berkata: “Berkata kepadaku Ali ra: “Bahwa Rasulullah saw menyempatkan bagiku tadi malam dalam tidurku. Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah ! apakah yang engkau temui dari umat engkau ?”. Rasulullah saw menjawab: “Berdoalah kepada mereka !”. Lalu aku berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! gantikan aku dengan mereka akan orang yang lebih baik bagiku dari mereka ! gantikan mereka dengan aku, akan orang yang lebih jahat bagi mereka daripada aku !”. Maka Ali ra itu keluar. Lalu ia dipukul oleh Ibnu Muljam”.
Berkata sebahagian syaikh: “Aku bermimpi Rasulullah saw. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah ! minta ampunlah untukku !”. Maka beliau berpaling daripadaku. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah ! bahwa Sufyan bin ‘Uyainah menerangkan kepadaku dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jabir bin Abdullah, bahwa engkau tidak ditanyakan sekali-kali akan sesuatu. Lalu aku menjawab: “Tidak !”. Lalu menghadap Ali. Maka ia berkata: “Allah mengampunkan bagi engkau”.
Diriwayatkan dari Al-Abbas bin Abdul-muttalib, yang mengatakan: “Adalah aku bersaudara dan berteman dengan Abu Lahab. Tatkala ia telah meninggal dan diterangkan oleh Allah daripadanya, dengan apa yang telah diterangkanNya, maka aku sedih kepadanya dan menyusahkan aku dengan urusannya. Lalu aku bermohon kepada Allah Ta’ala selama setahun, kiranya Ia memimpikan Abu lahab kepadaku dalam tidur”. Al-Abbas meneruskan riwayatnya: “Maka aku memimpikannya bahwa ia bernyala-nyala dalam neraka. Lalu aku bertanya tentang keadaannya. Maka ia menjawab: “Aku jadi ke neraka dalam azab. Tidak diringankan dari aku dan tidak diistirahatkan, selain pada malam Senin dari setiap hari dan malam”. Aku lalu bertanya: “Bagaimana yang demikian ?”. Ia menjawab: “Dilahirkan pada malam itu Muhammad saw. Maka datang kepadaku Juwairiah. Lalu ia menerangkan kepadaku berita gembira, bahwa Aminah telah melahirkan Muhammad. Maka aku sangat bergembira dengan berita itu. Dan aku memerdekakan budakku yang perempuan, karena bergembira dengan berita itu. Maka Allah memberi pahala kepadaku dengan yang demikian, bahwa Ia mengangkatkan daripadaku azab pada setiap malam Senin”.
Abdul-wahid bin Zaid berkata: “Aku keluar pergi mengerjakan hajji. Lalu seorang laki-laki menemani aku. Adalah dia, tidak berdiri dan tidak duduk, tidak bergerak dan tidak tetap, selain ia selalu berselawat kepada Nabi saw. Lalu aku tanyakan dia dari yang demikian. Maka ia menjawab: “Aku akan menerangkan kepada engkau dari yang demikian. Bahwa aku keluar pada kali pertama ke Makkah. Dan bersamaku ayahku. Maka tatkala kami pergi, lalu aku tidur pada salah satu rumah. Di waktu aku sedang tidur, tiba-tiba datang kepadaku seorang yang datang, seraya berkata kepadaku: “Bangun ! sesungguhnya Allah telah mematikan ayahmu dan menghitamkan mukanya”. Abdul-wahid bin Zaid meneruskan ceritanya: “Lalu aku bangun dengan terkejut. Maka aku bukakan kain dari mukanya. Bahwa benar, ia sudah meninggal dan mukanya hitam. Maka masuklah dalam hatiku dari yang demikian oleh rasa ketakutan. Maka sewaktu aku dalam kesusahan yang demikian, tiba-tiba dikerasi mataku oleh ngantuk. Lalu aku tidur. Tiba-tiba aku mimpi, bahwa di kepala ayahku 4 orang hitam, bersama mereka tiang besi. Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bagus wajahnya, diantara dua kain yang hijau. Lalu laki-laki itu berkata: “Menyingkirlah kamu semua !”. Lalu ia menyapu wajah ayahku dengan tangannya. Kemudian, ia datang kepadaku, seraya berkata: “Bangunlah ! sesungguhnya Allah telah memutihkan wajah ayahmu”. Maka aku bertanya kepadanya: “Demi engkau, ayahku dan ibuku ! siapa engkau ?”. Laki-laki itu menjawab: “Aku Muhammad !”. Abdul-wahid bin Zaid meneruskan ceritanya: “Maka aku bangun. Lalu aku bukakan kain dari wajah ayahku. Benar, ia putih. Maka tidaklah aku meninggalkan berselawat sesudah itu, kepada Rasulullah saw”.
Dari Umar bin Abdul-‘aziz, yang mengatakan: “Aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw, Abubakar ra dan Umar ra duduk di sisinya. Di waktu aku sedang duduk tiba-tiba dibawa Ali dan Mu’awiah. Lalu keduanya dimasukkan ke suatu rumah. Dan direnggangkan pintu kepada keduanya. Dan aku melihat. Maka tiadalah yang lebih cepat dari keluarnya Ali ra dan ia berkata: “Demi Tuhan yang empunya Ka’bah ! Ia telah menghukumkan untukku”. Dan tiadalah yang lebih cepat dengan keluarnya Mu’awiah sesudahnya Ali ra. Dan Mu’awiah itu mengatakan: “Demi Tuhan yang empunya Ka’bah ! Ia telah mengampunkan aku”.
Pada suatu kali terbangun Ibnu Abbas ra dari tidurnya. Lalu ia membaca: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa-ji’uun”. Dan berkata: “Demi Allah ! Husain telah terbunuh”. Dan adalah yang demikian itu sebelum ia terbunuh. Lalu dibantah oleh para sahabatnya. Ibnu Abbas lalu menjawab: “Aku memimpikan Rasulullah saw dan bersama beliau kaca dari darah. Lalu beliau bersabda: “Adakah engkau tidak tahu, apa yang diperbuat umatku sesudahku ? mereka membunuh cucuku Husain. Inilah darahnya dan darah sahabat-sahabatnya. Aku angkatkan darah itu kepada Allah Ta’ala”. Maka datanglah berita sesudah 24 hari, dengan pembunuhannya, pada hari yang telah dimimpikan Ibnu Abbas itu.
Dimimpikan Abubakar Ash-Shiddiq ra. Lalu dikatakan kepadanya: “Bahwa engkau mengatakan selalu pada lisan engkau: “Ini yang mendatangkan aku pada tempat-tempat kedatangan”. Maka apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Abubakar Ash-Shiddiq menjawab: “Aku mengucapkan dengan Dia: Laa ilaaha illallaah”. Maka didatangkanNya kepadaku sorga”
PENJELASAN: tidur para syaikh. Dan rahmat Allah kepada mereka sekalian.
Berkata sebahagian para syaikh: “Aku memimpikan Mutammim Ad-Dauraqi dalam tidurku. Lalu aku bertanya: “Hai penghuluku ! apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Mutammim Ad-Dauraqi menjawab: “Dibawa aku berkeliling dalam beberapa sorga. Lalu ditanyakan kepadaku: “Adakah engkau memandang baik akan sesuatu di dalamnya ?”. Aku menjawab: “Tidak hai penghuluku !”. Maka beliau berkata: “Jikalau engkau memandang baik daripadanya akan sesuatu, niscaya aku wakilkan engkau kepadanya. Dan tidak aku sambungkan engkau kepadaku”.
Dimimpikan Yusuf bin Al-Husain. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Yusuf bin Al-Husain menjawab: “Allah telah mengampunkan aku”. Ditanyakan lagi: “Dengan apa ?”. Yusuf menjawab: “Aku tidak mencampur-adukkan kesungguhan dengan main-main”.
Dari Manshur bin Ismail, yang mengatakan: “Aku memimpikan Abdullah Al-Bazzar, lalu aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Abdullah Al-Bazzar menjawab: “Ia menyuruh aku berdiri di hadapanNya. Maka diampunkanNya aku dari setiap dosa yang aku mengakuinya, selain satu dosa. Bahwa aku malu mengakui dosa yang satu itu. Maka Ia menyuruh aku berdiri dalam keringat. Sehingga gugurlah daging wajahku”. Lalu aku bertanya: “Apakah dosa yang satu itu ?”. Abdullah Al-Bazzar menjawab: “Aku memandang kepada seorang budak yang cantik. Lalu aku memandangnya bagus. Maka aku malu kepada Allah untuk menyebutkannya”.
Abu Ja’far Ash-Shaidalani berkata: “Aku memimpikan Rasulullah saw dan di kelilingnya serombongan orang-orang miskin. Maka sewaktu kami seperti yang demikian itu, tiba-tiba pecahlah langit. Lalu turunlah dua orang malaikat. Seorang dari keduanya itu, di tangannya tempat cuci tangan. Dan di tangan yang seorang lagi cerek air. Lalu diletakkan tempat cuci tangan di hadapan Rasulullah saw. Lalu beliau membenamkan tangannya. Kemudian, beliau menyuruh, sehingga mereka itu membasuh tangannya. Kemudian, diletakkan tempat cuci tangan itu di hadapanku. Lalu salah seorang dari dua malaikat itu berkata kepada yang seorang lagi: “Jangan engkau tuangkan air ke atas tangannya. Karena dia tidak dari orang-orang miskin itu”. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah ! tidakkah dirawikan dari engkau, bahwa engkau bersabda: “Manusia itu bersama orang yang dicintainya ?”. Rasulullah saw menjawab: “Ya !”. Aku lalu berkata lagi: “Wahai Rasulullah ! bahwa aku mencintaimu dan mencintai orang-orang miskin itu”. Rasulullah saw lalu bersabda: “Tuangkanlah ke atas tangannya ! bahwa dia ini dari orang-orang miskin itu”.
Al-Junaid berkata: “Aku bermimpi seakan-akan aku berkata-kata dengan orang banyak. Lalu berdiri di depanku seorang malaikat, seraya bertanya: “Yang paling dekat, yang didekati oleh orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan itu, apa ?”. Aku menjawab: “Amal yang tersembunyi, dengan neraca yang sempurna”. Malaikat itu lalu berpaling, seraya berkata: “Demi Allah, perkataan yang memperoleh taufik”.
Dimimpikan Mujammi’ bin Sham’an At-Taimi. Lalu ditanyakan kepadanya: “Bagaimana engkau melihat urusan itu ?”. Ia menjawab: “Aku melihat orang-orang zuhud di dunia itu berjalan dengan kebajikan dunia dan akhirat”.
Seorang laki-laki dari penduduk negeri Syam (Syria) berkata kepada Al-‘Ala’ bin Ziad: “Aku memimpikan engkau, seolah-olah engkau dalam sorga”. Lalu Al-‘Ala’ turun dari tempat duduknya dan menghadapkan muka kepada laki-laki itu. Kemudian berkata: “Mudah-mudahan setan menghendaki sesuatu, lalu aku terpelihara daripadanya. Lalu dikirimnya seorang laki-laki –yaitu engkau- yang akan membunuh aku”.
Muhammad bin Wasi’ berkata: “Mimpi itu menggembirakan orang mu’min dan tidak memperdayakannya”.
Shalih bin Basyir berkata: “Aku memimpikan ‘Atha’ As-Silmi. Lalu aku berkata kepadanya: “Kiranya engkau dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya engkau lamalah bergundah hati di dunia”. ‘Atha’ As-Silmi menjawab: “Apakah tidak –demi Allah- sungguh mengakibatkan aku oleh yang demikian akan istirahat yang lama dan kegembiraan yang berkekalan ?”. Aku lalu bertanya: “Pada tingkat yang mana, engkau itu ?”. Ia lalu menjawab: “Bersama mereka, yg telah dinikmatkan oleh Allah kepada mereka, dari nabi-nabi dan orang-orang shiddiq. hingga akhir ayat ini”
Ditanyakan Zararah bin Abi Aufa dalam mimpi: “Amalan apakah yang paling utama padamu ?”. Ia menjawab: “Ridha dan pendek angan-angan”. Yazid bin Maz’ur berkata: “Aku memimpikan Al-Auza’i, lalu aku berkata: “Hai Abu ‘Amr ! tunjukilah aku kepada amal, yang aku dekatkan diriku dengan amal itu kepada Allah Ta’ala !”. Al-Auza’i menjawab: “Aku tidak melihat disana suatu derajat yang lebih tinggi dari derajat ulama. Kemudian, derajat orang-orang yang bergundah hati”. Perawi menyambung ceritanya: “Adalah Yazid itu seorang syaikh besar. Maka senantiasalah ia menangis, sehingga kelamlah (butalah) kedua matanya”.
Ibnu ‘Uyainah berkata: “Aku memimpikan saudaraku. Lalu aku bertanya: “Hai saudaraku ! apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia lalu menjawab: “Setiap dosa yang aku memohonkan ampun daripadaNya, maka diampunkanNya bagiku. Dan apa yang tidak aku memohonkan ampun, niscaya tidak diampunkannya bagiku”.
Ali Ath-Thalhi berkata: “Aku memimpikan seorang wanita, yang tiada menyerupai dengan wanita-wanita dunia. Lalu aku bertanya:“Siapakah engkau?”. Wanita itu menjawab: “Haura !”. Maka aku mengatakan: “Kawinkanlah aku dengan diri engkau !”. Wanita itu menjawab: “Pinangkanlah aku kepada penghuluku dan berikanlah maharku (mas kawinku) !”. Maka aku bertanya: “Apakah mas kawin engkau ?”. Ia menjawab: “Tahanlah diri engkau dari bahaya-bahayanya !”.
Ibrahim bin Ishak Al-Harbi berkata: “Aku memimpikan Zubaidah. Lalu aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Ia telah mengampunkan aku”. Lalu aku bertanya kepadanya: “Dengan yang engkau belanjakan pada jalan Makkah ?”. Zubaidah menjawab: “Adapun belanja yang aku belanjakan itu, telah kembali pahalanya kepada yang empunyanya. Dan telah diampunkan bagiku dengan niatku”.
Tatkala Sufyan Ats-Tsuri meninggal dunia, lalu dimimpikan orang. Maka ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Aku letakkan pernulaan tapak kakiku atas titian Ash-Shirathal Mustaqim. Dan yang kedua: dalam sorga”.
Ahmad bin Abil-Hawari berkata: “Aku bermimpi pada apa yang dimimpikan oleh orang yang tidur, akan seorang budak wanita, yang belum pernah aku melihat yang lebih cantik daripadanya. Adalah wajahnya gilang-gemilang cahayanya. Lalu aku bertanya kepadanya: “Dari apa cahaya wajah engkau ?”. Ia menjawab: “Engkau ingatlah malam itu, yang engkau menangis padanya”. Aku menjawab: “Ya !”. Maka ia mengatakan: “Aku ambil air mata engkau. Lalu aku sapu dengan dia wajahku. Maka dari situlah cahaya wajahku, sebagaimana yang engkau melihatnya”.
Al-Kattani berkata: “Aku memimpikan Al-Junaid. Lalu aku bertanya kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?” Ia menjawab: “Binasalah isyarat-isyarat itu dan hilanglah ibarat-ibarat itu. Dan tiada kami memperoleh hasilnya, selain atas 2 rakaat, yang kami kerjakan shalat 2 rakaat itu pada malam hari”.
Dimimpikan Zubaidah, lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Telah diampunkan dosaku dengan 4 kata-kata ini: Laa ilaaha illallaah, yang aku habiskan umurku dengan dia. Laa ilaaha illallaah, yang aku masuk ke kuburku dengan dia. Laa ilaaha illallaah, yang aku bersepi-sepi dengan dia, sendirianku. Laa ilaaha illallaah, yang aku bertemu dengan dia akan Tuhanku”.
Dimimpikan Bisyr. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Tuhanku ‘Azza Wa Jalla mencurahkan rahmat bagiku. Dan berfirman: “Hai Bisyr ! apakah engkau tidak malu kepadaKu ? engkau takut kepadaKu dengan seluruh ketakutan itu ?”.
Dimimpikan Abu Sulaiman. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Dia mencurahkan rahmat kepadaku. Tiadalah sesuatu yang lebih memelaratkan aku, dari isyarat kaum itu kepadaku”.
Abubakar Al-Kattani berkata: “Aku memimpikan seorang pemuda, yang belum pernah aku melihatnya, yang lebih cantik daripadanya. Lalu aku bertanya kepadanya: “Siapakah engkau ?”. Pemuda itu menjawab: “Taqwa”. Aku bertanya lagi: “Di mana engkau tinggal ?”. Ia menjawab: “Setiap hati yang gundah”. Kemudian, ia berpaling. Tiba-tiba wanita hitam. Lalu aku bertanya: “Siapakah engkau ?”. Wanita itu menjawab: “Saya penyakit”. Aku lalu bertanya lagi: “Di mana engkau tinggal ?”. Ia menjawab: “Setiap hati yang gembira, yang bersuka-cita”. Abubakar Al-Kattani meneruskan ceritanya: “Maka aku terbangun. Dan aku berjanji, bahwa aku tiada akan tertawa lagi, kecuali karena terpaksa”.
Abu Sa’id Al-Kharraz berkata: “Aku bermimpi, seakan-akan Iblis melompat keatasku. Lalu aku mengambil tongkat, untuk aku memukulnya. Maka ia tidak takut daripadanya. Lalu memanggillah orang yang memanggil kepadaku: “Bahwa si ini tidak takut dari ini. Bahwa ia takut dari cahaya yang ada dalam hati”.
Ahmad bin Ayyub Al-Masuhi berkata: “Aku memimpikan Iblis yang berjalan dengan telanjang. Lalu aku bertanya: “Apakah engkau tidak malu kepada manusia ?”. Iblis itu menjawab: “Demi Allah, mereka itu manusia ? jikalau adalah mereka itu manusia, niscaya aku tiada bermain-main dengan mereka pada dua tepi hari, sebagaimana anak-anak bermain dengan bola. Akan tetapi, manusia itu adalah suatu kaum yang bukan mereka itu, yang telah menyakitkan tubuhku”. Iblis itu mengisyaratkan dengan tangannya kepada sahabat-sahabat kita kaum shufi”.
Abu Sa’id Al-Kharraz berkata: “Aku berada di Damsyik. Lalu aku bermimpi seakan-akan Nabi saw datang kepadaku, dengan bersandar kepada Abubakar ra dan Umar ra. Maka beliau datang, lalu berhenti di depanku. Dan aku mengatakan sesuatu dari suara dan aku mengetuk pada dadaku. Maka Nabi saw bersabda: “Kejahatan ini lebih banyak dari kebajikannya”.
Dari Ibnu ‘Uyainah yang mengatakan: “Aku memimpikan Sufyan Ats-Tsuri, seakan-akan ia dalam sorga, terbang dari pohon ke pohon. Ia berkata: “Bagi yang seperti ini, maka hendaklah dikerjakan oleh orang-orang yang mengerjakan !”. Maka aku berkata kepadanya: “Berikanlah aku wasiat !”. Ia menjawab: “Sedikitkanlah dari berkenalan dengan manusia !”.
Dirawikan Abu Hatim Ar-Razi dari Qubaishah bin ‘Uqbah, yang mengatakan: “Aku memimpikan Sufyan Ats-Tsuri, lalu aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia lalu bermadah:
Aku memandang dengan berhadapan kepada Tuhanku,
maka Ia berfirman kepadaku:
Senanglah engkau dengan keridhaanKu,
hai Ibnu Sa’id !
Adalah engkau itu tetap berdiri,
apabila telah gelaplah malam,
dengan air mata orang yang merindui
dan hati yang menyengajakan.
Maka untuk engkau pilihlah,
mahligai mana yang engkau kehendaki !
Dan kepadaKu berziarahlah,
bahwa Aku dengan engkau itu dekat sekali !
Dimimpikan Asy-Syibli sesudah meninggalnya 3 hari. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau?” Ia menjawab: “Ia berdebat dengan aku, sehingga aku berputus asa. Maka tatkala dilihatNya akan keputus-asaanku, lalu diselubungkanNya aku dengan rahmatNya”.
Dimimpikan Majnun Bani ‘Amir sesudah meninggalnya, lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah Ta’ala dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Ia mengampunkan aku dan menjadikan aku sebagai alasan kepada orang-orang yang mencintaiNya”.
Dimimpikan Ats-Tsuri, lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Maka ia menjawab: “Ia merahmati aku”. Lalu ditanyakan lagi: “Bagaimana keadaan Abdullah bin Al-Mubarak ?”. Ia menjawab: “Dia itu dari orang yg masuk kepada Tuhannya pada setiap hari 2X”.
Dimimpikan sebahagian mereka, lalu ditanyakan tentang keadaannya. Maka ia menjawab: “Mereka mengadakan perhitungan dengan kami, lalu mereka dengan teliti sekali. Kemudian mereka meninggal, lalu mereka dimerdekakan”.
Dimimpikan Malik bin Anas. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Malik bin Anas menjawab: “Ia mengampunkan dosaku dengan kalimah yang dibacakan oleh Usman bin Affan ra ketika melihat jenazah: “Subhaanal-hayyil-ladzi laa yamuut” (Maha Suci Yang Maha hidup yang tiada akan mati).
Dimimpikan pada malam, yang di malam itu meninggal Al-Hasan Al-Bashari , bahwa seakan-akan langit itu terbuka. Dan seakan-akan seorang penyeru menyerukan: “Ketahuilah kiranya, bahwa Al-Hasan Al-Bashari telah datang kepada Allah. Dan Allah ridha kepadanya”.
Dimimpikan Al-Jahidh. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Lalu ia bermadah:
Jangan engkau tulis dengan tulisan engkau,
akan selain sesuatu,
yang menggembirakan akan engkau,
pada hari kiamat melihatnya itu.
Al-Junaid memimpikan Iblis yang bertelanjang. Lalu ia bertanya: “Apakah engkau tidak malu kepada manusia ?”. Iblis itu menjawab: “Mereka itu manusia ? manusia itu adalah kaum-kaum dalam masjid Asy-Syauniziyah. Mereka itu telah menyakitkan tubuhku dan membakarkan jantungku”. Al-Junaid berkata: “Maka tatkala aku terbangun, lalu aku berpagi-pagi benar ke masjid. Maka aku melihat suatu jama’ah, yang telah meletakkan kepala mereka ke atas lututnya, yang bertafakkur. Tatkala mereka melihat aku, lalu mengatakan: “Janganlah terperdaya engkau oleh berita yang keji !”.
Dimimpikan An-Nashrabadzi di Makkah sesudah wafatnya. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yg diperbuat oleh Allah dengan engkau?”. Ia menjawab: “Aku dicela dengan sedikit celaan. Kemudian, aku dipanggil: “Hai Abul-kasim! adakah sesudah bersambung itu berpisah?” Lalu aku menjawab: “Tidak, hai Yang Maha Agung !”. Maka tidaklah aku diletakkan dalam liang lahad, sehingga aku berhubungan dengan Tuhanku”.
‘Utbah LA-Ghallam memimpikan Haura’ dalam bentuk yang cantik. Lalu Haura’ berkata: ‘Hai ‘Utbah ! aku rindu kepada engkau. Maka perhatikanlah, bahwa engkau tidak mengerjakan akan sesuatu perbuatan, lalu menghambatkan diantara aku dan engkau !”. ‘Utbah menjawab: “Aku telah mentalakkan (menceraikan) dunia dengan talak 3. Tiada kembali lagi aku kepadanya, sehingga aku menemui engkau”.
Dikatakan, bahwa Ayyub As-Sakhtayani melihat jenazah orang maksiat. Lalu beliau masuk keruang rumah, supaya ia tidak bershalat jenazah kepadanya. Maka sebahagian mereka memimpikan mayit itu. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Mayit itu menjawab: “Allah telah mengampunkan dosaku. Dan bacakanlah kepada Ayyub, akan ayat ini: “Katakan: kalau kiranya kamu menguasai perbendaharaan Tuhanku, tentulah perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya”. S 17 Al Israa’ ayat 100.
                  Sebahagian mereka mengatakan: “Aku melihat pada malam, yang meninggal padanya Daud Ath-Tha-i, akan cahaya, malaikat turun & naik. Lalu aku bertanya: “Malam apakah ini ?”. Mereka lalu menjawab:“Malam yang meninggalnya Daud Ath-Tha-i. Dan telah dihiaskan sorga bagi kedatangan ruhnya”
Abu Sa’id Asy-Syahham berkata: “Aku memimpikan Sahal Ash-Sha’luki. Lalu aku berkata: “Hai Syaikh !”. Maka ia menjawab: “Tinggalkanlah panggilan syaikh itu”. Aku menjawab: “Hal yang demikian itu yang aku melihatnya”. Ia lalu menjawab: “Tidak mengayakan engkau dengan kami”. Maka aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Ia telah mengampunkan dosaku, dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh orang yang lemah”.
Abubakar Ar-Rasyidi berkata: “Aku memimpikan Muhammad Ath-Thusi Al-Mu’allim. Lalu ia berkata kepadaku: “Katakanlah kepada Abi Said Ash-Shaffar Al-Muaddib:
Adalah kami, bahwa tidaklah kami,
didindingi oleh hawa nafsu.
Dan kehidupan cinta itu kamu didindingi
dan tidaklah kami didindingkannya itu.
Abubakar Ar-Rasyidi berkata: “Maka aku terbangun. Lalu aku sebutkan yang demikian itu kepada Abi Sa’id, maka ia menjawab: “Bahwa aku menziarahi kuburannya setiap Jum’at. Maka aku tidak menziarahinya Jum’at ini”.
Ibnu Rasyid berkata: “Aku memimpikan Ibnul-Mubarak sesudah meninggalnya. Lalu aku bertanya: “Adakah tidak engkau datang ?”. Ia menjawab: “Ya, sudah !”. Maka aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Ia telah mengampunkan aku dengan ampunan, yang meliputi dengan setiap dosa”. Aku bertanya lagi: “Lalu Sufyan Ats-Tsuri ?”. Ia menjawab: “Ya, ya ! dia itu termasuk orang-orang yang dicurahkan nikmat oleh Allah, dari nabi-nabi dan orang-orang shiddiq...... sampai akhir ayat”.
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata:“Aku memimpikan Asy-Syafi’i ra sesudah wafatnya. Lalu aku bertanya:“Hai Abu Abdillah ! apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Asy-Syafi’i ra menjawab: “Ia mendudukkan aku atas kursi dari emas. Dan Ia menaburkan atasku permata basah”.
Seorang laki-laki dari sahabat Al-Hasan Al-Bashari, bermimpi pada malam meninggalnya Al-Hasan Al-Bashari, seakan-akan seorang penyeru menyerukan: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran, melebihi semesta alam”. S 3 Ali ‘Imran ayat 33. Dan Ia memilih Al-Hasan Al-Bashari untuk zamannya.
Abu Ya’qub Al-Qari Ad-Daqiqi berkata: “Aku memimpikan dalam tidurku seorang laki-laki yang hitam manis tinggi. Dan manusia mengikutinya. Lalu aku bertanya: “Siapa ini ?”. Mereka itu menjawab: “Uwasi Al-Qarani: “Lalu aku datang kepadanya, seraya aku berkata: “Berilah wasiat kepadaku ! kiranya engkau dirahmati oleh Allah”. Maka masam mukanya pada penglihatan wajahku. Lalu aku berkata: “Orang yang diminta petunjuk ! maka tunjukilah aku ! kiranya engkau diberi petunjuk oleh Allah !”. Ia lalu menghadapkan muka kepadaku dan berkata: “Ikutkanlah akan rahmat Tuhan engkau ketika mencintaiNya ! takutilah akan kemarahanNya pada kemaksiatanNya ! dan janganlah engkau putuskan harapan engkau daripadaNya pada celah-celah yang demikian !”. Kemudian, ia berpaling dan meninggalkan aku”.
Abubakar bin Abi Maryam berkata: “Aku memimpikan Warqa’ bin Basyar Al-Hadlarami. Lalu aku bertanya: “Apa yang engkau kerjakan, hai Warqa ?’. Ia menjawab: “Aku terlepas, sesudah seluruh kesungguhan”. Aku bertanya lagi: “Amal apa yang kamu dapati, yang lebih utama ?”. Ia menjawab: “Menangis dari takut kepada Allah”.
Yazid bin Nu’amah berkata: “Telah binasa seorang anak wanita dalam penyakit kolera yang berkecamuk. Maka ia dimimpikan oleh ayahnya. Ayahnya berkata kepadanya: “Hai puteriku ! terangkanlah kepadaku dari hal akhirat !”. Anak wanita itu menjawab: “Hai ayahku ! kami datang atas urusan besar. Kami tahu dan tidak kami kerjakan. Dan kamu kerjakan dan tidak kamu tahu. Demi Allah ! sesungguhnya sekali tasbih atau dua tasbih atau serakaat atau dua rakaat pada lapangan amal itu lebih aku sukai dari dunia dan isinya”.
Sebahagian sahabat Utbah Al-Ghallam berkata: “Aku memimpikan Utbah. Lalu aku bertanya: “Apakah yg diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Utbah menjawab: “Aku masuk sorga dengan doa yang tertulis itu pada rumah engkau”. Sahabat yg bermimpi itu berkata: “Maka tatkala aku berpagi hari, lalu aku datang ke rumahku. Tiba-tiba tulisan Utbah Al-Ghallam pada dinding rumah itu berbunyi: “Hai Yang Menunjukkan orang-orang yang sesat ! hai Yang Maha Pengasih bagi orang-orang yang berdosa ! hai Yang Menghapuskan tergelincirnya orang-orang yang tergelincir ! kasihanilah akan hamba Engkau, yang mempunyai bahaya besar dan kaum muslimin seluruhnya sekalian ! jadikanlah kami bersama orang-orang yang hidup, yang memperoleh rezeki, yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, dari nabi-nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang syahid dan orang-orang shalih –Amin, Ya Rabbal-‘alamin!
Musa bin Hammad berkata: “Aku memimpikan Sufyan Ats-Tsuri dalam sorga, yang ia terbang dari pohon kurma ke pohon kurma dan dari pohon ke pohon. Lalu aku bertanya: “Hai Abu Abdillah ! dengan apa engkau memperoleh ini ?’. Ia menjawab: “Dengan wara (menjaga diri)”. Aku bertanya lagi: “Apa kabar Ali bin ‘Ashim ?”. Ia menjawab: “Yang demikian itu hampirlah tidak dapat dilihat, selain sebagaimana dilihat bintang”.
Seorang laki-laki dari orang-orang tabi’in memimpikan Nabi saw. Lalu ia berkata: “Hai Rasulullah! berilah aku pengajaran !”. Nabi saw menjawab: “Baik ! siapa yg tiada menganggap hilang oleh kekurangan, maka dia itu dalam kekurangan. Dan siapa yg dalam kekurangan, maka mati lebih baik baginya”.
Asy-Syafi’i ra berkata: “Diselubungi aku dalam hari-hari ini oleh urusan yang menyakitkan dan yang memedihkan aku. Dan tiada yang melihat kepadanya, selain Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka waktu semalam, datanglah kepadaku, orang yang datang dalam tidurku. Lalu ia berkata kepadaku: “Hai Muhammad bin Idris ! berdoalah: “Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa aku tiada memiliki bagi diriku manfaat dan melarat, mati, hidup dan kebangkitan. Aku tiada sanggup bahwa aku ambil, selain apa yang Engkau berikan kepadaku. Dan tiada aku peliharakan, selain apa yang Engkau peliharakan akan aku. Ya Allah, ya Tuhan ! maka curahkanlah taufiq akan aku, bagi apa yang Engkau kasihi dan ridhai, dari perkataan dan perbuatan dalam keafiatan”. Maka tatkala aku telah berpagi hari, lalu aku ulangi yang demikian. Maka tatkala siang telah pergi, lalu Allah ‘Azza wa Jalla memberikan aku akan permintaanku. Ia memudahkan bagiku kelepasan dari apa, yang ada aku di dalamnya. Maka haruslah engkau dengan doa ini ! jangan engkau lupa daripadanya !”. Maka inilah sejumlah hal-hal diminta untuk mengetahuinya saja, yang menunjukkan kepada hal ihwal orang mati dan kepada amalan-amalan yang mendekatkan kepada Allah. Maka marilah kami sebutkan sesudahnya, akan apa yang dihadapan orang-orang mati, dari permulaan tiupan sangkakala, sampai kepada akhir ketetapan. Adakalanya dalam sorga atau dalam neraka. Dan segala pujian itu bagi Allah, sebagai pujian orang-orang yang bersyukur.
BAHAGIAN KEDUA
Dari Kitab mengingati Mati, tentang hal ihwal orang mati dari waktu tiupan sangkakala.
Sampai kepada akhir ketetapan dalam sorga atau dalam neraka. Dan uraian apa yang di hadapannya, dari huru-hara dan bahaya-bahaya. Padanya penjelasan tiupan sangkakala, sifat bumi padang mahsyar dan isinya. Sifat keringatnya isi padang mahsyar. Sifat lamanya hari kiamat. Sifat hari kiamat, bala bencana dan nama-namanya. Sifat pertanyaan dari dosa. Sifat timbangan. Sifat permusuhan dan penolakan kezaliman. Sifat titian. Sifat syafa’at. Sifat kolam (kolam Nabi saw). Sifat neraka jahannam, huru-haranya, rantai-rantainya, ular-ularnya dan kalajengking-kalajengking nya. Sifat sorga dan segala macam nikmatnya. Bilangan sorga, pintu-pintunya, kamar-kamarnya, tembok-temboknya, sungai-sungainya, pohon-pohonnya, pakaian penduduknya, tikar tidur dan tempat tidur mereka. Sifat makanan mereka. Sifat bidadari dan anak-anak muda belia. Sifat memandang kepada Wajah Allah Ta’ala. Sifat bab tentang keluasan rahmat Allah Ta’ala. Dan dengan yang demikian, tammatlah Kitab insya Allah Ta’ala.
SIFAT TIUPAN SANGKAKALA.
Telah anda ketahui pada yang telah berlalu, akan kerasnya hal keadaan mayit pada sakratul-maut dan bahayanya pada ketakutan kesudahan. Kemudian, penderitaan-penderitaannya karena gelapnya kubur dan ulat-ulatnya. Kemudian bagi Munkar dan Nakir dan pertanyaannya. Kemudian, bagi azab kubur dan bahayanya, kalau mayit itu orang yang dimarahi. Yang lebih benar dari yang demikian seluruhnya, ialah bahaya-bahaya yang di hadapannya, dari tiupan sangkakala, kebangkitan pada hari bertebaran, kedatangan kepada Yang Maha Perkasa, pertanyaan dari yang sedikit dan yang banyak dan menegakkan timbangan untuk mengetahui kadar amal. Kemudian, melintasi titian serta halus dan tajamnya. Kemudian, menunggu seruan ketika pemisahan qodo (keputusan hakim).
Adakalanya dengan kebahagiaan dan adakalanya dengan kesengsaraan. Maka inilah hal ihwal dan huru-hara, yang tidak boleh tidak bagi anda daripada mengetahuinya. Kemudian, mengimaninya atas jalan yakin dan membenarkan. Kemudian, pemanjangan fikiran pada yang demikian, untuk membangkitkan dari hati anda penyeru-penyeru persiapan baginya. Kebanyakan manusia, iman dengan hari akhirat itu tidak masuk ke dalam lubuh hati mereka. Dan tidak meresap dari titik hitam benak mereka. Ditunjukkan kepada yang demikian itu, oleh kesangatan kesungguhan dan kesedihan mereka bagi kepanasan musim panas dan kedinginan musim dingin. Dan entengnya pandangan mereka dengan panasnya neraka jahannam dan sangat dinginnya. Serta apa yang meliputinya dari kesukaran-kesukaran dan huru hara-huru hara.
Bahkan apabila mereka ditanyakan dari hal hari akhirat, niscaya dituturkan oleh lidah mereka. Kemudian, dilalaikan oleh hati mereka. Dan siapa yang menerangkan, bahwa apa yang di hadapannya dari makanan itu telah dimasukkan racun, maka ia menjawab bagi temannya yang menerangkan itu, bahwa: anda benar. Kemudian, ia mengulurkan tangannya untuk mengambilnya. Niscaya adalah dia itu membenarkan dengan lisannya dan mendustakan dengan perbuatannya. Mendustakan perbuatan itu lebih bersangatan daripada mendustakan dengan lisan.
Nabi saw bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Aku dicaci oleh anak Adam. Dan tiada seyogyalah baginya bahwa mencaci Aku. Ia mendustakan Aku dan tiada seyogyalah baginya, bahwa ia mendustakan Aku. Adapun caciannya akan Aku, maka ia mengatakan, bahwa Aku mempunyai anak. Adapun pendustaan nya, maka yaitu katanya: bahwa ia tidak kembali kepadaKu, sebagaimana ia memulai daripada Aku”.
Adapun kelemahan batiniah dari kekuatan yakin dan pembenaran dengan kebangkitan dan bertebaran di hari mahsyar, adalah karena sedikitnya paham pada alam ini bagi contoh-contoh urusan tersebut. Dan jikalah tidak disaksikan oleh insan akan beranaknya hewan dan dikatakan kepadanya, bahwa Pencipta itu menciptakannya dari air mani yang kotor seperti anak Adam ini, Yang Membentuk, Yang Berakal, Yang Berkata-kata, Yang Mengurus, niscaya bersangatanlah lari batiniahnya daripada membenarkannya.
Dan karena itulah, Allah Ta’ala berfirman: “Apakah manusia itu tiada melihat, bahwa Kami menjadikannya dari air mani ? tetapi, lihatlah, dia telah menjadi musuh terang-terangan !”. S 36 Yaa Siin ayat 77. Allah Ta’ala berfirman: “Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja, dengan tiada mempunyai pertanggungan jawab ? bukankah dia dahulunya setetes air mani yang ditumpahkan ? kemudian itu menjadi segumlah darah dan (Allah) menciptakan (bentuk)nya & menyempurnakan kejadiannya. Dan dijadikan oleh Allah 2 jenis, laki-laki & perempuan”. S 75 Al Qiyaamah ayat 36~39.
Pada kejadian anak Adam serta banyak keajaibannya dan bermacam-macam susunan anggota badannya itu, keajaiban-keajaiban yang melebihi dari keajaiban-keajaiban pada kebangkitan dan pengembalian kejadiannya. Maka bagaimana diingkari yang demikian itu dari qudrah ( kuasa ) Allah Ta’ala dan hikmahNya, oleh orang yang menyaksikan demikian pada ciptaan dan qudrah ( kuasa )Nya ? kalau ada dalam iman anda itu kelemahan, maka kuatkanlah iman itu dengan memperhatikan pada kejadian yang pertama dahulu. Bahwa yang kedua itu adalah seperti yang pertama dan lebih mudah daripadanya. Kalau anda itu kuat iman dengan yang demikian, maka diberitahukan oleh hati anda akan ketakutan-ketakutan dan bahaya-bahaya itu.
Banyakkanlah padanya bertafakkur/mengenang dan beri’tibar/beribarat, untuk anda rebut dari hari anda akan kesenangan dan ketetapan. Maka anda menyibukkan diri dengan kesungguhan untuk datang kepada Yang Maha Perkasa ! bertafakkurlah pertama-tama pada yang mengetuk pendengaran penghuni kubur, dari kesangatan tiupan sangkakala. Bahwa itu adalah suatu pekikan, yang merenggang dengan pekikan itu kuburan dari kepala orang-orang mati. Lalu mereka itu bergerak sekaligus. Maka sangkakanlah diri anda dan anda telah melompat dengan berobahnya wajah anda, berdebunya badan anda dari puncak kepala anda sampai ke tapak kaki anda, dari debu kuburan anda, yang termangu-mangu dari kesangatan bunyi, yang menonjol diri ke arah seruan. Dan telah bergeraklah makhluk itu dengan sekali gerak, dari kuburan, yang telah panjanglah padanya percobaan mereka.
Dan telah dikejutkan mereka oleh kegundahan dan ketakutan, yang merupakan tambahan kepada apa yang telah ada pada mereka, dari kesusahan dan kegelapan serta kesangatan penungguan bagi akibat uruan itu. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Dan ditiupkan sangkakala, maka pingsanlah orang-orang yang ada di langit dan di bumi, selain dari orang yang dikehendaki Allah. Kemudian ia ditiup sekali lagi, lihatlah mereka berdiri menantikan”. S 39 Az Zumar ayat 68. Allah Ta’ala berfirman: “Ketika terompet dibunyikan. Maka demikianlah di kala itu hari yang amat sulit. Tiada ringan bagi orang-orang yang tiada beriman”. S 74 Al Muddatstsir ayat 8-9-10. Allah Ta’ala berfirman: “Mereka berkata: Bilakah perjanjian itu (akan terjadi), kalau memang kamu orang-orang yang benar ? tak ada bagi yang mereka tunggu, melainkan satu suara keras, yang akan menyiksa mereka, ketika mereka dalam berbantahan sesamanya. Mereka tiada berkesempatan menyampaikan pesan dan tiada pula dapat kembali kepada keluarganya.
Dan sangkakala ditiup; ketika itu lihatlah mereka bangun dari kubur dan segera datang kepada Tuhannya ! mereka akan berkata: “Ah, nasib kami ! siapakah yang membangunkan kami dari tempat tidur kami ? (ada suara yang menyahut): Inilah dia yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah dan benarlah perkataan rasul-rasul”. S 36 Yaa Siin ayat 48 s/d 52.
Maka jikalau tidak ada di hadapan orang mati itu, selain huru hara tiupan itu, niscaya adalah yang demikian itu pantas untuk menjaga diri. Bahwa itu tiupan dan pekikan, yang pingsan dengan itu, siapa yang di langit dan di bumi. Yakni: mereka mati dengan sebab yang demikian, selain yang dikehendaki oleh Allah. Yaitu: sebahagian para malaikat. Karena itulah, Rasulullah saw bersabda: “Bagaimana aku merasa nikmat, sedang yang empunya ash-shuur itu telah menelan tanduk, telah memiringkan dahi dan mendengar dengan telinga, menunggu, kapan diperintahkan, maka ia terus meniup”.
Muqatil berkata: ash-shuur, ialah: tanduk (al-qarn). Yang demikian itu, ialah: bahwa Israfil as meletakkan mulutnya atas tanduk, seperti keadaan terompet. Dan lingkaran kepala tanduk itu seperti lebarnya langit dan bumi. Dan dia menujukan penglihatannya ke arah ‘Arasy, menunggu kapan diperintahkan. Maka ia akan meniup tiupan pertama. Maka apabila ditiupkan, niscaya pingsanlah siapa yang di langit dan di bumi. Artinya: matilah setiap hewan, dari kesangatan terkejut, selain siapa yang dikehendaki oleh Allah. Yaitu: Jibril, Mikail, Israfil dan Malakul-maut. Kemudian, Allah menyuruh Malakul-maut, mengambil nyawa Jibril. Kemudian nyawa Mikail. Kemudian nyawa Israfil. Kemudian Ia menyuruh Malakul-maut. Lalu ia meninggal. Kemudian senantiasalah makhluk sesudah tiupan yang pertama itu dalam al-barzakh (antara mati dan bangkit dari kubur) 40 tahun lamanya. Kemudian Allah menghidupkan Israfil. Maka disuruhnya untuk meniupkan kali yang kedua. Maka karena itulah firman Allah Ta’ala: “Kemudian, ditiupkan sekali lagi, lihatlah mereka itu berdiri menantikan”. S 39 Az Zumar ayat 68. Mereka itu berdiri atas kakinya, menunggu kepada kebangkitan.
Nabi saw bersabda: “Ketika dibangkitkan kepadaku, maka dibangkitkan kepada yang empunya tanduk (terompet). Lalu ia menurunkan tanduk itu ke mulutnya. Dan ia maju selangkah dan ia mundur selangkah. Ia menunggu kapan ia diperintahkan dengan peniupan. Ketahuilah ! maka takutlah akan tiupan itu !”. Maka bertafakkurlah tentang makhluk, kehinaan mereka, kehancuran dan ketenangan mereka ketika dibangkitkan, karena takut dari kepingsanan ini. Dan karena menunggu bagi apa, yang akan diputuskan kepada mereka, dari kebahagiaan atau kesengsaraan ! dan anda dalam keadaan diantara mereka, yang pecah seperti pecahnya mereka, yang tercengang seperti tercengangnya mereka. Bahkan, jikalau anda di dunia dahulu dari golongan orang-orang yang mewah dan orang-orang kaya yang bersenang-senang, maka raja-raja bumi pada hari itu adalah yang terhina bagi penduduk bumi sekalian, yang terkecil dan yang terendah, yang diinjakkan dengan tapak kaki, seperti semut halus.
Dan pada yang demikian itu, diterimalah binatang-binatang liar dari padang-padang luas dan gunung-gunung, yang terbalik kepalanya, yang bercampur-baur dengan makhluk yang lain, sesudah liarnya, yang hina, untuk hari kebangkitan, dengan tiada kesalahan, yang ia menjadi kotor dengan kesalahan itu. Akan tetapi, dikumpulkan mereka oleh kesangatan pingsan dan huru-haranya tiupan. Dan disibukkan mereka oleh yang demikian itu, dari lari dari makhluk dan merasa liar dengan mereka. Dan yang demikian itu, firman Allah Ta’ala: “Dan ketika binatang-binatang liar dikumpulkan”. S 81 At Takwiir ayat 5. Kemudian, datanglah setan-setan yang durhaka, sesudah durhaka dan ingkarnya. Dia itu yakin dengan khusyu’ dari kehebatan kedatangan kepada Allah Ta’ala. Karena membenarkan firman Allah Ta’ala: “Sebab itu, demi Tuhan engkau, sesungguhnya mereka dan setan-setan akan Kami kumpulkan, kemudian itu, Kami bawa mereka berlutut di keliling neraka jahannam”. S 19 Maryam ayat 68. Maka engkau bertafakkurlah/berkenanglah tentang keadaan engkau dan keadaan hati engkau di sana itu !
SIFAT BUMI PADANG MAHSYAR DAN PENDUDUKNYA.
Kemudian, perhatikanlah bagaimana mereka dihalau sesudah kebangkitan dan bertebaran, dengan tidak beralas kaki, dengan bertelanjang, dengan tidak berkhitan, ke bumi padang mahsyar, bumi yg putih, lapangan yg rata. Tidak anda melihat padanya yg rendah dan yg tinggi. Tidak anda melihat padanya tempat yg tinggi, yg bersembunyi manusia di sebaliknya. Dan tidak tempat yg rendah, yg merendah manusia dari pandangan mata padanya. Akan tetapi, padang mahsyar itu suatu tanah yg lapang, tiada berlebih kurang padanya. Mereka dihalau kepadanya dengan berjama’ah. Maka Maha Sucilah Allah yg mengumpulkan semua makhluk diatas bermacam-macam jenis mereka dari segala penjuru bumi. Karena Ia membawa mereka dengan ar-rajifah, yg diikuti oleh ar-radifah. Ar-rajifah, ialah: tiupan pertama. Dan ar-radifah, ialah: tiupan kedua. Maka sebenarnyalah bagi hati, bahwa ada ia ketika itu yg takut dengan gemetar. Dan bagi mata itu, bahwa ada juga yg khusyu’ tenang.
Rasulullah saw bersabda: “Dikumpulkan manusia pada hari kiamat atas bumi yg putih ‘afra’, seperti kue yg an-naqiy, yg tidak ada padanya ma’lam bagi seseorang”. Kata perawi: ‘afra’ tadi, artinya: putih, yg bukan supak. An-naqiy, artinya: yg bersih dari kulit dan antah. Dan ma’lam, artinya: tiada bangunan yg menutup dan yg berlebih-kurang tingginya yg menghambat penglihatan. Anda jangan menyangka, bahwa bumi itu seperti bumi dunia. Akan tetapi, tiada menyamainya, selain tentang nama.
Allah Ta’ala berfirman:“Pada hari bumi diganti dengan bumi  lain & langit begitu juga”. S 14 Ibrahim ayat 48. Ibnu Abbas berkata: “Ditambahkan padanya dan dikurangkan. Dan hilanglah pohon-pohonnya, gunung-gunungnya, lembah-lembahnya dan apa-apa yg ada padanya. Dan bumi itu memanjang seperti memanjangnya kulit bumi pasar ‘Ukadh, bumi yg putih seperti perak. Tidak ditumpahkan padanya darah dan tidak diperbuat padanya kesalahan. Dan langit itu hilanglah mataharinya, bulannya dan bintang-bintangnya. Maka perhatikanlah, hai orang yg patut dikasihani tentang huru hara hari itu dan kesukarannya. Bahwa apabila telah berkumpul segala makhluk diatas dataran tinggi itu, niscaya berguguranlah dari atas mereka bintang-bintang langit. Hilang lah cahaya matahari dan bulan. Gelaplah bumi karena padam lampu-lampunya. Maka pada masa mereka seperti yg demikian itu, tiba-tiba beredarlah langit di atas kepala mereka dan belahlah serta tebal dan kerasnya selama 500 tahun.
Dan para malaikat itu berdiri dengan kaki telanjang dan disegala sudutnya. Maka alangkah huru haranya suara pecahnya langit itu pada pendengaran anda ! alangkah hebatnya hari, yg belah padanya langit, serta kuat dan kerasnya. Kemudian, ia mengalir dan membanjir, seperti perak yg dihancurkan, dicampuri oleh warna kuning. Lalu menjadi merah, seperti kulit yg merah. Dan jadilah langit itu seperti timah yg hancur. Jadilah gunung-gunung itu seperti bulu wol yg dicelup dengan berbagai warna. Bersimpang-siurlah manusia seperti kupu-kupu yg bertebaran di udara. Dan mereka itu tidak beralas kaki, yg telanjang, yg berjalan kaki kesana kemari.
Rasulullah saw bersabda:“Dibangkitkan manusia dengan tiada beralas kaki, yg telanjang & tidak berkhitan. Mereka dicambuk oleh keringat & sampai kepada daun telinga”. Berkata Saudah –isteri Nabi saw perawi hadits tersebut: “Aku bertanya: Wahai Rasulullah ! alangkah buruknya ! sebahagian kita memandang kepada sebahagian yg lain?”. Nabi saw menjawab dengan membaca ayat: “Setiap orang dihari itu mempunyai urusan yg mengganggunya (dari urusan orang lain)” S80 ‘Abasa ayat37. Maka alangkah beratnya dihari, yg terbuka padanya aurat & merasa aman padanya, serta demikian pandangan & penglihatan. Bagaimana & sebahagian mereka berjalan dengan perut & muka mereka. Maka tiada kesanggupan bagi mereka untuk memandang kepada orang lain.
Abu Hurairah ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Dikumpulkan manusia pada hari kiamat di atas 3 jenis: yg berkendaraan, yg berjalan kaki & yg berjalan dengan muka mereka”. Lalu seorang laki-laki bertanya: “Hai Rasulullah ! bagaimana mereka berjalan dengan muka mereka ?”. Rasulullah saw menjawab: “Yg menjalankan mereka dengan tapak kaki mereka itu berkuasa untuk menjalankan mereka dengan muka mereka”. Sudah menjadi tabiat manusia itu mengingkari setiap yg tidak disenanginya. Jikalau tidak dilihat oleh insan akan ular dan ular itu berjalan atas perutnya seperti kilat yg menyambar, niscaya ia akan menantang tergambarnya berjalan dengan tiada kaki. Dan berjalan dengan kaki juga dianggap jauh dari kebenaran pada orang yg tidak melihat yg demikian. Maka awaslah anda bahwa anda mengingkari akan sesuatu dari keajaiban-keajaiban hari kiamat, karena menyalahinya akan bandingan yg dalam dunia. Bahwa anda jikalau tidak melihat akan keajaiban-keajaiban dunia, kemudian dikemukakan kepada anda sebelum melihatnya, niscaya adalah anda akan sangat menantangnya. Maka bayangkanlah dalam hati anda akan bentuk anda dan anda itu sedang berdiri dengan telanjang yg terbuka, hina, tersisih, heran, termangu-mangu, yg menunggu akan apa yg akan berlaku keatas anda dari qodo’ (hukum Tuhan) dengan kebahagiaan atau dengan kesengsaraan dan yg terbesar keadaan ini ! maka itu adalah persoalan besar.
SIFAT KERINGAT.
Kemudian, bertafakkurlah tentang berdesak-desaknya makhluk dan berkumpulnya mereka. Sehingga berdesak-desaklah diatas tempat perhentian itu, penduduk langit yg 7 dan lapisan bumi yg 7, dari: malaikat, jin, insan, setan, binatang liar, binatang buas dan burung. Maka terbitlah matahari ke atas mereka dan sungguh berlipat-gandalah panasnya. Dan berganti dari yg telah ada padanya dari keringanan urusannya.
Kemudian matahari itu didekatkan ke kepada semesta alam, yang dekatnya seperti antara dua panah. Maka tidak ada lagi di atas bumi itu naungan, selain naungan ‘Arasy Tuhan semesta alam. Dan tidak dimungkinkan daripada bernaung dengan ‘Arasy itu, selain orang-orang al-muqarrabin (orang-orang mendekatkan diri kepada Allah). Maka siapakah diantara yang bernaung dengan ‘Arasy dan yang berjemur dengan panas matahari, yang telah dibakarnya dengan kepanasannya dan bersangatan kesusahan dan kesedihan dari bersangatan nyalanya ?
Kemudian, tolak-menolaklah makhluk itu. Sebahagian menolak akan sebahagian, karena kesangatan berdesakan dan berselisih tapak kaki. Dan bertambah kepadanya kesangatan tersipu-sipu dan malu, dari terbukanya rahasia dan merasa terhina, ketika dibawa ke hadapan Tuhan yang empunya langit, Yang Maha Perkasa. Maka berkumpullah kesangatan nyalanya matahari, panasnya nafas manusia dan terbakarnya hati dengan api kemalu-maluan dan ketakutan. Maka memancarlah keringat dari pangkal setiap bulu. Sehingga ia mengalir ke atas daratan tinggi kiamat.
                  Kemudian, meninggi ke atas tubuh mereka, menurut kadar tingkat mereka di sisi Allah. Maka sebahagian mereka, sampailah keringat kepada kedua lututnya. Sebahagian sampai kepada kedua pinggangnya. Sebahagian sampai kepada daun kedua telinganya. Dan sebahagian lagi hampirlah ia hilang dalam keringat itu.
Ibnu Umar berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Pada hari manusia itu berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. Sehingga hilanglah seseorang mereka dalam keringatnya, sampai ke tengah dua telinganya”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Berkeringatlah manusia pada hari kiamat, sehingga hilanglah keringat mereka itu dalam bumi 70 ba’ (kadar memanjang dua tangan). Keringat itu mencambuk mereka dan sampai ke telinga mereka”. Begitulah dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Ash-Shalih. Pada hadits lain: “Mereka itu dalam keadaan berdiri, yang memandang mata mereka itu 40 tahun ke langit. Maka mereka itu dicambuk oleh keringat dari sangatnya kesusahan”.
‘Uqbah bin ‘Amir berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Berdekatanlah matahari ke bumi pada hari kiamat. Lalu berkeringatlah manusia. Sebahagian manusia, ialah: orang yang sampai keringatnya ke tumitnya. Sebahagian mereka, ialah orang yang sampai keringatnya setengah betisnya. Sebahagian mereka, ialah orang yang sampai keringatnya ke lututnya. Sebahagian mereka yang sampai keringatnya ke pahanya. Sebahagian mereka, ialah: orang yang sampai keringatnya ke rusuknya. Dan sebahagian mereka, ialah: orang sampai keringatnya ke mulutnya”. Dan Nabi saw mengisyaratkan dengan tangannya. Lalu ia pukulkan tangannya ke mulutnya. “Dan sebahagian mereka, ialah: orang yang ditutup oleh keringat”. Dan Nabi saw memukul dengan tangannya ke atas kepalanya demikian”.
Maka perhatikanlah, hai orang yang patut dikasihani, tentang keringatnya orang di padang mahsyar dan bersangatan susahnya mereka. Dan pada mereka itu orang yang menyerukan, seraya berdoa: “Ya, Tuhan ! senangkanlah aku dari kesusahan ini dan penungguan, walaupun ke neraka”. Semua yang demikian dan mereka tiada menemui kemudian, akan perhitungan amal dan siksaan. Bahwa anda adalah salah seorang dari mereka. Dan anda tidak mengetahui, sampai ke mana, keringat itu sampai dengan anda. Ketahuilah, bahwa setiap keringat yang tidak dikeluarkan oleh kepayahan pada jalan Allah, dari hajji, jihad, puasa, berdiri shalat, pulang pergi pada memenuhi keperluan orang muslim, menanggung kesukaran pada amar ma’ruf dan nahi munkar, maka keringat itu akan dikeluarkan oleh malu dan takut pada dataran tinggi kiamat. Dan lamalah padanya kesusahan. Jikalau selamatlah anak Adam dari kebodohan dan keterpedayaan, niscaya ia tahu bahwa kepayahan keringat pada menanggung kesukaran-kesukaran taat itu adalah lebih mudah urusannya dan lebih pendek masanya dari keringat kesusahan dan penungguan pada kiamat. Bahwa itu adalah hari yang besar kesulitannya, yang panjang masanya.
SIFAT PANJANGNYA HARI KIAMAT.
Hari, yang berdiri padanya segala makhluk, yang memandang mata mereka, yang hancur hati mereka. Mereka itu tiada berkata-kata dan tiada memperhatikan kepada urusan mereka. Mereka berdiri 300 tahun, tiada memakan padanya suatu makanan pun. Tiada meminum padanya suatu minuman pun. Dan mereka tiada mendapati padanya angin yang sepoi-sepoi.
Ka’ab dan Qatadah membaca ayat: “Di hari manusia berdiri di hadapan Tuhan semesta alam”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 6. Ka’ab berkata, bahwa mereka itu berdiri kadar 300 tahun. Akan tetapi, Abdullah bin ‘Amr berkata: “Rasulullah saw membaca ayat tersebut, kemudian beliau bersabda: “Bagaimana dengan kamu, apabila kamu dikumpulkan oleh Allah, sebagaimana dikumpulkan anak panah pada tempatnya selama 50 ribu tahun, yang Ia tiada melihat kepada kamu”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Apa persangkaanmu dengan hari, yang mereka berdiri padanya atas tapak kaki mereka, kadar 50 ribu tahun ? mereka tiada memakan padanya akan suatu makanan. Dan tiada meminum padanya akan suatu minuman. Sehingga, apabila putuslah leher mereka dengan kehausan dan terbakarlah perut mereka dengan kelaparan, niscaya dibawa mereka ke neraka. Lalu mereka diberi minum dari mata air bejana yang telah datang waktu kepanasannya dan bersangatan kehangusannya. Maka tatkala sampailah kesungguhan dari mereka, kepada apa yang tiada kemampuan lagi bagi mereka dengan dia, niscaya sebahagian mereka berkata kepada sebahagian yang lain, pada mencari orang yang mulia pada Tuhannya. Supaya ia memberikan syafa’at kepada mereka. Maka mereka tiada bergantung dengan seseorang nabi, melainkan nabi itu menolak mereka, seraya berkata: “Tinggalkanlah aku nafsi-nafsi (sendiri-sendiri) ! aku disibukkan oleh urusanku, dari urusan orang lain”. Masing-masing berdalih dengan kesangatan marah Allah Ta’ala. Dan berkata: “Pada hari ini telah marah Tuhan kita dengan kemarahan, yang Ia tidak pernah marah sebelumnya seperti itu. Dan IA tidak marah sesudahnya seperti itu”. Sehingga bersyafaatlah Nabi kita saw bagi siapa yang diizinkan baginya. Mereka tiada memiliki syafaat (pertolongan) itu, selain bagi siapa yang diizinkan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan diridhaiNya baginya perkataan. Maka renungkanlah tentang panjangnya hari ini dan sukarnya menunggu padanya. Sehingga ringanlah kepada anda, menunggu sabar dari segala kemaksiatan pada umur anda yang pendek itu.
Ketahuilah, bahwa barangsiapa yang lama penungguannya di dunia bagi mati, karena kesangatan penderitaannya bagi sabar dari nafsu syahwat, maka pendeklah penungguannya pada hari itu khususnya. Rasulullah saw bersabda, tatkala ditanyakan dari panjangnya hari itu. Maka beliau menjawab: “Demi Tuhan yang diriku di TanganNya ! sesungguhnya diringankan penungguan itu atas orang mu’min, sehingga adalah itu lebih mudah kepadanya dari shalat fardhu yang dikerjakannya dalam dunia”. Maka bersungguh-sungguhlah bahwa adalah anda dari orang-orang mu’min itu ! maka selama masih ada bagi anda, nafas dari umur anda, maka urusannya adalah kepada anda dan persiapannya di dua tangan anda. Maka bekerjalah pada hari –hari yang pendek untuk hari-hari yang panjang, niscaya anda beruntung dengan keuntungan, yang tiada berkesudahan bagi kegembiraannya ! dan anggaplah hina akan umur anda, bahkan umur dunia, yaitu: 7000 tahun ! bahwa anda jikalau bersabar 7000 tahun umpamanya, untuk anda terlepas, dari hari yang kadarnya 50 ribu, niscaya adalah keuntungan anda itu banyak dan kepayahan anda itu sedikit.
SIFAT HARI KIAMAT, BALA-BENCANA DAN NAMA-NAMANYA.
Maka bersedialah, hai orang yang patut dikasihani untuk hari ini, yang besar urusannya, yang panjang masanya, yang Perkasa Penguasaannya, yang dekat waktunya ! hari, yang anda lihat langit padanya telah pecah-belah, bintang-bintang dari kehuru-haraannya telah bertaburan, bintang-bintang yang cemerlang telah jatuh berceceran, matahari telah digulung, gunung-gunung telah dihilangkan, unta-unta betina telah ditinggalkan, lautan telah bergelombang besar, diri manusia telah dikumpulkan kepada badan, api neraka dinyalakan, taman sorga didekatkan, gunung-gunung telah dirobohkan dan bumi telah dipanjangkan.
Hari, yang kelihatan bumi itu telah digoncangkan dengan kegoncangan yang hebat dan bumi mengeluarkan isinya. Pada hari itu, manusia berangkat dalam beberapa rombongan. Supaya kepada mereka diperlihatkan perbuatannya. Hari, bumi dan gunung-gunung diangkat. Lalu dihancurkan dengan sekali hancur. Maka di hari itu, terjadilah suatu kejadian besar. Dan langit pecah. Maka dia di hari itu menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada pada beberapa penjuru nya. Dan dipikul ‘Arasy Tuhan engkau di atas mereka di hari itu, oleh 8 malaikat. Di hari itu, dihadapkan untuk diperiksa. Tak ada yang tersembunyi dari (perbuatan) kamu barang suatupun.
Hari, yang berjalanlah gunung-gunung dan kelihatanlah bumi itu sebagai suatu dataran.
Hari, yang digoncangkan bumi padanya dengan kegoncangan yang hebat. Gunung-gunung dihancurkan dengan sehancur-hancurnya. Sehingga menjadi debu yang bertaburan.
Hari, yang adalah manusia seperti belalang yang bertebaran. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihembus.
Hari, yang lupa padanya setiap wanita yang menyusukan, dari anak yang disusukannya. Dan setiap wanita yang mengandung melahirkan kandungannya. Engkau melihat manusia sedang mabuk. Tetapi mereka, sebenarnya bukan mabuk. Akan tetapi, azab Allah sangat kerasnya.
Hari, yang digantikan bumi ini dengan bumi yang lain dan langit begitu juga. Dan mereka datang di hadapan Allah, Yang Maha Esa dan Perkasa.
Hari, yang dihancurkan padanya gunung-gunung dengan sehancur-hancurnya. Lalu dibiarkan menjadi tanah datar yang kosong. Tiada engkau melihat di atasnya bertinggi dan berendah.
Hari, engkau melihat gunung-gunung, yang engkau sangka dia itu tetap (tidak bergerak), padahal dia berjalan kencang, sebagai awan berjalan.
Hari, yang langit belah, maka menjadi merah, seperti kulit yang merah. Maka pada hari itu tiada akan ditanyai lagi manusia dan jin tentang dosanya.
Hari, yang dilarang padanya orang yang berbuat maksiat, dari berkata-kata. Dan tidak ditanyakan tentang memikul dosa. Akan tetapi, dipegang dengan keras ubun-ubun dan kaki mereka.
Hari, yang setiap diri dikemukakan kebaikan yang telah dikerjakannya. Dan juga kejahatan yang diperbuatnya. Dia ingin supaya antaranya dengan kejahatan itu ada jarak yang jauh.
Hari, yang setiap diri tahu apa yang dikemukakannya. Dan mengaku apa yang diletakkannya di muka dan apa yang ditinggalkannya di belakang.
Hari, yang membisu padanya lidah dan berbicara anggota-anggota badan.
Hari, yang telah beruban Penghulu segala rasul (Nabi kita Muhammad saw) dengan menyebutkannya. Karena Abubakar Ash-Shiddiq ra berkata kepada beliau: “Aku melihat engkau telah berubah, wahai Rasulullah !”. Nabi saw menjawab: “Diubankan aku oleh membaca Surah Hud dan saudara-saudaranya”. Saudara-saudara Surah Hud, yaitu: Surah Al-Waqiah, Surah Al-Mursalat, Surah ‘Amma Yatasa-alun dan Surah Idzasy-syamsu kuwwirat. Maka wahai pembaca yang lemah. Sesungguhnya keberuntungan anda dari bacaan anda itu, ialah, bahwa: anda membaca Alquran dengan tidak terang hurufnya. Dan anda menggerakkan lidah dengan bacaan itu. Jikalau anda merenungkan pada yang anda bacakan itu, niscaya adalah anda itu pantas dengan dipecahkan empedu anda, daripada yang menjadi uban rambut Penghulu rasul-rasul. Apabila anda cukupkan dengan gerakan lidah saja, maka anda tidak memperoleh buah Alquran. Maka kiamat itu adalah salah satu yang disebutkan dalam Alquran. Dan Allah telah menyifatkan akan sebahagian bala-bencananya dan kebanyakan dari nama-namanya. Untuk anda ketahui, dengan banyak namanya itu kepada banyak maknanya. Maka tidaklah dimaksudkan dengan banyak namanya itu mengulang-ulangi nama
dan gelar. Akan tetapi, maksudnya ialah: memberi peringatan kepada orang-orang yg berakal. Maka setiap nama dari nama-nama kiamat itu membuka rahasia. Dan pada setiap sifat dari sifat-sifatnya itu mempunyai makna. Maka berusahalah untuk mengetahui makna-maknanya itu !
Kami sekarang akan mengumpulkan bagi anda nama-nama kiamat itu, Yaitu:
1.      Hari Kiamat (Yaumul-qiyaamah),
2.      Hari Penyesalan (Yaumul-hasrah),
3.      Hari Menyesal (Yaumul-nadamah),
4.      Hari Perhitungan (Yaumul-muhaasabah),
5.      Hari Pertanyaan (Yaumul-musaa-alah),
6.      Hari Perlombaan (Yaumul-musaabaqah),
7.      Hari Perdebatan (Yaumul-munaaqasyah),
8.      Hari Perlombaan (Yaumul-munaafasah),
9.      Hari Kegoncangan (Yaumuz-zilzalah),
10.    Hari Kebinasaan (Yaumud-damdamah),
11.    Hari Halilintar (Yaumush-shaa’iqah),
12.    Hari Kejadian Yg Sukar (Yaumul-waaqi’ah),
13.    Hari Peristiwa Besar (Yaumul-qaari’ah),
14.    Hari Bumi Bergoncang (Yaumul-raajifah),
15.    Hari Yg Mengiringi Kegoncangan itu (Yaumur-raadifah),
16.    Hari Kejadian Yg Menyelubungi (Yaumul-ghaasyiah),
17.    Hari Bala-bencana (Yaumud-daahiyah),
18.    Hari Yg Sudah Dekat Waktunya (Yaumul-aazifah),
19.    Hari Keadaan Yg Sebenarnya (Yaumul-haaqqah),
20.    Hari Bahaya (Yaumuth-thaammah),
21.    Hari Yg Memekakkan Telinga (Yaumush-shaakh-khah),
22.    Hari Bertemu Dengan Tuhan (Yaumut-talaaq),
23.    Hari Perpisahan (Yaumul-firaaq),
24.    Hari Dihalaukan (Yaumul-maasaaq),
25.    Hari Mengambil Bela (Yaumul-qishaash),
26.    Hari Panggil-memanggil (Yaumul-tanaad),
27.    Hari Hitungan Amal (Yaumul-hisaab),
28.    Hari Kembali (Yaumul-ma-aab),
29.    Hari Azab (Yaumul-adzaab),
30.    Hari Lari (Yaumul-firaar),
31.    Hari Tetap (Yaumul-qaraar),
32.    Hari Bertemu (Yaumul-liqaa’),
33.    Hari Kekal (Yaumul-baqaa’),
34.    Hari Qodo’ (Yaumul-qodoa’),
35.    Hari Balasan (Yaumul-jazaa’),
36.    Hari Percobaan (Yaumul-balaa’),
37.    Hari Menangis (Yaumul-bukaa’),
38.    Hari Berkumpul (Yaumul-hasyr),
39.    Hari Janjian Siksa (Yaumul-waa’iid),
40.    Hari Datang (Yaumul-’aradl),
41.    Hari Timbangan (Yaumul-wazn),
42.    Hari Benar (yaumul-haqq),
43.    Hari Hukuman (Yaumul-hukm),
44.    Hari Pemisahan (Yaumul-fashl),
45.    Hari Berkumpul (Yaumul-jam’i),
46.    Hari Kebangkitan (Yaumul-ba’ts),
47.    Hari Kemenangan (Yaumul-fath),
48.    Hari Kehinaan (Yaumul-khizyi),
49.    Hari Yg Besar Kedudukannya (Yaumul-‘adhiim),
50.    Hari Yg Sial (Yaumun-‘aqiim),
51.    Hari Yg Sukar (Yaumun-‘asiir),
52.    Hari Agama (Yaumud-diin),
53.    Hari Yakin (Yaumul-yaqiin),
54.    Hari Berserak-serak (Yaumun-nusyuur),
55.    Hari Tempat Kembali (Yaumul-mashiir),
56.    Hari Tiupan (Yaumun-nafkhah),
57.    Hari Pekikan (Yaumush-shaihah),
58.    Hari Kegoncangan (Yaumur-rajfah),
59.    Hari Bergerak (Yaumur-rajjah),
60.    Hari Mempertakutkan (Yaumuz-zajrah),
61.    Hari Kemabukan (Yaumus-sakrah),
62.    Hari Ketakutan (Yaumul-faza’),
63.    Hari Kegundahan (Yaumul jaza’),
64.    Hari Kesudahan (Yaumul-muntahaa),
65.    Hari Tempat Tinggal (Yaumul-ma’waa),
66.    Hari Tepat Waktu (Yaumul-miiqaat),
67.    Hari Tempat Kembali (Yaumul-mii’aad),
68.    Hari Tersedia Menanti (Yaumul-mirshaad),
69.    Hari Kekacauan (Yaumul-qalaq),
70.    Hari Keringat (Yaumul-‘araq),
71.    Hari Keperluan (Yaumul-iftiqaar),
72.    Hari Kekeruhan (Yaumul-inkidaar),
73.    Hari Bertebaran (Yaumul-intisyaar),
74.    Hari Terpecahnya Langit (Yaumul-insyiqaaq),
75.    Hari Berhenti (Yaumul-wuquf),
76.    Hari Keluar (Yaumul-khuruuj),
77.    Hari Kekekalan (Yaumul-khuluud),
78.    Hari Terperdaya (Yaumut-taghaabun),
79.    Hari Kesukaran (Yaumun-‘abuus),
80.    Hari Yg Dimaklumi (Yaumun-ma’luum),
81.    Hari Yg Dijanjikan (Yaumun-mau’uud),
82.    Hari Yg Disaksikan (Yaumun-masyhuud),
83.    Hari Yg Tidak Diragukan (Yaumun laa raiba fiih),
84.    Hari Yg Dicobakan Segala Rahasia (Yaumun tublas-saraa-ir),
85.    Hari Yg Tidak Dapat Satu Diri Menggantikan Sesuatu Dari Diri Yg Lain (Yaumun laa tajzii nafsun ‘an nafsin syaian),
86.    Hari Yg Memandang Padanya Segala Mata (Yaumun tash-kha shu fiihil-bashaair),
87.    Hari Yg Seorang Sahabat Tiada Dapat Menolong Sahabatnya Sedikitpun (Yaumun laa yugh-nii maulan ‘an maulan syaian),
88.    Hari Yg Ditolakkan Mereka Ke Neraka Jahannam Dengan Kekerasan (Yaumun Yud-da’uuna ilaa naari jahannama da’-‘an),
89.    Hari Yg Mereka Ditarik Ke Dalam Neraka Atas Mukanya (Yaumun yushabuuna fin-naari-‘alaa wujuu-hihim),
90.    Hari Yg Dibalik-Balikkan Muka Mereka Dalam Neraka (Yaumun tuqalla-bu wujuu-huhum fin-naar),
91.    Hari Yg Tidak Dapat Bapak Menolong Anaknya (Yaumun laa yajzii waalidun ‘an waladihi),
92.    Hari, Yg Lari Manusia Dari Saudaranya, Ibunya Dan Bapaknya (Yaumun yaafirrul-mar-u min akhii-hi wa ummihi wa abiihi),
93.    Hari Yg Mereka Itu Tidak Bercakap-Cakap, Tidak Diizinkan Bagi Mereka, Lalu Mereka Minta Kemaafan (Yaumun laa yan-thiquuna wa laa yu’dzanu lahum fa-ya’tadziruuna),
94.    Hari Yg Tiada Penolakan Baginya Daripada Allah (Yaumun laa maradda lahu minallaah),
95.    Hari Yg Mereka Itu Datang Ke Muka (Yaumun hum baarizuuna),
96.    Hari Yg Mereka Dicoba Atas Neraka (Yaumun hum ‘alan-naari yufta-nuuna),
97.    Hari Yg Tiada Bermanfaat Harta Dan Anak (Yaumun laa yanfa’u maalun wa laa banuuna),
98.    Hari, Yg Tidak Bermanfaat Bagi Orang-Orang Yg Zalim Akan Dalih Mereka Dan Bagi Mereka Kutukan Dan Tempat Tinggal Yg Buruk (Yaumun laa yanfa’udh-dhaali miina ma’dziratuhum wa laa humul-la’natu wa lahum suu-ud-daari),
99.    Hari, Yg Tertolak Padanya Segala Dalih, Dicoba Segala Rahasia, Dilahirkan Segala Isi Hati Dan Disingkapkan Segala Tirai (Yaumun turaddu fiihil ma’aadziiru wa tublas-saraairu wa tudh-harudl-dlamaairu wa tuk-syaful-astaaru).
100.  Hari Yg Tetap Padanya Segala Penglihatan, Tenang Segala Suara, Sedikit Padanya Berpaling, Lahir Segala Yg Tersembunyi Dan Tampak Segala Kesalahan (Yaumun takhsya’u fiihil abshaaru wa taskunul-ashwaatu wa yaqillu fiihil-tifaatu wa tabruzul-khafiyyaatu wa tadh-harul-khathii-atu),
101.  Hari Yg Dihalau Segala Hamba, Yg Bersama Mereka Anggota Badannya Yg Menjadi Saksi, Anak Kecil Menjadi Beruban, Orang Tua Menjadi Mabuk (Yaumun yuusaqul-‘ibaadu wa ma’ahumul-asyhaadu wa yasyiibush-shagiiru wa yaskarul-kabiiru).
Maka pada hari itu, diletakkan neraca, dibuka semua daftar, ditonjolkan neraka jahannam, dibakarkan api yg menyala, dipekikkan api neraka, putus-asalah orang-orang kafir, bernyala-nyalalah api, berubahlah warna, kelulah lidah dan berbicaralah segala anggota badan insan. Maka wahai manusia ! apakah yg memperdayakan engkau dengan Tuhan engkau Yg Maha Pemurah, dimana engkau telah menguncikan pintu-pintu, menurunkan tirai-tirai dan menutupkan diri dari segala makhluk ? lalu engkau mengerjakan segala perbuatan zalim. Maka apakah yg engkau kerjakan ? dan telah menjadi saksi segala anggota badan engkau. Maka binasalah setiap kebinasaan bagi kita, wahai jama’ah orang-orang yg lalai !
Allah mengutus kepada kita Penghulu segala rasul. Dan diturunkanNya kepada Rasul itu Kitab Yg Menjelaskan segala persoalan (Al-Kitaabul-Mubiin). Ia menerangkan kepada kita segala sifat Hari agama (Hari kiamat). Kemudian, diberitahukanNya kepada kita akan kelalaian kita. Ia berfirman: “Telah hampir datang kepada manusia perhitungan mereka, sedangkan mereka masih dalam kelalaian dan tiada memperdulikan nya. Apa-apa peringatan baru yg datang kepada mereka dari Tuhannya, mereka hanya dengar-dengar dan mereka permain-mainkan saja. Hatinya lalai”. S 21 Al Anbiyaa’ ayat 1-2-3. Kemudian, Ia memberitahukan kepada kita akan dekatnya hari kiamat. Allah berfirman: “Telah dekatlah kiamat dan bulan telah belah”. S 54 Al Qamar ayat 1.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya mereka memandangnya masih jauh. Dan kami memandangnya amat dekat”. S 70 Al Ma’arij ayat 6-7. Allah Ta’ala berfirman “Dan tak ada yg dapat memberikan pengetahuan tentang kiamat itu kepada engkau.Mudah-mudahan kiamat itu sudah dekat !” S33 Al Ahzab ayat63
Kemudian, adalah yg paling baik bagi keadaan kita, ialah bahwa kita menjadikan pelajaran Alquran ini amalan. Dan kita tidak memandang pada banyaknya sifat-sifat hari ini dan nama-namanya. Dan kita tidak bersiap untuk melepaskan diri dari segala bencananya. Maka berlindunglah kita dengan Allah dari kelalaian ini, jikalau tidak diperdapatkan kembali oleh Allah dengan keluasan rahmatNya, akan waktu bagi kita.
SIFAT TANYA MENANYAKAN (AL-MUSAA-ALAH).
Kemudian, bertafakkurlah/berkenanglah, wahai orang yg patut dikasihani, sesudah hal-ihwal ini, tentang apa, yg terarah kepada anda, dari pertanyaan dengan mulut, dengan tiada yg menterjemahkan. Maka akan ditanyakan anda dari yg sedikit dan yg banyak, yg halus dan yg tipis. Maka sewaktu anda dalam kesusah han kiamat, keringatnya dan kesangatan besar urusan-urusannya, tiba-tiba turunlah malaikat dari segala jurusan langit dengan tubuh yg besar-besar, badan yg gemuk-gemuk, tegap dan kuat. Mereka diperintahkan untuk mengambil dengan ubun-ubun orang-orang yg berdosa ke tempat perhentian kedatangan kepada Tuhan Yg Maha Perkasa.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla mempunyai malaikat, diantara kedua tepi matanya, perjalanan 100 tahun”. Maka apa sangkaan anda dengan diri anda sendiri, apabila anda melihat seperti para malaikat itu yg diutuskan kepada anda, untuk membawa anda kepada tempat kedatangan itu ? anda akan melihat mereka dengan besarnya tubuh mereka, dengan hati yg hancur karena sukarnya hari itu, yg merasakan dari yg tampak, dari kemarahan Tuhan Yg Maha Perkasa atas para hambaNya.
Dan ketika turunnya para malaikat itu, tidak ada lagi nabi, orang shiddiq dan orang shalih. Kecuali juga, para malaikat itu jatuh tersungkur dengan dagu mereka itu, karena ketakutan dari mereka itu yg akan dibawa. Inilah keadaan orang-orang al-muqarrabin (orang-orang yg mendekatkan dirinya kepada Allah) ! maka apa sangkaan anda dengan orang-orang yg mengerjakan maksiat, yg berdosa ? ketika itu, bersegeralah beberapa kaum dari kesangatan takut, lalu bertanya kepada para malaikat: “Adakah pada kamu Tuhan kami ?”. Yg demikian itu, karena besarnya perarakan para malaikat dan bersangatan kehebatannya. Para malaikat itu terperanjat dari pertanyaan mereka itu, karena keagungan kepada Khaliq (yg maha pencipta)nya, dari adanya Khaliq (yg maha pencipta) itu pada mereka. Maka para malaikat itu menyerukan dengan suara mereka, mentanzihkan (mensucikan) Tuhan mereka, dari apa yg disangkakan oleh penduduk bumi. Dan para malaikat itu menjawab: “Maha Suci Tuhan kami ! tidaklah Dia pada kami. Akan tetapi, Ia akan datang kemudian”.
Ketika itu, berdirilah para malaikat berbaris, yg melihat kepada segala makhluk dari segala jurusan. Dan di atas semua mereka itu, tanda kehinaan, ketundukan, keadaan takut dan kehebatan karena sukarnya hari itu. Dan ketika itu, Allah Ta’ala membenarkan firmanNya: “Sudah tentu nanti Kami akan menanyai umat yg menerima Rasul yg diutus kepada mereka dan Kami juga akan menanyai rasul-rasul itu. Sesungguhnya akan Kami ceritakan kepada mereka menurut pengetahuan dan Kami tidak pernah yg tak hadir”. S 7 Al A’raaf ayat 6-7. Dan firmanNya: “Dan demi Tuhan engkau ! Kami akan menanyai mereka semuanya. Tentang apa yg telah mereka kerjakan”. S 15 Al Hijr ayat 92-93. Maka Allah swt memulai dengan nabi-nabi. FirmanNya: “Pada hari rasul-rasul dikumpulkan oleh Allah, lalu Allah berfirman: “Bagaimanakah sambutan terhadap kamu ? mereka mengatakan: “Kami tidak tahu, tentulah Engkau yg amat tahu perkataan-perkataan yg ghaib”. S 5 Al Maaidah ayat 109.
Maka wahai, karena kesusahan hari, yg tumpullah pada akal nabi-nabi dan terhapuslah ilmu mereka dari sangatnya kehebatan. Karena ditanyakan kepada mereka: “Apakah sambutan terhadap kamu dan kamu telah diutus kepada segala makhluk ? dan mereka itu sudah tahu. Lalu dahsyatlah akal mereka. Maka mereka tidak tahu, apa yg mereka akan jawab. Lalu mereka mengatakan dari sangatnya kehebatan itu: “Kami tidak tahu, tentulah Engkau yg amat tahu perkataan-perkataan yg ghaib”. Mereka pada waktu itu benar. Karena telah terbanglah akal dari mereka dan terhapuslah ilmu, sampai mereka dikuatkan oleh Allah Ta’ala.  
Maka dipanggil Nabi Nuh as. Lalu ditanyakan kepadanya: “Sudahkah engkau sampaikan ?”. Nabi Nuh as menjawab: “Sudah !”. Lalu ditanyakan kepada umatnya: “Sudahkah disampaikannya kepada kamu ?”. Mereka itu menjawab: “Tidaklah datang kepada kami orang yg memperingatkan”.
Didatangkan Nabi Isa as. Lalu Allah Ta’ala berfirman kepadanya: “Adakah engkau katakan kepada manusia: “Ambillah aku dan ibuku menjadi tuhan, selain Allah !”. Maka tinggallah Nabi Isa as dalam keadaan jauh beberapa tahun, di bawah kehebatan pertanyaan itu. Maka wahai alangkah besarnya hari, yg ditegakkan padanya kebijaksanaan ke atas nabi-nabi dengan seperti pertanyaan tersebut.
Kemudian, datanglah para malaikat. Lalu mereka memanggil seorang demi seorang: “Hai Anu anak Anu ! marilah ke tempat perhentian ini !”. Ketika itu terkejutlah sendi-sendi dan gemetarlah segala anggota badan. Lemahlah akal pikiran. Segala kaum berangan-angan bahwa dibawalah mereka ke neraka. Tidak didatangkan amalan mereka yg keji kepada Tuhan Yg Maha Perkasa. Dan tidak disingkapkan yg tertutup bagi mereka, kepada khalayak ramai. Sebelum dimulai dengan pertanyaan, tampaklah cahaya ‘Arasy. Cemerlanglah bumi dengan nur Tuhannya. Dan yakinlah hati setiap hamba dengan datangnya Yg Maha Perkasa untuk tanya-menanyakan dengan hamba. Masing-masing menyangka, bahwa tiada seseorang yg melihatNya, selain dia. Dan dialah yg dimaksudkan dengan diambil dan ditanya, tidak orang lain.
Maka berfirmanlah Yg Maha Perkasa swt ketika itu: “Hai Jibril ! datangkanlah neraka kepadaKu !”. Maka Jibril mendatangkannya, seraya berkata: “Perkenankanlah akan Khalikmu dan Yg Memilikimu !”. Maka Jibril menemui neraka itu di atas kekasarannya dan kemarahannya. Maka tiada lama sesudah panggilan Jibril itu, neraka tadi bergerak, mendidih, berteriak kepada segala makhluk dan memekik. Semua makhluk mendengar akan bunyi kemarahan dan teriakannya. Dan bangkitlah isinya melompat kepada segala makhluk, karena marah kepada orang yg mendurhakai Allah Ta’ala dan menyalahi perintahNya.
Maka guriskanlah di hati anda dan hadirkanlah pada bentuk anda akan keadaan hati hamba-hamba Allah. Dan hati itu sudah penuh dengan kegundahan dan ketakutan. Lalu berjatuhanlah mereka dengan terduduk atas lutut. Dan mereka itu berpaling dengan membelakang. Hari, yg terlihatlah setiap umat yg jatuh terduduk. Dan sebahagian mereka itu jatuh di atas muka yg bertelungkup. Orang-orang maksiat dan orang-orang zalim itu menyerukan dengan kebinasaan dan kerugian. Dan orang-orang shiddiq menyerukan: nafsi-nafsi (masing-masing atau sendiri-sendiri). Sewaktu mereka itu dalam keadaan seperti yg demikian, tiba-tiba neraka itu memekik dengan pekikan yg kedua. Maka berlipat-gandalah ketakutan mereka dan lemahlah kekuatan mereka. Mereka itu menyangka, bahwa mereka akan diambil. Kemudian, neraka itu memekik yg ketiga. Maka berjatuhanlah segala makhluk keatas muka mereka. Mereka memandang dengan penglihatan mereka, yg melihat dari segi yg tersembunyi, lagi hina. Dan hancurlah ketika itu hati orang-orang yg zalim. Maka sampailah kerongkongan itu tercekik. Dan lumpuhlah akal pikiran dari orang-orang yg berbahagia dan yg sengsara semuanya. Sesudah itu, Allah Ta’ala melihat kepada rasul-rasul dan berfirman: “Apakah sambutan mereka terhadap kamu ?”. Tatkala mereka itu melihat, apa yg telah ditegakkan dari kebijaksanaan atas nabi-nabi, maka bersangatanlah kegundahan atas orang-orang yg maksiat. Lalu larilah bapak dari anaknya, saudara dari saudaranya dan suami dari isterinya. Dan masing-masing tetaplah menunggu urusannya.
Kemudian, diambil seorang demi seorang. Maka Allah Ta’ala menanyakannya secara langsung dari sedikit dan banyaknya amal, tersembunyi dan terangnya dan dari semua anggota badannya dan sendinya.
Abu Hurairah ra berkata: “Mereka itu (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah! adakah engkau melihat Tuhan kita pada hari kiamat?” Beliau menjawab: “Adakah mendatangkan melarat bagi kamu pada memandang matahari waktu rembang, yg tidak ada awan padanya ?”. Mereka itu menjawab: “Tidak !”. Rasulullah saw menyambung lagi: “Adakah mendatangkan melarat bagi kamu pada memandang bulan pada malam purnama, yg tidak ada awan padanya ?”. Mereka itu menjawab: “Tidak !”. Rasulullah saw lalu menyambung: “Maka demi Tuhan yg diriku di TanganNya ! tidaklah mendatangkan melarat bagimu pada melihat Tuhanmu. Ia menemui hamba, lalu Ia berfirman kepadanya: “Adakah tidak Aku memuliakan engkau ? Aku jadikan engkau menjadi kepala. Aku kawinkan engkau. Aku jadikan bagi engkau kuda dan unta. Aku biarkan engkau menjadi kepala dan mengambil ¼ dari harta rampasan perang”. Hamba itu menjawab: “Ya !”. Lalu Allah Ta’ala berfirman: “Adakah engkau menyangka, bahwa engkau bertemu dengan Aku ?”. Hamba itu menjawab: “Tidak !”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Maka Aku melupakan engkau, sebagaimana engkau melupakan Aku ?”. Maka bayangkanlah akan diri engkau, hai orang yg patut dikasihani, bahwa malaikat telah memegang kedua lengan engkau. Dan engkau itu berdiri di hadapan Allah Ta’ala, yg bertanya kepada engkau secara langsung. Ia berfirman kepada engkau: “Adakah tidak Aku memberi nikmat kepada engkau dengan kemudaan ? maka pada apakah kemudaan itu engkau habiskan ? adakah tidak Aku lamakan umur engkau ? maka pada apakah umur itu engkau lenyapkan ? adakah tidak Aku berikan rezeki engkau dengan harta ? maka darimanakah engkau mengusahakannya ? dan pada apakah engkau membelanjakannya ? adakah tidak Aku memuliakan engkau dengan ilmu ? maka apakah yg engkau kerjakan pada yg engkau ketahui itu ?”.
Maka betapakah engkau melihat malunya engkau dan kesipu-sipuan engkau. Dan Dia menghitung kepada engkau akan segala nikmatNya dan kemaksiatan engkau. Segala rahmatNya & segala kejahatan engkau. Kalau engkau mengingkarinya, niscaya anggota badan engkau menjadi saksi atas engkau.
Anas ra berkata: “Adalah kami bersama Rasulullah saw. Lalu beliau tertawa dan bersabda: “Tahukah engkau mengapa aku tertawa ?”. Kami menjawab: “Allah dan RasulNya yg lebih mengetahui”. Nabi saw lalu bersabda: “Dari berhadapannya hamba dengan Tuhannya, yg bertanya: “Hai Tuhanku ! adakah tidak Engkau tarik aku dari kezaliman ?”. Nabi saw menerangkan: “Allah berfirman: “Ya, ada !”. Nabi saw bersabda: “Hamba itu lalu berkata: “Bahwa aku tidak membolehkan atas diriku, melainkan menjadi saksi daripadaku”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Cukuplah pada hari ini, engkau membuat perhitungan atas diri sendiri. Dengan para malaikat penulis amal itu menjadi saksi”. Nabi saw bersabda: “Maka dicapkan atas mulutnya. Dan dikatakan kepada anggota-anggota badannya: “Berbicaralah !”. Nabi saw menyambung: “Maka anggota-anggota badannya itu menuturkan tentang amal perbuatannya. Kemudian dibiarkan diantaranya dan perkataan itu. Lalu ia mengatakan kepada anggota-anggota badannya: “Jauh bagi kamu dari hancur ! maka dari kamulah, aku itu mempertahankan diri”. Maka kita berlindung dengan Allah daripada tersiarnya kepada seluruh makhluk, dengan kesaksian anggota-anggota badan itu. Selain bahwa Allah Ta’ala menjanjikan kepada orang mu’min, dengan menutupkan amalannya. Dan tidak diperlihatkanNya kepada orang lain.
Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar, dengan mengatakan kepadanya: “Bagaimana engkau mendengar Rasulullah saw, yg mengatakan tentang rahasia ?”. Ibnu Umar menjawab: “Rasulullah saw bersabda: “Seseorang kamu itu dekat dengan Tuhannya, sehingga ia meletakkan pangkuannya atasNya. Lalu Tuhannya berfirman: “Engkau telah mengerjakan itu-itu”. Hamba itu menjawab: “Ya, benar !”. Lalu Tuhan berfirman: “Engkau telah mengerjakan itu-itu”. Hamba itu lalu menjawab: “Ya, benar !”. Kemudian Tuhan berfirman: “Bahwa Aku menutupkannya atasmu didunia. Dan Aku mengampunkannya bagimu hari ini”.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menutupkan atas orang mu’min akan auratnya (yg memalukannya kalau diketahui orang), niscaya Allah menutupkan auratnya pada hari kiamat”. Maka ini sesungguhnya diharapkan bagi hamba yg mu’min untuk menutupkan atas manusia akan kekurangannya. Dan dimungkinkan pada dirinya akan keteledoran mereka. Ia tidak menggerakkan lidahnya dengan menyebutkan keburukan-keburukan mereka. Dan ia tidak menyebutkan mereka di belakangnya, dengan yg tidak disenangi mereka, kalau didengarnya.
Maka ini pantas dengan dibalasi dengan sepertinya pada hari kiamat. Umpamakanlah, bahwa orang itu telah menutupkannya kepada orang lain. Apakah tidak mengetuk pendengaran engkau oleh panggilan untuk datang ke hadapan Tuhan ? maka mencukupilah akan engkau oleh ketakutan itu, sebagai balasan dari dosa-dosa engkau. Karena akan diambil dengan ubun-ubun engkau, lalu dituntun. Dan hati engkau bergoncang dan akal engkau terbang. Sendi-sendi engkau gemetar. Anggota-anggota badan engkau menggeletar. Warna engkau berobah. Dan dunia atas engkau dari bersangatan huru-haranya itu menjadi gelap. Maka umpamakanlah diri engkau dan engkau dengan sifat ini, melangkahi leher dan mengoyakkan barisan. Dan engkau dituntun, sebagaimana engkau menuntun kuda yg ditarik dalam perarakan. Dan segala makhluk telah mengangkatkan kepada engkau matanya. Maka umpamakanlah akan diri engkau, bahwa engkau dalam tangan orang-orang yg diperserahi engkau atas sifat ini. Sehingga berkesudahan dengan engkau kepada ‘Arasy Tuhan Yg Maha Pengasih. Lalu mereka melemparkan engkau dari tangannya.
Dan Allah swt memanggilkan engkau dengan keagungan firmanNya: “Hai anak Adam ! dekatilah kepadaKu !”. Lalu engkau mendekatiNya dengan hati berdebar, gundah dan takut, mata yg khusyu’ dan hina dan jantung yg hancur. Dan diserahkan kepada engkau akan suratan amalan (al-kitab) engkau, yg tidak meninggalkan yg kecil dan yg besar. Melainkan dihinggakannya semuanya. Maka berapa banyak yg keji yg telah engkau lupakan, lalu engkau teringat kembali. Berapa banyak amalan taat, yg telah engkau lengahkan daripada bahaya-bahayanya, lalu tersingkaplah bagi engkau dari keburukan-keburukannya. Berapa banyak malu dan tidak berani. Berapa banyak tertahan dan kelemahan. Maka kiranya aku tahu, dengan tapak kaki yg mana engkau berdiri di hadapan Nya. Dengan lidah yg mana engkau menjawab. Dan dengan hati yg mana engkau berfikir akan apa yg engkau katakan. Kemudian, bertafakkurlah / berkenanglah tentang sangatnya malu engkau apabila Ia menyebutkan kepada engkau akan dosa engkau dengan langsung.
Karena IA berfirman: “Hai hambaKu ! apakah engkau tidak malu kepadaKu, lalu engkau melahirkan kepadaKu dengan keburukan ? dan engkau malu kepada makhlukKu, lalu engkau lahirkan kepada mereka dengan kebagusan ? adakah Aku lebih enteng kepada engkau dari hamba-hambaKu yg lain ? engkau memandang ringan dengan pandanganKu kepada engkau. Lalu engkau tidak ambil perduli. Dan engkau menganggap penting pandangan yg lain dari Aku. Apakah tidak Aku memberikan nikmat kepada engkau ? maka apakah yg memperdayakan engkau terhadap Aku ? adakah engkau menyangka, bahwa Aku tidak melihat engkau dan engkau tidak akan bertemu dengan Aku ?”.
Nabi saw bersabda: “Tiada seorangpun dari kamu, melainkan ia akan ditanyakan oleh Allah Tuhan semesta alam, yg tidak ada diantaranya dan Tuhan itu hijab dan penterjemah”. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya akan berdiri seorang kamu di hadapan Allah ‘Azza Wa Jalla, yg tiada diantaranya dan Tuhan itu hijab. Lalu Tuhan berfirman kepadanya: “Apakah tidak Aku memberikan nikmat kepadamu ? apakah tidak Aku datangkan harta kepadamu ?”. Hamba itu menjawab: “Ada !”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Adakah tidak Aku utuskan kepadamu seorang rasul ?”. Hamba itu menjawab: “Ada !”. Kemudian, hamba itu memandang dari kanannya, maka ia tidak melihat, selain neraka. Kemudian, ia memandang dari kirinya, maka ia tiada melihat, selain neraka. Maka hendaklah seorang kamu itu menjaga diri dari neraka, walaupun dengan sekeping kurma ! maka jikalau tidak diperolehnya, maka dengan perkataan yg baik”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Tiada seorangpun dari kamu, melainkan Allah ‘Azza Wa Jalla akan bersendirian dengan dia, sebagaimana seseorang kamu bersendirian dengan bulan pada malam purnama raya. Kemudian, Ia berfirman: “Hai anak Adam ! apakah yg memperdayakan engkau dengan Aku ? hai anak Adam ! apakah yg engkau kerjakan dari apa yg engkau ketahui ? hai anak Adam ! apakah yg engkau sambut dengan rasul-rasul ? hai anak Adam ! adakah tidak Aku itu mengintip dengan mata engkau dan engkau melihat dengan mata itu, kepada apa yg tidak halal bagi engkau ? adakah tidak Aku itu mengintip atas dua telinga engkau ?”. Dan begitulah, sehingga Ia menghitung anggota-anggota badan lainnya.
Mujahid berkata: “Senantiasalah dua tapak kaki hamba itu pada hari kiamat di hadapan Allah ‘Azza Wa Jalla. Sehingga Ia menanyakannya dari 4 perkara: dari umurnya pada apa dihabiskannya. Dari ilmunya, apa yg dikerjakannya dengan ilmu itu. Dari tubuhnya, pada apa dipergunakannya. Dan dari hartanya, darimana diusahakannya dan pada apa dibelanjakannya”. Maka tingatkanlah, hai orang yg patut dikasihani, dengan malunya engkau pada yg demikian dan dengan berbahayanya engkau ! maka engkau diantara dikatakan kepada engkau: “Aku tutupkan kekurangan-kekurangan itu atas engkau di dunia. Dan Aku mengampunkannya bagi engkau pada hari ini”. Maka ketika itu, sangatlah kegembiraan engkau dan kesenangan engkau. Orang-orang dahulu dan orang-orang kemudian suka kepada engkau”.
Adakalanya dikatakan kepada para malaikat: “Ambillah hamba yg jahat ini ! lalu belenggukanlah dia ! kemudian, masukkanlah dia ke neraka jahannam !”. Dan ketika itu, jikalau menangislah langit dan bumi kepada engkau, niscaya adalah yg demikian itu pantas, disebabkan besarnya musibah atas engkau dan sangatnya penyesalan engkau atas yg telah engkau sia-siakan padanya, dari ketaatan kepada Allah. Dan atas apa, yg telah engkau jualkan akhirat engkau dengan dunia yg hina, yg tidak akan kekal bersama engkau.
SIFAT NERACA.
Kemudian, jangan lupa anda dari berfikir tentang neraca. Dan berserakan surat-surat amal kepada tangan kanan dan tangan kiri. Maka manusia sesudah pertanyaan itu 3 golongan.
- Suatu golongan tiada bagi mereka itu kebaikan. Maka keluarlah dari neraka, batang leher yg hitam. Lalu memungut mereka, seperti memungut burung yg disukai. Dilipatnya mereka dan dicampakkannya dalam neraka. Lalu mereka itu ditelan oleh neraka. Dan diserukan kepada mereka: kesengsaraan, tiada kebahagiaan sesudahnya.
- Golongan yg lain (kedua), tiada kejahatan bagi mereka. Lalu diserukan oleh yg menyerukan: “Hendaklah bangun orang-orang yg memuji Allah, di atas segala hal. Lalu mereka itu berdiri dan berjalan ke sorga. Kemudian, diperbuat yg demikian itu dengan orang-orang yg bangun mengerjakan shalat malam. Kemudian, dengan orang, yg tidak disibukkan oleh perniagaan dunia dan dengan jual-belinya, daripada mengingati Allah Ta’ala. Dan diserukan kepada mereka: kebahagiaan, yg tidak ada kesengsaraan sesudahnya.
- Dan tinggallah golongan yg ketiga. Yaitu: mereka yg terbanyak, yg mencampur-adukkan amal shalih dan yg lain, amal buruk. Kadang-kadang tersembunyi kepada mereka dan tidak tersembunyi kepada Allah Ta’ala, bahwa yg banyak itu kebaikan mereka atau kejahatan. Akan tetapi, Allah enggan, selain bahwa Ia memperkenalkan yg demikian itu kepada mereka. Supaya jelaslah kurniaNya ketika memaafkan dan keadilanNya ketika menyiksakan.
Maka berserak-seraklah lembaran-lembaran dan kitab-kitab amal, yg terlipat atas kebaikan dan kejahatan. Ditegakkanlah neraca dan dipandanglah oleh semua mata kepada kitab-kitab itu. Adakah jatuh pada tangan kanan atau pada tangan kiri ? kemudian dipandang kepada daun neraca, adakah ia miring ke sudut kejahatan atau ke sudut kebajikan ? Inilah keadaan yg dahsyat, yg menjadi kurang ingatan akal pikiran segala makhluk.
Diriwayatkan Al-Hasan Al-Bashari, bahwa Rasulullah saw, adalah kepalanya dan pada pangkuan ‘Aisyah. Lalu ia mengantuk. Maka ‘Aisyah mengingati akhirat, lalu menangis. Sehingga mengalirlah air matanya. Lalu menitik atas pipi Rasulullah saw. Maka beliau terbangun, seraya bersabda: “Apakah yg menyebabkan engkau menangis, wahai ‘Aisyah ?”. ‘Aisyah menjawab: “Aku teringat akan akhirat. Adakah engkau memperingatkan keluarga engkau hari kiamat ?”. Nabi saw menjawab: “Demi Tuhan, yg diriku di TanganNya ! pada 3 tempat. Bahwa seseorang itu tiada mengingatkan, selain dirinya sendiri, apabila diletakkan neraca dan ditimbangkan amal. Sehingga anak Adam itu memandang, adakah ringan timbangannya atau berat. Dan pada lembaran-lembaran amal. Sehingga ia melihat, adakah dengan tangan kanannya, ia mengambil kitab amalnya atau dengan tangan kirinya ? dan pada titian”.
Dari Anas, yg mengatakan: “Anak Adam itu dibawa pada hari kiamat, sehingga ia disuruh berdiri diantara dua daun neraca. Dan diwakilkan seorang malaikat dengan dia. Kalau neracanya berat, niscaya malaikat itu menyerukan dengan suara yg dapat didengar oleh segala makhluk: “Berbahagialah si Anu, dengan kebahagiaan, yg ia tiada akan sengsara lagi untuk selama-lamanya sesudahnya”. Ketika ringanlah daun neraca kebajikan, maka datanglah para malaikat pengawal neraka (az-zabaniyah). Di tangan mereka itu sarung jari dari besi. Atas mereka kain dari api neraka. Lalu mereka itu mengambil yg bahagian neraka ke neraka.
Rasulullah saw bersabda tentang hari kiamat: “Bahwa itu adalah hari, yg dipanggil oleh Allah Ta’ala padanya, nabi Adam as. Maka Allah Ta’ala berfirman kepadanya: “Bangunlah, hai Adam ! maka bangkitlah sebagai bangkitnya neraka !”. Adam lalu bertanya: “Berapa bangkitnya neraka ?”. Allah Ta’ala menjawab: “Dari setiap 1000, adalah 999”. Tatkala para sahabat mendengar yg demikian, maka mereka itu berduka-cita, sehingga tiada tampak dari mereka itu yg tertawa. Tatkala Rasulullah saw melihat apa yg pada para sahabatnya, lalu beliau bersabda: “Bekerjalah dan bergembiralah ! demi Tuhan, yg diri Muhammad di TanganNya ! bahwa bersama kamu dua tabiat, yg tidak ada sekali-kali bersama seseorang, melainkan membanyakkannya bersama orang yg binasa, dari anak Adam dan anak Iblis”. Para sahabat bertanya: “Apakah yg dua tabiat itu, wahai Rasulullah ?”. Nabi saw menjawab: “Ya’juj dan Ma’juj”. Kata perawi: “Maka gembiralah kaum itu. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Bekerjalah dan bergembiralah ! demi Tuhan, yg diri Muhamad di TanganNya tidaklah kamu pada manusia di hari kiamat itu, selain seperti kutil pada lembung unta atau seperti bintik-bintik pada lengan binatang.
SIFAT PERMUSUHAN DAN PENOLAKAN KEZALIMAN.
Anda sudah mengetahui akan huru-haranya neraca dan bahayanya. Bahwa mata itu melihat kepada daun neraca. Allah Ta’ala berfirman: “Adapun orang yg berat timbangan (amal baik)nya. Orang itu dalam kehidupan yg senang (puas). Tetapi orang yg ringan timbangan (amal baik)nya. Tempat tinggalnya lobang (yg amat dalam). Dan apakah yg menyebabkan engkau mengerti, apakah itu ? api yg menyala”. S 101 Al Qaari’ah ayat 6 - 11. Ketahuilah, bahwa tidak terlepas dari bahaya neraca, selain orang yg memperhitungkan dirinya di dunia. Dan menimbang padanya dengan timbangan syara’ (agama) akan segala amal perbuatan dan perkataannya, segala gurisan dan detiknya, sebagaimana kata Umar ra: “Perhitungkanlah akan dirimu, sebelum kamu diperhitungkan. Timbangkanlah, sebelum kamu ditimbangkan !”.
Sesungguhnya perhitungan (hisab)nya bagi dirinya itu, ialah: bahwa ia bertaubat dari setiap kemaksiatan sebelum mati, dengan taubat nashuha. Dan ia memperoleh kembali apa yg telah disia-siakannya daripada keteledorannya, tentang yg difardhukan oleh Allah Ta’ala. Ia mengembalikan segala harta yg zalim, biji demi biji. Ia minta dihalalkan (minta maaf) setiap apa yg telah diperbuatnya, dengan lidahnya, tangannya dan keburukan sangkanya dengan hatinya. Dan ia berbaik hati dengan hati mereka. Dan tidak ada lagi padanya kezaliman dan perbuatan fardhu yg tidak diselesaikan. Maka inilah yg memasukkan ke sorga, dengan tiada hisab (perhitungan amal). Kalau ia mati sebelum mengembalikan hal-hal kezaliman, niscaya ia dikelilingi oleh musuh-musuhnya. Maka musuh ini memegang tangannya. Ini menggenggam ubun-ubunnya. Ini bergantung dengan lehernya.
Ini mengatakan: “Engkau berbuat zalim kepadaku”.
Ini mengatakan: “Engkau memaki aku”.
Ini mengatakan: “Engkau mengejek aku”.
Ini mengatakan: “Engkau sebutkan aku di belakang, dengan yg memburukkan aku”.
Ini mengatakan: “Engkau bertetangga dengan aku, lalu engkau berbuat jahat dengan tetangga”.
Ini mengatakan: “Engkau melakukan muamalah/perdagangan dengan aku, lalu engkau menipu aku”.
Ini mengatakan: “Engkau berjual-beli dengan aku, lalu engkau menipu-dayakan aku, engkau sembunyikan daripadaku, akan kekurangan barang engkau”.
Ini mengatakan: “Engkau berdusta tentang harga barang perniagaan engkau”.
Ini mengatakan: “Engkau melihat aku memerlukan dan engkau itu orang yg kaya. Lalu engkau tidak memberikan makanan kepadaku”.
Ini mengatakan: “Engkau dapati aku teraniaya dan engkau sanggup menolak kezaliman daripadaku. Maka engkau berbaik-baikkan dengan orang yg berbuat zalim dan engkau tidak memperhatikan aku”. Di waktu engkau seperti yg demikian dan orang-orang yg bermusuh-musuhan itu telah menancapkan kukunya pada engkau dan mereka mengokohkan pada leher engkau tangannya dan engkau itu tercengang keheranan dari banyaknya mereka. Sehingga tidak tinggal lagi dalam umur engkau seorangpun, yg engkau berdagang dengan dia atas uang dirham atau yg engkau duduk-duduk dengan dia pada suatu majelis. Melainkan ia telah berhak atas engkau oleh perbuatan zalim, dengan umpatan atau pengkhianatan atau memandang dengan mata kehinaan. Dan engkau lemah dari melawan mereka dan memanjangkan leher pengharapan kepada Penghulu dan Tuan engkau, semoga Ia melepaskan engkau dari tangan mereka. Karena telah diketukkan pendengaran engkau oleh seruan Yg Maha Perkasa, Yg Maha Agung, dengan firmanNya: “Pada hari ini setiap diri menerima balasan, menurut yg diusahakan nya. Tidak ada ketidak-adilan hari ini”. S 40 Al Mukmin ayat 17. Maka ketika itu, tercabutlah hati engkau dari ketakutan. Engkau meyakinkan diri engkau dengan kebinasaan. Dan engkau teringat akan yg diperingatkan oleh Allah Ta’ala dengan lisan RasulNya, dimana Ia berfirman: “Dan janganlah kamu menganggap bahwa Allah tidak memperdulikan perbuatan orang-orang yg zalim itu. Hanyalah Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari ketika itu pemandangan terbuka. Mereka terburu-buru, mengangkatkan kepalanya ke atas, pemandangan mereka tiada mengedip, tetapi hati mereka kosong. Dan peringatkanlah kepada manusia !”. S 14 Ibrahim ayat 42-43-44. Alangkah bersangatan kegembiraan engkau pada hari ini dengan berkumur-kumurnya mulut engkau dengan kehormatan manusia ! dan engkau ambil harta mereka. Alangkah bersangatan penyesalan engkau pada hari ini, apabila Tuhan engkau tegak berdiri di atas permadani keadilan dan langsung berbicara dengan kata-kata kebijaksanaan. Dan engkau itu orang yg jatuh, yg miskin, yg lemah, yg hina, yg tidak mampu mengembalikan hak orang atau melahirkan alasan. Maka pada ketika itu, diambil kebaikan-kebaikan engkau, yg telah engkau payahkan umur engkau padanya. Dan engkau pindahkan kepada orang-orang yg bermusuhan dengan engkau, untuk ganti dari hak-hak mereka.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Adakah kamu tahu, siapakah orang yg muflis itu ?”. Kami menjawab: “Orang muflis pada kami, wahai Rasulullah, ialah: siapa yg tiada mempunyai dirham, dinar dan harta benda”. Nabi saw menjawab: “Orang muflis dari umatku, ialah: siapa yg datang pada hari kiamat, dengan shalat, puasa dan zakat. Ia datang dan ia telah memaki si Ini, telah menuduh berzina si Ini, telah memakan harta si Ini, telah menumpahkan darah si Ini dan telah memukul si Ini. Maka diberikan kepada si Ini dari kebaikannya dan kepada si Ini dari kebaikannya. Dan kalau sudah habis kebaikannya, sebelum terselesaikan apa yg harus atasnya, niscaya diambilkan dari kesalahan mereka itu, lalu dilemparkan ke atasnya. Kemudian, ia dilemparkan dalam neraka”. Maka perhatikanlah kepada musibah engkau pada hari yg seperti ini ! karena tiada diserahkan bagi engkau kebaikan dari bahaya ria dan tipuan setan. Maka kalau diserahkan suatu kebaikan pada setiap masa yg panjang, niscaya bersegeralah orang-orang yg bermusuhan dengan engkau dan mengambilkannya. Semoga, jikalau engkau melakukan perhitungan akan diri engkau dan engkau rajin atas berpuasa di siang hari dan melakukan shalat di malam hari, niscaya engkau tahu, bahwa tiada berlalu satu haripun dari engkau, melainkan berlalu atas lidah engkau dari umpatan kepada orang-orang muslim, yg menghabiskan semua kebaikan engkau. Maka bagaimana dengan sisa kejahatan dari memakan yg haram dan harta yg diragukan halalnya (harta subhat / diragukan), dan keteledoran pada perbuatan taat ? bagaimana engkau mengharapkan kelepasan dari perbuatan zalim, pada hari yg diambil bela padanya untuk kambing yg tidak bertanduk dari kambing yg bertanduk ? Diriwayatkan Abu Dzar, bahwa Rasulullah saw melihat dua ekor kambing yg berkelahi, lalu bersabda: “Hai Abu Dzarr ! adakah engkau tahu, tentang apa maka kedua ekor kambing itu berkelahi ?”. Aku menjawab: “Tidak !”. Nabi saw lalu bersabda: “Akan tetapi Allah tahu dan akan menghukum diantara kedua ekor kambing itu pada hari kiamat”.
Abu Hurairah berkata tentang firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan binatang-binarang yg ada di bumi dan burung yg terbang dengan kedua sayapnya, adalah sebagai bangsa-bangsa seperti kamu juga”. S 6 Al An’aam ayat 38. Bahwa Allah Ta’ala mengumpulkan makhluk semuanya pada hari kiamat, binatang-binatang ternak, binatang-binatang lain, burung dan setiap sesuatu. Maka sampailah dari keadilan Allah Ta’ala bahwa Ia mengambil bagi kambing yg tidak bertanduk dari kambing yg bertanduk. Kemudian Ia berfirman: “Jadilah engkau itu tanah !”. Yg demikian ini, adalah ketika orang kafir mengatakan: “Mudah-mudahan aku ini menjadi tanah !”. Maka bagaimana anda, hai orang yg patut dikasihani, pada hari yg anda lihat akan lembaran amal anda, kosong dari kebaikan, yg lamalah padanya kepayahan anda. Lalu anda bertanya: “Di manakah kebaikan-kebaikanku ?”. Lalu dijawabkan: “Telah dipindahkan ke halaman amal orang-orang yg bermusuh dengan kamu. Dan lihatlah, bahwa halaman amal kamu itu sudah terisi dengan kejahatan-kejahatan, yg lamakah kelelahan engkau bersabar daripadanya. Dan bersangatanlah kesungguhan engkau dengan sebab mencegah daripadanya. Lalu engkau berkata: “Hai Tuhanku ! ini adalah kejahatan-kejahatan yg tiada sekali-kali aku mengerjakannya”. Lalu dijawabkan: “Ini adalah kejahatan orang-orang yg engkau mengumpati mereka, yg engkau memaki mereka, yg engkau maksudkan mereka dengan kejahatan, yg engkau berbuat zalim kepada mereka pada berjual-beli, bertetangga, berbicara, berdebat, bertukar-pikiran, berbahas pelajaran dan berbagai macam muamalah yg lain !”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa setan itu berputus-asa, bahwa disembahkan patung berhala di bumi Arab ini. Akan tetapi, setan akan senang pada kamu, dengan yg kurang dari yg demikian, dengan hal-hal yg hina. Yaitu: hal-hal yg membinasakan amal. Maka peliharalah dari kezaliman, menurut yg kamu sanggupi ! bahwa hamba itu akan datang pada hari kiamat, dengan seperti gunung dari ketaatan. Maka ia melihat, bahwa ketaatan-ketaatan itu akan melepaskannya. Maka senantiasalah hamba itu datang, lalu berkata: “Hai Tuhan ! bahwa si Anu berbuat zalim kepadaku dengan sesuatu kezaliman”. Lalu hamba itu menyambung: “Hapuskanlah dari kebajikan-kebajikannya !”. Maka senantiasalah hamba itu seperti yg demikian. Sehingga tiada tinggal lagi dari kebaikan-kebaikannya sesuatu. Bahwa hal yg demikian itu adalah seperti orang-orang yg bermusafir, yg singgah di padang belantara dari bumi, yg tidak ada bersama mereka itu kayu api. Maka bercerai-berailah kaum musafir itu, lalu mereka itu memasang kayu api. Mereka itu tidak menunggu, bahwa membesarkan api mereka. Dan mereka berbuat apa yg dikehendakinya. Dan seperti demikianlah dosa-dosa itu”.
Tatkala turun firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati. Kemudian itu, kamu pada hari kebangkitan (kiamat) akan bertengkar di hadapan Tuhan kamu”. S 39 Az Zumar ayat 30-31.
Az-Zubair bertanya: “Wahai Rasulullah ! adakah diulang-ulangi kepada kita, akan apa yg ada diantara kita didunia serta dosa-dosa tertentu ?”. Nabi saw menjawab: “Ya, akan diulang-ulangi kepada kamu. Sehingga kamu menunaikan kepada setiap yg berhak akan haknya”. Az-Zubair menjawab: “Demi Allah, sungguh urusan itu sangat berat”. Maka pandanglah besar akan kesangatan hari, yg tidak dilonggarkan padanya dengan satu langkah, tidak dilewatkan padanya dari satu tamparan dan tidak dari sepatah perkataan. Sehingga diambil balasan untuk orang yg teraniaya dari orang yg menganiayanya.
Anas berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Dihimpunkan oleh Allah akan hamba dengan bertelanjang, berdebu dan buhman”. Anas menyambung riwayatnya: “Lalu kami bertanya: “Apakah buhman itu ?”. Rasulullah saw menjawab: “Tiada bersama mereka itu sesuatu.
Kemudian, mereka diserukan oleh Tuhannya Yg Maha Tinggi, dengan suara yg didengar oleh orang yg jauh, sebagaimana didengar oleh orang yg dekat: “Aku raja, Aku yg perkasa ! tiada seyogyalah bagi seseorang isi sorga bahwa ia masuk sorga, sedang bagi seseorang dari isi neraka ada kezaliman atasnya. Sehingga Aku ambil bela untuk isi neraka itu dari isi sorga. Dan tiada bagi seseorang dari isi neraka, bahwa ia masuk neraka, sedang bagi seseorang dari isi sorga ada kezaliman padanya. Sehingga Aku ambil bela untuk isi sorga itu daripadanya. Walaupun hanya sekali tampar”.
Kami lalu bertanya: “Bagaimana dan sesungguhnya kita datang kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dengan telanjang, berdebu dan buhman (Tiada bersama mereka itu sesuatu) ?” Nabi saw lalu menjawab: “Dengan kebaikan dan kejahatan, maka bertaqwalah kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah !”. Berbuat kezaliman kepada hamba-hamba itu, ialah dengan mengambil harta mereka, membentangkan hal-hal yg menyangkut dengan kehormatan mereka, menyempitkan hati mereka dan berakhlak jahat dalam bergaul dengan mereka. Sesungguhnya diantara hamba dan Allah itu ada kekhususan. Maka memohonkan ampunan itu hendaklah lebih cepat. Dan orang yg terkumpul padanya perbuatan-perbuatan zalim dan ia telah bertaubat daripadanya dan sukar atasnya meminta dihalalkan/dimaafkan oleh orang-orang yg dianiayanya, maka hendaklah ia memperbanyakkan kebaikan-kebaikannya bagi hari penuntutan bela. Dan hendaklah ia sembunyikan akan sebahagian kebaikan-kebaikan itu, diantaranya dan Allah dengan kesempurnaan ikhlas, dimana tiada yg melihat, selain Allah. Semoga yg demikian itu mendekatkannya kepada Allah Ta’ala. Maka ia memperoleh dengan yg demikian itu akan kasih-sayangNya, yg disimpankanNya bagi kekasih-kekasihNya orang mu’min, pada penolakan kezaliman hamba dari mereka.
                  Sebagaimana diriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah saw, bahwa Anas berkata: “Sewaktu Rasulullah saw sedang duduk, tiba-tiba kami melihatnya tertawa, sehingga tampaklah gigi depannya. Umar lalu bertanya:“Demi engkau, ayahku dan ibuku! apakah yg mentertawakan engkau?” Nabi saw menjawab: “Dua orang laki-laki dari umatku duduk berlutut di hadapan Tuhan Rabbul-‘izzah. Lalu salah seorang dari keduanya berkata: “Hai Tuhanku ! ambillah bagiku kezalimanku dari saudaraku !”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Berilah kepada saudaramu kezalimannya !”. Yg seorang tadi menjawab: “Hai Tuhanku ! tiada tinggal lagi dari kebaikanku sesuatu”. Maka Allah Ta’ala berfirman kepada yg meminta tadi: “Bagaimana engkau berbuat dan tiada tinggal lagi dari kebaikannya sesuatu”. Orang itu menjawab: “Hai Tuhanku ! ia menanggung daripadaku akan segala dosaku”. Anas meneruskan riwayatnya: “Dan bercucuran lah air mata Rasulullah saw dengan menangis.
Kemudian beliau bersabda: “Bahwa yg demikian itu adalah suatu hari yg berat, hari yg diperlukan oleh manusia, untuk diangkat daripadanya akan dosa-dosanya”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Maka Allah Ta’ala berfirman kepada yg meminta: “Angkatlah kepalamu ! maka lihatlah dalam sorga !”. Orang itu lalu mengangkatkan kepalanya, seraya berkata: “Hai Tuhanku ! aku melihat kota-kota dari perak yg tinggi dan istana dari emas, yg dimahkotai dengan permata. Untuk nabi mana ini ? atau untuk orang shiddiq mana ini ? atau untuk orang syahid mana ini ?”. Allah Ta’ala berfirman: “Untuk yg memberi kan kepadaKu harganya”. Orang itu bertanya: “Wahai Tuhanku ! siapakah yg memiliki harganya ?”. Allah Ta’ala berfirman: “Engkau memilikinya!”. Orang itu bertanya: “Apakah harganya itu ?”. Allah Ta’ala berfirman: “Kemaafan engkau kepada saudara engkau”. Orang itu menjawab: “Hai Tuhanku ! bahwa aku telah memaafkannya”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Peganglah tangan saudaramu ! maka masukkanlah dia ke sorga !”. Kemudian, Rasulullah saw bersabda ketika itu: “Bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hal-hal yg ada diantara kamu ! bahwa Allah memperbaiki diantara orang-orang mu’min”. Ini pemberita huan, bahwa yg demikian itu sesungguhnya dicapai dengan berakhlak dengan Akhlaq Allah. Yaitu: memperbaiki selang-sengketa dan budi pekerti-budi pekerti lainnya.
Maka bertafakkurlah sekarang pada diri anda sendiri, jikalau kosonglah halaman amalan anda dari kezaliman ! atau orang kasih-sayang kepada anda, sehingga ia memaafkan anda. Dan anda meyakini dengan kebahagiaan abadi. Bagaimana adanya kegembiraan anda pada berpalingnya anda dari tempat penyelesaian hukum. Telah dibukakan kepada anda kain pemberian keridhaan. Dan disediakan bagi anda dengan kebahagiaan, yg tidak ada kesengsaraan sesudahnya. Dan dengan kenikmatan, yg tiada beredar kebinasaan di kelilingnya. Dan ketika itu, terbanglah hati anda dengan kegembiraan dan kesenangan. Putihlah wajah anda dan bersinar serta cemerlang, sebagaimana cemerlangnya bulan pada malam purnama raya. Maka disangkakan oleh kesombongan anda diantara segala makhluk, dengan mengangkatkan kepala anda, yg kosong tulang punggung anda dari segala dosa. Keelokan angin kenikmatan dan kedinginan ridha itu bersinar terang dari pelupuk anda. Makhluk yg pertama dan yg akhir memandang kepada anda dan hal keadaan anda. Mereka menggembirakan anda pada kebaikan dan keelokan anda. Para malaikat berjalan di depan anda dan di belakang anda. Mereka menyerukan di hadapan orang-orang yg hadir. Ini si Anu anak si Anu ! ia diridhai Allah dan ia meridhai Allah. Ia berbahagia dengan kebahagiaan, yg ia tiada sengsara sesudahnya untuk selama-lamanya.
Apakah tidak anda berpendapat, bahwa kedudukan ini tidakkah lebih besar dari kedudukan yg anda peroleh dalam hati makhluk di dunia dengan keriaan anda, berminyak-minyakan air anda, berbuat-buatnya anda dan berhias-hiasnya anda ? jikalau anda mengetahui bahwa itu lebih baik daripadanya, bahkan tiada bandingan baginya, maka tempuhlah jalan untuk mengetahui tingkat ini dengan keikhlasan yg bersih dan niat yg benar dalam anda berdagang dengan Allah. Maka anda tiada memperoleh yg demikian itu, selain dengan Dia. Jikalau adalah yg lain –mohon perlindungan kepada Allah- dengan keluarlah dari halaman amalan anda itu dosa, yg anda sangkakan ringan, padahal di sisi Allah itu berat, maka Allah benci kepada anda karenanya.
Maka IA berfirman: “Atas engkau laknatKu, hai hamba yg jahat ! Aku tidak terima dari engkau akan ibadah engkau”. Maka anda tidak mendengar akan seruan ini, selain hitamlah wajah anda. Kemudian, marahlah para malaikat karena marahnya Allah Ta’ala. Para malaikat itu berkata: “Atas engkau laknat kami dan laknat makhluk semuanya”. Ketika itu berhamburanlah perkataan malaikat penjaga neraka kepada anda. Ia marah karena marah Khaliq (yg maha pencipta)nya. Maka ia datang kepada anda dengan kekasarannya, perangainya yg tidak baik dan bentuknya yg tidak menyenangkan. Lalu mereka memegang ubun-ubun anda. Dihelanya anda atas muka anda di hadapan khalayak ramai. Mereka memandang kepada kehitaman wajah anda dan jelasnya kehinaan anda. Anda dipanggil dengan kebinasaan dan kerugian. Mereka mengatakan kepada anda: “Jangan engkau meminta pada hari ini satu kerugian ! dan mintalah banyak kerugian !”.
Para malaikat itu menyerukan dan berkata: “Ini si Anu anak si Anu. Telah disingkapkan oleh Allah kekejian dan kehinaannya. Telah dikutuk oleh Allah dengan kejahatan-kejahatannya yg keji. Maka ia sengsara dengan kesengsaraan, yg ia tiada berbahagia sesudahnya itu untuk selama-lamanya. Kadang-kadang adalah yg demikian itu dengan suatu dosa yg diperbuatnya dengan tersembunyi, dari penglihatan hamba-hamba Allah. Atau karena mencari kedudukan dalam hati mereka. Atau karena takut dari terbuka pada mereka. Maka alangkah beratnya kebodohan anda ! karena anda menjaga dari terbukanya pada suatu golongan yg sedikit dari hamba-hamba Allah di dunia yg hancur. Kemudian anda tidak takut dari keterbukaan besar pada khalayak yg ramai itu, serta berdatangan dengan kemarahan Allah dan siksaanNya yg pedih. Dan dihalau dengan tangan malaikat penjaga neraka ke neraka jahannam yg paling buruk. Maka inilah hal-ihwal anda dan anda tidak merasakan dengan bahaya yg lebih besar lagi. Yaitu: bahaya titian.
SIFAT TITIAN.
Kemudian, bertafakkurlah sesudah huru-hara ini pada firman Allah Ta’ala: “Di hari itu, Kami kumpulkan orang-orang yg bertaqwa kepada Tuhan Yg Maha Pemurah, sebagai menyambut utusan. Dan Kami halau orang-orang yg bersalah itu ke dalam neraka secara kasar”. S 19 Maryam ayat 85-86. Dan pada firman Allah Ta’ala: “Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka ! dan suruhlah mereka berhenti (berdiri) karena sesungguhnya mereka akan ditanyai”. S 37 Ash Shaffaat ayat 23-24. Maka manusia sesudah huru-hara tersebut, dihalai ke titian. Yaitu: jembatan yg memanjang di atas punggung neraka, yg lebih tajam dari pedang dan lebih halus dari rambut. Maka siapa yg bersifat istiqamah di alam ini di atas jalan yg lurus, niscaya ia ringan di atas titian akhirat. Dan ia lepas. Dan siapa yg berpaling dari istiqamah di dunia, ia memberatkan punggungnya dengan dosa dan ia mengerjakan perbuatan maksiat, niscaya ia tergelincir pada permulaan tapak kakinya dari titian dan ia jatuh.
Maka bertafakkurlah sekarang pada apa, yg melepaskan dari ketakutan dengan hati anda, apabila anda melihat titian dan kehalusannya! kemudian, jatuh penglihatan anda atas kehitaman jahannam dari bawahannya. Kemudian mengetuk pendengaran anda oleh hembusan neraka dan kekasarannya. Dan anda telah dipaksakan berjalan di atas titian, serta lemahnya keadaan anda, bergoncangnya hati anda, gemetarnya tapak-kaki anda dan beratnya punggung anda dengan dosa-dosa, yg mencegah anda daripada berjalan di atas hamparan bumi, lebih-lebih lagi dari ketajaman titian. Maka bagaimana dengan anda, apabila anda meletakkan di atasnya, salah satu dari kedua kaki anda. Lalu anda merasakan dengan ketajamannya. Dan anda memerlukan kepada mengangkatkan tapak kaki yg kedua. Dan khalayak ramai di hadapan anda itu tergelincir dan terjatuh. Mereka dipegang oleh malaikat pengawal neraka, dengan besi yg runcing dan besi yg bengkok. Dan anda memandang kepada mereka, bagaimana mereka itu terbalik, lalu membawa ke arah neraka kepalanya dan meninggi kakinya. Wahai baginya dari pemandangan, yg alangkah kejinya, ke tempat tinggi yg alangkah memayahkannya dan ke tempat yg dilewati, yg alangkah sempitnya ! Maka perhatikanlah kepada keadaan anda ! dan anda itu merangkak ke atasnya. Dan mendaki kepadanya, sedang punggung anda itu berat dengan dosa-dosa anda. Anda berpaling ke kanan dan ke kiri kepada makhluk yg ramai. Dan mereka itu bersesak-sesak dalam neraka. Dan Rasulullah saw berdoa: “Wahai Tuhan ! selamatkanlah ! selamatkanlah !”. Pekikan dengan kebinasaan dan kesengsaraan itu telah meninggi kepada anda dari dalam neraka jahannam, karena banyaknya orang yg tergelincir dari titian dari segala manusia.
Maka bagaimana dengan anda, jikalau tergelincirlah tapak kaki anda ? dan tiada bermanfaat bagi anda oleh penyesalan anda. Lalu anda menyerukan dengan kebinasaan dan kesengsaraan. Dan anda mengatakan: “Inilah yg aku takutkan !
wahai mudah-mudahanlah aku, aku datang bagi hidupku !
wahai mudah-mudahanlah aku, aku mengambil jalan bersama Rasul !
wahai mudah-mudahanlah aku, aku tidak mengambil si Anu menjadi kawan !
wahai mudah-mudahanlah aku, adalah aku ini tanah !
wahai mudah-mudahanlah aku, adalah aku ini orang yg dilupakan !
wahai mudah-mudahanlah ibuku, tidak melahirkan aku !”.
Ketika itu, anda disambar oleh api neraka –kiranya dilindungi Allah. Dan berserulah yg menyerukan: “Mengelak-dirilah kamu padanya dan tidak kamu berkata-kata !”. Maka tidak ada jalan lagi, selain memekik dan mengeluh, menarik nafas dan meminta tolong. Maka bagaimana anda melihat sekarang akan akal anda dan bahaya-bahaya ini adalah di hadapan anda ? kalau anda itu tidak beriman dengan yg demikian, maka alangkah panjangnya waktu bertempat nya anda bersama orang-orang kafir pada tingkat-tingkat neraka jahannam. Dan kalau anda itu beriman dengan yg demikian dan anda lalai daripada nya dan menganggap enteng dengan persiapan baginya, maka alangkah besarnya kerugian anda dan kedurhakaan anda ! dan apakah yg memanfaatkan anda oleh iman anda, apabila tidak menggerakkan anda kepada berusaha pada mencari keridhaan Allah Ta’ala dengan mentaatiNya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat kepadaNya ?
Maka jikalau tidak adalah di hadapan anda, selain huru-hara titian dan kegelisahan hati anda dari bahaya melewatinya, walaupun anda selamat, maka alangkah yg demikian itu, yg sangat mencegah anda dari huru-hara, kegundahan dan ketakutan ! Rasulullah saw bersabda: “Diletakkan titian itu diantara dua tepi neraka jahannam. Maka adalah aku orang pertama yg melewatinya dengan umatnya, dari rasul-rasul. Dan tiada yg berkata-kata pada hari itu, selain rasul-rasul. Dan doa rasul-rasul pada hari itu, ialah: “Ya Allah, ya Tuhan, selamatkanlah ! ya Allah, ya Tuhan, selamatkanlah !”. Dan pada neraka jahannam itu ada besi-besi runcing seperti duri as-sa’dan (semacam tumbuh-tumbuhan yg berduri). Adakah kamu melihat dari as-sa’dan itu ?”. Mereka itu menjawab: “Ada, wahai Rasulullah !”. Rasulullah saw menyambung sabdanya: “Bahwa besi runcing itu seperti duri as-sa’dan, kecuali tiada yg mengetahui kadar besarnya, selain Allah Ta’ala. Ia menyambar manusia, disebabkan amalan mereka. Maka sebahagian mereka itu, ada orang yg dibatalkan amalannya. Dan sebahagian dari mereka itu dipotong-potong dagingnya. Kemudian, ia lepas”.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Manusia melalui di atas titian jahannam. Dan diatas titian itu pohon duri, besi runcing dan besi bengkok, yg menyambar manusia, kanan dan kiri. Pada dua tepinya itu para malaikat yg berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan, selamatkanlah ! ya Allah, ya Tuhan, selamatkanlah !”. Sebahagian manusia itu ada yg melalui seperti  kilat cepatnya. Sebahagian mereka ada yg melalui seperti angin cepatnya. Sebahagian mereka ada yg melalui seperti kuda lari cepatnya. Sebahagian mereka ada yg berjalan, yg cepat langkahnya. Sebahagian mereka ada yg berjalan dengan perjalanan kaki biasa. Sebahagian mereka ada yg berjalan dengan merangkak. Dan sebahagian mereka ada yg berjalan dengan punggung.
Adapun isi neraka, yg mereka itu penduduknya, maka mereka itu tidak mati dan tidak hidup. Adapun manusia itu, maka diambil dengan dosa dan kesalahannya. Mereka itu terbakar, lalu menjadi arang. Kemudian diizinkan pada memperoleh syafaat Nabi saw......dan disebutkan sampai akhir hadits”. Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda: “Allah mengumpulkan orang-orang yg pertama dan orang-orang yg penghabisan, pada suatu tempat di hari yg dimaklumi, dengan berdiri selama 40 tahun, yg mata mereka memandang ke langit. Mereka itu menunggu penyelesaian hukuman”.
Ibnu Mas’ud menyebutkan hadits, sampai ia menyebutkan waktu sujudnya orang-orang yg beriman, di mana Nabi saw bersabda: “Kemudian, Allah berfirman kepada orang-orang yg beriman: “Angkatkanlah kepala kamu !”. Maka mereka itu mengangkatkan kepalanya. Maka Ia memberikan kepada mereka nur mereka, sekadar amalan mereka. Sebahagian mereka ada orang yg diberikan nurnya seperti gunung yg besar, yg ia berjalan di hadapannya. Sebahagian mereka ada orang yg diberikan nurnya, yg lebih kecil dari yg demikian. Sebahagian mereka ada orang yg diberikan nurnya seperti pohon kurma. Dan sebahagian mereka ada orang yg diberikan nurnya, yg lebih kecil dari yg demikian. Sehingga adalah yg penghabisan dari mereka itu, seorang laki-laki yg diberikan nurnya di atas ibu jari tapak kakinya. Lalu ia menyinarkan sekali dan menggelapkan sekali. Maka apabila ia menyinarkan, niscaya ia memajukan tapak kakinya, lalu ia berjalan. Dan apabila ia menggelapkan, niscaya ia berhenti, berdiri”.
Kemudian, Nabi saw menyebutkan lalunya mereka di atas titian, diatas kadar nur mereka. Maka sebahagian mereka ada yg lalu seperti cepatnya mata memandang. Sebahagian mereka ada yg lalu seperti cepatnya kilat. Sebahagian mereka ada yg lalu seperti awan. Sebahagian mereka ada yg lalu seperti susutnya bulan. Sebahagian mereka ada yg lalu seperti larinya kuda. Dan sebahagian mereka ada yg lalu, seperti larinya seorang laki-laki. Sehingga lalulah orang yg diberikan nurnya di atas induk jari tapak-kakinya, yg merangkak di atas mukanya, kedua tangannya dan kedua kakinya. Yg ditarik daripadanya oleh sebelah tangan dan bergantung tangan yg lain. Bergantung sebelah kaki dan ditarik oleh kaki yg lain. Dan semua bagian badannya kena api neraka.
Nabi saw bersabda: “Maka senantiasalah yg seperti demikian, sehingga ia terlepas. Apabila ia telah terlepas, niscaya ia berdiri padanya. Kemudian mengucapkan: “Segala pujian bagi Allah. Allah telah memberikan kepadaku, apa yg tidak diberikanNya kepada seseorang. Karena Ia melepaskan aku daripadanya, sesudah aku telah melihatnya”. Maka orang itu pergi ke anak sungai di pintu sorga. Lalu ia mandi”.
Anas bin Malik berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Titian itu seperti tajamnya pedang atau seperti tajamnya rambut. Dan para malaikat itu melepaskan orang-orang yg beriman yg laki-laki dan yg wanita. Dan Jibril as yg akan memegang tempat mengikat tali celanaku. Dan aku berdoa: “Wahai Tuhan ! selamatkanlah ! selamatkanlah ! maka orang-orang yg tergelincir, yg laki-laki dan yg wanita pada hari itu banyak”. Maka inilah huru-hara titian dan malapetaka-malapetaka besarnya. Maka panjangkanlah padanya pikiran anda ! sesungguhnya manusia yg lebih selamat dari huru-hara hari kiamat, ialah orang yg panjanglah pikirannya tentang huru-hara itu sewaktu di dunia. Bahwa Allah tidak mengumpulkan diantara dua takut atas seorang hamba. Maka siapa yg takut akan huru-hara ini di dunia, niscaya ia aman dari huru-hara itu di akhirat. Dan tidaklah aku maksudkan dengan takut itu akan ketipisan hati, seperti tipisnya hati kaum wanita, yg mencucurkan air mata anda. Dan melembutkan hati anda ketika mendengarnya. Kemudian, anda melupakannya dalam waktu dekat. Dan anda kembali kepada senda-gurau dan permainan anda. Maka tidaklah ini sedikitpun dari ketakutan. Akan tetapi, orang yg takut akan sesuatu, niscaya ia lari daripadanya. Dan siapa yg mengharapkan akan sesuatu, niscaya ia mencarikannya. Maka tiadalah yg melepaskan anda, selain oleh ketakutan, yg mencegah anda dari perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala. Dan yg menggerakkan anda kepada mentaatiNya. Yg lebih jauh dari kehalusan hati wanita, ialah: ketakutan orang-orang dungu. Apabila mereka mendengar huru-hara, niscaya mendahuluilah kepada lidah mereka, memohonkan perlindungan Allah. Lalu salah seorang mereka mengucapkan: “Aku meminta tolong pada Allah. Kami berlindung dengan Allah. Ya Allah, ya Tuhan ! selamatkanlah ! selamatkanlah !”. Dan mereka itu bersama yg demikian, berkekalan di atas kemaksiatan-kemaksiatan, yg menjadi sebab kebinasaannya. Maka setan itu tertawa dari permohonan mereka, meminta perlindungan Allah itu, sebagaimana ia tertawa kepada orang yg ditujukan oleh binatang buas di padang pasir dan di belakangnya ada benteng/tembok. Maka apabila ia melihat gigi binatang buas itu dan runcingnya dari jauh, lalu ia mengucapkan dengan lidahnya:
 “Aku berlindung dengan benteng yg kokoh ini. Dan aku meminta tolong dengan kekokohan bangunannya dan keteguhan sendi-sendinya”. Ia mengucapkan yg demikian dengan lidahnya dan ia tetap duduk pada tempatnya. Seakan-akan yg demikian itu melepaskannya dari binatang buas ! Seperti demikian juga huru-hara akhirat. Tiada baginya benteng, selain daripada ucapan: Laa ilaaha illallaah, dengan benar. Dan arti benarnya, ialah: bahwa tiada baginya yg dimaksudkan, selain Allah Ta’ala dan tiada yg disembahkan, selain Dia. Dan barangsiapa mengambil tuhannya hawa nafsunya, maka dia itu jauh dari kebenaran tentang ketauhidannya. Dan halnya itu membahayakan pada dirinya. Jikalau anda lemah dari yg demikian itu semuanya, maka hendaklah anda itu mencintai Rasulullah saw, bersungguh-sungguh mengagumkan Sunnahnya, rindu menjaga hati orang-orang shalih dari umatnya dan mengambil barakah dengan doa-doa mereka. Maka semoga kiranya anda memperoleh syafaatnya Nabi saw atau syafaatnya mereka. Lalu anda terlepas dengan syafaat itu, walaupun anda sedikit barang perbekalan.
SIFAT SYAFA’AT.
Ketahuilah kiranya, bahwa apabila telah benarlah masuk neraka, kepada beberapa golongan dari orang-orang yg beriman, maka Allah Ta’ala dengan kurniaNya menerima pada mereka akan syafaatnya nabi-nabi dan orang-orang shiddiq. Bahkan juga syafaat para ulama dan orang-orang shalih. Dan setiap orang yg baginya pada sisi Allah itu kemegahan dan kebagusan mu’amalah (perniagaan), maka baginya itu syafaat kepada isterinya, kerabatnya, teman-temannya dan orang-orang kenalannya. Maka hendaklah anda bersungguh-sungguh mengusahakan bagi diri anda pada mereka itu, akan pangkat kesyafaatan. Dan yg demikian itu, dengan tidak anda menghinakan sekali-kali akan manusia (anak Adam). Bahwa Allah Ta’ala menyembunyikan akan pangkat kewalahan Nya pada hamba-hambaNya. Maka mungkin orang yg dipandang hina oleh mata anda, bahwa orang itu wali Allah. Dan janganlah sekali-kali anda memandang kecil akan perbuatan maksiat ! bahwa Allah Ta’ala menyembunyikan kemarahanNya pada perbuatan-perbuatan maksiat yg dilakukan terhadap Nya. Mungkin kutukan Allah ada padanya. Dan jangan sekali-kali anda memandang hina akan perbuatan taat. Bahwa Allah Ta’ala menyembunyikan ridhaNya pada amalan taat kepadaNya. Semoga keridhaanNya itu ada padanya. Walaupun sepatah kata yg baik atau sesuap makanan atau niat yg baik atau yg berlaku seperti yg demikian.
Kesaksian-kesaksian syafaat dalam Alquran dan hadits-hadits itu banyak. Allah Ta’ala berfirman: “Dan nanti Tuhan engkau akan memberikan kepada engkau, karena itu engkau akan bersenang hati”. S 93 Adh Dhuhaa ayat 5.
‘Amr bin Al-‘Ash meriwayatkan bahwa Rasulullah saw membaca perkataan Ibrahim as (yg tersebut dalam Alquran), yaitu: “Tuhanku! Sesungguh nya berhala itulah yg menyesatkan kebanyakan manusia; sebab itu, siapa yg mengikuti aku, sudah tentu ia masuk golonganku dan siapa yg tiada mengikut kepadaku, sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. S 14 Ibrahim ayat 36.
Dan perkataan Isa as, yaitu: “Kalau mereka Engkau azabkan, maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba Engkau”. S 5 Al Maaidah ayat 118.
Kemudian, Nabi saw mengangkatkan kedua tangannya dan mengucapkan: “Umatku-umatku”. Kemudian beliau menangis. Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman: “Hai Jibril ! pergilah kepada Muhammad ! maka tanyalah kepadanya: apakah yg menyebabkan engkau menangis ?”. Maka Jibril datang kepadanya, lalu bertanya kepadanya. Maka Nabi saw menerangkan kepada Jibril as, bahwa Allah itu Maha mengetahui dengan yg demikian. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Hai Jibril ! pergilah kepada Muhammad ! katakanlah kepadanya: Bahwa Kami akan meridhai engkau pada umat engkau. Dan tidak Kami berbuat buruk kepada engkau “. Nabi saw bersabda: “Diberikan kepadaku 5 perkara, yg tidak diberikan kepada seseorang sebelumku:
-        aku ditolong dengan ketakutan musuh yg jauhnya perjalanan sebulan daripadaku,
-        dihalalkan baginya harta rampasan perang dan tidak dihalalkan bagi seseorang sebelumku,
-        dijadikan bagiku bumi itu tempat sujud dan tanahnya dapat menyucikan (buat bertayammum).
-        Maka siapapun dari umatku, yg telah sampai waktu shalat, maka hendaklah ia mengerjakan shalat.
-        Diberikan kepadaku bersyafaat & setiap nabi itu dibangkitkan kepada kaumnya khususnya & dibangkitkan aku kepada manusia seluruhnya”.
Nabi saw bersabda: “Adalah pada hari kiamat, aku itu imam para nabi, khatib mereka dan yg empunyai syafaat mereka, dengan tiada sombong”. Nabi saw bersabda: “Aku itu penghulu anak Adam & tiada sombong. Aku adalah orang pertama yg terbelahlah bumi daripadanya. Aku adalah yg pertama memberi syafaat & yg pertama-tama diminta memberi syafaat. Ditanganku bendera pujian (liwaa-ul-hamdi), yg di bawahnya Adam, lalu orang yg kurang daripadanya”.
Nabi saw bersabda: “Bagi setiap nabi itu doa yg mustajab. Maka aku berkehendak menyembunyikan doaku, untuk syafaat bagi umatku pada hari kiamat”. Ibnu Abbas ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Didirikan bagi para nabi beberapa mimbar dari emas. Lalu mereka itu duduk padanya. Dan tinggallah mimbarku. Aku tiada duduk padanya, akan tetapi berdiri dihadapan Tuhanku, dengan tegak lurus. Karena takut, bahwa dibawa aku kesorga dan tinggallah umatku sesudahku. Maka aku mengatakan: “Hai Tuhanku ! umatku !”. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: “Hai Muhammad ! apakah yg engkau kehendaki Aku berbuat dengan umat engkau ?”. Lalu aku menjawab: “Hai Tuhanku ! segerakanlah perhitungan amal mereka (al-hisab) !”. Maka senantiasalah aku bersyafaat, sehingga aku diberikan suratan pengakuan (shikak) dengan orang-orang yg telah dibawa ke neraka. Sehingga malaikat Malik penjaga neraka mengatakan: “Hai Muhammad ! tidak ditinggalkan oleh neraka karena amarah Tuhan engkau pada umat engkau dari kesiksaan”. Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya aku memberi syafaat pada hari kiamat, untuk yg lebih banyak dari apa, yg di atas permukaan bumi, dari batu dan lumpur”.
Abu Hurairah berkata: “Dibawa orang kepada Rasulullah saw daging. Lalu beliau mengangkatkan kepada daging itu lengannya. Lalu beliau menggigit daging itu dengan gigi depannya sekali gigit. Kemudian bersabda: “Aku itu penghulu segala rasul pada hari kiamat. Adakah kamu tahu, dari apa yg demikian itu ? Allah mengumpulkan orang-orang yg pertama dan orang-orang yg penghabisan pada suatu dataran tinggi. Semua mereka itu didengar oleh yg memanggil, tembus kepada mereka penglihatan dan mataharipun dekat. Maka sampailah manusia dari kesusahan dan kesempitan, yg tidak sanggup mereka menanggungnya. Dan mereka tidak dapat menanggung lagi. Lalu berkatalah manusia, sebahagian mereka kepada sebahagian yg lain: “Apakah tidak kamu melihat apa yg telah sampai kepada kamu ? adakah tidak kamu melihat, siapakah yg akan memberi syafaat bagi kamu pada Tuhanmu ?”. Lalu sebahagian manusia mengatakan kepada sebahagian: “Haruslah kamu dengan Adam as”. Lalu mereka datang kepada nabi Adam as. Maka mereka mengatakan kepadanya: “Engkau bapak manusia. Allah menciptakan engkau dengan TanganNya. Ia menghembuskan pada engkau RuhNya. Dan Ia menyuruh malaikat, maka mereka itu sujud kepada engkau. Berilah syafaat kepada kami pada Tuhan engkau ! tidakkah engkau melihat, apa yg kami padanya ? apakah tidak engkau melihat, apa yg telah sampai kepada kami ?”. Maka Adam as berkata kepada mereka: “Bahwa Tuhanku marah pada hari ini, dengan kemarahan yg belum pernah ada seperti itu sebelumnya. Dan IA tiada akan marah seperti itu sesudahnya. Ia telah melarang aku dari pohon kayu itu. Lalu aku mendurhakaiNya, diriku-diriku. Pergilah kepada yg lain dari aku ! pergilah kepada Nuh !”.
Maka mereka itu datang kepada nabi Nuh as. Lalu mereka itu mengatakan: “Hai Nuh ! engkau rasul pertama kepada penduduk bumi. Dan Allah menyebutkan engkau: Hamba Yg bersyukur. Bersyafaatlah bagi kami pada Tuhan engkau ! adakah tidak engkau melihat, akan apa yg kami padanya ?”. Nabi Nuh as menjawab: “Bahwa Tuhanku, telah marah pada hari ini, dengan kemarahan, yg belum pernah Ia marah seperti itu sebelumnya. Dan tiada Ia akan marah seperti itu sesudahnya. Bahwa telah ada bagiku doa yg aku doakan kepada kaumku nafsi-nafsi (diri sendiri-diri sendiri). Pergilah kepada orang yg lain dari aku! pergilah kepada Ibrahim Khalilullah !”.
Maka mereka itu datang kepada Ibrahim Khalilullah as. Mereka itu lalu mengatakan: “Engkau itu nabi Allah dan KhalilNya dari penduduk bumi. Bersyafaatlah bagi kami pada Tuhan engkau ! tidakkah engkau melihat, akan apa yg kami padanya ?’. Nabi Ibrahim as menjawab kepada mereka itu: “Bahwa Tuhanku marah pada hari ini dengan kemarahan, yg belum pernah Ia marah seperti itu sebelumnya. Dan tidak akan marah seperti itu lagi sesudahnya. Bahwa aku telah berdusta 3 kali dan disebutkannya oleh diriku-diriku. Pergilah kepada orang lain dari aku ! pergilah kepada Musa !”.
Mereka lalu datang kepada Musa as. Mereka lalu mengatakan: “Hai Musa ! engkau itu rasul Allah. DilebihkanNya engkau dengan risalahNya dan dengan kalam (kata-kata)Nya atas manusia. Bersyafaatlah bagi kami pada Tuhan engkau ! apakah engkau tidak melihat, akan apa yg kami padanya ?”. Musa as menjawab: “Bahwa Tuhanku telah marah pada hari ini, dengan kemarahan, yg belum pernah Ia marah seperti itu sebelumnya. Dan tiada akan marah seperti itu lagi sesudahya. Bahwa aku telah membunuh jiwa, yg aku tidak disuruh membunuhnya –diriku-diriku. Pergilah kepada orang selain aku ! pergilah kepada Isa as”.
Mereka lalu datang kepada Isa as. Lalu mengatakan: “Hai Isa ! engkau itu rasul Allah dan KalimahNya. DiletakkanNya kepada Maryam dan Ruh daripadaNya. Engkau berkata-kata dengan manusia dalam ayunan. Bersyafaatlah bagi kami, pada Tuhan engkau ! apakah tidak engkau melihat, akan apa yg kami padanya ?”. Isa as lalu menjawab: “Bahwa Tuhanku telah marah pada hari ini, dengan kemarahan yg belum pernah IA seperti ini sebelumnya. Dan Ia tidak akan marah seperti itu lagi sesudahnya. Ia tidak menyebutkan dosa nafsi-nafsi diriku-diriku. Pergilah kepada orang yg selain aku ! pergilah kepada Muhammad saw !”.
Mereka itu lalu datang, seraya mengatakan: “Hai Muhammad ! engkau itu rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Allah telah mengampunkan dosa engkau, yg terdahulu dari dosa engkau dan yg terkemudian. Bersyafaatlah bagi kami kepada Tuhan engkau ! apakah tidak engkau melihat, akan apa yg kami padanya ?”. Aku lalu berjalan. Lalu aku datang di bawah Al-‘Arasy. Maka aku jatuh bersujud kepada Tuhanku. Kemudian, Allah membukakan bagiku dari segala pujianNya dan kebaikan sanjungan kepadaNya, akan sesuatu, yg belum pernah dibukakanNya kepada seseorang sebelum aku. Kemudian, dikatakan: “Hai Muhammad ! angkatkanlah kepala engkau ! mintalah, niscaya diberikan kepada engkau ! bersyafaatlah, niscaya disyafaatkan engkau !”. Maka aku angkatkan kepalaku. Lalu aku mengatakan: “Umatku ! umatku, hai Tuhanku !”. Lalu dikatakan: “Hai Muhammad ! masukkanlah dari umatmu, akan orang, yg tiada al-hisab atas mereka, dari pintu yg kanan dari pintu-pintu sorga ! dan mereka itu sekutu-sekutu manusia, pada yg lain dari itu, dari pintu-pintu”. Kemudian, Nabi saw menyambung: “Demi Tuhan yg jiwaku di TanganNya ! bahwa diantara dua samping pintu adalah sebahagian dari samping-samping pintu sorga, sebagaimana diantara Makkah dan Himyar atau sebagaimana antara Makkah dan Bushra”. Pada hadits yg lain, yg itu benar tujuannya, serta disebutkan kesalahan-kesalahan Ibrahim. Yaitu: ucapannya pada bintang-bintang: “Ini Tuhanku !”. Dan ucapannya kepada tuhan-tuhan mereka: “Tetapi, itu dikerjakan oleh yg besar ini dari mereka”. Dan ucapannya: “Sesungguhnya aku sakit”.
Maka inilah syafaat Rasulullah saw. Dan bagi seseorang dari umatnya, dari para ulama dan orang-orang shalih, dapat juga memberi syafaat. Sehingga Rasulullah saw bersabda: “Akan masuk sorga dengan syafaat seseorang dari umatku, lebih banyak dari suku Rabi’ah dan suku Mudlar”. Nabi saw bersabda: “Dikatakan kepada seorang laki-laki: “Berdirilah hai Anu ! bersyafaatlah !”. Maka laki-laki itu lalu bangun berdiri. Lalu memberi syafaat bagi suatu kabilah (suku), bagi keluarga sendiri, bagi seorang laki-laki dan dua orang laki-laki, menurut kadar amalnya”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa seorang laki-laki dari isi sorga mendekati pada hari kiamat kepada isi neraka. Lalu ia dipanggil oleh seorang laki-laki dari isi neraka, seraya mengatakan: “Hai Anu ! adakah engkau mengenal aku ?”. Laki-laki isi sorga itu menjawab: “Tidak !”. Demi Allah, aku tidak mengenal kamu, siapa kamu ?”. Laki-laki isi neraka itu menjawab: “Akulah yg engkau lalu padaku di dunia. Lalu engkau minta padaku seteguk air. Maka aku berikan minuman itu kepada engkau”. Isi sorga itu menjawab: “Aku sudah kenal”. Isi neraka itu berkata: “Berilah kepadaku syafaatmu dengan minuman itu, pada Tuhanmu !”. Maka dzikir isi sorga itu meminta pada Allah Ta’ala dan mengatakan: “Bahwa aku mendekati isi neraka. Lalu aku dipanggil oleh seorang laki-laki dari isi neraka itu, dengan menanyakan: “Adakah engkau mengenal aku ?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ! siapakah engkau ?”. Lalu ia menjawab: “Akulah yg engkau meminta minum padaku di dunia. Lalu aku berikan minuman itu kepadamu. Maka berilah syafaat bagiku pada Tuhanmu !”. Maka syafaatilah aku untuk orang itu !”. Ia lalu disyafaatkan oleh Allah untuk laki-laki isi neraka itu. Lalu ia diperintahkan. Maka laki-laki isi neraka itu keluar dari neraka”.
Dari Anas, yg mengatakan: “Rasulullah saw bersabda: “Aku manusia yg pertama keluar, apabila dibangkitkan dari kubur. Aku khatib (juru bicara) mereka, apabila mereka mengutuskan. Aku yg memberikan berita gembira, apabila mereka itu berputus-asa. Bendera pujian (liwaa-ul-hamdi) pada hari itu di tanganku. Aku yg termulia anak Adam pada Tuhanku. Dan tidak sombong”.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa aku berdiri di hadapan Tuhanku ‘Azza Wa Jalla. Maka aku dipakaikan pakaian dari pakaian sorga. Kemudian, aku berdiri dari kanan Al-‘Arasy. Tiada seorangpun dari makhluk yg berdiri pada tempat berdiri itu, selain aku”.
Ibnu Abbas ra berkata: “Duduklah orang-orang dari para sahabat Rasulullah saw menunggu beliau. Lalu beliau keluar ke tempat itu. Sehingga apabila beliau telah mendekati mereka, lalu beliau mendengar bermudzakarah (bertukar-pikiran). Beliau mendengar pembicaraan mereka. Sebahagian mereka lalu mengatakan: “Mengherankan ! bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla mengambil dari makhlukNya akan khalil (teman). Ia mengambil Ibrahim menjadi khalil”. Yg lain berkata: “Apakah yg lebih menakjubkan dari perkataan Musa, yg ia berkata-kata dengan Allah akan perkataan ?”. Yg lain berkata: “Maka Isa itu kalimah Allah dan RuhNya”. Yg lain berkata: “Adam itu dipilih oleh Allah”. Nabi saw lalu keluar kepada mereka dan memberi salam, seraya bersabda: “Aku telah mendengar perkataan kamu dan keherananmu, bahwa Ibrahim itu khalil Allah. Dan itu memang seperti yg demikian. Musa yg dilepaskan oleh Allah (najiyyullah). Dan itu memang seperti yg demikian. Isa Ruh Allah dan KalimahNya. Dan itu memang seperti yg demikian. Dan Adam itu dipilih oleh Allah. Dan itu memang seperti yg demikian. Ketahuilah dan aku itu kekasih (habib) Allah. Dan tidak sombong. Aku itu pembawa bendera pujian (liwaa-ul hamdi) pada hari kiamat. Dan tidak sombong. Aku itu yg pertama yg memberi syafaat dan yg pertama yg disyafaati pada hari kiamat. Dan tidak sombong. Aku itu orang pertama yg menggerak-gerakan tali sorga. Lalu Allah membukakan bagiku. Maka aku masuk ke dalamnya. Dan bersama aku itu orang-orang mu’min yg fakir. Dan tiada sombong. Dan akulah yg termulia bagi orang-orang yg pertama dan yg akhir. Dan tidak sombong”.
SIFAT AL-HAUDL (KOLAM).
Ketahuilah kiranya, bahwa al-haudl itu kemuliaan besar, yg dikhususkan oleh Allah kepada Nabi kita saw. Telah lengkaplah hadits pada menyifatkannya. Dan kami mengharap, bahwa Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita mengetahuinya didunia dan merasakannya diakhirat. Maka sebahagian dari sifat-sifatnya, ialah bahwa barangsiapa meminum air al-haudl itu, tiada akan haus untuk selama-lamanya.
Anas berkata: “Rasulullah saw tidur atas tikar jerami. Lalu beliau mengangkatkan kepalanya dengan tersenyum.Anas bertanya: “Wahai Rasulullah! mengapa engkau tertawa ?”. Rasulullah saw lalu menjawab: “Ayat yg diturunkan kepadaku tadi”. Dan beliau bacakan: “Dengan nama Allah yg Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami memberikan kepada engkau Al-Kautsar. Sebab itu sembahlah Tuhan engkau dan berkorbanlah ! sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus dari rahmat Allah”. S 108 Al Kautsar ayat 1-2-3.
Kemudian, beliau bertanya: “Adakah engkau tahu, apakah Al-Kautsar itu ?”. Mereka itu menjawab: “Allah dan RasulNya yg lebih tahu”. Nabi saw bersabda: “Bahwa Al-Kautsar itu suatu sungai, yg dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku ‘Azza Wa Jalla dalam sorga. Pada sungai itu banyak kebajikan. Di atasnya sebuah kolam (al-haudl), yg akan datang umatku kepadanya. Bejananya itu sebanyak bilangan bintang di langit”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sewaktu aku berjalan dalam sorga, tiba-tiba bertemu dengan sebuah sungai. Kedua tepinya itu beratap bulat dari permata berlobang. Aku bertanya: “Apakah ini, hai Jibril ?”. Jibril menjawab: “Inilah Al-Kautsar yg diberikan kepada engkau oleh Tuhan engkau. Lalu malaikat menepukkan dengan tangannya. Tiba-tiba tanahnya kesturi yg harum baunya”. Anas berkata: “Adalah Rasulullah saw bersabda: “Diantara dua tepi kolamku itu seperti diantara Madinah dan San’a atau seperti diantara Madinah dan ‘Amman”.
Diriwayatkan Ibnu Umar, bahwa tatkala turun firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Kami memberikan kepada engkau Al-Kautsar”. S 108 Al Kautsar ayat 1. Maka Rasulullah saw bersabda: “Al-Kautsar itu sebuah sungai dalam sorga. Kedua tepinya dari emas. Minumannya sangat putih dari susu, lebih manis dari madu dan lebih harum baunya dari kesturi. Ia mengalir atas batu besar-batu besar dari mutiara dan permata-permata kecil”.
Berkata Tsauban bekas budak Rasulullah saw: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa kolamku itu diantara ‘Adan ke ‘Amman A;-Balqa’. Airnya sangat putih dari susu dan lebih manis dari madu. Gelas minumnya menurut bilangan bintang di langit. Siapa yg meminum daripadanya sekali minum, niscaya tidak akan haus lagi sesudah itu untuk selama-lamanya. Orang yg pertama datang kepadanya itu, ialah orang-orang muhajirin yg miskin”.
Umar bin Al-Khattab ra lalu bertanya: “Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah ?”. Beliau saw menjawab: “Mereka itu ialah: orang-orang yg kusut rambutnya, kotor kainnya, yg tiada mengawini dengan wanita-wanita yg dinikmati dan tiada dibukakan bagi mereka itu pintu-pintu yg terkunci”.
Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Demi Allah ! aku telah mengawini wanita-wanita yg dinikmati, yaitu: Fatimah binti Abdul-malik. Dan telah dibukakan bagiku pintu-pintu yg terkunci. Kecuali, bahwa Allah merahmati aku, tidak pelak lagi, bahwa: aku tidak meminyaki rambutku, sehingga ia kusut. Tidak aku cucikan kainku yg atas tubuhku, sehingga ia kotor”.
Dari Abi Dzarr, yg mengatakan: “Aku bertanya: “Wahai Rasulullah ! apakah bejananya kolam itu ?”. Nabi saw menjawab: “Demi Tuhan, yg nyawa Muhammad di Tangannya ! sungguh bejana-bejananya itu lebih banyak dari bilangan bintang tetap dilangit dan bintang beredar, pada malam yg gelap dan bersih. Siapa yg meminum daripadanya, niscaya tiada akan haus lagi. Pada ujungnya mengalir dua pancuran air dari sorga. Lebarnya seperti panjangnya, yaitu: sebagai antara ‘Amman dan Ailah (nama negeri). Airnya sangat putih dari susu dan lebih manis dari madu”.
Dari Samrah yg mengatakan: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa masing-masing nabi itu mempunyai kolam. Mereka itu bangga-membanggakan, manakah yg lebih banyak orang datang. Dan aku mengharap, bahwa adalah aku yg terbanyak orang datang”. Maka inilah harapan Rasulullah saw. Maka hendaklah masing-masing hamba itu mengharap bahwa adalah dia termasuk dalam jumlah orang-orang yg datang kepada kolam itu. Dan hendaklah ia menjaga diri bahwa ada dia orang yg berangan-angan dan terperdaya ! ia menyangka bahwa dia orang yg mengharap. Maka orang yg mengharap untuk mengetam, ialah: orang yg menaburkan bibit, membersihkan tanah dan menyiraminya dengan air. Kemudian ia duduk mengharap kurnia Allah dengan tumbuhnya dan tertolaknya dari segala bahaya, sampai waktu mengetam.
Adapun orang yg meninggalkan membajak tanah atau menanam, membersihkan tanah dan menyiraminya dan terus mengharap kurnia Allah, bahwa tumbuhlah baginya biji-bijian dan buah-buahan, maka dia ini orang yg terperdaya dan berangan-angan. Dan tidaklah dia termasuk sedikitpun dari orang-orang yg mengharap. Begitulah harapan kebanyakan makhluk. Yaitu: tertipunya orang-orang yg dungu. Kita berlindung dengan Allah dari tipuan dan kelalaian. Bahwa ketertipuan dengan kepercayaan kepada Allah itu lebih besar daripada ketertipuan dengan dunia. Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia ini dan janganlah kepercayaan kamu kepada Allah tertipu oleh yg amat pandai menipu (yaitu setan)”. S 35 Faathir ayat 5.
PEMBICARAAN: tentang sifat neraka jahannam, huru-haranya dan belenggu-belenggunya.
Wahai orang yg lalai dari dirinya, yg tertipu dengan apa yg padanya, dari segala yg menyibukkan bagi dunia ini, yg mendekati kepada habis dan hilang ! tinggalkanlah bertafakkur pada apa, yg anda akan berangkat daripadanya ! arahkanlah pikiran kepada tempat kedatangan anda ! bahwa anda telah diberitahukan, bahwa neraka itu akan datang kepada semua orang. Karena difirmankan oleh Allah Ta’ala: “Dan tiada seorangpun diantara kamu yg tiada masuk ke dalamnya; itulah keputusan Tuhan yg tak dapat dihindarkan. Akhirnya, Kami lepaskan orang-orang yg bertaqwa dan Kami biarkan orang-orang yg bersalah berlutut di dalamnya”. S 19 Maryam ayat 71-72.
Maka anda itu termasuk orang yg datang dengan yakin dan termasuk orang yg lepas dengan ragu. Maka tanamkanlah rasa dalam hati anda akan huru-haranya tempat kedatangan itu ! semoga anda menyiapkan diri untuk kelepasan daripadanya !
Perhatikanlah tentang hal makhluk ! dan mereka telah membandingkan dari bala-bencana kiamat itu, akan apa yg telah mereka membandingkan nya. Maka di mana mereka itu dalam bahayanya dan huru-haranya, dalam keadaan berdiri, menunggu akan hakikat/makna beritanya dan pensyafaatan para pemberi syafaatnya. Karena telah diliputi dengan orang-orang yg berdosa itu, oleh kegelapan yg bercabang dan dinaungi atas mereka oleh api neraka yg bernyala-nyala.
Mereka mendengar bagi neraka itu hembusan dan bunyinya yg berulang-ulang yg menjelaskan dari kesangatan kekasaran dan kemarahan. Maka ketika itu, yakinlah orang-orang yg berdosa dengan kebinasaan. Dan bertekuk lutut segala umat atas orang yg berkendaraan. Sehingga orang yg terlepas dari dosa itu, takut dari dari buruknya bertukar keadaan. Dan keluarlah orang yg menyerukan dari neraka, dengan mengatakan: “Mana si Anu anak si Anu, yg menangguhkan dirinya di dunia dengan panjang angan-angan, yg menyia-nyiakan umurnya pada keburukan amal ?”.
Lalu bersegeralah para malaikat kepada orang itu dengan alat-alat pemukul dari besi. Mereka menerimanya dengan gertakan-gertakan yg sangat keras. Mereka menghalaukannya kepada azab yg sangat. Dan menunggingkannya dalam dasar neraka jahannam. Mereka itu mengatakan kepadanya, sebagaimana tersebut dalam Alquran: “Rasailah ! sesungguhnya engkau seorang perkasa dan mulia !”. S 44 Ad Dukhaan ayat 49. Maka mereka ditempatkan dalam rumah, yg sempit bahagian-bahagiannya, yg gelap jalan-jalannya, yg tidak jelas tempat-tempat yg membinasakan, yg kekal di dalamnya orang yg tertawan dan dinyalakan padanya nyala api. Minuman mereka padanya itu air yg sangat panas. Tempat ketetapan mereka itu api yg besar nyalanya. Penjaga-penjaga neraka itu menahan mereka. Lobang yg dalam itu mengumpulkan mereka. Angan-angan mereka padanya itu kebinasaan. Dan tidaklah mereka itu terlepas daripadanya. Telah bersangatanlah tapak kaki mereka itu ke ubun-ubun. Dan menghitamlah muka mereka dari kegelapan perbuatan maksiat. Mereka itu dipanggilkan dari sebelah mereka. Mereka itu memekik pada segala sudut dan tepinya: “Hai Malik (nama malaikat penjaga neraka) ! telah berhaklah atas kami janji siksaan ! hai Malik ! telah beratlah atas kami oleh besi ! hai Malik ! telah hancurlah dari kami kulit ! hai Malik ! keluarkanlah kami daripadanya ! sesungguhnya kami tiada akan kembali”.
Lalu malaikat penjaga neraka itu menjawab: “Pelan-pelanlah ! mendekatilah masa aman ! dan tiada keluar bagi kamu dari negeri kehinaan, maka mengelak dirilah padanya dan tidaklah kamu berkata-kata ! jikalau kamu dikeluarkan daripadanya, niscaya adalah kamu itu kembali kepada yg dilarangkan”. Maka ketika itu, mereka itu berputus asa. Mereka itu merasa menyesal atas yg mereka kerjakan dengan melampaui batas pada sisi Allah. Mereka itu tiada dilepaskan oleh penyesalan dan tiada memadai oleh kesedihan. Akan tetapi, mereka itu menelungkup atas mukanya yg dirantaikan. Api neraka dari atas mereka. Api neraka dari bawah mereka. Api neraka dari kanan mereka. Dan api neraka dari kiri mereka. Maka mereka itu tenggelam dalam neraka. Makanan mereka itu api. Minuman mereka itu api. Pakaian mereka itu api. Tempat tidur mereka itu api. Maka mereka itu diantara baju-baju sempit dari api neraka, pakaiannya terbuat dari ter (aspal), pukulan besi-besi dan beratnya rantai-rantai. Maka mereka itu gemetar pada tempat-tempat sempitnya, hancur pada tingkat-tingkatnya dan terpukul diantara tepi-tepinya. Dinyalakan api dengan mereka, seperti dinyalakan periuk. Diserukan mereka dengan kebinasaan dan keratapan. Manakala mereka diserukan dengan kebinasaan, niscaya disiramkan dari atas kepala mereka itu air panas, yg menghancurkan apa yg dalam perut mereka dan kulit. Bagi mereka itu alat pukulan dari besi, yg menghancurkan dari mereka. Lalu terpancarlah nanah dari mulut mereka. Terputus-putuslah dari kehausan, jantung mereka. Mengalirlah atas pipi, air mata mereka. Gugurlah dari pipi, daging-dagingnya. Berguguranlah dari kepala, kaki dan tangan, bulu dan rambutnya. Bahkan kulit-kulitnya. Dan manakala kulit-kulit itu telah hancur, lalu mereka itu digantikan dengan kulit yg lain. Telah kosonglah tulang mereka dari daging. Maka tinggallah ruh itu menyangkut dengan urat dan hubungan-hubungan urat saraf. Dan dia itu kering dalam kehangusan api itu. Dan mereka bersama yg demikian itu mencita-citakan mati. Maka tiadalah mereka itu mati. Maka bagaimana dengan anda, jikalau anda memandang kepada mereka ? dan telah hitam muka mereka, dengan bersangatan hitamnya dari bara api. Telah butalah mata mereka. Telah kelulah lidah mereka. Telah patahlah punggung mereka. Telah hancurlah tulang-belulang mereka. Telah terpotonglah hidung mereka. Telah robeklah kulit-kulit mereka. Telah terbelenggulah tangan mereka kepada lehernya. Dan dikumpulkan diantara ubun-ubun mereka dan tapak kakinya. Mereka itu berjalan di atas api dengan muka mereka. Mereka itu menginjakkan duri besi dengan biji mata mereka. Maka nyalanya api neraka itu berjalan dalam bahagian dalam sendi-sendinya. Ular dan kalajengkingnya lobang yg dalam itu bergantungan dengan anggota badan mereka. Inilah sebahagian dari jumlah hal keadaan mereka itu ! dan perhatikanlah sekarang tentang uraian kehuru-haraan mereka ! bertafakkurlah pula tentang lembah-lembah neraka jahannam dan cabang-cabangnya !
Nabi saw bersabda: “Bahwa dalam neraka jahannam itu 70 ribu lembah. Pada masing-masing lembah itu 70 ribu cabang. Pada masing-masing cabang itu 70 ribu ular dan 70 ribu kalajengking. Tiada berkesudahanlah orang kafir dan orang munafik, sehingga ia perangi yg demikian itu semuanya”.
Ali ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Minta perlindunganlah kamu dengan Allah dari telaga kegundahan atau lembah kegundahan !”. Lalu ditanyakan: “Wahai Rasulullah ! apakah lembah atau telaga kegundahan itu ?”. Nabi saw menjawab: “Suatu lembah dalam neraka jahannam, yg meminta lindung daripadanya neraka jahannam setiap hari 70 kali. Disediakan oleh Allah Ta’ala untuk qari’-qari’ yg ria”. Maka inilah luasnya neraka jahannam dan percabangan lembah-lembahnya. Yaitu: menurut bilangan lembah-lembah dunia dan nafsu syahwatnya. Dan bilangan pintu-pintunya menurut bilangan anggota badan yg 7, yg dengan anggota badan itu, hamba berbuat maksiat. Sebahagian neraka itu diatas sebahagian yg lain. Yg tertinggi, ialah:
namanya Jahannam.
Kemudian Saqar.
Kemudian Ladhaa.
Kemudian Al-Huthamah.
Kemudian As-Sa’iir.
Kemudian, Al-Jahiim.
Kemudian Al-Haawiyah.
Maka perhatikanlah sekarang tentang dalamnya Al-Haawiyah ! sesungguhnya tiada batas bagi dalamnya itu. Sebagaimana tiada batas bagi dalamnya nafsu syahwat dunia. Maka sebagaimana tiada berkesudahan suatu maksud dari dunia, selain kepada suatu maksud yg lebih besar daripadanya. Maka tiada berkesudahan suatu lobang yg dalam dari neraka jahannam, selain kepada suatu lobang yg lebih dalam daripadanya.
Abu Hurairah berkata: “Adalah kami bersama Rasulullah saw. Lalu kami mendengar suatu benda jatuh. Maka Rasulullah saw bertanya: “Adakah kamu tahu, apakah itu ?”. Kami menjawab: “Allah dan RasulNya yg lebih mengetahui”. Rasulullah saw menjawab: “Itu adalah batu yg dikirimkan dalam neraka jahannam semenjak 70 tahun. Sekarang telah sampai kepada dasarnya”.
Kemudian perhatikanlah kepada berlebih kurangnya tingkat-tingkat neraka itu ! bahwa akhirat itu lebih banyak derajat dan lebih banyak kelebihan. Maka sebagaimana bertiarabnya manusia kepada dunia itu berlebih kurang, maka siapa yg terjerumus, yg banyak, adalah seperti orang yg tenggelam padanya. Dan siapa yg terjun padanya sampai kepada batas tertentu. Maka seperti demikianlah tercapainya neraka bagi mereka itu berlebih kurang. Bahwa Allah tiada menganiaya sebesar atom pun.
Maka tiada berikut-ikutlah berbagai macam azab atas setiap orang dalam neraka, bagaimanapun adanya. Bahkan, bagi setiap orang itu mempunyai batas yg diketahui atas kadar kemaksiatan dan kedosaannya. Kecuali bahwa yg tersedikit dosa mereka, jikalau dikemukakan kepadanya dunia dengan segala isinya, niscaya ia tertebus dengannya itu, dari kesangatan apa, yg ia padanya. Rasulullah saw bersabda: Bahwa sekurang-kurangnya azab isi neraka pada hari kiamat itu ia bersandal dengan dua sandal dari api, yg otaknya itu masuk dari kepanasan dua sandalnya”.
Maka perhatikanlah sekarang kepada orang yg diringankan kepadanya dan diambil ibarat dengan dia akan orang yg disangatkan atasnya ! dan manakala anda ragu tentang bersangatannya azab neraka, maka dekatkanlah anak jari anda kepada api ! dan bandingkanlah yg demikian itu dengan dia ! kemudian ketahuilah, bahwa anda salah pada perbandingan ! bahwa neraka dunia tiada bersesuaian dengan neraka jahannam. Akan tetapi, manakala adalah yg terberat azab di dunia itu azab api ini, niscaya diketahuilah akan azab jahannam dengan dia. Amat jauhlah kiranya, jikalau terdapat isi api yg bernyala-nyala itu seperti api ini, lalu mereka masuk ke dalamnya dengan sukarela, lari dari apa, yg mereka itu di dalamnya. Dan dari ini, diibaratkan pada hadits-hadits, dimana dikatakan, bahwa: api dunia itu telah dimandikan dengan 70 air dari air rahmat, sehingga disanggupi oleh penduduk dunia menggunakannya.
Rasulullah saw telah menegaskan sifat neraka jahannam itu. Beliau bersabda: “Allah Ta’ala memerintahkan bahwa dibakarkan atas neraka itu 1000 tahun, sehingga ia merah. Kemudian, dibakarkan atasnya 1000 tahun, sehingga ia putih. Kemudian, dibakarkan atasnya 1000 tahun, sehingga ia hitam. Maka dia itu hitam yg menggelapkan”.
Nabi sw bersabda: “Neraka itu mengadu kepada Tuhannya. Ia berkata: “Hai Tuhan ! sebahagianku memakan akan sebahagian”. Maka Allah Ta’ala mengizinkan baginya pada 2 nafas. Satu nafas pada musim dingin dan satu nafas pada musim panas. Maka yg lebih keras yg kamu memperolehnya pada musim panas itu dari kepanasannya dan yg lebih keras yg kamu memperolehnya pada musim dingin itu dari kesejukannya”.
Anas bin Malik berkata: “Diberikan yg paling menikmatkan kepada manusia di dunia, kepada orang-orang kafir. Maka dikatakan: “Menyelamlah kamu dalam api neraka dengan sekali penyelaman !”. Kemudian ditanyakan kepadanya: “Adakah engkau merasakan nikmatnya ?”. Ia menjawab: “Tidak !”. Dan didatangkan dengan orang yg paling melarat di dunia. Lalu dikatakan: “Menyelamlah dalam sorga dengan sekali penyelaman !”. Kemudian, ditanyakan kepadanya: “Adakah engkau merasakan melaratnya ?”. Ia lalu menjawab: “Tidak !”.
Abu Hurairah berkata: “Jikalau ada dalam masjid 100 ribu orang atau lebih, kemudian bernafas seorang dari isi neraka, niscaya matilah mereka itu semua”. Berkata sebahagian ulama tentang firman Allah Ta’ala: “Muka mereka itu dibakar oleh api”. S 23 Al Mukminuun ayat 104. Bahwa api itu membakar mereka sekali bakar. Maka tidak ada lagi daging atas tulang, selain dicampakkannya ke belakang mereka. Kemudian, perhatikanlah sesudah ini, tentang busuknya bau nanah yg mengalir dari badan mereka. Sehingga mereka itu tenggelam di dalamnya. Yaitu: air daging busuk.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Jikalau setimpal dari air daging busuk jahannam dituangkan di dunia, niscaya menjadi busuklah penduduk bumi”. Maka inilah minuman mereka apabila mereka meminta minum dari kehausan. Maka diberi minumlah seseorang mereka: “dari air kotor (bernanah). Dihirupnya sedikit dan hampir tidak dapat diteguknya dan kematian datang kepadanya dari segala tempat, tetapi dia tidak mati”. “Dan kalau mereka meminta minum, diberi minum dengan air seperti tembaga yg dihancurkan, menghanguskan muka; itulah minuman yg terburuk dan itulah tempat yg paling jahat”. Kemudian, perhatikanlah kepada makanan mereka, yaitu: zaqum (nama pohon kayu yg sangat pahit buahnya). Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala: “Kemudian, hai kamu yg sesat jalan dan membantah kebenaran ! sesungguhnya kamu akan memakan buah batang zaqum. Maka perut kamu menjadi penuh karenanya. Dan sesudah itu kamu meminum air yg sangat panas. Dan kamu minum sebagai minumnya unta yg sangat kehausan”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 51 - 55
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya pohon itu keluar dari dasar neraka. Mayangnya sebagai kepala setan (ular). Sesungguhnya mereka yg memakan buah kayu itu dan karenanya perut mereka menjadi penuh. Kemudian, mereka diberi air yg sangat panas untuk campurannya. Kemudian lagi ke dalam api yg menyala tempat kembali mereka”. S 37 Ash Shaffaat ayat 64 - 68.
Allah Ta’ala berfirman: “Masuk ke dalam api yg menyala. Diberi minum dari mata air yg sangat panas”. S 88 Al Ghaasyiah ayat 4-5.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya disisi Kami ada rantai yg berat dan api neraka. Dan makanan yg mencekikan dan siksa yg pedih”. S 73 Al Muzzammil ayat 12-13.
Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Jikalau setitik dari air buah zaqum menitik dalam lautan dunia, niscaya ia merusakkan atas penduduk dunia kehidupan mereka. Maka bagaimanakah dengan orang yg makanannya adalah yg demikian itu ?”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Gemarlah pada apa, yg digemarkan oleh Allah ! berhati-hatilah dan takutlah apa yg dipertakutkan oleh Allah, dari azabNya, siksaanNya dan dari neraka jahannam ! bahwa jikalau adalah setitik air dari sorga bersama kamu dalam duniamu, yg kamu didalamnya, niscaya ia membaikkan bagi kamu. Dan jikalau adalah satu titik air dari neraka, bersama kamu dalam duniamu yg kamu di dalamnya, niscaya ia memburukkan kepadamu”.
Abud-Darda’ berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Dicampakkan kelaparan kepada isi neraka, sehingga berpalinglah apa yg mereka itu padanya dari azab. Lalu mereka meminta makanan. Maka diberikan mereka makanan dari kayu berduri, tiada menyuburkan badan dan tiada pula menghentikan lapar. Dan mereka meminta lagi makanan, lalu diberikan makanan yg mencekikkan. Maka mereka itu menyebutkan, bahwa mereka sebagaimana memperoleh makanan-makanan yg mencekikkan dalam dunia, dengan minuman. Lalu mereka itu meminta minuman. Lalu diangkatkan kepada mereka air yg sangat panas dengan besi yg bengkok. Maka apabila mendekati dengan muka mereka, niscaya membakar mukanya. Apabila minuman itu masuk ke perut mereka, niscaya putuslah apa yg dalam perutnya. Lalu mereka berkata: “Panggilah para bendahara neraka jahannam !”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Lalu mereka itu memanggil para bendahara jahannam, dengan mengatakan: “Bahwa: panggillah  Tuhan kamu, yg meringankan dari kami pada hari ini dari azab !”. Lalu para bendahara itu menjawab: “Apakah tidak datang kepada kamu rasul-rasul kamu dengan keterangan-keterangan ?”. Mereka itu menjawab: “Ada !”. Mereka itu menyambung lagi: “Berdoalah ! tiadalah doa orang-orang kafir itu, selain dalam kesesatan”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Lalu mereka itu berkata: “Panggillah Malik (malaikat penjaga neraka) !”. Lalu mereka panggil, seraya mereka itu berkata: “Hai Malik ! dapatlah kiranya Tuhan engkau mengakhiri hal kami ini !”. Nabi saw menyambung: “Lalu Malik menjawab kepada mereka: “Kamu akan tetap tinggal di sini !”.
Al-A’masy berkata: “Diberitahukan kepadaku, bahwa diantara panggilan mereka dan berkenannya Malik akan panggilan mereka itu 1000 tahun lamanya”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Mereka itu lalu berkata: “Berdoalah kepada Tuhanmu ! maka tiada seorangpun yg lebih baik dari Tuhanmu”. Lalu mereka itu berdoa: “Hai Tuhan kami ! telah mengeraslah atas kami kesengsaraan kami dan kami adalah kaum yg sesat. Hai Tuhan kami ! keluarkanlah kami daripadanya ! maka jikalau kami kembali, maka kami itu orang-orang yg zalim”. Nabi saw menyambung lagi: “Malik itu menjawab kepada mereka: “Makin jauhlah kamu ke dalamnya ! dan janganlah kamu berbicara dengan aku !”. Nabi saw menyambung pula: “Maka ketika itu, mereka putus asa dari setiap kebajikan. Dan ketika itu, mereka itu menarik nafas, menyesal dan binasa”.
Abu Amamah berkata: “Rasulullah saw bersabda mengenai firman Allah Ta’ala: “Dan mereka diberi minum dengan air kotor (bernanah). Dihirupnya sedikit dan hampir tidak dapat diteguknya”. S 14 Ibrahim ayat 16-17.
Nabi saw meneruskan sabdanya: “Didekatkan air kotor bernanah itu. Maka tidak disukainya. Apabila mendekatinya, niscaya membakar mukanya. Lalu jatuhlah kulit kepalanya. Apabila ia minum, niscaya memutuskan perut panjangnya, sehingga keluar dari duburnya”, yg difirmankan oleh Allah Ta’ala: “Dan diberi minum dengan air yg mendidih, sehingga putus berpotong-potong perut panjangnya”. S 47 Muhammad ayat 15.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan kalau mereka meminta minum, diberi minum dengan air seperti tembaga yg dihancurkan, menghanguskan muka”. S 18 Al Kahfi ayat 29. Maka inilah makanan dan minuman mereka, ketika lapar dan haus. Maka perhatikanlah sekarang kepada ular-ular dan kalajengking-kalajengking neraka jahannam, kepada kesangatan racunnya, besar tubuhnya dan jahat perangainya ! Ia telah menguasai atas isi neraka itu dan merusakkannya. Ia tidak lesu dari mematuk dan menyengat pada satu saat.
Abu Hurairah ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa dikurniai oleh Allah akan harta, lalu ia tidak menunaikan zakatnya, niscaya harta itu dibuatkan baginya pada hari kiamat, seperti seorang pemberani, yg telah digundulkan oleh dua titik hitam di atas matanya, yg ia menggantungkannya pada leher di hari kiamat. Kemudian mengambilnya dengan lahazimnya”. Lahazim: ialah rahangnya”. Lalu orang pemberani itu berkata: “Aku harta engkau, aku gudang engkau !”. Kemudian Nabi saw membaca firman Allah Ta’ala: “Janganlah orang-orang yg kikir –memberikan- dengan apa yg telah dikurniakan Allah kepadanya mengira, bahwa kekikiran itu membaikkan mereka. Tidak ! melainkan memburukkan mereka; nanti harta yg mereka kikirkan itu akan digantungkan di lehernya pada hari kiamat. Allah yg mempusakai langit dan bumi dan mengetahui apa yg kamu kerjakan”. S 3 Ali ‘Imran ayat 180.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dalam neraka itu ular-ular, seperti leher unta, yg mematuk dengan sekali patukan. Maka didapati panasnya selama 40 musim kharif (musim sebelum musin sejuk). Bahwa di dalam neraka itu kalajengking-kalajengking seperti binatang baghal yg diikat, yg menyengat dengan sengatan. Lalu didapati panasnya selama 49 musim kharif”. Ular-ular dan kalajengking-kalajengking ini, sesungguhnya menguasai atas orang yg telah dikuasai oleh kekikiran di dunia, buruk perangai dan menyakitkan manusia. Barangsiapa menjaga diri dari yg demikian, niscaya ia terjaga dari ular-ular itu. Maka ia tidak menyakitinya. Kemudian, bertafakkurlah sesudah itu semua, pada pembesaran tubuh isi neraka. Bahwa Allah Ta’ala menambahkan pada tubuh mereka, panjang dan lebar. Sehingga bertambahlah azab mereka dengan sebabnya. Lalu mereka itu merasakan dengan bakaran api neraka, sengatan kalajengking dan ular, dari semua bahagiannya sekaligus dengan berturut-turut.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Gigi geraham orang kafir dalam neraka itu seperti bukit Uhud dan tebal kulitnya sejauh perjalanan 3 hari”. Rasulullah saw bersabda: “Bibirnya yg bawah itu jatuh atas dadanya dan yg atas itu kuncup menutupkan mukanya”. Nabi saw bersabda: “Bahwa orang kafir itu menghela lidahnya dalam keadaan orang yg ditahan pada hari kiamat, yg akan diinjak-injak oleh manusia”. Serta besarnya tubuh seperti yg demikian itu dibakar oleh api neraka beberapa kali. Lalu membarulah kulit dan dagingnya.
Al-Hasan Al-Bashari berkata tentang firman Allah Ta’ala: “Setiap kali kulit mereka telah hangus, Kami ganti dengan kulit yg lain”. S 4 An Nisaa’ ayat 56. Al-Hasan Al-Bashari mengatakan: “Mereka itu dimakan oleh api neraka setiap hari 70 kali. Setiap kali mereka itu dimakan oleh api neraka, dikatakan kepada mereka: “Kembalilah !”. Maka mereka itu kembali, sebagaimana yg telah ada”. Kemudian, bertafakkurlah sekarang tentang tangisnya isi neraka, tarikan nafasnya dan doa mereka dengan kebinasaan dan kerugian. Bahwa yg demikian itu menguasai mereka pada permulaan tercampaknya dalam neraka.
Rasulullah saw bersabda: “Didatangkan dengan neraka jahannam pada hari itu, yg baginya 70 ribu tali penambat. Serta setiap tali penambat itu 70 ribu malaikat”. Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Dikirimkan kepada isi neraka itu tangisan. Lalu mereka itu menangis, sehingga terputuslah air mata. Kemudian, mereka itu menangis darah. Sehingga terlihat pada muka mereka, seperti keadaan parit besar. Jikalau dilayarkan kapal padanya, niscaya dapat berlayar”. Selama diperbolehkan bagi mereka itu menangis, menarik nafas, menghela nafas, berdoa dengan kebinasaan dan kerugian, maka bagi mereka itu padanya keistirahatan. Akan tetapi, mereka itu dilarang pula dari yg demikian.
Muhammad bin Ka’ab berkata: “Bagi isi neraka itu 5 macam doa yg akan diperkenankan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla pada 4 macam. Maka apabila doa itu yg ke-5, niscaya mereka itu tiada berkata-kata lagi sesudahnya untuk selama-lamanya: mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami! 2 kali Engkau memberikan kematian kepada kami dan 2 kali Engkau memberikan kehidupan kepada kami ! kami mengakui dosa-dosa kami, maka masih adakah lagi jalan keluar ?”. Maka Allah Ta’ala berfirman, untuk menjawab doa mereka: “Hal itu disebabkan, karena kamu menolak ketika diseru, bahwa Tuhan itu hanya Allah sendirian saja dan kamu hanya mempercayai apabila diadakan sekutu dengan Allah.
Hukum (perintah) hanyalah kepunyaan Allah Yg Maha Tinggi dan Maha Besar”. kemudian, mereka itu berdoa: “Wahai Tuhan kami ! kami telah melihat dan mendengar apa yg Engkau firmankan. Sebab itu, kembalikanlah kami ke (dunia), kami akan mengerjakan perbuatan baik !”. Maka Allah Ta’ala berfirman untuk menjawab doa mereka: “Bukankah dari dahulu, kamu telah bersumpah juga, bahwa kamu tidak akan lenyap ?”. Maka mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami ! keluarkanlah kami, nanti kami akan mengerjakan perbuatan yg baik, berlainan dari pekerjaan yg telah pernah kami kerjakan dahulu !”. Maka Allah Ta’ala berfirman, untuk menjawab doa mereka: “Bukankah Kami telah memberikan umur yg cukup kepada kamu; dalam masa itu orang yg mau mengerti dapat mengambil pengertian; dan (lagi) orang yg memberikan peringatan telah datang kepada kamu ? Sebab itu, rasailah olehmu (balasan kesalahanmu); dan orang-orang yg bersalah itu tiada memperoleh penolong”. Kemudian mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami nasib malang telah memaksa kami dan kami menjadi kaum yg tersesat. Wahai Tuhan kami keluarkanlah kami dari sini ! kalau kami kembali pula (mengerjakan dosa) sudah tentu kami menjadi orang-orang yg bersalah. Maka Allah Ta’ala berfirman untuk menjawab doa mereka: “Makin jauhlah kedalamnya dan janganlah kamu berbicara dengan Aku !”. Maka mereka itu tiada berbicara lagi sesudahnya untuk selama-lamanya. Dan yg demikian itu kesangatan azab.
Malik bin Anas ra berkata: “Yazid bin Aslam mengatakan tentang firman Allah Ta’ala: “Sekarang keadaan kita sama saja, kita gelisah atau kita sabar tiadalah kita mempunyai tempat berlindung”. S 14 Ibrahim ayat 21. Yazid bin Aslam berkata: “Mereka itu sabar 100 tahun. Kemudian mereka gelisah 100 tahun. Kemudian mereka sabar 100 tahun. Kemudian, mereka itu mengatakan: sekarang keadaan kita sama saja, kita gelisah atau kita sabar”.
Nabi saw bersabda: “Didatangkan mati pada hari kiamat seakan-akan seekor kibasy yg manis. Lalu disembelihkan diantara sorga dan neraka. Dan dikatakan: “Hai isi sorga ! kekekalan dengan tidak mati. Dan isi neraka ! kekekalan dengan tidak mati”.
Dari Hasan Al-Bashari yg mengatakan: “Seorang laki-laki akan keluar dari neraka sesudah 1000 tahun. Semoga adalah aku laki-laki itu”. Dimimpikan Al-Hasan ra duduk disuatu sudut rumah dan ia sedang menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Mengapa engkau menangis ?”. Ia menjawab: “Aku takut bahwa Allah mencampakkan aku dalam neraka dan Ia tidak memperdulikan aku”.
Maka inilah bermacam-macam jenis azab neraka jahannam secara keseluruhan. Penguraian kedukacitaan, kesedihan, percobaan dan pengeluhan itu tiada berkesudahan. Maka persoalan yg terbesar atas mereka, serta apa yg ditemui mereka, dari kesangatan azab, ialah pengeluhan luputnya kenikmatan sorga, luputnya bertemu dengan Allah Ta’ala dan luputnya keridhaan Allah Ta’ala. Serta mereka itu tahu bahwa mereka telah menjual semua yg demikian itu, dengan harga yg rendah, beberapa dirham yg dapat dihitung dengan mudah. Karena mereka itu tiada menjual yg demikian itu, selain dengan nafsu syahwat yg hina didunia, beberapa hari yg pendek. Dan adalah itu tidak bersih. Akan tetapi, adalah keruh, yg menyempitkan. Maka mereka itu mengatakan kepada dirinya: “Aduhai sebalnya hatiku ! bagaimana kami telah membinasakan diri kami, dengan mendurhakai Tuhan kami ! dan bagaimana kami tidak memaksakan diri kami dengan sabar dalam beberapa hari yg sedikit ! jikalau kami bersabar, niscaya adalah hari-hari itu telah berlalu dari kami. Dan tinggallah kami dalam lingkungan Tuhan semesta alam, yg menikmati dengan IA ridha kepada kami dan kami ridha kepadaNya ! Maka wahai kesebalan hati mereka itu ! telah luput kepada mereka, apa yg telah luput dan mereka telah dicoba dengan apa yg dicobakan. Dan tiada tinggal bersama mereka akan sesuatu dari kenikmatan dunia dan kelezatannya. Kemudian, jikalau mereka tidak menyaksikan kenikmatan sorga, niscaya tidak besarlah kesebalan hati mereka. Akan tetapi, sorga itu didatangkan kepada mereka.
Maka Rasulullah saw bersabda: “Pada hari kiamat dibawa manusia dari neraka kesorga. Sehingga, apabila mereka itu dekat kepadanya, menghirup baunya dan melihat kepada istana-istananya, dan kepada yg disediakan oleh Allah kepada penduduknya didalam sorga itu, niscaya mereka itu diserukan, bahwa: palingkanlah mereka itu dari sorga ! tiada bahagian mereka itu padanya”. Maka mereka itu kembali dengan kesebalan hati, apa yg telah kembalilah orang-orang yg pertama dan orang-orang yg penghabisan, dengan seperti yg demikian, maka mereka mengucapkan: “Hai Tuhan kami ! jikalau Engkau masukkan kami keneraka, sebelum Engkau memperlihatkan kepada kami, akan yg telah Engkau memperlihatkannya, dari pahala balasan Engkau dan yg telah Engkau sediakan didalamnya bagi wali-wali Engkau, niscaya adalah yg demikian itu lebih ringan atas kami !”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Yg demikian itu Aku kehendaki dengan kamu ! adalah kamu, apabila kamu itu dalam keadaan sepi (sendirian), niscaya kamu menampakkan Aku dengan kebesaran. Dan apabila kamu bertemu dengan manusia, niscaya kamu bertemu dengan mereka itu dengan merendahkan diri. Kamu memperlihatkan kepada manusia, dengan kebalikan dari apa yg kamu berikan kepadaKu dari hatimu. Kamu berikan kepada manusia dan tidak kamu berikan kepadaKu. Kamu mengagungkan manusia dan kamu tidak mengagungkan Aku. Kamu tinggalkan bagi manusia dan kamu tidak tinggalkan bagiKu. Maka pada hari ini, Aku rasakan kamu akan azab yg pedih, serta Aku haramkan bagi kamu, pahala yg berketetapan.
Ahmat bin Harb berkata: “Bahwa seseorang kita memilih naungan dari matahari. Kemudian, ia tidak memilih sorga dari neraka”.
Isa as berkata: “Berapa banyak dari badan yg sehat, wajah yg cerah, dan lisan yg fasih, besok ia menjadi diantara lapisan neraka.
Daud as berkata: “Hai Tuhanku ! tiada kesabaran bagiku diatas kepanasan matahariMu. Maka bagaimanakah kesabaranku atas kepanasan nerakamu ? dan tiada kesabaran bagiku atas suaranya rahmatMu. Maka bagaimanakah atas suaranya azabMu ?”
Maka perhatikanlah, hai orang yg patut dikasihani pada huru-hara ini ! dan ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan neraka dengan huru-hara-huru-haranya. Dan menciptakan bagi neraka itu isi yg tidak lebih dan tidak kurang ! bahwa ini adalah persoalan yg telah menjadi ketetapan dan telah selesai daripadanya.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan berilah mereka peringatan terhadap hari penyesalan itu, ketika perkara telah diputuskan, sedang mereka dalam kelalaian dan tidak percaya”. S 19 Maryam ayat 39. Demi umurku ! bahwa isyarat dengan yg demikian itu, adalah kepada hari kiamat. Bahkan juga kepada azal-azali. Akan tetapi, yg lebih jelas hari kiamat itu, ialah yg telah terdahulu ketetapannya. Maka yg heran dari engkau, ialah dimana engkau itu tertawa dan bermain-main dan engkau sibuk dengan hal-hal yg hina didunia. Dan engkau tidak tahu, bahwa ketetapan (qodo’) itu, dengan apakah yg telah terdahulu pada hak diri engkau ? jikalau engkau bertanya: kiranya aku rasakan, apakah tempat kedatanganku ? kepada apakah tempat tinggalku dan tempat kembaliku ? apakah yg telah terdahulu ketetapan pada hak diriku ?”. Maka bagi engkau itu ada tanda, yg jinaklah hati engkau dengan dia. Dan engkau membenarkan harapan engkau dengan sebabnya. Yaitu: bahwa engkau memandang kepada hal keadaan engkau dan amal perbuatan engkau. Maka setiap orang itu dimudahkan bagi apa, yg ia diciptakan baginya. Maka jikalau telah dimudahkan bagi engkau jalan kebajikan, maka bergembiralah bahwa engkau telah dijauhkan dari neraka ! dan jikalau adalah engkau adalah engkau itu tidak bermaksud kepada kebajikan, melainkan engkau dikelilingi oleh penghalang-penghalang, lalu engkau menolak kebajikan itu. Dan engkau tidak bermaksud dengan kejahatan, melainkan dipermudahkan bagi engkau akan sebab-sebabnya. Maka ketahuilah, bahwa engkau telah ditetapkan yg demikian atas engkau. Bahwa tunjukkan ini kepada akibat, adalah seperti tunjukkan hujan atas tumbuh-tumbuhan dan tunjukkan asap api.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yg baik berada dalam kesenangan. Sesungguhnya orang-orang yg jahat berada dalam neraka”. S 82 Al Infithaar ayat 13-14. Maka datangkanlah diri anda kepada 2 ayat ini ! dan anda mengetahui akan tempat ketetapan anda dari 2 negeri itu (dunia & akhirat) Allah Yg Maha Tahu!
PEMBICARAAN: tentang sifat sorga dan jenis-jenis nikmatnya.
Ketahuilah kiranya, bahwa negeri itu yg anda ketahui kesusahan dan kedukaan, berlawanan dengan negeri yg lain. Lalu anda memperhatikan akan kenikmatan dan kegembiraannya. Maka siapa yg jauh dari salah satu, dari keduanya, niscaya sudah pasti ia akan menetap pada yg lain. Maka taburkanlah ketakutan dari hati anda, dengan lamanya berfikir tentang huru-hara neraka ! dan taburkanlah harapan dengan lamanya berfikir pada kenikmatan yg berkekalan, yg dijanjikan bagi isi sorga ! halaukanlah diri anda dengan cambuk ketakutan dan tuntunkanlah dengan kekang harapan kepada jalan yg lurus. Maka dengan demikian, anda akan memperoleh kerajaan besar dan selamat dari azab yg pedih. Maka bertafakkurlah tentang isi sorga ! pada muka mereka cahaya kesenangan. Mereka diberi minum dengan minuman yg dicap (ditutup). Mereka duduk di atas mimbar yakut yg merah didalam tenda dari mutiara yg basah lagi putih. Padanya hamparan dari permadani yg hijau. Mereka duduk bersandar diatas dipan (ranjang), yg ditegakkan diatas pinggir sungai, yg didatangkan dengan khamar dan air madu, yg dikelilingi dengan bujang-bujang dan anak remaja, yg dihiaskan dengan bidadari yg cantik. Seakan-akan mereka itu yakut dan mirjan, yg tidak disentuh sebelumnya oleh insan dan jin.
Bidadari-bidadari itu berjalan dalam tingkat-tingkat sorga. Apabila cederalah salah seorang mereka dalam perjalanannya, niscaya dibawa dari segala sampingnya oleh 70 ribu pemuda remaja. Diatas dipan itu bermacam-macam sutra putih, yg mengherankan penglihatan, yg dipakaikan mahkota yg bertahtakan mutiara dan permata kecil-kecil, berbagai bentuk mempunyai kelemah-lembutan, berbau harum, aman dari ketuaan dan kesusahan, terpelihara dalam rumah, dalam istana dari yakut, yg dibangun di tengah-tengah taman sorga, ada gadis-gadis yg sopan setia, dengan mata yg jelita.
Kemudian, diedarkan dikeliling mereka dan anak-anak gadis itu gelas dan cerek serta piala dari mata air yg bening, putih yg lezat cita rasanya bagi orang-orang yg minum diedarkan di keliling mereka pelayan-pelayan dan anak-anak muda remaja, laksana intan yg tersembunyi, sebagai balasan apa yg telah mereka kerjakan, pada tempat yg aman, dalam sorga dan mata air, dalam sorga dan sungai, ada tempat duduk kebenaran, di sisi Raja Yg Maha Kuasa. Mereka memandang padanya kepada Wajah Raja Yg Maha Mulia. Dan telah cemerlanglah pada wajah mereka kecantikan nikmat, yg tidak dikenakan oleh debu dan kehinaan. Bahkan adalah hamba-hamba yg dimuliakan. Dan dengan berbagai macam hadiah yg dijanjikan dari Tuhan mereka. Maka mereka itu kekal pada yg dirindukan oleh diri mereka. Mereka tiada takut padanya dan tiada gundah. Mereka itu merasa aman dari keraguan bahaya. Mereka itu bersenang-senang di dalamnya. Mereka makan dari makanan-makanannya. Mereka minum dari sungai-sungainya, susu, khamar dan air madu, pada sungai, yg tanahnya dari perak dan tambaknya permata-permata kecil. Di atas lantai tanahnya kesturi yg sangat harum. Tumbuh-tumbuhannya pohon kumkuma. Mereka dihujani dari awan, yg padanya dari air mawar putih, diatas bukit kapur-barus. Mereka diberikan gelas-gelas dan manakah gelas-gelas itu ? dengan gelas dari perak, yg dihiasi dengan permata, yakut dan permata-permata kecil. Gelas, yg didalamnya minuman yg ditutup, yg dicampurkan dengan air dari mata air salsabil. Gelas, yg cemerlang nurnya dari kebersihan zatnya, yg tampaklah minuman itu dari belakangnya, dengan kehalusan dan kemerahannya, yg tidak diciptakan oleh anak Adam. Lalu mereka itu teledor pada membaguskan ciptaannya dan mencantikkan perbuatannya. Dalam tapak tangan pelayan, yg diserupakan cahaya mukanya dengan matahari pada waktu terbitnya. Akan tetapi, darimanakah bagi matahari itu kemanisan seperti kemanisan bentuknya, kebagusan pelipisnya dan kecantikan biji matanya ? Maka alangkah mengherankan bagi orang yg beriman dengan negeri, yg ini sifatnya ? dan ia yakin, bahwa tiadalah mati penduduknya. Tidak bertempat balabencana dengan orang yg bertempat di halamannya. Dan tiada dipandang oleh hal-hal yg baru dengan mata perobahan kepada penduduknya. Bagaimana ia berjinak hati dengan negeri, yg telah diizinkan oleh Allah pada kerobohannya. Dan ia merasa tentram dengan hidup dengan tiadanya. Demi Allah, jikalau tidak adalah padanya, selain selamatnya badan, serta aman dari kematian, kelaparan, kehausan dll jenis kejadian, niscaya adalah pantas, bahwa ia meninggalkan dunia dengan sebabnya. Dan bahwa ia tidak mengutamakan atasnya, akan apa itu berputus-putusan dan kesempitan hidup daripada daruratnya. Bagaimana, dan penduduknya itu raja-raja yg aman. Dan mereka bersenang-senang dalam berbagai macam kegembiraan. Bagi mereka padanya itu setiap apa yg diingininya. Dan mereka pada setiap hari itu datang di halaman ‘Arasy. Mereka itu memandang kepada Wajah Allah Yg Maha Mulia. Mereka memperoleh dengan pandangan dari Allah, apa yg tiada diperoleh mereka bersamanya kepada kenikmatan sorga yg lain. Dan mereka itu tiada menolehnya. Dan mereka itu bulak-balik berkekalan diantara bermacam jenis nikmat-nikmat ini. Dan mereka itu merasa aman daripada hilangnya !
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda:” Diserukan oleh orang yg menyerukan: “Hai penduduk sorga ! sesungguhnya bagi kamu itu memperoleh kesehatan. Maka kamu tiada akan sakit untuk selama-lamanya. Bahwa bagi kamu itu hidup, maka kamu tiada akan mati untuk selama-lamanya. Bahwa bagi kamu itu muda, maka kamu tiada akan tua untuk selama-lamanya. Bahwa bagi kamu itu bersenang-senang. Maka kamu tiada akan susah untuk selama-lamanya. Maka yg demikian itu firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan diserukan kepada mereka, bahwa itulah sorga, dipusakakan kepada kamu, disebabkan apa yg telah kamu kerjakan”. S 7 Al A’raaf ayat 43.
Manakala anda bermaksud untuk mengetahui sifat sorga, maka bacalah Alquran. Tiadalah dibalik penjelasan Allah Ta’ala itu penjelasan lagi. Bacalah dari firmanNya Ta’ala: “Dan siapa yg takut terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, dia memperoleh dua taman (sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Sampai kepada penghabisan S 55 Ar Rahmaan. Dan bacalah S 56 Al Waaqi’ah dan surat-surat yg lain !.
dan bagi orang yg takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga. (55:46) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan?, (55:47) kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. (55:48) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:49) Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yg mengalir (55:50) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:51) Di dalam kedua syurga itu terdapat segala macam buah-buahan yg berpasangan. (55:52) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:53) Mereka bertelekan di atas permadani yg sebelah dalamnya dari sutera. dan buah-buahan dikedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat. (55:54) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:55) Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadara yg sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka, dan tidak pula oleh jin. (55:56) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:57) Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. (55:58) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:59) Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (55:60) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:61) dan selain dari dua syurga itu ada dua syurga lagi. (55:62) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:63) Kedua syurga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (55:64) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:65) Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yg memancar. (55:66) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:67) Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. (55:68) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:69) Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadara yg baik-baik lagi cantik-cantik. (55:70) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:71) (Bidadari-bidadara) yg jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah. (55:72) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:73) Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga), dan tidak pula oleh jin. (55:74) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:75) Mereka bertelekan pada bantal-bantal yg hijau dan permadani-permadani yg indah. (55:76) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:77) Maha Agung nama Tuhanmu Yg Mempunyai Kebesaran dan Karunia. (55:78)
Dengan menyebut nama Allah Yg Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Apabila terjadi hari kiamat, (56:1) tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. (56:2) (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yg lain), (56:3) apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, (56:4) dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, (56:5) maka jadilah ia debu yg beterbangan, (56:6) dan kamu menjadi tiga golongan. (56:7) Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. (56:8) dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. (56:9) dan orang-orang yg beriman paling dahulu, (56:10) Mereka itulah yg didekatkan kepada Allah. (56:11) Berada dalam jannah keni'matan. (56:12) Segolongan besar dari orang-orang yg terdahulu, (56:13) dan segolongan kecil dari orang-orang yg kemudian (56:14) Mereka berada di atas dipan yg bertahta emas dan permata, (56:15) seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. (56:16) Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yg tetap muda, (56:17) dengan membawa gelas, cerek dan minuman yg diambil dari air yg mengalir, (56:18) mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, (56:19) dan buah-buahan dari apa yg mereka pilih, (56:20) dan daging burung dari apa yg mereka inginkan. (56:21) dan ada bidadari-bidadara bermata jeli, (56:22) laksana mutiara yg tersimpan baik. (56:23) Sebagai balasan bagi apa yg telah mereka kerjakan. (56:24) Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yg sia-sia dan tidak pula perkataan yg menimbulkan dosa, (56:25) akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. (56:26) dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (56:27) Berada diantara pohon bidara yg tak berduri, (56:28) dan pohon pisang yg bersusun-susun (buahnya), (56:29) dan naungan yg terbentang luas, (56:30) dan air yg tercurah, (56:31) dan buah-buahan yg banyak, (56:32) yg tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya. (56:33) dan kasur-kasur yg tebal lagi empuk. (56:34) Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung (56:35) dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (56:36) penuh cinta lagi sebaya umurnya. (56:37) (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (56:38) (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yg terdahulu. (56:39) dan segolongan besar pula dari orang-orang yg kemudian. (56:40) dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? (56:41) Dalam (siksaan) angin yg amat panas, dan air panas yg mendidih, (56:42) dan dalam naungan asap yg hitam. (56:43) Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (56:44) Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan. (56:45) dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar. (56:46) dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?, (56:47) apakah bapak-bapak kami yg terdahulu (juga)?" (56:48) Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yg terdahulu dan orang-orang yg terkemudian, (56:49) banar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yg dikenal. (56:50) Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yg sesat lagi mendustakan, (56:51) benar-benar akan memakan pohon zaqqum, (56:52) dan akan memenuhi perutmu dengannya. (56:53) Sesudah itu kamu akan meminum air yg sangat panas. (56:54) Maka kamu minum seperti unta yg sangat haus minum. (56:55) Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan". (56:56) Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan? (56:57) Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yg kamu pancarkan. (56:58) Kamukah yg menciptakannya, atau Kamikah yg menciptakannya? (56:59) Kami telah menentukan kematian diantara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, (56:60) untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yg seperti kamu dan menciptakan kamu kelak dalam keadaan yg tidak kamu ketahui. (56:61) dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yg pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran? (56:62) Maka terangkanlah kepadaku tentang yg kamu tanam. (56:63) Kamukah yg menumbuhkannya atau Kamikah yg menumbuhkannya? (56:64) Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang. (56:65) (Sambil berkata): "Sesungguh nya kami benar-benar menderita kerugian", (56:66) bahkan kami menjadi orang-orang yg tidak mendapat hasil apa-apa. (56:67) Maka terangkanlah kepadaku tentang air yg kamu minum. (56:68) Kamukah yg menurunkannya atau Kamikah yg menurunkannya? (56:69) Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (56:70) Maka terangkanlah kepadaku tentang api yg kamu nyalakan (56:71) Kamukah yg menjadikan kayu itu atau Kamikah yg menjadikannya? (56:72) Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yg berguna bagi musafir di padang pasir. (56:73) Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yg Maha Besar. (56:74) Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quraan. (56:75) Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yg besar kalau kamu mengetahui. (56:76) Sesungguhnya Al-Quraan ini adalah bacaan yg sangat mulia, (56:77) pada kitab yg terpelihara (Lauhul Mahfuzh), (56:78) tidak menyentuhnya/memahaminya kecuali orang-orang yg disucikan. (56:79) Diturunkan dari Rabbil 'alamiin. (56:80) Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quraan ini? (56:81) kamu mengganti rezki (yg Allah berikan) dengan mendustakan Allah. (56:82) Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, (56:83) padahal kamu ketika itu melihat, (56:84) dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, (56:85) maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? (56:86) Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yg benar? (56:87) adapun jika dia (orang yg mati) termasuk orang-orang yg didekatkan (kepada Allah), (56:88) maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah keni'matan. (56:89) dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, (56:90) maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. (56:91) dan adapun jika dia termasuk golongan yg mendustakan lagi sesat, (56:92) maka dia mendapat hidangan air yg mendidih, (56:93) dan dibakar di dalam jahannam. (56:94) Sesungguhnya (yg disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yg benar. (56:95) Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yg Maha Besar. (56:96)

Jikalau engkau bermaksud untuk mengetahui penguraian sifat-sifat sorga itu dari hadits-hadits, maka perhatikanlah sekarang penguraiannya, sesudah engkau melihat kepada jumlahnya ! dan perhatikanlah pertama-tama: bilangan sorga ! Rasulullah saw bersabda tentang firman Allah Ta’ala: “Dan siapa yg takut terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, dia memperoleh dua taman (sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Maka Nabi saw bersabda: “Dua taman (Sorga) itu dari perak, bejananya dan apa yg padanya. Dan taman (sorga) itu dari emas, bejananya dan apa yg padanya. Dan apa yg diantara kaum itu dan diantara yg dipandang mereka kepada Tuhannya, selain selendang kebesaran di atas WajahNya pada sorga Aden”.
Kemudian, perhatikanlah kepada pintu-pintu sorga. Bahwa pintu sorga itu banyak, menurut kiraan pokok-pokoknya taat. Sebagaimana pintu neraka menurut kiraan pokok-pokoknya maksiat.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memberikan belanja 2 isterinya dari hartanya pada jalan Allah, niscaya ia dipanggil dari pintu-pintu sorga semuanya. Dan bagi sorga itu 8 pintu. Maka siapa yg termasuk dari orang yg menegakkan shalat, niscaya ia dipanggil dari pintu shalat. Siapa yg termasuk dari orang yg mengerjakan puasa, niscaya ia dipanggil dari pintu puasa. Siapa yg termasuk dari orang yg bersedekah, niscaya ia dipanggil dari pintu sedekah. Dan siapa yg termasuk dari orang yg berjihad, niscaya ia dipanggil dari pintu jihad”.
Lalu Abubakar ra bertanya: “Demi Allah ! tiada atas seorangpun yg termasuk darurat, dari pintu mana dipanggil. Adakah seseorang itu dipanggil dari pintu-pintu itu semuanya ?”. Nabi saw menjawab: “Ada ! dan aku mengharap, bahwa adalah engkau dari mereka itu”.
Dari ‘Ashim bin Dlamrah, dari Ali ra, bahwa ia menyebutkan neraka. Maka ia membesarkan persoalan neraka itu dengan sebutan, yg tidak aku hafal. Kemudian ia membaca: “Dan orang-orang yg bertaqwa kepada Tuhannya, dibawa kesorga berombong-rombongan”. S 39 Az Zumar ayat 73. Sehingga apabila mereka itu sampai kepada salah satu dari pintu-pintunya, niscaya mereka memperoleh padanya sebatang kayu, yg keluar dari bawah batangnya dua mata air yg mengalir. Lalu mereka menuju kepada salah satu daripada keduanya, sebagaimana mereka diperintahkan. Lalu mereka meminum daripadanya. Maka menghilangkan apa yg dalam perut mereka, dari kesakitan atau keputus-asaan.
Kemudian, mereka menuju kepada mata air yg satu lagi. Maka mereka bersuci daripadanya. Lalu mengalirlah kepada mereka kecantikan nikmat. Maka tiadalah berobah rambut mereka sesudah itu untuk selama-lamanya. Dan tiada kusut kepala mereka. Seolah-olah telah diminyaki dengan minyak yg harum. Kemudian, sampailah mereka kesorga. Lalu penjaga-penjaga sorga itu mengucapkan kepada mereka: “Salam sejahtera kepada kamu, selalu dalam kebaikan. Maka masuklah ke dalamnya dengan berkekalan !”. Kemudian, mereka itu ditemui oleh muda remaja, yg mengelilingi mereka. Sebagaimana muda remaja penduduk dunia mengelilingi orang yg dikasihinya, yg datang kepada mereka dari tempat yg jauh, di mana mereka itu mengucapkan kepadanya: “Bergembiralah ! Allah telah menyediakan bagi anda dari kemuliaan akan demikian”.
Ali ra meneruskan riwayatnya: “Maka berjalanlah seorang bujang dari muda remaja itu kepada sebahagian dari isterinya, dari bidadari. Maka ia mengatakan: “Telah datang si Anu, dengan namanya yg dipanggil dahulu di dunia”. Bidadari itu lalu bertanya: “Anda telah melihatnya ?”. Bujang remaja itu menjawab: “Aku sudah melihatnya. Dan dia itu di belakangku”. Maka bidadari itu masih kurang kegembiraannya. Sehingga, datanglah orang itu ke depan pintunya. Tatkala telah sampai ke tempatnya, orang itu memandang sendi bangunannya. Rupanya sendi itu mutiara besar. Diatasnya mahligai merah, hijau dan kuning, dari setiap warna. Kemudian, ia mengangkatkan kepalanya, lalu ia memandang kepada lotengnya. Rupanya adalah seperti kilat. Jikalau tidaklah Allah Ta’ala mentakdirkan, niscaya ia akan mengalami dengan hilang penglihatannya. Kemudian, ia menundukkan kepalanya, tiba-tiba terlihat isteri-isterinya, piala-piala yg diletakkan, bantal-bantal yg tersusun dan permadani yg terbentang. Kemudian, ia duduk bersandar, seraya berdoa: “Segala pujian bagi Allah yg menunjukkan kami kepada ini. Dan tiadalah kami memperoleh petunjuk, jikalau kami tidak ditunjuki oleh Allah”. Kemudian menyerulah seorang penyeru: “Kamu akan hidup, maka tiadalah kamu akan mati untuk selama-lamanya. Kamu akan menetap, maka tiadalah kamu akan berpindah untuk selama-lamanya. Dan kamu akan sehat, maka tiadalah kamu akan sakit untuk selama-lamanya”.
Rasulullah saw bersabda:“Aku akan datang pada hari kiamat kepintu sorga. Lalu aku minta dibukakan. Maka bertanya penjaga: “Siapa engkau?” Lalu aku menjawab: “Muhammad !” Maka penjaga itu mengatakan: “Dengan sebab engkau aku diperintahkan, bahwa tiada aku bukakan bagi seorangpun, sebelum engkau”. Kemudian, perhatikanlah sekarang tentang kamar-kamar sorga dan perbedaan derajat ketinggian padanya ! bahwa akhirat itu lebih besar derajat dan lebih besar kelebihan. Sebagaimana diantara manusia tentang taat zahiriyah dan akhlak batiniyah yg terpuji itu berlebih kurang secara zahiriyah, maka seperti demikian juga tentang apa dibalaskan kepada mereka itu berlebih-kurang zahiriyahnya.
Jikalau anda mencari derajat yg tertinggi, maka bersungguh-sungguhlah bahwa tidak didahului anda oleh seseorang dengan taat kepada Allah Ta’ala. Anda telah disuruh oleh Allah, dengan dahulu-mendahulukan dan berlomba-lombaan padanya. Allah Ta’ala berfirman: “Dahulu-mendahulukanlah memohonkan keampunan dari Tuhanmu”. S 57 Al Hadiid ayat 21. Allah Ta’ala berfirman: “Dan pada yg demikian itu, maka hendaklah berlomba-lomba orang yg mau berlomba-lomba”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 26. Yg mengherankan ialah, jikalau tampil atas engkau teman-teman engkau atau tetangga engkau, dengan kelebihan sedirham atau dengan ketinggian rumah, niscaya beratlah yg demikian itu atas engkau. Sempitlah dengan yg demikian itu dada engkau. Keruhlah dengan sebab kedengkian itu kehidupan engkau. Baguskanlah hal-ihwal engkau, bahwa engkau akan menetap dalam sorga. Dan engkau tidak selamat padanya dari golongan-golongan yg mendahului engkau, dengan sifat-sifat yg halus, yg tidak diseimbangkan oleh dunia dengan segala isinya.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa penduduk sorga itu lihat-melihat dengan orang-orang yg mempunyai kamar di atas mereka, sebagaimana kamu lihat-melihat akan bintang yg masih ada di ufuk langit, dari Timur & Barat, karena berlebih-berkurang yg diantara mereka itu”. Para sahabat lalu berkata: “Wahai Rasulullah ! itu adalah tempat nabi-nabi, yg tiada sampai kepadanya, selain mereka itu”. Nabi saw menjawab: “Tidak ! demi Tuhan yg diriku di TanganNya ! mereka itu laki-laki yg beriman dengan Allah & membenarkan rasul-rasul”. Nabi saw bersabda pula: “Bahwa orang yg mempunyai derajat tinggi itu akan dilihat mereka oleh orang-orang dibawahnya, sebagaimana engkau melihat bintang yg terbit pada salah satu ufuk/kaki langit
Bahwa Abubakar & Umar adalah sebahagian dari mereka dan keduanya dicurahkan nikmat dengan kelebihan tingkat”.
Jabir berkata: “Rasulullah saw bertanya kepada kami: “Apakah tidak aku terangkan kepada kamu akan kamar-kamar sorga ?”. Jabir berkata: “Aku lalu menjawab: “Belum, wahai Rasulullah! kiranya Allah mencurahkan rahmat kepada engkau, demi engkau, bapak kami & ibu kami !”. Nabi saw menjawab: “Bahwa dalam sorga itu kamar-kamar dari segala jenis intan-permata seluruhnya. Terlihat luarnya dari dalamnya & dalamnya dari luarnya. Dan padanya dari kenikmatan, kesenangan dan kegembiraan, yg belum pernah mata melihat, telinga mendengar dan belum pernah terguris pada hati manusia”. Jabir berkata: “Aku lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ! untuk siapa kamar-kamar itu ?”. Nabi saw menjawab: “Untuk orang yg mengembangkan salam, memberikan makanan, selalu mengerjakan puasa dan mengerjakan shalat malam, sedang manusia lain itu tidur”. Jabi meneruskan riwayatnya: “Kami lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ! siapakah yg sanggup demikian ?”. Nabi saw menjawab: “Umatku sanggup demikian. Dan akan aku terangkan kepada kamu dari yg demikian, bahwa siapa yg bertemu dengan saudaranya, lalu memberi salam kepadanya atau menjawab salam, maka dia itu telah mengembangkan salam. Barangsiapa memberikan makanan kepada isterinya dan keluarganya dari makanan, sehingga mengenyangkan mereka, maka ia telah memberikan makanan. Barangsiapa mengerjakan puasa bulan Ramadhan & dari setiap bulan 3 hari, maka ia telah selalu mengerjakan puasa. Dan barangsiapa mengerjakan shalat Isya yg akhir dan mengerjakan shalat pagi (Shubuh) dengan berjama’ah, maka ia telah mengerjakan shalat di malam hari dan manusia lain itu tidur”. Yakni: orang Yahudi, Nasrani dan Majusi.
Ditanyakan Rasululah saw tentang firman Allah Ta’ala: “Dan tempat-tempat tinggal yg indah di sorga Aden”. S 37 Ash Shaffaat ayat 12. Maka Nabi saw menjawab: “Istana-istana dari mutiara. Pada setiap istana itu 70 kampung dari yakut merah. Pada setiap kampung itu 70 rumah dari zamrud hijau. Pada setiap rumah itu tempat tidur. Di atas setiap tempat tidur itu 70 tikar dari setiap warna. Di atas setiap tikar itu isteri dari bidadari. Pada setiap rumah itu 70 hidangan. Di atas setiap hidangan itu 70 warna dari makanan. Pada setiap rumah itu 70 pelayan wanita. Dan diberikan kepada orang mu’min pada setiap pagi” –yakni: dari kekuatan “akan apa yg ia datang kepada yg demikian itu semua”.
SIFAT DINDING SORGA, LANTAI-LANTAINYA, KAYU-KAYUAN NYA DAN SUNGAI-SUNGAI NYA.
Perhatikanlah tentang bentuk sorga ! dan bertafakkurlah tentang kegemaran penduduk-penduduknya dan tentang penyesalan orang yg tiada memperoleh nya, karena dipadainya dengan dunia, sebagai ganti daripadanya.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa dinding sorga itu batu bata dari perak dan batu bata dari emas. Tanahnya pohon kumkuma (za’faran) dan buminya kesturi”. Ditanyakan Rasulullah saw tentang tanah sorga, maka beliau menjawab: “Tanah licin putih, kesturi murni”. Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menyukai bahwa ia diberi minum khamar oleh Allah ‘Azza Wa Jalla di akhirat, maka hendaklah ditinggalkan nya didunia. Dan barangsiapa menyukai bahwa ia diberi pakaian sutera oleh Allah diakhirat, maka hendaklah ditinggalkannya di dunia. Sungai-sungai sorga itu memancar dari bawah bukit atau bawah bukit-bukit kesturi. Dan jikalau adalah pakaian isi sorga yg paling rendah itu dibandingkan dengan pakaian penduduk dunia sekaliannya, niscaya adalah pakaian yg diberikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla di akhirat itu lebih utama dari pakaian dunia semuanya”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa dalam sorga itu ada sebatang kayu, dimana orang yg berkendaraan dapat berjalan pada naungannya 100 tahun, yg tiada dapat dihabiskannya. Bacalah kalau kamu kehendaki: “Dan naungan yg terbentang luas”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 30.
Abu Amamah berkata: “Adalah para sahabat Rasulullah saw mengatakan: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla memanfaatkan kita dengan orang-orang Arab desa dan persoalan-persoalan mereka. Lalu datanglah seorang Arab desa, seraya berkata: “Wahai Rasulullah ! Allah telah menyebutkan dalam Alquran, batang kayu yg menyakitkan. Dan aku tidak mengetahui, bahwa dalam sorga itu ada pohon kayu yg menyakitkan orang yg diam didalamnya”. Lalu Rasulullah saw bertanya: “Apakah pohon itu ?”. Arab desa itu menjawab: “Pohon Sidr. Bahwa pohon itu berduri”. Lalu Nabi saw bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Pada pohon sidr (teratai), yg terbuang durinya”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 28. Dibuang oleh Allah durinya. Lalu Ia menjadikan pada tempat setiap duri itu buah. Kemudian, buah itu memecah daripadanya 72 warna dari makanan. Tiada daripadanya suatu warnapun yg menyerupai dengan warna yg lain”.
Jarir bin Abdullah berkata: “Kami bertempat diShaffah. Tiba-tiab ada seorang laki-laki tidur dibawah pohon kayu, yg telah hampir matahari sampai kepadanya. Lalu aku berkata kepada orang itu: “Berjalanlah dengan permadani ini, lalu bernaunglah !”. Maka orang itu berjalan, lalu menaungkan dirinya dengan permadani tadi. Ketika ia bangun dari tidurnya rupanya dia itu Salman. Lalu aku datang kepadanya, memberi salam kepadanya”. Maka Salman berkata: ”Hai Jarir ! merendahkan dirilah karena Allah ! bahwa barangsiapa merendahkan diri karena Allah di dunia, niscaya ia diangkatkan oleh Allah pada hari kiamat. Adakah engkau tahu, apakah naungan itu pada hari kiamat ?”. Aku menjawab: “Aku tidak tahu”. Salman menjawab: “Dinaungi oleh manusia, sebahagian mereka akan sebahagian yg lain”. Kemudian, ia mengambil dahan kecil, yg hampir aku tidak dapat melihatnya, dari kekecilannya, seraya berkata: “Hai Jarir ! jikalau engkau mencari seperti ini dalam sorga, niscaya tidak engkau akan mendapatinya”. Lalu aku bertanya: “Hai bapak Abdullah ! maka di manakah batang kurma dan pohon yg lain ?”. Salman menjawab: “Pokoknya mutiara dan emas. Dan yg tertinggi daripadanya, ialah: buah”.
SIFAT PAKAIAN PENDUDUK SORGA, TIKAR, TEMPAT TIDUR, RANJANG DAN TENDA MEREKA.
Allah Ta’ala berfirman: “Mereka diberi perhiasan dalam sorga dari gelang emas dan mutiara dan memakai pakaian sutera”. S 22 Al Hajj ayat 23. Ayat-ayat mengenai yg demikian itu banyak. Dan penguraiannya itu dalam hadits-hadits. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda: “Siapa yg masuk sorga, niscaya ia bersenang-senang, tiada berduka-cita, tiada buruk pakaiannya dan tiada hilang kemudaannya. Dalam sorga itu apa yg tiada pernah dilihat oleh mata. Tiada pernah didengar oleh telinga. Dan tiada pernah terguris di hati manusia”.
Seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah ! terangkanlah kepada kami tentang pakaian penduduk sorga ! adakah kain buruk yg telah buruk atau tenunan yg telah tertenun ?”. Rasulullah saw lalu diam. Dan sebahagian orang-orang itu tertawa. Maka Rasulullah saw lalu bertanya: “Dari apakah kamu tertawa ? dari orang bodoh yg bertanya kepada orang yg tahu ?”.
Kemudian, Rasulullah saw bersabda: “Akan tetapi, pecah daripadanya buahan sorga 2 kali”. Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Rombongan pertama yg masuk sorga, adalah rupa mereka itu seperti rupa bulan pada malam purnama. Mereka itu tiada meludah padanya, tiada beringus dan tiada buang air besar. Bejana mereka itu dan sisirnya dari emas dan perak. Peluh mereka itu bau kesturi. Bagi masing-masing dari mereka itu dua orang isteri. Ia melihat otak tulang betisnya dari belakang daging dari kecantikan. Tiada perselisihan diantara mereka dan tiada bermarah-marahan. Hati mereka itu di atas satu hati. Mereka itu mengucapkan tasbih kepada Allah pagi dan sore”.
Dan pada suatu riwayat: “Pada setiap isteri itu 70 pakaian”. Nabi saw bersabda mengenai firman Allah Ta’ala: “Mereka diberi perhiasan dalam sorga dari gelang emas”. S 22 Al Hajj ayat 23. Maka Nabi saw bersabda: “Bahwa atas mereka itu mahkota-mahkota. Bahwa sekurang-kurang mutiara pada nya, ialah dapat menerangkan diantara Timur dan Barat”. Nabi saw bersabda: “Tenda itu permata yg berlobang. Panjangnya di langit 60 mil. Pada setiap sudut daripada nya bagi orang mu’min itu keluarga, yg tiada dilihat oleh orang yg lain”. –dirawikan Al-Bukhari dalam kitab Ash-Shahih”. Ibnu Abbas berkata: “Tenda itu permata yg berlobang. Dari mil ke mil itu mempunyai 4000 potong emas”. Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda mengenai firman Allah Ta’ala: “Dan tikar-tikar yg ditinggikan”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 34. Maka Nabi saw bersabda: “Diantara 2tikar itu seperti diantara langit & bumi”
SIFAT MAKANAN PENDUDUK SORGA.
Penjelasan makanan penduduk sorga itu tersebut dalam Alquran: dari buah-buahan, burung-burung yg gemuk, al-manna (rasanya seperti air madu), as-salwa (sebangsa burung puyuh), air madu, susu dan berbagai macam yg banyak, yg tiada terhinggakan. Allah Ta’ala berfirman: “Setiap mereka beroleh pemberian didalam sorga dari semacam buah-buahan, mereka mengatakan: ini pemberian yg kita terima dahulu & kepada mereka diberikan pemberian yg serupa”. S2 Al Baqarah ayat25. Disebutkan oleh Allah Ta’ala minuman penduduk sorga pada banyak tempat Tsauban bekas sahaya Rasulullah saw berkata: “Adalah aku berdiri disisi Rasulullah saw maka datanglah salah seorang pendeta Yahudi. Maka disebutkannya beberapa pertanyaan, sehingga ia bertanya: “Maka siapakah orang pertama yg diperbolehkan ?”. –Yakni: atas Titian. Nabi saw lalu menjawab: “Orang-orang muhajirin yg qari’ (ahli membaca Alquran). Yahudi itu bertanya lagi: “Apakah hadiah mereka ketika mereka masuk sorga ?”. Nabi saw menjawab: “Buih hati ikan paus”. Yahudi itu bertanya pula: “Apakah makanan mereka sesudah itu ?”. Nabi saw menjawab: “Disembelihkan bagi mereka itu lembu jantan sorga, yg makan di tepi-tepi sorga”. Yahudi itu bertanya kembali: “Apakah minuman mereka sesudah memakan lembu jantan itu ?”. Nabi saw menjawab: “Dari mata air dalam sorga, yg dinamakan: Salsabil”. Pendeta Yahudi itu berkata: “Benar engkau !”.
Zaid bin Arqam berkata: “Seorang laki-laki Yahudi datang kepada Rasulullah saw, seraya bertanya: “Hai Ayah Al-Qasim! adakah tidak engkau mendakwa kan bahwa penduduk sorga itu makan dan minum didalam sorga ?”. Dan Yahudi itu mengatakan kepada teman-temannya: “Jikalau ia mengaku bagiku dengan yg demikian, niscaya akan aku kalahkan dia dengan alasan”. Lalu Rasulullah saw menjawab: “Benar ! demi Tuhan, yg diriku di TanganNya ! bahwa seseorang mereka diberikan kekuatan 100 laki-laki pada makan, minum dan bersetubuh”. Maka orang Yahudi itu menjawab: “Bahwa orang yg makan dan minum itu ada baginya hajat keperluan”. Rasulullah saw lalu bersabda: “Hajat keperluan mereka ialah keringat yg melimpah dari kulit mereka seperti kesturi. Jadi, maka perut itu telah kurus”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya engkau memandang kepada burung dalam sorga. Lalu engkau mengingatinya. Maka burung itu jatuh tersungkur di hadapan engkau dengan keadaan sudah terbakar masak”.
Hudzaifah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa dalam sorga itu ada burung, seperti unta besar”. Abubakar ra bertanya: “Bahwa burung itu sungguh menikmatkan, wahai Rasulullah ?”. Nabi saw menjawab: “Dinikmati akan burung itu oleh orang yg memakannya. Dan engkau termasuk orang yg memakannya, wahai Abubakar !”.
Abdullah bin ‘Amr berkata tentang firman Allah Ta’ala: “Diedarkan kepada mereka piring-piring”. S 43 Az Zukhruf ayat 71. Maka Abdullah bin ‘Amr itu mengatakan: “Diedarkan kepada mereka 70 piring dari emas. Setiap piring, padanya itu warna, yg tidak ada pada piring yg lain seperti itu”. Abdullah bin Mas’ud ra berkata tentang firman Allah Ta’ala: “Dan campurannya dari mata air tasniim”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 27. Maka Abdullah bin Mas’ud mengatakan: “Dicampurkan bagi orang-orang golongan kanan dan akan diminum oleh orang-orang al-muqarrabin semata-mata”.
Abud-Darda’ ra mengatakan tentang firman Allah Ta’ala: “Kesudahannya ialah kesturi”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 26. Maka Abud-Darda’ ra mengatakan: “Itulah minuman putih seperti perak, yg disudahkan mereka pada akhir minumannya. Jikalau seorang laki-laki dari penduduk dunia memasukkan tangannya dalam minuman itu, kemudian mengeluarkannya, niscaya tidak tinggallah yg mempunyai bau-bauan, melainkan ia memperoleh keharuman baunya”
SIFAT BIDADARI DAN MUDA-REMAJA.
Telah berulang-ulang dalam Alquran penyifatan mereka. Dan telah datang hadits-hadits dengan lebih banyak uraian tentang yg demikian. Diriwayatkan Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Waktu pagi pada jalan Allah atau waktu sore itu lebih baik dari dunia dan isinya. Sesungguhnya tali panah seseorang kamu atau tempat tapak kakinya dari sorga itu lebih baik dari dunia dan isinya. Jikalau seorang wanita dari wanita-wanita penduduk sorga itu melihat kebumi, niscaya bercahayalah & penuhlah diantara bumi & sorga itu bau-bauan. Dan kainnya diatas kepalanya itu lebih baik dari dunia dengan isinya”. Yakni: kain penutup kepala.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda mengenai firman Allah Ta’ala: “Mereka bagai permata delima dan mutiara”. S 55 Ar Rahmaan ayat 58. Maka Nabi saw bersabda: “Dipandang kepada wajahnya dalam tabirnya, lebih bersih dari cermin. Mutiara yg paling kurang padanya itu menyinarkan diantara Timur dan Barat. Bahwa di atasnya itu 70 lapis pakaian, yg ditembuskan oleh penglihatannya. Sehingga ia melihat benak tulang betisnya dari belakang yg demikian”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tatkala aku diisra’kan (dijalankan pada malam hari), maka aku masuk sorga, pada suatu tempat, yg dinamakan: al-baidakh. Di atasnya tenda dari mutiara, batu zabarjad hijau dan yakut merah. Mereka itu mengucapkan: “Salam sejahtera kepada engkau, wahai Rasul Allah !”. Lalu aku bertanya: “Hai Jibril ! apakah seruan itu ?”. Jibril menjawab: “Mereka itu bidadari-bidadari yg terpelihara baik dalam rumah. Mereka itu meminta izin pada Tuhannya, untuk memberi salam kepada engkau. Maka Allah mengizinkan kepada mereka. Maka mulailah mereka itu mengatakan: “Kami senang. Maka kami tiada marah untuk selama-lamanya. Kami terus disini. Maka kami tidak pergi untuk selama-lamanya”. Rasulullah saw lalu membaca firman Allah Ta’ala: “Yg suci bersih, terpelihara baik di dalam rumah”. S 55 Ar Rahmaan ayat 72.
Mujahid berkata tentang firman Allah Ta’ala: “Dan isteri-isteri (pasangan) yg suci”. S 3 Ali ‘Imran ayat 15. Maka Mujahid mengatakan: “Suci dari haid, berak, kencing, air ludah, dahak, mani dan anak”.
Al-Auza’i berkata, tentang firman Allah Ta’ala: “Bersenang-senang dalam pekerjaannya”. S 36 Yaa Siin ayat 55. Maka Al-Auza’i mengatakan: “Pekerjaan mereka, ialah: mengambil keperawanannya”. Seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah ! adakah bersetubuh penduduk sorga ?”. Nabi saw menjawab: “Seorang laki-laki dari mereka diberi kekuatan pada satu hari, lebih utama dari 70 orang dari kamu”.
Abdullah bin Umar berkata: “Bahwa tingkat yg paling rendah bagi penduduk sorga, ialah orang yg berusaha bersama dia 1000 pelayan. Setiap pelayan itu pada pekerjaan, yg tiada padanya temannya”.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa seorang laki-laki dari penduduk sorga itu kawin dengan 500 wanita, yg mata putihnya amat putih & mata hitam nya amat hitam (haura’), 4000 wanita perawan dan 8000 janda. Ia berpeluk-pelukan dengan masing-masing dari mereka itu sepanjang umurnya di dunia”.
Nabi saw bersabda: “Bahwa dalam sorga itu ada pasar, yg tidak ada padanya berjual-beli. Selain gambar dari laki-laki dan wanita. Maka apabila seorang laki-laki merindukan suatu gambar, niscaya ia masuk padanya. Dan bahwa padanya itu tempat berkumpulnya bidadari, yg meninggikan suaranya, yg belum pernahlah makhluk manusia mendengar yg seperti itu. Mereka itu mengatakan: “Kami berkekalan di sini, maka tidaklah kami berpindah jauh. Kami bersenang-senang, maka tidaklah kami itu berduka-cita. Kami senang dengan ridha hati, maka tidaklah kami marah. Maka sentosalah bagi orang, yg dia itu untuk kami dan kami itu untuk dia”.
Anas ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa bidadari dalam sorga itu bernyanyi: “Kami adalah bidadari yg cantik. Kami disembunyikan untuk suami-suami yg mulia”. Yahya bin Katsir berkata tentang firman Allah Ta’ala: “Di dalam taman (sorga) mereka itu bersuka-cita”. S 30 Ar Ruum ayat 15. Yahya bin Katsir mengatakan: “Bersuka-ria itu dengan mendengar suara-suara yg merindukan dalam sorga”. Abu Amamah Al-Bahili berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah dari seorang hamba yg masuk sorga, melainkan duduklah pada sisi kepalanya dan sisi dua kakinya, dua orang bidadari, yg bernyanyi untuk dia, dengan suara yg paling bagus, yg didengar oleh insan dan jin. Dan tidaklah itu dengan serunai setan. Akan tetapi, dengan pemujian dan pengkudusan kepada Allah”.
PENJELASAN: kalimat-kalimat yg bercerai-berai dari sifat-sifat penduduk sorga, yg tersebut pada hadits-hadits.
Usamah bin Zaid meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya: “Ketahuilah ! adakah orang yg sangat bersungguh-sungguh bagi sorga ? bahwa sorga, tiadalah bahaya baginya. Sorga itu –demi Yg Empunya Ka’bah- adalah cahaya yg bersinar-sinar, bau-bauan yg harum, yg menggerakkan, istana yg kokoh kuat, sungai yg mengalir, buah-buahan yg banyak dan masak, isteri yg cantik molek, dalam kesukaan dan kenikmatan pada tempat tinggal itu untuk selama-lamanya. Dan yg bagus dalam rumah yg tinggi, cantik dan sejahtera”.
Para sahabat itu berkata: “Kami itu sangat bersungguh-sungguh bagi sorga, wahai Rasulullah !”. Nabi saw lalu menjawab: ‘Katakanlah: Insya Allahu Ta’ala !”. Kemudian, beliau menyebutkan jihad dan menggerakkan kepada jihad itu. Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw, seraya bertanya: “Adakah dalam sorga itu kuda ? Adakah kuda itu menakjubkan aku ?”. Nabi saw menjawab: “Jikalau engkau menyukai yg demikian, niscaya didatangkan kepada engkau seekor kuda dari yakut yg merah. Maka ia terbang dengan engkau dalam sorga, kemana saja engkau kehendaki”. Seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw: “Bahwa unta itu menakjubkan aku. Maka adakah dalam sorga itu unta ?”. Nabi saw lalu menjawab: “Hai hamba Allah ! kalau engkau dimasukkan ke dalam sorga, maka bagi engkau dalam sorga itu apa yg diingini oleh nafsu engkau dan yg dipandang lezat oleh dua mata engkau”.
Dari Abi Sa’id Al-Khudri, yg mengatakan: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa orang laki-laki itu dilahirkan baginya seorang anak, sebagaimana yg diingininya. Adalah hamilnya, diceraikan dari susunya dan kepemudaannya itu dalam satu saat”. Rasulullah saw bersabda: “Apabila telah menetaplah penduduk sorga dalam sorga, niscaya saudara-saudara itu rindu kepada saudara-saudaranya. Maka berjalanlah tempat tidur si Ini kepada tempat tidur si Ini. Lalu keduanya bertemu dan bercakap-cakap, yg tidak pernah ada diantara keduanya dalam negeri dunia. Maka ia berkata: “Hai saudaraku ! engkau ingat akan hari itu pada tempat duduk itu. Lalu kita berdoa kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka Ia mengampunkan bagi kita”.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa penduduk sorga itu tidak berbulu badannya, muda-belia, putih, keriting rambutnya, yg bercelak matanya, pemuda berumur 33 tahun di atas bentuk kejadian Adam. Tinggi mereka itu 60 hasta, dalam lintangnya 7 hasta”. Rasulullah saw bersabda: “Sekurang-kurangnya penduduk sorga itu mempunyai 80 ribu pelayan dan 72 isteri. Dan didirikan baginya suatu atap bundar (kubbah) dari mutiara, zabarjad dan yakut, sebagaimana antara Al-Jabiyah ke Sana’a. Bahwa di atas mereka itu mahkota. Dan sekurang-kurangnya mutiara daripadanya itu dapat menerangkan diantara Timur dan Barat”.
Nabi saw bersabda: “Aku memandang ke sorga. Maka rupanya, buah delimanya adalah seperti kulit unta yg terlipat. Rupanya, burung sorga itu seperti unta besar. Rupanya, dalam sorga itu ada budak wanita. Lalu aku bertanya: “Hai budak wanita ! untuk siapa engkau ?”. Maka ia menjawab: “Untuk Zaid bin Haritsah”. Rupanya, dalam sorga itu ada yg belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terguris pada hati manusia”.
Ka’bul Ahbar berkata: “Allah Ta’ala menciptakan Adam dengan TanganNya. Ia menulis Taurat dengan TanganNya. Dan Ia menanamkan sorga dengan TanganNya. Kemudian Ia berfirman kepadanya: “Berbicaralah !”. Maka sorga itu membacakan: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yg beriman itu”. S 23 Al Mukminuun ayat 1. Maka inilah sifat-sifat sorga, yg telah kami sebutkan itu secara keseluruhan. Kemudian, kami nukilkan secara terurai.
Al-Hasan Al-Basharira menyebutkan secara keseluruhannya. Maka beliau mengatakan: “Bahwa buah delima sorga itu seperti timba. Bahwa sungai-sungainya adalah dari air yg tidak berobah-obah. Dan sungai-sungai dari susu yg tidak berobah rasanya. Sungai-sungai dari air madu, yg bersih, yg tidak dapat disifatkan. Dan sungai-sungai dari khamar yg lezat bagi orang-orang yg meminumnya, yg tidak melemahkan akal pikiran dan tidak memusingkan kepala. Bahwa dalam sorga itu ada yg belum pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terguris pada hati manusia.
Raja-raja yg bersenang-senang dengan nikmat, putera-putera yg berumur 33 tahun, dalam satu usia. Tingginya 60 hasta ke atas, bercelak, tiada berambut di badan, muda-belia, yg merasa aman dari azab. Dan tenanglah bagi mereka perkampungan itu. Sungai-sungainya mengalir atas batu-batu kecil dari yakut dan zabarjad. Urat-uratnya, batang kurmanya dan batang anggurnya itu mutiara. Dan buah-buahnya tidak diketahui akan pengetahuannya, selain oleh Allah Ta’ala. Bau harumnya, didapati dari perjalanan 500 tahun. Bahwa bagi mereka di dalam sorga itu kuda dan unta yg cepat berjalan. Kendaraannya, kekangnya dan pelananya dari yakut, yg kunjung-mengunjungi mereka itu padanya. Isteri mereka itu bidadari, seolah-olah mereka itu telur yg tersimpan rapi. Bahwa wanita itu mengambil dengan dua anak jarinya, 70 potong pakaian. Lalu dipakainya. Maka terlihatlah benak dalam betisnya dari belakang pakaian yg 70 itu. Allah telah mensucikan akhlak dari sifat yg buruk dan tubuh dari kematian. Mereka itu tiada berair-ingus padanya. Tiada kencing dan tiada berak. Hanya sesungguhnya itu sandawa dan keringat kesturi. Bagi mereka itu rezeki pada pagi hari dan pada sorenya. Bahwa tidaklah malam, yg kembali pagi kepada sore dan sore kepada pagi. Bahwa penghabisan orang yg masuk sorga dan yg paling rendah kedudukan dari mereka itu dipanjangkan penglihatannya dan kerajaannya, seperti jalanan 100 tahun, dalam istana dari emas, perak dan tenda mutiara. Dan dilapangkan baginya pada penglihatannya, sehingga ia memandang kepada yg sejauh-jauhnya, sebagaimana ia memandang kepada yg sedekat-dekatnya. Diberi makanan pagi kepada mereka itu dengan 70 ribu piring dari emas. Dan diberi makanan sore kepada mereka seperti itu pula. Pada setiap piring itu warna yg tidak ada pada piring yg lain, yg seperti itu. Dan diperolehnya rasa yg penghabisannya, sebagaimana diperolehnya rasa yg permulaannya. Bahwa dalam sorga itu suatu mutiara yakut, yg padanya 70 ribu kampung. Pada setiap kampung itu 70 ribu rumah, yg tiada padanya pecah dan lobang.
Mujahid berkata: “Bahwa serendah-rendah kedudukan bagi penduduk sorga, bagi orang yg berjalan dalam kerajaannya itu 1000 tahun. Ia akan melihat yg terjauh, sebagaimana ia melihat yg terdekat. Dan yg tertinggi mereka, ialah yg melihat kepada Tuhannya pada pagi hari dan sorenya”.
Sa’id bin Musayyab berkata: “Tiada seorangpun dari isi sorga, melainkan pada tangannya 3 gelang. 1 gelang dari emas, 1 gelang dari mutiara dan 1 gelang dari perak”. Abu Hurairah ra berkata: “Bahwa dalam sorga itu ada bidadari, yg dinamakan: Al-‘Aina. Apabila ia berjalan, maka berjalanlah di kanannya dan di kirinya 70 ribu pelayan wanita. Dan bidadari itu bertanya: “Di manakah orang-orang beramar-ma’ruf dan bernahi-munkar ?”. Yahya bin Ma’adz berkata: “Meninggalkan dunia itu sukar. Dan hilangnya sorga itu lebih sukar. Dan meninggalkan dunia itu adalah emas kawin akhirat”. Yahya bin Ma’adz berkata pula: “Pada mencari dunia itu kehinaan bagi diri. Dan pada mencari akhirat itu kemuliaan bagi diri. Maka alangkah mengherankan, kepada orang yg memilih kehinaan pada mencari apa yg akan lenyap. Dan meninggalkan kemuliaan pada mencari apa yg akan kekal”.
SIFAT MELIHAT DAN MEMANDANG KEPADA WAJAH ALLAH YG MAHA SUCI DAN YG MAHA TINGGI.
Allah Ta’ala berfirman: “Bagi orang-orang yg berbuat kebaikan, mendapat (pahala) yg baik dan tambahannya”. S 10 Yunus ayat 26. Dan tambahan nya ini, ialah memandang kepada Wajah Allah Ta’ala. Dan itu adalah kelezatan yg paling besar yg melupakan padanya, akan kenikmatan penduduk sorga. Dan telah kami sebutkan hakikat/maknanya pada Kitab Kecintaan. Dan telah disaksikan bagi yg demikian itu oleh Kitab dan Sunnah Nabi, kebalikan dari yg dii’tikaqkan / diyakinkan oleh orang-orang bid’ah (yg diada-adakan).
Jarir bin Abdullah Al-Bajali berkata: “Adalah kami duduk di samping Rasulullah saw. Lalu beliau melihat bulan pada malam purnama. Maka beliau bersabda: “Bahwa kamu akan melihat Tuhanmu, sebagaimana kamu melihat bulan ini, yg tiada berkuranglah kamu pada melihatNya. Maka jikalau kamu sanggup bahwa kamu tidak merasa berat kepada shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah!”. Kemudian, Nabi saw membaca ayat ini: “Dan mengucapkan tasbihlah dengan memujikan Tuhan engkau, sebelum terbit matahari & sebelum terbenamnya !”. S 20 Thaahaa ayat 130. Hadits ini dikeluarkan pada Kitab Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim). Dirawikan Muslim dalam Ash-Shahih, dari Shuhaib, yg mengatakan: “Rasulullah saw membaca firman Allah Ta’ala: “Bagi orang-orang yg berbuat kebaikan, mendapat (pahala) yg baik dan tambahannya”. S 10 Yunus ayat 26. Lalu beliau meneruskan: “Apabila isi sorga itu masuk sorga dan isi neraka itu masuk neraka, niscaya berserulah orang yg berseru: “Hai isi sorga ! bahwa bagi kamu pada sisi Allah itu ada janji, yg Ia berkehendak akan menunaikannya kepada kamu”. Isi sorga itu bertanya: “Apakah janji itu ? apa tidakkah akan memberatkan neraca kami, memutihkan wajah kami, memasukkan kami ke sorga dan menghelakan kami dari neraka ?”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Maka diangkatlah hijab dan mereka itu memandang kepada Wajah Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka tiadalah mereka itu diberikan akan sesuatu, yg lebih mereka sukai, daripada memandang kepadaNya”. Telah diriwayatkan oleh segolongan dari para sahabat akan hadits melihat Allah Ta’ala. Dan ini adalah yg paling baik dan penghabisan nikmat. Dan setiap apa yg telah kami uraikan daripada bersenang-senang pada sisi nikmat ini dilupakan orang. Dan tiadalah bagi kegembiraan penduduk sorga pada kebahagiaan bertemu dengan Allah Ta’ala itu berkesudahan. Bahkan, tiadalah bandingan bagi sesuatu dari kelezatan sorga, kepada kelezatan bertemu dengan Allah Ta’ala. Dan telah kami ringkaskan kata di sini, karena apa yg telah kami uraikan pada Kitab Cinta, Rindu dan Ridha dahulu. Maka tiada seyogyalah bahwa ada cita-cita hamba dari sorga dengan sesuatu, selain bertemu dengan Allah Tuhan kita. Adapun nikmat sorga yg lain, maka berkongsi padanya binatang ternak yg dilepaskan pada tempat penggembalaan.
KAMI MENYUDAHI KITAB INI DENGAN BAB:
TENTANG KELUASAN RAHMAT ALLAH TA’ALA, ATAS JALAN MENGAMBIL SEMPENA(rahmat/restu) PADA YG DEMIKIAN ITU.
Adalah Rasulullah saw menyukai ambil sempena (rahmat/restu). Dan tiadalah bagi kita dari amal perbuatan, yg tidak kita harapkan akan ampunan Allah (maghfirah). Maka kita mengikuti Rasulullah saw pada mengambil sempena/rahmat itu. Dan kita mengharap kiranya Ia menyudahkan akibat perbuatan kita dengan kebajikan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana kita menyudahi kitab ini dengan menyebutkan rahmat Allah Ta’ala.
-Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengampunkan –dosa- jika Dia dipersekutukan, tetapi diampuniNya selain dari itu, bagi siapa yg dikehendakiNya”. S 4 An Nisaa’ ayat 48.
-Dan firman Allah Ta’ala: “Katakanlah ! hai hamba-hambaKu yg melampaui batas mencelakakan dirinya sendiri ! janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah ! sesungguhnya Allah itu mengampuni segenap dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. S 39 Az Zumar ayat 53.
-Dan Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa mengerjakan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian itu dia meminta ampun kepada Allah, niscaya akan diperolehnya, bahwa Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. S 4 An Nisaa’ ayat 110.
Kami meminta ampun pada Allah Ta’ala dari setiap yg tergelincir tapak kaki kami. Atau pena itu melampaui batas pada Kitab kami yg ini dan pada kitab-kitab kami yg lain. Dan kami meminta ampun padaNya dari perkataan-perkataan kami yg tidak bersesuaian dengan perbuatan-perbuatan kami. Dan kami meminta ampun padanya dari yg kami mendakwakan dan melahirkannya dari pengetahuan dan penglihatan mata hati dengan agama Allah Ta’ala, serta keteledoran padanya. Kami meminta ampun padaNya dari setiap ilmu dan amal, yg kami maksudkan akan WajahNya Yg Maha Mulia, kemudian dicampuri oleh yg lain. Kami meminta ampun padaNya dari setiap janji yg kami berjanji pada diri kami sendiri, kemudian kami teledor pada menepatinya. Kami meminta ampun padaNya dari setiap nikmat, yg telah dinikmatkanNya kepada kami, lalu kami memakaikannya pada kemaksiatan kepadaNya. Kami meminta ampun padaNya dari setiap yg terus-terang dan sindiran, dengan kekurangan yg kurang dan keteledoran yg meneledorkan, yg kami bersifat dengan yg demikian. Dan kami meminta ampun padaNya dari setiap kali, yg membawa kami kepada berbuat-buat dan memberat-beratkan diri, yg menghiasi manusia, dalam kitab yg telah kami gariskan atau perkataan yg telah kami susunkan atau ilmu yg telah kami faedahkan atau yg telah kami mengambil faedah daripadanya. Dan kami mengharap sesudah meminta ampun dari sekalian yg demikian seluruhnya, bagi kami dan bagi yg membaca Kitab kami ini atau yg menuliskannya atau yg mendengarnya, bahwa ia bermurah hati meminta ampun, memohonkan rahmat dan terlepas dari semua kejahatan, zhahir dan bathin. Bahwa kemurahan kasih-sayang itu meratai, rahmat itu meluas dan kemurahan nikmat kepada segala jenis makhluk itu melimpah-limpah. Dan kita itu adalah suatu makhluk dari makhluk Allah ‘Azza Wa Jalla, tiada jalan bagi kita kepadaNya, selain oleh kurnia dan kemuliaanNya.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa bagi Allah Ta’ala itu 100 rahmat, yg diturunkanNya daripadanya satu rahmat antara jin, manusia, burung, binatang ternak dan binatang-binatang kecil. Maka dengan nikmat yg satu itu, mereka berkasih-kasihan dan sayang-menyayangi. Dan dikemudiankanNya akan yg 99 rahmat itu, yg akan dirahmatiNya dengan nikmat-nikmat tersebut kepada hamba-hambaNya pada hari kiamat”.
Diriwayatkan, bahwa pada hari kiamat, Allah Ta’ala mengeluarkan Kitab (Suratan) dari bawah Al-‘Arasy, yg padanya tersebut: “Bahwa rahmatKu itu mendahului kemarahanKu. Dan Aku itu Maha Pengasih dari segala yg pengasih”. Maka isi sorga itu keluar dari neraka dalam keadaan yg serupa. Rasulullah saw bersabda: “Menampaklah (at-tajalli) Allah Azza Wa Jalla bagi kita pada hari kiamat dengan tersenyum. Maka Ia berfirman: “Bergembiralah hai orang-orang muslimin! bahwa tiada seorangpun daripada kamu, melainkan telah Aku jadikan tempatnya dalam neraka itu, kepada orang Yahudi atau orang Nasrani”.
Nabi saw bersabda: “Disyafaatkan oleh Allah Ta’ala kepada Adam pada hari kiamat dari semua keturunannya pada ratusan jutaan & puluhan jutaan orang”. Nabi saw bersabda: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman pada hari kiamat kepada orang-orang yg beriman: “Adakah kamu menyukai bertemu dengan Aku ?”. Mereka itu lalu menjawab: “Ya, wahai Tuhan kami !”. Maka Ia berfirman: “Mengapa ?”. Maka mereka itu menjawab: “Kami mengharap kemaafan Engkau dan ampunan Engkau”. Allah lalu berfirman: “Telah Aku haruskan bagi kamu akan ampunanKu”.
Rasulullah saw bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman pada hari kiamat: “Keluarkanlah dari neraka, akan orang yg mengingati (berdzikir) kepadaKu pada suatu hari atau takut kepadaKu pada suatu tempat”. Rasulullah saw bersabda: “Apabila telah berkumpul isi neraka dalam neraka dan orang yg dikehendaki oleh Allah dari orang yg berkiblat (orang muslim), maka orang-orang kafir itu bertanya kepada orang-orang muslimin: “Apakah kamu itu bukan orang Islam ?”. Orang-orang muslimin itu menjawab: ‘Ya !”. Maka orang-orang kafir itu bertanya lagi: “Apakah Islam kamu itu tidak mencukupkan bagi kamu, karena kamu itu bersama kami dalam neraka ?”. Orang-orang Islam itu lalu menjawab: “Adalah kami itu mempunyai dosa. Maka disiksakanlah kami dengan dosa-dosa itu”. Maka didengar oleh Allah ‘Azza wa Jalla, yg dikatakan oleh orang-orang Islam itu. Lalu Ia memerintahkan untuk dikeluarkan orang-orang yg dalam neraka, dari orang-orang yg berkiblat. Maka mereka itupun keluar. Maka apabila dilihat oleh orang-orang kafir, lalu mereka mengatakan: “Wahai kiranya, adalah kami ini orang Islam. Maka kami dikeluarkan, sebagaimana mereka itu dikeluarkan”.
Kemudian, Rasulullah saw membaca firman Allah Ta’ala: “Kadang-kadang orang-orang yg kafir itu mengingini kalau mereka menjadi orang-orang Islam”. S 15 Al Hijr ayat 2. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah itu paling menyayangi hambaNya yg mu’min, daripada ibu kandung dengan anaknya”.
Jabir bin Abdullah berkata: “Barangsiapa yg lebih kebaikannya di atas kejahatannya pada hari kiamat, maka itulah orang yg masuk sorga, dengan tiada hisab (tiada perhitungan amal). Dan barangsiapa yg sama kebaikannya dan kejahatannya, maka itulah orang yg diadakan perhitungan amal dengan perhitungan yg mudah. Kemudian, ia masuk sorga.
Sesungguhnya syafaat Rasulullah saw itu bagi orang yg menghinakan dirinya dan memberatkan punggungnya”. Diriwayatkan, bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman kepada Musa as: “Hai Musa ! bahwa Karun itu meminta tolong pada engkau, maka engkau tidak menolongnya. Demi kemuliaanKu dan kebesaranKu ! jikalau ia meminta tolong padaKu, niscaya Aku menolongnya dan memaafkannya”.
Sa’ad bin Bilal berkata: “Diperintahkan pada hari kiamat mengeluarkan dua orang laki-laki dari neraka. Maka Allah Yg Maha Suci dan Yg Maha Tinggi berfirman: “Yg demikian itu disebabkan yg dikerjakan oleh tangan keduanya. Dan tiadalah Aku berbuat zalim kepada segala hamba. Dan Ia memerintahkan mengembalikan keduanya ke neraka. Maka larilah salah seorang daripada keduanya dalam rantainya. Sehingga ia masuk ke neraka. Dan yg seorang lagi terlambat. Maka diperintahkah dengan mengembalikan keduanya. Dan Allah menanyakan keduanya dari perbuatannya. Lalu menjawab yg lari ke neraka: “Telah diperingatkan aku dari bahaya maksiat. Maka tidaklah aku kerjakan lagi untuk kali kedua karena kemarahan Engkau”. Dan menjawab yg terlambat: “Bagusnya sangkaanku kepada Engkau itu memberitahukan kepadaku, bahwa Engkau tidak akan mengembalikan aku lagi ke neraka, sesudah Engkau mengeluarkan aku daripadanya”. Maka Allah memerintahkan supaya keduanya itu ke sorga”.
Rasulullah saw bersabda: “Diserukan oleh penyeru dari bawah Al-‘Arasy pada hari kiamat: “Hai umat Muhammad ! adapun yg ada bagiKu pada pihak kamu, maka telah Aku berikan kepada kamu & tinggallah hak-hak manusia. Maka beri-memberikanlah dia ! dan masuklah ke sorga dengan rahmatKu”.
Diriwayatkan, bahwa seorang Arab desa mendengar Ibnu Abbas membaca: “Dan kamu dahulu berada di tepi lobang neraka, maka dilepaskan oleh Allah daripadanya”. S 3 Ali ‘Imran ayat 103. Orang Arab desa itu lalu mengatakan: “Demi Allah ! Ia tidak melepaskan kamu daripadanya. Ia berkehendak bahwa menjatuhkan kamu ke dalamnya”. Maka Ibnu Abbas menjawab: “Ambillah kalimat hikmat itu dengan tiada orang yg memahamkannya !”.
Ash-Shanabihi berkata: “Aku masuk ke tempat Ubbadah bin Ash-Shamit dan ia dalam sakit yg membawa kepada wafatnya. Maka aku menangis. Lalu ia berkata: “Pelan-pelan ! mengapa engkau menangis ? demi Allah ! tiada satu haditspun yg aku dengar dari Rasulullah saw yg ada kebajikan bagi kamu padanya, melainkan aku ceritakan dia kepada kamu, selain satu hadits. Dan akan aku ceritakan dia kepada kamu pada hari ini. Dan telah dikelilingi pada diriku. Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mengaku, bahwa tiada yg disembah, selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, niscaya diharamkan oleh Allah atasnya neraka”.
Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa Allah memilih seorang laki-laki dari umatku di hadapan orang banyak pada hari kiamat. Lalu Ia bentangkan kepadanya 99 daftar amal. Masing-masing daftar amal ini seperti sepanjang penglihatan. Kemudian Ia berfirman: “Adakah engkau membantah dari ini akan sesuatu ? adakah engkau dianiayai oleh penulis-penulisKu yg menjagakan ?”. Laki-laki itu menjawab: “Tidak, wahai Tuhan !”. Allah lalu berfirman: “Adakah bagi engkau halangan ?”. Laki-laki itu menjawab: “Tidak, wahai Tuhan !”. Allah lalu berfirman: “Ada ! bahwa bagi engkau pada Kami itu kebaikan. Bahwa tiada penganiayaan atas engkau pada hari ini. Maka Allah mengeluarkan satu kartu, yg padanya tertulis: “Asyhadu alaa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaahi”. Laki-laki itu lalu bertanya: “Hai Tuhanku ! apakah kartu ini bersama daftar-daftar amal ini ?”. Allah lalu berfirman: “Bahwa engkau tiada dianiayakan”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Daftar-daftar amal itu diletakkan pada satu daun neraca dan kartu itu diletakkan pada daun neraca yg satu lagi”. Nabi saw lalu meneruskan sabdanya: “Maka ringanlah daftar-daftar amal itu dan beratlah kartu itu. Maka tiadalah sesuatu yg berat bersama nama Allah”.
Rasulullah saw bersabda pada suatu hadits lain yg panjang, yg ia menyifatkan padanya akan kiamat dan titian, yaitu: “Bahwa Allah berfirman kepada para malaikat: “Siapa yg kamu dapati pada hatinya seberat uang dinar dari kebajikan, maka keluarkanlah dia dari neraka !”. Maka para malaikat itu mengeluarkan makhluk yg banyak. Kemudian, mereka itu berkata: “Hai Tuhan kami ! tidak kami tinggalkan dalam neraka itu seseorang, dari orang yg Engkau perintahkan kami tentang orang itu”. Kemudian, Allah berfirman: “Kembalilah ! maka siapa yg kamu dapati pada hatinya seberat setengah dinar dari kebajikan, maka keluarkanlah dia !”. Lalu para malaikat itu mengeluarkan makhluk yg banyak. Kemudian mereka itu mengatakan: “Hai Tuhan kami ! tiada kami tinggalkan seorangpun dalam neraka dari orang yg Engkau perintahkan kami tentang orang itu”. Kemudian, Allah berfirman: “Kembalilah ! maka siapa yg kamu dapati pada hatinya seberat atom dari kebajikan, maka keluarkanlah dia !”. Lalu para malaikat itu mengeluarkan makhluk yg banyak. Kemudian mereka itu berkata: “Hai Tuhan kami ! tiada kami tinggalkan seorangpun dalam neraka dari orang yg Engkau perintahkan kami tentang orang itu”.
Maka Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Jikalau kamu tidak membenarkan hadits ini, maka bacalah kalau kamu mau: “Bahwa Allah tidak menganiaya seseorang barang sebesar atom (dzarrah). Meskipun perbuatan baik itu sebesar dzarrah, akan dilipat-gandakan oleh Allah juga dan akan diberiNya pahala yg besar dari sisiNya”. S 4 An Nisaa’ ayat 40. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Maka Allah Ta’ala berfirman: “Para malaikat itu memberi syafaat. Nabi-nabi itu memberi syafaat. Dan orang-orang mu’min itu memberi syafaat. Dan tidak ada lagi, selain Yg Maha Pengasih dari pengasih-pengasih. Lalu Ia menggenggam dengan genggaman. Maka dikeluarkanNya daripadanya itu suatu kaum yg tiada sekali-kali berbuat kebajikan, yg telah hitam dari karena terbakar. Lalu dicampakkanNya mereka itu dalam sebuah sungai pada mulur sorga, yg dinamakan: Nahrul-hayah (sungai kehidupan). Maka keluarlah mereka daripadanya, sebagaimana keluarnya biji-bijian pada tepi air bah.
Adakah tidak kamu melihatnya, bahwa dia itu mengiringi batu dan kayu. Yg ada ke matahari itu kuning dan hijau. Dan yg ada daripadanya ke naungan itu putih”. Mereka itu lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ! seolah-olah engkau berada mengembala di desa”. Nabi saw menjawab: “Maka mereka itu keluar, seperti mutiara. Pada leher mereka itu cap (stempel), yg dikenal mereka oleh penduduk sorga, yg mengatakan: “Mereka itu orang-orang yg dimerdekakan oleh Tuhan Yg Maha Pengasih, yg dimasukkanNya mereka itu ke sorga, dengan tiada amal yg dikerjakan mereka dan tiada kebajikan yg dikemukakan mereka.
Kemudian Ia berfirman: “Masuklah ke sorga ! maka apa yg kamu lihat, adalah itu bagi kamu”. Lalu mereka itu mengucapkan: “Hai Tuhan kami ! Engkau memberikan kepada kami, apa yg tidak Engkau berikan kepada seseorang dari alam semesta ini”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Bahwa bagi kamu pada sisiKu adalah apa yg lebih baik dari ini”. Lalu mereka itu bertanya: “Wahai Tuhan kami ! barang manakah yg lebih baik dari ini ?”. Allah Ta’ala berfirman: “RidhaKu kepada kamu. Maka Aku tiada marah untuk selama-lamanya kepada kamu”.


Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shahih dari keduanya. Dirawikan Al-Bukhari pula dari Ibnu Abbas ra yg mengatakan: “Pada suatu hari Rasulullah saw datang kepada kami, lalu bersabda: “Didatangkan kepadaku umat-umat. Lalulah seorang nabi dan bersama dia seorang laki-laki. Lalulah seorang nabi yg lain dan bersama dia dua orang laki-laki. Lalulah seorang nabi yg lain lagi, yg tidak ada bersama dia seorangpun. Dan lalu pula seorang nabi yg lain, yg bersama dia itu kaum keluarga. Maka aku melihat rombongan yg banyak. Aku mengharap bahwa itu adalah umatku. Lalu dikatakan kepadaku: “Ini Musa dan kaumnya !”. Kemudian, dikatakan kepadaku: “Lihatlah !”. Lalu aku melihat suatu rombongan yg banyak, yg telah menutupkan tepi langit. Lalu dikatakan kepadaku: “Lihatlah begini-begini !”. Maka aku melihat suatu rombongan yg banyak. Lalu dikatakan kepadaku: “Mereka itu umatmu. Dan bersama mereka itu 70 ribu orang yg akan masuk sorga, dengan tiada hisab (dengan tidak diadakan hitungan amal)”.
Maka cerai-berailah manusia dan tidak diterangkan oleh Rasulullah saw kepada mereka. Lalu para sahabat bermudzakarah (berdiskusi) yg demikian itu, seraya mereka itu mengatakan: “Adapun kita maka telah dilahirkan dalam syirik (karena waktu itu belum lahir agama Islam -Peny). Akan tetapi, kita telah beriman dengan Allah dan RasulNya. Dan mereka itu adalah anak-anak kita”. Maka sampailah yg demikian itu kepada Rasulullah saw, lalu beliau bersabda: “Mereka itu tidak bertenung, tidak menjampi dan tidak menengok untung. Dan kepada Tuhan mereka menyerah diri (bertawakkal)”. Lalu bangun berdiri ‘Akasyah, seraya berkata: “Berdoalah, kepada Allah, kiranya Ia menjadikan aku dari mereka itu, wahai Rasulullah !”. Nabi saw lalu menjawab: “Engkau sebahagian dari mereka itu”. Kemudian, bangun berdiri yg lain, lalu mengatakan seperti yg dikatakan ‘Akasyah. Maka Nabi saw menjawab: “Telah didahului engkau dengan yg demikian itu oleh ‘Akasyah”.
Dari ‘Amr bin Hazm Al-Anshari, yg mengatakan: “Menghilang dari kami Rasulullah saw 3 hari, yg ia tidak keluar untuk shalat fardhu. Kemudian, ia kembali. Maka pada hari ke-4, ia datang kepada kami. Lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah ! engkau mengurung diri dari kami, sehingga kami menyangka, bahwa ada terjadi sesuatu kejadian”. Rasulullah saw menjawab: “Tidak terjadi, selain yg baik. Bahwa Tuhanku ‘Azza Wa Jalla menjanjikan kepadaku, bahwa Ia memasukkan dari umatku ke sorga sebanyak 70 ribu, yg tiada perhitungan amal atas mereka. Bahwa aku bermohon kepada Tuhanku pada 3 hari tersebut akan tambahan. Maka aku dapati Tuhanku itu Yg Berkebesaran, Yg Kasihsayang dan Yg Berkemuliaan. Maka Ia memberikan kepadaku, serta setiap seorang dari 70 ribu itu 70 ribu”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Aku lalu mengatakan: “Wahai Tuhanku ! sampaikah umatku akan jumlah itu ?”. Allah Ta’ala berfirman: “Aku akan sempurnakan bagi engkau akan bilangan, dari orang-orang Arab desa”.
Abu Dzarr berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Datang kepadaku Jibril di Janibil-harrah (nama suatu tempat di Madinah). Lalu ia berkata: “Beritakanlah kabar gembira kepada umatmu, bahwa: barangsiapa yg meninggal, yg tiada mempersekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya ia masuk sorga”. Lalu aku bertanya: “Hai Jibril ! jikalau ia mencuri ? dan jikalau ia berzina ?”. Jibril menjawab: “Ya ! walaupun ia mencuri ! walaupun ia berzina !”. Aku bertanya lagi: “Walaupun ia mencuri ? walaupun ia berzina ?”. Jibril lalu menjawab lagi: “Walaupun ia mencuri ! walaupun ia berzina !”. Aku bertanya pula: “Walaupun ia mencuri ? walaupun ia berzina ?’. Jibril menjawab lagi: “Walaupun ia mencuri ! walaupun ia berzina !”. Dan walaupun ia meminum khamar !”.
Abud-Darda’ berkata: “Rasulullah saw membaca ayat: “Dan siapa yg takut terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, niscaya dia memperoleh dua taman (sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Lalu aku bertanya: “Jikalau ia mencuri dan berzina, wahai Rasulullah ?”. Beliau membaca lagi: “Dan siapa yg takut terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, niscaya dia memperoleh dua taman (sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Lalu aku bertanya lagi: “Dan jikalau ia mencuri dan berzina ?”. Beliau membaca kembali: “Dan siapa yg takut terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, niscaya dia memperoleh dua taman (sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Maka aku bertanya lagi: “Dan jikalau ia mencuri dan berzina, wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab: “Walaupun tidak disenangi Abud-Darda”.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila telah ada hari kiamat nanti, niscaya ditolakkan kepada setiap orang mu’min, seorang laki-laki dari pemeluk agama-agama. Lalu dikatakan kepada orang mu’min itu: “Ini adalah tebusanmu dari neraka”. Diriwayatkan Muslim dalam kitab “Ash-Shahih” dari Abu Bardah, bahwa diceritakan Umar bin Abdul-‘aziz dari ayahnya Abu Bardah, yaitu: Abi Musa Al-Asy’ari dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Tiada matilah seorang laki-laki muslim, melainkan dimasukkan oleh Allah Ta’ala pada tempatnya di neraka, seorang Yahudi dan Nasrani”, lalu Umar bin Abdul-‘aziz meminta Abu Bardah bersumpah dengan Allah, yg tiada disembah, selain Dia, 3 kali, bahwa ayahnya itu menceritakannya dari Rasulullah saw. Lalu Abu Bardah itu bersumpah untuk yg demikian. Diriwayatkan, bahwa berdirilah seorang anak kecil pada sebahagian peperangan, yg diserukan pada orang yg mau menambahkan harganya anak kecil itu (sebagai tawanan perang), pada suatu hari di musim panas, yg sangat panas harinya. Lalu dilihat oleh seorang wanita dalam tenda kaum itu akan anak kecil tadi. Maka wanita itu datang kepadanya dengan amat sukar. Dan teman-temannya mengikuti di belakangnya. Sehingga ia mengambil anak kecil itu dan diletakkannya ke dadanya. Kemudian, ia melemparkan punggungnya ke sungai, yg ada padanya batu-batu kecil. Dan diletakkannya anak itu ke atas perutnya. Dipeliharanya anak itu dari kepanasan. Dan ia mengatakan: “Anakku ! anakku !”. Maka menangislah orang banyak dan mereka itu meninggalkan apa yg sedang dikerjakannya. Lalu datanglah Rasulullah saw, sehingga beliau berdiri pada mereka itu. Maka mereka menerangkan kepadanya akan berita tersebut. Lalu beliau bergembira dengan kasih-sayang mereka. Kemudian, beliau menyampaikan kabar gembira kepada mereka, seraya bersabda: “Adakah kamu heran dari kasih-sayangnya wanita ini kepada anaknya ?”. Mereka itu menjawab: “Ya !”. Nabi saw lalu bersabda: “Bahwa Allah Ta’ala Maha Suci dan Maha Tinggi itu lebih lagi kasih-sayangNya kepada kamu semua, dari wanita ini kepada anaknya”.
Maka berpisahlah orang-orang Islam itu di atas kegembiraan yg lebih utama dan kesukaan yg lebih besar. Maka hadits-hadits tersebut dan yg telah kami kemukakan pada Kitab Harap itu menggembirakan kita dengan keluasan rahmat Allah Ta’ala. Maka kita mengharap daripada Allah Ta’ala, bahwa Ia tiada bermu’amalah (berdagang) dengan kita, dengan apa, yg kita berhak padanya (karena banyak keteledoran kita). Dan IA mengurniakan kepada kita dengan yg dipunyaiNya, dengan pemberianNya, keluasan kurniaNya dan rahmatNya.
(Dengan ini selesailah saya menterjemahkan Ihya’ Ulumiddin karangan Imam Al-Ghazali ra pada jam 17.23 WIB hari Sabtu tanggal 21 Rabiul akhir 1400 H bertepatan dengan tanggal 8 Maret 1980 di Wisma DPR-RI Blok H.87 Senayan Jakarta. Semoga Allah swt memberkahinya dengan taufiq dan hidayahNya –Amin Ya Rabbal-‘alamiin !!).