Kamis, 13 Februari 2014

20. KITAB ADAB KEHIDUPAN DAN AKHLAQ KENABIAN



KITAB ADAB KEHIDUPAN DAN AKHLAQ KENABIAN
Yaitu: kitab ke-10 dari “Rubu’ Adat-Kebiasaan” dari Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin.

Ini ketikkan dari Gedung Pernikahan di jakarta selatan MEWAH~MURAH BB 2B3DFF39 hp 081574545007 semoga bermanfaat untuk kita semua. amin http://www.hotelhouseofeva.com/
Segala pujian bagi Allah yang menjadikan tiap-tiap sesuatu. Maka dibaguskanNya kejadian dan susunannya. dianugerahiNya adab-kesopanan kepada NabiNya Muhammad saw, maka dibaguskanNya pengadab-kesopanannya. DibersihkanNya sifat-sifatnya dan akhlaq budi-pekertinya. Kemudian, dijadikannya pilihan dan kekasihNya. DianugerahiNya taufiq untuk mengikutinya, bagi orang yang dikehendakiNya kebersihan akhlaqnya. DiharamkanNya dari berakhlaq dengan akhlaqnya, bagi orang yang dikehendakiNya kerugian. Kiranya Allah menganugerahi rahmat kepada penghulu kita Muhammad, penghulu rasul-rasul. Dan kepada kaum keluarganya yang baik dan suci. Kiranya Allah menganugerahi kesejahteraan yang banyak kepada mereka sekalian !. Amma ba’du: maka sesungguhnya adab-kesopanan anggota badan dzahiriah adalah tanda adab-kesopanan anggota badan bathiniah. Segala gerakan anggota badan adalah buah yang terguris di dalam hati. Segala amal perbuatan adalah hasil dari budi-pekerti. Adab kesopanan adalah saringan ilmu pengetahuan. Segala rahasia hati adalah tempat pembibitan dan sumbernya segala perbuatan. Segala nur-rahasia ialah yang memancar kepada segala anggota badan dzahiriah. Lalu dihiaskannya, ditampakkannya dan digantikannya segala yang tiada disukai dan yang jahat dengan segala yang baik. Barangsiapa tiada khusyu’ hatinya, niscaya tiada khusyu’ segala anggota badannya. Barangsiapa tiada dadanya itu lobang nur ketuhanan, niscaya tiada mengalir atas anggota badan dzahiriahnya, keelokan adab-kesopanan kenabian. Sesungguhnya aku ber’azam untuk menyudahkan “Rubu’ Adat-Kebiasaan”, dari kitab ini, dengan suatu kitab yang menghimpunkan segala adab kesopanan kehidupan. Agar tiada sukar bagi pelajarnya, mengeluarkannya dari semua kitab-kitab ini. Kemudian aku melihat tiap-tiap kitab dari “Rubu’ Adat-Kebiasaan” telah mengisikan sejumlah adap-kesopanan. Maka aku merasa berat untuk mengulangi dan kembali mengutarakannya. Karena meminta diulangi itu berat. Dan jiwa itu telah menjadi tabiatnya, bermusuhan dengan yang diulang-ulangi. Maka aku berpendapat, bahwa aku akan menyingkatkan pada kitab ini, kepada menyebutkan adab-kesopanan Rasulullah saw dan akhlaq budi pekertinya yang dinukilkan daripadanya dengan isnad hadits. Maka akan aku susun dengan baik, dengan terkumpul pasal demi pasal, dengan dibuang (tiada disebut) isnadnya. Supaya berkumpul padanya bersama adab-kesopanan itu, pembaharuan dan pengokohan iman, dengan penyaksian akhlaq budi pekerti Nabi saw yang mulia, yang disaksikan akan satu-persatunya dengan yakin, bahwa Nabi saw itu yang termulia makhluq Allah Ta’ala, yang tertinggi kedudukan dan teragung derajat. Maka bagaimana pula dengan kumpulan segala adab budi-pekerti ? Kemudian, aku tambahkan kepada menyebut akhlaqnya itu, dengan menyebutkan kejadian pribadinya. Kemudian menyebutkan mu’jizat-mu’jizatnya yang shahih haditsnya. Supaya adalah yang demikian itu melahirkan keutamaan akhlaq dan sifat. Dan mencabutkan sumbat ketulian dari telinga orang-orang yang ingkar akan kenabiannya. Kiranya Allah Ta’ala menganugerahkan taufiq untuk mengikuti penghulu rasul-rasul tentang akhlaq, hal-ihwal dan segala ajaran agama lainnya. Sesungguhnya Allah Ta’ala yang menunjukkan jalan bagi orang-orang yang kebingungan dan yang memperkenankan doa orang-orang yang melarat.
Pertama-tama, marilah kami sebutkan penjelasan pengajaran pengadaban oleh Allah Ta’ala akan Nabi saw dengan Alquran.
Kemudian, penjelasan kumpulan dari kebagusan akhlaqnya.
Kemudian, penjelasan sejumlah dari adab-kesopanan dan akhlaqnya.
Kemudian, penjelasan perkataan dan ketawanya. Kemudian, penjelasan akhlaq dan adab-kesopanannya mengenai makanan.
Kemudian, penjelasan akhlaq dan adab-kesopanannya mengenai pakaian.
Kemudian, penjelasan kemaafannya serta mampu menuntut balas.
Kemudian, penjelasan kemarahannya dari apa yang tiada disukainya. Kemudian penjelasan kesantunan dan kemurahan hatinya.
Kemudian, penjelasan keberanian dan keperkasaannya. Kemudian, penjelasan kerendahan hatinya.
Kemudian, penjelasan rupa dan bentuk tubuhnya (kejadiannya).
Kemudian, penjelasan kumpulan mu’jizat-mu’jizat dan tanda-tanda kebenarannya Nabi saw.
PENJELASAN: Pengajaran pengadaban oleh Allah Ta’ala akan kekasih dan pilihanNya Muhammad saw dengan Alquran.
Adalah Rasulullah saw banyak merendahkan diri dan bermohon. Selalu meminta pada Allah Ta’ala supaya menghiaskannya dengan kebagusan adab dan kemuliaan budi-pekerti. Ia mengucapkan dalam doanya: “Wahai Allah Tuhanku ! baguskanlah kejadianku dan akhlaqku”. Dan beliau mengucapkan: “Wahai Allah Tuhanku ! jauhkanlah aku dari akhlaq yang munkar (budi-pekerti yang tiada baik)”. Maka Allah Ta’ala memperkenankan doanya, untuk menepati firmanNya ‘Azza Wa Jalla: “Mendoalah kepadaKu, niscaya Kuperkenankan (permintaan) kamu itu”. S 40 Al Mukmin ayat 60. Maka Allah Ta’ala menurunkan kepadanya Alquran dan diberikanNya pengajaran adab-kesopanan dengan Alquran. Maka akhlaqnya itu Alquran. Sa’ad bin Hisyam berkata: “Aku masuk ke tempat ‘Aisyah, diridhai Allah Ta’ala ia kiranya dan bapaknya (Abu Bakar ra). Lalu aku bertanya kepadanya tentang akhlaq Rasulullah saw”. Lalu ia menjawab: “Apa engkau tiada membaca Alquran ?”. Aku menjawab: “Ada !”. Lalu sahut ‘Asiyah: “Adalah akhlaq Rasulullah saw itu Alquran”. Sesungguhnya Alquran mengajarkan Nabi saw adab-kesopanan, ialah seperti firman Allah Ta’ala: “Hendaklah engkau pemaaf dan menyuruh mengerjakan yang baik dan tinggalkanlah orang-orang yang tidak berpengetahuan itu !”. S 7 Al A’raaf ayat 199. Dan firmanNya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan, berbuat kebaikan dan memberi kepada kerabat-kerabat dan Allah melarang perbuatan keji dan perbuatan munkar dan kedurhakaan”. S 16 An Nahl ayat 90. Dan firmanNya: “Dan bersabarlah menghadapi apa yang menimpa engkau; sesungguhnya –sikap- yang demikian itu masuk perintah yang sungguh-sungguh”. S 31 Lukman ayat 17. Dan firmanNya: “Tetapi, siapa yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang teguh”. S 42 Asy Syuura’ ayat 43. Dan firmanNya: “Sebab itu, maafkan mereka dan berilah mereka kelonggaran. Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (kepada orang lain)”. S 5 Al Maaidah ayat 13. “Dan hendaklah mereka suka memaafkan dan berlapang dada ! tiada kamu suka Allah akan memberikan ampunan kepada kamu ?”. S 24 An Nur ayat 22. Dan firmanNya: “Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang bermusuhan antara engkau dengan dia, akan menjadi teman yang setia !”. S 41 Fussilat ayat 34. Dan firmanNya: “Dan yang sanggup menahan marahnya, serta orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (kepada sesamanya)”. S 3 Ali ‘Imran ayat 134. Dan firmanNya: “Jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa ! dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah mengumpat satu sama lain !”. S 49 Al Hujuraat ayat 12. Tatkala pecah gigi depan Rasulullah saw dan luka mukanya pada perang Uhud, sehingga darah mengalir atas mukanya, ia menyapu darah itu seraya bersabda: “Bagaimana bisa menang suatu kaum, yang mewarnakan muka Nabinya dengan darah, sedang Nabi itu mengajak mereka kepada Tuhannya ?”. (Dirawikan Muslim dari Anas). Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat: “Tiadalah engkau mempunyai sesuatu dalam perkara itu sedikitpun”. S 3 Ali ‘Imran ayat 128, untuk pengajaran keadaban kepada Nabi saw pada yang demikian. Contoh-contoh pengajaran keadaban yang seperti ini, dalam Alquran tiada terhingga jumlahnya. Nabi saw itulah maksud pertama dengan pengadaban dan pengajaran akhlaq. Kemudian daripadanya memancarlah nur kepada seluruh makhluq. Karena Nabi saw memperoleh pengadaban dengan Alquran. Dan mengajarkan pengadaban itu kepada makhluq dengan Alquran. Karena itulah Nabi saw bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan budi-pekerti mulia”. (telah diterangkan dahulu pada “Adab Bersahabat”). Kemudian Nabi saw mengajak manusia supaya gemar pada budi-pekerti yang baik, dengan apa yang kami bentangkan dahulu pada “kitab latihan Jiwa dan Pemurnian Budi-pekerti”. Maka tiada kami ulangi lagi. Kemudian, tatkala Allah Ta’ala telah menyempurnakan akhlaq budi-pekertinya, maka Allah Ta’ala memujikannya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan engkau sesungguhnya mempunyai akhlaq yang tinggi”. S 68 Al Qalam ayat 4. Maha Suci Allah Taala ! alangkah agung urusanNya ! dan alangkah sempurna ni’matNya ! Kemudian, perhatikanlah kepada merata kasih-sayangNya dan besar kurniaNya ! bagaimana Ia memberi, kemudian memuji. Ia yang menghiaskan Nabi saw dengan akhlaq mulia, kemudian mengatakan yang demikian kepadanya, dengan firmanNya: “Dan engkau sesungguhnya mempunyai budi-pekerti yang tinggi”. S 68 Al Qalam ayat 4. Kemudian Rasulullah saw menerangkan kepada manusia, bahwa Allah Ta’ala menyukai akhlaq yang mulia dan memarahi akhlaq yang buruk !. Ali ra berkata: “Alangkah herannya orang muslim ! datang kepadanya saudaranya muslim pada suatu keperluan. Lalu ia tiada melihat dirinya berhak berbuat kebajikan kepada saudaranya itu. Jikalau ia tiada mengharap pahala dan tiada takut kepada siksaan, sesungguhnya seyogyalah baginya bersegera kepada akhlaq yang mulia. Karena akhlaq yang mulia itu adalah diantara yang menunjukkan kepada jalan kelepasan”. Lalu seorang laki-laki bertanya kepadanya: “Adakah engkau dengar yang demikian dari Rasulullah saw ?”. Ali ra menjawab: “Ada dan lebih baik dari itu ! yaitu: tatkala dibawa kepada Nabi saw tawanan perang dari suku Thai-in. Lalu berdiri seorang budak wanita dalam tawanan itu, seraya berkata: ‘Wahai Muhammad ! jikalau kiranya engkau berpendapat untuk melepaskan aku dan tidak mencaci orang-orang Arab yang masih hidup disebabkan aku, maka sesungguhnya aku itu puteri penghulu kaumku. Sesungguhnya ayahku menjaga apa yang perlu dijaga. Ia membebaskan orang tawanan. Ia mengenyangkan orang yang lapar. Ia memberikan makanan. Memperkembangkan ucapan salam. Dan sekali-kali tidak menolak orang yang meminta sesuatu hajat keperluan”. Aku adalah anak Hatim Ath-Tha-i. Lalu Nabi saw menjawab: “Hai budak wanita ! itu sebenarnya adalah sifat orang mu’min ! kalau sekiranya ayahmu muslim, niscaya kami bacakan: “rahimahullah (sekiranya Allah mencurahkan rahmat kepadanya)” . Lepaskan wanita ini ! sesungguhnya ayahnya menyukai budi pekerti yang mulia. Dan Allah Ta’ala menyukai budi pekerti yang mulia”. Lalu bangun berdiri Abu Bardah bin Niar, seraya berkata: “Wahai Rasulullah ! Allah menyukai akhlaq yang mulia !”. Lalu Nabi saw menjawab: “Demi Allah yang nyawaku dalam kekuatanNya ! tiada masuk sorga selain orang yang bagus akhlaq !”. Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi saw yang bersabda: “Bahwa Allah mengelilingkan agama Islam dengan budi pekerti yang mulia dan amal perbuatan yang baik”. Diantara amal perbuatan yang baik, ialah bagus pergaulan, mulia perbuatan, merendahkan diri, memberikan yang baik, menyerahkan makanan, mengucapkan salam, mengunjungi orang Islam yang sakit, orang baik dia itu atau orang fasiq, mengantarkan jenazah orang Islam, baik bertetangga dengan orang yang engkau bertetangga –orang Islam dia atau orang kafir, memuliakan orang tua muslim, memperkenankan undangan makan dan berdoa padanya, memaafkan, mengusahakan perbaikan diantara manusia, bersifat murah hati, mulia jiwa, pemaaf, memulai dengan salam, tahan dari kemarahan, memaafkan dosa orang yang menjauhkan apa yang diharamkan oleh agama Islam, yaitu: permainan, perbuatan batil, nyanyian, alat permainan semuanya, semua alat permainan yang bertali dan mempunyai lobang, cacian, kedustaan, bakhil, loba, tidak bercakap-cakap, mengicuh, menipu, lalat merah/suka menceritakan kekurangan orang, jahat hubungan, memutuskan silaturrahim, buruk akhlaq, takabur, angkuh, sombong, mencemarkan nama baik orang, merasa tinggi diri, bersifat keji dan berbuat kekejian, dengki, buruk hati, menengok nasib, durhaka, permusuhan dan perbuatan aniaya. Anas ra berkata: “Nabi saw tiada mengajak kepada nasehat yang baik, melainkan telah diajaknya kami dan disuruhnya kami kepada nasehat yang baik itu. Dan ia tiada menyerukan tentang penipuan –atau ia bersabda: “Tentang sifat kekurangan” –atau ia bersabda: “Tentang sifat buruk”, melainkan ditakutkannya kami dan dilarangkannya kami dari yang demikian”. Untuk itu mencukupilah ayat ini: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan dan berbuat kebaikan”. S 16 An Nahl ayat 90. Ma’adz berkata: “Rasulullah saw mewasiatkan aku dengan sabdanya: “Hai Ma’adz ! aku mewasiatkan engkau dengan bertaqwa kepada Allah, benar pembicaraan, menepati janji, menunaikan amanah, meninggalkan khianat, menjaga tetangga, mengasihani anak yatim, lemah-lembut perkataan, memberi salam bagus amal perbuatan, pendek angan-angan, harus kuat keimanan, memahami Alquran, mencintai akhirat, merasa rusuh hati dari hal perhitungan amal (hisab amalan) dan merendahkan diri. Dan aku melarang engkau, memaki hakim. Atau mendustakan orang yang benar. Atau mentaati orang yang berdosa. Atau mendurhakai imam yang adil. Atau merusakkan bumi. Dan aku mewasiatkan engkau dengan bertaqwa kepada Allah pada tiap-tiap batu, kayu dan tanah. Dan engkau datangkan taubat bagi tiap-tiap dosa. Taubat rahasia dengan rahasia dan yang terang dengan terang”. Demikianlah Nabi saw mengajarkan adab kepada hamba-hamba Allah. Dan mengajak mereka kepada akhlaq yang mulia dan adab-kesopanan yang baik.
PENJELASAN: Sejumlah dari kebagusan akhlaq Nabi saw yang dikumpulkan oleh sebahagian ulama dan dipetiknya dari hadits-hadits.
Berkata sebagian ulama itu: “Adalah Nabi saw manusia paling penyabar, manusia paling berani, manusia paling adil, manusia paling menjaga diri. Tiada sekali-kali tangannya menyentuh tangan wanita, yang tiada dimilikinya selaku budak atau ikatan perkawinan atau wanita itu mahramnya (yang haram dikawini)”. Adalah Nabi saw manusia yang paling pemurah hati. Tiada bermalam padanya uang dinar dan dirham. Kalau ada kelebihan sesuatu dan tiada didapatinya orang yang akan diberikan kepadanya dan tiba-tiba datang malam, niscaya ia tiada pulang ke rumahnya, sebelum terlepas uang itu daripadanya, kepada orang yang memerlukannya. Ia tiada mengambil dari apa yang dianugerahkan oleh Allah, selain untuk makanan setahunnya saja, apa yang mudah diperolehnya dari tamar (kurma kering) dan sya’ir (bentuknya seperti padi). Selebihnya diletakkannya pada sabilillah. Tiada orang yang meminta sesuatu padanya, melainkan diberinya. Kemudian ia kembali kepada makanan tahunannya yang disimpannya. Maka diutamakannya daripadanya. Sehingga kadang-kadang ia memerlukan lagi sebelum habis tahun, kalau tidak datang sesuatu yang lain kepadanya. Adalah Rasulullah saw menempel sandalnya, menampal kainnya dan mengurus tentang kepentingan keluarganya. Beliau memotong daging bersama keluarganya. Beliau adalah manusia yang sangat pemalu. Tiada tetap pandangannya pada muka seseorang. Beliau memperkenankan undangan budak dan orang merdeka. Beliau menerima hadiah, meskipun seteguk air atau sepaha arnab (kelinci). Dan membalas hadiah itu dan memakannya. Beliau tidak memakan harta sedekah dan tiada merasa sombong untuk memperkenankan panggilan budak dan orang miskin. Beliau marah karena Tuhan dan tidak marah untuk dirinya sendiri. Beliau menjalankan kebenaran, walaupun kemelaratannya kembali kepadanya sendiri atau kepada sahabat-sahabatnya. Dikemukakan kepadanya, supaya meminta pertolongan orang musyrik, untuk orang musyrik. Sedang beliau dalam jumlah yang sedikit dan memerlukan satu orang, yang akan menambahkan bilangan orang yang ada bersamanya. Beliau menolak dan bersabda: “Aku tiada akan meminta tolong dengan orang musyrik”. Rasulullah saw mendapati seorang dari sahabat-sahabatnya yang utama dan pilihan, terbunuh diantara orang-orang Yahudi. Maka beliau tiada mengepung Yahudi itu. Dan beliau tiada menambahkan di atas pahitnya kebenaran. Akan tetapi beliau berikan diat kepada yang terbunuh itu 100 ekor unta. Dan diantara sahabat-sahabatnya ada yang memerlukan benar seekor unta yang akan dipergunakannya untuk menambah tenaganya bekerja. Adalah Rasulullah saw mengikat batu atas perutnya. Sekali dari karena lapar dan sekali karena beliau makan apa yang ada. Beliau tidak menolak apa yang diperolehnya. Dan tidak menolak makanan halal. Kalau beliau memperoleh tamar, tanpa roti, beliau makan. Kalau beliau memperoleh makanan panggang, beliau makan. Kalau beliau memperoleh roti gandum atau sya’ir, beliau makan. Kalau beliau memperoleh makanan manis atau air madu, beliau makan. Kalau beliau memperoleh susu, tanpa roti, beliau mencukupkan dengan yang demikian. Dan kalau beliau memperoleh buah semangka atau buah kurma yang belum kering, beliau makan. Beliau tidak makan dengan duduk bersandar dan tidak atas meja. Sapu tangannya ialah: kedua telapak kakinya (maksudnya habis makan, tangan itu disapu pada telapak kaki. Itulah sapu tangannya). Beliau tiada kenyang dari roti gandum 3 hari berturut-turut. Sehingga beliau menemui Allah Ta’ala (wafat). Karena mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri. Tidak karena kemiskinan dan tidak karena kekikiran. Beliau berkenan hadir pada walimah perkawinan. Beliau mengunjungi orang-orang sakit dan menghadiri pada jenazah-jenazah. Beliau berjalan sendirian diantara musuh-musuhnya, tanpa pengawal. Beliau manusia yang paling merendahkan diri (tawadlu’). Dan paling tenang dengan tidak menyombong. Paling bijak berbicara dengan tidak berpanjang-panjangan. Paling baik kegembiraannya. Beliau tidak terganggu oleh suatupun dari urusan dunia. Beliau memakai apa yang diperolehnya. Sekali beliau memakai baju kurung besar (syamlah). Sekali beliau memakai baju kurung bikinan Yaman. Dan sekali jubbah bulu. Apa yang beliau peroleh dari pakaian mubah (pakaian yang boleh dipakai), dipakainya. Cincin beliau perak, dipakainya pada jari manis yang kanan dan yang kiri. Diikuti di belakang dalam perjalanan oleh hambanya atau oleh orang lain. Beliau berkendaraan apa yang mungkin. Sekali kuda, sekali unta, sekali baghal berwarna kelabu, sekali keledai dan sekali berjalan kaki telanjang, tanpa kain selendang, tanpa serban dan tanpa peci. Beliau mengunjungi orang-orang sakit sampai kebahagian kota Madinah yang terjauh. Beliau suka kepada bau-bauan. Dan tidak menyukai bau yang kurang baik. Beliau duduk bersama orang-orang miskin dan makan bersama-sama orang miskin. Beliau memuliakan orang-orang yang mempunyai akhlaq utama. Dan beliau berjinak-jinakan hati dengan kaum bangsawan, dengan berbuat baik kepada mereka. Beliau menyambung silaturrahim, tanpa melebihkan orang yang lebih utama dari mereka. Beliau tiada membekot seseorang (maksudnya: bermasam muka dan tiada bercakap-cakap). Beliau menerima halangan dari orang yang berhalangan kepadanya. Beliau bergurau dan tidak mengatakan, kecuali yang benar. Beliau ketawa tanpa terbahak-bahak. Beliau melihat permainan yang mubah. Tiada beliau menantangnya. Beliau berlomba-lomba dengan keluarganya. Orang meninggikan suaranya kepada beliau, maka beliau sabar. Beliau mempunyai unta yang bersusu banyak dan kambing. Beliau minum bersama keluarganya dari susunya. Beliau mempunyai hamba sahaya laki-laki dan perempuan. Tiada beliau meninggi dari mereka pada makanan dan pakaian. Tiada waktu beliau, yang berlalu pada bukan amalan karena Allah Ta’ala atau pada perbuatan yang tidak boleh tidak demi kebaikan dirinya. Beliau keluar ke kebun-kebun sahabatnya. Beliau tiada menghina orang miskin karena kemiskinannya dan kelemahannya. Beliau tiada takut kepada raja karena kerajaannya. Beliau ajak si ini dan si itu kepada Allah, ajakan yang sama. Allah Ta’ala telah mengumpulkan baginya perjalanan hidup yang utama dan kebijaksanaan yang sempurna. Beliau itu ummi, tiada pandai membaca dan menulis. Beliau lahir di negeri yang bodoh (jahiliyah) dan padang pasir sahara, dalam kemiskinan, mengembala kambing, yatim piatu, tiada mempunyai bapak dan ibu. Maka beliau diajarkan oleh Allah Ta’ala semua akhlaq yang baik, jalan yang terpuji, berita orang-orang yang dahulu dan orang-orang yang kemudian, jalan kelepasan dan kemenangan di akhirat, kegemaran dan keikhlasan di dunia, melazimi berbuat yang wajib dan meninggalkan yang tidak perlu. Kiranya Allah menganugerahkan taufiq kepada kita untuk mentaati perintahNya dan bersenang hati mengerjakannya. Amin, ya Rabbal-‘alamiin !.
PENJELASAN: Sejumlah yang lain dari adab-kesopanan dan akhlaq budi-pekerti Nabi saw.
Diantara yang diriwayatkan oleh Abul-Bakhtari, ialah berkata para sahabat: bahwa Rasulullah saw tiada memaki seseorang dari orang mu’min dengan suatu makian, melainkan beliau jadikan kafarat dan rahmat bagi makian itu, untuk orang tersebut. Beliau tiada sekali-kali mengutuk wanita dan pelayan dengan sesuatu kutukan. Ada orang mengatakan kepada Rasulullah saw, dimana beliau dalam peperangan: “Kalaulah engkau kutuk mereka, wahai Rasulullah !”. Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya aku diutus untuk rahmat dan aku tidak diutus untuk mengutuk”. Adalah Rasulullah saw apabila diminta mendoakan atas seseorang muslim atau kafir, secara khusus, atau secara umum, niscaya beliau berpaling dari doa atas orang itu, kepada doa bagi (kebaikan) orang itu. Beliau tiada pernah memukul seseorang dengan tangannya, kecuali memukul pada jalan Allah Ta’ala. Beliau tiada sekali-kali menaruh dendam dari sesuatu yang diperbuat orang kepada beliau, kecuali melanggar kehormatan agama Allah. Tiada sekali-kali apa yang diminta beliau memilih diantara dua urusan, melainkan beliau pilih yang termudah. Kecuali ada padanya dosa atau memutuskan silaturrahim. Maka adalah beliau manusia yang amat terjauh dari yang demikian. Tiadalah datang seseorang kepadanya, baik orang merdeka atau budak laki-laki atau budak perempuan, melainkan beliau bangun berdiri untuk memenuhi hajat keperluan orang itu. Anas ra berkata: “Demi Allah yang mengutusnya dengan kebenaran ! tiadalah sekali-kali ia bersabda kepadaku tentang sesuatu yang tiada disukainya, dengan mengatakan: ‘Mengapa engkau perbuat ?”. Dan tiada pernah isteri-isterinya mencaci aku, kecuali terus ia bersabda: “Biarkanlah dia ! sesungguhnya itu adalah dengan suratan dan taqdir dari Allah”. Dan para sahabat itu berkata: “Rasulullah saw tiada menghinakan suatu tempat tidur. Jikalau telah dibentangkan tikar untuknya, niscaya beliau tidur. Dan jikalau tiada dibentangkan, niscaya berbaring di atas lantai. Allah Ta’ala telah menyifatkan Rasulullah saw sebelum beliau dibangkiktkan dalam Taurat pada bahagian pertama (baris pertama), yaitu firmanNya: “Muhammad itu Rasul Allah, hambaKu yang pilihan, tiada suka marah, tiada kasar hatinya, tiada berteriak di pasar-pasar. Ia tiada membalas kejahatan dengan kejahatan. Akan tetapi ia memaafkan dan berjabatan tangan. Ia dilahirkan di Makkah, berhijrah ke Thabah (Madinah) dan kerajaannya di Syam (Syiria). Ia berkain sarung di atas pinggangnya. Dia sendiri dan orang-orang yang bersama dia (para sahabatnya) itu penjaga Alquran dan ilmu. Ia berwudlu membasuhkan anggota badannya”. Begitupula sifatnya dalam injil. Diantara akhlaqnya, ialah: ia memulai salam dengan orang yang ditemuinya. Dan siapa yang bersoal-jawab dengan beliau, karena keperluan, niscaya beliau sabar menyabar dengan orang itu. Sehingga beliaulah yang pergi. Dan apa yang diambil seseorang dengan tangannya, maka beliau melepaskan tangannya, sebelum orang yang mengambil itu melepaskan tangannya. Apabila beliau bertemu dengan salah seorang sahabatnya, maka beliau memulai dengan berjabatan tangan (mushafahah). Kemudian, beliau mengambil tangannya, lalu menjerjakkannya. Kemudian memegangnya erat-erat. Beliau tiada berdiri dan duduk, kecuali dengan dzikir kepada Allah. Tiada seseorang yang duduk pada tempatnya, dimana beliau sedang shalat, melainkan beliau meringankan (mencepatkan) shalatnya. Dan terus menghadapi orang itu, seraya bertanya: “Apakah engkau mempunyai keperluan ?”. Apabila orang itu telah selesai dari keperluannya, maka Nabi saw kembali lagi kepada shalatnya. Adalah kebanyakan duduknya, beliau menegakkan kedua betisnya. Dan memegang dengan kedua tangannya di atas kedua betis itu. Menyerupai kain yang mengikatkan. Tiada dikenal tempat duduknya dari tempat duduk sahabat-sahabatnya. Karena di mana saja ada tempat duduk terluang, terus beliau duduk di situ. Tiada pernah sekali-kali beliau memanjangkan kedua kakinya, diantara para sahabatnya. Sehingga tiadalah menyempitkan dengan kedua kakinya itu akan seseorang. Kecuali tempat itu lapang, tiada sempit. Kebanyakan duduknya menghadap qiblat. Beliau memuliakan siapa saja yang masuk ke tempatnya. Sehingga kadang-kadang beliau bentangkan kainnya untuk orang yang tiada hubungan kefamilian dan susuan diantara beliau dan orang itu, dimana orang itu akan duduk di atas kain tersebut. Beliau mengutamakan untuk orang yang masuk ke tempatnya, dengan kasur yang di bawah duduknya. Kalau orang itu enggan menerimanya, niscaya beliau berazam/bercita-cita, sehingga orang itu memperbuatnya. Dan apa dipilih oleh seseorang, melainkan orang itu menyangka bahwa dialah orang yang termulia pada Nabi saw. Sehingga Nabi saw memberikan kepada tiap-tiap orang yang duduk padanya, bahagian dari wajahnya yang mulia. Sehingga tempat duduknya, pendengarannya, pembicaraannya, kelemah-lembutan kebagusannya dan penghadapannya, adalah bagi orang yang duduk itu. Dalam pada itu, majelis Nabi saw adalah majelis yang bersifat malu, merendahkan diri dan amanah (penuh kepercayaan). Allah Ta’ala berfirman: “Maka dengan rahmat Allah, engkau bersikap lemah-lembut kepada mereka dan kalau kiranya engkau berbudi kasar dan berhati bengis, tentulah mereka akan lari dari keliling engkau”. S 3 Ali ‘Imran ayat 159. Rasulullah saw memanggil sahabat-sahabatnya dengan kuniah mereka, karena memuliakan mereka dan menarikkan hati mereka. Dan beliau memberi gelar kuniah bagi orang yang tiada mempunyai kuniah (gelar yang didahului dengan perkataan abu atau umu). Lalu beliau memanggil dengan kuniah yang diberikannya. Beliau memberikan juga gelar kuniah kepada kaum wanita yang mempunyai anak. Dan wanita-wanita yang tiada beranak, beliau mulai memberikan kuniah untuk mereka. Beliau memberikan gelar kuniah kepada anak-anak, maka lemah-lembutlah hati mereka. Adalah Rasulullah saw manusia yang terjauh dari kemarahan dan yang paling lekas merelai sesuatu. Beliau manusia yang paling menyayangi manusia, manusia yang terbaik bagi manusia dan manusia yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan tidaklah suara dikeraskan pada majelisnya. Apabila beliau berdiri dari majelisnya, lalu membaca: “Maha Suci Engkau, wahai Allah Tuhanku dan dengan pujian kepada Engkau aku mengaku, bahwa tiada Tuhan yang disembah, melainkan Engkau, aku meminta ampun dan bertaubat kepada Engkau”. Kemudian, beliau bersabda: “Bacaan itu diajarkan kepadaku oleh Jibril as”.
PENJELASAN: Perkataan dan ketawanya Nabi saw.
Adalah Nabi saw manusia yang paling fasih tutur-katanya dan yang paling enak bunyi perkataannya. Beliau bersabda: “Aku orang Arab yang terfasih”. Bahwa penduduk sorga berbicara dalam sorga dengan lughat (bahasa) Muhammad saw. Adalah beliau sedikit berkata-kata, mudah perkataannya. Apabila beliau bertutur-kata, maka tidak berkata-kata yang tak perlu. Dan kata-katanya itu adalah seperti mutiara yang tersusun. ‘Aisyah berkata: “Adalah Nabi saw tiada mendatangkan perkataan, seperti kamu mendatangkan ini. Perkataannya adalah sedikit dan kamu menyusun kata-kata itu seperti demikian”. Para sahabat itu berkata: “Adalah Nabi saw manusia yang paling ringkas perkataannya. Dengan itu, Jibril datang kepadanya. Dan perkataan beliau dengan ringkas (ijaz) itu, telah mengumpulkan semua yang dikehendakinya. Adalah Nabi saw berkata-kata dengan kata-kata yang menghimpunkan segala maksud. Tiada kata-kata yang berlebihan dan yang keteledoran. Seakan-akan sebahagian dengan sebahagian dari perkataan beliau, diikuti oleh keberhentian sejenak, yang dapat dihafal oleh pendengarnya dan dapat dipeliharakannya. Adalah Nabi saw keras suaranya, manusia yang terbagus bunyi suaranya. Beliau itu lama diam, tiada berkata-kata pada yang tiada diperlukan. Beliau tiada mengatakan yang tiada baik (perkataan munkar). Dan tiada mengatakan pada waktu senang dan pada waktu marah, selain yang benar. Beliau berpaling dari orang yang berkata-kata tiada baik. Beliau berkata dengan: kinayah (dengan kata sindiran), mengenai hal yang perlu dikatakan, perihal yang tiada disukai. Apabila beliau berdiam diri, lalu teman-teman duduknya berkata-kata. Dan tiada beliau berebutan pada pembicaraan. Dan beliau memberi pengajaran dengan sungguh-sungguh dan nasehat. Beliau bersabda: “Janganlah kamu memukul Alquran, sebahagiannya dipukul dengan sebahagian yang lain, karena sesungguhnya Alquran itu diturunkan atas beberapa wajah (bentuk) pengertian”. Rasulullah saw adalah manusia yang terbanyak senyum dan ketawa di muka sahabat-sahabatnya. Dan yang banyak takjub dari apa yang dipercakapkan mereka. Dan yang banyak mencampurkan dirinya dengan mereka. Kadang-kadang beliau ketawa, sehingga tampaklah gigi gerahamnya. Dan adalah ketawa para sahabatnya di sisinya itu tersenyum, karena mengikuti dan memuliakannya. Para sahabat itu berkata, bahwa pada suatu hari datanglah seorang Arab badui kepada Nabi saw. Dan Nabi saw berobah warnanya, yang dibantah oleh sahabat-sahabatnya. Orang Arab badui itu ingin bertanya kepada Nabi saw tentang sesuatu. Lalu para sahabat berkata: “Jangan engkau perbuat, hai Arab badui ! sesungguhnya kami membantah perobahan warnanya”. Arab badui menjawab: “Biarkanlah saya bertanya ! demi Allah yang mengutuskannya dengan kebenaran menjadi nabi ! aku tiada akan meninggalkannya sebelum ia tersenyum”. Lalu Arab badui itu berkata: “Wahai Rasulullah ! telah sampai berita kepada kami, bahwa Al-Masih. Ya’ni: Dajjal akan datang kepada manusia dengan membawa roti berkuah. Dan manusia itu telah binasa kelaparan. Apakah engkau berpendapat bagiku demi ayah dan ibuku, bahwa aku mencegah dari roti berkuah itu, karena memelihara dan membersihkan diri, sampai aku binasa karena kurus ? atau aku jadikan tangan ke dalam roti berkuahnya, sehingga apabila perutku telah penuh kekenyangan, lalu aku beriman dengan Allah dan aku kafir dengan Dajjal itu ?”. Para sahabat itu menerangkan seterusnya: “Maka Rasulullah saw ketawa, sehingga tampak gigi gerahamnya. Kemudian beliau bersabda: “Tidak ! tetapi Allah akan mengkayakan engkau dengan apa yang dikayakanNya orang-orang mu’min”. Para sahabat itu berkata: “Adalah Rasulullah saw diantara manusia yang terbanyak senyum dan yang terbaik jiwa, selama tidak turun kepadanya Alquran. Atau beliau menyebut qiamat atau berpidato dengan pidato pengajaran. Adalah Rasulullah saw apabila gembira dan senang, sebaik-baik manusia dalam kesenangan. Kalau beliau memberi pengajaran, niscaya beliau memberi pengajaran dengan sungguh-sungguh. Dan kalau beliau marah, maka tidaklah kemarahannya itu, selain karena Allah, yang tidak dapat sesuatu bangun menghalangi kemarahannya. Begitu juga pada semua urusannya. Dan apabila terjadi sesuatu urusan, maka beliau menyerahkan urusan itu kepada Allah.Dan beliau melepaskan diri dari urusan itu dengan daya dan tenaga dan memohonkan turun petunjuk (hidayah) Allah. Beliau mendoa: “Wahai Allah Tuhanku ! perlihatkanlah akan aku kebenaran itu kebenaran, lalu aku mengikutinya ! perlihatkanlah akan aku kemunkaran itu kemunkaran, dan anugerahilah aku menjauhkannya ! lindungilah akan aku daripada yang meragukan atasku, lalu aku mengikuti hawa nafsuku, tanpa petunjuk daripada Engkau ! jadikanlah hawa nafsuku patuh mentaatiMu ! ambillah kerelaan diri Engkau dari diriku pada keafiatan ! dan tunjukilah aku bagi kebenaran yang aku perselisihkan padanya, dengan keizinan Engkau ! bahwasanya Engkau menunjuki siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus”.
PENJELASAN: Akhlaq dan adab-kesopanannya saw mengenai makanan.
Adalah Nabi saw memakan apa yang didapatinya. Makanan yang paling disukainya, ialah: makanan yang berada atas dlafaf. Dlafaf, ialah: makanan yang banyak tangan memakannya. Apabila hidangan telah diletakkan, beliau membaca: “Dengan nama Allah. Wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah hidangan ini ni’mat yang disyukuri, yang sampai ni’mat sorga dengan dia !”. Banyak kali, apabila Rasulullah saw duduk makan, beliau merapatkan antara kedua lututnya dan antara tapak kakinya, sebagaimana duduk orang yang mengerjakan shalat. Kecuali lutut yang satu berada di atas lutut yang satu lagi dan tapak kaki yang satu di atas tapak kaki yang satu lagi. Dan beliau bersabda: “Sesungguhnya aku ini hamba. Aku makan sebagaimana hamba makan dan aku duduk sebagaimana hamba duduk”. Beliau tiada memakan makanan yang masih panas dan beliau bersabda: “Makanan yang masih panas itu tiada mempunyai barakah. Sesungguhnya Allah tiada menganugerahkan api untuk makanan kita. Maka dinginkanlah makanan itu !”. Adalah beliau memakan makanan yang berada di depannya. Beliau memakan dengan tiga anak jarinya. Kadang-kadang beliau meminta tolong (menambahkan) dengan anak jari ke-4. Dan beliau tiada memakan dengan dua anak jari. Dan bersabda: “Bahwa yang demikian itu cara setan makan”. ‘Utsman bin ‘Affan ra datang kepada Nabi saw membawa kue faludjaz (nama semacam kue dalam bahasa Persia). Rasulullah saw memakan kue itu, sambil bertanya: “Kue apa ini, hai Abu Abdillah ?”. Utsman bin Affan ra menjawab: “Demi bapak dan ibuku ! kami masukkan minyak samin dan madu lebah dalam periuk dan kami letakkan atas api. Kemudian kami panaskan sampai mendidih. Kemudian kami ambil tepung gandum yang halus yang telah ditumbuk. Lalu kami aduk atas minyak samin dan madu lebah itu dalam periuk. Kemudian, kami gerak-gerakkan dengan cambuk, sehingga ia masak. Lalu jadilah seperti yang engkau lihat”. Lalu Rasulullah saw menjawab: “Bahwa makanan ini bagus”. Adalah Nabi saw memakan roti sya’ir yang tiada diayak. Beliau memakan mentimun dengan kurma yang belum kering (ruthab) dan dengan garam. Buah-buahan basah yang paling disukainya, ialah: semangka dan buah anggur. Beliau memakan buah semangka dengan roti dan gula. Kadang-kadang dimakannya semangka itu dengan ruthab. Semuanya beliau makan dengan dua tangan. Pada suatu hari, beliau memakan ruthab pada tangan kanannya dan bijinya pada tangan kirinya. Maka lalulah seekor kambing, lalu beliau tunjukkan kepada kambing itu dengan biji kurma tadi. Maka kambing itupun lalu makan dari tapak tangannya yang kiri. Dan beliau makan dengan kanannya sehingga selesai. Dan kambing itu pergi. Kadang-kadang beliau memakan buah anggur dengan memegang tangkainya, dimana kelihatan air buah anggur itu pada janggutnya, seperti benang mutiara. Kebanyakan makanan beliau, air dan kurma kering (tamar). Beliau mengumpulkan susu dengan tamar. Dan beliau menamakan keduanya: dua yang terbaik (al-athyabain). Makanan yang paling beliau sukai, ialah daging. Dan beliau bersabda: “Bahwa daging itu menambahkan pendengaran. Dan daging itu penghulu makanan di dunia dan di akhirat. Jikalau aku meminta pada Tuhanku, bahwa Ia memberikannya kepadaku tiap-tiap hari, niscaya dianugerahiNya”. Beliau memakan roti berkuah dengan daging dan buah labu. Beliau suka kepada buah labu dan mengatakan: “Bahwa labu itu pohon saudaraku Yunus as”. ‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda: ‘Wahai ‘Aisyah ! apabila engkau memasak periuk gulai, maka banyakkanlah di dalamnya labu. Karena labu itu menguatkan hati orang yang duka”. Adalah Nabi saw memakan daging burung yang ditangkap. Dan beliau sendiri tiada turut menangkap dan memburu burung itu. Beliau suka orang lain menangkap dan membawa kepadanya. Maka beliau memakannya. Apabila beliau memakan daging, beliau tiada menundukkan kepalanya kepada daging itu. Dan beliau mengangkatkan daging itu ke mulutnya, kemudian menggigitkannya. Beliau memakan roti dan minyak samin. Dan yang beliau sukai dari kambing, ialah daging lengannya dan daging bahunya. Dan dari sayur, ialah buah labu. Dan dari lauk-pauk, ialah cuka. Dan dari tamar, ialah kurma Madinah (al-‘ajwah). Beliau mendoakan pada al-‘ajwah itu dengan barakah. Dan beliau bersabda: “Al-‘ajwah itu dari sorga dan obat racun dan sihir”. Beliau menyukai dari sayur-sayuran, ialah yang bernama: al-handaba’ dan al-badzaruj dan sayur al-hamqa’, yang dinamai: ar-rajlah. Beliau tiada menyukai daging dua buah pinggang. Karena daging ini tempatnya dekat kencing. Dan beliau tiada memakan dari kambing, 7 perkara: dzakar (kemaluan), dua biji pelir, tempat air kencing, empedu, ghudad (daging yang bulat-bulat yang terjadi dari penyakit antara kulit dan dagingnya) kemaluan kambing betina dan darah. Beliau tiada menyukai yang demikian. Beliau tiada memakan bawang putih, bawang merah dan daun bawang prei (al-kurrats). Beliau tiada pernah sekali-kali mencela sesuatu makanan. Akan tetapi kalau mena’jubkannya, beliau makan. Dan kalau tiada menyukainya, beliau tinggalkan. Dan kalau beliau tiada menyukainya, maka beliau tiada memarahkannya kepada orang lain. Beliau tiada menyukai binatang dlabb (bentuknya seperti biawak) dan empedu. Dan beliau tiada mengharamkan kedua macam benda tersebut. Adalah Nabi saw mengambil makanan sisa di piring, dengan anak jari beliau, sambil bersabda: “Makanan yang penghabisan itu banyak barakahnya”. Beliau menjilat anak jarinya dari sisa makanan itu, sehingga anak jarinya merah. Dan tiada menyapu tangannya dengan sapu tangan. Akan tetapi dijilatinya anak jarinya satu demi satu dan bersabda: “Bahwa beliau tiada mengetahui pada makanan manakah barakah itu”. Apabila telah selesai dari makan, beliau membaca: “Segala pujian bagi Allah. Wahai Allah Tuhanku ! bagi Engkau segala pujian. Engkau berikan makanan, maka Engkau kenyangkan. Engkau berikan minuman, maka Engkau puaskan (hilang haus). Bagi Engkau segala pujian yang tidak dimungkiri keutamaannya, yang tidak ditinggalkan dan yang diperlukan kepadanya”. Adalah Nabi saw apabila telah memakan roti dan daging khususnya, membasuhkan kedua tangannya baik-baik. Kemudian menyapu dengan kelebihan air itu mukanya. Beliau minum dengan 3 kali teguk dan padanya 3 kali membaca: bismillah. Dan pada masing-masing penghabisannya, 3 kali membaca: al-hamdulillaah. Adalah Nabi saw minum dengan mengisap air dan tidak beliau minum dengan tidak bernafas. Dan beliau berikan air yang lebih dari minumannya, kepada orang yang di kanannya. Kalau orang yang di sebelah kirinya lebih mulia kedudukannya, beliau mengatakan kepada orang yang di sebelah kanannya: “Sunat engkau berikan. Jikalau engkau suka, utamakanlah kepada mereka !”. Kadang-kadang beliau minum dengan satu nafas sampai selesai. Dan beliau tiada bernafas dalam bejana tempat minum, tetapi beliau berpaling daripadanya. Dan apabila dibawa kepada beliau, bejana tempat minum, yang di dalamnya air madu dan susu, maka beliau menolak meminumnya, seraya bersabda: “Dua minuman dalam satu minuman. Dan dua lauk, dalam satu tempat”. Kemudian Nabi saw bersabda: “Aku tidak mengharamkannya. Akan tetapi aku tiada menyukai kesombongan dan dihisab (dihitung amal-perbuatan) dengan amal perbuatan duniawi yang tiada diperlukan besok hari qiamat. Aku menyukai tawadlu’ (merendahkan diri). Barangsiapa merendahkan diri karena Allah, niscaya ia diangkatkan oleh Allah”. Adalah Nabi saw dalam rumahnya lebih malu dari sahaya perempuan. Beliau tiada meminta pada mereka itu (keluarganya) makanan. Dan tidak menyatakan keinginannya pada mereka. Kalau mereka itu memberikan makanan kepadanya, beliau makan. Dan apa yang diberikan mereka, beliau terima. Dan minuman apa yang diberikan mereka, beliau minum. Kadang-kadang beliau bangun mengambil sendiri apa yang akan dimakannya atau yang akan diminumnya.
PENJELASAN: Adab kesopanan dan akhlaq Nabi saw mengenai pakaian.
Adalah Nabi saw memakai pakaian yang diperolehnya: kain sarung atau kain selendang (kain penutup badan) atau baju kemeja (qamish) atau baju jubbah atau yang lain. Yang mena’jubkan hatinya (yang lebih menyukainya), ialah kain hijau. Dan kebanyakan pakaiannya ialah berwarna putih. Dan beliau bersabda: “Pakaikanlah kain yang berwarna putih itu kepada orang-orang yang masih hidup dari kamu dan kafanilah dengan kain putih itu orang-orang yang sudah meninggal dari kamu !”. Adalah Nabi saw memakai qaba’ (baju yang dipakai di atas baju-baju yang lain) yang diisi dengan kapas untuk peperangan dan bukan peperangan. Beliau mempunyai baju qaba’ dari kain sundusin. Lalu beliau memakainya, maka baguslah kehijauannya di atas keputihan warnanya. Dan adalah pakaian Nabi saw semuanya tinggi di atas kedua mata kakinya. Dan kain sarungnya di atas yang demikian, kepada setengah betis. Dan baju kemejanya terikat dengan kancing baju. Kadang-kadang beliau membuka kancing itu dalam shalat dan lainnya. Beliau mempunyai kain selimut yang dicelup dengan kumkuma. Kadang-kadang, beliau mengerjakan shalat dengan orang banyak dengan memakai selimut itu saja. Kadang-kadang beliau memakai kain sehelai, tiada yang lain di atas kain sehelai itu. Beliau mempunyai kain yang bertampal, yang dipakainya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku adalah hamba, aku memakai pakaian, sebagaimana yang dipakai oleh hamba”. Nabi saw mempunyai dua helai pakaian yang khusus untuk shalat Jum’at, selain dari pakaian-pakaiannya untuk bukan Jum’at. Kadang-kadang, beliau memakai sehelai kain sarung, yang tidak ada kain lain di atasnya. Beliau ikatkan kedua ujungnya diantara kedua bahunya. Kadang-kadang, dengan pakaian itu beliau mengimami orang banyak pada shalat jenazah. Kadang-kadang, beliau mengerjakan shalat di rumahnya, dengan memakai sehelai kain sarung, dimana beliau berselimut dengan kain sarung itu, yang berlainan letak diantara kedua ujungnya. Dan adalah kain sarung itu, yang beliau bersetubuh padanya pada hari itu. Kadang-kadang beliau mengerjakan shalat di malam hari dengan kain sarung. Dan beliau berselindang dengan sebahagian kain dari yang mengiringi rambutnya dan beliau jatuhkan bahagian yang tinggal dari kain itu, ke atas sebahagian isterinya. Lalu beliau mengerjakan shalat seperti yang demikian itu. Sesungguhnya Nabi saw mempunyai pakaian hitam. Lalu beliau berikan kepada orang. Maka bertanya Ummu Salmah kepadanya: “Demi ayahku, engkau dan ibuku ! apakah yang dapat diperbuat oleh orang itu dengan kain hitam tersebut ?”. Nabi saw menjawab: “Aku pakaikan akan orang itu”. Lalu Ummu Salmah menjawab: “Belum pernah sekali-kali aku melihat sesuatu yang lebih cantik, dari putihnya engkau di atas hitamnya kain itu”. Anas berkata: “Kadang-kadang aku melihat Nabi saw mengerjakan dengan kami shalat Dhuhur, dengan memakai kain bulu hitam (syamlah), yang beliau ikatkan antara kedua ujungnya”. Adalah Nabi saw memakai cincin. Kadang-kadang beliau keluar dan pada cincinnya benang terikat, untuk mengingati sesuatu. Beliau setempelkan dengan cincin itu, pada surat-surat yang akan dikirim. Beliau bersabda: “Cap setempel atas surat adalah lebih baik daripada kena tuduhan”. Beliau memakai kupiah (qalansuah); di bawah surban dan dengan tanpa surban. Kadang-kadang beliau buka qalansuahnya dari kepala. Lalu beliau jadikan qalansuah itu dinding (sutrah) di hadapannya. Kemudian, beliau mengerjakan shalat kepada dinding dari qalansuah tadi. Dan kadang-kadang tidak ada surban. Lalu beliau ikatkan kain pada kepalanya dan dahinya. Nabi saw mempunyai sehelai surban yang dinamai: as-sahab (awan). Lalu beliau berikan kepada Ali ra. Kadang-kadang Ali ra datang dengan memakai as-sahab. Lalu Nabi saw bersabda: “Datang Ali kepadamu dengan memakai as-sahab”. Adalah Nabi saw apabila memakai pakaian, beliau memakainya dari sebelah kanannya, sambil membaca: “Segala pujian bagi Allah yang menganugerahkan kepadaku pakaian, yang dengan pakaian itu aku menutup auratku dan aku memperelokkan diriku pada manusia”. Apabila beliau membuka pakaiannya, maka beliau keluarkan dari sebelah kirinya. Apabila beliau memakai pakaian baru, lalu beliau berikan pakaian tuanya kepada orang miskin. Kemudian, beliau bersabda: “Tiada dari orang muslim yang memberi pakaian akan orang muslim, dari kain tuanya, dimana ia tiada memberikan pakaian itu, melainkan semata-mata karena Allah, melainkan ia berada dalam tanggungan Allah. PemeliharaanNya dan kebajikanNya, selama ia menutup aurat orang muslim itu, pada waktu hidupnya dan matinya”. Nabi saw mempunyai tikar tidur dari kulit yang sudah disamak, yang diisikan dengan kulit kayu kurma yang halus. Panjangnya dua hasta dan hampir dua hasta. Lebarnya sehasta sejengkal atau hampir sehasta sejengkal. Beliau mempunyai baju ‘aba-ah (baju terbuka depannya, dipakai diatas baju lain), yang dibentangkan untuk Nabi saw ke mana saja beliau berpindah duduk, yang dilipatkan dua lapis, untuk di bawah tempat duduknya. Beliau tidur di atas tikar, yang di bawahnya, tiada suatupun lainnya. Diantara akhlaq Nabi saw, ialah menamakan binatang kendaraannya, senjatanya dan barang-barangnya. Dan adalah nama benderanya: Al-‘Uqab, nama pedangnya yang dibawa ke medan perang: Dzul-faqar. Beliau mempunyai pedang, yang dinamai: Al-Mikhdzam. Dan sebuah pedang yang lain, dinamai: Ar-Rasu. Dan yang lain lagi, dinamai: Al-Qadlib. Dan tangkai pedangnya dihiasi dengan perak. Beliau memakai tali pedangnya dari kulit yang tersamak. Padanya 3 helai tali dari perak. Dan nama busur Nabi saw, ialah: Al-Katum. Dan nama tempat panahnya, ialah: Al-Kafur. Nama untanya, ialah: Al-Qushwa, yaitu yang dinamakan juga: Al-Udl-ba. Nama baghalnya ialah: Ad-Duldul. Nama keledainya, ialah: Ya’fur. Dan nama kambingnya yang beliau minum susunya, ialah: ‘Ainah. Beliau mempunyai tempat bersuci dari tembikar, yang beliau berwudlu padanya dan meminum daripadanya. Maka orang banyak mengirim anak-anaknya yang kecil yang telah berakal. Lalu mereka itu masuk ke tempat Rasulullah saw. Mereka itu tiada ditolak untuk masuk ke tempat beliau. Apabila anak-anak itu memperoleh air pada tempat bersuci tadi, lalu mereka minum. Dan menyapu mukanya dan tubuhnya dengan air tersebut. Mereka itu mencari barakah dengan yang demikian.
PENJELASAN: Kemaafannya Nabi saw serta kemampuannya membalas.
Adalah Nabi saw manusia yang tidak lekas marah. Dan yang amat suka memberi maaf serta mampunya mengambil balasan. Bahwa ada orang membawa gelang emas dan perak kepada Nabi saw. Lalu beliau bagi-bagikan diantara sahabat-sahabatnya. Lalu bangunlah seorang badui, seraya berkata: “Hai Muhammad ! demi Allah ! sesungguhnya Allah menyuruh engkau berlaku adil. Maka aku tiada melihat engkau berlaku adil”. Nabi saw menjawab: “Sayang engkau ! siapakah yang berlaku adil kepada engkau sesudahku ?”. Tatkala orang badui itu telah pergi, lalu Nabi saw bersabda: “Kembalikanlah dia kepadaku perlahan-lahan !”. Jabir meriwayatkan: “Bahwa Nabi saw menerima perak untuk orang banyak pada hari perang Khaibar dalam kain Bilal. Lalu seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw: ‘Wahai Rasulullah ! berlakulah adil !”. Lalu Rasulullah saw menjawab kepadanya: “Sayang engkau ! siapakah yang akan bertindak adil, apabila aku tidak adil ? jadi, sesungguhnya aku telah sia-sia dan merugi, jikalau aku tidak berlaku adil”. Lalu Umar bangun, seraya berkata: “Apakah tidak aku potong lehernya ? sesungguhnya dia itu orang munafiq”. Maka Nabi saw menjawab: “Aku berlindung dengan Allah ! bahwa manusia akan memperkatakan, bahwa aku membunuh sahabat-sahabatku !”. Adalah Rasulullah saw pada suatu peperangan. Lalu mereka itu (pihak musuh) melihat kaum muslimin dalam kelengahan. Lalu datanglah seorang laki-laki, sehingga ia berdiri dekat kepala Rasulullah saw dengan pedang terhunus di tangannya, seraya berkata: “Siapakah yang mencegah engkau daripadaku”. Nabi saw menjawab: “Allah !”. Berkata perawi: “Maka jatuhlah pedang itu dari tangan laki-laki tadi. Lalu Rasulullah saw mengambil pedang tersebut dan bersabda: “Siapakah yang mencegah engkau daripadaku !”. Laki-laki itu menjawab: “Adalah engkau hendaknya sebaik-baik orang yang mengambil kebajikan !”. Nabi saw menjawab: “Aku mengaku, bahwa tiada Tuhan yang disembah, selain Allah dan bahwa aku Rasul Allah”. Laki-laki itu lalu menjawab: “Tidak ! hanya aku tiada akan memerangi engkau. Aku tiada akan bersama engkau. Dan aku tiada akan bersama kaum (orang-orang) yang memerangi engkau”. Maka Nabi saw melepaskan laki-laki itu. Lalu ia datang kepada teman-temannya, seraya ia berkata: “Aku datang kepada kamu dari orang yang terbaik diantara manusia”. Anas meriwayatkan: “Bahwa seorang perempuan Yahudi datang kepada Nabi saw membawa daging kambing yang beracun, supaya Nabi saw memakannya. Lalu perempuan itu dibawa kepada Nabi saw. Maka beliau bertanya kepadanya tentang hal itu. Maka perempuan itu menjawab: ‘Aku bermaksud membunuh engkau”. Nabi menjawab: “Allah Ta’ala tiada menyerahkan kekuasaan kepada engkau atas yang demikian”. Maka para sahabat bertanya: “Apakah tidak kami bunuh perempuan ini ?”. Nabi saw menjawab: “Jangan !”. Seorang laki-laki Yahudi menyihir Nabi saw. Lalu Jibril as mengkabarkan yang demikian kepada Nabi saw sehingga sihir itu dapat dikeluarkan (dari sumur Dzarwan) dan terlepaslah ikatannya. Dan Nabi saw memperoleh keringanan sakit karena yang demikian. Dan Nabi saw tiada menyebutkan yang demikian kepada Yahudi itu. Dan tiada sekali-kali melahirkannya kepada Yahudi tersebut. Ali ra berkata: “Rasulullah saw mengutuskan aku, Zubair dan Miqdad, dengan sabdanya: “Berjalanlah, sehingga kamu sampai ke Raudlah Khakh. Di situ ada: dha’inah (wanita yang ditinggalkan oleh suaminya), di mana pada wanita tersebut ada sepucuk surat. Maka ambillah surat itu daripadanya !”. Kamipun berjalan, sehingga sampailah kami di Raudlah Khakh. Lalu kami berkata kepada wanita itu: “Keluarkanlah surat itu !”. Wanita itu menjawab: “Tiada surat padaku”. Lalu kami berkata: “Engkau keluarkan surat itu atau kami buka kain engkau !”. Lalu perempuan itu mengeluarkan surat tersebut dari sanggul rambunya. Maka surat itu kami bawa pada Nabi saw. Tiba-tiba tersebut dalam surat itu: “Dari Hathib bin Abi Balta’ah kepada orang-orang musyrikin di Makkah. Ia menerangkan kepada mereka itu, suatu hal dari hal-ihwal Rasulullah saw”. Maka Nabi saw bertanya: “Hai Hathib ! apa ini ?”. Hathib menjawab: “Wahai Rasulullah ! janganlah engkau bersegera murka kepadaku ! bahwasanya aku ini adalah orang yang ada hubungan dengan kaumku. Dan ada orang-orang muhajirin yang bersamamu, mempunyai kerabat (famili) di Makkah, yang mereka itu melindungi keluarganya. Maka aku menyukai ketika telah lenyap bagiku yang demikian dari keturunan, dari mereka bahwa aku mengambil pada mereka itu suatu tangan, yang mereka akan melindungi kerabatku dengan tangan tersebut. Dan aku tiada berbuat demikian, karena kafir dan tidak karena rela dengan kafir sesudah Islam dan tidak karena murtad dari agamaku”. Lalu Rasulullah saw menjawab: “Bahwa Rasulullah saw membenarkan kamu”. Lalu Umar ra berkata: “Biarkanlah aku pukul leher munafiq ini”. Nabi saw bersabda: “Bahwa laki-laki ini telah menghadiri perang Badar dan engkau tiada mengetahui semoga Allah ‘Azza wa Jalla telah melihat kepada peserta-peserta Badar. Allah Ta’ala berfirman: ‘Berbuatlah apa yang kamu kehendaki ! sesungguhnya Aku telah mengampunkan dosamu”. Rasulullah saw membagikan suatu bahagian dari harta. Lalu seorang laki-laki dari anshar berkata: “Ini adalah bahagian yang tiada dimaksudkan wajah Allah Ta’ala (tidak li-wajhillah)”. Lalu perkataan yang demikian diterangkan kepada Nabi saw. Maka merahlah muka beliau seraya bersabda: “Diberi rahmat kiranya oleh Allah akan saudaraku nabi Musa yang telah disakiti dengan lebih banyak dari ini, tetapi ia sabar”. Nabi saw bersabda: “Tidaklah disampaikan sesuatu kepadaku oleh seseorang kamu dari seseorang sahabatku. Maka sesungguhnya aku suka, bahwa aku keluar kepadamu dan dadaku dalam keadaan yang sejahtera”.
PENJELASAN: Tentang Nabi saw memejamkan matanya dari hal yang tiada disukainya.
Adalah Rasulullah saw halus kulitnya, lembut lahir dan bathinnya. Diketahui pada wajahnya akan kemarahan dan kesenangannya. Apabila bersangatan perasaannya (emosinya), niscaya banyak beliau memegang janggutnya yang mulia. Beliau tiada berbicara dengan seseorang, dengan apa yang tiada disukainya. Seorang laki-laki masuk ke tempat Nabi saw. Pada orang itu warna kuning. Lalu beliau tiada menyukai warna kuning itu. Maka beliau tiada mengatakan suatupun kepada orang itu, sampai ia keluar. Lalu beliau mengatakan kepada sebahagian kaum yang ada di situ: “Kalau kiranya kamu katakan kepada orang itu tadi, supaya meninggalkan itu (warna kuning) !”. Seorang Arab badui kencing dalam masjid di hadapan Nabi saw. Lalu para sahabat bermaksud mencegahnya. Maka Nabi saw bersabda: “Jangan kamu putuskan kencingnya !”. Kemudian Nabi saw bersabda kepada badui itu: “Bahwa masjid-masjid ini tiada patut untuk sesuatu kekotoran, kencing dan berak”. Dan pada suatu riwayat: “Dekati dia ! jangan kamu jauhkan !”. Pada suatu hari datang seorang Arab badui kepada Nabi saw meminta sesuatu. Maka Nabi saw memberikannya. Kemudian beliau bersabda kepada orang badui itu: “Aku telah berbuat baik kepadamu”. Orang badui itu menjawab: “Tidak ! engkau tidak memberi kebaikan kepadaku”. Yang meriwayatkan itu berkata: “Lalu kaum muslimin marah dan bangun berdiri menghadapi badui itu. Maka Nabi saw memberi isyarat kepada kaum muslimin itu: “Bahwa cegahlah dari berbuat sesuatu !”. Kemudian beliau bangun berdiri dan masuk ke rumahnya. Dan beliau mengirim kepada badui itu dan menambahkan kepadanya sesuatu. Kemudian, beliau bersabda: “Aku telah berbuat baik kepadamu”. Badui itu menjawab: “Ya, benar ! kiranya Allah membalas dengan kebajikan kepada engkau, dari famili dan kerabat !”. Lalu Nabi saw bersabda kepadanya: “Bahwa engkau telah mengatakan, apa yang engkau katakan. Dan pada hati sahabat-sahabatku ada sesuatu dari yang demikian itu. Kalau engkau suka, katakanlah di hadapan mereka, apa yang telah engkau katakan di hadapanku. Sehingga hilanglah dari dada mereka, apa yang ada di dalamnya, terhadap engkau !”. Badui itu menjawab: “Ya, baik !”. Keesokan harinya atau pada sore hari itu, orang badui itu datang. Lalu Nabi saw bersabda: “Bahwa orang badui ini telah mengatakan, apa yang telah dikatakannya. Lalu kami tambahkan pemberian kepadanya. Maka sekarang ia mengaku, bahwa ia telah senang. Benarkah demikian ?”. Badui itu menjawab: “Ya, benar ! kiranya Allah membalas dengan kebajikan kepada engkau, dari ahli dan kerabat !”. Maka Nabi saw bersabda: “Bahwasanya seperti aku ini dan seperti orang badui ini, adalah seperti seorang laki-laki yang mempunyai seekor unta yang telah lari daripadanya. Lalu diikuti oleh orang banyak untuk menangkapnya. Tetapi mereka itu tiada menambahkan unta itu kepada dekat, melainkan semakin lari. Lalu mereka itu dipanggil oleh pemilik unta itu: ‘Biarkanlah aku dan untaku ! maka sesungguhnya aku lebih sayang dan lebih mengetahui dengan unta itu”. Maka pemilik unta itu datang di hadapan unta. Lalu mengambil rumput untuk unta itu. Maka dengan perlahan-perlahan ia mengembalikan unta itu. Sehingga unta itu datang dan jinak. Dan dapat ia mengikatkan alat kendaraan ke atas unta itu dan mengendarainya. Dan sesungguhnya aku, jikalau aku biarkan kamu, dimana laki-laki itu telah mengatakan apa yang telah dikatakannya, lalu kamu membunuhnya, niscaya ia masuk neraka.
PENJELASAN: Kemurahan dan kelimpahan hati Nabi saw.
Adalah Nabi saw manusia yang banyak kelimpahan dan kemurahan hati. Dalam bulan Ramadlan, beliau adalah seperti angin yang dilepaskan berhembus tiada memegang sesuatu dari harta. Ali ra apabila menyifatkan Nabi saw berkata: “Adalah Nabi saw manusia yang bermurah tangan, manusia yang berlapang dada, manusia yang sangat benar pembicaraan, manusia yang sangat menepati janji, manusia yang teramat lemah-lembut kelakuan dan manusia yang sangat memuliakan kekeluargaan. Barangsiapa melihat Nabi saw dengan tiba-tiba, niscaya takut kepadanya. Dan barangsiapa bercampur-baur dengan Nabi saw dengan mengenalnya, niscaya mencintainya. Orang yang menyifatkan Nabi saw berkata: “Tidak pernah aku melihat sebelumnya dan sesudahnya orang seperti Nabi saw”. Dan tidaklah sekali-kali dimintakan sesuatu pada Nabi saw atas agama Islam, melainkan diberikannya. Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw lalu meminta padanya, maka beliau memberikan kepada orang itu kambing yang ada diantara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata: “Marilah kamu semuanya, masuk Islam ! sesungguhnya Muhammad memberikan, sebagai pemberian orang, yang tiada takut akan kemiskinan. Dan tiada pernah orang meminta padanya sesuatu, lalu beliau mengatakan: “Tidak !”. Orang membawa kepada Nabi saw 90 ribu dirham. Lalu beliau letakkan atas tikar. Kemudian beliau bangun, lalu membagi-bagikannya. Beliau tiada menolak seorangpun yang meminta, sehingga selesailah beliau membagi-bagikannya. Datang seorang laki-laki kepada Nabi saw lalu meminta pada Nabi saw. Beliau menjawab: “Tak ada suatupun padaku. Tetapi belilah atas tanggunganku ! apabila datang sesuatu kepada kami, niscaya kami lunaskan”. Lalu sahut Umar: “Wahai Rasulullah ! Allah tidak memberatkan engkau yang tidak engkau sanggupi”. Nabi saw tiada senang yang demikian. Lalu laki-laki itu berkata: “Belanjakanlah ! dan jangan takut akan kekurangan dari Tuhan yang mempunyai ‘Arasy !”. Maka tersenyumlah Nabi saw dan diketahui kegembiraan pada wajahnya. Tatkala Nabi saw kembali dari perang Hunain, maka datanglah beberapa Arab badui, meminta sesuatu pada Nabi saw. Sehingga mereka itu membawa Nabi saw kepada sepohon kayu. Maka tersangkutlah kain selendang Nabi saw pada pohon kayi itu. Lalu Rasulullah saw berhenti, seraya bersabda: “Berikanlah kepadaku selendangku ! jikalau aku mempunyai ni’mat sebanyak duri ini, niscaya aku bagi-bagikan diantara kamu. Kemudian, kamu tiada akan mendapati aku ini kikir, pendusta dan pengecut”.
PENJELASAN: Keberanian Nabi saw.
Adalah Nabi saw manusia yang suka menolong dan sangat berani. Ali ra berkata: “Sesungguhnya engkau melihat aku pada hari perang Badar. Kami berlindung dengan Nabi saw dan beliau yang paling terdekat kepada musuh dari kami. Dan beliau pada hari itu diantara manusia yang sangat perkasa”. Ali ra berkata pula: “Apabila perang telah berkecamuk, kaum muslimin telah bertemu dengan kaum kafir, niscaya kami memeliharakan diri dengan Rasulullah saw. Maka tiada seorangpun yang lebih dekat kepada musuh, dari Nabi saw”. Ada yang mengatakan, bahwa Nabi saw itu sedikit berkata-kata dan sedikit bercerita. Apabila beliau menyuruh manusia berperang, niscaya dengan bersungguh-sungguh dan adalah beliau diantara manusia yang sangat perkasa. Dan orang yang berani saja yang dekat kepada Nabi saw dalam peperangan, karena dekatnya beliau dengan musuh. ‘Imran bin Hushain berkata: “Tiada Rasulullah saw menemui suatu kumpulan tentara, melainkan beliaulah orang yang pertama memukulnya”. Pada sahabat berkata, bahwa Nabi saw sangat kuat pukulannya. Tatkala beliau dikelilingi oleh kaum musyrik, lalu turun dari baghalnya, seraya bersabda: “Aku ini Nabi, tidak dusta. Aku ini putera Abdul Muthalib”. Maka tiada seorangpun yang dilihat pada hari itu yang lebih berani dari Nabi saw.
PENJELASAN: Merendah-dirinya Nabi saw.
Adalah Nabi saw manusia yang sangat merendahkan diri dalam ketinggian kedudukannya. Ibnu ‘Amir berkata: “Aku melihat Rasulullah saw melempar jamratul-‘aqabah di atas unta kelabu. Tak ada padanya orang yang memukul orang lain, orang yang menolak orang lain dan orang yang berkata: “kepadamu, kepadamu”. Nabi saw mengendarai keledai, yang disusun di atasnya kayu tempat duduk. Dan dalam pada itu orang berkendaraan di belakangnya. Adalah Nabi saw mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah, memperkenankan undangan hamba orang. Beliau menempel sandal dan menampal kain. Dan bekerja di rumahnya bersama keluarganya mengenai keperluan mereka. Para sahabatnya tiada bangun berdiri untuk Nabi saw. Karena mereka tahu akan bencinya Nabi saw yang demikian. Beliau lalu di hadapan anak-anak. Lalu beliau memberi salam kepada mereka. Pada suatu hari dibawa seorang laki-laki kepada Nabi saw. Lalu orang itu gementar dari kehebatan Nabi saw. Maka beliau berkata kepada orang itu: “Mudahkan saja bagimu ! aku bukan raja. Aku hanya putera, seorang perempuan Quraisy, yang memakan daging kering”. Adalah Nabi saw duduk antara para sahabatnya, bercampur-baur dengan mereka, seolah-olah beliau salah seorang dari mereka. Maka datanglah seorang asing, lalu tiada mengetahui, yang mana beliau. Sehingga ia bertanya dari hal Nabi saw. Sehingga mereka (para sahabat) meminta kepada Nabi saw supaya duduk pada suatu tempat yang dapat dikenal beliau oleh orang asing, yang baru datang. Maka para sahabat membangun suatu tempat yang tinggi sedikit dari tanah liat. Lalu Nabi saw duduk di situ. ‘Aisyah berkata kepada Nabi saw: “Makanlah bersandar ! kiranya Allah menjadikan aku tebusan engkau. Sesungguhnya duduk bersandar itu adalah lebih mudah bagi engkau”. Kata yang meriwayatkan: “Lalu Nabi saw mendengar dengan menundukkan kepalanya, sehingga hampir dahinya kena dengan tanah. Kemudian, Nabi saw bersabda: “Tetapi aku makan, seperti hamba-sahaya makan dan aku duduk seperti hamba-sahaya duduk”. Nabi saw tidak makan di atas: meja makan. Dan tidak pada: bejana yang diletakkan padanya segala makanan yang disukai (sukur-rujah). Sehingga beliau kembali kepada Allah Ta’ala (wafat). Tiada seorangpun daripada para sahabatnya dan orang lain yang memanggilnya, melainkan beliau menjawab dengan perkataan: Labbaik ! (Ya !). Apabila beliau duduk bersama orang banyak, kalau mereka itu berkata-kata tentang arti akhirat, niscaya beliau masuk bersama mereka. Dan kalau mereka bercakap-cakap tentang makanan atau minuman, niscaya beliau bercakap-cakap serta mereka. Dan kalau mereka berkata-kata tentang dunia, niscaya beliau bercakap-cakap bersama mereka. Karena kasih-sayang dan merendahkan diri kepada mereka. Mereka itu kadang-kadang menyanyikan syair (pantun) di hadapannya. Dan menyebutkan beberapa hal keadaan masa jahiliah. Dan mereka itu ketawa. Lalu Nabi saw tersenyum apabila mereka itu ketawa dan beliau tidak menghardik mereka, selain dari yang haram.
PENJELASAN: Rupa Nabi saw dan kejadiannya.
Diantara sifat tubuh Rasulullah saw, ialah beliau tidak panjang (tinggi) yang bersangatan dan tidak pendek yang menyolok. Tetapi beliau adalah sedang, apabila beliau berjalan sendirian. Dalam pada itu, tidaklah seseorang manusia yang berjalan kaki bersama beliau, di mana orang itu dapat dikatakan tinggi, melainkan adalah Rasulullah saw lebih tinggi daripadanya. Kadang-kadang beliau diapit oleh dua orang yang tinggi, maka beliau berada lebih tinggi dari kedua orang tersebut. Apabila kedua orang itu telah berpisah dengan beliau, maka kedua orang tersebut dapat dikatakan tinggi, sedang Nabi saw dikatakan: sedang. Nabi saw bersabda: “Kebajikan semuanya dijadikan pada orang yang sedang (pertengahan)”. Adapun warna kulit Nabi saw adalah: azharul-laun, tidak sangat merah dan tidak sangat putih. Azharul-laun, ialah: warna putih yang gilang-gemilang cahayanya, tidak bercampur dengan kuning, merah dan sesuatu dari warna-warna lain. Beliau disifatkan warnanya oleh pamannya Abu Thalib, yang bermadah:
Putih yang meminta turun hujan,
dari awan dengan wajahnya,
pertolongan bagi anak yatim yang kasihan,
pemeliharaan bagi wanita janda.
Sebagian mereka menyifatkan Nabi saw, bahwa kulitnya putih bercampur merah. Mereka mengatakan, bahwa yang putih bercampur dengan merah, ialah warna tubuh Nabi saw yang tampak bagi matahari dan angin, seperti: muka dan leher. Dan putih yang bersih dari warna merah, ialah bahagian tubuhnya yang di bawah kain. Adalah keringatnya saw pada mukanya, seperti mutiara yang lebih harum dari kesturi yang sangat harum. Adapun rambutnya, maka adalah: ia berambut ikal. Kebagusan rambutnya tidaklah dengan kakunya (lurus seperti duri landak). Dan tidaklah dengan keriting yang berlipat-lipat (tetapi di tengah-tengan diantara dua sifat rambut tadi). Apabila beliau menyisir rambutnya dengan sisir, jadilah seakan-akan jalinan pasir. Ada yang mengatakan, rambut Nabi saw itu memukul kedua bahunya (sampai menutup kedua bahunya, kiri dan kanan). Kebanyakan riwayat meriwayatkan, bahwa rambut Nabi saw sampai kepada ujung kedua telinganya. Kadang-kadang beliau buatkan rambutnya menjadi 4 sanggul. Masing-masing telinganya keluar diantara dua sanggul itu. Kadang-kadang beliau buat rambutnya ke atas dua telinganya, maka lahirlah segala pihak rambut yang di atasnya itu berkilau-kilauan cahayanya. Adalah uban Nabi saw pada kepala dan pada janggutnya, 17 helai. Tiada lebih dari itu. Adalah Nabi saw manusia yang tercantik mukanya dan yang bersinar-sinar. Tiada yang menyifatkan wajahnya oleh seseorang yang menyifatkannya, melainkan diserupakannya dengan bulan pada malam purnama raya. Dan kelihatan senangnya dan marahnya pada wajahnya, karena bersih kulitnya. Sahabat-sahabatnya mengatakan, bahwa wajah Nabi saw itu adalah seperti yang disifatkan oleh sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang bermadah dengan sekuntum syair:
Nabi kepercayaan dan pilihan,
ia menyeru kepada kebajikan.
Seperti cahaya bulan purnama raya,
yang menghilangkan gelap gulita.
Adalah Nabi saw luas dahinya. Melengkung kedua bulu keningnya itu, menyempurnakan (dengan banyak bulunya serta memanjang ke tepi). Ruang putih halus (ablaj) diantara kedua bulu keningnya itu seolah-olah perak yang putih bersih, diantara keduanya. Kedua matanya adalah lapang, sangat hitam mata hitamnya. Pada kedua matanya bercampur dengan warna merah. Dan adalah bulu mata Nabi saw tebal, sehingga bulu mata itu bercampur rapat karena banyaknya. Dan beliau berhidung mancung. Artinya: hidung beliau lurus mancung. Dan giginya jarang dengan tersusun baik, artinya: jarang-jarangnya. Apabila beliau tenang dengan ketawa, maka beliau tenang seperti cahaya kilat apabila gilang-gemilang. Beliau adalah yang terbaik dua bibir dari hamba Allah. Dan yang paling lemah-lembut apabila mulutnya tertutup. Kedua pipinya adalah menurun, tidak meninggi, tidak bermuka panjang dan tidak bermuka sangat bulat, berjanggut tebal. Beliau membiarkan banyak dan panjang janggutnya dan mengambil (mencukur) kumisnya. Adalah lehernya yang terbaik dari semua hamba Allah. Tidak dapat dikatakan panjang dan tidak dapat dikatakan pendek. Apa yang tampak dari lehernya bagi matahari dan angin (terbuka), maka adalah seolah-olah cerek perak yang bercampur emas, yang gilang-gemilang dalam keputihan perak dan kemerahan emas. Adalah Nabi saw itu berdada lebar. Tiada melampaui daging sebahagian badannya akan sebahagian yang lain, seperti cermin pada ratanya. Dan seperti bulan pada putihnya. Yang bersambung antara tulangnya yang di atas dada dan pusatnya dengan bulu yang lurus, seperti ranting kayu yang terpotong. Tak ada pada dadanya dan perutnya, bulu yang lain. Nabi saw mempunyai 3 lipatan perut, yang ditutup oleh kain sarung satu daripadanya. Dan dua lagi tampak kelihatan. Kedua bahu beliau besar, banyak bulu pada keduanya. Besar al-karadis, artinya: ujung tulang kedua bahu, kedua siku dan kedua belahan pinggang. Belakang (punggung) beliau adalah lebar. Diantara kedua bahunya itu, cap kenabian. Yaitu: dari apa yang mengiringi bahunya yang kanan, ada padanya tanda hitam, yang mendekati kepada kekuningan. Kelilingnya bulu yang tersusun beriring-iringan, seolah-olah kuduk kuda. Beliau saw besar kedua lengannya dan kedua hastanya, panjang (besar) kedua pergelangan tangannya, lapang kedua tapak tangannya, sedang panjang anak-anak jarinya. Seakan-akan anak-anak jarinya itu ranting-ranting perak. Tapak tangannya lebih lembut dari sutera. Seolah-olah tapak tangannya itu tapak tangan penjual minyak wangi tentang harumnya. Baik tapak tangannya itu menyentuh bau-bauan atau tiada menyentuhinya. Orang yang berjabat tangan dengan Rasulullah saw, maka senantiasalah harinya itu mendapati bau harumnya. Beliau meletakkan tangannya yang mulia atas kepala anak kecil. Maka dikenal diantara anak-anak kecil itu dengan bau harumnya pada kepalanya. Dan adalah kedua pahanya dan betisnya itu besar yang di bawah kain sarungnya. Beliau sedang gemuk badannya pada akhir masanya (akhir hayatnya). Dagingnya sambung berpegang-pegangan, hampirlah adanya atas bentuk kejadiannya yang pertama. Tiada berpengaruh oleh kelanjutan usianya. Adapun jalannya Nabi saw adalah beliau berjalan kaki, seolah-olah beliau berjalan menurun dari batu besar dan menurun dari penurunan. Beliau melangkah condong kepada perjalanan kaki biasa. Beliau berjalan kaki dengan cara al-huwaina, tanpa berlenggang. Al-huwaina, yaitu: berdekatan langkah kaki. Nabi saw bersabda: “Akulah manusia yang paling serupa dengan Adam as. Dan bapakku Ibrahim adalah manusia yang paling serupa dengan aku tentang kejadian dan akhlaq budi-pekerti”. Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya aku pada sisi Tuhanku mempunyai 10 nama: aku Muhammad, aku Ahmad, aku Al-Mahi (penghapus) yang dihapuskan oleh Allah, kekufuran di Makkah, di Madinah dll negeri dengan sebabku. Aku Al ‘Aqib (yang penghabisan, yang tidak ada seorangpun nabi sesudahnya). Aku Al-Hasyir (pengumpul), yang dikumpulkan oleh Allah semua hamba pada hari qiamat di hadapanku. Aku Rasulurrahmah (Rasul yang membawa rahmat untuk umat), Rasuluttaubah (diterima taubat dengan syarat-syaratnya dengan barakah Nabi saw). Rasulumalahim (yang membawa umat bersidaging dan berkumpul dalam menghadapi musuh), Al-muqaffi (pengikut), aku ikutkan manusia semua dan aku Qutsam”. Abul Buhturi berkata: “Qutsam, ialah: yang sempurna dengan menghimpunkan segala kesempurnaan”. Wallahu A’lam...Allah Yang Maha Tahu.
PENJELASAN: Mu’jizat Nabi saw dan tanda-tanda yang menunjukkan kebenarannya.
Ketahuilah, bahwa barangsiapa menyaksikan hal-ikhwal Nabi saw dan mendengar benar-benar, berita-berita yang melengkapi tentang akhlaq, perbuatan, hal-ikhwal, adat-kebiasaan, tabiat dan kebijaksanaannya bagi segala macam manusia dan petunjuknya kepada penentuan mereka (kepada undang-undang ketuhanan) dan perjinakannya dengan segala macam manusia dan pimpinannya akan semua manusia itu kepada mematuhinya, serta apa yang diceritakan dari hal keajaiban jawaban-jawabannya pada persoalan-persoalan yang menyempitkan, kebagusan pengaturannya pada kepentingan-kepentingan manusia dan kebagusan isyaratnya pada penguraian hukum syariat zahiriah, yang lemahlah para fuqaha’ dan orang-orang yang berpikiran cerdas (al-‘uqala’) daripada mengetahui titik-titik halusnya yang pertama, sepanjang umur mereka, niscaya tidak adalah keraguan dan kesangsian lagi bagi orang yang menyaksikan itu, bahwa yang demikian tidaklah diusahakan dengan daya-upaya yang dilaksanakan oleh kekuatan manusiawi. Bahkan tidak tergambar yang demikian itu, selain dengan pengambilan dari penguatan samawi (penguatan dari langit) dan kekuatan Ilahiyah (kekuatan ketuhanan). Bahwa yang demikian itu semua tidaklah tergambar bagi seorang pembohong dan penipu. Akan tetapi sifat-sifatnya dan hal-ikhwalnya adalah merupakan saksi yang tidak dapat dibantah (syawahid qathi’ah) dengan kebenarannya. Sehingga seorang Arab asli yang melihat Nabi saw lalu berkata: “Demi Allah ! ini bukan muka pembohong”. Orang Arab asli itu mengaku dengan kebenaran Nabi saw dengan semata-mata sifatnya. Maka bagaimana pula orang yang menyaksikan akhlaqnya dan memperhatikan hal-ikhwalnya pada semua tempat terbit dan tempat datangnya. Sesungguhnya telah kami bentangkan sebahagian akhlaq Nabi saw adalah untuk dikenal kebagusan akhlaq. Dan diperhatikan kebenarannya saw dan ketinggian kedudukan dan derajatnya yang tinggi pada sisi Allah. Karena didatangkan oleh Allah kepadanya semua itu. Ia adalah laki-laki ummi (tidak tahu tulis baca), yang tidak pernah bergaul dengan ilmu pengetahuan dan tidak membaca kitab-kitab. Dan tidak pernah sekali-kali bermusafir untuk mencari ilmu. Dan beliau senantiasa diantara orang-orang Arab badui yang tinggal di bukit-bukit yang menonjol, sebagai seorang anak yatim yang lemah, yang tidak berdaya. Maka dari manakah ia memperoleh kebagusan akhlaq dan adab-kesopanan. Dan mengetahui kemuslihatan-kemuslihatan hukum fiqh –umpamanya –saja, tidak lain-lainnya dari bemacam-macam ilmu. Lebih-lebih lagi mengenal (ma’rifah) akan Allah Ta’ala, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dll daripada kekhususan kenabian, jikalau tidaklah ketegasan wahyu. Dan dari manakah kekuatan manusia dapat berdiri sendiri dengan yang demikian. Jikalau tidak adalah bagi Nabi saw, selain dari urusan-urusan zahiriah ini, sesungguhnya sudah mencukupi. Dan telah terang dari tanda-tanda dan mu’jizat-mu’jizatnya, apa yang tidak diragukan akan hasilnya. Maka marilah kami terangkan dari jumlahnya, khabar-khabar yang telah terkenal ke mana-mana dan dilengkapi oleh kitab-kitab yang shahih, sebagai isyarat kepada pengumpulannya, tanpa memperpanjangkan dengan cerita penguraian. Telah dijadikan oleh Allah hal-hal yang luar biasa pada tangan Nabi saw, bukan sekali saja. Karena Allah Ta’ala memecahkan bulan bagi Nabi saw di Makkah, tatkala beliau diminta oleh orang Quraisy: tanda kebenarannya. Beliau memberikan makanan kepada orang banyak di rumah Jabir dan di rumah Abi Thalhah dan pada hari perang Al-Khandaq (sedang makanan yang ada pada segala peristiwa ini sedikit sekali). Dan sekali beliau memberikan makanan kepada 80 orang dari makanan 4 mud sya’ir (5 1/3 kati) dan seekor ‘anaq. Yaitu: anak kambing di atas umur setahun. Sekali, beliau memberi makan lebih banyak dari 80 orang, dari beberapa potong roti tepung sya’ir, yang dibawa oleh Anas pada tangannya. Sekali beliau memberi makanan kepada tentara-tentara, dari sedikit kurma kering yang dibawa oleh anak perempuan Basyir dalam tangannya. Maka semua mereka memakannya. Sehingga mereka kenyang dan berlebih pula untuk mereka. Terbitnya air diantara jari-jarinya saw. Lalu semua tentara itu meminumnya. Dan mereka itu sedang sangat haus. Dan mereka itu mengambil wudlu dari gelas kecil, yang sempit untuk dapat Nabi saw membuka tangannya di dalamnya. Dan Nabi saw menuangkan sisa air wudlunya pada suatu mata air di Tabuk. Dan tak ada air sedikitpun pada mata air itu. Pada kali yang lain pada suatu sumur di Al-Hudaibiah. Lalu kedua sumur tersebut membanjiri air. Maka tentara meminum dari mata air Tabuk itu. Dan mereka itu ribuan orang banyaknya. Sehingga mereka puas dari haus dahaga. Dan minumlah dari sumur Al-Hudaibiah 1500 orang banyaknya. Dan sebelum itu tak ada air padanya. Nabi saw menyuruh umar bin Al-Khaththab ra supaya membekali 400 orang berkendaraan, dari tamar (kurma kering), yang ada dalam himpunannya seperti: rabdlah unta. Yaitu tempat bekas duduk unta. Maka Umar bin Al-Khaththab membekali mereka itu semua, dari tamar tersebut. Dan masih ada sisanya, lalu beliau tahan sisanya itu. Nabi saw melemparkan tentara musuh dengan segenggam tanah. Maka butalah mata mereka itu. Dan turunlah ayat Alquran dengan peristiwa tersebut, pada firman Allah Ta’ala: “Dan bukan engkau yang melemparkan ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar”. S 8 Al Anfaal ayat 17. Allah Ta’ala membatalkan: nujum dengan diutusNya Nabi saw. Lalu nujum itu ditiadakan. Dan adalah nujum sebelum itu menonjol adanya. Dan berdenting-denting bunyi batang kurma kering, karena rindu kepada Nabi saw, dimana Nabi saw membaca khutbah, bersandar pada batang kurma itu, sewaktu telah dibuat mimbar untuk Nabi saw. Sehingga didengar oleh semua sahabat, seperti suara unta. Lalu Nabi saw merapatkan batang kurma itu kepadanya. Maka tenanglah batang kurma itu. Dan berdoa segolongan orang Yahudi, bercita-cita ingin mati. Maka Nabi saw menerangkan bahwa orang-orang Yahudi itu tidak bercita-cita mati. Lalu diusahakan diantara mereka untuk mengucapkan yang demikian. Dan mereka tidak sanggup (lemah) dari yang demikian itu. Hari ini tersebut pada surat Alquran yang dibacakan pada semua masjid jami’ Islam dari bumi belahan Timur sampai ke Baratnya pada hari Jum’at dengan suara keras (jahar), untuk pengagungan ayat yang tersebut pada surat itu. Diantara mu’jizat Nabi saw menerangkan hal-hal yang tidak diketahui dengan panca-indra (hal-hal yang ghaib). Diantaranya: bahwa Nabi saw memberitahukan kabar duka kepada Utsman ra bahwa ia akan kena bencana, dimana sesudah bencana itu sorga. Bahwa ‘Ammar bin Yasir akan dibunuh oleh golongan pendurhaka. Bahwa dengan sebab Al-Hasan, Allah Ta’ala memperbaiki diantara dua golongan besar kaum muslimin. Bahwa Nabi saw menerangkan tentang seorang laki-laki yang pergi berperang sabilillah, bahwa orang itu termasuk penduduk neraka. Lalu nyatalah yang demikian, disebabkan orang itu membunuh diri. Ini semuanya adalah hal-hal ketuhanan, yang tidak dapat sekali-kali diketahui dengan suatupun dari cara-cara yang telah diketahui, baik dengan nujum, baik dengan kasyaf (terbuka hijab), baik dengan tulisan dan baik dengan peringatan. Tetapi adalah dengan diberitahukan oleh Allah Ta’ala kepadanya dan dengan wahyuNya kepadanya. Diantara mu’jizat Nabi saw ialah beliau diikuti waktu hijrah ke Madinah oleh Saraqah bin Malik. Lalu terbenamlah kedua tapak kaki kudanya ke dalam tanah dan diikuti oleh debu yang beterbangan. Sehingga ia meminta pertolongan Nabi saw. Maka Nabi saw berdoa. Lalu terlepaslah kuda itu. Dan Nabi memperingatkan Saraqah, bahwa akan diletakkan pada kedua lengannya dua gelang raja Persia. Dan memanglah terjadi yang demikian itu kemudian. Diantara mu’jizat Nabi saw ialah beliau menerangkan dengan terbunuhnya Al-Aswad Al-‘Ansi Pendusta (mendakwakan dirinya nabi) pada waktu terbunuhnya. Sedang Al-Aswad itu di kota San’a Yaman dan Nabi saw menerangkan siapa pembunuhnya. Diantara mu’jizat Nabi saw ialah: beliau keluar dari rumahnya di hadapan 100 orang Quraisy yang menunggu hendak membunuhnya. Lalu Nabi saw meletakkan debu di atas kepala mereka dan tiada melihatnya. Diantara mu’jizatnya, ialah datang seekor unta mengadu pada Nabi saw di hadapan sahabat-sahabatnya dan unta itu merendahkan diri kepada Nabi saw. Diantara mu’jizatnya, ialah beliau bersabda kepada seorang dari sahabat-sahabatnya yang berkumpul: “Salah seorang kamu dalam neraka, giginya adalah seperti bukit Uhud”. Maka semua sahabat itu meninggal dunia di atas jalan yang lurus. Dan salah seorang dari mereka itu murtad. Lalu dibunuh selaku orang murtad. Dan Nabi saw bersabda kepada yang lain dari mereka yang tadi: “Yang terakhir meninggal dunia dari kamu itu, dalam api”. Maka jatuhlah yang terakhir mati dari mereka, dalam api. Lalu terbakarlah dalam api itu dan mati. Diantara mu’jizatnya, beliau memanggil dua pohon kayu. Lalu datanglah keduanya kepada Nabi saw dan berkumpul. Kemudian Nabi saw menyuruh keduanya berpisah. Lalu keduanyapun berpisah. Adalah Nabi saw sedang tingginya. Maka apabila beliau berjalan kaki bersama orang-orang yang tinggi badannya, niscaya beliau lebih tinggi dari mereka. Diantara mu’jizatnya, ialah Nabi saw memanggil segolongan orang Nasrani kepada Mubahalah (kutuk-mengutuk), maka mereka itu tidak bersedia. Lalu beliau saw memberitahukan kepada mereka, bahwa jikalau mereka bersedia, niscaya mereka akan binasa. Mereka itu mengetahui akan kebenaran sabda Nabi saw, lalu mereka itu menolak untuk menerimanya. Datang kepada Nabi saw ‘Amir bin Ath-Thufail bin Malik dan Arbad bin Qais. Keduanya adalah ahli mengendarai kuda dan gagah perkasa dari orang Arab, dengan cita-cita hendak membunuh Nabi saw. Lalu dihalangi diantara kedua orang itu dan maksudnya yang demikian. Dan Nabi saw berdoa atas orang itu. Lalu binasalah ‘Amir pada keesokan harinya. Dan binasalah Arbad dengan petir yang membakarkannya. Diantara mu’jizat Nabi saw ialah Nabi saw menerangkan, bahwa beliau akan membunuh Ubai bin Khalaf Al-Jamhi. Lalu beliau melukakan Ubai itu dengan luka yang ringan pada hari perang Uhud. Maka adalah kematiannya itu oleh luka yang ringan tadi. Diantara mu’jizatnya, ialah Nabi saw diberikan orang makanan yang beracun. Maka matilah orang yang makan makanan itu bersama Nabi saw. Dan Rasulullah saw hidup terus sesudah itu 4 tahun lamanya. Dan berbicara dengan Nabi saw tangan yang berisi makanan yang diracuni itu. Diantara mu’jizatnya, ialah Nabi saw menerangkan pada hari perang Badar, dengan perkelahian jatuh-menjatuhkan dari orang-orang Quraisy yang gagah berani. Dan tegak berdirinya mereka pada tempat perkelahian itu seorang demi seorang. Maka tiada seorangpun dari orang-orang Quraisy itu yang melampaui tempat itu. Diantara mu’jizatnya, ialah Nabi saw memperingatkan bahwa beberapa golongan dari umatnya, akan berperang di laut. Maka benarlah terjadi yang demikian. Diantara mu’jizatnya, ialah dikumpulkan bumi bagi Nabi saw. Lalu beliau memperlihatkan bahagian Timur dan bahagian Baratnya. Dan menerangkan bahwa kerajaan umatnya akan sampai apa yang telah dikumpulkan baginya dari bumi itu. Maka benarlah yang demikian. Sesungguhnya telah sampai kerajaan mereka dari permulaan bahagian Timur dari negeri Turki, ke penghabisan Barat dari lautan Andalus (Spanyol) dan negeri Barbar (daerah Afrika Utara). Dan mereka itu tidak meluas ke Selatan dan ke Utara, sebagaimana diterangkan oleh Nabi saw sama dengan demikian. Diantara mu’jizatnya, beliau menerangkan bahwa Fathimah puterinya adalah keluarganya yang pertama mengikutinya (mengikutinya kembali ke alam baqa). Maka benarlah yang demikian. Diantara mu’jizatnya, beliau menerangkan tentang isteri-isterinya, bahwa yang lebih pemurah tangannya itu, yang amat segera mengikutinya kembali ke alam baqa. Maka adalah Zainab binti Jahsyin Al-Asadiah yang terlebih banyak bersedekah, yang pertama dari isteri-isterinya yang mengikutinya kembali ke alam akhirat. Diantara mu’jizatnya, beliau menyapu dengan tangannya, susu kambing yang tiada bersusu. Lalu terbitlah susunya dengan banyak. Dan adalah yang demikian itu, sebab Islamnya Abdullah bin Mas’ud ra. Dan beliau perbuat yang demikan pada kali yang lain, dalam kemah Ummu Mu’abbad Al-Khuza’iah. Diantara mu’jizatnya, ialah terbit biji mata setengah sahabatnya, lalu jatuh. Maka dikembalikan biji mata itu oleh Nabi saw dengan tangannya. Lalu biji mata itu yang terlebih sehat dan yang lebih bagus dari kedua biji matanya. Diantara mu’jizatnya, beliau meludahi pada mata Ali ra yang sedang sakit pada hari perang Khaibar. Lalu sembuh pada waktu itu juga. Dan terus diutus oleh Nabi saw dengan membawa panji pada peperangan itu. Diantara mu’jizatnya: adalah para sahabat mendengar makanan membaca tasbih di hadapan Nabi saw. Dan setengah sahabatnya kena penyakit kakinya, lalu disapu oleh Nabi saw dengan tangannya. Maka sembuhlah pada waktu itu juga. Diantara mu’jizatnya, ialah: amat sedikit perbekalan tentara yang ada bersama Nabi saw. Lalu beliau minta supaya dikumpulkan apa yang masih ada. Maka terkumpullah makanan yang amat sedikit sekali. Lalu beliau berdoa dengan barakah pada makanan itu. Kemudian beliau menyuruh tentara itu mengambil makanan tadi. Lalu mereka mengambilnya. Maka tidak tinggal satupun dari tempat makanan tentara itu, melainkan semuanya penuh dengan makanan. Diantara mu’jizatnya, bahwa: Al-Hakam bin Al-‘Ash bin Wail meniru perjalanan Nabi saw dengan mengejek. Lalu Nabi saw bersabda: “Begitulah hendaknya kamu itu adanya !”. Maka senantiasalah Al-Hakam itu menggeletar badannya, sehingga ia mati. Diantara mu’jizatnya, bahwa Nabi saw meminang seorang wanita. Maka bapaknya menjawab: “Bahwa padanya ada penyakit supak, yang menghalangi meminangnya dan meminta maaf”. Padahal wanita itu tidak berpenyakit supak. Lalu Nabi saw menjawab: “Maka hendaklah ia demikian !”. Maka wanita itu kemudian berpenyakit supak. Namanya: Ummu Syubaib anak Al-Barsha’ penyair. Dan yang lain-lain dari yang tersebut tadi, dari tanda-tanda kebenaran dan mu’jizatnya saw. Sesungguhnya kami ringkaskan kepada yang terkenal saja. Dan orang yang ragu tentang terjadinya hal yang luar biasa pada tangan Nabi saw dan mendakwakan bahwa masing-masing dari kejadian tersebut, tidak dinukilkan dengan cara mutawatir, bahkan yang mutawatir hanyalah Alquran saja, maka orang itu, adalah seperti orang yang ragu tentang keberanian Ali ra dan kedermawanan Hatim Ath-Thai. Dan sebagai dimaklumi bahwa masing-masing kejadian mereka itu adalah tidak mutawatir. Tetapi keseluruhan peristiwa-peristiwa itu mendatangkan pengetahuan yang mudah dipahami (‘ilmun dlaruri). Kemudian, tak ada pertengkaran tentang mutawatirnya Alquran. Dan itu adalah mu’jizat yang terbesar, yang kekal di tengah-tengah umat manusia. Dan tiada seorang nabipun yang masih mempunyai mu’jizat, selain Nabi saw. Karena orang-orang ahli bahasa dan orang-orang Arab fasih lidahnya, telah menantang Rasulullah saw tentang mu’jizat ini. Dan jazirah Arab ketika itu penuh dengan ribuan dari orang-orang tersebut. Dan kefasihan lidah telah membentuk mereka. Dan dengan kefasihan itulah, mereka berlomba dan membanggakan diri. Dan Nabi saw berseru di hadapan mereka yang terkemuka, supaya mendatangkan seperti Alquran. Atau 10 surat seperti Alquran. Atau 1 surat saja seperti Alquran. Kalau mereka masih ragu-ragu tentang kebenaran Alquran. Dan Nabi saw membaca kepada mereka: “Katakanlah ! sesungguhnya kalau manusia dan jin itu berkumpul untuk mengadakan yang serupa Alquran ini, niscaya tiadalah mereka dapat membuat serupa dengan (Alquran) itu, biarpun sebagiannya menjadi pembantu bagi yang lain”. Nabi saw mengucapkan yang demikian, adalah untuk melemahkan mereka itu. Maka lemahlah mereka dari yang demikian dan berpalinglah mereka daripadanya. Sehingga mereka itu mendatangkan dirinya untuk pembunuhan, wanita dan anak-cucu mereka untuk penawanan. Mereka-mereka tiada sanggup menantang dan tiada sanggup memburukkan tentang kefasihan dan kebagusan Alquran. Kemudian, berkembanglah yang demikian sesudahnya ke segala penjuru alam, Timur dan Barat, kurun demi kurun, masa demi masa. Dan telah berlalulah sampai sekarang (pada masa Al-Ghazali ra -Pent) hampir 500 tahun lamanya. Maka tiada seorangpun sanggup menantangnya. Maka alangkah sangat bodohnya, orang yang memperhatikan tentang keadaan Nabi saw, kemudian tentang perkataannya, kemudian tentang perbuatannya, kemudian tentang akhlaqnya, kemudian tentang mu’jizatnya, kemudian tentang berkekalan syari’atnya sampai sekarang, kemudian tentang berkembangnya ke segala penjuru alam, kemudian tentang keyakinan raja-raja dunia kepadanya, pada masa hidupnya dan sesudah masa hidupnya, sedang Nabi saw itu lemah dan yatim, lalu orang itu kemudian bertengkar tentang kebenarannya. Dan alangkah besarnya taufiq kepada orang yang beriman kepadanya saw, membenarkannya dan mengikutinya pada tiap-tiap yang datang dan terbit daripadanya. Maka kita bermohon kepada Allah Ta’ala, semoga Ia menganugerahkan taufiq kepada kita, untuk mengikutinya tentang akhlaq, perbuatan, hal-ihwal dan perkataan, dengan ni’mat dan keluasan kemurahanNya. Telah tammat “Kitab Adab Kehidupan dan Akhlaq Kenabian” dengan pujian kepada Allah, pertolongan, ni’mat dan kemurahanNya. Dan akan diiringi oleh “Kitab Uraian Keajaiban Hati” dari “Rubu’ Yang Membinasakan”. Insya Allah Ta’ala.