KITAB ADAB KEHIDUPAN DAN AKHLAQ KENABIAN
Yaitu: kitab ke-10 dari
“Rubu’ Adat-Kebiasaan” dari Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin.
Ini ketikkan dari Gedung Pernikahan di jakarta
selatan MEWAH~MURAH BB 2B3DFF39 hp
081574545007 semoga bermanfaat untuk kita semua. amin http://www.hotelhouseofeva.com/
Segala pujian bagi Allah
yang menjadikan tiap-tiap sesuatu. Maka dibaguskanNya kejadian dan susunannya.
dianugerahiNya adab-kesopanan kepada NabiNya Muhammad saw, maka dibaguskanNya
pengadab-kesopanannya. DibersihkanNya sifat-sifatnya dan akhlaq budi-pekertinya.
Kemudian, dijadikannya pilihan dan kekasihNya. DianugerahiNya taufiq untuk
mengikutinya, bagi orang yang dikehendakiNya kebersihan akhlaqnya.
DiharamkanNya dari berakhlaq dengan akhlaqnya, bagi orang yang dikehendakiNya
kerugian. Kiranya Allah menganugerahi rahmat kepada penghulu kita Muhammad,
penghulu rasul-rasul. Dan kepada kaum keluarganya yang baik dan suci. Kiranya
Allah menganugerahi kesejahteraan yang banyak kepada mereka sekalian !. Amma
ba’du: maka sesungguhnya adab-kesopanan anggota badan dzahiriah adalah tanda
adab-kesopanan anggota badan bathiniah. Segala gerakan anggota badan adalah
buah yang terguris di dalam hati. Segala amal perbuatan adalah hasil dari
budi-pekerti. Adab kesopanan adalah saringan ilmu pengetahuan. Segala rahasia
hati adalah tempat pembibitan dan sumbernya segala perbuatan. Segala
nur-rahasia ialah yang memancar kepada segala anggota badan dzahiriah. Lalu
dihiaskannya, ditampakkannya dan digantikannya segala yang tiada disukai dan
yang jahat dengan segala yang baik. Barangsiapa tiada khusyu’ hatinya, niscaya
tiada khusyu’ segala anggota badannya. Barangsiapa tiada dadanya itu lobang nur
ketuhanan, niscaya tiada mengalir atas anggota badan dzahiriahnya, keelokan
adab-kesopanan kenabian. Sesungguhnya aku ber’azam untuk menyudahkan “Rubu’
Adat-Kebiasaan”, dari kitab ini, dengan suatu kitab yang menghimpunkan segala
adab kesopanan kehidupan. Agar tiada sukar bagi pelajarnya, mengeluarkannya
dari semua kitab-kitab ini. Kemudian aku melihat tiap-tiap kitab dari “Rubu’
Adat-Kebiasaan” telah mengisikan sejumlah adap-kesopanan. Maka aku merasa berat
untuk mengulangi dan kembali mengutarakannya. Karena meminta diulangi itu
berat. Dan jiwa itu telah menjadi tabiatnya, bermusuhan dengan yang
diulang-ulangi. Maka aku berpendapat, bahwa aku akan menyingkatkan pada kitab
ini, kepada menyebutkan adab-kesopanan Rasulullah saw dan akhlaq budi
pekertinya yang dinukilkan daripadanya dengan isnad hadits. Maka akan aku susun
dengan baik, dengan terkumpul pasal demi pasal, dengan dibuang (tiada disebut)
isnadnya. Supaya berkumpul padanya bersama adab-kesopanan itu, pembaharuan dan
pengokohan iman, dengan penyaksian akhlaq budi pekerti Nabi saw yang mulia,
yang disaksikan akan satu-persatunya dengan yakin, bahwa Nabi saw itu yang
termulia makhluq Allah Ta’ala, yang tertinggi kedudukan dan teragung derajat.
Maka bagaimana pula dengan kumpulan segala adab budi-pekerti ? Kemudian, aku
tambahkan kepada menyebut akhlaqnya itu, dengan menyebutkan kejadian
pribadinya. Kemudian menyebutkan mu’jizat-mu’jizatnya yang shahih haditsnya.
Supaya adalah yang demikian itu melahirkan keutamaan akhlaq dan sifat. Dan
mencabutkan sumbat ketulian dari telinga orang-orang yang ingkar akan
kenabiannya. Kiranya Allah Ta’ala menganugerahkan taufiq untuk mengikuti
penghulu rasul-rasul tentang akhlaq, hal-ihwal dan segala ajaran agama lainnya.
Sesungguhnya Allah Ta’ala yang menunjukkan jalan bagi orang-orang yang
kebingungan dan yang memperkenankan doa orang-orang yang melarat.
Pertama-tama, marilah kami
sebutkan penjelasan pengajaran pengadaban oleh Allah Ta’ala akan Nabi saw
dengan Alquran.
Kemudian, penjelasan
kumpulan dari kebagusan akhlaqnya.
Kemudian, penjelasan
sejumlah dari adab-kesopanan dan akhlaqnya.
Kemudian, penjelasan
perkataan dan ketawanya. Kemudian, penjelasan akhlaq dan adab-kesopanannya
mengenai makanan.
Kemudian, penjelasan akhlaq
dan adab-kesopanannya mengenai pakaian.
Kemudian, penjelasan
kemaafannya serta mampu menuntut balas.
Kemudian, penjelasan
kemarahannya dari apa yang tiada disukainya. Kemudian penjelasan kesantunan dan
kemurahan hatinya.
Kemudian, penjelasan
keberanian dan keperkasaannya. Kemudian, penjelasan kerendahan hatinya.
Kemudian, penjelasan rupa
dan bentuk tubuhnya (kejadiannya).
Kemudian, penjelasan
kumpulan mu’jizat-mu’jizat dan tanda-tanda kebenarannya Nabi saw.
PENJELASAN: Pengajaran
pengadaban oleh Allah Ta’ala akan kekasih dan pilihanNya Muhammad saw dengan
Alquran.
Adalah Rasulullah saw banyak
merendahkan diri dan bermohon. Selalu meminta pada Allah Ta’ala supaya
menghiaskannya dengan kebagusan adab dan kemuliaan budi-pekerti. Ia mengucapkan
dalam doanya: “Wahai Allah Tuhanku ! baguskanlah kejadianku dan akhlaqku”. Dan
beliau mengucapkan: “Wahai Allah Tuhanku ! jauhkanlah aku dari akhlaq yang
munkar (budi-pekerti yang tiada baik)”. Maka Allah Ta’ala memperkenankan
doanya, untuk menepati firmanNya ‘Azza Wa Jalla: “Mendoalah kepadaKu, niscaya
Kuperkenankan (permintaan) kamu itu”. S 40 Al Mukmin ayat 60. Maka Allah Ta’ala
menurunkan kepadanya Alquran dan diberikanNya pengajaran adab-kesopanan dengan
Alquran. Maka akhlaqnya itu Alquran. Sa’ad bin Hisyam berkata: “Aku masuk ke
tempat ‘Aisyah, diridhai Allah Ta’ala ia kiranya dan bapaknya (Abu Bakar ra).
Lalu aku bertanya kepadanya tentang akhlaq Rasulullah saw”. Lalu ia menjawab:
“Apa engkau tiada membaca Alquran ?”. Aku menjawab: “Ada !”. Lalu sahut
‘Asiyah: “Adalah akhlaq Rasulullah saw itu Alquran”. Sesungguhnya Alquran
mengajarkan Nabi saw adab-kesopanan, ialah seperti firman Allah Ta’ala:
“Hendaklah engkau pemaaf dan menyuruh mengerjakan yang baik dan tinggalkanlah
orang-orang yang tidak berpengetahuan itu !”. S 7 Al A’raaf ayat 199. Dan
firmanNya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan, berbuat
kebaikan dan memberi kepada kerabat-kerabat dan Allah melarang perbuatan keji
dan perbuatan munkar dan kedurhakaan”. S 16 An Nahl ayat 90. Dan firmanNya:
“Dan bersabarlah menghadapi apa yang menimpa engkau; sesungguhnya –sikap- yang
demikian itu masuk perintah yang sungguh-sungguh”. S 31 Lukman ayat 17. Dan
firmanNya: “Tetapi, siapa yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang
demikian itu termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang teguh”. S 42 Asy
Syuura’ ayat 43. Dan firmanNya: “Sebab itu, maafkan mereka dan berilah mereka
kelonggaran. Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan
(kepada orang lain)”. S 5 Al Maaidah ayat 13. “Dan hendaklah mereka suka
memaafkan dan berlapang dada ! tiada kamu suka Allah akan memberikan ampunan
kepada kamu ?”. S 24 An Nur ayat 22. Dan firmanNya: “Tolaklah (kejahatan) itu
dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang bermusuhan antara engkau
dengan dia, akan menjadi teman yang setia !”. S 41 Fussilat ayat 34. Dan
firmanNya: “Dan yang sanggup menahan marahnya, serta orang-orang yang memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan
(kepada sesamanya)”. S 3 Ali ‘Imran ayat 134. Dan firmanNya: “Jauhilah
kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa
! dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah mengumpat satu sama
lain !”. S 49 Al Hujuraat ayat 12. Tatkala pecah gigi depan Rasulullah saw dan
luka mukanya pada perang Uhud, sehingga darah mengalir atas mukanya, ia menyapu
darah itu seraya bersabda: “Bagaimana bisa menang suatu kaum, yang mewarnakan
muka Nabinya dengan darah, sedang Nabi itu mengajak mereka kepada Tuhannya ?”.
(Dirawikan Muslim dari Anas). Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat: “Tiadalah
engkau mempunyai sesuatu dalam perkara itu sedikitpun”. S 3 Ali ‘Imran ayat
128, untuk pengajaran keadaban kepada Nabi saw pada yang demikian.
Contoh-contoh pengajaran keadaban yang seperti ini, dalam Alquran tiada
terhingga jumlahnya. Nabi saw itulah maksud pertama dengan pengadaban dan
pengajaran akhlaq. Kemudian daripadanya memancarlah nur kepada seluruh makhluq.
Karena Nabi saw memperoleh pengadaban dengan Alquran. Dan mengajarkan
pengadaban itu kepada makhluq dengan Alquran. Karena itulah Nabi saw bersabda:
“Aku diutus untuk menyempurnakan budi-pekerti mulia”. (telah diterangkan dahulu
pada “Adab Bersahabat”). Kemudian Nabi saw mengajak manusia supaya gemar pada
budi-pekerti yang baik, dengan apa yang kami bentangkan dahulu pada “kitab latihan
Jiwa dan Pemurnian Budi-pekerti”. Maka tiada kami ulangi lagi. Kemudian,
tatkala Allah Ta’ala telah menyempurnakan akhlaq budi-pekertinya, maka Allah Ta’ala
memujikannya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan engkau sesungguhnya mempunyai akhlaq
yang tinggi”. S 68 Al Qalam ayat 4. Maha Suci Allah Taala ! alangkah agung
urusanNya ! dan alangkah sempurna ni’matNya ! Kemudian, perhatikanlah kepada
merata kasih-sayangNya dan besar kurniaNya ! bagaimana Ia memberi, kemudian
memuji. Ia yang menghiaskan Nabi saw dengan akhlaq mulia, kemudian mengatakan
yang demikian kepadanya, dengan firmanNya: “Dan engkau sesungguhnya mempunyai
budi-pekerti yang tinggi”. S 68 Al Qalam ayat 4. Kemudian Rasulullah saw
menerangkan kepada manusia, bahwa Allah Ta’ala menyukai akhlaq yang mulia dan
memarahi akhlaq yang buruk !. Ali ra berkata: “Alangkah herannya orang muslim !
datang kepadanya saudaranya muslim pada suatu keperluan. Lalu ia tiada melihat
dirinya berhak berbuat kebajikan kepada saudaranya itu. Jikalau ia tiada
mengharap pahala dan tiada takut kepada siksaan, sesungguhnya seyogyalah
baginya bersegera kepada akhlaq yang mulia. Karena akhlaq yang mulia itu adalah
diantara yang menunjukkan kepada jalan kelepasan”. Lalu seorang laki-laki
bertanya kepadanya: “Adakah engkau dengar yang demikian dari Rasulullah saw ?”.
Ali ra menjawab: “Ada dan lebih baik dari itu ! yaitu: tatkala dibawa kepada
Nabi saw tawanan perang dari suku Thai-in. Lalu berdiri seorang budak wanita
dalam tawanan itu, seraya berkata: ‘Wahai Muhammad ! jikalau kiranya engkau
berpendapat untuk melepaskan aku dan tidak mencaci orang-orang Arab yang masih
hidup disebabkan aku, maka sesungguhnya aku itu puteri penghulu kaumku.
Sesungguhnya ayahku menjaga apa yang perlu dijaga. Ia membebaskan orang
tawanan. Ia mengenyangkan orang yang lapar. Ia memberikan makanan.
Memperkembangkan ucapan salam. Dan sekali-kali tidak menolak orang yang meminta
sesuatu hajat keperluan”. Aku adalah anak Hatim Ath-Tha-i. Lalu Nabi saw
menjawab: “Hai budak wanita ! itu sebenarnya adalah sifat orang mu’min ! kalau
sekiranya ayahmu muslim, niscaya kami bacakan: “rahimahullah (sekiranya Allah
mencurahkan rahmat kepadanya)” . Lepaskan wanita ini ! sesungguhnya ayahnya
menyukai budi pekerti yang mulia. Dan Allah Ta’ala menyukai budi pekerti yang
mulia”. Lalu bangun berdiri Abu Bardah bin Niar, seraya berkata: “Wahai
Rasulullah ! Allah menyukai akhlaq yang mulia !”. Lalu Nabi saw menjawab: “Demi
Allah yang nyawaku dalam kekuatanNya ! tiada masuk sorga selain orang yang
bagus akhlaq !”. Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi saw yang bersabda: “Bahwa
Allah mengelilingkan agama Islam dengan budi pekerti yang mulia dan amal
perbuatan yang baik”. Diantara amal perbuatan yang baik, ialah bagus pergaulan,
mulia perbuatan, merendahkan diri, memberikan yang baik, menyerahkan makanan,
mengucapkan salam, mengunjungi orang Islam yang sakit, orang baik dia itu atau
orang fasiq, mengantarkan jenazah orang Islam, baik bertetangga dengan orang
yang engkau bertetangga –orang Islam dia atau orang kafir, memuliakan orang tua
muslim, memperkenankan undangan makan dan berdoa padanya, memaafkan,
mengusahakan perbaikan diantara manusia, bersifat murah hati, mulia jiwa,
pemaaf, memulai dengan salam, tahan dari kemarahan, memaafkan dosa orang yang
menjauhkan apa yang diharamkan oleh agama Islam, yaitu: permainan, perbuatan
batil, nyanyian, alat permainan semuanya, semua alat permainan yang bertali dan
mempunyai lobang, cacian, kedustaan, bakhil, loba, tidak bercakap-cakap,
mengicuh, menipu, lalat merah/suka menceritakan kekurangan orang, jahat
hubungan, memutuskan silaturrahim, buruk akhlaq, takabur, angkuh, sombong,
mencemarkan nama baik orang, merasa tinggi diri, bersifat keji dan berbuat
kekejian, dengki, buruk hati, menengok nasib, durhaka, permusuhan dan perbuatan
aniaya. Anas ra berkata: “Nabi saw tiada mengajak kepada nasehat yang baik,
melainkan telah diajaknya kami dan disuruhnya kami kepada nasehat yang baik
itu. Dan ia tiada menyerukan tentang penipuan –atau ia bersabda: “Tentang sifat
kekurangan” –atau ia bersabda: “Tentang sifat buruk”, melainkan ditakutkannya
kami dan dilarangkannya kami dari yang demikian”. Untuk itu mencukupilah ayat
ini: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan dan berbuat
kebaikan”. S 16 An Nahl ayat 90. Ma’adz berkata: “Rasulullah saw mewasiatkan
aku dengan sabdanya: “Hai Ma’adz ! aku mewasiatkan engkau dengan bertaqwa
kepada Allah, benar pembicaraan, menepati janji, menunaikan amanah,
meninggalkan khianat, menjaga tetangga, mengasihani anak yatim, lemah-lembut
perkataan, memberi salam bagus amal perbuatan, pendek angan-angan, harus kuat
keimanan, memahami Alquran, mencintai akhirat, merasa rusuh hati dari hal
perhitungan amal (hisab amalan) dan merendahkan diri. Dan aku melarang engkau,
memaki hakim. Atau mendustakan orang yang benar. Atau mentaati orang yang
berdosa. Atau mendurhakai imam yang adil. Atau merusakkan bumi. Dan aku
mewasiatkan engkau dengan bertaqwa kepada Allah pada tiap-tiap batu, kayu dan
tanah. Dan engkau datangkan taubat bagi tiap-tiap dosa. Taubat rahasia dengan
rahasia dan yang terang dengan terang”. Demikianlah Nabi saw mengajarkan adab
kepada hamba-hamba Allah. Dan mengajak mereka kepada akhlaq yang mulia dan
adab-kesopanan yang baik.
PENJELASAN: Sejumlah dari
kebagusan akhlaq Nabi saw yang dikumpulkan oleh sebahagian ulama dan dipetiknya
dari hadits-hadits.
Berkata sebagian ulama itu:
“Adalah Nabi saw manusia paling penyabar, manusia paling berani, manusia paling
adil, manusia paling menjaga diri. Tiada sekali-kali tangannya menyentuh tangan
wanita, yang tiada dimilikinya selaku budak atau ikatan perkawinan atau wanita
itu mahramnya (yang haram dikawini)”. Adalah Nabi saw manusia yang paling
pemurah hati. Tiada bermalam padanya uang dinar dan dirham. Kalau ada kelebihan
sesuatu dan tiada didapatinya orang yang akan diberikan kepadanya dan tiba-tiba
datang malam, niscaya ia tiada pulang ke rumahnya, sebelum terlepas uang itu
daripadanya, kepada orang yang memerlukannya. Ia tiada mengambil dari apa yang
dianugerahkan oleh Allah, selain untuk makanan setahunnya saja, apa yang mudah
diperolehnya dari tamar (kurma kering) dan sya’ir (bentuknya seperti padi).
Selebihnya diletakkannya pada sabilillah. Tiada orang yang meminta sesuatu
padanya, melainkan diberinya. Kemudian ia kembali kepada makanan tahunannya
yang disimpannya. Maka diutamakannya daripadanya. Sehingga kadang-kadang ia
memerlukan lagi sebelum habis tahun, kalau tidak datang sesuatu yang lain
kepadanya. Adalah Rasulullah saw menempel sandalnya, menampal kainnya dan
mengurus tentang kepentingan keluarganya. Beliau memotong daging bersama
keluarganya. Beliau adalah manusia yang sangat pemalu. Tiada tetap pandangannya
pada muka seseorang. Beliau memperkenankan undangan budak dan orang merdeka.
Beliau menerima hadiah, meskipun seteguk air atau sepaha arnab (kelinci). Dan
membalas hadiah itu dan memakannya. Beliau tidak memakan harta sedekah dan
tiada merasa sombong untuk memperkenankan panggilan budak dan orang miskin.
Beliau marah karena Tuhan dan tidak marah untuk dirinya sendiri. Beliau
menjalankan kebenaran, walaupun kemelaratannya kembali kepadanya sendiri atau
kepada sahabat-sahabatnya. Dikemukakan kepadanya, supaya meminta pertolongan
orang musyrik, untuk orang musyrik. Sedang beliau dalam jumlah yang sedikit dan
memerlukan satu orang, yang akan menambahkan bilangan orang yang ada
bersamanya. Beliau menolak dan bersabda: “Aku tiada akan meminta tolong dengan
orang musyrik”. Rasulullah saw mendapati seorang dari sahabat-sahabatnya yang
utama dan pilihan, terbunuh diantara orang-orang Yahudi. Maka beliau tiada
mengepung Yahudi itu. Dan beliau tiada menambahkan di atas pahitnya kebenaran.
Akan tetapi beliau berikan diat kepada yang terbunuh itu 100 ekor unta. Dan
diantara sahabat-sahabatnya ada yang memerlukan benar seekor unta yang akan
dipergunakannya untuk menambah tenaganya bekerja. Adalah Rasulullah saw
mengikat batu atas perutnya. Sekali dari karena lapar dan sekali karena beliau
makan apa yang ada. Beliau tidak menolak apa yang diperolehnya. Dan tidak
menolak makanan halal. Kalau beliau memperoleh tamar, tanpa roti, beliau makan.
Kalau beliau memperoleh makanan panggang, beliau makan. Kalau beliau memperoleh
roti gandum atau sya’ir, beliau makan. Kalau beliau memperoleh makanan manis
atau air madu, beliau makan. Kalau beliau memperoleh susu, tanpa roti, beliau
mencukupkan dengan yang demikian. Dan kalau beliau memperoleh buah semangka
atau buah kurma yang belum kering, beliau makan. Beliau tidak makan dengan
duduk bersandar dan tidak atas meja. Sapu tangannya ialah: kedua telapak
kakinya (maksudnya habis makan, tangan itu disapu pada telapak kaki. Itulah
sapu tangannya). Beliau tiada kenyang dari roti gandum 3 hari berturut-turut.
Sehingga beliau menemui Allah Ta’ala (wafat). Karena mengutamakan orang lain
dari dirinya sendiri. Tidak karena kemiskinan dan tidak karena kekikiran.
Beliau berkenan hadir pada walimah perkawinan. Beliau mengunjungi orang-orang
sakit dan menghadiri pada jenazah-jenazah. Beliau berjalan sendirian diantara
musuh-musuhnya, tanpa pengawal. Beliau manusia yang paling merendahkan diri
(tawadlu’). Dan paling tenang dengan tidak menyombong. Paling bijak berbicara
dengan tidak berpanjang-panjangan. Paling baik kegembiraannya. Beliau tidak
terganggu oleh suatupun dari urusan dunia. Beliau memakai apa yang
diperolehnya. Sekali beliau memakai baju kurung besar (syamlah). Sekali beliau
memakai baju kurung bikinan Yaman. Dan sekali jubbah bulu. Apa yang beliau
peroleh dari pakaian mubah (pakaian yang boleh dipakai), dipakainya. Cincin
beliau perak, dipakainya pada jari manis yang kanan dan yang kiri. Diikuti di
belakang dalam perjalanan oleh hambanya atau oleh orang lain. Beliau
berkendaraan apa yang mungkin. Sekali kuda, sekali unta, sekali baghal berwarna
kelabu, sekali keledai dan sekali berjalan kaki telanjang, tanpa kain
selendang, tanpa serban dan tanpa peci. Beliau mengunjungi orang-orang sakit
sampai kebahagian kota Madinah yang terjauh. Beliau suka kepada bau-bauan. Dan
tidak menyukai bau yang kurang baik. Beliau duduk bersama orang-orang miskin
dan makan bersama-sama orang miskin. Beliau memuliakan orang-orang yang
mempunyai akhlaq utama. Dan beliau berjinak-jinakan hati dengan kaum bangsawan,
dengan berbuat baik kepada mereka. Beliau menyambung silaturrahim, tanpa
melebihkan orang yang lebih utama dari mereka. Beliau tiada membekot seseorang
(maksudnya: bermasam muka dan tiada bercakap-cakap). Beliau menerima halangan
dari orang yang berhalangan kepadanya. Beliau bergurau dan tidak mengatakan,
kecuali yang benar. Beliau ketawa tanpa terbahak-bahak. Beliau melihat
permainan yang mubah. Tiada beliau menantangnya. Beliau berlomba-lomba dengan
keluarganya. Orang meninggikan suaranya kepada beliau, maka beliau sabar.
Beliau mempunyai unta yang bersusu banyak dan kambing. Beliau minum bersama
keluarganya dari susunya. Beliau mempunyai hamba sahaya laki-laki dan
perempuan. Tiada beliau meninggi dari mereka pada makanan dan pakaian. Tiada
waktu beliau, yang berlalu pada bukan amalan karena Allah Ta’ala atau pada
perbuatan yang tidak boleh tidak demi kebaikan dirinya. Beliau keluar ke
kebun-kebun sahabatnya. Beliau tiada menghina orang miskin karena kemiskinannya
dan kelemahannya. Beliau tiada takut kepada raja karena kerajaannya. Beliau
ajak si ini dan si itu kepada Allah, ajakan yang sama. Allah Ta’ala telah
mengumpulkan baginya perjalanan hidup yang utama dan kebijaksanaan yang
sempurna. Beliau itu ummi, tiada pandai membaca dan menulis. Beliau lahir di
negeri yang bodoh (jahiliyah) dan padang pasir sahara, dalam kemiskinan,
mengembala kambing, yatim piatu, tiada mempunyai bapak dan ibu. Maka beliau
diajarkan oleh Allah Ta’ala semua akhlaq yang baik, jalan yang terpuji, berita
orang-orang yang dahulu dan orang-orang yang kemudian, jalan kelepasan dan
kemenangan di akhirat, kegemaran dan keikhlasan di dunia, melazimi berbuat yang
wajib dan meninggalkan yang tidak perlu. Kiranya Allah menganugerahkan taufiq
kepada kita untuk mentaati perintahNya dan bersenang hati mengerjakannya. Amin,
ya Rabbal-‘alamiin !.
PENJELASAN: Sejumlah yang
lain dari adab-kesopanan dan akhlaq budi-pekerti Nabi saw.
Diantara yang diriwayatkan
oleh Abul-Bakhtari, ialah berkata para sahabat: bahwa Rasulullah saw tiada
memaki seseorang dari orang mu’min dengan suatu makian, melainkan beliau
jadikan kafarat dan rahmat bagi makian itu, untuk orang tersebut. Beliau tiada
sekali-kali mengutuk wanita dan pelayan dengan sesuatu kutukan. Ada orang
mengatakan kepada Rasulullah saw, dimana beliau dalam peperangan: “Kalaulah
engkau kutuk mereka, wahai Rasulullah !”. Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya
aku diutus untuk rahmat dan aku tidak diutus untuk mengutuk”. Adalah Rasulullah
saw apabila diminta mendoakan atas seseorang muslim atau kafir, secara khusus,
atau secara umum, niscaya beliau berpaling dari doa atas orang itu, kepada doa
bagi (kebaikan) orang itu. Beliau tiada pernah memukul seseorang dengan
tangannya, kecuali memukul pada jalan Allah Ta’ala. Beliau tiada sekali-kali
menaruh dendam dari sesuatu yang diperbuat orang kepada beliau, kecuali
melanggar kehormatan agama Allah. Tiada sekali-kali apa yang diminta beliau
memilih diantara dua urusan, melainkan beliau pilih yang termudah. Kecuali ada
padanya dosa atau memutuskan silaturrahim. Maka adalah beliau manusia yang amat
terjauh dari yang demikian. Tiadalah datang seseorang kepadanya, baik orang
merdeka atau budak laki-laki atau budak perempuan, melainkan beliau bangun
berdiri untuk memenuhi hajat keperluan orang itu. Anas ra berkata: “Demi Allah yang
mengutusnya dengan kebenaran ! tiadalah sekali-kali ia bersabda kepadaku
tentang sesuatu yang tiada disukainya, dengan mengatakan: ‘Mengapa engkau
perbuat ?”. Dan tiada pernah isteri-isterinya mencaci aku, kecuali terus ia
bersabda: “Biarkanlah dia ! sesungguhnya itu adalah dengan suratan dan taqdir
dari Allah”. Dan para sahabat itu berkata: “Rasulullah saw tiada menghinakan
suatu tempat tidur. Jikalau telah dibentangkan tikar untuknya, niscaya beliau
tidur. Dan jikalau tiada dibentangkan, niscaya berbaring di atas lantai. Allah
Ta’ala telah menyifatkan Rasulullah saw sebelum beliau dibangkiktkan dalam
Taurat pada bahagian pertama (baris pertama), yaitu firmanNya: “Muhammad itu
Rasul Allah, hambaKu yang pilihan, tiada suka marah, tiada kasar hatinya, tiada
berteriak di pasar-pasar. Ia tiada membalas kejahatan dengan kejahatan. Akan
tetapi ia memaafkan dan berjabatan tangan. Ia dilahirkan di Makkah, berhijrah
ke Thabah (Madinah) dan kerajaannya di Syam (Syiria). Ia berkain sarung di atas
pinggangnya. Dia sendiri dan orang-orang yang bersama dia (para sahabatnya) itu
penjaga Alquran dan ilmu. Ia berwudlu membasuhkan anggota badannya”. Begitupula
sifatnya dalam injil. Diantara akhlaqnya, ialah: ia memulai salam dengan orang
yang ditemuinya. Dan siapa yang bersoal-jawab dengan beliau, karena keperluan,
niscaya beliau sabar menyabar dengan orang itu. Sehingga beliaulah yang pergi.
Dan apa yang diambil seseorang dengan tangannya, maka beliau melepaskan
tangannya, sebelum orang yang mengambil itu melepaskan tangannya. Apabila
beliau bertemu dengan salah seorang sahabatnya, maka beliau memulai dengan
berjabatan tangan (mushafahah). Kemudian, beliau mengambil tangannya, lalu
menjerjakkannya. Kemudian memegangnya erat-erat. Beliau tiada berdiri dan
duduk, kecuali dengan dzikir kepada Allah. Tiada seseorang yang duduk pada
tempatnya, dimana beliau sedang shalat, melainkan beliau meringankan
(mencepatkan) shalatnya. Dan terus menghadapi orang itu, seraya bertanya:
“Apakah engkau mempunyai keperluan ?”. Apabila orang itu telah selesai dari
keperluannya, maka Nabi saw kembali lagi kepada shalatnya. Adalah kebanyakan
duduknya, beliau menegakkan kedua betisnya. Dan memegang dengan kedua tangannya
di atas kedua betis itu. Menyerupai kain yang mengikatkan. Tiada dikenal tempat
duduknya dari tempat duduk sahabat-sahabatnya. Karena di mana saja ada tempat
duduk terluang, terus beliau duduk di situ. Tiada pernah sekali-kali beliau
memanjangkan kedua kakinya, diantara para sahabatnya. Sehingga tiadalah
menyempitkan dengan kedua kakinya itu akan seseorang. Kecuali tempat itu
lapang, tiada sempit. Kebanyakan duduknya menghadap qiblat. Beliau memuliakan
siapa saja yang masuk ke tempatnya. Sehingga kadang-kadang beliau bentangkan
kainnya untuk orang yang tiada hubungan kefamilian dan susuan diantara beliau
dan orang itu, dimana orang itu akan duduk di atas kain tersebut. Beliau
mengutamakan untuk orang yang masuk ke tempatnya, dengan kasur yang di bawah
duduknya. Kalau orang itu enggan menerimanya, niscaya beliau berazam/bercita-cita,
sehingga orang itu memperbuatnya. Dan apa dipilih oleh seseorang, melainkan
orang itu menyangka bahwa dialah orang yang termulia pada Nabi saw. Sehingga
Nabi saw memberikan kepada tiap-tiap orang yang duduk padanya, bahagian dari
wajahnya yang mulia. Sehingga tempat duduknya, pendengarannya, pembicaraannya,
kelemah-lembutan kebagusannya dan penghadapannya, adalah bagi orang yang duduk
itu. Dalam pada itu, majelis Nabi saw adalah majelis yang bersifat malu,
merendahkan diri dan amanah (penuh kepercayaan). Allah Ta’ala berfirman: “Maka
dengan rahmat Allah, engkau bersikap lemah-lembut kepada mereka dan kalau
kiranya engkau berbudi kasar dan berhati bengis, tentulah mereka akan lari dari
keliling engkau”. S 3 Ali ‘Imran ayat 159. Rasulullah saw memanggil sahabat-sahabatnya
dengan kuniah mereka, karena memuliakan mereka dan menarikkan hati mereka. Dan
beliau memberi gelar kuniah bagi orang yang tiada mempunyai kuniah (gelar yang
didahului dengan perkataan abu atau umu). Lalu beliau memanggil dengan kuniah
yang diberikannya. Beliau memberikan juga gelar kuniah kepada kaum wanita yang
mempunyai anak. Dan wanita-wanita yang tiada beranak, beliau mulai memberikan
kuniah untuk mereka. Beliau memberikan gelar kuniah kepada anak-anak, maka
lemah-lembutlah hati mereka. Adalah Rasulullah saw manusia yang terjauh dari
kemarahan dan yang paling lekas merelai sesuatu. Beliau manusia yang paling
menyayangi manusia, manusia yang terbaik bagi manusia dan manusia yang paling
bermanfaat bagi manusia. Dan tidaklah suara dikeraskan pada majelisnya. Apabila
beliau berdiri dari majelisnya, lalu membaca: “Maha Suci Engkau, wahai Allah
Tuhanku dan dengan pujian kepada Engkau aku mengaku, bahwa tiada Tuhan yang
disembah, melainkan Engkau, aku meminta ampun dan bertaubat kepada Engkau”. Kemudian,
beliau bersabda: “Bacaan itu diajarkan kepadaku oleh Jibril as”.
PENJELASAN: Perkataan dan
ketawanya Nabi saw.
Adalah Nabi saw manusia yang
paling fasih tutur-katanya dan yang paling enak bunyi perkataannya. Beliau
bersabda: “Aku orang Arab yang terfasih”. Bahwa penduduk sorga berbicara dalam
sorga dengan lughat (bahasa) Muhammad saw. Adalah beliau sedikit berkata-kata,
mudah perkataannya. Apabila beliau bertutur-kata, maka tidak berkata-kata yang
tak perlu. Dan kata-katanya itu adalah seperti mutiara yang tersusun. ‘Aisyah
berkata: “Adalah Nabi saw tiada mendatangkan perkataan, seperti kamu
mendatangkan ini. Perkataannya adalah sedikit dan kamu menyusun kata-kata itu
seperti demikian”. Para sahabat itu berkata: “Adalah Nabi saw manusia yang
paling ringkas perkataannya. Dengan itu, Jibril datang kepadanya. Dan perkataan
beliau dengan ringkas (ijaz) itu, telah mengumpulkan semua yang dikehendakinya.
Adalah Nabi saw berkata-kata dengan kata-kata yang menghimpunkan segala maksud.
Tiada kata-kata yang berlebihan dan yang keteledoran. Seakan-akan sebahagian
dengan sebahagian dari perkataan beliau, diikuti oleh keberhentian sejenak,
yang dapat dihafal oleh pendengarnya dan dapat dipeliharakannya. Adalah Nabi
saw keras suaranya, manusia yang terbagus bunyi suaranya. Beliau itu lama diam,
tiada berkata-kata pada yang tiada diperlukan. Beliau tiada mengatakan yang
tiada baik (perkataan munkar). Dan tiada mengatakan pada waktu senang dan pada
waktu marah, selain yang benar. Beliau berpaling dari orang yang berkata-kata
tiada baik. Beliau berkata dengan: kinayah (dengan kata sindiran), mengenai hal
yang perlu dikatakan, perihal yang tiada disukai. Apabila beliau berdiam diri,
lalu teman-teman duduknya berkata-kata. Dan tiada beliau berebutan pada
pembicaraan. Dan beliau memberi pengajaran dengan sungguh-sungguh dan nasehat.
Beliau bersabda: “Janganlah kamu memukul Alquran, sebahagiannya dipukul dengan
sebahagian yang lain, karena sesungguhnya Alquran itu diturunkan atas beberapa
wajah (bentuk) pengertian”. Rasulullah saw adalah manusia yang terbanyak senyum
dan ketawa di muka sahabat-sahabatnya. Dan yang banyak takjub dari apa yang
dipercakapkan mereka. Dan yang banyak mencampurkan dirinya dengan mereka.
Kadang-kadang beliau ketawa, sehingga tampaklah gigi gerahamnya. Dan adalah
ketawa para sahabatnya di sisinya itu tersenyum, karena mengikuti dan
memuliakannya. Para sahabat itu berkata, bahwa pada suatu hari datanglah
seorang Arab badui kepada Nabi saw. Dan Nabi saw berobah warnanya, yang
dibantah oleh sahabat-sahabatnya. Orang Arab badui itu ingin bertanya kepada
Nabi saw tentang sesuatu. Lalu para sahabat berkata: “Jangan engkau perbuat,
hai Arab badui ! sesungguhnya kami membantah perobahan warnanya”. Arab badui
menjawab: “Biarkanlah saya bertanya ! demi Allah yang mengutuskannya dengan
kebenaran menjadi nabi ! aku tiada akan meninggalkannya sebelum ia tersenyum”.
Lalu Arab badui itu berkata: “Wahai Rasulullah ! telah sampai berita kepada
kami, bahwa Al-Masih. Ya’ni: Dajjal akan datang kepada manusia dengan membawa roti
berkuah. Dan manusia itu telah binasa kelaparan. Apakah engkau berpendapat
bagiku demi ayah dan ibuku, bahwa aku mencegah dari roti berkuah itu, karena
memelihara dan membersihkan diri, sampai aku binasa karena kurus ? atau aku
jadikan tangan ke dalam roti berkuahnya, sehingga apabila perutku telah penuh
kekenyangan, lalu aku beriman dengan Allah dan aku kafir dengan Dajjal itu ?”.
Para sahabat itu menerangkan seterusnya: “Maka Rasulullah saw ketawa, sehingga
tampak gigi gerahamnya. Kemudian beliau bersabda: “Tidak ! tetapi Allah akan
mengkayakan engkau dengan apa yang dikayakanNya orang-orang mu’min”. Para
sahabat itu berkata: “Adalah Rasulullah saw diantara manusia yang terbanyak
senyum dan yang terbaik jiwa, selama tidak turun kepadanya Alquran. Atau beliau
menyebut qiamat atau berpidato dengan pidato pengajaran. Adalah Rasulullah saw
apabila gembira dan senang, sebaik-baik manusia dalam kesenangan. Kalau beliau
memberi pengajaran, niscaya beliau memberi pengajaran dengan sungguh-sungguh.
Dan kalau beliau marah, maka tidaklah kemarahannya itu, selain karena Allah,
yang tidak dapat sesuatu bangun menghalangi kemarahannya. Begitu juga pada
semua urusannya. Dan apabila terjadi sesuatu urusan, maka beliau menyerahkan
urusan itu kepada Allah.Dan beliau melepaskan diri dari urusan itu dengan daya
dan tenaga dan memohonkan turun petunjuk (hidayah) Allah. Beliau mendoa: “Wahai
Allah Tuhanku ! perlihatkanlah akan aku kebenaran itu kebenaran, lalu aku
mengikutinya ! perlihatkanlah akan aku kemunkaran itu kemunkaran, dan
anugerahilah aku menjauhkannya ! lindungilah akan aku daripada yang meragukan
atasku, lalu aku mengikuti hawa nafsuku, tanpa petunjuk daripada Engkau !
jadikanlah hawa nafsuku patuh mentaatiMu ! ambillah kerelaan diri Engkau dari
diriku pada keafiatan ! dan tunjukilah aku bagi kebenaran yang aku
perselisihkan padanya, dengan keizinan Engkau ! bahwasanya Engkau menunjuki
siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus”.
PENJELASAN: Akhlaq dan
adab-kesopanannya saw mengenai makanan.
Adalah Nabi saw memakan apa
yang didapatinya. Makanan yang paling disukainya, ialah: makanan yang berada
atas dlafaf. Dlafaf, ialah: makanan yang banyak tangan memakannya. Apabila
hidangan telah diletakkan, beliau membaca: “Dengan nama Allah. Wahai Allah
Tuhanku ! jadikanlah hidangan ini ni’mat yang disyukuri, yang sampai ni’mat
sorga dengan dia !”. Banyak kali, apabila Rasulullah saw duduk makan, beliau
merapatkan antara kedua lututnya dan antara tapak kakinya, sebagaimana duduk
orang yang mengerjakan shalat. Kecuali lutut yang satu berada di atas lutut
yang satu lagi dan tapak kaki yang satu di atas tapak kaki yang satu lagi. Dan
beliau bersabda: “Sesungguhnya aku ini hamba. Aku makan sebagaimana hamba makan
dan aku duduk sebagaimana hamba duduk”. Beliau tiada memakan makanan yang masih
panas dan beliau bersabda: “Makanan yang masih panas itu tiada mempunyai
barakah. Sesungguhnya Allah tiada menganugerahkan api untuk makanan kita. Maka
dinginkanlah makanan itu !”. Adalah beliau memakan makanan yang berada di
depannya. Beliau memakan dengan tiga anak jarinya. Kadang-kadang beliau meminta
tolong (menambahkan) dengan anak jari ke-4. Dan beliau tiada memakan dengan dua
anak jari. Dan bersabda: “Bahwa yang demikian itu cara setan makan”. ‘Utsman
bin ‘Affan ra datang kepada Nabi saw membawa kue faludjaz (nama semacam kue
dalam bahasa Persia). Rasulullah saw memakan kue itu, sambil bertanya: “Kue apa
ini, hai Abu Abdillah ?”. Utsman bin Affan ra menjawab: “Demi bapak dan ibuku !
kami masukkan minyak samin dan madu lebah dalam periuk dan kami letakkan atas
api. Kemudian kami panaskan sampai mendidih. Kemudian kami ambil tepung gandum
yang halus yang telah ditumbuk. Lalu kami aduk atas minyak samin dan madu lebah
itu dalam periuk. Kemudian, kami gerak-gerakkan dengan cambuk, sehingga ia
masak. Lalu jadilah seperti yang engkau lihat”. Lalu Rasulullah saw menjawab:
“Bahwa makanan ini bagus”. Adalah Nabi saw memakan roti sya’ir yang tiada
diayak. Beliau memakan mentimun dengan kurma yang belum kering (ruthab) dan
dengan garam. Buah-buahan basah yang paling disukainya, ialah: semangka dan
buah anggur. Beliau memakan buah semangka dengan roti dan gula. Kadang-kadang
dimakannya semangka itu dengan ruthab. Semuanya beliau makan dengan dua tangan.
Pada suatu hari, beliau memakan ruthab pada tangan kanannya dan bijinya pada
tangan kirinya. Maka lalulah seekor kambing, lalu beliau tunjukkan kepada
kambing itu dengan biji kurma tadi. Maka kambing itupun lalu makan dari tapak
tangannya yang kiri. Dan beliau makan dengan kanannya sehingga selesai. Dan
kambing itu pergi. Kadang-kadang beliau memakan buah anggur dengan memegang
tangkainya, dimana kelihatan air buah anggur itu pada janggutnya, seperti
benang mutiara. Kebanyakan makanan beliau, air dan kurma kering (tamar). Beliau
mengumpulkan susu dengan tamar. Dan beliau menamakan keduanya: dua yang terbaik
(al-athyabain). Makanan yang paling beliau sukai, ialah daging. Dan beliau
bersabda: “Bahwa daging itu menambahkan pendengaran. Dan daging itu penghulu
makanan di dunia dan di akhirat. Jikalau aku meminta pada Tuhanku, bahwa Ia
memberikannya kepadaku tiap-tiap hari, niscaya dianugerahiNya”. Beliau memakan
roti berkuah dengan daging dan buah labu. Beliau suka kepada buah labu dan
mengatakan: “Bahwa labu itu pohon saudaraku Yunus as”. ‘Aisyah berkata: “Rasulullah
saw bersabda: ‘Wahai ‘Aisyah ! apabila engkau memasak periuk gulai, maka
banyakkanlah di dalamnya labu. Karena labu itu menguatkan hati orang yang
duka”. Adalah Nabi saw memakan daging burung yang ditangkap. Dan beliau sendiri
tiada turut menangkap dan memburu burung itu. Beliau suka orang lain menangkap
dan membawa kepadanya. Maka beliau memakannya. Apabila beliau memakan daging,
beliau tiada menundukkan kepalanya kepada daging itu. Dan beliau mengangkatkan
daging itu ke mulutnya, kemudian menggigitkannya. Beliau memakan roti dan
minyak samin. Dan yang beliau sukai dari kambing, ialah daging lengannya dan
daging bahunya. Dan dari sayur, ialah buah labu. Dan dari lauk-pauk, ialah
cuka. Dan dari tamar, ialah kurma Madinah (al-‘ajwah). Beliau mendoakan pada
al-‘ajwah itu dengan barakah. Dan beliau bersabda: “Al-‘ajwah itu dari sorga
dan obat racun dan sihir”. Beliau menyukai dari sayur-sayuran, ialah yang
bernama: al-handaba’ dan al-badzaruj dan sayur al-hamqa’, yang dinamai:
ar-rajlah. Beliau tiada menyukai daging dua buah pinggang. Karena daging ini
tempatnya dekat kencing. Dan beliau tiada memakan dari kambing, 7 perkara:
dzakar (kemaluan), dua biji pelir, tempat air kencing, empedu, ghudad (daging
yang bulat-bulat yang terjadi dari penyakit antara kulit dan dagingnya)
kemaluan kambing betina dan darah. Beliau tiada menyukai yang demikian. Beliau
tiada memakan bawang putih, bawang merah dan daun bawang prei (al-kurrats).
Beliau tiada pernah sekali-kali mencela sesuatu makanan. Akan tetapi kalau mena’jubkannya,
beliau makan. Dan kalau tiada menyukainya, beliau tinggalkan. Dan kalau beliau
tiada menyukainya, maka beliau tiada memarahkannya kepada orang lain. Beliau
tiada menyukai binatang dlabb (bentuknya seperti biawak) dan empedu. Dan beliau
tiada mengharamkan kedua macam benda tersebut. Adalah Nabi saw mengambil
makanan sisa di piring, dengan anak jari beliau, sambil bersabda: “Makanan yang
penghabisan itu banyak barakahnya”. Beliau menjilat anak jarinya dari sisa
makanan itu, sehingga anak jarinya merah. Dan tiada menyapu tangannya dengan
sapu tangan. Akan tetapi dijilatinya anak jarinya satu demi satu dan bersabda:
“Bahwa beliau tiada mengetahui pada makanan manakah barakah itu”. Apabila telah
selesai dari makan, beliau membaca: “Segala pujian bagi Allah. Wahai Allah
Tuhanku ! bagi Engkau segala pujian. Engkau berikan makanan, maka Engkau
kenyangkan. Engkau berikan minuman, maka Engkau puaskan (hilang haus). Bagi
Engkau segala pujian yang tidak dimungkiri keutamaannya, yang tidak
ditinggalkan dan yang diperlukan kepadanya”. Adalah Nabi saw apabila telah
memakan roti dan daging khususnya, membasuhkan kedua tangannya baik-baik.
Kemudian menyapu dengan kelebihan air itu mukanya. Beliau minum dengan 3 kali
teguk dan padanya 3 kali membaca: bismillah. Dan pada masing-masing
penghabisannya, 3 kali membaca: al-hamdulillaah. Adalah Nabi saw minum dengan
mengisap air dan tidak beliau minum dengan tidak bernafas. Dan beliau berikan
air yang lebih dari minumannya, kepada orang yang di kanannya. Kalau orang yang
di sebelah kirinya lebih mulia kedudukannya, beliau mengatakan kepada orang
yang di sebelah kanannya: “Sunat engkau berikan. Jikalau engkau suka,
utamakanlah kepada mereka !”. Kadang-kadang beliau minum dengan satu nafas
sampai selesai. Dan beliau tiada bernafas dalam bejana tempat minum, tetapi
beliau berpaling daripadanya. Dan apabila dibawa kepada beliau, bejana tempat
minum, yang di dalamnya air madu dan susu, maka beliau menolak meminumnya,
seraya bersabda: “Dua minuman dalam satu minuman. Dan dua lauk, dalam satu
tempat”. Kemudian Nabi saw bersabda: “Aku tidak mengharamkannya. Akan tetapi
aku tiada menyukai kesombongan dan dihisab (dihitung amal-perbuatan) dengan
amal perbuatan duniawi yang tiada diperlukan besok hari qiamat. Aku menyukai
tawadlu’ (merendahkan diri). Barangsiapa merendahkan diri karena Allah, niscaya
ia diangkatkan oleh Allah”. Adalah Nabi saw dalam rumahnya lebih malu dari
sahaya perempuan. Beliau tiada meminta pada mereka itu (keluarganya) makanan.
Dan tidak menyatakan keinginannya pada mereka. Kalau mereka itu memberikan
makanan kepadanya, beliau makan. Dan apa yang diberikan mereka, beliau terima.
Dan minuman apa yang diberikan mereka, beliau minum. Kadang-kadang beliau
bangun mengambil sendiri apa yang akan dimakannya atau yang akan diminumnya.
PENJELASAN: Adab kesopanan
dan akhlaq Nabi saw mengenai pakaian.
Adalah Nabi saw memakai
pakaian yang diperolehnya: kain sarung atau kain selendang (kain penutup badan)
atau baju kemeja (qamish) atau baju jubbah atau yang lain. Yang mena’jubkan
hatinya (yang lebih menyukainya), ialah kain hijau. Dan kebanyakan pakaiannya
ialah berwarna putih. Dan beliau bersabda: “Pakaikanlah kain yang berwarna
putih itu kepada orang-orang yang masih hidup dari kamu dan kafanilah dengan
kain putih itu orang-orang yang sudah meninggal dari kamu !”. Adalah Nabi saw
memakai qaba’ (baju yang dipakai di atas baju-baju yang lain) yang diisi dengan
kapas untuk peperangan dan bukan peperangan. Beliau mempunyai baju qaba’ dari
kain sundusin. Lalu beliau memakainya, maka baguslah kehijauannya di atas
keputihan warnanya. Dan adalah pakaian Nabi saw semuanya tinggi di atas kedua
mata kakinya. Dan kain sarungnya di atas yang demikian, kepada setengah betis.
Dan baju kemejanya terikat dengan kancing baju. Kadang-kadang beliau membuka
kancing itu dalam shalat dan lainnya. Beliau mempunyai kain selimut yang
dicelup dengan kumkuma. Kadang-kadang, beliau mengerjakan shalat dengan orang
banyak dengan memakai selimut itu saja. Kadang-kadang beliau memakai kain
sehelai, tiada yang lain di atas kain sehelai itu. Beliau mempunyai kain yang
bertampal, yang dipakainya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku adalah hamba,
aku memakai pakaian, sebagaimana yang dipakai oleh hamba”. Nabi saw mempunyai
dua helai pakaian yang khusus untuk shalat Jum’at, selain dari
pakaian-pakaiannya untuk bukan Jum’at. Kadang-kadang, beliau memakai sehelai
kain sarung, yang tidak ada kain lain di atasnya. Beliau ikatkan kedua ujungnya
diantara kedua bahunya. Kadang-kadang, dengan pakaian itu beliau mengimami
orang banyak pada shalat jenazah. Kadang-kadang, beliau mengerjakan shalat di
rumahnya, dengan memakai sehelai kain sarung, dimana beliau berselimut dengan
kain sarung itu, yang berlainan letak diantara kedua ujungnya. Dan adalah kain
sarung itu, yang beliau bersetubuh padanya pada hari itu. Kadang-kadang beliau
mengerjakan shalat di malam hari dengan kain sarung. Dan beliau berselindang
dengan sebahagian kain dari yang mengiringi rambutnya dan beliau jatuhkan
bahagian yang tinggal dari kain itu, ke atas sebahagian isterinya. Lalu beliau
mengerjakan shalat seperti yang demikian itu. Sesungguhnya Nabi saw mempunyai
pakaian hitam. Lalu beliau berikan kepada orang. Maka bertanya Ummu Salmah
kepadanya: “Demi ayahku, engkau dan ibuku ! apakah yang dapat diperbuat oleh orang
itu dengan kain hitam tersebut ?”. Nabi saw menjawab: “Aku pakaikan akan orang
itu”. Lalu Ummu Salmah menjawab: “Belum pernah sekali-kali aku melihat sesuatu
yang lebih cantik, dari putihnya engkau di atas hitamnya kain itu”. Anas
berkata: “Kadang-kadang aku melihat Nabi saw mengerjakan dengan kami shalat
Dhuhur, dengan memakai kain bulu hitam (syamlah), yang beliau ikatkan antara
kedua ujungnya”. Adalah Nabi saw memakai cincin. Kadang-kadang beliau keluar
dan pada cincinnya benang terikat, untuk mengingati sesuatu. Beliau setempelkan
dengan cincin itu, pada surat-surat yang akan dikirim. Beliau bersabda: “Cap
setempel atas surat adalah lebih baik daripada kena tuduhan”. Beliau memakai
kupiah (qalansuah); di bawah surban dan dengan tanpa surban. Kadang-kadang
beliau buka qalansuahnya dari kepala. Lalu beliau jadikan qalansuah itu dinding
(sutrah) di hadapannya. Kemudian, beliau mengerjakan shalat kepada dinding dari
qalansuah tadi. Dan kadang-kadang tidak ada surban. Lalu beliau ikatkan kain
pada kepalanya dan dahinya. Nabi saw mempunyai sehelai surban yang dinamai:
as-sahab (awan). Lalu beliau berikan kepada Ali ra. Kadang-kadang Ali ra datang
dengan memakai as-sahab. Lalu Nabi saw bersabda: “Datang Ali kepadamu dengan
memakai as-sahab”. Adalah Nabi saw apabila memakai pakaian, beliau memakainya
dari sebelah kanannya, sambil membaca: “Segala pujian bagi Allah yang
menganugerahkan kepadaku pakaian, yang dengan pakaian itu aku menutup auratku
dan aku memperelokkan diriku pada manusia”. Apabila beliau membuka pakaiannya,
maka beliau keluarkan dari sebelah kirinya. Apabila beliau memakai pakaian
baru, lalu beliau berikan pakaian tuanya kepada orang miskin. Kemudian, beliau
bersabda: “Tiada dari orang muslim yang memberi pakaian akan orang muslim, dari
kain tuanya, dimana ia tiada memberikan pakaian itu, melainkan semata-mata
karena Allah, melainkan ia berada dalam tanggungan Allah. PemeliharaanNya dan
kebajikanNya, selama ia menutup aurat orang muslim itu, pada waktu hidupnya dan
matinya”. Nabi saw mempunyai tikar tidur dari kulit yang sudah disamak, yang
diisikan dengan kulit kayu kurma yang halus. Panjangnya dua hasta dan hampir
dua hasta. Lebarnya sehasta sejengkal atau hampir sehasta sejengkal. Beliau
mempunyai baju ‘aba-ah (baju terbuka depannya, dipakai diatas baju lain), yang
dibentangkan untuk Nabi saw ke mana saja beliau berpindah duduk, yang
dilipatkan dua lapis, untuk di bawah tempat duduknya. Beliau tidur di atas
tikar, yang di bawahnya, tiada suatupun lainnya. Diantara akhlaq Nabi saw,
ialah menamakan binatang kendaraannya, senjatanya dan barang-barangnya. Dan
adalah nama benderanya: Al-‘Uqab, nama pedangnya yang dibawa ke medan perang:
Dzul-faqar. Beliau mempunyai pedang, yang dinamai: Al-Mikhdzam. Dan sebuah
pedang yang lain, dinamai: Ar-Rasu. Dan yang lain lagi, dinamai: Al-Qadlib. Dan
tangkai pedangnya dihiasi dengan perak. Beliau memakai tali pedangnya dari
kulit yang tersamak. Padanya 3 helai tali dari perak. Dan nama busur Nabi saw,
ialah: Al-Katum. Dan nama tempat panahnya, ialah: Al-Kafur. Nama untanya,
ialah: Al-Qushwa, yaitu yang dinamakan juga: Al-Udl-ba. Nama baghalnya ialah:
Ad-Duldul. Nama keledainya, ialah: Ya’fur. Dan nama kambingnya yang beliau
minum susunya, ialah: ‘Ainah. Beliau mempunyai tempat bersuci dari tembikar,
yang beliau berwudlu padanya dan meminum daripadanya. Maka orang banyak
mengirim anak-anaknya yang kecil yang telah berakal. Lalu mereka itu masuk ke
tempat Rasulullah saw. Mereka itu tiada ditolak untuk masuk ke tempat beliau.
Apabila anak-anak itu memperoleh air pada tempat bersuci tadi, lalu mereka
minum. Dan menyapu mukanya dan tubuhnya dengan air tersebut. Mereka itu mencari
barakah dengan yang demikian.
PENJELASAN: Kemaafannya Nabi
saw serta kemampuannya membalas.
Adalah Nabi saw manusia yang
tidak lekas marah. Dan yang amat suka memberi maaf serta mampunya mengambil
balasan. Bahwa ada orang membawa gelang emas dan perak kepada Nabi saw. Lalu
beliau bagi-bagikan diantara sahabat-sahabatnya. Lalu bangunlah seorang badui,
seraya berkata: “Hai Muhammad ! demi Allah ! sesungguhnya Allah menyuruh engkau
berlaku adil. Maka aku tiada melihat engkau berlaku adil”. Nabi saw menjawab:
“Sayang engkau ! siapakah yang berlaku adil kepada engkau sesudahku ?”. Tatkala
orang badui itu telah pergi, lalu Nabi saw bersabda: “Kembalikanlah dia
kepadaku perlahan-lahan !”. Jabir meriwayatkan: “Bahwa Nabi saw menerima perak
untuk orang banyak pada hari perang Khaibar dalam kain Bilal. Lalu seorang
laki-laki berkata kepada Nabi saw: ‘Wahai Rasulullah ! berlakulah adil !”. Lalu
Rasulullah saw menjawab kepadanya: “Sayang engkau ! siapakah yang akan
bertindak adil, apabila aku tidak adil ? jadi, sesungguhnya aku telah sia-sia
dan merugi, jikalau aku tidak berlaku adil”. Lalu Umar bangun, seraya berkata:
“Apakah tidak aku potong lehernya ? sesungguhnya dia itu orang munafiq”. Maka
Nabi saw menjawab: “Aku berlindung dengan Allah ! bahwa manusia akan
memperkatakan, bahwa aku membunuh sahabat-sahabatku !”. Adalah Rasulullah saw
pada suatu peperangan. Lalu mereka itu (pihak musuh) melihat kaum muslimin dalam
kelengahan. Lalu datanglah seorang laki-laki, sehingga ia berdiri dekat kepala
Rasulullah saw dengan pedang terhunus di tangannya, seraya berkata: “Siapakah
yang mencegah engkau daripadaku”. Nabi saw menjawab: “Allah !”. Berkata perawi:
“Maka jatuhlah pedang itu dari tangan laki-laki tadi. Lalu Rasulullah saw
mengambil pedang tersebut dan bersabda: “Siapakah yang mencegah engkau
daripadaku !”. Laki-laki itu menjawab: “Adalah engkau hendaknya sebaik-baik
orang yang mengambil kebajikan !”. Nabi saw menjawab: “Aku mengaku, bahwa tiada
Tuhan yang disembah, selain Allah dan bahwa aku Rasul Allah”. Laki-laki itu
lalu menjawab: “Tidak ! hanya aku tiada akan memerangi engkau. Aku tiada akan
bersama engkau. Dan aku tiada akan bersama kaum (orang-orang) yang memerangi
engkau”. Maka Nabi saw melepaskan laki-laki itu. Lalu ia datang kepada
teman-temannya, seraya ia berkata: “Aku datang kepada kamu dari orang yang
terbaik diantara manusia”. Anas meriwayatkan: “Bahwa seorang perempuan Yahudi
datang kepada Nabi saw membawa daging kambing yang beracun, supaya Nabi saw
memakannya. Lalu perempuan itu dibawa kepada Nabi saw. Maka beliau bertanya
kepadanya tentang hal itu. Maka perempuan itu menjawab: ‘Aku bermaksud membunuh
engkau”. Nabi menjawab: “Allah Ta’ala tiada menyerahkan kekuasaan kepada engkau
atas yang demikian”. Maka para sahabat bertanya: “Apakah tidak kami bunuh
perempuan ini ?”. Nabi saw menjawab: “Jangan !”. Seorang laki-laki Yahudi
menyihir Nabi saw. Lalu Jibril as mengkabarkan yang demikian kepada Nabi saw sehingga
sihir itu dapat dikeluarkan (dari sumur Dzarwan) dan terlepaslah ikatannya. Dan
Nabi saw memperoleh keringanan sakit karena yang demikian. Dan Nabi saw tiada
menyebutkan yang demikian kepada Yahudi itu. Dan tiada sekali-kali
melahirkannya kepada Yahudi tersebut. Ali ra berkata: “Rasulullah saw
mengutuskan aku, Zubair dan Miqdad, dengan sabdanya: “Berjalanlah, sehingga
kamu sampai ke Raudlah Khakh. Di situ ada: dha’inah (wanita yang ditinggalkan
oleh suaminya), di mana pada wanita tersebut ada sepucuk surat. Maka ambillah
surat itu daripadanya !”. Kamipun berjalan, sehingga sampailah kami di Raudlah
Khakh. Lalu kami berkata kepada wanita itu: “Keluarkanlah surat itu !”. Wanita
itu menjawab: “Tiada surat padaku”. Lalu kami berkata: “Engkau keluarkan surat
itu atau kami buka kain engkau !”. Lalu perempuan itu mengeluarkan surat
tersebut dari sanggul rambunya. Maka surat itu kami bawa pada Nabi saw.
Tiba-tiba tersebut dalam surat itu: “Dari Hathib bin Abi Balta’ah kepada
orang-orang musyrikin di Makkah. Ia menerangkan kepada mereka itu, suatu hal
dari hal-ihwal Rasulullah saw”. Maka Nabi saw bertanya: “Hai Hathib ! apa ini
?”. Hathib menjawab: “Wahai Rasulullah ! janganlah engkau bersegera murka
kepadaku ! bahwasanya aku ini adalah orang yang ada hubungan dengan kaumku. Dan
ada orang-orang muhajirin yang bersamamu, mempunyai kerabat (famili) di Makkah,
yang mereka itu melindungi keluarganya. Maka aku menyukai ketika telah lenyap
bagiku yang demikian dari keturunan, dari mereka bahwa aku mengambil pada mereka
itu suatu tangan, yang mereka akan melindungi kerabatku dengan tangan tersebut.
Dan aku tiada berbuat demikian, karena kafir dan tidak karena rela dengan kafir
sesudah Islam dan tidak karena murtad dari agamaku”. Lalu Rasulullah saw
menjawab: “Bahwa Rasulullah saw membenarkan kamu”. Lalu Umar ra berkata:
“Biarkanlah aku pukul leher munafiq ini”. Nabi saw bersabda: “Bahwa laki-laki
ini telah menghadiri perang Badar dan engkau tiada mengetahui semoga Allah
‘Azza wa Jalla telah melihat kepada peserta-peserta Badar. Allah Ta’ala
berfirman: ‘Berbuatlah apa yang kamu kehendaki ! sesungguhnya Aku telah
mengampunkan dosamu”. Rasulullah saw membagikan suatu bahagian dari harta. Lalu
seorang laki-laki dari anshar berkata: “Ini adalah bahagian yang tiada
dimaksudkan wajah Allah Ta’ala (tidak li-wajhillah)”. Lalu perkataan yang
demikian diterangkan kepada Nabi saw. Maka merahlah muka beliau seraya
bersabda: “Diberi rahmat kiranya oleh Allah akan saudaraku nabi Musa yang telah
disakiti dengan lebih banyak dari ini, tetapi ia sabar”. Nabi saw bersabda:
“Tidaklah disampaikan sesuatu kepadaku oleh seseorang kamu dari seseorang
sahabatku. Maka sesungguhnya aku suka, bahwa aku keluar kepadamu dan dadaku
dalam keadaan yang sejahtera”.
PENJELASAN: Tentang Nabi saw
memejamkan matanya dari hal yang tiada disukainya.
Adalah Rasulullah saw halus
kulitnya, lembut lahir dan bathinnya. Diketahui pada wajahnya akan kemarahan
dan kesenangannya. Apabila bersangatan perasaannya (emosinya), niscaya banyak
beliau memegang janggutnya yang mulia. Beliau tiada berbicara dengan seseorang,
dengan apa yang tiada disukainya. Seorang laki-laki masuk ke tempat Nabi saw.
Pada orang itu warna kuning. Lalu beliau tiada menyukai warna kuning itu. Maka
beliau tiada mengatakan suatupun kepada orang itu, sampai ia keluar. Lalu
beliau mengatakan kepada sebahagian kaum yang ada di situ: “Kalau kiranya kamu
katakan kepada orang itu tadi, supaya meninggalkan itu (warna kuning) !”.
Seorang Arab badui kencing dalam masjid di hadapan Nabi saw. Lalu para sahabat
bermaksud mencegahnya. Maka Nabi saw bersabda: “Jangan kamu putuskan kencingnya
!”. Kemudian Nabi saw bersabda kepada badui itu: “Bahwa masjid-masjid ini tiada
patut untuk sesuatu kekotoran, kencing dan berak”. Dan pada suatu riwayat:
“Dekati dia ! jangan kamu jauhkan !”. Pada suatu hari datang seorang Arab badui
kepada Nabi saw meminta sesuatu. Maka Nabi saw memberikannya. Kemudian beliau
bersabda kepada orang badui itu: “Aku telah berbuat baik kepadamu”. Orang badui
itu menjawab: “Tidak ! engkau tidak memberi kebaikan kepadaku”. Yang
meriwayatkan itu berkata: “Lalu kaum muslimin marah dan bangun berdiri
menghadapi badui itu. Maka Nabi saw memberi isyarat kepada kaum muslimin itu:
“Bahwa cegahlah dari berbuat sesuatu !”. Kemudian beliau bangun berdiri dan masuk
ke rumahnya. Dan beliau mengirim kepada badui itu dan menambahkan kepadanya
sesuatu. Kemudian, beliau bersabda: “Aku telah berbuat baik kepadamu”. Badui
itu menjawab: “Ya, benar ! kiranya Allah membalas dengan kebajikan kepada
engkau, dari famili dan kerabat !”. Lalu Nabi saw bersabda kepadanya: “Bahwa
engkau telah mengatakan, apa yang engkau katakan. Dan pada hati
sahabat-sahabatku ada sesuatu dari yang demikian itu. Kalau engkau suka,
katakanlah di hadapan mereka, apa yang telah engkau katakan di hadapanku.
Sehingga hilanglah dari dada mereka, apa yang ada di dalamnya, terhadap engkau
!”. Badui itu menjawab: “Ya, baik !”. Keesokan harinya atau pada sore hari itu,
orang badui itu datang. Lalu Nabi saw bersabda: “Bahwa orang badui ini telah
mengatakan, apa yang telah dikatakannya. Lalu kami tambahkan pemberian
kepadanya. Maka sekarang ia mengaku, bahwa ia telah senang. Benarkah demikian
?”. Badui itu menjawab: “Ya, benar ! kiranya Allah membalas dengan kebajikan
kepada engkau, dari ahli dan kerabat !”. Maka Nabi saw bersabda: “Bahwasanya
seperti aku ini dan seperti orang badui ini, adalah seperti seorang laki-laki
yang mempunyai seekor unta yang telah lari daripadanya. Lalu diikuti oleh orang
banyak untuk menangkapnya. Tetapi mereka itu tiada menambahkan unta itu kepada
dekat, melainkan semakin lari. Lalu mereka itu dipanggil oleh pemilik unta itu:
‘Biarkanlah aku dan untaku ! maka sesungguhnya aku lebih sayang dan lebih
mengetahui dengan unta itu”. Maka pemilik unta itu datang di hadapan unta. Lalu
mengambil rumput untuk unta itu. Maka dengan perlahan-perlahan ia mengembalikan
unta itu. Sehingga unta itu datang dan jinak. Dan dapat ia mengikatkan alat
kendaraan ke atas unta itu dan mengendarainya. Dan sesungguhnya aku, jikalau
aku biarkan kamu, dimana laki-laki itu telah mengatakan apa yang telah
dikatakannya, lalu kamu membunuhnya, niscaya ia masuk neraka.
PENJELASAN: Kemurahan dan
kelimpahan hati Nabi saw.
Adalah Nabi saw manusia yang
banyak kelimpahan dan kemurahan hati. Dalam bulan Ramadlan, beliau adalah
seperti angin yang dilepaskan berhembus tiada memegang sesuatu dari harta. Ali
ra apabila menyifatkan Nabi saw berkata: “Adalah Nabi saw manusia yang bermurah
tangan, manusia yang berlapang dada, manusia yang sangat benar pembicaraan,
manusia yang sangat menepati janji, manusia yang teramat lemah-lembut kelakuan
dan manusia yang sangat memuliakan kekeluargaan. Barangsiapa melihat Nabi saw
dengan tiba-tiba, niscaya takut kepadanya. Dan barangsiapa bercampur-baur
dengan Nabi saw dengan mengenalnya, niscaya mencintainya. Orang yang
menyifatkan Nabi saw berkata: “Tidak pernah aku melihat sebelumnya dan
sesudahnya orang seperti Nabi saw”. Dan tidaklah sekali-kali dimintakan sesuatu
pada Nabi saw atas agama Islam, melainkan diberikannya. Seorang laki-laki datang
kepada Nabi saw lalu meminta padanya, maka beliau memberikan kepada orang itu
kambing yang ada diantara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan
berkata: “Marilah kamu semuanya, masuk Islam ! sesungguhnya Muhammad
memberikan, sebagai pemberian orang, yang tiada takut akan kemiskinan. Dan
tiada pernah orang meminta padanya sesuatu, lalu beliau mengatakan: “Tidak !”.
Orang membawa kepada Nabi saw 90 ribu dirham. Lalu beliau letakkan atas tikar.
Kemudian beliau bangun, lalu membagi-bagikannya. Beliau tiada menolak
seorangpun yang meminta, sehingga selesailah beliau membagi-bagikannya. Datang
seorang laki-laki kepada Nabi saw lalu meminta pada Nabi saw. Beliau menjawab:
“Tak ada suatupun padaku. Tetapi belilah atas tanggunganku ! apabila datang sesuatu
kepada kami, niscaya kami lunaskan”. Lalu sahut Umar: “Wahai Rasulullah ! Allah
tidak memberatkan engkau yang tidak engkau sanggupi”. Nabi saw tiada senang
yang demikian. Lalu laki-laki itu berkata: “Belanjakanlah ! dan jangan takut
akan kekurangan dari Tuhan yang mempunyai ‘Arasy !”. Maka tersenyumlah Nabi saw
dan diketahui kegembiraan pada wajahnya. Tatkala Nabi saw kembali dari perang
Hunain, maka datanglah beberapa Arab badui, meminta sesuatu pada Nabi saw.
Sehingga mereka itu membawa Nabi saw kepada sepohon kayu. Maka tersangkutlah
kain selendang Nabi saw pada pohon kayi itu. Lalu Rasulullah saw berhenti,
seraya bersabda: “Berikanlah kepadaku selendangku ! jikalau aku mempunyai
ni’mat sebanyak duri ini, niscaya aku bagi-bagikan diantara kamu. Kemudian,
kamu tiada akan mendapati aku ini kikir, pendusta dan pengecut”.
PENJELASAN: Keberanian Nabi
saw.
Adalah Nabi saw manusia yang
suka menolong dan sangat berani. Ali ra berkata: “Sesungguhnya engkau melihat
aku pada hari perang Badar. Kami berlindung dengan Nabi saw dan beliau yang
paling terdekat kepada musuh dari kami. Dan beliau pada hari itu diantara
manusia yang sangat perkasa”. Ali ra berkata pula: “Apabila perang telah
berkecamuk, kaum muslimin telah bertemu dengan kaum kafir, niscaya kami memeliharakan
diri dengan Rasulullah saw. Maka tiada seorangpun yang lebih dekat kepada
musuh, dari Nabi saw”. Ada yang mengatakan, bahwa Nabi saw itu sedikit
berkata-kata dan sedikit bercerita. Apabila beliau menyuruh manusia berperang,
niscaya dengan bersungguh-sungguh dan adalah beliau diantara manusia yang
sangat perkasa. Dan orang yang berani saja yang dekat kepada Nabi saw dalam
peperangan, karena dekatnya beliau dengan musuh. ‘Imran bin Hushain berkata:
“Tiada Rasulullah saw menemui suatu kumpulan tentara, melainkan beliaulah orang
yang pertama memukulnya”. Pada sahabat berkata, bahwa Nabi saw sangat kuat
pukulannya. Tatkala beliau dikelilingi oleh kaum musyrik, lalu turun dari
baghalnya, seraya bersabda: “Aku ini Nabi, tidak dusta. Aku ini putera Abdul
Muthalib”. Maka tiada seorangpun yang dilihat pada hari itu yang lebih berani
dari Nabi saw.
PENJELASAN: Merendah-dirinya
Nabi saw.
Adalah Nabi saw manusia yang
sangat merendahkan diri dalam ketinggian kedudukannya. Ibnu ‘Amir berkata: “Aku
melihat Rasulullah saw melempar jamratul-‘aqabah di atas unta kelabu. Tak ada
padanya orang yang memukul orang lain, orang yang menolak orang lain dan orang
yang berkata: “kepadamu, kepadamu”. Nabi saw mengendarai keledai, yang disusun
di atasnya kayu tempat duduk. Dan dalam pada itu orang berkendaraan di
belakangnya. Adalah Nabi saw mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah,
memperkenankan undangan hamba orang. Beliau menempel sandal dan menampal kain.
Dan bekerja di rumahnya bersama keluarganya mengenai keperluan mereka. Para
sahabatnya tiada bangun berdiri untuk Nabi saw. Karena mereka tahu akan
bencinya Nabi saw yang demikian. Beliau lalu di hadapan anak-anak. Lalu beliau
memberi salam kepada mereka. Pada suatu hari dibawa seorang laki-laki kepada
Nabi saw. Lalu orang itu gementar dari kehebatan Nabi saw. Maka beliau berkata
kepada orang itu: “Mudahkan saja bagimu ! aku bukan raja. Aku hanya putera,
seorang perempuan Quraisy, yang memakan daging kering”. Adalah Nabi saw duduk
antara para sahabatnya, bercampur-baur dengan mereka, seolah-olah beliau salah
seorang dari mereka. Maka datanglah seorang asing, lalu tiada mengetahui, yang
mana beliau. Sehingga ia bertanya dari hal Nabi saw. Sehingga mereka (para
sahabat) meminta kepada Nabi saw supaya duduk pada suatu tempat yang dapat
dikenal beliau oleh orang asing, yang baru datang. Maka para sahabat membangun
suatu tempat yang tinggi sedikit dari tanah liat. Lalu Nabi saw duduk di situ. ‘Aisyah
berkata kepada Nabi saw: “Makanlah bersandar ! kiranya Allah menjadikan aku
tebusan engkau. Sesungguhnya duduk bersandar itu adalah lebih mudah bagi
engkau”. Kata yang meriwayatkan: “Lalu Nabi saw mendengar dengan menundukkan
kepalanya, sehingga hampir dahinya kena dengan tanah. Kemudian, Nabi saw
bersabda: “Tetapi aku makan, seperti hamba-sahaya makan dan aku duduk seperti
hamba-sahaya duduk”. Nabi saw tidak makan di atas: meja makan. Dan tidak pada:
bejana yang diletakkan padanya segala makanan yang disukai (sukur-rujah).
Sehingga beliau kembali kepada Allah Ta’ala (wafat). Tiada seorangpun daripada
para sahabatnya dan orang lain yang memanggilnya, melainkan beliau menjawab
dengan perkataan: Labbaik ! (Ya !). Apabila beliau duduk bersama orang banyak,
kalau mereka itu berkata-kata tentang arti akhirat, niscaya beliau masuk
bersama mereka. Dan kalau mereka bercakap-cakap tentang makanan atau minuman,
niscaya beliau bercakap-cakap serta mereka. Dan kalau mereka berkata-kata
tentang dunia, niscaya beliau bercakap-cakap bersama mereka. Karena
kasih-sayang dan merendahkan diri kepada mereka. Mereka itu kadang-kadang
menyanyikan syair (pantun) di hadapannya. Dan menyebutkan beberapa hal keadaan
masa jahiliah. Dan mereka itu ketawa. Lalu Nabi saw tersenyum apabila mereka
itu ketawa dan beliau tidak menghardik mereka, selain dari yang haram.
PENJELASAN: Rupa Nabi saw
dan kejadiannya.
Diantara sifat tubuh
Rasulullah saw, ialah beliau tidak panjang (tinggi) yang bersangatan dan tidak
pendek yang menyolok. Tetapi beliau adalah sedang, apabila beliau berjalan
sendirian. Dalam pada itu, tidaklah seseorang manusia yang berjalan kaki
bersama beliau, di mana orang itu dapat dikatakan tinggi, melainkan adalah
Rasulullah saw lebih tinggi daripadanya. Kadang-kadang beliau diapit oleh dua
orang yang tinggi, maka beliau berada lebih tinggi dari kedua orang tersebut.
Apabila kedua orang itu telah berpisah dengan beliau, maka kedua orang tersebut
dapat dikatakan tinggi, sedang Nabi saw dikatakan: sedang. Nabi saw bersabda:
“Kebajikan semuanya dijadikan pada orang yang sedang (pertengahan)”. Adapun
warna kulit Nabi saw adalah: azharul-laun, tidak sangat merah dan tidak sangat
putih. Azharul-laun, ialah: warna putih yang gilang-gemilang cahayanya, tidak
bercampur dengan kuning, merah dan sesuatu dari warna-warna lain. Beliau
disifatkan warnanya oleh pamannya Abu Thalib, yang bermadah:
Putih yang meminta turun
hujan,
dari awan dengan wajahnya,
pertolongan bagi anak yatim
yang kasihan,
pemeliharaan bagi wanita
janda.
Sebagian mereka menyifatkan
Nabi saw, bahwa kulitnya putih bercampur merah. Mereka mengatakan, bahwa yang putih
bercampur dengan merah, ialah warna tubuh Nabi saw yang tampak bagi matahari
dan angin, seperti: muka dan leher. Dan putih yang bersih dari warna merah,
ialah bahagian tubuhnya yang di bawah kain. Adalah keringatnya saw pada
mukanya, seperti mutiara yang lebih harum dari kesturi yang sangat harum.
Adapun rambutnya, maka adalah: ia berambut ikal. Kebagusan rambutnya tidaklah
dengan kakunya (lurus seperti duri landak). Dan tidaklah dengan keriting yang
berlipat-lipat (tetapi di tengah-tengan diantara dua sifat rambut tadi).
Apabila beliau menyisir rambutnya dengan sisir, jadilah seakan-akan jalinan
pasir. Ada yang mengatakan, rambut Nabi saw itu memukul kedua bahunya (sampai
menutup kedua bahunya, kiri dan kanan). Kebanyakan riwayat meriwayatkan, bahwa rambut
Nabi saw sampai kepada ujung kedua telinganya. Kadang-kadang beliau buatkan
rambutnya menjadi 4 sanggul. Masing-masing telinganya keluar diantara dua
sanggul itu. Kadang-kadang beliau buat rambutnya ke atas dua telinganya, maka
lahirlah segala pihak rambut yang di atasnya itu berkilau-kilauan cahayanya.
Adalah uban Nabi saw pada kepala dan pada janggutnya, 17 helai. Tiada lebih
dari itu. Adalah Nabi saw manusia yang tercantik mukanya dan yang
bersinar-sinar. Tiada yang menyifatkan wajahnya oleh seseorang yang
menyifatkannya, melainkan diserupakannya dengan bulan pada malam purnama raya.
Dan kelihatan senangnya dan marahnya pada wajahnya, karena bersih kulitnya.
Sahabat-sahabatnya mengatakan, bahwa wajah Nabi saw itu adalah seperti yang
disifatkan oleh sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang bermadah dengan
sekuntum syair:
Nabi kepercayaan dan
pilihan,
ia menyeru kepada kebajikan.
Seperti cahaya bulan purnama
raya,
yang menghilangkan gelap
gulita.
Adalah Nabi saw luas
dahinya. Melengkung kedua bulu keningnya itu, menyempurnakan (dengan banyak
bulunya serta memanjang ke tepi). Ruang putih halus (ablaj) diantara kedua bulu
keningnya itu seolah-olah perak yang putih bersih, diantara keduanya. Kedua
matanya adalah lapang, sangat hitam mata hitamnya. Pada kedua matanya bercampur
dengan warna merah. Dan adalah bulu mata Nabi saw tebal, sehingga bulu mata itu
bercampur rapat karena banyaknya. Dan beliau berhidung mancung. Artinya: hidung
beliau lurus mancung. Dan giginya jarang dengan tersusun baik, artinya: jarang-jarangnya.
Apabila beliau tenang dengan ketawa, maka beliau tenang seperti cahaya kilat
apabila gilang-gemilang. Beliau adalah yang terbaik dua bibir dari hamba Allah.
Dan yang paling lemah-lembut apabila mulutnya tertutup. Kedua pipinya adalah
menurun, tidak meninggi, tidak bermuka panjang dan tidak bermuka sangat bulat, berjanggut
tebal. Beliau membiarkan banyak dan panjang janggutnya dan mengambil (mencukur)
kumisnya. Adalah lehernya yang terbaik dari semua hamba Allah. Tidak dapat
dikatakan panjang dan tidak dapat dikatakan pendek. Apa yang tampak dari
lehernya bagi matahari dan angin (terbuka), maka adalah seolah-olah cerek perak
yang bercampur emas, yang gilang-gemilang dalam keputihan perak dan kemerahan
emas. Adalah Nabi saw itu berdada lebar. Tiada melampaui daging sebahagian
badannya akan sebahagian yang lain, seperti cermin pada ratanya. Dan seperti
bulan pada putihnya. Yang bersambung antara tulangnya yang di atas dada dan
pusatnya dengan bulu yang lurus, seperti ranting kayu yang terpotong. Tak ada
pada dadanya dan perutnya, bulu yang lain. Nabi saw mempunyai 3 lipatan perut,
yang ditutup oleh kain sarung satu daripadanya. Dan dua lagi tampak kelihatan.
Kedua bahu beliau besar, banyak bulu pada keduanya. Besar al-karadis, artinya:
ujung tulang kedua bahu, kedua siku dan kedua belahan pinggang. Belakang
(punggung) beliau adalah lebar. Diantara kedua bahunya itu, cap kenabian.
Yaitu: dari apa yang mengiringi bahunya yang kanan, ada padanya tanda hitam,
yang mendekati kepada kekuningan. Kelilingnya bulu yang tersusun
beriring-iringan, seolah-olah kuduk kuda. Beliau saw besar kedua lengannya dan
kedua hastanya, panjang (besar) kedua pergelangan tangannya, lapang kedua tapak
tangannya, sedang panjang anak-anak jarinya. Seakan-akan anak-anak jarinya itu
ranting-ranting perak. Tapak tangannya lebih lembut dari sutera. Seolah-olah
tapak tangannya itu tapak tangan penjual minyak wangi tentang harumnya. Baik
tapak tangannya itu menyentuh bau-bauan atau tiada menyentuhinya. Orang yang
berjabat tangan dengan Rasulullah saw, maka senantiasalah harinya itu mendapati
bau harumnya. Beliau meletakkan tangannya yang mulia atas kepala anak kecil.
Maka dikenal diantara anak-anak kecil itu dengan bau harumnya pada kepalanya.
Dan adalah kedua pahanya dan betisnya itu besar yang di bawah kain sarungnya.
Beliau sedang gemuk badannya pada akhir masanya (akhir hayatnya). Dagingnya
sambung berpegang-pegangan, hampirlah adanya atas bentuk kejadiannya yang
pertama. Tiada berpengaruh oleh kelanjutan usianya. Adapun jalannya Nabi saw
adalah beliau berjalan kaki, seolah-olah beliau berjalan menurun dari batu
besar dan menurun dari penurunan. Beliau melangkah condong kepada perjalanan
kaki biasa. Beliau berjalan kaki dengan cara al-huwaina, tanpa berlenggang.
Al-huwaina, yaitu: berdekatan langkah kaki. Nabi saw bersabda: “Akulah manusia
yang paling serupa dengan Adam as. Dan bapakku Ibrahim adalah manusia yang
paling serupa dengan aku tentang kejadian dan akhlaq budi-pekerti”. Nabi saw
bersabda: “Sesungguhnya aku pada sisi Tuhanku mempunyai 10 nama: aku Muhammad,
aku Ahmad, aku Al-Mahi (penghapus) yang dihapuskan oleh Allah, kekufuran di
Makkah, di Madinah dll negeri dengan sebabku. Aku Al ‘Aqib (yang penghabisan,
yang tidak ada seorangpun nabi sesudahnya). Aku Al-Hasyir (pengumpul), yang
dikumpulkan oleh Allah semua hamba pada hari qiamat di hadapanku. Aku
Rasulurrahmah (Rasul yang membawa rahmat untuk umat), Rasuluttaubah (diterima
taubat dengan syarat-syaratnya dengan barakah Nabi saw). Rasulumalahim (yang
membawa umat bersidaging dan berkumpul dalam menghadapi musuh), Al-muqaffi
(pengikut), aku ikutkan manusia semua dan aku Qutsam”. Abul Buhturi berkata:
“Qutsam, ialah: yang sempurna dengan menghimpunkan segala kesempurnaan”.
Wallahu A’lam...Allah Yang Maha Tahu.
PENJELASAN: Mu’jizat Nabi
saw dan tanda-tanda yang menunjukkan kebenarannya.
Ketahuilah, bahwa
barangsiapa menyaksikan hal-ikhwal Nabi saw dan mendengar benar-benar,
berita-berita yang melengkapi tentang akhlaq, perbuatan, hal-ikhwal,
adat-kebiasaan, tabiat dan kebijaksanaannya bagi segala macam manusia dan
petunjuknya kepada penentuan mereka (kepada undang-undang ketuhanan) dan
perjinakannya dengan segala macam manusia dan pimpinannya akan semua manusia
itu kepada mematuhinya, serta apa yang diceritakan dari hal keajaiban jawaban-jawabannya
pada persoalan-persoalan yang menyempitkan, kebagusan pengaturannya pada
kepentingan-kepentingan manusia dan kebagusan isyaratnya pada penguraian hukum
syariat zahiriah, yang lemahlah para fuqaha’ dan orang-orang yang berpikiran
cerdas (al-‘uqala’) daripada mengetahui titik-titik halusnya yang pertama,
sepanjang umur mereka, niscaya tidak adalah keraguan dan kesangsian lagi bagi
orang yang menyaksikan itu, bahwa yang demikian tidaklah diusahakan dengan
daya-upaya yang dilaksanakan oleh kekuatan manusiawi. Bahkan tidak tergambar
yang demikian itu, selain dengan pengambilan dari penguatan samawi (penguatan
dari langit) dan kekuatan Ilahiyah (kekuatan ketuhanan). Bahwa yang demikian
itu semua tidaklah tergambar bagi seorang pembohong dan penipu. Akan tetapi
sifat-sifatnya dan hal-ikhwalnya adalah merupakan saksi yang tidak dapat
dibantah (syawahid qathi’ah) dengan kebenarannya. Sehingga seorang Arab asli
yang melihat Nabi saw lalu berkata: “Demi Allah ! ini bukan muka pembohong”.
Orang Arab asli itu mengaku dengan kebenaran Nabi saw dengan semata-mata
sifatnya. Maka bagaimana pula orang yang menyaksikan akhlaqnya dan
memperhatikan hal-ikhwalnya pada semua tempat terbit dan tempat datangnya.
Sesungguhnya telah kami bentangkan sebahagian akhlaq Nabi saw adalah untuk
dikenal kebagusan akhlaq. Dan diperhatikan kebenarannya saw dan ketinggian
kedudukan dan derajatnya yang tinggi pada sisi Allah. Karena didatangkan oleh
Allah kepadanya semua itu. Ia adalah laki-laki ummi (tidak tahu tulis baca),
yang tidak pernah bergaul dengan ilmu pengetahuan dan tidak membaca
kitab-kitab. Dan tidak pernah sekali-kali bermusafir untuk mencari ilmu. Dan
beliau senantiasa diantara orang-orang Arab badui yang tinggal di bukit-bukit
yang menonjol, sebagai seorang anak yatim yang lemah, yang tidak berdaya. Maka
dari manakah ia memperoleh kebagusan akhlaq dan adab-kesopanan. Dan mengetahui
kemuslihatan-kemuslihatan hukum fiqh –umpamanya –saja, tidak lain-lainnya dari
bemacam-macam ilmu. Lebih-lebih lagi mengenal (ma’rifah) akan Allah Ta’ala,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dll daripada kekhususan kenabian, jikalau
tidaklah ketegasan wahyu. Dan dari manakah kekuatan manusia dapat berdiri
sendiri dengan yang demikian. Jikalau tidak adalah bagi Nabi saw, selain dari
urusan-urusan zahiriah ini, sesungguhnya sudah mencukupi. Dan telah terang dari
tanda-tanda dan mu’jizat-mu’jizatnya, apa yang tidak diragukan akan hasilnya.
Maka marilah kami terangkan dari jumlahnya, khabar-khabar yang telah terkenal
ke mana-mana dan dilengkapi oleh kitab-kitab yang shahih, sebagai isyarat
kepada pengumpulannya, tanpa memperpanjangkan dengan cerita penguraian. Telah
dijadikan oleh Allah hal-hal yang luar biasa pada tangan Nabi saw, bukan sekali
saja. Karena Allah Ta’ala memecahkan bulan bagi Nabi saw di Makkah, tatkala
beliau diminta oleh orang Quraisy: tanda kebenarannya. Beliau memberikan
makanan kepada orang banyak di rumah Jabir dan di rumah Abi Thalhah dan pada
hari perang Al-Khandaq (sedang makanan yang ada pada segala peristiwa ini
sedikit sekali). Dan sekali beliau memberikan makanan kepada 80 orang dari
makanan 4 mud sya’ir (5 1/3 kati) dan seekor ‘anaq. Yaitu: anak kambing di atas
umur setahun. Sekali, beliau memberi makan lebih banyak dari 80 orang, dari
beberapa potong roti tepung sya’ir, yang dibawa oleh Anas pada tangannya.
Sekali beliau memberi makanan kepada tentara-tentara, dari sedikit kurma kering
yang dibawa oleh anak perempuan Basyir dalam tangannya. Maka semua mereka
memakannya. Sehingga mereka kenyang dan berlebih pula untuk mereka. Terbitnya
air diantara jari-jarinya saw. Lalu semua tentara itu meminumnya. Dan mereka
itu sedang sangat haus. Dan mereka itu mengambil wudlu dari gelas kecil, yang
sempit untuk dapat Nabi saw membuka tangannya di dalamnya. Dan Nabi saw
menuangkan sisa air wudlunya pada suatu mata air di Tabuk. Dan tak ada air
sedikitpun pada mata air itu. Pada kali yang lain pada suatu sumur di
Al-Hudaibiah. Lalu kedua sumur tersebut membanjiri air. Maka tentara meminum
dari mata air Tabuk itu. Dan mereka itu ribuan orang banyaknya. Sehingga mereka
puas dari haus dahaga. Dan minumlah dari sumur Al-Hudaibiah 1500 orang
banyaknya. Dan sebelum itu tak ada air padanya. Nabi saw menyuruh umar bin
Al-Khaththab ra supaya membekali 400 orang berkendaraan, dari tamar (kurma kering),
yang ada dalam himpunannya seperti: rabdlah unta. Yaitu tempat bekas duduk
unta. Maka Umar bin Al-Khaththab membekali mereka itu semua, dari tamar
tersebut. Dan masih ada sisanya, lalu beliau tahan sisanya itu. Nabi saw
melemparkan tentara musuh dengan segenggam tanah. Maka butalah mata mereka itu.
Dan turunlah ayat Alquran dengan peristiwa tersebut, pada firman Allah Ta’ala:
“Dan bukan engkau yang melemparkan ketika engkau melempar, melainkan Allah yang
melempar”. S 8 Al Anfaal ayat 17. Allah Ta’ala membatalkan: nujum dengan
diutusNya Nabi saw. Lalu nujum itu ditiadakan. Dan adalah nujum sebelum itu
menonjol adanya. Dan berdenting-denting bunyi batang kurma kering, karena rindu
kepada Nabi saw, dimana Nabi saw membaca khutbah, bersandar pada batang kurma
itu, sewaktu telah dibuat mimbar untuk Nabi saw. Sehingga didengar oleh semua
sahabat, seperti suara unta. Lalu Nabi saw merapatkan batang kurma itu
kepadanya. Maka tenanglah batang kurma itu. Dan berdoa segolongan orang Yahudi,
bercita-cita ingin mati. Maka Nabi saw menerangkan bahwa orang-orang Yahudi itu
tidak bercita-cita mati. Lalu diusahakan diantara mereka untuk mengucapkan yang
demikian. Dan mereka tidak sanggup (lemah) dari yang demikian itu. Hari ini
tersebut pada surat Alquran yang dibacakan pada semua masjid jami’ Islam dari
bumi belahan Timur sampai ke Baratnya pada hari Jum’at dengan suara keras
(jahar), untuk pengagungan ayat yang tersebut pada surat itu. Diantara mu’jizat
Nabi saw menerangkan hal-hal yang tidak diketahui dengan panca-indra (hal-hal
yang ghaib). Diantaranya: bahwa Nabi saw memberitahukan kabar duka kepada
Utsman ra bahwa ia akan kena bencana, dimana sesudah bencana itu sorga. Bahwa
‘Ammar bin Yasir akan dibunuh oleh golongan pendurhaka. Bahwa dengan sebab
Al-Hasan, Allah Ta’ala memperbaiki diantara dua golongan besar kaum muslimin.
Bahwa Nabi saw menerangkan tentang seorang laki-laki yang pergi berperang
sabilillah, bahwa orang itu termasuk penduduk neraka. Lalu nyatalah yang
demikian, disebabkan orang itu membunuh diri. Ini semuanya adalah hal-hal
ketuhanan, yang tidak dapat sekali-kali diketahui dengan suatupun dari
cara-cara yang telah diketahui, baik dengan nujum, baik dengan kasyaf (terbuka
hijab), baik dengan tulisan dan baik dengan peringatan. Tetapi adalah dengan diberitahukan
oleh Allah Ta’ala kepadanya dan dengan wahyuNya kepadanya. Diantara mu’jizat
Nabi saw ialah beliau diikuti waktu hijrah ke Madinah oleh Saraqah bin Malik.
Lalu terbenamlah kedua tapak kaki kudanya ke dalam tanah dan diikuti oleh debu
yang beterbangan. Sehingga ia meminta pertolongan Nabi saw. Maka Nabi saw
berdoa. Lalu terlepaslah kuda itu. Dan Nabi memperingatkan Saraqah, bahwa akan
diletakkan pada kedua lengannya dua gelang raja Persia. Dan memanglah terjadi
yang demikian itu kemudian. Diantara mu’jizat Nabi saw ialah beliau menerangkan
dengan terbunuhnya Al-Aswad Al-‘Ansi Pendusta (mendakwakan dirinya nabi) pada
waktu terbunuhnya. Sedang Al-Aswad itu di kota San’a Yaman dan Nabi saw
menerangkan siapa pembunuhnya. Diantara mu’jizat Nabi saw ialah: beliau keluar
dari rumahnya di hadapan 100 orang Quraisy yang menunggu hendak membunuhnya.
Lalu Nabi saw meletakkan debu di atas kepala mereka dan tiada melihatnya.
Diantara mu’jizatnya, ialah datang seekor unta mengadu pada Nabi saw di hadapan
sahabat-sahabatnya dan unta itu merendahkan diri kepada Nabi saw. Diantara
mu’jizatnya, ialah beliau bersabda kepada seorang dari sahabat-sahabatnya yang
berkumpul: “Salah seorang kamu dalam neraka, giginya adalah seperti bukit
Uhud”. Maka semua sahabat itu meninggal dunia di atas jalan yang lurus. Dan
salah seorang dari mereka itu murtad. Lalu dibunuh selaku orang murtad. Dan
Nabi saw bersabda kepada yang lain dari mereka yang tadi: “Yang terakhir
meninggal dunia dari kamu itu, dalam api”. Maka jatuhlah yang terakhir mati
dari mereka, dalam api. Lalu terbakarlah dalam api itu dan mati. Diantara
mu’jizatnya, beliau memanggil dua pohon kayu. Lalu datanglah keduanya kepada
Nabi saw dan berkumpul. Kemudian Nabi saw menyuruh keduanya berpisah. Lalu
keduanyapun berpisah. Adalah Nabi saw sedang tingginya. Maka apabila beliau
berjalan kaki bersama orang-orang yang tinggi badannya, niscaya beliau lebih
tinggi dari mereka. Diantara mu’jizatnya, ialah Nabi saw memanggil segolongan
orang Nasrani kepada Mubahalah (kutuk-mengutuk), maka mereka itu tidak
bersedia. Lalu beliau saw memberitahukan kepada mereka, bahwa jikalau mereka
bersedia, niscaya mereka akan binasa. Mereka itu mengetahui akan kebenaran
sabda Nabi saw, lalu mereka itu menolak untuk menerimanya. Datang kepada Nabi saw
‘Amir bin Ath-Thufail bin Malik dan Arbad bin Qais. Keduanya adalah ahli
mengendarai kuda dan gagah perkasa dari orang Arab, dengan cita-cita hendak
membunuh Nabi saw. Lalu dihalangi diantara kedua orang itu dan maksudnya yang
demikian. Dan Nabi saw berdoa atas orang itu. Lalu binasalah ‘Amir pada
keesokan harinya. Dan binasalah Arbad dengan petir yang membakarkannya.
Diantara mu’jizat Nabi saw ialah Nabi saw menerangkan, bahwa beliau akan
membunuh Ubai bin Khalaf Al-Jamhi. Lalu beliau melukakan Ubai itu dengan luka
yang ringan pada hari perang Uhud. Maka adalah kematiannya itu oleh luka yang
ringan tadi. Diantara mu’jizatnya, ialah Nabi saw diberikan orang makanan yang
beracun. Maka matilah orang yang makan makanan itu bersama Nabi saw. Dan
Rasulullah saw hidup terus sesudah itu 4 tahun lamanya. Dan berbicara dengan
Nabi saw tangan yang berisi makanan yang diracuni itu. Diantara mu’jizatnya,
ialah Nabi saw menerangkan pada hari perang Badar, dengan perkelahian
jatuh-menjatuhkan dari orang-orang Quraisy yang gagah berani. Dan tegak
berdirinya mereka pada tempat perkelahian itu seorang demi seorang. Maka tiada
seorangpun dari orang-orang Quraisy itu yang melampaui tempat itu. Diantara
mu’jizatnya, ialah Nabi saw memperingatkan bahwa beberapa golongan dari umatnya,
akan berperang di laut. Maka benarlah terjadi yang demikian. Diantara
mu’jizatnya, ialah dikumpulkan bumi bagi Nabi saw. Lalu beliau memperlihatkan
bahagian Timur dan bahagian Baratnya. Dan menerangkan bahwa kerajaan umatnya
akan sampai apa yang telah dikumpulkan baginya dari bumi itu. Maka benarlah
yang demikian. Sesungguhnya telah sampai kerajaan mereka dari permulaan
bahagian Timur dari negeri Turki, ke penghabisan Barat dari lautan Andalus
(Spanyol) dan negeri Barbar (daerah Afrika Utara). Dan mereka itu tidak meluas
ke Selatan dan ke Utara, sebagaimana diterangkan oleh Nabi saw sama dengan
demikian. Diantara mu’jizatnya, beliau menerangkan bahwa Fathimah puterinya adalah
keluarganya yang pertama mengikutinya (mengikutinya kembali ke alam baqa). Maka
benarlah yang demikian. Diantara mu’jizatnya, beliau menerangkan tentang
isteri-isterinya, bahwa yang lebih pemurah tangannya itu, yang amat segera
mengikutinya kembali ke alam baqa. Maka adalah Zainab binti Jahsyin Al-Asadiah yang
terlebih banyak bersedekah, yang pertama dari isteri-isterinya yang
mengikutinya kembali ke alam akhirat. Diantara mu’jizatnya, beliau menyapu
dengan tangannya, susu kambing yang tiada bersusu. Lalu terbitlah susunya
dengan banyak. Dan adalah yang demikian itu, sebab Islamnya Abdullah bin Mas’ud
ra. Dan beliau perbuat yang demikan pada kali yang lain, dalam kemah Ummu
Mu’abbad Al-Khuza’iah. Diantara mu’jizatnya, ialah terbit biji mata setengah
sahabatnya, lalu jatuh. Maka dikembalikan biji mata itu oleh Nabi saw dengan
tangannya. Lalu biji mata itu yang terlebih sehat dan yang lebih bagus dari
kedua biji matanya. Diantara mu’jizatnya, beliau meludahi pada mata Ali ra yang
sedang sakit pada hari perang Khaibar. Lalu sembuh pada waktu itu juga. Dan
terus diutus oleh Nabi saw dengan membawa panji pada peperangan itu. Diantara
mu’jizatnya: adalah para sahabat mendengar makanan membaca tasbih di hadapan
Nabi saw. Dan setengah sahabatnya kena penyakit kakinya, lalu disapu oleh Nabi
saw dengan tangannya. Maka sembuhlah pada waktu itu juga. Diantara mu’jizatnya,
ialah: amat sedikit perbekalan tentara yang ada bersama Nabi saw. Lalu beliau
minta supaya dikumpulkan apa yang masih ada. Maka terkumpullah makanan yang
amat sedikit sekali. Lalu beliau berdoa dengan barakah pada makanan itu. Kemudian
beliau menyuruh tentara itu mengambil makanan tadi. Lalu mereka mengambilnya.
Maka tidak tinggal satupun dari tempat makanan tentara itu, melainkan semuanya
penuh dengan makanan. Diantara mu’jizatnya, bahwa: Al-Hakam bin Al-‘Ash bin
Wail meniru perjalanan Nabi saw dengan mengejek. Lalu Nabi saw bersabda:
“Begitulah hendaknya kamu itu adanya !”. Maka senantiasalah Al-Hakam itu
menggeletar badannya, sehingga ia mati. Diantara mu’jizatnya, bahwa Nabi saw
meminang seorang wanita. Maka bapaknya menjawab: “Bahwa padanya ada penyakit
supak, yang menghalangi meminangnya dan meminta maaf”. Padahal wanita itu tidak
berpenyakit supak. Lalu Nabi saw menjawab: “Maka hendaklah ia demikian !”. Maka
wanita itu kemudian berpenyakit supak. Namanya: Ummu Syubaib anak Al-Barsha’
penyair. Dan yang lain-lain dari yang tersebut tadi, dari tanda-tanda kebenaran
dan mu’jizatnya saw. Sesungguhnya kami ringkaskan kepada yang terkenal saja.
Dan orang yang ragu tentang terjadinya hal yang luar biasa pada tangan Nabi saw
dan mendakwakan bahwa masing-masing dari kejadian tersebut, tidak dinukilkan
dengan cara mutawatir, bahkan yang mutawatir hanyalah Alquran saja, maka orang
itu, adalah seperti orang yang ragu tentang keberanian Ali ra dan kedermawanan
Hatim Ath-Thai. Dan sebagai dimaklumi bahwa masing-masing kejadian mereka itu
adalah tidak mutawatir. Tetapi keseluruhan peristiwa-peristiwa itu mendatangkan
pengetahuan yang mudah dipahami (‘ilmun dlaruri). Kemudian, tak ada
pertengkaran tentang mutawatirnya Alquran. Dan itu adalah mu’jizat yang
terbesar, yang kekal di tengah-tengah umat manusia. Dan tiada seorang nabipun
yang masih mempunyai mu’jizat, selain Nabi saw. Karena orang-orang ahli bahasa
dan orang-orang Arab fasih lidahnya, telah menantang Rasulullah saw tentang
mu’jizat ini. Dan jazirah Arab ketika itu penuh dengan ribuan dari orang-orang
tersebut. Dan kefasihan lidah telah membentuk mereka. Dan dengan kefasihan
itulah, mereka berlomba dan membanggakan diri. Dan Nabi saw berseru di hadapan
mereka yang terkemuka, supaya mendatangkan seperti Alquran. Atau 10 surat
seperti Alquran. Atau 1 surat saja seperti Alquran. Kalau mereka masih
ragu-ragu tentang kebenaran Alquran. Dan Nabi saw membaca kepada mereka:
“Katakanlah ! sesungguhnya kalau manusia dan jin itu berkumpul untuk mengadakan
yang serupa Alquran ini, niscaya tiadalah mereka dapat membuat serupa dengan
(Alquran) itu, biarpun sebagiannya menjadi pembantu bagi yang lain”. Nabi saw
mengucapkan yang demikian, adalah untuk melemahkan mereka itu. Maka lemahlah
mereka dari yang demikian dan berpalinglah mereka daripadanya. Sehingga mereka
itu mendatangkan dirinya untuk pembunuhan, wanita dan anak-cucu mereka untuk
penawanan. Mereka-mereka tiada sanggup menantang dan tiada sanggup memburukkan
tentang kefasihan dan kebagusan Alquran. Kemudian, berkembanglah yang demikian
sesudahnya ke segala penjuru alam, Timur dan Barat, kurun demi kurun, masa demi
masa. Dan telah berlalulah sampai sekarang (pada masa Al-Ghazali ra -Pent)
hampir 500 tahun lamanya. Maka tiada seorangpun sanggup menantangnya. Maka
alangkah sangat bodohnya, orang yang memperhatikan tentang keadaan Nabi saw,
kemudian tentang perkataannya, kemudian tentang perbuatannya, kemudian tentang
akhlaqnya, kemudian tentang mu’jizatnya, kemudian tentang berkekalan
syari’atnya sampai sekarang, kemudian tentang berkembangnya ke segala penjuru
alam, kemudian tentang keyakinan raja-raja dunia kepadanya, pada masa hidupnya
dan sesudah masa hidupnya, sedang Nabi saw itu lemah dan yatim, lalu orang itu
kemudian bertengkar tentang kebenarannya. Dan alangkah besarnya taufiq kepada
orang yang beriman kepadanya saw, membenarkannya dan mengikutinya pada
tiap-tiap yang datang dan terbit daripadanya. Maka kita bermohon kepada Allah
Ta’ala, semoga Ia menganugerahkan taufiq kepada kita, untuk mengikutinya
tentang akhlaq, perbuatan, hal-ihwal dan perkataan, dengan ni’mat dan keluasan
kemurahanNya. Telah tammat “Kitab Adab Kehidupan dan Akhlaq Kenabian” dengan
pujian kepada Allah, pertolongan, ni’mat dan kemurahanNya. Dan akan diiringi
oleh “Kitab Uraian Keajaiban Hati” dari “Rubu’ Yang Membinasakan”. Insya Allah
Ta’ala.