KITAB
MENGINGATI MATI DAN YANG SESUDAHNYA.
Yaitu: Kitab Ke-10 dari Rubu’ Yang Melepaskan. Dan dengan ini tammatlah
Kitab Ihya’ Ulumiddin.
Segala pujian bagi Allah yang mematahkan dengan mati, akan leher
orang-orang yang perkasa. Ia menghancurkan dengan mati itu tulang punggung
kisra-kisra (raja). Dan Ia mematahkan dengan mati itu angan-angan para kaisar.
Yang senantiasalah hati mereka itu lari daripada mengingati mati. Sehingga
datanglah kepada mereka, janji yang benar (mati). Maka dijatuhkannya mereka dalam
kuburan. Lalu mereka berpindah dari istana ke kuburan, dari terangnya ayunan ke
gelapnya liang lahad. Dari bermain-main dengan budak-budak wanita dan
pelayan-pelayan, kepada penderitaan dengan binatang-binatang kecil dan
ulat-ulat. Daripada bernikmat-nikmatan dengan makanan dan minuman, kepada
berkubang dalam lumpur tanah. Dari kejinakan berkumpul, kepada keliaran hati
sendirian. Dan dari tempat tidur yang empuk, kepada tempat membanting yang
mendatangkan bencana. Maka perhatikanlah, adakah mereka memperoleh dari mati
itu benteng dan kemuliaan ? Mereka membuat dari tidaknya mati itu dinding dan
penjagaan ? dan perhatikanlah, adakah engkau melihat agak seorang diantara
mereka atau adakah engkau mendengar rintihannya (keluhannya) ? maka Maha
Sucilah Tuhan, yang Dia sendirian dengan keperkasaan dan kekuasaan. Ia yang
khusus dengan berhak kekekalan. Ia menghinakan segala jenis makhluk, dengan
yang dituliskanNya atas mereka, akan kelenyapan.
Kemudian, Ia menjadikan mati, jalan kelepasan bagi orang-orang
yang taqwa dan janji bagi mereka untuk bertemu (dengan Tuhan). Ia menjadikan
kuburan itu penjara bagi orang yang durhaka dan tahanan yang sempit kepada
mereka, sampai kepada hari perpisahan dan hukuman. Maka bagi Allah yang
mencurahkan nikmat dengan nikmat-nikmat yang terang nyata. Dan bagiNya memberi
balasan dengan bencana-bencana yang memaksakan. BagiNya syukur di langit dan di
bumi. Dan bagiNya pujian di dunia dan di akhirat. Selawat kepada Muhammad yang
mempunyai mu’jizat-mu’jizat yang tampak dan tanda-tanda yang terang-benderang.
Dan datangkanlah ya Tuhan, selamat sejahtera yang banyak kepada keluarga dan
para sahabatnya !
Adapun kemudian, maka patutlah bagi orang, yang mati itu
tempat membantingnya, tanah itu tempat tidurnya, ulat itu temannya, malaikat Munkar
dan Nakir itu teman duduknya, kuburan itu tempat ketetapannya, kiamat itu
tempat kembalinya dan sorga atau neraka tempat kedatangannya, bahwa tidak ada
baginya pikiran, selain tentang mati. Tiada ingatan, selain bagi mati. Tiada
persediaan, selain karena mati. Tiada pendakian, selain atas mati. Tiada yang
dipentingkan, selain dengan mati. Tiada daya, selain keliling mati. Dan tiada
penungguan dan penahanan diri, selain bagi mati. Dan sebenarnyalah, bahwa ia
menghitungkan dirinya dari orang-orang yang mati dan melihatkan dirinya dalam
orang-orang yang di dalam kuburan. Maka sesungguhnya, setiap apa yang akan
datang itu dekat. Dan yang jauh, ialah yang tidak akan datang.
Dan Nabi saw bersabda: “Orang yang pintar, ialah orang yang
mengagamakan dirinya dan beramal untuk sesudah mati”. Dan tidak mudahlah
penyediaan bagi sesuatu, selain ketika membaru ingatannya pada hati. Dan
tidaklah membaru ingatannya itu, selain ketika mengingati dengan mendengar
kepada yang memperingatinya dan memperhatikan pada yang memberitahukan
kepadanya. Kami akan menyebutkan dari urusan mati; pendahuluan-pendahuluannya,
hal-hal yang menghubunginya, hal-ihwal akhirat, kiamat, surga dan neraka, akan
apa yang tidak boleh tidak bagi hamba, daripada mengingati nya dengan
berulang-ulang dan berketerusan dengan berfikir dan melihatnya dengan mata
hati. Supaya adalah yang demikian itu membangkitkan kepada persediaan. Maka
sesungguhnya telah mendekatilah keberangkatan, untuk yang kemudian mati. Dan
tiada tinggal dari umur, kecuali sedikit. Dan manusia itu lalai daripadanya.
Allah Ta’ala berfirman: “Telah hampir datang kepada manusia
perhitungan mereka, sedangkan mereka masih dalam kelalaian dan tiada memperduli
kannya”. S 21 Al Anbiyaa’ ayat 1. Kami akan menyebutkan yang menyangkut dengan
mati pada dua bagian:
BAGIAN PERTAMA: tentang pandahuluan-pendahuluannya dan yang
mengikutinya, sampai kepada tiupan sangkakala. Dan padanya 8 bab:
Bab 1: tentang kelebihan mengingati mati dan penggemaran padanya.
Bab 2: tentang mengingati panjang angan-angan dan pendeknya.
Bab 3: tentang sakratul-maut dan kesudahannya. Dan apa yang disunatkan dari
hal-ihwal ketika.
Bab 4: tentang wafatnya Rasulullah saw dan khulafa’-rasyidin sesudahnya.
Bab 5: tentang ucapan orang-orang yang akan mati, dari khalifah-khalifah,
amir-amir dan orang-orang shalih.
Bab 6: tentang kata-kata orang ‘arifin (yang berilmu ma’rifah) kepada
jenazah-jenazah, kuburan-kuburan dan hukum menziarahi kuburan.
Bab 7: tentang hakikat/makna mati dan yang ditemui oleh orang mati dalam
kuburan, sampai kepada tiupan sangkakala.
Bab 8: tentang yang diketahui, dari hal-ihwal orang mati, dengan
terbuka-singkap minta untuk mengetahuinya saja dalam tidur.
BAB 1: Tentang mengingati mati dan penggemaran pada
membanyakkan dari mengingatinya.
Ketahuilah kiranya, bahwa orang yang bersungguh-sungguh pada dunia, yang
bertekun atas tipuannya, yang mencintai nafsu keinginannya itu, hatinya –sudah
pasti –lalai dari mengingati mati. Maka tidak diingatinya. Dan apabila ia
diperingatkan, niscaya ia benci dan lari daripadanya. Mereka itu orang-orang
yang difirmankan oleh Allah tentang mereka, dengan firmanNya: “Katakanlah,
bahwa kematian yang kamu melarikan diri daripadanya, sesungguhnya akan menemui
kamu, kemudian itu kamu dibawa kembali kepada (Tuhan) Yang Tahu hal yang
tersembunyi dan yang terang, lalu diberitakanNya kepada kamu yang telah kamu
kerjakan”. S 62 Al Jumu’ah ayat 8. Kemudian, manusia itu adakalanya
bersungguh-sungguh pada dunia. Adakalanya orang yang bertaubat yang
berpermulaan. Dan adakalanya orang yang berma’rifah yang berkesudahan.
Adapun orang yang bersungguh-sungguh pada dunia, maka ia tidak
mengingati mati. Dan kalau diingatinya, maka diingatinya itu karena kekesalan
atas dunianya. Dan ia berbuat dengan mencelainya. Dan ini menambahkannya kejauhan
dari Allah untuk mengingati mati. Adapun orang yang bertaubat, maka dia itu
membanyakkan mengingati mati, supaya membangkit dari hatinya takut dan gemetar.
Maka ia sempurna dengan kesempurnaan taubat. Kadang-kadang ia tidak suka kepada
mati, karena takut bahwa ia dicegat oleh kematian sebelum sempurnanya taubat
dan sebelum baiknya perbekalan. Dan orang tersebut itu dimaafkan tentang
bencinya kepada mati. Dan tidak masuk ini di bawah sabdanya Nabi saw:
“Barangsiapa tiada menyukai menemui Allah, niscaya Allah tidak menyukai
menemuinya”. Maka ini sesungguhnya tidaklah benci kepada mati dan menemui
Allah. Sesungguhnya ia takut luput menemui Allah, karena kesingkatan dan
keteledorannya. Dan orang itu adalah seperti orang yang terlambat dari menemui
kekasih, karena kesibukan dengan persiapan untuk menemuinya, atas cara yang
disenanginya. Maka tidaklah dia itu terhitung orang yang tidak suka menemuinya.
Tandanya ini, ialah bahwa ada ia terus-menerus mengadakan persediaan untuknya.
Tiada kesibukan baginya yang lain. Jikalau tidak, niscaya ia dihubungkan dengan
orang yang bersungguh-sungguh mencintai dunia.
Adapun orang yang berilmu ma’rifah, maka dia itu selalu
mengingati mati. Karena itu adalah waktu janjinya untuk menemui Kekasihnya. Dan
orang yang bercinta itu tiada sekali-kali akan lupa kepada janji bertemu dengan
kecintaannya. Dan ini –menurut kebiasaan –melambatkan datangnya mati. Dan ia
menyukai datang kepadanya, supaya ia terlepas dari negeri orang-orang maksiat.
Dan ia berpindah ke sisi Tuhan semesta alam. Sebagaimana diriwayatkan dari
Hudzaifah, bahwa tatkala ia hampir wafat, maka ia mengucapkan: “Kecintaan yang
datang di atas kemiskinan. Tiada yang lebih memenangkan, dari penyesalan. Ya
Allah Tuhanku ! jikalau Engkau mengetahui bahwa kemiskinan lebih aku sukai dari
kekayaan, sakit lebih aku sukai dari sehat dan mati lebih aku sukai dari hidup,
maka mudahkanlah mati kepadaku. Sehingga aku menemuiMu”. Jadi, orang yang
bertaubat itu dimaafkan pada menyukai mati dan bercita-citakan mati. Dan yang
lebih tinggi daripada keduanya itu, ialah orang yang
menyerahkan urusannya kepada Allah Ta’ala. Maka jadilah dia tidak
memilih bagi dirinya, mati dan hidup. Akan tetapi, yang paling disukainya,
ialah yang paling disukai oleh Tuhannya. Maka ini sesungguhnya telah berkesudahan
dengan bersangatan cinta dan setia kepada derajat menyerahkan dan ridha. Dan
itulah kesudahan dan penghabisan. Diatas setiap hal keadaan, maka pada
mengingati mati itu pahala dan kelebihan. Maka orang yang bersungguh-sungguh
pada mencintai dunia juga, dapat mengambil faedah dengan mengingati mati, akan
kerenggangan dari dunia. Karena keruhlah kepadanya kenikmatannya dan kotorlah
kepadanya kemurnian lezatnya. Dan setiap yang mengeruhkan kelezatan dan nafsu
keinginan kepada manusia, maka itu termasuk sebab kelepasan.
PENJELASAN: kelebihan mengingati mati, bagaimanapun adanya.
Rasulullah saw bersabda: “Perbanyakkanlah dari mengingati yang memecahkan
kelezatan”. Maknanya, ialah: sempitkanlah dengan mengingatinya itu, akan
kelezatan-kelezatan, sehingga terputuslah kecenderungan kamu kepadanya. Maka
kamu menghadap kepada Allah Ta’ala. Nabi saw bersabda: “Jikalau binatang ternak
itu tahu dari hal mati, akan apa yang diketahui oleh anak Adam (manusia),
niscaya tidak kamu makan yang gemuk daripadanya”.
‘Aisyah bertanya: “Hai Rasulullah ! adakah dikumpulkan pada
hari kiamat seseorang bersama orang-orang syahid ?”. Nabi saw menjawab: “Ya,
orang yang mengingati mati pada sehari semalam 20 kali”. Bahwa sebabnya
keutamaan ini seluruhnya, ialah: bahwa mengingati mati itu mengharuskan
kerenggangan hati dari negeri yang penuh ketertipuan. Dan menghendaki
persediaan bagi akhirat. Dan kelalaian dari mati itu mengajak kepada
kesungguhan dalam nafsu syahwat duniawi. Nabi saw bersabda: “Barang yang
berharga bagi orang mu’min itu mati”. Sesungguhnya Nabi saw mengatakan ini,
karena dunia itu penjara bagi orang mu’min. Karena senantiasalah orang mu’min
dalam dunia itu dalam kepayahan dari penderitaan dirinya, latihan nafsu
syahwatnya dan menolak kesetanannya. Maka mati itu melepaskan baginya dari azab
ini. Dan kelepasan itu adalah barang yang berharga baginya. Nabi saw bersabda:
“Mati itu adalah kafarat (yang menutupkan dosa) bagi setiap orang muslimin”.
Nabi saw menghendaki dengan muslim ini adalah yang sebenarnya
dan orang mu’min itu yang benar, yang sejahteralah orang-orang Islam dari
lidahnya dan tangannya. Dan ia menerapkan padanya akan budi pekerti orang-orang
mu’min. Dan ia tidak berbuat kekotoran dari perbuatan-perbuatan maksiat, selain
dengan dosa-dosa ringan & yang kecil-kecil. Maka mati itu melahirkannya
& menutupkannya sesudah dijauhkannya dosa-dosa besar & ditegakkannya
segala ibadah fardhu
‘Atha’ Al-Khurasani berkata: “Rasulullah saw lalu di suatu
majelis, yang telah meninggi padanya tertawa. Lalu beliau bersabda:
“Campurkanlah majelismu dengan mengingati yang mengeruhkan kelezatan-kelezatan
!”. Mereka lalu bertanya: “Apakah yang mengeruhkan kelezatan-kelezatan itu ?”.
Nabi saw menjawab: “Mati”. Anas ra berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Perbanyaklah mengingati mati ! sesungguhnya mengingati mati itu menghilangkan
dosa dan mendatangkan zuhud di dunia”. Nabi saw bersabda: “Memadailah dengan
mati itu yang menceraikan”. Nabi saw bersabda: “Memadailah dengan mati itu yang
memberi pengajaran”. Rasulullah saw keluar ke masjid. Maka tiba-tiba berjumpa
dengan suatu kaum yang berbincang-bincang dan tertawa. Lalu Nabi saw bersabda:
“Ingatlah kepada mati ! apakah tidak –demi Tuhan, yang nyawaku di TanganNya,
jikalau kamu tahu apa yang aku tahu, niscaya kamu tertawa sedikit dan kamu
menangis banyak”. Disebutkan pada Rasulullah saw seorang laki-laki, lalu mereka
membaguskan pujian kepadanya. Lalu Nabi saw bertanya: “Bagaimana ingatan
temanmu itu kepada mati ?”. Mereka itu menjawab: “Hampir kami tidak pernah
mendengar, bahwa ia mengingati mati”. Nabi saw lalu menjawab: “Sesungguhnya
temanmu itu tidaklah di situ”.
Ibnu Umar ra berkata: “Aku datang kepada Nabi saw yang ke-10
dari 10 kali. Lalu seorang laki-laki dari orang Anshar (penduduk asli Madinah
yang membantu perjuangan Islam) bertanya: “Siapakah manusia yang terpintar dan
termulia, wahai Rasulullah ?”. Maka Nabi saw menjawab: “Yang terbanyak mereka
mengingati mati dan yang lebih keras mereka mengadakan persediaan baginya. Mereka
itu ialah orang-orang yang pintar, yang pergi dengan kemuliaan dunia dan
kehormatan akhirat”.
Adapun atsar, maka Al-Hasan Al-Bashari ra berkata: “Mati itu
membuka kekurangan dunia. Maka ia tidak meninggalkan bagi orang yang berakal
akan kegembiraan”. Ar-Rabi’ bin Khaitsam Al-Kufi berkata: “Tiadalah yang ghaib
(yang tidak ada) yang ditunggu oleh orang yang beriman, yang lebih baik
baginya, daripada mati”. Ar-Rabi’ berkata: “Janganlah engkau memberitahukan
kepada seseorang tentang aku ! dan kirimlah aku kepada Tuhanku sebagai suatu
kiriman !”. Sebahagian hukama’ menulis surat kepada seorang laki-laki dari
temannya: “Hai saudaraku ! takutilah mati pada negeri ini, sebelum engkau jadi
ke negeri, yang engkau bercita-cita mati padanya ! maka engkau tiada akan
memperolehnya”.
Adalah Ibnu Sirin apabila disebutkan mati padanya, niscaya
matilah setiap anggota daripadanya. Adalah Umar bin Abdul-‘aziz mengumpulkan
para ulama fikih pada setiap malam. Lalu mereka memperbincangkan tentang mati,
kiamat dan akhirat. Kemudian, mereka itu menangis. Sehingga seakan-akan ada
jenazah di hadapan mereka itu. Ibrahim At-Taimi berkata: “2 perkara yang
memutuskan kesenangan duniawi daripadaku, yaitu: mengingati mati dan berdiri di
hadapan Allah ‘Azza Wa Jalla”.
Ka’ab Al-Ahbar berkata: “Siapa yang mengenal mati, niscaya
mudahlah kepadanya musibah dunia dan kesusahannya”. Mathraf berkata: “Aku
bermimpi pada yang dimimpikan oleh orang tidur, seakan-akan ada orang yang
berkata di tengah-tengah masjid Basrah: “Telah dipotong oleh mengingati mati
akan hati orang-orang yang takut. Maka demi Allah ! tiada engkau melihat
mereka, melainkan orang-orang yang bimbang”.
Asy’ats berkata: “Kami masuk ke tempat Al-Hasan Al-Bashari.
Maka sesungguhnya dia itu urusan neraka, urusan akhirat dan mengingati mati”.
Shafiyyah ra berkata: “Bahwa seorang wanita mengadu kepada ‘Aisyah akan
kekesatan hatinya. Maka ‘Aisyah menjawab: “Perbanyakkanlah mengingati mati,
yang akan menghaluskan hati engkau !”. Wanita tadi lalu berbuat demikian. Maka
haluslah hatinya. Maka dia datang mengucapkan terima kasih kepada ‘Aisyah.
Adalah Isa as apabila disebutkan mati padanya, niscaya
meneteslah kulitnya dengan darah. Adalah Daud as apabila ia menyebutkan mati
dan kiamat, maka ia menangis sehingga tercabutlah anggota-anggota badannya.
Apabila ia menyebutkan rahmat, niscaya kembalilah dirinya kepadanya.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Tiada sekali-kali aku melihat orang yang
berakal, melainkan aku mendapatinya takut kepada mati dan gundah hatinya atas
mati”. Umar bin Abdul-‘aziz berkata kepada sebahagian ulama: “Berikanlah aku
pengajaran !”. Ulama itu lalu menjawab: “Bukanlah engkau itu khalifah pertama
yang mati”. Umar bin Abdul-‘aziz menyambung: “Tambahkanlah bagiku !”. Ulama
tadi menjawab: “Tidaklah dari bapak-bapakmu seseorang sampai kepada Adam,
melainkan ia merasakan mati. Dan sesungguhnya akan datang giliran engkau”. Maka
menangislah Umar karena yang demikian.
Adalah Ar-Rabi’ bin Khaitsam telah menggali kuburan dalam
rumahnya. Ia tidur dalam kuburan itu setiap hari beberapa kali, yang berkekalan
ia dengan yang demikian itu mengingati mati. Ia mengatakan: “Jikalau mengingati
mati itu berpisah dari hatiku sesaat, niscaya dia itu rusak”. Mathraf bin
Abdullah bin Asy-Syukhair berkata: “Bahwa mati ini menyempitkan atas orang yang
memperoleh nikmat akan nikmatnya. Maka carilah nikmat yang tak ada mati padanya
!”.
Umar bin Abdul-‘aziz berkata kepada Anbasah bin Sa’id bin
Al-‘Ash: “Perbanyakkanlah mengingati mati ! maka jikalau engkau itu luas
kehidupan, niscaya disempitkannya atasmu. Dan jikalau engkau sempit kehidupan,
niscaya diluaskannya kepadamu”. Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: “Aku bertanya
kepada Ummu Harun: “Adakah engkau menyukai mati ?”. Ummu Harun menjawab: “Tidak
!”. Lalu aku bertanya: “Mengapa ?”. Ia menjawab: “Jikalau aku berbuat salah
kepada seorang anak Adam, niscaya aku tiada ingin menemuinya. Maka bagaimana
aku ingin menemui Allah dan aku telah berbuat maksiat kepadaNya ?”.
PENJELASAN: jalan pada mentahkikan mengingati mati dalam hati.
Ketahuilah, bahwa mati itu menakutkan. Bahayanya besar. Lalainya manusia
daripadanya, karena sedikitnya pikiran mereka padanya dan ingatan mereka
kepadanya. Dan siapa yang mengingati mati, niscaya tidaklah diingatinya itu
dengan hati yang kosong dari yang lain. Akan tetapi, dengan hati yang sibuk
dengan nafsu keinginan duniawi. Maka tidaklah berguna ingatan mati itu dalam
hatinya. Maka jalan padanya itu, ialah: bahwa hamba itu mengosongkan hatinya
dari setiap sesuatu, selain dari mengingati mati yang ada di hadapannya.
Seperti orang yang bermaksud akan bermusafir ke padang sahara yang berbahaya.
Atau menyeberangi lautan. Maka ia tidak bertafakkur, selain padanya. Maka
apabila ingatan kepada mati menyentuh hatinya, niscaya mendekatilah bahwa akan
berkesan padanya. Dan ketika itu, sedikitlah kegembiraannya dan kesukaannya
kepada dunia. Dan hancurlah hatinya. Jalan yang lebih berguna padanya, ialah:
bahwa membanyakkan mengingati orang-orang yang seperti dia dan teman-temannya
yang telah berlalu sebelumnya. Maka ia mengingati kematian dan terpelantingnya
mereka di bawah tanah. Ia mengingati bentuk mereka pada jabatan dan hal keadaan
mereka. Dan ia memperhatikan, bagaimana tanah itu sekarang menghapuskan
kebagusan rupa mereka. Bagaimana hancur-luluhnya bahagian-bahagian tubuh mereka
dalam kuburan mereka. Bagaimana mereka menjandakan isteri mereka, meyatimkan
anak-anak mereka dan menyia-nyiakan harta mereka. Sepilah dari mereka
masjid-masjid mereka, majelis-majelis mereka. Dan terputuslah bekas-bekas
mereka. Maka manakala teringatlah seorang laki-laki akan laki-laki yang lain
dan ia uraikan secara terperinci dalam hatinya, akan keadaan orang itu dan cara
matinya dan ia ragukan bentuknya, ia teringat akan kerajinan dan
pulang-perginya orang itu, perhatiannya kepada kehidupan dan kekalnya, lupanya
kepada mati, tertipunya dengan datangnya sebab-sebab, cenderungnya kepada
kekuatan dan kemudaan, kecenderungan nya kepada tertawa dan main-main, lalainya
dari yang di hadapannya, dari mati yang segera dan kebinasaan yang cepat. Bahwa
bagaimana ia ragu-ragu dan sekarang telah hancur kedua kakinya dan
sendi-sendinya. Bahwa bagaimana ia bertutur kata dan ulat telah memakan
lidahnya. Bagaimana ia tertawa dan tanah telah memakan gigi-giginya. Dan
bagaimana ia mengatur bagi dirinya akan apa yang tidak diperlukannya kepada
masa 10 tahun, pada waktu, yang tidak ada diantaranya dan waktu itu, selain
sebulan. Dan dia itu lalai, dari yang dimaksudkan dengan waktu tersebut.
Sehingga datanglah mati pada waktu yang tidak disangkakannya. Maka
tersingkaplah baginya rupa malaikat dan diketuk pendengarannya oleh panggilan.
Adakalanya ke sorga dan ke neraka. Maka ketika itu, ia memandang pada dirinya,
bahwa dia seperti mereka. Dan lalainya seperti lalainya mereka. Dan akan ada
akibatnya seperti akibat mereka.
Abud-Darda’ ra berkata: “Apabila engkau menyebutkan
orang-orang mati, maka hitungkanlah diri engkau seperti salah seorang dari
mereka !”. Ibnu Mas’ud ra berkata: “Orang yang berbahagia itu, ialah orang yang
mengambil pengajaran dengan orang lain”. Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Adakah
tidak engkau melihat, bahwa engkau mempersiapkan setiap hari orang yang pergi,
pagi atau sore kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, yang engkau meletakkannya dalam
lobang dari bumi ? ia telah berbantal tanah, meninggalkan kekasih-kekasih dan
memutuskan sebab-sebab ?”. Maka terus selalu dengan fikiran-fikiran ini dan
yang seumpama dengan dia, serta masuk kuburan dan menyaksikan orang-orang
sakit, adalah yang membarukan ingatan kepada mati dalam hati, sehingga
mengerasi padanya, dimana menjadi di depan kedua matanya. Maka ketika itu,
hampirlah bahwa ia menyiapkan diri baginya dan merenggangkan diri dari negeri
yang penuh tipuan (dunia). Dan jikalau tidak, maka ingatan dengan hati
zahiriyah dan manisnya lidah, adalah sedikit faedahnya, pada penjagaan dan
peringatan bagi diri. Dan manakala telah baik hatinya dengan sesuatu dari
dunia, maka seyogyalah bahwa ia mengingati dalam seketika, bahwa ia –tak boleh
tidak –daripada berpisah dengan dia.
Ibnu Muthi’ pada suatu hari memandang kepada rumahnya. Lalu
menakjubkannya oleh kebagusannya. Kemudian, ia menangis dan berkata: “Demi
Allah ! jikalau tidaklah mati, sesungguhnya adalah aku gembira dengan engkau.
Dan jikalau tidaklah yang kita akan menjadi kepadanya dari kesempitan kubur,
niscaya tetaplah mata kita di dunia”. Kemudian, ia menangis dengan tangisan
yang keras, sehingga meninggilah suaranya.
BAB KEDUA: tentang panjang angan-angan, keutamaan pendek
angan-angan, sebab panjangnya dan cara mengobatinya.
KEUTAMAAN PENDEK ANGAN-ANGAN.
Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah bin Umar: “Apabila engkau berpagi
hari, maka janganlah engkau berbicara dengan diri engkau akan sore. Dan apabila
engkau bersore hari, maka janganlah engkau berbicara dengan diri engkau akan
pagi. Ambillah dari hidup engkau bagi mati engkau dan dari sehat engkau bagi
sakit engkau ! sesungguhnya engkau, hai Abdullah tidak mengetahui, apa nama
engkau besok”.
Ali ra meriwayatkan, bahwa Nabi saw bersabda: “Bahwa yang
sangat aku takutkan kepadamu, ialah 2 perkara: mengikuti hawa nafsu dan panjang
angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu, maka itu mencegah dari kebenaran. Dan
adapun panjang angan-angan, maka itu kecintaan kepada dunia”. Kemudian, Nabi
saw menyambung: “Ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang
yang dikasihiNya dan yang dimarahiNya.
Dan apabila Allah mengasihi seorang hamba, niscaya diberiNya iman. Ketahuilah,
bahwa agama itu mempunyai putera dan dunia itu mempunyai putera. Maka adalah
kamu itu dari putera agama dan jangan adalah kamu dari putera dunia !
ketahuilah, bahwa dunia itu telah berangkat dengan memalingkan muka !
ketahuilah, bahwa akhirat itu telah berangkat dengan menghadapkan muka.
Ketahuilah, bahwa kamu pada hari amal, tiadalah padanya perhitungan.
Ketahuilah, bahwa kamu hampirlah pada hari perhitungan (yaumul-hisab), yang
tidak ada padanya amal”.
Ummul-Mundzir berkata: “Pada suatu sore Rasulullah saw melihat kepada
manusia banyak, seraya bersabda: “Hai manusia ! adakah tidak kamu malu kepada
Allah?”. Mereka lalu bertanya: “Apakah itu, wahai Rasulullah ? Nabi saw
menjawab: “Kamu kumpulkan apa yang tidak kamu makan. Kamu berangan-angan apa
yang tidak kamu capai. Dan kamu membangun apa yang tidak kamu tempati”.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Usamah bin Zaid membeli dari
Zaid bin Tsabit seorang budak wanita dengan harga 100 dinar hingga sebulan.
Maka aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Adakah tidak kamu heran dari
Usamah yang membeli hingga sebulan. Bahwa Usamah itu panjang angan-angan. Demi
Tuhan yang diriku di TanganNya ! tiada mengediplah dua mataku, melainkan aku
menyangka, bahwa dua pelupuk mataku tiada bertemu, sehingga Allah mengambil
nyawaku. Dan tiada aku mengangkatkan mataku, lalu aku menyangka bahwa aku
meletakkannya, sehingga nyawaku diambil. Dan tiada aku menyuap suatu suap
makanan, melainkan aku menyangka bahwa aku tidak menelannya, sehingga aku
tercekek dengan dia dari kematian”. Kemudian, Rasulullah saw menyambung: “Hai
anak Adam ! jikalau kamu berakal, maka hitungkanlah dirimu dari orang yang
mati. Demi Tuhan yang diriku di Tangan Nya, bahwa yang dijanjikan kepada kamu
itu akan datang. Dan tidaklah kamu itu dapat menolaknya”.
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw itu keluar ke kakus
membuang air. Lalu ia bertayammum dengan tanah. Maka aku mengatakan kepada nya:
“Hai Rasulullah ! Bahwa air itu dekat dari engkau”. Maka beliau menjawab: “Aku
tidak tahu, mungkin aku tidak sampai kepadanya”. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw
mengambil 3 potong ranting kayu. Maka dicucuknya sepotong di depannya. Dan yang
lain di sampingnya. Adapun yang ketiga maka dijauhkannya. Lalu beliau bersabda:
“Adakah engkau tahu, apakah ini ?”. Mereka menjawab: “Allah dan RasulNya yang
lebih tahu”. Nabi saw lalu bersabda: “Manusia ini, ajal ini dan angan-angan
itu, yang dikerjakan oleh anak Adam dan digerakkan oleh ajal, tidak oleh
angan-angan”. Nabi saw bersabda: “Seumpama anak Adam dan pada sampingnya 99
cita-cita. Jikalau ia disalahkan oleh cita-cita, niscaya ia jatuh dalam
ketuaan”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Manusia ini dan cita-cita yang
membinasakan di kelilingnya adalah jalan-jalan kepadanya. Dan ketuaan itu di
belakang cita-cita yang membinasakan. Angan-angan itu di belakang ketuaan. Maka
ia berangan-angan. Dan cita-cita yang membinasakan ini adalah jalan-jalan
kepadanya. Maka manakah dari cita-cita yang membinasakan yang melaluinya,
niscaya diambilnya. Maka kalau ia disalahkan oleh cita-cita yang membinasakan
itu, niscaya ia dibunuh oleh ketuaan. Dan ia menunggu angan-angan”.
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Rasulullah saw menggariskan bagi
kami suatu garis 4 persegi. Ia menggariskan di tengah-tengahnya suatu garis. Ia
menggariskan beberapa garis ke samping garis. Dan ia menggariskan suatu garis
yang di luar. Beliau bersabda: “Tahukah kamu, apakah ini ?”. Kami menjawab:
“Allah dan RasulNya yang lebih tahu”. Beliau bersabda: “Ini manusia !”, bagi
garis yang berada di tengah. “Ini ajal yang mengelilinginya dan ini
sifat-sifat”, bagi garis-garis yang sekelilingnya, yang menggigitkannya. Kalau
ia disalahkan oleh ini, niscaya ia digigitkan oleh ini. “Dan itu angan-angan”,
yakni: garis yang diluar.
Anas berkata: “Rasululah saw bersabda: “Tualah anak Adam itu
dan tinggallah bersamanya dua: loba dan angan-angan”. Pada suatu riwayat: “dan
mudalah bersamanya dua: loba kepada harta dan loba kepada umur”. Rasulullah saw
bersabda: “Terlepaslah permulaan umat ini dengan yakin dan zuhud. Dan binasalah
penghabisan umat ini dengan kikir dan angan-angan”.
Dikatakan, bahwa sewaktu Isa as sedang duduk dan seorang tua
bekerja dengan sapu menyapu lantai. Lalu Isa as berkata: “Ya Allah, ya Tuhan !
cabutkanlah daripadanya angan-angan !”.Lalu orang tua itu meletakkan sapu dan
berbaring. Maka ia berhenti sesaat. Lalu Isa as berkata: “Ya Allah, ya Tuhan!
kembalikanlah kepadanya angan-angan !”. Orang tua itu lalu bangun berdiri dan
bekerja kembali. Maka Isa as menanyakannya dari yang demikian. Lalu ia
menjawab: “Di mana aku sedang bekerja, tiba-tiba diriku mengatakan kepadaku:
“Hingga kapan engkau bekerja dan engkau itu seorang tua yang telah lanjut usia
?”. Lalu aku letakkan sapu itu dan aku berbaring. Kemudian, diriku berkata
kepadaku: “Demi Allah ! tak boleh tidak bagi engkau dari kehidupan, selama
engkau masih ada”. Lalu aku bangun berdiri kepada sapuku”. (tanggapan aku bahwa kita harus bekerja tapi jika azan
memanggil maka sholatlah dahulu selesai sholat boleh bekerja lagi, istrirahatlah
sejenak untuk sholat & menghadap Tuhanmu. Jangan dahulukan pekerjaan mu
tapi dahulukan panggilan sholat. pent)
Al-Hasan Al-Bashari berkata:
“Rasulullah saw bersabda: “Adakah setiap kamu menyukai masuk sorga ?” Mereka
itu menjawab: “Ya, wahai Rasulullah!” Nabi saw lalu meneruskan: “Pendekkanlah
angan-anganmu ! tetapkanlah ajalmu di hadapan matamu ! dan malulah kepada Allah
dengan malu yang sebenarnya !”. Adalah Nabi saw mengucapkan dalam doanya: “Ya
Allah Tuhanku ! sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari dunia yang
melarang kebajikan akhirat. Aku berlindung dengan Engkau dari hidup yang
melarang kebajikan mati. Dan aku berlindung dengan Engkau dari angan-angan yang
melarang kebajikan amal”.
Menurut atsar, maka diantara lain, kata Mathraf bin Abdullah:
“Jikalau aku tahu kapan ajalku datang, niscaya aku takut atas hilangnya akalku.
Akan tetapi, Allah Ta’ala menganugerahkan nikmat kepada hamba-hambaNya, dengan
kelalaian daripada mati. Dan jikalau tidaklah lalai, niscaya mereka tidak
merasa senang dengan kehidupan. Dan tidaklah berdiri pasar-pasar diantara
mereka”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Lupa dan angan-angan itu dua
nikmat yang besar kepada anak Adam. Jikalau tidak adalah keduanya itu, niscaya
tidaklah kaum muslimin berjalan di jalan-jalan”.
Ats-Tsuri berkata: “Sampai kepadaku berita, bahwa insan itu
makhluk yang dungu. Jikalau tidaklah demikian, niscaya tidak tenanglah
kehidupan nya”. Abu Sa’id bin Abdurrahman berkata: “Sesungguhnya diramaikan
dunia dengan sedikitnya akal penghuninya”. Salman Al-Farisi ra berkata: “3
perkara yang mengherankan aku, sehingga menertawakan aku, yaitu: yang
berangan-angan dunia dan mati mencarinya, orang yang lalai dan tidak dilalaikan
daripada nya dan orang yang ketawa, yang penuh mulutnya dan ia tidak tahu,
adakah Tuhan semesta alam marah kepadanya atau ridha ? dan 3 perkara yang
menggundahkan aku, sehingga membawa aku menangis, yaitu: bercerai kekasih
dengan Muhammad dan golongannya, huru-hara tempat naik dan berdiri di hadapan
Allah Ta’ala. Dan aku tidak tahu, ke sorgakah aku disuruh atau ke neraka”.
Sebahagian mereka mengatakan: “Aku memimpikan Zararah bin Abi
Aufa sesudah meninggalnya. Aku lalu bertanya: “Amalan manakah yang lebih
menyampaikan kepadamu ?”. Zararah bin Abi Aufa menjawab: “Tawakkal dan pendek
angan-angan”. Ats-Tsuri berkata: “Zuhud di dunia itu pendek angan-angan. Dan
tidaklah zuhud itu dengan memakan makanan yang kasar dan memakai baju kurung
panjang”.
Al-Mufadl-dlal bin Fadla-lah bermohon pada Tuhannya, bahwa
diangkatlah daripadanya angan-angan. Maka hilanglah daripadanya nafsu makan dan
minum. Kemudian, ia berdoa pada Tuhannya, maka dikembalikan kepadanya
angan-angan. Lalu ia kembali kepada makanan dan minuman. Ditanyakan kepada
Al-Hasan Al-Bashari: “Hai Abu Sa’id ! adakah tidak engkau mencuci kemejamu ?”.
Lalu ia menjawab: “Urusan itu (kematian) adalah lebih segera dari yang demikian”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Kematian itu diikatkan pada dahimu. Dan dunia itu
dilipatkan di belakangmu”. Sebahagian mereka berkata: “Aku adalah seperti
seorang laki-laki yang memanjangkan lehernya dan pedang di atasnya, yang
menunggu kapan lehernya itu dipukulkan”.
Daud Ath-Tha-i berkata: “Jikalau aku berangan-angan bahwa aku
hidup sebulan, sesungguhnya engkau melihat aku telah mendatangkan yg besar. Dan
bagaimana aku berangan-angan demikian & aku melihat musibah-musibah yg
datang secara tiba-tiba itu meliputi segala makhluk pada saat-saat malam dan
siang”.
Diceritakan, bahwa Syaqiq Al-Balakhi datang kepada gurunya,
yang dinamakan Abu Hasyim Ar-Rummani. Dan pada ujung pakaiannya ada sesuatu
yang berbunyi. Lalu gurunya bertanya kepadanya: “Apa ini bersama engkau ?”.
Syaqiq menjawab: “Buah delima yang diberikan kepadaku oleh saudaraku”. Dan
Syaqiq itu lalu mengatakan lagi: “Aku ingin bahwa engkau berbuka puasa dengan
buah delima ini”. Gurunya lalu menjawab: “Hai Syaqiq ! engkau berbicara dengan
diri engkau, bahwa engkau akan terus hidup sampai malam. Aku tidak akan
berkata-kata dengan engkau selama-lamanya”. Syaqiq meneruskan ceritanya:
“Guruku itu lalu menutupkan pintu di depanku dan terus masuk”.
Umar bin Abdul-‘aziz mengatakan dalam pidatonya: “Bahwa bagi
setiap perjalanan –sudah pasti- mempunyai perbekalan. Maka siapkanlah
perbekalanmu bagi perjalananmu dari dunia ke akhirat dengan
taqwa ! dan adalah kamu itu seperti orang yang melihat dengan mata
sendiri, yang disediakan oleh Allah dari pahalaNya dan siksaNya, yang kamu
gemari dan yang kamu takuti ! dan jangan panjanglah waktu kepadamu, lalu
kesatlah hatimu. Dan kamu mengikuti bagi musuhmu. Maka sesungguhnya, demi
Allah, tiada terbentanglah angan-angan orang yang tiada mengetahui, mungkin ia
tidak akan berpagi hari, sesudah petangnya. Dan ia tidak akan berpetang hari
sesudah paginya. Kadang-kadang adalah diantara yang demikian itu disambar
kematian. Berapa banyak aku melihat dan kamu melihat orang, yang dia itu
tertipu di dunia. Sesungguhnya tetaplah mata orang yang percaya dengan
kelepasan dari azab Allah Ta’ala. Sesungguhnya bergembiralah orang yang merasa
aman dari huru-hara hari kiamat.
Adapun orang yang tiada mengobatkan akan suatu luka, melainkan
ia akan kena oleh luka dari bahagian yang lain. Maka bagaimana ia bergembira?
aku berlindung dengan Allah, daripada aku menyuruhkan kamu, dengan apa, yang
tiada aku larangkan diriku daripadanya. Maka merugilah perdaganganku dan
lahirlah kekuranganku. Dan tampaklah kemiskinanku pada hari, yang tampak
padanya kekayaan dan kemiskinan. Dan pertimbangan padanya ditegakkan.
Sesungguhnya kamu telah bersungguh-sungguh dengan urusan, jikalau
bersungguh-sungguhlah bintang dengan urusan itu, niscaya keruhlah dia. Dan
jikalau bersungguh-sungguhlah dengan urusan itu gunung-gunung, niscaya
hancurlah dia. Dan jikalau bersungguh-sungguhlah dengan urusan itu bumi,
niscaya pecahlah dia. Apakah tidak kamu tahu, bahwa tidak ada diantara sorga
dan neraka itu tingkat. Dan kamu sesungguhnya, jadi kepada salah satu daripada
keduanya.
Seorang laki-laki menulis surat kepada saudaranya: “Adapun
kemudian, maka sesungguhnya dunia itu mimpi ! dan akhirat itu bangun. Dan yang
di tengah diantara keduanya itu mati. Dan kita pada igau-igauan tidur.
Wassalam”. Seorang laki-laki yang lain menulis surat kepada saudaranya: “Bahwa
kegundahan di dunia itu lama. Dan mati bagi insan itu dekat. Dan bagi
kekurangan pada setiap hari dari insan itu menjadi nasibnya. Dan bagi percobaan
pada tubuhnya itu menjalar. Maka bersegeralah sebelum engkau dipanggil dengan
berangkat ! wassalam”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Adalah Adam as sebelum ia
bersalah, angan-angannya itu dibelakang punggungnya. Dan ajalnya diantara dua
mata nya. Maka tatkala ia telah tertimpa kesalahan, lalu ia putarkan.
Dijadikannya angan-angannya diantara dua matanya. Dan ajalnya di belakang
punggungnya”.
Abdullah bin Sumaith berkata: “Aku mendengar ayahku berkata:
“Hai orang yang tertipu dengan lama sehatnya ! tidakkah engkau melihat
sekali-kali orang mati, dengan tidak sakit ? hai orang yang tertipu dengan
lamanya kesenangan ! apakah tidak engkau melihat sekali-kali yang diambil,
dengan tidak persediaan ? bahwa engkau, kalau engkau pikirkan tentang
panjangnya umur engkau, niscaya engkau lupa apa yang telah terdahulu dari
kelezatan engkau. Adakah dengan sehat engkau terperdaya atau dengan lamanya
sehat wal-afiat itu engkau bersuka-cita ? atau engkau merasa aman pada mati ?
atau engkau berani kepada malikul-maut (malaikat kematian) ? bahwa malaikat
kematian itu apabila ia datang, niscaya tidak dapat melarangnya dari engkau,
oleh kekayaan harta engkau dan tidak oleh banyaknya berkumpul kaum keluarga
engkau. Apakah tidak engkau tahu, bahwa saat kematian itu mempunyai kesusahan
dan yang mencekekkan leher serta penyesalan atas membuang-buang waktu ?
kemudian, dikatakan: Allah Ta’ala merahmati akan hamba yang beramal untuk
sesudah mati. Allah merahmati akan hamba yang memperhatikan kepadanya dirinya,
sebelum turunnya mati.
Abu Zakaria At-Taimi berkata: “Sewaktu Sulaiman bin
Abdul-malik di Masjidil-haram, ketika ia datang pada batu yang terakhir, maka
dimintanya orang yang membacanya. Lalu didatangkan Wahab bin Munabbih.
Tiba-tiba yang terukir pada batu itu, ialah: “Hai anak Adam ! bahwa engkau,
jikalau engkau melihat akan dekatnya apa yang masih ada dari ajal engkau,
niscaya engkau zuhud pada panjangnya angan-angan engkau. Engkau gemar pada
menambahkan amal engkau. Dan engkau pendekkan dari kerakusan dan helah engkau.
Sesungguhnya akan menemui engkau besok, oleh penyesalan engkau, jikalau
tergelincirlah dengan engkau, tapak kaki engkau. Diselamatkan engkau oleh
keluarga dan kaum famili engkau. Dipisahkan engkau oleh bapak dan orang yang
dekat. Dan ditolak engkau oleh anak dan keturunan. Maka tidaklah engkau itu
kembali kepada dunia engkau dan tidak bertambah pada kebaikan engkau. Maka beramallah bagi hari kiamat, sebelum telanjur
dan penyesalan”. Maka menangislah Sulaiman dengan keras.
Sebahagian mereka berkata: “Aku melihat sepucuk surat dari
Muhammad bin Yusuf kepada Abdurrahman bin Yusuf: “Salam sejahtera kepadamu.
Sesungguhnya aku memuji Allah kepadamu, yang tiada Tuhan, selain Dia. Adapun
kemudian, maka sesungguhnya aku memperingati mu, akan berpalingnya kamu dari
negeri kesenanganmu kepada negeri ketetapanmu dan balasan amal perbuatanmu.
Maka jadilah engkau pada ketetapan batin bumi sesudah zahirnya. Lalu datanglah
kepada engkau, malaikat Munkar dan Nakir. Maka didudukkannya engkau dan
dibentak kannya engkau. Maka jikalau Allah ada bersama engkau, maka tiada
mengapa, tiada keliaran hati dan tiada kemiskinan. Dan jikalau adalah tidak
demikian, maka kiranya Allah melindungi aku dan engkau dari jahatnya tempat
terpelanting dan sempitnya tempat tidur. Kemudian, akan sampai kepada engkau
pekikan dari berkumpul (di padang mahsyar) dan tiupan sangkakala. Berdirinya
Yang Maha Perkasa untuk menyelesaikan hukum segala makhluk dan kosongnya bumi
dari isinya dan langit dari penghuninya. Maka terangkanlah segala rahasia.
Dinyalakanlah api neraka. Diletakkanlah neraca. Didatangkanlah nabi-nabi dan
orang-orang syahid. Dihukumkanlah diantara mereka dengan yang benar. Dan
diucapkanlah: Segala pujian bagi Allah Tuhan semesta alam. Maka berapa banyak
dari yang tersiar dan yang tertutup. Berapa banyak dari yang binasa dan yang
terlepas. Dan berapa banyak dari yang diazabkan dan yang diharamkan dari azab.
Maka mudah-mudahan perasaanku, bagaimanakah halku dan hal engkau pada hari itu
? maka pada ini, apa yang menghancurkan kelezatan, yang menghiburkan dari nafsu
keinginan, yang memendekkan dari angan-angan, membangunkan orang-orang tidur
dan memberi nasehat orang-orang yang lalai. Kiranya Allah menolong kami atas
bahaya yang besar ini ! Ia menjatuhkan dunia dan akhirat dari hatiku dan hati
engkau pada tempat jatuh keduanya itu dari hati orang-orang yang taqwa.
Sesungguhnya kita dengan Dia dan bagiNya. Wassalam”.
Umar bin Abdul-‘aziz berpidato. Lalu memuji Allah dan
memujaNya, seraya berkata: “Hai manusia ! bahwa kamu tidak diciptakan dengan
main-main. Dan tidak dibiarkan kamu dengan percuma. Bahwa bagimu itu ada tempat
kembali, yang dikumpulkan kamu oleh Allah padanya, untuk hukum dan
penyelesaian, pada yang menyangkut diantara kamu. Maka rugi dan celakalah
besok, hamba yang dikeluarkan oleh Allah dari dan celakalah besok, hamba yang
dikeluarkan oleh Allah dari rahmatNya yang meluas kepada setiap sesuatu. Dan
sorgaNya yang lebarnya langit dan bumi. Sesungguhnya adalah keamanan besok bagi
orang yang takut dan taqwa. Menjual yang sedikit dengan yang banyak, yang
lenyap (fana’) dengan yang kekal dan yang celaka dengan yang bahagia. Apakah
kamu tidak melihat, bahwa kamu dalam rebutan orang-orang yang binasa dan akan
digantikan sesudah kamu oleh orang-orang yang tinggal ? adakah tidak kamu
melihat, bahwa kamu pada setiap hari, kamu berkunjung kepada orang yang pergi
pagi dan petang kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, yang telah sampai ajalnya dan
terputus angan-angannya. Lalu kamu meletakkannya dalam perut pecahan bumi, yang
tidak berbantal dan tidak berayunan. Ia telah mencabut sebab-sebab, berpisah
dengan kekasih-kekasih dan menghadapi perhitungan amal (al-hisab). Aku bersumpah
atas nama Allah, bahwa aku sesungguhnya mengatakan perkataanku ini dan tidak
aku tahu pada seseorang kamu dari dosa, yang lebih banyak dari yang aku ketahui
dari diriku sendiri. Akan tetapi, dosa-dosa itu adalah sunnah Allah yang adil.
Aku menyuruh padanya dengan mentaatiNya. Aku melarang padanya daripada berbuat
maksiat kepadaNya. Dan aku meminta ampun pada Allah. Ia meletakkan lengan
bajunya atas mukanya. Ia menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya.
Dan ia tidak kembali ke majelisnya itu, sehingga ia wafat.
Al-Qa’qa bin Hakim berkata: “Aku telah menyiapkan bagi mati
semenjak 30 tahun yang lalu. Maka kalau ia datang kepadaku, niscaya aku tidak
suka mengemudiankan sesuatu dari sesuatu”. Ats-Tsuri berkata: “Aku melihat
seorang syaikh di masjid Kufah (Irak), yang mengatakan: “Aku pada masjid ini
semenjak 30 tahun, aku menunggu mati bahwa ia turun kepadaku. Dan kalau ia
datang kepadaku, niscaya aku tidak menyuruhnya dengan sesuatu dan tidak
melarangnya dari sesuatu. Tidaklah bagiku atas seseorang itu sesuatu. Dan
tidaklah bagi seseorang padaku itu sesuatu”.
Abdullah bin Tsa’labah berkata: “Engkau tertawa dan semoga
kain kafan engkau telah keluar dari orang yang memendek-mendekkannya”. Abu
Muhammad bin Ali Az-Zahid berkata: “Kami keluar dalam mengantarkan jenazah di
Kufah. Dan keluar dalam rombongan itu Daud Ath-Tha-i. Maka beliau menyingkir,
lalu duduk di suatu sudut. Dan jenazah itu dikebumikan. Maka aku datang dan
duduk di dekatnya. Lalu ia berbicara dan mengatakan: “Siapa yang takut akan
siksaan, niscaya pendeklah padanya yang jauh. Siapa yang panjang
angan-angannya, niscaya lemahlah amalnya. Dan setiap yang akan datang itu
adalah dekat”. Ketahuilah hai saudaraku, bahwa setiap sesuatu yang menyibukkan
engkau dari Tuhan engkau, maka itu adalah yang malang atas engkau ! ketahuilah
kiranya, bahwa penduduk dunia semuanya itu adalah dari penduduk kuburan.
Sesungguhnya mereka itu menyesal atas yang mereka tinggalkan. Dan mereka
bergembira dengan yang mereka datangkan. Maka apa yang disesali oleh penduduk kuburan
akan penduduk dunia, lalu padanya mereka berbunuh-bunuhan. Dan padanya mereka
berlomba-lombaan. Dan atasnya mereka bertengkar pada hakim-hakim.
Diriwayatkan, bahwa Ma’ruf Al-Karkhi ra mengerjakan shalat.
Muhammad bin Abi Taubah bercerita: “Lalu Ma’ruf Al-Karkhi berkata kepadaku:
“Majulah ke depan untuk menjadi imam !”. Aku lalu menjawab: “Bahwa aku jikalau
aku shalat dengan engkau shalat ini, niscaya tiada akan aku shalat dengan
engkau shalat yang lain”. Maka Ma’ruf menjawab: “Engkau mengatakan pada diri
engkau, bahwa engkau akan mengerjakan shalat yang lain ? kami berlindung dengan
Allah dari panjang angan-angan. Sesungguhnya panjang angan-angan itu melarang
dari kebajikan amal”.
Umar bin Abdul-‘aziz mengucapkan dalam khutbahnya: “Bahwa
dunia tidaklah negeri ketetapanmu, negeri yang dituliskan oleh Allah padanya
kelenyapan. Dan Ia menuliskan kepada penghuninya akan pergi daripadanya. Maka
banyaklah dari pembangun yang dipercaya akan meruntuhkan dari masa yang
sedikit. Dan banyaklah dari orang yang menetap yang gemar, akan pindah dari
tempo yang sedikit. Maka baguskanlah –kiranya kamu dirahmati oleh Allah- akan
berangkat daripadanya, dengan sebaik-baik apa yang di depanmu dari orang-orang
yang pindah ! dan berbekallah ! sesungguhnya bekal yang baik, ialah taqwa.
Bahwa dunia itu seperti teduh yang menawung, yang kuncup. Lalu hilang. Sedang
anak Adam dunia itu berlomba-lomba dan dia itu berkesejukan mata. Ketika ia
dipanggil oleh Allah dengan taqdirNya dan melemparkannya dengan hari
kematiannya, lalu Ia mencabut segala bekasnya dan dunianya. Dan Ia menjadikan
bagi kaum yang lain akan perusahaan dan kekayaannya. Bahwa dunia itu tidak
bergembira dengan kadar ia mendatangkan melarat. Bahwa dunia itu gembira
sedikit dan gundah lama”.
Dari Abubakar Ash-Shiddiq ra, bahwa ia mengucapkan dalam
khutbahnya: “Mana yang bercahaya, yang cantik mukanya ? yang mengherani dengan
kemudaannya ? manakah raja-raja yang membangun kota-kota dan membentenginya
dengan dinding-dinding tembok ? manakah mereka yang memberikan kemenangan pada
tempat-tempat peperangan ? sesungguhnya telah meruntuhkan masa dengan mereka.
Maka jadilah mereka dalam kegelapan kuburan. Segera-segera, kemudian
lepas-lepas.
PENJELASAN: sebab mengenai panjangnya angan-angan dan
pengobatannya.
Ketahuilah kiranya, bahwa panjangnya angan-angan itu mempunyai dua sebab:
Pertama: : bodoh.
Yang satu lagi: cinta dunia.
Adapun cinta dunia, maka yaitu: apabila
jinak hatinya dengan dunia, dengan nafsu keinginannya, kelezatan-kelezatannya
dan hubungan-hubungannya, niscaya beratlah atas hatinya berpisah dengan dunia
itu. Maka tercegahlah hatinya dari berfikir mengenai mati, yang menjadi sebab
berpisah dengan dunia. Dan setiap orang yang tiada menyukai sesuatu, niscaya ia
menolak dari dirinya. Dan manusia itu tergantung hatinya dengan angan-angan
yang batil/salah. Maka ia mengangan-angani dirinya selama-lamanya, dengan yang
bersesuaian bagi maksudnya. Dan sesungguhnya maksudnya itu bersesuaian dengan
kekekalan di dunia. Maka senantiasalah ia menyangkanya dan mentakdirkannya pada
dirinya. Dan mentakdirkan akan segala yang mengikuti kekekalan dan yang
diperlukannya kepada kekekalan itu, dari harta, isteri, rumah, teman, binatang
ternak dan sebab-sebab duniawi lainnya. Maka jadilah hatinya berhenti atas
pikiran ini, ditegakkan di atasnya. Lalu ia lalai daripada mengingati mati.
Maka ia tidak sanggup mendekatinya. Maka kalau terguris dalam hatinya urusan
kematian pada sebahagian hal keadaan dan keperluan kepada persiapannya, niscaya
ia tangguhkan dan menjanjikan kepada dirinya, seraya berkata: “Hari-hari di
hadapanmu sampai kepada membesar, kemudian kamu bertaubat”. Apabila telah
membesar, maka ia mengatakan: “Sampai menjadi engkau tua”. Maka apabila ia
telah menjadi orang tua, niscaya ia mengatakan: “Sampai engkau siap dari
membangun rumah ini dan bangunan kelengkapannya. Atau engkau kembali dari
perjalanan ini. Atau engkau selesai dari mengatur anak ini, kelengkapannya dan
mengatur tempat tinggalnya. Atau engkau selesai dari paksaan musuh ini yang
mengecewakan engkau”. Maka senantiasa ia mengatakan akan dan mengundurkan. Dan
ia tidak memasuki dalam suatu pekerjaan, melainkan ia bergantung dengan
penyempurnaan pekerjaan itu 10 pekerjaan yang lain. Dan begitulah secara
berangsur, ia mengundurkan hari demi hari. Ia terbawa oleh satu kesibukan
kepada satu kesibukan, bahwa kepada beberapa kesibukan, sampai ia disambar oleh
kematian pada waktu yang tiada disangkakannya. Maka lamalah ketika itu
penyesalannya. Kebanyakan isi neraka & pekikan mereka dari akan itu
mengatakan:“Alangkah sedihnya dari akan!”. Orang yang patut dikasihani, yang
mengatakan akan itu tidak mengetahui, bahwa yang mengajaknya kepada mengatakan
akan itu pada hari ini, ialah yang bersama dia besok. Dan sesungguhnya akan
bertambah dengan lamanya waktu, akan kekuatan dan kemeresapan nya. Dan ia
menyangka, bahwa akan tergambar bagi orang yang mengarungi dunia dan
memeliharanya, akan kekosongan waktu sekali-kali. Amat jauh dari yang demikian.
Maka tiada kosong dari dunia, selain orang yang mencampakkannya.
Maka tidaklah seseorang,
melaksanakan hajatnya dari dunia.
Dan tidaklah siap suatu keperluan,
melainkan telah ada keperluan lainnya.
Pokoknya angan-angan ini semua ialah kecintaan kepada dunia dan jinak hati
kepadanya. Lupa kepada arti sabda Nabi saw: “Cintailah siapa yang engkau
cintai. Sesungguhnya engkau akan bercerai dengan dia”.
Adapun bodoh, maka yaitu: bahwa
insan kadang-kadang ia berpegang kepada kemudaannya. Lalu ia memandang jauh
akan kedekatan mati bersama kemudaan. Dan orang yang patut dikasihani ini tidak
berpikir bahwa orang-orang tua di negerinya jikalau dihitung, niscaya adalah
mereka tidak sampai 1/10 dari orang laki-laki yang ada di negeri itu. Mereka
itu menjadi sedikit, karena kematian pada masa muda itu lebih banyak. Maka
kepada sampai matinya seorang tua, lalu telah mati 1000 anak kecil dan pemuda.
Kadang-kadang ia memandang mati itu masih jauh, karena sehatnya. Dan ia
memandang mati itu jauh dengan tiba-tiba. Ia tidak tahu, bahwa yang demikian itu tidak jauh. Dan kalau
adalah yang demikian itu, maka sakit dengan tiba-tiba itu tidak jauh. Setiap
sakit itu sesungguhnya terjadi dengan tiba-tiba. Dan apabila telah sakit,
niscaya tidaklah mati itu jauh. Jikalau orang yang lalai ini bertafakkur dan
mengetahui bahwa mati, tiadalah baginya waktu yang tertentu, dari muda, tua,
sangat tua, musim panas, musim dingin, sehabis musim panas dan musim bunga,
dari malam dan siang, niscaya besarlah rasa perasaannya dan sibuklah ia dengan
mempersiapkan diri baginya.
Akan tetapi, kebodohan dengan segala hal ini dan cinta dunia,
maka membawanya kepada panjang angan-angan dan kepada lalai daripada
mentakdirkan mati yang dekat. Maka ia selalu menyangka bahwa mati itu berada di
depannya dan ia tidak mentakdirkan akan turun dan terjadinya pada dirinya. Ia
selalu menyangka bahwa ia akan mengantarkan jenazah dan ia tidak mentakdirkan
bahwa akan diantarkan jenazahnya. Karena ia berulang-ulang kepadanya dan
menjinakkan hatinya. Yaitu menyaksikan kematian orang lain. Adapun kematian
dirinya sendiri, maka tidak menjinakkan hatinya. Dan tidak tergambar bahwa akan
menjinakkan hatinya. Yang demikian itu tidak akan terjadi. Dan apabila terjadi,
niscaya tidak akan terjadi sekaligus sesudah ini. Maka itulah yang pertama dan
itulah yang penghabisan. Jalannya ialah, bahwa ia membandingkan dirinya dengan
orang lain. Dan ia tahu, bahwa tak boleh tidak, akan dibawa orang jenazahnya.
Dan dikuburkan dalam kuburannya. Mudah-mudahan batu merah yang akan ditutupkan
lobang lahadnya dengan batu merah tersebut, sudah dibuat dan sudah selesai. Dan
ia tidak mengetahuinya. Maka mengatakan “akan” itu adalah kebodohan
semata-mata. Apabila anda mengetahui, bahwa sebabnya itu bodoh dan cinta dunia,
maka pengobatannya, ialah menolak sebabnya.
Adapun bodoh, maka ditolak dengan pikiran yang jernih dari hati
yang sekarang. Dan dengan mendengar hikmah yang menyampaikan, dari hati yang
zahiriyah. Adapun cinta dunia, maka pengobatan pada mengeluarkannya dari hati
itu berat. Yaitu: penyakit yang memayahkan, yang telah memayahkan orang-orang
dahulu dan orang-orang kemudian pada mengobatinya. Dan tiada pengobatan
baginya, selain iman dengan hari akhirat dan dengan yang ada pada hari akhirat, dari berat siksaan
dan banyaknya pahala. Dan manakala telah berhasil baginya keyakinan dengan yang
demikian, niscaya berangkatlah dari hatinya cinta dunia. Bahwa mencintai yang
berbahaya itulah yang menghapuskan dari hati mencintai yang hina. Maka apabila
ia melihat kehinaan dunia dan keberhargaan akhirat, niscaya ia mencegah dirinya
berpaling kepada dunia seluruhnya. Walaupun ia diberikan kerajaan bumi dari
masyrik ke maghrib (dari matahari terbit ke matahari terbenam). Bagaimana dan
tidak ada padanya dari dunia, selain kadar yang sedikit, yang kotor dan keruh.
Bagaimana ia bergembira dengan dunia atau meresap dalam hati akan kecintaan
kepadanya, serta iman dengan akhirat ? maka kita bermohon kepada Allah Ta’ala,
bahwa Ia memperlihat kan kepada kita akan dunia, sebagaimana diperlihatkan Nya
kepada orang-orang shalih dari hambaNya.
Tiada obat pada mengkadarkan mati dalam hati, seperti
memandang kepada orang yang telah mati, dari teman-teman dan bentuk-bentuk.
Bahwa mereka, bagaimana datang kepada mereka itu mati, pada waktu yang tiada
mereka sangkakan. Adapun orang yang sudah bersedia, maka ia memperoleh
kemenangan besar. Adapun orang yang terperdaya dengan panjang angan-angan, maka
sesungguhnya ia memperoleh kerugian yang nyata. Maka hendaklah manusia
memperhatikan setiap saat pada sendi-sendinya dan anggota-anggota badannya !
hendaklah ia memahami, bahwa bagaimana anggota-anggota badan itu dimakan oleh
ulat –yang sudah pasti. Dan bagaimana hancur tulang-belulangnya. Dan hendaklah
ia bertafakkur bahwa ulat itu memulai pertama-tama dengan biji matanya yang
kanan atau yang kiri. Maka tidaklah sesuatu yang di atas badannya itu, selain
adalah makanan ulat. Dan tidaklah baginya dari dirinya, selain ilmu dan amal
yang ikhlas karena wajah Allah Ta’ala.
Dan seperti demikian juga ia bertafakkur pada yang akan datang
kepadanya, dari azab kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, dari hari mahsyar,
kebangkitan, huru-hara kiamat dan terketuknya panggilan pada hari kedatangan
yang Maha Besar (hari kiamat). Maka contoh-contoh pikiran ini adalah yang membarukan
ingatan kepada mati dari hati dan mengajaknya kepada persiapan bagi mati.
PENJELASAN: tingkat-tingkat manusia pada panjang angan-angan
dan pendeknya.
Ketahuilah kiranya, bahwa manusia pada yang demikian itu berlebih-kurang.
Sebahagian mereka, ialah orang yang berangan-angan kekal dan merindukan yang
demikian selama-lamanya. Allah Ta’ala berfirman: “Diingini oleh seseorang
mereka, jikalau diberi umur 1000 tahun”. S 2 Al Baqarah ayat 96. Sebahagian
mereka, ada orang yang berangan-angan kekal sampai tua-bangka. Yaitu: sejauh
umur yang telah dipersaksikannya dan dilihatnya. Yaitu: orang yang sangat
mencintai dunia.
Rasulullah saw bersabda: “Orang tua itu adalah pemuda pada
cinta mencari dunia, walaupun sudah terlipat dua tulang atas dadanya, dari
karena kelanjutan umur. Selain mereka yang taqwa dan sedikitlah, tiadanya
mereka itu”. Sebahagian mereka, ialah orang yang berangan-angan kepada setahun.
Maka ia tiada berbuat dengan mengaturkan yang di belakang setahun itu. Maka ia
tiada mentakdirkan bagi dirinya ada pada tahun depan. Akan orang ini bersedia
pada musim panas untuk musim dingin. Dan pada musim dingin untuk musim panas.
Apabila ia telah mengumpulkan yang mencukupi baginya untuk setahun, niscaya ia
menyibukkan diri dengan ibadah. Sebahagian mereka, ialah orang yang
berangan-angan akan masa musim panas atau musim dingin. Maka ia tidak menyimpan
pada musim panas, pakaian musim dingin. Dan tidak pada musim dingin, pakaian
musim panas. Sebahagian mereka, ialah orang yang kembali angan-angannya kepada
sehari semalam. Maka ia tiada menyediakan, selain untuk harinya. Adapun untuk
besok, maka ia tidak menyediakan.
Nabi Isa as berkata: “Janganlah kamu pentingkan dengan rezeki
besok ! maka kalau ada besok itu dari ajalmu, maka akan datang padanya rezekimu
serta ajalmu. Dan jikalau tidak dari ajalmu, maka janganlah engkau mementingkan
untuk ajal sekalian kamu !”. Sebahagian mereka, ialah orang yang tiada
melampaui angan-angannya sesaat.
Sebagaimana sabda Nabi kita saw: “Hai Abdullah ! apabila
engkau berpagi hari, maka janganlah engkau berbicara dengan diri engkau akan
petang. Dan apabila engkau berpetang hari maka janganlah engkau berbicara
dengan diri engkau akan pagi”. Sebahagian mereka, ialah orang yang tiada
mentakdirkan pula akan kekal barang sesaat.
Adalah Rasulullah saw melakukan tayammum serta mampu mencari
air sebelum lewat sesaat dan bersabda: “Mungkin aku tidak akan sampai kepadanya”.
Sebahagian mereka, ialah orang, yang adalah mati itu tegak depan matanya.
Seakan-akan barang yang sudah terjadi. Maka ia menunggu kedatangan nya. Dan
insan ini, ialah orang yang mengerjakan shalat orang
yang berselamat tinggal. Dan mengenai ini, telah datang yang
dinukilkan dari Ma’adz bin Jabal ra tatkala Rasulullah saw menanyakannya dari hakikat/makna
imannya. Maka Ma’adz bin Jabal menjawab: “Tiada aku melangkah dengan suatu
langkah yang lain”. Dan sebagaimana dinukilkan dari Al-Aswad dan dia itu orang
Habsyi, bahwa Al-Aswad mengerjakan shalat pada malam hari dan menoleh ke kanan
dan ke kiri. Lalu ada orang bertanya kepadanya: “Apa ini ?”. Al-Aswad menjawab:
“Aku melihat Malakul-maut, dari jurusan mana ia datang kepadaku”. Maka inilah
tingkat-tingkat manusia ! bagi masing-masing orang itu mempunyai di sisi Allah.
Tidaklah orang yang angan-angannya terbatas kepada sebulan, seperti orang yang
angan-angannya sebulan sehari. Akan tetapi, diantara keduanya itu berlebih-kurang
derajat pada sisi Allah. Bahwa Allah tidak berbuat aniaya seberat atompun. Dan
siapa yang berbuat kebajikan seberat atom, niscaya akan dilihatnya.
Kemudian, lahirlah bekas pendeknya angan-angan pada bersegera
kepada amal. Dan setiap insan itu mendakwakan, bahwa dia itu pendek
angan-angan. Dan dia itu dusta. Dan sesungguhnya terang yang demikian, dengan
amal perbuatannya. Sesungguhnya ia bersungguh-sungguh dengan sebab-sebab,
kadang-kadang ia tidak memerlukan kepadanya dalam setahun. Maka menunjukkan
yang demikian itu kepada panjang angan-angannya. Sesungguhnya tanda memperoleh
taufiq, ialah bahwa adalah mati itu tegak di matanya. Ia tidak lengah daripadanya
sesaatpun. Maka hendaklah ia bersedia bagi mati yang akan datang kepadanya pada
waktunya. Jikalau ia hidup sampai sore, niscaya ia bersyukur akan Allah Ta’ala
kepada mentaatiNya. Dan ia bergembira bahwa ia tidak menyia-nyiakan siangnya.
Akan tetapi, ia menyempurnakan daripadanya akan keberuntungannya dan ia
menyimpankannya bagi dirinya. Kemudian, ia mengulang kembali seperti itu sampai
kepada waktu Shubuh. Dan begitu pula, apabila ia telah berpagi hari. Dan tidak
mudahlah ini, selain bagi orang yang mengosongkan hatinya dari besok dan apa
yang ada padanya. Maka orang yang seperti ini, apabila ia mati, niscaya ia
berbahagia dan memperoleh rampasan. Dan kalau ia terus hidup, niscaya ia
bergembira dengan bagusnya persediaan dan lezatnya munajah (berbisik dengan
Allah Ta’ala) dengan Tuhan. Maka mati baginya kebahagiaan dan hidup baginya
tambahan.
Maka adalah hendaknya mati itu pada hati engkau, hai orang
yang patut dikasihani ! bahwa perjalanan itu menggerakkan engkau dan engkau
lalai dari diri engkau. Semoga engkau telah mendekati tempat tinggal dan telah
engkau jalani jarak itu. Dan tidak adalah engkau seperti yang demikian, selain
dengan bersegera berbuat amal, untuk memperoleh bagi setiap nafas yang
ditangguhkan padanya.
PENJELASAN: bersegera kepada beramal dan menjaga diri dari
bahaya kelambatan.
Ketahuilah kiranya, bahwa siapa yang mempunyai dua orang saudara yang
berada di tempat yang jauh dan ia menunggu kedatangan salah seorang dari
keduanya besok dan ia menunggu kedatangan yang seorang lagi sesudah sebulan
atau setahun. Maka ia tidak bersiap bagi yang akan datang sampai sebulan atau
setahun. Dan sesungguhnya ia bersiap bagi yang ia menunggu kedatangannya besok.
Maka persiapan itu adalah hasil bagi kedekatan menunggu. Maka barangsiapa yang
menunggu kedatangan mati sesudah setahun, niscaya hatinya sibuk dengan masa
itu. Dan ia lupa yang di belakang masa tersebut. Kemudian jadilah dia setiap
hari menunggu untuk setahun itu dengan sempurnanya. Tiada kurang daripadanya
hari yang telah lalu. Dan yang demikian itu mencegahnya dari kesegeraan amal
untuk selama-lamanya. Sesungguhnya selama-lamanya ia melihat bagi dirinya
tempat yang lapang pada tahun itu. Lalu ia mengundurkan amal perbuatan.
Sebagaimana Nabi saw bersabda: “Tiadalah seseorang kamu
menunggu dari dunia, selain kaya yang mendurhakakan atau miskin yang melupakan
atau sakit yang merusakkan atau terlampau tua yang mengakibatkan atau mati yang
segera atau dajjal. Maka dajjal itu kejahatan yang ghaib, yang ditunggu atau
kiamat. Dan kiamat itu lebih mendatangkan musibah dan lebih pahit”.
Ibnu Abbas berkata: “Nabi saw bersabda kepada seorang laki-laki
dan ia memberi pengajaran kepada laki-laki tersebut: “Pergunakanlah kesempatan
5 sebelum 5: mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum
miskinmu, peluangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu”. Nabi saw
bersabda: “2 nikmat, terperdaya padanya kebanyakan manusia, yaitu: sehat dan
kosong waktu”. Artinya: “Tidak dipergunakan nya. Kemudian ia tahu nilainya
ketika hilangnya”. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang takut, niscaya ia
berjalan pada awal malam. Dan siapa yang berjalan pada awal malam, niscaya ia
sampai ke tempat tinggalnya. Ketahuilah, bahwa barang perniagaan Allah itu
mahal. Ketahuilah, bahwa barang perniagaan Allah itu sorga”. Rasulullah saw
bersabda: “Datanglah yang bergoncang, yang diikuti oleh yang mengiringnya. Dan
datanglah mati, dengan apa yang padanya”. Adalah Rasulullah saw apabila
menampak dari sahabat-sahabatnya kelalaian atau keterperdayaan, lalu beliau
serukan pada mereka dengan suara keras: “Datanglah kepadamu kematian, yang
teratur dan harus. Adakalanya dengan kesengsaraan dan adakalanya dengan
kebahagiaan”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Aku yang
memberi kabar yang tidak menggembirakan dan mati itu yang menyerang dan kiamat
itu waktu yang dijanjikan”.
Ibnu Umar berkata: “Rasulullah saw keluar dan matahari itu
(cahayanya) diatas tepi pelepah tamar. Maka beliau bersabda: “Tiada tinggal
dari dunia, selain sebagaimana yang masih tinggal dari hari kita ini, pada
seumpama apa yang telah berlaku daripadanya”. Nabi kita saw bersabda: “Dunia itu
adalah seperti kain yang dikoyakkan dari awalnya kepada akhirnya. Maka
tinggallah ia bergantung dengan benang pada akhirnya. Lalu hampirlah benang itu
bahwa ia terputus”.
Jabir berkata: “Adalah Rasulullah saw apabila berkhutbah lalu
menyebutkan hari kiamat, maka beliau meninggikan suaranya dan merahlah dua
pipinya, seakan-akan beliau memperingatkan tentara, seraya bersabda: “Aku
berpagi hari dengan kamu dan aku bersore hari dengan kamu, Aku diutus dan
kiamat itu seperti: dua ini”. Dan Rasulullah saw menghubungkan diantara dua
anak jarinya.
Ibnu Mas’ud ra berkata: “Rasulullah saw membaca ayat: “Maka
siapa yang dikehendaki oleh Allah, bahwa Ia memberi petunjuk kepadanya, niscaya
dibukakanNya dadanya untuk agama Islam”. S 6 Al An’aam ayat 125. Lalu Rasulullah
saw bersabda: “Bahwa nur (cahaya Islam) itu masuk ke dalam dada, yang ia
menjadi lapang”. Lalu ditanyakan: “Wahai Rasulullah ! adakah bagi yang demikian
itu tanda yang dapat dikenal ?”. Nabi saw menjawab: “Ya, merenggangkan diri
dari negeri tipuan, kembali ke negeri kekekalan dan bersedia bagi mati, sebelum
turunnya”.
Muhammad bin Marwan As-Saddi membaca: “Yang menciptakan
kematian dan kehidupan, karena hendak menguji kamu, siapakah diantara kamu yang
amat baik pekerjaannya”. S 67 Al Mulk ayat 2. Artinya: yang manakah kamu yang
lebih banyak mengingati mati, yang lebih baik persiapan bagi mati dan yang
lebih takut dan menjaga diri bagi mati.
Hudzaifah berkata: “Tiadalah pada pagi dan sore, melainkan ada
penyeru yang menyerukan: “Hai manusia, yang berangkat, yang berangkat !”. Dan
dibenarkan, yang demikian oleh firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya ia salah satu
(berita) yang amat besar. Suatu peringatan bagi manusia. Bagi siapa diantara
kamu yg hendak maju ke muka atau mundur ke belakang”. S 74 Al Muddatstsir ayat
35 sampai 37, tentang mati.
Suhaim bekas budak Bani Tamim berkata: “Aku duduk dekat Amir
bin Abdullah dan dia itu sedang mengerjakan shalat. Lalu ia memendekkan
shalatnya. Kemudian, ia menghadapkan mukanya kepadaku, seraya berkata:
“Senangkanlah aku dengan hajat keperluanmu! bahwa aku ini bersegera”. Lalu aku
bertanya: “Apakah yang menyegerakan kamu ?”. Ia menjawab: “Malakul-maut.
Kiranya engkau dirahmati oleh Allah!”. Suhaim meneruskan ceritanya: “Lalu aku
bangun pergi daripadanya. Dan ia bangun berdiri kepada shalatnya”.
Daud Ath-Tha-i lalu dijalan. Maka seorang laki-laki bertanya
kepadanya dari hal hadits. Lalu Daud Ath-Tha-i menjawab: “Tinggalkan lah aku !
sesungguhnya aku menyegerakan akan keluar diriku”.
Umar ra berkata: “Pelan-pelan pada setiap sesuatu itu baik,
selain pada amal kebajikan bagi akhirat”. Al-Mundzir bin Tsa’labah berkata:
“Aku mendengar Malik bin Dinar berkata kepada dirinya: “Kasihan engkau !
bersegeralah sebelum engkau didatangi urusan ! kasihan engkau ! bersegeralah
sebelum engkau didatangi urusan !”. Sehingga ia mengulang-ulangi yang demikian
itu 60 kali. Aku mendengar yang demikian dan ia tidak melihat aku”.
Al-Hasan Al-Bashari mengatakan dalam pengajarannya:
“Bersegera-bersegera ! sesungguhnya bersegera itu adalah nafas, jikalau
ditahan, niscaya terputuslah daripada kamu amal perbuatanmu, yang kamu
mendekatkan diri dengan dia kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Allah mengasihi
manusia yang melihat kepada dirinya. Dan menangis atas bilangan dosanya”.
Kemudian, ia membaca ayat ini: “Sesungguhnya Kami menghitung bilangan bagi
mereka”. S 19 Maryam ayat 84. Yakni: nafas. Akhir bilangan, ialah keluar nyawa
engkau (nafas terakhir). Akhir bilangan, ialah berpisah dengan keluarga engkau.
Dan akhir bilangan ialah masuknya engkau dalam kuburan engkau.
Abu Musa Al-Asy’ari sebelum meninggal dunia,
bersungguh-sungguh sekali. Lalu dikatakan kepadanya: “Jikalau engkau menahan
diri atau sayang kepada diri engkau sedikit ?”. Ia lalu menjawab: “Bahwa kuda
apabila dilepaskan, lalu mendekati ujung tempat larinya, niscaya ia
mengeluarkan semua apa yang ada padanya. Dan yang tinggal dari ajalku adalah
kurang dari yang demikian”. Orang yang menceritakan ini, lalu meneruskan
ceritanya, bahwa Abu Musa Al-Asy’ari senantiasalah atas yang demikian, sehingga
ia meninggal dunia. Dan adalah ia mengatakan kepada isterinya: “Ikatlah
kendaraan engkau ! maka tidak adalah di atas jahannam itu tempat lalu”.
Sebahagian khalifah mengatakan di atas mimbar: “Hai hamba
Allah ! bertaqwalah kepada Allah menurut kesanggupanmu ! adalah hendaknya kamu
itu suatu kaum, yang diteriakkan kepada mereka. Lalu mereka bangun. Ketahuilah,
bahwa dunia itu tidaklah menjadi negeri ketetapan, maka carilah gantinya ! dan
bersiaplah bagi mati ! maka ia melindungi/menaungimu. Dan berangkatlah ! maka
mati itu bersungguh-sungguh dengan kamu. Bahwa kesudahan yang dikurangi oleh
sekejap mata dan yang diruntuhkan oleh sesaat, adalah patut dengan pendeknya
masa. Bahwa yang ghaib yang didapati oleh dua yang baru (malam dan siang)
adalah pantas dengan cepatnya kembali. Bahwa yang datang, yang menempati dengan
kemenangan atau ketidak-bahagiaan itu yang layak dimiliki bagi alat yang lebih
utama. Maka orang yang taqwa pada sisi Tuhannya, ialah
siapa yang menasehati dirinya, mendahulukan taubatnya dan mengalahkan nafsu
keinginannya. Bahwa ajalnya itu tertutup daripadanya. Angan-angannya
itu menipunya. Dan setan itu mewakilkan kepadanya, untuk berangan-angan taubat,
untuk dilakukannya nanti. Dan dihiaskan oleh setan kepadanya perbuatan maksiat,
untuk dikerjakannya. Sehingga diserang oleh kematiannya atas dirinya, yang
melalaikan apa yang ada dari kematian itu. Sesungguhnya tiadalah di antara
seseorang kamu dan sorga atau neraka, selain mati yang bertempat padanya. Maka
wahai penyesalan atas kelalaian ini, bahwa adalah umurnya menjadi alasan
atasnya. Dan bahwa dikembalikan hari-harinya kepada ketidak-bahagiaan baginya.
Kiranya Allah menjadikan kami dan kamu, dari orang yang tidak memandang mudah
akan nikmat. Tidaklah maksiat menteledorkannya daripada mentaati Allah. Dan
tidak bertempat padanya penyesalan sesudah mati. Bahwa Ia Maha Pendengar doa.
Dan bahwa di TanganNya kebajikan selalu, yang diperbuatNya bagi yang
dikehendakiNya”.
Sebahagian ahli tafsir (mufassir) mengatakan tentang firman
Allah Ta’ala: “Kamu mencelakakan dirimu sendiri”. Kata mufassir itu: “dengan
nafsu syahwat dan kelezatan-kelezatan”. “dan kamu menanti-nanti (kehancuran
kami)”. Kata mufassir itu: “dengan taubat”. “dan kamu ragu-ragu (terhadap janji
Allah)”. Kata mufassir itu: “dan kamu syak wasangka/buruk sangka”. “sampai
datang perintah Allah”. Kata mufassir itu: “mati”. “Dan yang amat pandai menipu
telah menipu kamu dari (menjalankan perintah) Allah”. Kata mufassir itu:
“setan”.
Kata Al-Hasan Al-Bashari: “Kamu bersabar dan berkeras,
sesungguhnya itu adalah hari-hari yang sedikit. Sesungguhnya kamu adalah
kendaraan yang berhenti, yang hampirlah bahwa dipanggilkan seseorang dari kamu.
Lalu ia memperkenankan dan tidak berpaling. Maka berpindahlah dengan yang baik
dari apa yang di hadapanmu !”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Tiadalah seseorang daripada kamu berpagi
hari, melainkan dia itu tamu dan hartanya pinjaman. Tamu itu akan berangkat.
Dan harta pinjaman itu akan dikembalikan”.
Abu ‘Ubaidah Al-Baji berkata: “Kami masuk ketempat Al-Hasan Al-Bashari
pada waktu sakitnya, yang ia meninggal dunia. Maka ia mengucapkan: “Selamat
datang kepada kamu sekalian. Kiranya kamu dihidupkan oleh Allah dengan selamat.
Dan ditempatkanNya kami dan kamu pada negeri ketetapan. Ini adalah hal terang
yang baik, jikalau kamu sabar, benar dan taqwa. Maka tiadalah keberuntungan
kamu dari kebajikan ini –kiranya kamu dirahmati oleh Allah- bahwa kamu
mendengarnya dengan telinga ini dan mengeluarkannya dari telinga ini.
Bahwa siapa yang melihat Muhammad saw, maka sesungguhnya ia melihatnya
yang berpagi hari dan bersore hari. Ia tidak meletakkan batu merah atas batu
merah dan tidak bambu atas bambu. Akan tetapi, diangkatkan baginya bendera,
maka ia berkekalan kepadanya –bersegera-bersegera dan lepas-lepas. Atas apakah
kamu berhenti ? kamu datang –demi Tuhan yang empunya Ka’bah - seakan-akan kamu
dan urusan itu bersama-sama. Allah merahmati akan hamba yang menjadikan hidup
itu kehidupan yang satu. Lalu ia makan yang hancur, ia pakai yang buruk, ia
melekarkan dirinya dengan bumi, ia bersungguh-sungguh pada ibadah, ia menangis
atas kesalahan, ia lari dari siksaan dan ia mencari rahmat, sehingga ajalnya
datang dan dia itu atas yang demikian”.
Berkata ‘Ashim bin Sulaiman Al-Ahwal: “Fudlail Ar-Raqqasyi
menjawab kepadaku dan aku bertanya kepadanya: “Hai saudara ini ! tidaklah
menyibukkan engkau oleh banyaknya manusia, dari diri engkau. Bahwa urusan itu
sampai kepada engkau, tidak kepada mereka. Jangan engkau mengatakan: “Aku pergi
ke sini dan ke sini ! maka habislah siang dari engkau pada tidak sesuatu. Bahwa
urusan itu terpelihara kepada engkau. Dan engkau tiada sekali-kali melihat
sesuatu yang lebih baik dicari dan yang lebih cepat diketahui, dari kebaikan
yang baru bagi dosa yang lama”.
BAB KETIGA: tentang sakratul-maut, kesukarannya dan yang
disunatkan dari hal-keadaan padanya.
Ketahuilah kiranya, bahwa jikalau tidak adalah di hadapan hamba yang patut
dikasihani itu kesusahan, kekacauan dan azab, selain semata-mata sakratul-maut,
sesungguhnya adalah yang demikian itu patut bahwa menjadi susahlah
kehidupannya, menjadi keruhlah kegembiraan nya dan ia dipisahkan dari kelupaan
dan kelalaiannya. Dan pada hakikat/maknanya, dengan panjanglah padanya
pikirannya. Dan besarlah baginya persediaannya. Lebih-lebih, bahwa
sakratul-maut itu berhampiran pada setiap diri. Sebagaimana kata sebahagian
hukama’: “Kesusahan di tangan yang selain engkau. Engkau tidak mengetahui,
kapan ia datang kepada engkau”.
Lukman berkata kepada anaknya: “Hai anakku ! urusan yang tiada
engkau ketahui, kapan ia menemui engkau. Bersedialah baginya sebelum ia dengan
tiba-tiba datang kepada engkau !”. Yang mengherankan, ialah bahwa manusia itu
jikalau berada dalam kesenangan yang sangat dan tempat-tempat duduk bagi
permainan yang lebih bagus, maka ia menunggu bahwa masuk kepadanya tentara.
Lalu memukulnya dengan 5 kali pukulan. Supaya keruhlah kesenangannya dan
rusaklah kehidupannya. Dan dia itu pada setiap diri dengan berhampiran, bahwa
masuk kepadanya malakul-maut dengan sakarat pencabutan nyawa. Dan manusia itu
lupa daripadanya. Maka tiadalah sebab bagi ini, selain kebodohan dan
keterperdayaan. Ketahuilah, bahwa kesangatan pedih mengenai sakratul-maut,
tiada diketahui dengan hakikat/maknanya, selain orang yang telah merasainya.
Dan siapakah yang tidak akan merasainya ? maka sesungguhnya diketahuinya itu,
adakalanya dengan perbandingan kepada kepedihan-kepedihan yang telah
diketahuinya. Dan adakalanya dengan mengambil dalil dengan hal-keadaan manusia
pada pencabutan nyawa (waktu naz’a), atas kesukaran yang ada mereka itu
padanya.
Adapun perbandingan yang dipersaksikan, maka yaitu, bahwa
setiap anggota badan tiada nyawa padanya. Maka ia tidak merasa dengan
kepedihan. Maka apabila ada padanya nyawa, niscaya yang merasakan kepedihan
itu, ialah: nyawa. Maka tatkala anggota badan kena luka atau terbakar, niscaya
menjalarlah bekasnya itu kepada nyawa. Maka dengan kadar yang menjalar kepada
nyawa itu, ia merasa kepedihan. Dan yang dirasakan dengan kepedihan itu
bercerai-berai kepada daging, darah dan bahagian-bahagian badan yang lain.
Maka tiada mengenai nyawa, selain dari sebahagian kepedihan.
Jikalau ada pada kepedihan-kepedihan itu yang mengenai diri nyawa dan tiada
menemui akan lainnya, maka alangkah besarnya kepedihan itu ! dan alangkah
susahnya ! dan pencabutan nyawa itu adalah ibarat dari kepedihan yang bertempat
pada diri nyawa. Maka ia menghabiskan semua bahagiannya. Sehingga tiada tinggal
lagi sebahagianpun dari bahagian-bahagian nyawa yang bertebaran pada kedalaman
badan, melainkan telah bertempat kepedihan padanya. Maka jikalau tertimpa
kepadanya duri, maka kepedihan yang didapatinya, hanya melalui pada sebahagian
dari nyawa, yang menemui tempat itu, yang telah kena duri. Sesungguhnya
besarlah bekas terbakar, karena bahagian-bahagian api itu menyelam pada
bahagian-bahagian badan yang lain. Maka tiada tinggal sebahagianpun dari
anggota badan yang terbakar, zahiriyah dan batiniyahnya, melainkan kena padanya
api. Lalu dirasakan oleh bahagian-bahagian ruhaniyah yang bertebaran pada
bahagian-bahagian daging lainnya.
Adapun luka, maka dia itu mengenai tempat yang disentuh oleh
besi saja. Maka adalah bagi yang demikian itu kepedihan luka. Tidak kepedihan
api. Maka kepedihan tercabutnya nyawa itu menyerang kepada diri nyawa itu
sendiri. Dan menghabiskan semua bahagian-bahagiannya. Dialah yang dicabut, yang
ditarik dari semua urat dari urat-urat badan, dari semua saraf dari urat-urat
saraf, setiap bahagian dari bahagian-bahagian badan dan sendi dari sendi-sendi
tubuh. Dan dari pangkal setiap rambut dan kulit, dari puncak kepala sampai kepada
tapak kaki. Maka janganlah anda tanyakan dari kesusahan dan kepedihan nya !
sehingga mereka mengatakan: bahwa mati itu lebih sakit dari pukulan dengan
pedang, gergaji dan guntingan dengan gunting. Karena terpotongnya badan dengan
pedang, hanya dirasakan pedih karena berhubungannya dengan nyawa. Maka
bagaimana apabila ada yang kena itu, yang langsung bagi diri nyawa ?
sesungguhnya yang dipukul itu meminta pertolongan dan memekik, karena masih ada
kekuatannya pada hati dan lidahnya. Dan sesungguhnya suara orang mati dan
pekikannya terputus serta kesangatan pedihnya, adalah karena kesusahan telah
bersangatan padanya. Mendaki ke hatinya. Dan sampai ke setiap tempat
daripadanya. Lalu menggoncang kan setiap kekuatan dan melemahkan setiap anggota
badan. Maka tidak tertinggal lagi baginya kekuatan untuk meminta pertolongan.
Adapun akal maka telah ditutupkan dan dikacaukannya. Adapun
lidah maka telah dikelukannya. Adapun sendi-sendi badan, maka telah dilemahkan nya.
Dan ia ingin, jikalau ia mampu kepada istirahat dengan mengeluh, menjerit dan
meminta pertolongan. Akan tetapi, ia tidak sanggup kepada yang demikian. Maka
jikalau masih ada padanya kekuatan, niscaya kekuatan itu memperdengarkan
baginya ketika pencabutan nyawa dan penghelaannya, akan bunyi dan berbalik-baliknya
nyawa dari kerongkongan dan dadanya. Dan telah berobah warnanya dan redup.
Sehingga seakan-akan telah menampak daripadanya tanah, yang menjadi asal
kejadiannya. Dan telah terhela daripadanya setiap urat atas kedayaannya. Maka
kepedihan itu berkembang di dalam dan di luarnya. Sehingga terangkatlah biji
matanya ke pelupuk matanya yang tertinggi. Terkupaslah dua bibirnya. Beralihlah
lidah dari dasarnya. Terangkatlah kedua buah pelirnya ke tempatnya yang
tertinggi. Dan hijaulah anak-anak jarinya. Maka tidak lembut lagi setiap urat
dari urat-uratnya, dari badan yang dihelakan daripadanya. Dan jikalau adalah
yang dihela itu satu urat, niscaya adalah kepedihannya lebih berat. Maka
bagaimana dan yang dihela itu adalah diri nyawa yang merasa kepedihan itu sendiri
? tidak dari satu urat, akan tetapi dari semua urat.
Kemudian, setiap anggota dari anggota-anggota badannya mati
berangsur-angsur. Lalu pertama-tama dingin dua tapak kakinya. Kemudian, dua
betisnya. Kemudian, dua pahanya. Dan bagi setiap anggota badan itu sakarat,
sesudah sakarat, kesusahan, sesudah kesusahan. Sehingga sampailah ia dengan
sakarat itu ke kerongkongan. Maka pada ketika itu, terputuslah pandangannya
dari dunia dan isinya. Dan terkuncilah pintu taubat baginya. Terliputilah
baginya kesedihan dan penyesalan.
Rasulullah saw bersabda: “Diterima taubat hamba itu sebelum
bulak-balik nyawa dalam kerongkongannya”. Mujahid berkata mengenai firman Allah
Ta’ala: “Dan tidaklah diterima taubat orang-orang yang mengerjakan kejahatan,
apabila sampai kematian datang kepada salah seorang mereka, baru mengatakan:
“Saya taubat sekarang”. S 4 An Nisaa’ ayat 18. Maka Mujahid mengatakan:
“Apabila ia melihat utusan-utusan. Maka ketika itu, tampaklah baginya halaman
wajah Malakul-maut. Maka janganlah engkau tanyakan rasa pahitnya mati dan
susahnya ketika berbaringan sakaratnya. Dan karena itulah, Rasulullah saw
berdoa: “Wahai Allah Tuhanku ! mudahkanlah kepada Muhammad sakaratul-maut !”.
Manusia sesungguhnya memohon perlindungan daripada kematian dan tidak memandangnya
besar. Karena bodohnya mereka dengan kematian itu. Bahwa segala sesuatu sebelum
terjadi sesungguhnya diketahui dengan cahaya
kenabian dan kewalian. Karena itulah, besarnya ketakutan nabi-nabi
as dan wali-wali dari kematian.
Sehingga nabi Isa as berkata: “Hai para sahabat ! berdoalah
kepada Allah Ta’ala bahwa Ia memudahkan kepadaku sakarat ini. Yakni: mati. Maka
sesungguhnya aku takut kepada kematian, sebagai ketakutan yang memberhentikan
aku oleh ketakutanku dari mati kepada mati”.
Diriwayatkan, bahwa satu rombongan dari kaum Bani Israil
melalui suatu pekuburan. Lalu sebahagian mereka berkata kepada sebahagian yang
lain: “Kalau kamu berdoa kepada Allah Ta’ala, bahwa Ia mengeluarkan bagi kamu
dari pekuburan ini seorang mayat, yang kamu bertanya kepadanya”. Mereka lalu
berdoa kepada Allah Ta’ala. Maka tiba-tiba di tengah-tengah mereka berdiri
seorang laki-laki dan diantara dua matanya bekas sujud yang keluar dari salah
satu kuburan. Lalu laki-laki itu berkata: “Hai kaumku ! apakah yang kamu
kehendaki daripadaku ? sesungguhnya aku telah merasai mati semenjak 50 tahun.
Tiada tenanglah kepahitan mati dari hatiku”.
‘Aisyah berkata: “Aku tiada iri hati kepada seseorang yang
dimudahkan kepadanya kematian, sesudah yang aku lihat dari kesukaran wafatnya
Rasulullah saw. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw berdoa: “Wahai Allah Tuhanku !
sesungguhnya Engkau mengambil nyawa dari antara urat, ruas dan anak-anak jari.
Wahai Allah Tuhanku ! maka tolonglah aku atas kematian dan mudahkanlah dia atas
aku !”.
Dari Al-Hasan Al-Bashari , bahwa Rasulullah saw menyebutkan
mati, kedukaan dan kepedihannya. Beliau bersabda: “Dia itu kadar 300 pukulan
dengan pedang”. Ditanyakan Nabi saw dari hal mati dan kesukarannya, maka beliau
menjawab: “Bahwa semudah-mudahnya mati adalah seperti duri dalam bulu. Maka
adakah keluar duri dari bulu, selain bersama duri itu bulu ?”.
Rasulullah saw masuk ke tempat seorang sakit. Kemudian beliau
bersabda: “Bahwa aku mengetahui apa yang ditemuinya. Tiadalah daripadanya suatu
urat, melainkan ia merasa pedih bagi kematian, atas ketajamannya”.
Adalah Ali ra menggerakkan kepada perang & berkata: “Jikalau
kamu tidak membunuh, niscaya kamu mati. Demi Allah, yang nyawaku di TanganNya!
sungguh 1000 pukulan dengan pedang itu lebih mudah atasku, daripada mati atas
tempat tidur”.
Al-Auza’i berkata: “Sampai kepada kami hadits, bahwa mayat itu
mendapat kepedihan mati, selama ia tidak dibangkitkan dari kuburnya”.
Syaddad bin Aus berkata: “Mati itu huru-hara yang terburuk didunia dan diakhirat
atas orang mu’min. Dan itu lebih berat dari gergajian dengan gergaji, guntingan
dengan gunting dan masakan dalam kuali. Dan jikalau mayat itu dibangkitkan dari
kubur, lalu ia menerangkan kepada penduduk dunia dengan kematian, niscaya
mereka tiada mengambil manfaat dengan kehidupan dan tidak mengambil kesenangan
dengan tidur”.
Dari
Zaid bin Aslam, dari ayahnya, yang mengatakan: “Apabila masih tinggal atas
orang mu’min dari derajatnya, sesuatu yang tidak sampai kepadanya dengan
amalnya, niscaya berkeraslah kematian atasnya, supaya sampai ia dengan
sakratul-maut dan kesukarannya akan derajatnya dalam sorga. Dan apabila ada
bagi orang kafir perbuatan yang baik (ma’ruf) yang ia tidak memperoleh balasan,
niscaya dimudahkan kepadanya pada kematian. Supaya sempurnalah pahala perbuatan
baiknya. Lalu jadi ia ke neraka”.
Dari sebahagian mereka, bahwa ia bertanya kepada kebanyakan
orang sakit: “Bagaimana kamu akan mendapatkan kematian ?”. Tatkala ia sakit,
lalu ditanyakan kepadanya: “Engkau, bagaimana akan mendapati kematian itu ?”.
Maka ia menjawab: “Seakan-akan langit itu berlapis atas bumi. Dan seolah-olah
diriku keluar dari lobang jarum”.
Nabi saw bersabda: “Mati dengan mendadak itu kesenangan bagi
orang mu’min dan kesedihan bagi orang zalim”.
Diriwayatkan dari Makhul, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jikalau
sehelai rambut dari rambut mayat diletakkan atas penduduk lagit dan bumi,
niscaya mereka mati dengan izin Allah Ta’ala”. Karena pada setiap helai rambut
itu kematian. Dan tiada terjadi kematian dengan sesuatu, selain dia telah mati.
Diriwayatkan, bahwa jikalau setitik dari kepedihan mati itu diletakkan atas
bukit-bukit dunia semuanya, niscaya hancurlah bukit-bukit itu.
Diriwayatkan, bahwa Ibrahim as tatkala meninggal, maka Allah Ta’ala
berfirman kepadanya: “Bagaimana engkau mendapati mati, hai khalilKu ?”. Ibrahim
as menjawab: “Seperti besi membakar daging, yang diletakkan dalam bulu yang
basah, kemudian ditarik”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Adapun sesungguhnya
Kami telah memudahkannya kepada engkau”.
Diriwayatkan dari Musa as, bahwa tatkala telah jadilah ruhnya
kepada Allah Ta’ala, maka Tuhannya berfirman kepadanya: “Hai Musa ! bagaimana
engkau mendapati mati ?”. Musa as menjawab: “Aku mendapati diriku seperti
burung pipit, ketika digoreng di atas tempat gorengan. Ia tidak mati, lalu
dapat beristirahat dan ia tidak lepas, lalu ia terbang”. Diriwayatkan dari Musa
as bahwa ia berkata: “Aku dapati diriku seperti kambing yang hidup, yang
dikuliti dengan tangan pemotong hewan”.
Diriwayatkan dari nabi saw, bahwa ada di sisi Nabi saw segelas
air ketika wafat. Maka beliau memasukkan tangannya dalam air. Kemudian, beliau
menyapu dengan tangannya akan mukanya. Dan bersabda: “Wahai Allah Tuhanku !
mudahkanlah atasku sakratul-maut !”. Fatimah ra berkata:“Wahai kesusahan bagi
kesusahan engkau, hai ayahku !”.Nabi saw menjawab: “Tiada kesusahan ayah engkau
sesudah hari ini”.
Umar ra berkata kepada Ka’bul-Ahbar: “Hai Ka’ab ! terangkanlah
kepada kami dari hal mati !”. Ka’ab lalu menjawab: “Wahai Amirul-mu’minin !
bahwa mati itu seperti ranting yang banyak duri, yang dimasukkan dalam rongga
badan seseorang dan setiap duri itu diambil dengan akarnya. Kemudian, ditarik
oleh seorang laki-laki yang kuat dengan sekali tarik. Maka diambillah apa yang
telah diambil dan ditinggalkan apa yang ditinggalkan”.
Nabi saw bersabda: “Bahwa hamba itu sesungguhnya mengobati
kesusahan mati dan sakratul-maut. Dan bahwa sendi-sendi tubuhnya memberi salam,
oleh sebahagiannya kepada sebahagian yang lain. Ia mengatakan: “kepadamu salam
sejahtera ! engkau akan berpisah dengan aku dan aku akan berpisah dengan engkau
sampai hari kiamat”.
Maka inilah sakratil-maut atas wali-wali Allah Ta’ala dan
kekasih-kekasihNya. Maka apakah hal kita dan kita ini terjerumus dalam
perbuatan-perbuatan maksiat dan menguasai atas kita serta sakratil-maut oleh
sisa dari bencana-bencana ? bahwa bencana kematian itu 3:
Pertama: Kerasnya pencabutan nyawa (naz’a),
sebagaimana telah kami sebutkan dahulu.
Bencana kedua: Menyaksikan rupa Malakul-maut,
masuknya kengerian dan ketakutan daripadanya itu kepada mati. Maka jikalau
orang yang paling kuat melihat rupa Malakul-maut yang mengambil nyawa hamba
yang berdosa, niscaya ia tidak sanggup melihatnya.
Diriwayatkan dari Ibrahim as bahwa ia bertanya kepada
Malakul-maut: “Adakah engkau sanggup memperlihatkan kepadaku rupa engkau, yang
engkau ambil atas rupa itu ruh orang yang zalim ?”. Ibrahim menyambung
pertanyaannya: “Tiada sanggupkah engkau yang demikian ?”. Malakul-maut
menjawab: “Sanggup !”. Malakul-maut lalu menyambung: “Berpalinglah daripadaku
!”. Nabi Ibrahim as lalu berpaling daripadanya. Kemudian, menoleh kembali.
Tiba-tiba dilihatnya Malakul-maut itu seorang laki-laki hitam, keriting
rambutnya, busuk baunya, hitam kainnya, yang keluar dari mulutnya dan lobang
hidungnya lidah api dan asap. Maka pingsanlah Ibrahim as. Kemudian, ia sembuh.
Dan kembali Malakul-maut itu kepada bentuknya yang semula. Lalu Ibrahim as
berkata: “Hai Malakul-maut ! jikalau tidak dijumpai oleh orang yang zalim
ketika mati, selain bentuk mukamu, niscaya adalah yang demikian itu memadai”.
Diriwayatkan Abu Hurairah dari Nabi saw, bahwa nabi Daud as
adalah seorang laki-laki yang cemburu. Adalah dia, apabila ia keluar dari
rumahnya, ia menguncikan pintu-pintunya. Maka pada suatu hari ia menguncikan
pintu rumahnya dan ia keluar. Lalu isteri Daud as melihat dari atas. Tiba-tiba
ia melihat dalam rumah itu seorang laki-laki. Maka ia bertanya: “Siapakah yang
memasukkan laki-laki ini ? jikalau datanglah Daud, niscaya laki-laki ini akan
mendapati kesukaran dari Daud”. Maka datanglah Daud. Lalu dilihatnya laki-laki
itu, seraya bertanya: “Siapakah engkau ?”. Laki-laki itu menjawab: “Aku yg
tidak takut kepada raja-raja. Dan tidaklah hijab (dinding) yang mencegah
daripadaku”. Nabi Daud as lalu berkata: “Jadi, engkau ini adalah Malakul-maut!”.
Dan Daud as duduk di belakang tempatnya”.
Diriwayatkan, bahwa Isa as lalu dekat tengkorak manusia. Lalu
dipukulnya dengan kakinya, seraya berkata: “Berkatalah dengan izin Allah !”.
Tengkorak itu lalu menjawab: “Hai Ruh Allah ! aku ini raja zaman anu dan anu.
Sewaktu aku duduk dalam kerajaanku, atasku mahkotaku dan kelilingku tentaraku
dan pengiringku, atas mahligai kerajaanku, tiba-tiba tampak bagiku Malakul-maut.
Lalu hilanglah daripadaku setiap anggota badan atas dayanya. Kemudian,
keluarlah diriku kepadanya. Maka wahai kiranya, apa yang ada dari kumpulan itu,
adalah dia bercerai. Wahai kiranya, apa yang ada dari yang demikian jinak itu,
adalah dia menjadi liar”. Inilah malapetaka yang dijumpai oleh orang-orang yang
mengerjakan perbuatan maksiat dan dijaga oleh orang-orang yang mengerjakan
taat. Dan telah diceritakan oleh nabi-nabi akan semata-mata sakrat nyawa tanpa
ketakutan yang dijumpai oleh orang yang menyaksikan bentuk Malakul-maut seperti
yang demikian. Dan jikalau dilihatnya (diimpikannya) dalam tidurnya pada suatu
malam, niscaya sempitlah sisa umurnya kepadanya. Maka bagaimana dengan
dilihatnya pada seumpama demikian keadaan ? Adapun orang yang taat, maka ia
melihat Malakul-maut itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan
secantik-cantiknya.
Diriwayatkan ‘Akramah dari Ibnu Abbas, bahwa Ibrahim as adalah
seorang laki-laki pencemburu. Ia mempunyai sebuah rumah, yang dia beribadah
padanya. Apabila ia keluar, maka dikuncikannya rumah itu. Pada suatu hari, ia
pulang ke rumah tersebut. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dalam rumah. Maka ia
bertanya: “Siapakah yang memasukkan kamu ke rumahku ?”. Laki-laki itu menjawab:
“Dimasukkan aku ke dalam rumah ini oleh Yang Empunya rumah ini”. Ibrahim lalu
menjawab: “Aku yang punya rumah ini”. Laki-laki itu menjawab pula: “Dimasukkan
aku ke rumah ini oleh Yang Lebih memiliki rumah ini, dari aku dan dari engkau”.
Ibrahim lalu bertanya: “Apakah engkau dari malaikat ?”. Laki-laki tersebut
menjawab: “Aku Malakul-maut”. Ibrahim as lalu berkata: “Adakah engkau sanggup memperlihatkan
kepadaku, rupa yang engkau mengambil nyawa orang mu’min dalam rupa itu ?”.
Laki-laki itu menjawab: “Ya sanggup ! maka berpalinglah daripadaku !”. Nabi
Ibrahim as lalu berpaling, kemudian ia melihat kembali. Maka tiba-tiba
laki-laki itu seorang pemuda. Maka disebutkannya dari kebagusan wajahnya,
kainnya dan keharuman baunya. Lalu Ibrahim berkata: “Hai Malakul-maut ! jikalau
tidak ditemui oleh orang mu’min ketika mati, selain rupa engkau, niscaya
mencukupilah”.
Sebahagian dari malapetaka itu menyaksikan dua malaikat
penjaga. Wahib berkata: “Sampai kepada kami hadits, bahwa tiadalah dari seorang
mayat yang mati, sehingga dua malaikat penulis amal, lihat-lihat akan amalnya.
Jikalau yang mati itu orang yang taat, niscaya kedua malaikat tersebut berkata
kepadanya: “Kiranya Allah membalas engkau kebajikan dari kami. Maka banyaklah
majelis kebenaran engkau dudukkan kami. Dan amal shalih engkau kemukakan kepada
kami”. Dan jikalau yang mati itu orang zalim, niscaya kedua malaikat tersebut
mengatakan kepadanya: “Tidak dibalaskan engkau oleh Allah akan kebajikan
daripada kami. Maka banyaklah majelis jahat, engkau dudukkan kami. Dan amal
yang tidak shalih engkau kemukakan kepada kami dan perkataan keji, engkau
memperdengarkan kepada kami. Maka tidaklah Allah membalaskan engkau akan
kebajikan daripada kami”. Maka yang demikian itu bentuk pandangan mayat kepada
kedua malaikat tersebut. Dan mayat itu tiada akan kembali ke dunia untuk
selama-lamanya.
Malapetaka ketiga:
orang-orang maksiat menyaksikan tempatnya dari neraka. Dan takutnya mereka
sebelum menyaksikan. Bahwa mereka dalam hal sakarat, telah lumpuhlah kekuatan nya
dan nyawanya sudah menyerah untuk keluar. Dan nyawa mereka itu tidak akan
keluar, selama mereka belum mendengar bunyi suara Malakul-maut, dengan salah
satu dari dua kabar gembira. Adakalanya: Bergembiralah hai musuh Allah dengan
neraka ! Atau: Bergembiralah hai wali Allah dengan sorga ! dan dari inilah
adanya takut orang-orang yang berakal.
Dan Nabi saw bersabda: “Tiada akan keluar seseorang kamu dari
dunia, sehingga ia mengetahui ke mana jadinya. Dan sehingga ia melihat tempat
duduknya dari sorga atau neraka”. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa menyukai
bertemu dengan Allah, niscaya Allah menyukai bertemu dengan dia. Dan
barangsiapa tiada menyukai bertemu dengan Allah, niscaya Allah tiada menyukai
bertemu dengan dia”. Mereka lalu berkata: “Semua kami tidak menyukai mati”.
Nabi saw lalu bersabda: “Tidaklah itu dengan itu. Sesungguhnya orang mu’min
apabila direnggangkan baginya, dari yang ia datang kepadanya, niscaya ia
menyukai bertemu dengan Allah dan Allah menyukai bertemu dengan dia”.
Diriwayatkan, bahwa Hudzaifah bin Al-Yaman berkata kepada Ibnu
Mas’ud yaitu ketika dia diakhir malam: “Bangunlah & lihatlah, saat apa
sekarang!”. Ibnu Mas’ud lalu bangun berdiri. Kemudian datang kepada Hudzaifah
bin Al-Yaman, seraya berkata: “Sudah terbit yang merah”. Hudzaifah lalu
menjawab: “Aku berlindung dengan Allah, dari Shubuh ke neraka”.
Marwan masuk ke tempat Abu Hurairah. Maka berdoa Marwan:
“Wahai Allah Tuhanku ! ringankanlah daripadanya !”. Lalu Abu Hurairah menjawab:
“Wahai Allah Tuhanku ! keraskanlah !”. Kemudian, Abu Hurairah menangis. Dan
berkata: “Demi Allah ! aku tidak menangis, karena gundah kepada dunia dan tidak
karena susah berpisah dengan kamu. Akan tetapi, aku menunggu salah satu dari
dua berita gembira dari Tuhanku, dengan sorga atau dengan neraka”.
Diriwayatkan pada hadits dari Nabi saw, bahwa ia bersabda:
“Bahwa Allah apabila meridhai seorang hamba, niscaya berfirman: “Hai
Malakul-maut ! pergilah kepada si Anu, maka datangkanlah kepadaKu dengan
nyawanya ! supaya Aku senangkan dia menurutKu, dari amalnya, yang telah Aku
cobakan dia. Lalu Aku mendapatinya di mana Aku sukai”. Maka turunlah
Malakul-maut dan bersamanya 500 malaikat. Dan bersama mereka batang-batang
bunga yang harum dan pokok-pokok za’faran. Masing-masing dari mereka
digembirakannya dengan kegembiraan, selain kegembiraan temannya. Dan berdirilah
para malaikat dua baris untuk mengeluarkan nyawanya, yang bersama mereka itu
bau yang harum. Maka apabila dipandang kepada mereka oleh Iblis, niscaya Iblis
itu meletakkan tangannya di atas kepalanya. Kemudian, ia memekik”.
Nabi saw meneruskan sabdanya: “Lalu berkata kepada Iblis itu
tentaranya: “Bagaimana engkau hai penghulu kami ?”. Iblis itu lalu menjawab:
“Apakah tidak kamu melihat, apa yang diberikan kepada hamba ini dari kemuliaan
? di manakah adanya kamu dari orang ini ?”. Tentara Iblis itu menjawab: “Kami
telah bersungguh-sungguh mengganggu orang tersebut. Maka adalah dia terpelihara
dari kesalahan”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata:“Tiada kesenangan bagi orang
mu’min, selain pada bertemu dengan Allah Ta’ala. Maka hari kematian itu hari
kegembiraan, kesenangan, keamanan, kemegahan dan kemuliaannya”.
Ditanyakan kepada Jabir bin Zaid ketika ia akan wafat: “Apakah
yang engkau ingini ?”. Jabir menjawab: “Memandang kepada Al-Hasan Al-Bashari ”.
Tatkala Al-Hasan Al-Bashari masuk ke tempatnya, lalu dikatakan kepadanya: “Ini
Al-Hasan !”. Lalu Jabir mengangkatkan matanya kepada Al-Hasan, kemudian
berkata: “Hai saudaraku ! saat –demi Allah- yang aku akan berpisah dengan kamu
ke neraka atau ke sorga”.
Muhammad bin Wasi’ berkata ketika akan wafat: “Hai saudaraku !
kepadamu salam sejahtera, ke neraka atau dimaafkan oleh Allah”. Sebahagian
mereka berangan-angan, bahwa tinggallah ia dalam nyawa/naz’a selama-lamanya. Ia
tidak dibangkitkan untuk pahala dan untuk siksa. Maka ketakutan kepada
su-ul-khatimah (buruk kesudahan) itu memotong hati orang-orang ‘arifin. Dan itu
adalah sebahagian dari bala-bencana yang besar ketika mati. Dan telah kami
sebut kan dahulu ma’na su-ul-khatimah dan kesangatan takutnya orang-orang ‘arifin
daripadanya, pada “Kitab Takut dan Harap”. Dan itu layak dengan tempat ini.
Akan tetapi, kami tiada akan memanjangkan menyebut dan mengulanginya.
PENJELASAN: yang disunatkan dari hal keadaan orang yang
mendekati mati, ketika mati.
Ketahuilah kiranya, bahwa yang disukai ketika mati dari rupa orang yang
akan mati (muhtadlar), ialah: ketenangan dan tak bergerak (diam). Dan dari
lidahnya, bahwa ia mengucapkan kalimah syahadah. Dan dari hatinya, bahwa adalah
dia baik sangka dengan Allah ta’ala. Adapun bentuk, maka diriwayatkan dari Nabi
saw, bahwa beliau bersabda: “Perhatikanlah mayat pada 3 hal:
-
Apabila berpeluh dahinya,
-
berair mata kedua matanya dan
-
kering kedua bibirnya. Maka yang 3 itu
adalah dari rahmat Allah yang turun kepadanya.
-
Dan apabila ia berdengkur seperti
dengkurnya orang yang tercekek, merah warnanya dan pucat kedua bibirnya, maka
itu adalah dari azab Allah, yang turun kepadanya”.
-
Adapun lancarnya lidah dengan
pengucapan kalimah syahadah, maka itu adalah tanda kebajikan.
Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ajarkanlah
orang yang dekat kepada mati dari kamu, dengan: “Laa ilaaha illallaahu”. Pada
suatu riwayat dari Hudzaifah tersebut: “Maka kalimah itu menghancurkan segala
kesalahan yang sebelumnya”.
Usman ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mati
dan ia tahu, bahwa tiada Tuhan yang disembah, selain Allah, niscaya ia masuk
sorga”. Kata ‘Ubaidullah: “dan ia mengaku”. Usman ra berkata: “Apabila orang
yang akan meninggal sudah dalam keadaan muhtadlar (sudah mendekati meninggal),
maka talqinkanlah (ajarkanlah) dia: Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan yang
disembah, selain Allah). Sesungguhnya tiadalah dari seorang hamba, yang
disudahkan (memperoleh khatimah) baginya dengan “Laa ilaaha illallaah” ketika
kematiannya, melainkan adalah perbekalannya ke sorga”.
Umar ra berkata: “Kunjungilah orang-orang kamu yang akan
meninggal dan peringatilah mereka ! maka sesungguhnya mereka melihat yang tiada
kamu lihat. Dan talqinkanlah mereka akan kalimah “Laa ilaaha illallaah”.
Abu Hurairah berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Malakul-maut datang kepada orang yang akan mati. Lalu ia memperhatikan pada
hatinya, maka tidak didapatinya pada hatinya itu sesuatu. Lalu Malakul-maut itu
membuka kedua rahangnya. Maka didapatinya tepi lidahnya menempel dengan
langit-langitnya, yang mengucapkan: Laa ilaaha illallaahu, maka diampunkan
baginya dengan kalimah Al-Ikhlas itu”. Dan seyogyalah bagi yang mentalqinkan,
bahwa ia tidak memaksakan pada pentalqinan itu. Akan tetapi, ia
berlemah-lembut. Maka kadang-kadang lidah orang sakit itu tidak dapat
menuturkan lagi. Maka sukarlah yang demikian kepadanya. Dan membawa talqin itu
kepada memberatinya, dan tiada disukainya kalimah itu. Dan ditakuti bahwa
adalah yang demikian itu menjadi sebab su-ul-khatimah (buruk kesudahan).
Sesungguhnya makna kalimah tersebut, ialah bahwa mati orang itu dan tidak ada
dalam hatinya, sesuatu selain Allah. Maka apabila tidak ada lagi baginya yang
dicari, selain Yang Maha Esa, Yang Benar, niscaya adalah kedatangan nya dengan
mati kepada Yang Dicintainya itu penghabisan nikmat bagi dirinya. Dan jikalau
adalah hati itu tergila dengan dunia, berpaling kepadanya, merasa sedih atas
hilang kelezatannya dan kalimah itu atas ujung lidah dan tidak sepakat hati
atas pentahkikannya, niscaya jatuhlah urusan itu dalam bahaya kehendak: Bahwa
semata-mata gerakan lidah itu sedikit faedahnya, kecuali bahwa Allah Ta’ala
mengurniakan dengan makbul/dijabah.
Adapun baik sangka, maka itu disunatkan pada waktu ini. Dan kami
sebutkan yang demikian pada Kitab Harap. Dan telah datang hadits-hadits dengan
keutamaan baik sangka dengan Allah.
Watsilah bin Al-Asqa’ masuk ke tempat orang sakit. Lalu ia
berkata: “Katakanlah kepadaku, bagaimana sangkamu dengan Allah ?”. Orang sakit
itu menjawab: “Ditenggelamkan aku oleh dosa-dosaku dan aku hampir binasa. Akan
tetapi, aku mengharap rahmat Tuhanku”. Watsilah lalu mengucapkan takbir dan
keluarga rumah itu bertakbir dengan sebab takbirnya Watsilah. Ia mengatakan:
“Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Aku pada sangkaan hambaKu dengan Aku. Maka hendaklah ia
menyangka dengan Aku akan apa yang dikehendakinya”.
Nabi saw masuk ke tempat seorang pemuda dan pemuda itu akan
meninggal dunia. Maka Nabi saw bertanya: “Bagaimana engkau mendapati diri
engkau ?”. Pemuda itu menjawab: “Aku mengharap Allah dan aku takut akan
dosa-dosaku”. Nabi saw lalu bersabda: “Tiada berkumpul keduanya harap dan takut
itu dalam hati hamba, pada seperti tempat ini, selain yang diberikan oleh Allah
kepadanya akan yang diharapnya. Dan diamankannya oleh Allah dari yang
ditakutinya”.
Tsabit Al-Bannani berkata: “Ada seorang pemuda sangat suka
bermain-main. Ia mempunyai ibu yang banyak memberi pengajaran kepadanya. Ibunya
berkata kepadanya: “Hai anakku ! engkau sesungguhnya mempunyai hari. Maka
ingatkanlah akan hari engkau itu !”. Maka tatkala turun perintah Allah Ta’ala
kepadanya, maka ibunya menelungkup atasnya. Dan ibu itu mengatakan kepadanya:
“Hai anakku ! aku sudah memperingatkan engkau akan terpelantingnya engkau yang
ini. Dan aku mengatakan, bahwa engkau mempunyai hari”. Pemuda itu lalu
menjawab: “Hai ibuku ! bahwa aku mempunyai Tuhan yang banyak kebaikanNya. Bahwa
aku mengharap bahwa IA tidak menindakkan aku pada hari ini, akan sebahagian
kebaikanNya”. Tsabit meneruskan ceritanya: “Maka
Allah merahmatinya dengan baik sangkanya dengan Tuhannya”.
Jabir bin Wada’ah berkata: “Ada seorang pemuda yang suka
berbuat keji. Lalu ia sakit yang membawa kepada ajalnya. Maka ibunya berkata
kepadanya: “Hai anakku ! tinggalkanlah wasiat dengan sesuatu”. Anak muda itu
menjawab: “Ya, cincinku jangan engkau membukanya. Sesungguhnya pada cincin itu
ada dzikir kepada Allah Ta’ala. Maka mudah-mudahan Allah merahmati akan aku”.
Maka tatkala ia telah dikuburkan, lalu ia dimimpikan. Pemuda yang dimimpikan
itu berkata: “Terangkanlah kepada ibuku, bahwa kalimah itu telah bermanfaat
bagiku. Allah telah mengampunkan bagiku”.
Seorang Arab dusun sakit. Lalu dikatakan kepadanya: “Bahwa
engkau akan mati”. Arab dusun itu lalu bertanya: “Kemana aku akan dibawa ?”.
Mereka itu menjawab: “Kepada Allah”. Arab dusun itu lalu berkata: “Maka
tidaklah aku benci, bahwa aku dibawa kepada Yang Tidak terlihatkan kebajikan,
selain daripadaNya”.
Abu Muhammad Mu’tamar bin Sulaiman berkata: “Ayahku mengatakan
kepadaku, tatkala beliau hampir wafat: “Hai Mu’tamar ! berbicaralah dengan aku
secara mudah ! semoga aku menemui Allah ‘Azza Wa Jalla dan aku baik sangka
dengan Dia”. Mereka menyukai, bahwa disebutkan bagi hamba akan kebaikan amalnya
ketika matinya. Supaya baiklah sangkanya dengan Tuhannya.
PENJELASAN: Keluhan ketika bertemu dengan Malakul-maut dengan
cerita-cerita yang dilahirkan oleh lisan keadaan (lisanul-hal) daripadanya.
Asy-ats bin Aslam berkata: “Ibrahim as bertanya kepada
Malakul-maut dan namanya ‘Izrail. Ia mempunyai dua mata. Satu pada mukanya dan
satu pada kuduknya. Nabi Ibrahim as berkata: “Hai Malakul-maut ! apa yang
engkau perbuat, apabila ada satu nyawa di Timur dan satu nyawa di Barat.
Terjadi penyakit kolera di suatu daerah di bumi ini. Dan bertemu dua barisan
perang. Bagaimana engkau berbuat ?”. Malakul-maut itu menjawab: “Aku panggil
nyawa-nyawa itu dengan izin Allah. Maka adalah dia diantara dua anak jari ini”.
Asy-ats bin Aslam berkata: “Telah didekatkan bumi itu bagi Malakul-maut. Lalu
tinggal seperti baki diantara 2 tangannya. Dan diambilnya daripadanya akan yang
dikehendakinya”. Asy-ats meneruskan riwayatnya: “Dialah yang memberikan khabar
gembira, bahwa dia khalilullah (khalil Allah) ‘Azza wa Jalla”.
Nabi Sulaiman bin Daud as bertanya kepada Malakul-maut:
“Mengapakah aku tidak melihat engkau berlaku adil diantara manusia ? engkau
ambilkan si Ini dan engkau tinggalkan si Ini ?”. Malakul-maut itu menjawab:
“Tiadalah aku dengan yang demikian itu lebih mengetahui dari engkau.
Sesungguhnya itu adalah lembar-lembar atau buku-buku yang dilemparkan kepadaku,
yang di dalamnya ada nama-nama”.
Wahab bin Munabbih berkata: “Adalah salah seorang raja
bermaksud berkendaraan ke suatu daerah di bumi. Maka dimintanya pakaian untuk
dipakai nya. Lalu tidak menakjubkannya. Maka dimintanya pakaian yang lain.
Sehingga dipakainya yang menakjubkannya sesudah berkali-kali. Begitupula
dimintanya binatang kendaraan. Maka dibawa kepadanya. Lalu tidak
menakjubkannya. Sehingga dibawa beberapa ekor binatang kendaraan. Maka
dikendarainya yang terbagus daripadanya. Lalu datanglah Iblis, maka
dihembuskannya dalam lobang hidung raja itu sekali hembus. Lalu penuhlah dia
dengan kesombongan. Kemudian raja itu berjalan dan berjalan sertanya semua kuda
kendaraannya. Ia tidak melihat kepada manusia, karena sombongnya. Maka
datanglah kepada raja itu, seorang laki-laki buruk keadaannya. Laki-laki itu
memberi salam, lalu raja itu tidak menjawab salam laki-laki itu. Laki-laki itu
memegang kekang binatang kendaraannya. Maka raja itu lalu berkata: “Lepaskan
kekang ! engkau telah berbuat persoalan besar”. Laki-laki itu berkata: “Aku ada
keperluan kepadamu”. Raja itu menjawab: “Sabar, sampai aku turun”. Laki-laki
itu menjawab: “Tidak ! sekarang juga”. Maka laki-laki itu memaksakan raja itu
atas kekang binatang kendaraannya. Lalu raja itu berkata: “Sebutkanlah
keperluanmu itu !”. Laki-laki itu menjawab: “Rahasia !”. Maka raja itu
mendekatkan kepalanya kepada laki-laki itu. Lalu laki-laki itu membisikkan
kepada raja itu dan mengatakan: “Aku Malakul-maut !”. Maka berobahlah warna
raja dan gemetarlah lidahnya. Kemudian ia mengatakan: “Tinggalkanlah aku,
sehingga aku kembali kepada keluargaku. Aku tunaikan hajatku dan aku tinggalkan
mereka”. Malakul-maut itu menjawab: “Tidak ! demi Allah, engkau tiada akan
melihat keluarga engkau dan kelengkapan perjalanan engkau untuk
selama-lamanya”. Malakul-maut itu mengambil nyawa raja itu. Lalu raja itu
jatuh, seakan-akan sepotong kayu.
Kemudian, Malakul-maut itu pergi. Maka ia bertemu dengan
seorang hamba mu’min dalam demikian keadaan. Lalu ia memberi salam kepada hamba
itu dan menjawab salamnya. Maka ia berkata: “Bahwa aku mempunyai hajat
keperluan kepada engkau, yang akan aku sebutkan pada telinga engkau”. Orang mu’min
itu menjawab: “Marilah sebutkan !”. Malakul-maut itu membisikkan, seraya
berkata: “Aku Malakul-maut”. Orang mu’min itu lalu mengatakan: “Selamat datang
kepada yang telah lama perginya daripadaku. Demi Allah ! tidak ada di bumi ini
orang yang pergi jauh, yang lebih aku ingin menjumpainya, daripada engkau”.
Maka Malakul-maut menjawab: “Laksanakanlah hajat keperluan engkau, yang engkau
keluar kepadanya”. Orang mu’min itu menjawab: “Tiada bagiku keperluan, yang
lebih besar padaku dan tiada aku cintai, selain bertemu dengan Allah Ta’ala”.
Malakul-maut menjawab: “Pilihlah, atas keadaan mana, yang engkau kehendaki
bahwa aku mengambil nyawa engkau”. Orang mu’min itu lalu menjawab:“Sanggupkah
engkau atas yang demikian? Malakul-maut itu menjawab: “Ya sanggup ! sesungguhnya
aku disuruhkan dengan yang demikian”. Orang mu’min itu berkata: “Tinggalkanlah aku, sehingga aku mengambilkan wudhu’ dan
mengerjakan shalat. Kemudian, ambillah nyawaku dan aku sedang sujud”.
Maka Malakul-maut itu mengambil nyawanya orang mu’min itu sedang sujud.
Abubakar bin Abdullah Al-Mazani berkata: “Seorang laki-laki
dari kaum Bani Israil mengumpulkan harta. Maka tatkala ia hampir mati, lalu
dikatakannya kepada anak-anaknya: “Perhatikanlah kepadaku akan segala jenis
hartaku !”. Lalu dibawakan kepadanya dengan jumlah yang banyak dari kuda, unta,
budak dll. Maka tatkala dilihatnya, lalu ia menangis karena kekesalan hatinya.
Malakul-maut melihat orang itu menangis, lalu bertanya: “Apakah yang membawa
engkau maka menangis ? maka demi Tuhan yang menganugerahkan engkau akan harta !
tiadalah aku keluar dari tempat engkau, sehingga aku ceraikan diantara nyawa
engkau dan badan engkau”. Orang Israil itu menjawab: “Berilah aku tempo,
sehingga aku bagi-bagikan harta itu !”. Malakul-maut menjawab: “Amat jauh dari
yang demikian! telah terputuslah ketangguhan tempo dari engkau. Bukankah ada
yang demikian itu sebelum datang ajal engkau?”. Lalu Malakul-maut itu mengambil
nyawanya. Diriwayatkan, bahwa seorang laki-laki mengumpulkan harta, lalu
dipeliharanya betul-betul. Ia tidak meninggalkan sejenispun dari harta,
melainkan diambilnya. Ia membangun istana dan dibuatnya padanya dua pintu yang
sangat kokoh. Dikumpulkannya pada istana itu pengawal-pengawal dari hamba
sahayanya. Kemudian, dikumpulkannya keluarganya dan dibuatnya bagi mereka
makanan. Dan ia duduk di atas tempat tidur. Diangkatnya salah satu dari kedua
kakinya atas kaki yang lain. Dan mereka itu makan. Tatkala mereka itu sudah
selesai makan, lalu laki-laki itu berkata: “Hai diri ! bernikmat-nikmatlah untuk
beberapa tahun ! telah aku kumpulkan bagi engkau, apa yang memadai bagi
engkau”. Belum lagi selesai laki-laki itu dari pembicaraannya, sehingga
datanglah kepadanya Malakul-maut, dalam keadaan seorang laki-laki, yang baginya
dua potong kain buruk. Dan pada lehernya karung makanan kuda. Ia menyerupai
dengan orang-orang miskin. Malakul-maut itu mengetuk pintu dengan sangat keras,
yang menakutkan laki-laki itu. Dan dia berada di atas tempat tidurnya. Lalu
melompatlah budak-budak laki-laki itu kepada Malakul-maut, seraya mereka itu
bertanya: “Apa kerjamu ini?”. Malakul-maut itu lalu menjawab: “Aku panggil
kepadaku tuanmu”. Budak-budak itu menjawab: “Kepada orang yang seperti engkau
ini, tuan kami akan keluar ?”. Malakul-maut menjawab: “Ya !”. Lalu mereka menerangkan
yang demikian kepada tuannya. Tuannya lalu menjawab: “Mengapakah kamu berbuat
dengan yang demikian dan kamu berbuat yang demikian ?”. Malakul-maut lalu
mengetuk lagi pintu itu lebih keras dari yang pertama tadi. Lalu melompatlah
para pengawal kepadanya. Maka Malakul-maut berkata: “Beritahukanlah kepadanya,
bahwa aku Malakul-maut !”. Tatkala mereka mendengar yang demikian, lalu
tercampaklah atas mereka ketakutan. Dan jatuhlah atas tuan mereka kehinaan dan
berbuat-buat merendahkan diri. Tuannya lalu berkata: “Katakanlah kepada
Malakul-maut itu dengan perkataan yang lemah-lembut ! tanyakanlah, adakah ia
akan mengambil seseorang ?”. Malakul-maut itu lalu masuk, seraya berkata:
“Berbuatlah pada hartamu, apa yang engkau berbuat ! aku tiada akan keluar dari
tempat ini, sehingga aku keluarkan nyawa engkau”. Lalu laki-laki itu menyuruh
tentang hartanya, supaya diletakkan di hadapannya. Ketika dilihatnya hartanya,
lalu ia berkata: “Dikutukkan engkau oleh Allah dari harta. Engkau menyibukkan
aku daripada beribadah kepada Tuhanku. Dan engkau mencegah aku bahwa aku
bersembunyi-sepi bagi Tuhanku”. Maka Allah menganugerahkan kepada harta dapat
berbicara. Lalu harta itu berkata: “Mengapa engkau memaki aku ? dan engkau
dapat masuk ke tempat raja-raja dengan sebab aku. Dan orang yang taqwa ditolak
dari pintu mereka. Engkau mengawini wanita-wanita yang penuh kenikmatan dengan
aku. Engkau duduk pada majelis raja-raja dengan aku. Engkau belanjakan aku pada
jalan kejahatan. Maka aku tidak melarang dari engkau. Dan jikalau engkau
belanjakan aku pada jalan kebajikan, niscaya aku mendatangkan manfaat kepada
engkau. Engkau dan anak Adam itu dijadikan dari tanah. Maka ia berjalan dengan
kebajikan dan ia berjalan dengan dosa”. Kemudian, Malakul-maut itu mengambil
nyawanya. Lalu orang itu jatuh.
Wahab bin Munabbih berkata: “Malakul-maut mengambil nyawa
seorang yang perkasa dari orang-orang yang perkasa. Tiada di bumi orang yang
seperti dia. Kemudian, Malakul-maut itu naik ke langit. Maka para malaikat
bertanya: “Untuk siapa engkau itu bersangatan kasih-sayang, dari orang yang
engkau ambil nyawanya ?”. Malakul-maut menjawab: “Aku disuruh mengambil nyawa
seorang wanita di padang balatentara dari bumi. Maka aku datang kepadanya. Dan
wanita itu telah melahirkan seorang anak. Maka aku kasihan kepadanya, karena
terasingnya. Dan aku kasihan kepada anaknya, karena kecilnya dan adanya di
padang balatentara itu, yang tiada menyantuninya”. Para malaikat itu menjawab:
“Orang yang perkasa yang engkau ambil sekarang nyawanya, itulah anak yang telah
engkau kasihan kepadanya. Maha Suci Allah Yang Mahalemah-lembut bagi siapa yang
dikehendakiNya”.
‘Atha’ bin Yassar berkata: “Apabila datang malam nishfu
Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban), maka diserahkan selembar daftar kepada
Malakul-maut. Lalu dikatakan kepadanya: “Ambillah nyawa siapa yang tersebut
dalam daftar ini, dalam tahun ini !”. ‘Atha’ bin Yassar lalu meneruskan: “Bahwa
hamba itu menanam tanaman. Mengawini jodoh-jodohnya dan membangun
bangunan-bangunan. Dan namanya dalam daftar itu dan dia tidak tahu”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Tiada satu haripun, melainkan
Malakul-maut itu memeriksa setiap rumah 3 kali. Maka siapa yang didapatinya
dari mereka yang telah menyempurnakan rezekinya dan telah habis ajalnya,
niscaya diambilnya nyawanya. Maka apabila ia mengambil nyawanya, niscaya
keluarganya menghadapinya dengan jeritan dan tangisan. Lalu Malakul-maut
mengambil dengan dua tiang pintu, seraya berkata: “Demi Allah ! aku tidak
memakan rezekinya. Aku tidak menghilangkan umurnya. Aku tidak mengurangkan
ajalnya. Dan bahwa aku pada kamu itu berkali-kali kembali memeriksa. Sehingga
tiada tinggal dari kamu seorangpun”. Al-Hasan berkata: “Demi Allah ! jikalau
mereka melihat tempatnya dan mendengar perkataannya, niscaya mereka itu lupa
dari mayatnya. Dan mereka itu menangis atas dirinya”.
Yazid Ar-Raqqasyi berkata: “Sewaktu salah seorang dari
orang-orang yang perkasa dari kaum Bani Israil, duduk pada tempatnya, yang
sudah sepi dengan sebahagian keluarganya, tiba-tiba ia melihat kepada seseorang
yang masuk dari pintu rumahnya. Lalu ia bangun kepada orang itu dengan terkejut
dan marah, seraya bertanya: “Siapa kamu ? siapa yang memasukkan kamu dalam
rumahku ?”. Orang itu menjawab: “Adapun yang memasukkan aku ke rumah ini, maka
yang Empunyanya. Adapun aku maka yang tidak tercegah hijab daripadaku. Dan aku
tidak meminta izin kepada raja-raja. Aku tidak takut akan serangan orang-orang
yang berkuasa. Tidak mencegah daripadaku oleh setiap orang yang perkasa, yang
keras. Dan tidak oleh setan yang durhaka”. Yazid Ar-Raqqasyi meneruskan
ceritanya: “Maka jatuhlah di tangan Malakul-maut itu orang yang perkasa tersebut.
Ia gemetar, sehingga jatuh tersungkur atas mukanya. Kemudian, ia mengangkatkan
kepalanya kepada Malakul-maut, dengan memohonkan pertolongan dan menghinakan
diri. Orang itu lalu berkata kepada Malakul-maut: “Jadi engkau ini Malakul-maut
!”. Malakul-maut menjawab: “Aku Malakul-maut !”. Orang itu bertanya lagi:
“Adakah engkau menangguhkan aku, sehingga aku mengemukakan janji ?’.
Malakul-maut menjawab: “Amat jauh dari itu ! telah habis masa engkau. Telah
berlalu nafas engkau. Dan telah hilang saat-saat engkau. Maka tiadalah jalan
kepada mengundurkan engkau”. Orang itu lalu bertanya: “Kemanakah engkau membawa
aku pergi ?”. Malakul-maut menjawab: “Kepada amal engkau yang telah engkau
datangkan. Dan kepada rumah engkau yang telah engkau sediakan”. Orang itu menjawab:
“Sesungguhnya aku tidak mendatangkan amal yang shalih. Dan tidak menyediakan
rumah yang bagus”. Malakul-maut menjawab: “Maka kepada satu tingkat neraka
Jahannam dan yang mencabut tepi-tepi tulang”. Kemudian, Malakul-maut itu
mengambil nyawanya. Lalu orang itu jatuh menjadi mayat diantara keluarganya.
Maka siapa yang diantara yang memekik dan yang menangis. Yazid Ar-Raqqasyi
berkata: “Jikalau mereka mengetahui akan buruknya yang terbalik-balik itu,
niscaya adalah pegangan lebih banyak atas yang demikian”.
Dari Al-A’masy, dari Khaitsamah, yang mengatakan:
“Malakul-maut masuk ketempat Sulaiman bin Daud as. Lalu ia melihat kepada
seorang laki-laki dari teman duduk Sulaiman, yang ia terus-menerus memandang
kepadanya. Tatkala Malakul-maut itu telah keluar, lalu laki-laki itu bertanya:
“Siapakah orang itu?”. Nabi Sulaiman as menjawab: “Itu Malakul-maut”. Lalu
laki-laki itu berkata lagi: “Aku melihatnya, bahwa ia memandang kepadaku,
seakan-akan ia menghendaki aku”. Nabi Sulaiman as bertanya: “Apa yang kamu
kehendaki ?”. Laki-laki itu menjawab: “Aku kehendaki, bahwa engkau melepaskan
aku daripadanya. Engkau suruh angin, sehingga angin itu membawa aku ke
penghabisan tanah India”. Maka angin itu lalu berbuat yang demikian. Kemudian
Sulaiman as mengatakan kepada Malakul-maut, sesudah kedatangannya yang kedua
kali: “Aku melihat engkau terus-menerus memandang kepada seorang dari
teman-teman dudukku”. Malakul-maut menjawab: “Ya ! aku merasa heran kepadanya.
Karena, engkau suruh aku mengambil nyawanya di penghabisan tanah India dalam
saat yang dekat. Dan dia ada di sisi engkau. Maka aku merasa heran dari yang
demikian. (jadi kemanapun kita pergi jika azal sudah datang maka disitulah kita
mati. Pent)
BAB KEEMPAT: tentang wafatnya Rasulullah saw dan para
khulafa’-rasyidin sesudahnya.
WAFAT........ RASULULLAH SAW.
Ketahuilah kiranya, bahwa pada Rasulullah saw itu ikutan yang baik, sewaktu
hidup dan sesudah wafat, pada perbuatan dan perkataan. Semua hal-ihwalnya
menjadi ibarat bagi orang-orang yang melihat dan perhatian bagi orang-orang
yang memperhatikan. Karena, tiada seorangpun yang lebih mulia pada Allah selain
daripadanya. Karena adalah dia itu khalil Allah, kekasih dan yang
dilepaskanNya. Adalah dia itu pilihan, rasul dan nabiNya. Maka perhatikanlah,
adakah ditangguhkanNya sesaat ketika habis masanya ? adakah diundurkanNya
sekejap mata sesudah datang saat kewafatan nya ? tidak ! bahkan diutuskan Nya
kepadanya malaikat-malaikat yang mulia, yang diwakilkan untuk mengambil nyawa
manusia. Lalu mereka bersungguh-sungguh dengan ruhnya yang suci, lagi mulia
untuk dipindahkannya dan diperbuatkannya, supaya diberangkatkannya dari
tubuhnya yang suci, kepada kerahmatan, keridhaan dan kebajikan-kebajikan yang
elok. Bahkan, ke tempat duduk kebenaran di samping Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka
bersangatanlah serta yang demikian itu pada waktu nyawa oleh kesusahannya.
Lahirnya rintisan nya, berulang kali kegundahannya, meninggilah keinginannya,
berobahlah warnanya, keluarlah keringat keningnya dan bergoncanglah pada
menggenggam dan membuka, kiri dan kanannya. Sehingga menangis bagi tempat
berbaringnya itu, orang yang hadir. Dan meratap karena kesangatan keadaannya
itu, orang yang menyaksikan pemandangannya. Maka adalah anda melihat
kepangkatan kenabian itu dapat menolak daripadanya, yang dikuasakan ? adakah
malaikat berintip-intip (bermuraqabah) padanya, sebagai keluarga dan teman ?
adakah malaikat itu bertoleransi (bermusamahah) dengan beliau, karena adalah
beliau itu yang menolong kebenaran, yang memberi kabar gembira dan kabar
peringatan ? amat jauh dari yang demikian ! akan tetapi, malaikat itu
mengikuti, apa yang ia diperintahkan dan mematuhi apa yang didapatinya pada Luh
Mahfudh yang digariskan. Maka ini adalah keadaannya beliau. Dan beliau itu pada
Allah mempunyai kedudukan yang terpuji dan kolam yang didatangkan. Dan beliau
itu orang pertama yang dibelahkan bumi daripadanya. Yang mempunyai syafa’at
pada hari dikemukakan di padang mahsyar.
Maka sangat mengherankan, bahwa kita tiada mengambil ibarat
dengan yang demikian. Dan kita tidak percaya pada yang akan kita temukan. Akan
tetapi, kita menjadi tawanan nafsu syahwat dan teman perbuatan maksiat dan
kejahatan. Maka bagaimanakah kita tiada mengambil pengajaran dengan tempat
berbaringnya Muhammad penghulu segala rasul, imam orang-orang taqwa dan kekasih
Allah semesta alam ? mungkin kita menyangka bahwa kita akan kekal. Atau menduga
bahwa kita serta jahatnya perbuatan kita, orang yang mulia pada sisi Allah.
Amat jauh-amat jauh dari yang demikian ! akan tetapi, kita semua hendaknya
yakin akan datang ke neraka. Kemudian, tiada terlepas daripadanya, selain orang-orang yang taqwa. Maka kita yakin
bagi kedatangan ke neraka itu. Dan merupakan sangkaan untuk keluar daripadanya.
Tidak, bahkan kita telah berbuat aniaya bagi diri kita sendiri. Jikalau adalah
kita seperti yang demikian, maka kita itu menunggu bagi yang keras sangkaan.
Maka tidaklah kita –demi Allah- dari orang-orang yang taqwa. Allah Tuhan
semesta alam berfirman: “Dan tiada seorangpun diantara kamu yang tiada masuk ke
dalamnya; itulah keputusan Tuhan engkau yang tidak dapat dihindarkan. Akhirnya,
Kami lepaskan orang-orang yg menjaga dirinya (dari kejahatan) dan Kami biarkan
orang-orang yang bersalah berlutut di dalamnya”. S 19 Maryam ayat 71-72.
Maka hendaklah setiap hamba memperhatikan kepada dirinya
sendiri, bahwa dia lebih dekat kepada orang-orang yang zalim atau kepada
orang-orang yang taqwa ! maka perhatikanlah kepada diri engkau sendiri, sesudah
engkau memperhatikan kepada perjalanan hidup orang-orang dahulu yang shalih !
maka sesungguhnya mereka berada bersama orang-orang yang memperoleh taufiq,
dari orang-orang yang takut. Kemudian, perhatikanlah kepada penghulu
rasul-rasul yang diutuskan oleh Allah ! maka sesungguhnyalah dia adalah di atas
keyakinan dalam urusannya. Karena adalah dia penghulu nabi-nabi dan panglima
orang-orang yang taqwa. Dan ambillah menjadi ibarat, bagaimana adanya kesusahan
ketika bercerai dengan dunia ! bagaimana bersangatan urusannya ketika berbalik
ke sorga Jannatul-ma’wa (sorga tempat kediaman).
Ibnu Mas’ud ra berkata: “Kami masuk ke tempat Rasulullah saw
di rumah ibu kita ‘Aisyah, ketika Rasulullah saw sudah mendekati bercerai
dengan dunia. Maka beliau memandang kepada kami. Lalu keluarlah air mata dari
kedua matanya saw. Kemudian, beliau bersabda: “Selamat datang kepadamu !
dihidupkan kamu oleh Allah. Diberi tempat kamu oleh Allah. Ditolong kamu oleh Allah.
Aku wasiatkan kepadamu dengan taqwa kepada Allah. Aku wasiatkan kepadamu akan
mengingati Allah. Bahwa aku adalah yang memberi
kabar peringatan dan yang menjelaskan kepadamu daripada Allah. Bahwa
tidaklah kamu itu meninggi atas Allah di negeriNya dan hamba-hambaNya.
Sesungguhnya telah dekatlah ajal dan balik kembali kepada Allah, ke
Sidratul-muntaha, ke Jannatul-ma’wa dan ke gelas yang lebih sempurna. Maka
ucapkan kepada dirimu sendiri dan kepada orang yang masuk dalam agamamu
sesudahku, daripadaku, akan: salam dan rahmat Allah !”.
Diriwayatkan, bahwa Nabi saw bertanya kepada Jibril as ketika
beliau akan wafat: “Siapakah untuk umatku sesudahku”. Maka Allah Ta’ala
mewahyukan kepada Jibril: “Bahwa sampaikanlah kabar gembira kepada kekasihKu,
bahwa Aku tidak menghinakannya pada umatnya ! sampaikanlah kabar gembira
kepadanya, bahwa dialah manusia yang tersegera keluar dari kuburnya, apabila
manusia itu dibangkitkan ! dialah penghulu mereka apabila dikumpulkan. Bahwa
sorga itu tidak diberikan kepada umat-umat yang lain, sebelum umatnya masuk”.
Maka Nabi saw menjawab: “Sekarang tetaplah hatiku”.
‘Aisyah berkata: “Kami disuruh oleh Rasulullah saw bahwa
memandikannya dengan 7 kaleng air dari 7 sumur. Maka kami kerjakan yang
demikian. Maka beliau merasa senang. Lalu beliau keluar dan mengerjakan shalat
dengan orang banyak. Meminta ampun bagi para syuhada dalam perang Uhud. Beliau
berdoa bagi mereka dan memberi wasiat kepada orang-orang anshar, seraya
bersabda: “Adapun kemudian, hai orang-orang muhajirin ! bahwa kamu itu
bertambah. Dan jadilah orang-orang anshar itu tidak bertambah di atas
keadaannya yang ada pada hari ini. Bahwa orang-orang anshar itu tempat
rahasiaku, yang aku tempatkan kepadanya. Maka muliakanlah yang mulia dari
mereka!”. Yakni: Yang berbuat baik dari mereka. “Dan lewatilah dari yang
berbuat jahat dari mereka !”. Kemudian Nabi saw menyambung: “Bahwa hamba itu
disuruh pilih diantara dunia dan apa yang pada sisi Allah. Maka ia memilih apa
yang pada sisi Allah”. Lalu Abubakar ra menangis. Dan berat dugaannya bahwa
Nabi saw menghendaki dirinya sendiri. Lalu Nabi saw bersabda: “Atas kelemah-lembutan
engkau hai Abubakar, tutuplah pintu-pintu jalan ini dalam masjid, selain pintu
Abubakar ! maka sesungguhnya aku tidak mengetahui akan manusia, yang lebih
utama padaku dalam persahabatan, selain dari Abubakar”.
‘Aisyah berkata: “Maka Nabi saw diambil nyawanya di rumahku,
pada hariku, diantara sebelah atas dadaku dan paru-paruku. Dan Allah
mengumpulkan diantara air liurku dan air liurnya ketika wafat. Lalu masuk ke
tempatku saudaraku Abdurrahman. Dan di tangannya kayu sugi. Maka Nabi saw
memandang kepada kayu sugi itu. Lalu aku ketahui, bahwa kayu sugi itu
menakjubkannya. Lalu aku berkata kepadanya: “Apakah aku ambilkan kayu sugi itu
untukmu ?”. Nabi saw lalu mengisyaratkan dengan kepalanya. Artinya: ya ! lalu
aku serahkan kepadanya. Maka dimasukkannya dalam mulutnya. Lalu beliau
bersangatan pada menggosok giginya. Maka aku mengatakan kepadanya: “Aku
lembutkan bagimu ?”. Maka beliau mengisyaratkan dengan kepalanya. Artinya: ya.
Lalu aku melembutkan pada menggosokkan giginya. Dan ada di hadapannya suatu
tempat air. Lalu beliau memasukkan tangannya dalam tempat air itu dan bersabda:
“Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah. Bahwa bagi kematian itu mempunyai
sakarat”. Kemudian, Nabi saw menegakkan tangannya dengan bersabda: “Teman Yang
Maha Tinggi-Teman Yang Maha Tinggi”.
Lalu aku berkata: “Jadi –demi Allah- ia tidak memilih kami”.
Dirawikan Sa’id bin Abdullah dari bapaknya, yang mengatakan: “Tatkala
orang-orang anshar melihat, bahwa Rasulullah saw bertambah berat sakitnya, lalu
mereka mengelilingi masjid. Maka masuklah Al-‘Abbas ke tempat Nabi saw. Lalu ia
memberitahukan kepada beliau, akan tempat dan kasih-sayangnya orang-orang
anshar. Kemudian, masuk Al-Fadlail bin Al-Abbas ke tempat Nabi saw. Lalu
memberitahukan kepada Nabi saw seperti yang demikian. Kemudian, masuk Ali ra ke
tempat Nabi saw. Lalu memberitahukan pula seperti yang demikian. Maka Nabi saw
memanjangkan tangannya, seraya bersabda: “Ini !”. Lalu mereka memegangnya. Maka
Nabi saw bersabda: “Apakah yang kamu katakan ?”. Mereka menjawab: “Kami
mengatakan, bahwa kami takut, bahwa engkau wafat”. Kaum wanita orang-orang
anshar itu memekik-mekik, karena berkumpulnya kaum lelaki mereka ke tempat Nabi
saw. Maka bangunlah Rasulullah saw, lalu beliau keluar dengan berpegang pada
Ali dan Al-Fadlal. Dan Al-Abbas di depannya. Dan Rasulullah saw itu terbalut
kepala, melangkah dengan dua kakinya. Sehingga beliau duduk atas bagian bawah
tangga mimbar.
Dan manusia berkumpul melompat kepadanya. Nabi saw memuji
Allah dan mengucapkan pujian kepadaNya dan bersabda: “Hai manusia !
sesungguhnya telah sampai berita kepadaku, bahwa kamu takut bahwa aku mati.
Seakan-akan tantangan daripadamu kepada mati itu. Dan tiadalah kamu itu
menantang dari kematian nabimu. Apakah itu diberitahukan tentang kematianku
kepada kamu dan tentang kematian dirimu kepada kamu ? adakah seorang nabipun
yang kekal sebelumku, pada siapa ia dibangkitkan ? lalu aku dikekalkan pada
kamu ? ketahuilah, bahwa aku mengikuti Tuhanku. Bahwa kamu mengikutiNya. Aku
wasiatkan kamu dengan orang-orang muhajirin yang pertama itu, akan kebajikan.
Dan aku wasiatkan orang-orang muhajirin mengenai hal-hal diantara sesama
mereka.
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Demi waktu !
sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Selain dari orang-orang yang beriman
dan mengerjakan perbuatan baik dan mewasiatkan (memesankan) satu sama lain
dengan kebenaran dan mewasiatkan satu sama lain, supaya bersabar (berhati
teguh)”. S 103 Al ‘Ashr ayat 1-2-3. Sesungguhnya segala urusan itu berlaku
dengan izin Allah. Maka tidak dibawa kamu oleh kelambatan suatu urusan kepada
kesegeraannya. Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla tidak menyegerakan karena kesegeraan
seseorang. Barangsiapa melawan Allah, niscaya Ia mengalahkannya. Dan
barangsiapa menipu Allah, niscaya Ia membalaskan nya. Maka adakah kamu
mengharap, jikalau kamu berpaling, bahwa kamu berbuat kerusakan di bumi dan
kamu memutuskan silaturrahim dengan keluargamu ? aku wasiatkan kamu dengan kaum
anshar, akan kebajikan. Sesungguhnya mereka itu yang menempati negeri ini dan
beriman dari sebelum kamu, bahwa kamu berbuat ihsan (baik) kepada mereka.
Apakah tidak mereka (kaum anshar) itu membagi-bagikan buah-buahan setengah
seorang diantara kamu ? apakah tidak mereka itu melapangkan bagimu pada
rumah-rumah tempat tinggal ? adakah tidak mereka itu mengutamakan kamu dari
diri mereka itu sendiri, walaupun bagi mereka itu sendiri memerlukan ?
ketahuilah, maka siapa yang diangkat menjadi penguasa (wali) untuk mengadili
diantara dua orang, maka hendaklah ia menerima dari yang berbuat baik dari mereka.
Dan hendaklah melewatkan (melepaskan) dari yang berbuat jahat dari mereka.
Ketahuilah, dan janganlah kamu mengambil untuk dirimu sendiri atas mereka !
ketahuilah, bahwa aku mendahului kamu dan kamu akan mengikuti aku ! ketahuilah,
bahwa tempat perjanjianmu itu kolam, kolamku yang melintang melebar, dari apa
yang diantara Bishra negeri Syam (Syria) dan Sana’a negeri Yaman, yang
dituangkan padanya oleh pancuran sungai Al-Kautsar, akan air yang lebih sangat
putih dari susu, lebih lembut dari buih air dan lebih manis dari air madu.
Siapa yang minum daripadanya, niscaya tiada akan haus untuk selama-lamanya.
Tambahannya itu intan permata. Dan sungai dalamnya itu kasturi. Barangsiapa
tidak diberikan pada tempat berhenti besok, niscaya ia tidak diberikan kebajikan
seluruhnya.
Ketahuilah, maka barangsiapa yang mengingini bahwa ia datang
kepadaku besok, maka hendaklah ia mencegah lidahnya dan tangannya, selain pada
yang seyogyanya”.
Al-Abbas lalu berkata: “Wahai Nabi Allah ! wasiatkanlah kepada
orang Quraisy !”. Maka Nabi saw menjawab: “Sesungguhnya aku wasiatkan dengan
yang tadi itu kepada orang Quraisy. Dan manusia itu mengikuti orang Quraisy.
Yang baik mereka bagi yang baik dan yang zalim mereka bagi yang zalim. Maka
mintalah wasiat kepada keluarga Quraisy akan kebajikan kepada manusia ! hai
manusia ! bahwa dosa itu mengobahkan nikmat dan menggantikan sumpah. Maka
apabila manusia berbuat baik, niscaya pemuka-pemukanya berbuat baik kepada
mereka. Dan apabila manusia berbuat zalim, niscaya pemuka-pemukanya akan sangat
murka kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman: “Dan begitulah sebahagian
orang-orang yang bersalah itu Kami jadikan pemimpin bagi yang lain, disebabkan
apa yang mereka usahakan”. S 6 Al An’aam ayat 129.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra, bahwa Nabi saw bersabda
kepada Abubakar ra: “Bertanyalah, hai Abubakar !”. Abubakar ra lalu bertanya:
“Hai Rasulullah ! sudah dekatkah ajal ?”. Nabi saw maka menjawab: “Sungguh ajal
telah dekat dan berkulai”. Abubakar ra lalu menjawab: “Hai Nabi Allah !
sesungguh nya dirindukan engkau oleh apa yang di sisi Allah. Moga-moga kiranya
aku ketahui, dari tempat berbalik-baliknya kita”. Nabi saw lalu menjawab:
“Kepada Allah, ke Sidratul-muntaha. Kemudian, ke sorga Jannatul-ma’wa, Firdaus
yang tertinggi, gelas yang tersempurna, Teman Yang Tertinggi, keberuntungan dan
hidup yang tenang”. Abubakar ra lalu bertanya: “Hai Nabi Allah ! siapakah yang
mengurus pemandian engkau ?”. Nabi saw menjawab: “Laki-laki dari ahli baitku
(keluargaku), yang terdekat, maka yang terdekat”. Abubakar ra bertanya lagi:
“Pada apa kami kafankan engkau ?”. Nabi saw menjawab: “Pada pakaianku ini, pada
pakaian bikinan Yaman dan dalam pakaian putih bikinan Mesir”. Abubakar ra
bertanya pula: “Bagaimana shalat kami kepada engkau ?”. Kami menangis dan Nabi
saw pun menangis. Kemudian, beliau bersabda: “Pelan-pelan ! Allah mengampunkan
bagi kamu. Memberi balasan bagi kamu kebajikan dari nabimu. Apabila kamu
memandikan aku dan mengkafankan aku, maka letakkanlah aku atas tempat tidurku
di rumahku ini, atas tepi kuburanku ! kemudian, keluarlah sesaat daripadaku !
bahwa yang pertama yang bershalat (mengucapkan selawat) kepadaku, ialah Allah
‘Azza Wa Jalla (DIA lah dan paraNya yang mengucapkan kepadaku) Kemudian, Ia
mengizinkan kepada para malaikat, pada bershalat kepadaku. Maka yang pertama
yang masuk kepadaku dari makhluk Allah dan bershalat kepadaku, ialah: Jibril,
kemudian Mikail, kemudian Israfil, kemudian Malakul-maut serta dengan tentara
yang banyak. Kemudian malaikat semuanya. Rahmat Allah kepada mereka sekalian.
Kemudian, kamu. Maka masuklah kepadaku dengan berbondong-bondong, jama’ah demi
jama’ah. Dan ucapkanlah salam sejahtera ! dan janganlah kamu menyakiti aku,
dengan mensucikan, memekik dan menjerit ! dan hendaklah dimulai dari kamu oleh
imam dan keluargaku, yang terdekat, maka yang terdekat. Kemudian, jama’ah kaum
wanita. Kemudian, jama’ah anak-anak”. Abubakar bertanya: “Siapakah yang
memasukkan engkau ke dalam kubur ?”. Nabi saw menjawab: “Jama’ah-jama’ah dari
keluargaku, yang terdekat, maka yang terdekat, serta banyak malaikat, yang kamu
tidak melihat mereka. Dan mereka melihat kamu. Bangunlah berdiri ! maka
tunaikanlah daripadaku kepada orang yang sesudahku !”.
Abdullah
bin Zam’ah berkata: “Bilal datang pada awal bulan Rabiul-awwal. Lalu ia
beradzan untuk shalat. Maka Rasulullah saw bersabda: “Suruhlah Abubakar
mengerjakan shalat dengan manusia !”. Lalu aku keluar, maka aku tidak melihat
di depan pintu, selain Umar dalam orang banyak, yang tidak ada Abubakar dalam
mereka itu. Aku lalu berkata: “Bangun berdiri, hai Umar ! bershalatlah dengan
orang banyak !”. Umar lalu bangun berdiri. Tatkala ia bertakbir dan adalah dia
lelaki yang keras suara, maka didengar oleh Rasulullah saw akan suaranya dengan
takbir itu. Lalu Rasulullah saw bertanya: “Dimana Abubakar ? Allah enggan yang demikian dan juga kaum muslimin”.
Nabi saw bersabda 3 kali: “Suruhlah Abubakar, maka hendaklah ia mengerjakan
shalat dengan manusia !”.
‘Aisyah lalu berkata:
“Hai Rasulullah ! bahwa Abubakar seorang laki-laki yang lemah hati. Apabila ia
bangun berdiri pada tempat berdiri engkau, niscaya ia dikerasi oleh tangisan”.
Nabi saw lalu bersabda: “Bahwa engkau ia teman-teman Yusuf. Suruhlah Abubakar,
maka hendaklah ia bershalat dengan manusia !”. Abdullah bin Zam’ah meneruskan
riwayatnya: “Maka Abubakar mengerjakan shalat, sesudah shalat yang dikerjakan
Umar”. Adalah Umar mengatakan kepada Abdullah bin Zam’ah sesudah yang demikian:
“Kasihan, apakah yang engkau perbuat dengan aku ? demi Allah ! jikalau tidaklah
aku menyangka, bahwa Rasulullah saw yang menyuruh engkau, niscaya tidaklah aku
kerjakan”. Lalu Abdullah bin Zam’ah menjawab: “Bahwa aku tiada melihat
seseorang, yang lebih utama dengan yang demikian, selain engkau”.
Berkata ‘Aisyah: “Aku tidak mengatakan yang demikian itu dan
tidak aku palingkan dari Abubakar, selain karena kebenciannya kepada dunia. Dan
karena pada memerintah itu dari bahaya dan kebinasaan, selain orang yang
diselamatkan oleh Allah. Dan aku takut pula, bahwa tidak adalah manusia yang
menyukai orang yang mengerjakan shalat pada tempat berdirinya Nabi saw. Dan
beliau itu hidup selama-lamanya, selain bahwa dikehendaki oleh Allah. Lalu
mereka itu dengki kepada orang tersebut dan melawannya. Dan tidak senang
kepadanya. Jadi, urusan itu urusan Allah.
Qodo (hukum taqdir) itu qodo Allah. Dan Allah memeliharakannya
dari setiap yang aku takuti kepadanya, dari urusan dunia dan agama”. ‘Aisyah
berkata: “Maka pada hari, yang hari itu Rasulullah saw wafat, mereka melihat
daripadanya kekeringan pada awal siang. Lalu orang-orang laki-laki berpisah
dari Nabi saw pulang ke tempatnya dan melaksanakan keperluannya dengan keadaan
gembira. Mereka meninggalkan Rasulullah saw dengan kaum wanita. Maka ketika
kami di atas keadaan yang demikian, tidaklah kami atas seperti hal kami pada
harapan dan kesenangan sebelum yang demikian.
Rasulullah saw bersabda: “Keluarlah sekalian dari tempatku !
malaikat ini meminta izin masuk kepadaku”. Maka keluarlah semua orang yang
dalam rumah, selain aku. Dan kepala Nabi saw dalam pangkuanku. Lalu beliau
duduk dan aku berpindah ke sudut rumah. Maka Nabi saw lama berbicara berbisik
dengan malaikat itu. Kemudian, beliau memanggil aku. Lalu beliau meletakkan
kembali kepalanya pada pangkuanku. Dan beliau bersabda kepada wanita-wanita
itu: “Masuklah !”. Aku lalu bertanya: “Tidakkah ini suara Jibril as ?”.
Rasulullah saw lalu menjawab: “Tidak, hai ‘Aisyah ! ini Malakul-maut, datang
kepadaku. Ia mengatakan: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla mengutus aku(Malakul-maut)
dan menyuruh aku, bahwa aku tidak masuk kepada engkau, selain dengan izin. Maka
jikalau engkau tidak mengizinkan masuk bagiku, niscaya aku kembali. Dan jikalau
engkau izinkan bagiku, niscaya aku masuk. Allah menyuruh aku, bahwa aku tidak
mengambil nyawa engkau, sehingga engkau menyuruh aku mengambilnya. Maka apakah
perintah engkau ?”. Aku lalu menjawab: “Tunggu sebentar, sehingga datang
kepadaku Jibril as. Maka ini saat Jibril !”.
‘Aisyah lalu meneruskan riwayatnya: “Maka kami menghadapi
urusan, yang tidak ada baginya jawaban pada kami dan tidak ada pendapat. Maka
kami merasa dahsyat. Dan seakan-akan kami dipukul dengan suatu musibah, yang
tiada kami kembalikan sesuatu kepadanya. Dan tiada seorangpun dari ahlul-bait
(keluarga Nabi saw) berkata-kata, karena membesarkan urusan ini. Dan ketakutan
yang memenuhi rongga badan kami”.
‘Aisyah meneruskan riwayatnya: “Dan datanglah Jibril pada
saatnya. Lalu ia memberi salam. Maka aku kenal suaranya. Dan semua ahlul-bait
keluar. Lalu ia masuk, seraya berkata: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla menyampaikan
kepada engkau salam sejahtera dan berfirman: “Bagaimana engkau mendapati diri
engkau ? dan Dia lebih mengetahui dengan yang engkau dapati dari engkau. Akan
tetapi, Ia berkehendak bahwa Ia menambahkan bagi engkau kiramah dan kemuliaan.
Dan bahwa Ia menyempurnakan kiramah engkau dan kemuliaan engkau atas makhluk.
Dan bahwa adalah engkau itu sunnah pada umat engkau”.
Nabi saw lalu menjawab: “Aku dapati diriku sakit”. Jibril as
lalu menjawab: “Bergembirakah ! Bahwa Allah Ta’ala menghendaki menyampaikan
kepada engkau, apa yang telah disediakanNya bagi engkau”. Nabi saw lalu
menjawab: “Hai Jibril ! bahwa Malakul-maut meminta izin masuk kepadaku”. Dan
Nabi saw menerangkan kabar itu kepada Jibril. Lalu Jibril as menjawab: “Hai
Muhammad ! bahwa Tuhan engkau itu rindu kepada engkau. Apakah tidak diberitahukanNya
kepada engkau, yang dikehendakiNya dengan engkau ? tidak –demi Allah-. Tidaklah
sekali-kali Malakul-maut itu meminta izin masuk kepada seseorang dan ia tidak
meminta izin selama-lamanya kepadanya. Selain, bahwa Tuhan engkau
menyempurnakan kemuliaan engkau. Dan Dia itu rindu kepada engkau”.
Nabi saw menjawab: “Senantiasalah engkau disini, sehingga ia
datang”. Nabi saw mengizinkan masuk bagi kaum wanita, seraya bersabda: “Hai
Fathimah, dekatlah !”. Fathimah lalu menelungkup atas Nabi saw. Lalu Nabi saw
berbicara berbisik dengan Fathimah. Maka Fathimah mengangkatkan kepalanya dan
dua matanya bercucuran air mata. Ia tidak sanggup berkata-kata. Kemudian, Nabi
saw bersabda: “Dekatkanlah kepala engkau kepadaku !”. Lalu Fathimah menelungkup
atas Nabi saw. Maka Nabi saw berbicara dengan berbisik dengan Fathimah.
Kemudian, Fathimah mengangkatkan kepalanya dan ia tertawa. Dan ia tidak sanggup
berkata-kata. Maka adalah yang kami lihat dari Fathimah itu suatu keajaiban.
Lalu aku bertanya kepadanya sesudah itu. Maka ia menjawab, bahwa: Nabi saw
menerangkan kepadaku dan bersabda: “Bahwa aku meninggal hari ini”. Lalu aku
menangis. Kemudian, beliau bersabda: “Bahwa aku berdoa kepada Allah, kiranya Ia
mengikutkan engkau dengan aku, dalam permulaan keluargaku. Dan bahwa Ia
menjadikan engkau bersama aku”. Lalu aku tertawa”. Fathimah mengizinkan kedua
puteranya bersama Nabi saw. Lalu Nabi saw menciuminya.
‘Aisyah menerangkan: “Dan datanglah Malakul-maut, lalu memberi
salam dan meminta izin masuk. Maka Nabi saw mengizinkan masuk kepadanya”.
Malakul-maut itu bertanya: “Apakah yang engkau suruh kami, hai Muhammad ?”.
Nabi saw menjawab: “Perhubungkanlah aku dengan Tuhanku sekarang !”.
Malakul-maut menjawab: “Ya, dari hari engkau ini. Bahwa Tuhan engkau rindu
kepada engkau. Tidaklah Ia berulang-ulang dari seseorang, sebagai
berulang-ulangNya kepada engkau. Dan Ia tidak melarang aku masuk kepada
seseorang, selain dengan izin, kecuali engkau. Akan tetapi, saat engkau itu di
hadapan engkau”. Dan Malakul-maut itu lalu keluar. ‘Aisyah meneruskan
riwayatnya: “Dan datanglah Jibril, seraya mengucapkan: “Salam sejahtera kepada
engkau, hai Rasulullah ! inilah penghabisan yang aku turun padanya ke bumi
untuk selama-lamanya. Telah dilipatkan wahyu dan telah dilipatkan bumi. Tiada
bagiku di bumi keperluan, selain engkau. Dan tiada bagiku di bumi keperluan,
selain kehadiran engkau. Kemudian, gunanya tempat keberhentian ku. Tidak ! demi
Tuhan, yang mengutuskan Muhammad dengan kebenaran ! tidaklah dalam rumah
seseorang yang sanggup mengulangi suatu kalimat kepada nya pada yang demikian
dan tidak disuruh kepada seseorang dari orang-orang lelaki, karena besarnya apa
yang didengar dari pembicaraannya, perasaan kita dan kasih-sayang kita”.
‘Aisyah meneruskan riwayatnya: “Lalu aku bangun berdiri kepada
Nabi saw. Sehingga aku letakkan kepalanya di tengah-tengah dadaku dan aku
pegang dadanya. Ia pingsan, sehingga mengeras. Dahinya berkeringat, dengan
keringat yang aku tiada pernah sekali-kali melihatnya dari seorang insan. Lalu
aku sapu keringat itu. Tiada pernah aku dapati bau sesuatu yang lebih harum
daripadanya. Lalu aku mengatakan kepadanya, ketika beliau telah sadar kembali:
“Demi engkau, bapakku dan ibuku, diriku dan keluargaku, akan apa yang
dikeluarkan oleh dahi engkau dari keringat”.
Nabi saw lalu bersabda: “Hai ‘Aisyah ! bahwa nyawa orang
mu’min itu keluar dengan keringat dan nyawa orang kafir
itu keluar dari dua rahang nya seperti nyawa keledai”. Maka pada ketika itu kami takut dan kami diutus
kepada keluarga kami. Maka laki-laki pertama yang datang kepada kami dan tidak
dilihat oleh Rasulullah saw, ialah saudaraku (Abdurrahman bin Abubakar), yang
diutus oleh ayahku kepadaku. Maka wafatlah Rasulullah saw, sebelum datang
seseorang. Sesungguhnya Allah mencegah mereka dari Rasulullah saw, karena Rasulullah
saw itu diurus oleh Jibril dan Mikail. Dan adalah Rasulullah saw apabila
pingsan, maka beliau mengucapkan: “Tetapi Teman Yang Tertinggi
(Ar-Rafiiqal-a’laa)”. Seakan-akan pilihan itu dikembalikan kepada Nabi saw.
Apabila beliau telah sanggup berbicara, maka beliau mengatakan: “Shalat-shalat
! sesungguhnya kamu senantiasalah berpegang teguh satu-sama lain, selama kamu
mengerjakan shalat berjama’ah. Shalat-shalat !”. Adalah beliau mewasiatkan
dengan shalat, sehingga beliau wafat dan mengatakan: shalat-shalat. ‘Aisyah
berkata: “Rasulullah saw wafat diantara meninggi matahari waktu Dhuha dan
menengah hari, pada hari Senin”.
Fathimah ra berkata: “Apakah yang aku temui dari hari Senin
itu ? demi Allah ! senantiasalah umat dicoba dengan musibah besar padanya”. Ummu Kalsum berkata: “Hari, yang Ali ra
mendapat musibah di Kufah, adalah seperti musibah itu. Apa yang aku temui dari
hari Senin itu ? Rasulullah saw wafat pada hari Senin. Pada hari Senin, Umar ra
dibunuh. Dan pada hari Senin, ayahku (Ali ra) dibunuh. Maka apakah yang aku
temui dari hari Senin ?”.
‘Aisyah berkata: “Tatkala telah wafat Rasulullah saw lalu
masuklah manusia ramai, sehingga meninggilah bunyi tangisan. Dan para malaikat
menutup tubuh Rasulullah saw dengan kainku. Orang ramai itu berselisih.
Sebahagian mereka mendustakan dengan kewafatan Nabi saw. Dan sebahagian mereka
membisu. Ia tidak berkata-kata, selain sesudah jauh. Yang lain
mencampur-adukkan. Mereka mencemarkan perkataan, dengan tidak jelas. Yang lain
tinggal dengan akal pikiran masing-masing. Dan yang lain menahan diri.
Adalah Umar bin Al-Khattab termasuk dalam golongan orang yang
mendustakan berita tentang kewafatan Nabi saw. Ali termasuk dalam golongan
orang yang menahan diri. Dan Usman termasuk dalam golongan orang yang membisu.
Umar lalu keluar kepada orang banyak, seraya berkata: “Bahwa Rasulullah saw
tidak wafat. Sesungguhnya ia dikembalikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Hendaknya
dipotong tangan dan kaki orang-orang munafik yang bercita-cita kewafatan bagi
Rasulullah saw. Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla janji-menjanjikan dengan
Rasulullah saw, sebagaimana Ia janji-menjanjikan dengan Musa as. Dan Rasulullah
saw akan datang kepada kamu”.
Pada suatu riwayat, Umar ra berkata: “Hai manusia! tahankanlah
lidahmu daripada menyebut Rasulullah saw. Sesungguhnya ia tidak wafat. Demi
Allah! tiada seorangpun aku mendengar yang menyebutkan, bahwa Rasulullah saw
telah wafat, melainkan aku letakkan ke atasnya pedangku ini”.
Adapun Ali ra maka ia berdiam diri. Ia selalu dalam rumah.
Adapun Usman, maka ia tidak berbicara dengan seorangpun. Diambil tangannya,
lalu dibawa orang dan ia pergi dengan orang itu. Tiada seorangpun dari kaum
muslimin, dalam keadaan seperti Abubakar dan Al-‘Abbas. Allah ‘Azza Wa Jalla
menguatkan keduanya dengan taufiq dan kebenaran. Walaupun manusia itu tidak
mengindahkan, selain perkataan Abubakar ra. Sehingga datanglah Al-‘Abbas, lalu
ia berkata: “Demi Allah, yang tiada disembah, selain Dia. Rasulullah saw telah
merasakan kematian. Ia telah membaca dan dia di depan kamu, akan ayat:
“Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati.
Kemudian itu, kamu pada hari kebangkitan (kiamat) akan bertengkar di hadapan
Tuhan kamu”. S 39 Az Zumar ayat 30-31. Sampai kabar itu kepada Abubakar dan dia
waktu itu pada Banil-Harits bin Al-Khazraj. Maka ia datang dan terus masuk ke
tempat Rasulullah saw. Lalu ia memandang kepadanya. Kemudian ia menelungkup dan
memeluk Rasulullah saw. Kemudian, ia berkata: “Demi engkau, bapakku dan ibuku,
hai Rasulullah ! tidaklah Allah merasakan engkau meninggal dua kali. Sungguh
–demi Allah- Rasulullah saw telah wafat. Kemudian, Abubakar ra keluar kepada
manusia, seraya berkata: “Hai manusia ! siapa yang menyembah Muhammad, maka
Muhammad sudah wafat. Dan siapa yang menyembah Tuhan Muhammad, maka Dialah itu
hidup, tidak meninggal.
Allah Ta’ala berfirman: “Tiadalah Muhammad itu, selain seorang
rasul, sesungguhnya telah lewat sebelumnya beberapa rasul; apakah kalau dia
meninggal atau terbunuh, kamu akan surut ke belakang (kembali kafir) ? dan
siapa yang surut ke belakang, niscaya tiada akan merusakkan Allah sedikitpun
dan Allah nanti akan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur”. S
Ali ‘Imran ayat 144.
Seakan-akan manusia tiada pernah mendengar ayat tersebut,
selain hari itu. Pada suatu riwayat, bahwa Abubakar ra tatkala sampai berita
kepadanya, lalu ia masuk ke rumah Rasulullah saw dan ia berselawat kepada Nabi
saw. Kedua matanya berhamburan air mata. Rasa tercekek lehernya meninggi, seperti
tercekeknya unta pada menalan makanan. Dan Abubakar pada yang demikian itu
tetap pikiran pada perbuatan dan perkataan. Lalu ia menelungkup atas Nabi saw.
Maka ia membuka kain dari muka Nabi saw. Dipeluk dan dicium nya dahi dan dua
pipi Nabi saw. Dan disapuhkannya akan wajah Nabi saw. Ia menangis dan berkata:
“Demi engkau, bapakku dan ibuku ! diriku dan keluargaku ! engkau baik sewaktu
hidup dan sesudah meninggal. Telah terputus karena meninggalnya engkau, akan
apa yang tiada terputus karena meninggalnya nabi-nabi dan kenabian. Maka engkau
besar dari dapat disifatkan dan engkau agung dari tangisan. Engkau terkhusus,
sehingga engkau jadi terhibur. Dan engkau terlengkap, sehingga jadilah kami itu
sama dengan engkau. Jikalau tidaklah meninggalnya engkau itu pilihan dari
engkau, niscaya kami bersungguh-sungguh bagi kesedihan engkau dengan seluruh jiwa.
Jikalau tidaklah engkau melarang dari menangis, sesungguhnya kami habiskan
semua air mata kepada engkau. Adapun yang kami tidak sanggup menidakkannya dari
kami, maka yaitu: duka-cita dan ingatan yang selalu ada, yang senantiasa pada
diri kami. Ya Allah, maka sampaikanlah itu dari kami ! sebutkanlah kami hai
Muhammad –kiranya Allah merahmati engkau- di sisi Tuhan engkau ! hendaklah ada
kami ini dari hati engkau ! maka jikalau tidaklah yang engkau tinggalkan dari ketentraman, niscaya tidaklah bangun seseorang bagi
yang engkau tinggalkan dari keliaran hati. Ya Allah, ya Tuhan ! sampaikanlah
kepada Nabi kami dari kami dan peliharalah dia pada kami !”.
Dari Ibnu Umar, bahwa tatkala Abubakar masuk ke rumah Nabi
saw, ia berselawat dan memujikan Tuhan, lalu gemuruhlah suara isi rumah, dengan
kegemuruhan, yang didengar oleh keluarga yang berselawat. Setiap kali ia
menyebutkan sesuatu, niscaya mereka itu bertambah kegemuruhannya. Maka tidaklah
tenang kegemuruhan mereka, selain dengan salamnya seorang laki-laki di pintu,
dengan suara keras dan kuat. Laki-laki itu berkata: “Assalamu’alaikum hai
ahlul-bait !”. Setiap diri (nyawa) merasai kematian, kemudian kamu semua
dikembalikan kepada Kami”. Sesungguhnya pada Allah ada gantinya dari setiap
seseorang, kedapatan bagi setiap kegemaran dan kelepasan dari setiap ketakutan.
Maka haraplah kepada Allah dan percayalah kepadaNya !”. Maka mereka itu
mendengar ucapan tersebut dan mereka menentangnya. Dan mereka memutuskan
tangisan. Tatkala tangisan itu telah habis, lalu hilanglah suara itu. Salah
seorang mereka melihat, maka ia tiada melihat seorangpun. Kemudian, mereka
kembali menangis. Lalu mereka itu diserukan oleh seorang penyeru, yang tiada
mereka itu mengenal suaranya: “Hai ahlu-bait! ingatlah Allah dan pujikanlah Dia
atas setiap keadaan, yang adalah kamu dari orang-orang yang ikhlas.
Sesungguhnya pada Allah itu hiburan dari setiap musibah dan ganti dari setiap
keinginan. Maka bertaatlah kepada Allah ! dan kerjakanlah menurut perintahNya
!”. Maka berkata Abubakar ra: “Itu Nabi Khidlir dan Al-Yasa’ as yang datang
kepada Nabi saw”.
Al-Qa’qa bin ‘Amr menyempurnakan cerita pidato Abubakar ra.
Maka berkata Al-Qa’qa: “Abubakar ra bangun berdiri di tengah-tengah manusia
banyak berpidato, dimana manusia mencucurkan air matanya, dengan suatu pidato,
yang kebanyakannya selawat kepada Nabi saw. Maka Abubakar memuji dan memuja
Allah di atas setiap keadaan. Abubakar ra berkata: “Aku naik saksi, bahwa tiada
yang disembah, selain Allah Yang Maha Esa, yang membenark kan janjiNya, yang
menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuh dengan sendirian Nya. Maka bagi
Allah Yang Maha Esa segala pujian. Dan aku naik saksi bahwa Muhammad itu
hambaNya, rasulNya dan kesudahan nabi-nabiNya. Dan aku naik saksi, bahwa Kitab
Alquran itu sebagaimana telah diturunkan. Bahwa agama sebagaimana disyari’atkan/diagamakan.
Bahwa hadits sebagaimana diberitakan. Bahwa perkataan sebagaimana dikatakan.
Dan bahwa Allah itu Yang Maha Benar dan Yang Maha Menerangkan. Ya Allah, ya
Tuhan ! maka curahkanlah rahmat kepada Muhammad hambaMu, rasulMu, nabiMu,
kekasihMu, kepercayaanMu, pilihanMu dan kemurnianMu, dengan sebaik-baiknya dari
yang Engkau rahmatkan kepada seseorang dari makhlukMu ! ya Allah, ya Tuhan !
jadikanlah rahmatMu, ke’afiatanMu, kasih-sayangMu dan barakahMu, kepada
penghulu rasul-rasul, kesudahan nabi-nabi dan imam orang-orang yang taqwa,
Muhammad panglima kebajikan, imam kebajikan dan rasul kerahmatan ! ya Allah, ya
Tuhan ! dekatkanlah pangkatnya ! besarkanlah buktinya ! muliakanlah maqam
kedudukannya dan bangkitkanlah kepadanya suatu kedudukan yang terpuji, yang
digemari oleh orang-orang yang awal dan orang-orang yang akhir ! manfaatkanlah
bagi kami, dengan maqamnya yang terpuji pada hari kiamat ! gantikanlah dia pada
kami di dunia dan di akhirat ! dan sampaikanlah dia derajat dan jalan di sorga
! ya Allah, ya Tuhan kami ! curahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad ! berikanlah barakah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad !
sebagaimana Engkau telah mencurahkan rahmat dan barakah kepada Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Hai manusia ! sesungguhnya siapa yang menyembah Muhammad, maka
Muhammad itu telah meninggal. Dan siapa yang menyembah Allah, maka Allah itu
hidup yang tiada mati. Bahwa Allah telah mengemukakan kepadamu dalam urusanNya
maka janganlah kamu meninggalkannya dengan kegundahan! bahwa Allah ‘Azza Wa
Jalla telah memilih bagi NabiNya saw, apa yang padaNya, kepada apa yang padamu.
DiambilNya nyawanya kepada pahalaNya. Dan ditinggal kanNya padamu KitabNya dan
sunnah NabiNya saw. Maka siapa yang mengambil keduanya, niscaya ia berma’rifah (mengenal ilmu Allah Ta’ala). Dan siapa
yang memisahkan diantara keduanya, niscaya ia menentang: “Hai orang-orang yang
beriman ! hendaklah kamu menjadi orang-orang yang kuat menegakkan keadilan !”.
Dan janganlah kamu disibukkan oleh setan, dengan wafatnya nabimu ! dan
janganlah setan itu mengacaukan kamu dari agamamu ! bersegeralah kamu dari
setan dengan kebajikan, yang kamu dapat melemahkannya. Dan janganlah kamu
menunggukannya, maka ia mengikuti kamu dan membuat fitnah kepada kamu !”.
Ibnu Abbas berkata: “Tatkala telah selesai Abubakar dari
pidatonya, lalu ia berkata: “Hai Umar ! engkau yang sampailah kabar kepadaku,
bahwa engkau mengatakan: tiadalah meninggal Nabi saw. Apakah engkau tidak
ingat, bahwa Nabi saw bersabda pada hari itu, demikian-demikian. Dan pada hari
itu, demikian-demikian ? Allah Ta’ala berfirman dalam KitabNya: “Sesungguhnya
engkau akan mati dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati”. S 39 Az Zumar ayat
30. Umar ra lalu menjawab: “Demi Allah ! seakan-akan aku belum pernah mendengar
ayat itu dalam Kitab Allah, sebelum sekarang ini, tatkala diturun kan kepada
kita. Aku mengaku, bahwa Kitab itu sebagaimana diturunkan. Bahwa hadits itu
sebagaimana diberitakan. Dan bahwa Allah itu hidup, tidak mati. Bahwa kita
kepunyaan Allah dan bahwa kita akan kembali kepadaNya. Rahmat Allah kepada
RasulNya. Dan pada Allah kita mengemukakan RasulNya saw”.
Kemudian, Umar duduk di samping Abubakar. ‘Aisyah berkata:
“Tatkala mereka berkumpul untuk memandikan Rasulullah saw, maka mereka berkata:
“Demi Allah, kita tidak tahu, bagaimana kita memandikan Rasulullah saw ? adakah
kita membuka kainnya, sebagaimana kita berbuat dengan orang-orang yang
meninggal dari kita ? atau kita memandikannya dalam kainnya ?”. ‘Aisyah
meneruskan riwayatnya: “Maka Allah mengirimkan tidur kepada mereka. Sehingga
tiada tinggal seorangpun dari mereka, melainkan ia meletakkan janggutnya atas
dadanya, dalam keadaan tidur. Kemudian berkata orang yang berkata, yang tiada
diketahui, siapakah dia: “Mandikanlah Rasulullah saw dan di atasnya kainnya !”.
Lalu mereka terbangun. Maka mereka berbuat yang demikian. Rasulullah saw
dimandikan dalam baju kemejanya. Sehingga, tatkala telah selesai mereka dari
memandikannya, lalu dikafankan”.
Ali ra berkata: “Kami bermaksud membuka baju kemejanya. Lalu
kami diserukan: “Jangan kamu buka dari Rasulullah saw akan pakaiannya !”. Maka
kami tetapkan pakaian itu. Lalu kami memandikannya dalam baju kemejanya.
Sebagaimana kami memandikan orang-orang yang meninggal dari kami dengan
terlentang. Tiada kami kehendaki, bahwa dibalikkan bagi kami, akan suatu
anggota badan daripadanya, yang tiada bersangatan, melainkan dibalikkan bagi
kami, sehingga kami selesai daripadanya. Sesungguhnya bersama kami hembusan
angin dalam rumah, seperti angin yang segar. Dan terdengar bagi kami suara:
“Pelan-pelanlah kamu dengan Rasulullah saw. Sesungguhnya kamu itu akan merasa
cukup”. Maka demikianlah adanya wafat Rasulullah saw. Beliau tidak meninggalkan
suatu apapun, melainkan dikuburkan bersama dengan beliau.
Abu Ja’far berkata: “Dilengkapi liang lahadnya dengan tikar
tidurnya dan kain selimutnya. Dan dibentangkan kain-kainnya yang dipakainya
waktu tidak tidur, ke atas kain selimut dan tikar tidurnya. Kemudian diletakkan
beliau di atasnya dalam kafannya. Beliau tiada meninggalkan harta sesudah
wafatnya. Dan tiada membangun dalam hidupnya sesuatu batu merah di atas batu
merah. Dan tiada meletakkan suatu bambu di atas suatu bambu. Maka pada hidupnya
itu ibarat yang sempurna. Dan bagi kaum muslimin itu teladan yang baik dengan
Rasulullah saw.
WAFAT...... ABUBAKAR ASH-SHIDDIQ RA.
Tatkala Abubakar ra mendekati wafat (ihtidhar), maka datanglah ‘Aisyah.
Maka ia membuat perumpamaan dengan sekuntum syair ini:
Demi umurku.....
Tidaklah mengayakan banyak harta dari seorang pemuda,
apabila hari itu.........
nyawanya akan keluar dan telah sempitlah dadanya.
Abubakar ra lalu membukakan mukanya dan berkata: “Tidak demikian. Akan
tetapi, katakanlah: “Dan Sakratul-maut (kesakitan mati) itu datang dengan
sebenarnya. Itulah daripadanya engkau hendak melarikan diri”. Lihatlah 2 helai
kainku ini ! cucikanlah keduanya dan kafanilah aku dengan keduanya !
sesungguhnya orang yang hidup itu lebih memerlukan kepada yang baru dari orang
yang mati”. Aisyah ra bermadah ketika akan wafat Abubakar ra:
Yang putih itu,
menyirami awan mendung dengan wajahnya.
Musim bunga anak yatim piatu,
adalah rantai leher bagi wanita-wanita janda.
Abubakar ra lalu menjawab: “Yang demikian itu adalah Rasulullah saw”.
Mereka masuk ke tempat Abubakar ra. Lalu bertanya: “Apakah tidak engkau panggil
dokter yang akan memeriksa engkau ?”. Abubakar ra menjawab: “Telah diperiksa
oleh Dokterku akan aku. Dan Ia berfirman: “Bahwa Aku berbuat menurut
kehendakKu”.
Masuk Salman Al-Farisi ra ke tempat Abubakar ra
mengunjunginya. Maka Salman berkata: “Berilah kami wasiat !”. Abubakar ra
menjawab: “Bahwa Allah telah membuka dunia kepadamu. Maka janganlah engkau
mengambil daripadanya, selain yang sampai kepada engkau ! dan ketahuilah, bahwa
barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh, maka dia itu dalam tanggungan Allah.
Maka janganlah engkau menghinakan Allah dalam tanggunganNya. Maka Ia
menelungkupkan engkau dalam neraka atas muka engkau”.
Tatkala telah beratlah sakit Abubakar ra dan orang banyak
berkehendak daripadanya untuk menentukan gantinya, lalu ia menentukan Umar ra
untuk menggantikannya. Maka berkatalah orang banyak kepadanya: “Engkau
menentukan ganti engkau kepada kami, seorang yang kasar dan berhati keras, maka
apakah yang akan engkau katakan kepada Tuhan engkau ?”.
Abubakar ra menjawab: “Aku akan mengatakan: “Aku menentukan
gantiku kepada makhlukMu, yang terbaik dari makhlukMu”. Kemudian, Abubakar ra
mengirim kabar kepada Umar ra. Maka datanglah Umar ra. Lalu Abubakar ra
berkata: “Aku wasiatkan engkau dengan suatu wasiat. Ketahuilah, bahwa Allah
mempunyai hak pada siang, yang tidak diterimaNya pada malam. Dan bagi Allah hak
pada malam, yang tidak diterimaNya pada siang. Dan sesungguhnya Allah tidak
menerima amalan tersebut, sebelum ditunaikan amalan fardhu. Dan bahwa beratlah
timbangan amal orang yang berat timbangan amalnya pada hari kiamat, dengan
diturutinya kebenaran di dunia dan beratnya kebenaran kepada mereka. Dan
berhaklah bagi neraca, bahwa tidak diletakkan padanya, selain kebenaran yang
memberatkan timbangannya. Dan bahwa ringanlah timbangan amal orang yang ringan
timbangan amalnya pada hari kiamat, dengan diturutinya kebatil/salahan dan
ringannya kebatil/salahan kepada mereka. Dan berhaklah bagi neraca, bahwa tidak
diletakkan padanya, selain kebatil/salahan yang meringankan timbangannya. Bahwa
Allah menyebutkan isi sorga dengan amalan mereka yang sebaik-baiknya. Dan
melampaukan dari kejahatan-kejahatan mereka ! Lalu berkatalah yang berkata:
“Bahwa aku kurang dari mereka. Dan aku tidak akan sampai pada tempat sampainya
mereka. Bahwa Allah menyebutkan isi neraka, dengan amal perbuatan mereka yang
terburuk. Dan Ia mengembalikan kepada mereka, akan amalan baik yang
diperbuatkannya. Lalu berkatalah orang yang mengatakan: “Aku lebih baik dari
mereka”. Bahwa Allah menyebutkan ayat rahmat dan ayat azab, supaya adalah orang
mu’min itu gembira dan takut. Dan tidak membawa dengan kedua tangannya kepada
kebinasaan. Dan ia tidak berangan-angan kepada Allah, yang tidak benar. Maka
jikalau engkau memelihara akan wasiatku ini, maka tiadalah hal yang ghaib yang
lebih engkau sukai, selain dari mati. Dan tak boleh tidak bagi engkau dari mati
itu. Dan jikalau engkau sia-siakan wasiatku ini, maka tiadalah hal ghaib yang
lebih tidak engkau sukai, selain dari mati. Dan tidak boleh tidak bagi engkau
dari mati itu. Dan tidaklah engkau dapat melemahkannya”.
Sa’id bin Al-Musayyab berkata: “Tatkala Abubakar ra mendekati
wafat (ihtidhar), maka datanglah orang-orang dari para sahabat. Mereka lalu
berkata: “Hai Khalifah Rasulullah saw ! berilah kami bekal ! sesungguhnya kami
melihat engkau bagi apa, yang dengan engkau”.
Abubakar ra menjawab: “Barangsiapa mengucapkan kalimat-kalimat
ini, kemudian ia meninggal, niscaya Allah menjadikan ruhnya pada ufuq yang
nyata (al-ufuqul-mubiin)”. Mereka lalu bertanya: “Apakah al-ufuqul-mubiin itu
?”. Abubakar ra menjawab: “Tanah rata, lagi lembut di hadapan ‘Arasy. Padanya
raudhah-raudhah (taman-taman) Allah, sungai-sungai dan pohon-pohonan, yang
diliputi setiap hari oleh 100 rahmat. Maka barangsiapa mengucapkan perkataan
ini, niscaya dijadikan oleh Allah ruhnya pada tempat tersebut, yaitu:
“Ya Allah, ya Tuhan !
bahwa Engkau memulai menjadikan, dengan tiada keperluan bagi engkau kepada
mereka. Kemudian Engkau jadikan mereka 2 golongan: segolongan bagi yang nikmat
dan segolongan bagi yang azab. Maka jadikanlah aku bagi yang nikmat dan
janganlah Engkau jadikan aku bagi yang azab !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menciptakan makhluk
bergolong-golongan dan Engkau membedakan mereka, sebelum Engkau menciptakannya.
Maka Engkau jadikan dari mereka itu yang sengsara dan yang berbahagia, yang
sesat dan yang mendapat petunjuk. Maka janganlah Engkau menjadikan aku
sengsara, disebabkan kemaksiata-kemaksiatanku !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau mengetahui, akan apa yang
diusahakan oleh setiap diri, sebelum Engkau menciptakannya. Maka tiada tempat
lari baginya, dari yang Engkau ketahui itu. Maka jadikanlah aku, dari orang
yang Engkau memakaikannya, dengan ketaatan kepada Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa seseorang itu tiada berkehendak,
sebelum Engkau berkehendak. Maka jadikanlah kehendak Engkau, bahwa aku
berkehendak, akan yang mendekatkan aku kepada Engkau.
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau telah mentakdirkan akan
gerak-gerik hamba, maka tiadalah bergerak sesuatu, selain dengan keizinan
Engkau. Maka jadikanlah gerak-gerikku pada taqwa kepada Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menciptakan kebajikan dan
kejahatan dan Engkau menjadikan bagi setiap sesuatu dari keduanya itu, yang
berbuat, yang mengerjakannya. Maka jadikanlah aku dari dua bahagian itu yang
terbaik !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menciptakan sorga dan
neraka dan Engkau menjadikan bagi masing-masing dari keduanya itu penduduk.
Maka jadikanlah aku dari penduduk sorga Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau menghendaki dengan suatu
kaum itu akan kesesatan dan Engkau sempitkan dengan yang demikian itu akan dada
mereka. Maka lapangkanlah dadaku bagi iman dan hiaskanlah iman itu dalam hatiku
!
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau mengatur segala urusan dan
Engkau menjadikan kembalinya kepada Engkau. Maka hidupkanlah aku sesudah mati,
dengan hidup yang baik dan dekatkanlah aku kepada Engkau !
“Ya Allah, ya Tuhan ! barangsiapa yang di waktu pagi dan sore,
kepercayaannya dan harapannya selain Engkau, maka Engkaulah kepercayaanku dan
harapanku. Tiada daya dan tiada upaya, selain dengan Allah”. Abubakar ra berkata: “Ini semuanya dalam Kitab Allah ‘Azza Wa Jalla”.
WAFAT......... UMAR BIN AL-KHATTAB RA.
Amr bin Maimun berkata: “Aku adalah sedang berdiri pada pagi
Umar mendapat musibah. Dan tidak ada diantaraku dan dia, selain Abdullah bin
Abbas. Adalah Umar apabila melalui diantara dua shaf shalat, lalu ia berdiri
diantara keduanya. Maka apabila ia melihat ada lobang, maka ia mengatakan:
“Luruskan !”. Sehingga, apabila ia tiada melihat lagi pada mereka itu lobang,
niscaya ia maju ke depan, lalu bertakbir”. Amr bin Maimun meneruskan
riwayatnya: “Tatkala Umar ra membaca Surah Yusuf atau An-Nahl atau yang seperti
demikian pada rakaat pertama, sehingga berkumpullah orang banyak. Maka tidaklah
dia, selain lalu bertakbir.
Lalu aku mendengar ia mengatakan: “Dibunuh aku atau dimakan
aku oleh anjing”, ketika ia ditikam oleh Abu Lu’luah. Dan terbanglah kafir
‘Ajam itu dengan pisau yang mempunyai dua mata. Ia tidak melewati kepada
seseorang, di kanan atau di kiri, melainkan ditikamnya. Sehingga ditikamnya 13
orang. Maka 9 dari mereka itu meninggal. Dan pada suatu riwayat, 7 orang.
Tatkala dilihat yang demikian oleh seorang kaum muslimin, lalu dilemparkannya
kepada orang itu baju burnus (baju panjang yang bersambung dengan kopiah
penutup kepala). Tatkala kafir ‘Ajam tadi menduga bahwa baju burnus tersebut
telah diambil oleh orang muslim tersebut, lalu ia membunuh diri.
Umar ra memegang Abdurrahman bin ‘Auf, lalu mendahulukannya ke
muka untuk menjadi imam shalat. Adapun orang yang mengiringi Umar, maka ia
melihat apa yang aku lihat. Dan orang-orang yang di sudut-sudut masjid, maka
mereka itu tiada mengetahui apa yang terjadi. Selain mereka itu tidak mendengar
lagi suara Umar ra. Dan mereka itu mengucapkan: “Subhaanallaah-subhaanallaah
!”. Abdurrahman lalu mengerjakan shalat dengan orang banyak itu, shalat yang
ringan. Tatkala orang banyak sudah pergi, lalu Umar ra berkata: “Hai
Ibnul-Abbas ! periksalah siapa yang membunuh aku !”. Amr bin Maimun meneruskan
ceritanya: “Ibnul-Abbas itu lalu menghilang sesaat. Kemudian, ia datang, seraya
berkata: “Budak Al-Mughirah bin Sya’bah”. Umar ra lalu menjawab: “Kiranya ia
dibunuh oleh Allah ! sesungguhnya adalah aku menyuruhnya yang baik”. Kemudian,
Umar ra mengatakan: “Segala pujian bagi Allah, yang tidak menjadikan kematianku
di tangan seorang muslim. Adalah engkau dan bapak engkau menyukai, bahwa
banyaklah orang-orang kafir ‘Ajam di Madinah”. Adalah Al-Abbas yang paling
banyak berteman dengan mereka. Ibnu Abbas maka menjawab: “Jikalau engkau
kehendaki, niscaya aku berbuat. Artinya: jikalau engkau kehendaki, niscaya kami
bunuh mereka”. Umar ra menjawab: “Sesudah mereka berkata-kata dengan bahasa
kamu ? mereka mengerjakan shalat ke kiblat kamu ? dan mereka mengerjakan hajji
seperti hajji kamu ?”. Maka Umar ra dibawakan ke rumahnya. Lalu kami berjalan
bersama dengan dia”. Amr bin Maimun meneruskan ceritanya: “Seakan-akan manusia
merasa, bahwa mereka belum pernah mendapat musibah, sebelum hari itu”. Amr bin
Maimun berkata: “Lalu ada yang mengatakan berkata: “Aku takut akan nasib Umar
ra”. Dan ada pula yang mengatakan berkata: “Tidak apa-apa pada Umar ra”. Maka
diberikan kepada Umar ra air nabidz (minuman yang dibuat dari buah tamar, yang
tidak memabukkan). Lalu beliau minum. Maka air nabidz itu keluar dari perutnya.
Kemudian diberikan susu, lalu beliau minum. Maka susu itu keluar dari perutnya.
Lalu mereka itu tahu, bahwa beliau akan wafat. Amr bin Maimun meneruskan
ceritanya: “Lalu kami masuk ke tempat Umar ra. Dan orang banyak datang
memujikannya. Seorang laki-laki muda datang dan berkata: “Gembiralah, hai
Amirul-mu’minin, dengan kabar gembira daripada Allah ‘Azza Wa Jalla !
sesungguhnya bagi engkau persahabatan dengan Rasulullah saw. Engkau telah
tampil dalam Islam, sebagaimana yang sudah engkau ketahui. Kemudian, engkau
dijadikan wali negeri. Lalu engkau berlaku adil. Kemudian, syahid”. Maka Umar
ra menjawab: “Aku ingin bahwa yang demikian itu adalah kecukupan.Tidak atasku
dan tidak bagiku”.
Tatkala laki-laki muda itu membelakang, tiba-tiba terlihat
kain sarungnya menyentuh lantai. Maka Umar ra berkata: “Kembalilah kepada anak
muda itu !”. Lalu Umar ra berkata: “Hai anak saudaraku ! angkatlah kainmu !
sesungguhnya itu lebih mengekalkan kainmu dan lebih mentakwakan kepada Tuhanmu
!”. Kemudian, Umar ra berkata kepada puteranya: “Hai Abdullah ! perhatikanlah
apa yang ada dari hutangku !”. Maka mereka menghitung hutang Umar ra. Lalu
mereka memperoleh sebanyak 86 ribu dirham atau sekitar yang demikian. Umar ra
lalu berkata: “Jikalau cukup yang demikian itu dengan harta keluarga Umar, maka
selesaikanlah dengan harta mereka ! dan jikalau tidak, maka mintalah pada
kabilah Bani ‘Adi bin Kaab ! jikalau tidak mencukupi harta mereka, maka
mintalah pada kabilah Quraisy ! janganlah engkau melampaui mereka kepada orang
lain ! dan lunaskanlah harta itu daripadaku ! pergilah kepada Ummul-mu’minin
‘Aisyah ! katakanlah kepadanya, bahwa Umar menyampaikan salam kepada engkau.
Dan jangan engkau katakan: amirul-mu’minin! sesungguhnya aku pada hari ini
tidak lagi amirul-mu’minin. Dan katakanlah, bahwa: Umar bin Al-Khattab meminta
izin, bahwa ia dikuburkan bersama kedua temannya”. Maka Abdullah lalu pergi.
Maka ia memberi salam dan meminta izin. Kemudian ia masuk ke tempat ‘Aisyah.
Maka didapatinya ‘Aisyah sedang duduk dengan menangis. Lalu Abdullah berkata:
“Umar bin Al-Khattab menyampaikan salam kepada engkau. Dan meminta izin, bahwa
dia dikuburkan bersama kedua temannya”. ‘Aisyah menjawab: “Sesungguhnya aku
kehendaki tempat itu untuk diriku sendiri. Dan pada hari ini, aku utamakan Umar
dari diriku sendiri”.
Tatkala Abdullah telah datang menghadap, lalu dikatakan, bahwa
ini Abdullah bin Umar telah datang. Lalu Umar bin Al-Khattab berkata:
“Angkatlah aku !”. Maka beliau disandarkan oleh seorang laki-laki kepada
Abdullah. Umar ra lalu bertanya: “Apakah pada engkau ?”. Abdullah bin Umar
menjawab: “Yang engkau ingini, wahai Amirul-mu’minin, telah diizinkan”. Umar ra
menjawab: “Alhamdulillah ! tiadalah suatupun yang lebih penting kepadaku, dari
itu. Maka apabila telah diambilkan nyawaku, bawalah aku. Kemudian ucapkan salam
dan katakan: “Umar meminta izin. Jikalau ‘Aisyah mengizinkan bagiku, maka
masukkanlah aku. Dan jikalau ia menolak aku, maka kembalikanlah aku ke kuburan
kaum muslimin !”.
Ummul-mu’minin Hafsah (puteri Umar ra) datang. Dan kaum wanita
menutupkannya. Tatkala kami melihatnya, lalu kami berdiri. Maka Hafsah masuk ke
tempat Umar ra. Lalu menangis di sisinya sesaat. Kaum lelaki meminta izin
masuk. Lalu Hafsah masuk ke dalam. Maka kami mendengar tangisannya dari dalam.
Kaum lelaki itu berkata: “Berilah wasiat, hai Amirul-mu’minin ! dan tentukanlah
ganti engkau !”. Umar ra menjawab: “Aku tiada melihat yang lebih berhak dengan
urusan ini, dari mereka, dari ketika Rasulullah saw wafat, maka Rasulullah
senang (ridha) kepada mereka. Lalu ia menyebutkan: Ali,
Usman, Az-Zubair, Thalhah, Sa’ad dan Abdurrahman. Umar ra berkata:
‘Naik saksi Abdullah bin Umar akan kamu. Dan tiada baginya sesuatu dari urusan
itu, seperti: cara ta’ziah baginya. Maka jikalau urusan pemerintahan itu
diserahkan kepada Sa’ad, maka demikianlah kiranya. Dan jikalau tidak, maka
hendaklah diminta tolong padanya, siapakah diantara kamu yang dijadikan amir.
Sesungguhnya aku tidak menurunkan Sa’ad dari amir Kufah dahulu, dari karena
lemah atau khianat”. Umar ra meneruskan perkataannya: “Aku wasiatkan kepada
khalifah sesudahku, bagi orang-orang muhajirin yang pertama, bahwa diakuilah
mempunyai kelebihan bagi mereka dan dijagalah kehormatan mereka. Dan aku
wasiatkan kepada khalifah itu, akan kebajikan bagi orang-orang anshar, yang
telah menempati negeri dan iman dari sebelum kaum muhajirin itu, bahwa diterima
dari yang berbuat ihsan dari mereka dan bahwa dimaafkan dari yang berbuat buruk
dari mereka. Dan aku wasiatkan kepada khalifah itu akan kebajikan dengan
penduduk-penduduk kota. Bahwa mereka itu kurang baik Islamnya, mengumpulkan
harta dan bersikap kasar kepada musuh. Dan bahwa khalifah itu tidak mengambil dari
mereka, selain pemberian mereka, dengan ridha (senang) mereka. Dan aku
wasiatkan kepada khalifah itu, akan kebajikan dengan orang-orang Arab desa.
Sesungguhnya mereka itu Arab asli dan unsur Islam. Dan bahwa ia mengambil dari
tepi-tepi harta mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin dari mereka.
Dan aku wasiatkan kepada khalifah itu, dengan kesetiaan kepada Allah ‘Azza wa
Jalla dan kesetiaan kepada Rasulullah saw, bahwa ditepati bagi mereka itu
janji, yang dijanjikan bagi mereka. Bahwa diperangi demi kepentingan mereka
dari belakang mereka. Dan tidak diberatkan kepada mereka, selain menurut
kemampuan mereka”.
Amr bin Maimun meneruskan riwayatnya: “Tatkala Umar ra telah
wafat, lalu kami bawa Umar ra. Kami berjalan kaki. Lalu Abdullah bin Umar memberi
salam dan berkata: “Umar bin Al-Khattab meminta izin”. ‘Aisyah menjawab:
“Bawalah dia masuk !”. Lalu mereka membawa masuk Umar dan menguburkannya di
situ bersama kedua temannya..... sampai kepada akhir riwayat ini.
Dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jibril as berkata:
“Islam itu menangis karena meninggalnya Umar”. Dari Ibnu Abbas, yang
menceritakan: “Umar ra diletakkan di atas tempat tidurnya. Maka ia dikelilingi
oleh orang banyak yang berdoa dan bershalat jenazah, sebelum ia diangkat. Dan
aku bersama mereka. Maka tiada memperhatikan aku, selain oleh seorang laki-laki
yang memegang bahuku. Maka aku berpaling, kiranya dia itu Ali bin Abi Thalib
ra. Maka beliau memohonkan rahmat kepada Umar dan berkata: “Tiada engkau
tinggalkan seorang yang lebih aku cintai, daripada bahwa aku menemui Allah
seperti amal perbuatannya dari engkau. Demi Allah, sesungguhnya aku menyangka,
bahwa Allah menjadikan engkau bersama kedua teman engkau. Yang demikian itu,
bahwa aku banyak kali mendengar Nabi saw bersabda: “Aku berjalan, Abubakar dan
Umar. Aku keluar, Abubakar dan Umar. Dan aku masuk, Abubakar dan Umar”. Bahwa
aku sesungguhnya mengharap atau menyangka bahwa Allah menjadikan engkau bersama
keduanya”.
WAFAT........ USMAN RA.
Berita tentang pembunuhan Usman ra itu terkenal ke mana-mana. Abdullah bin
Salam bercerita: “Aku datang kepada saudaraku Usman, untuk menyampaikan salam
kepadanya. Dan dia itu terkepung. Maka aku masuk ke tempatnya. Lalu ia
mengatakan: “Selamat datang hai saudaraku. Aku memimpikan Rasulullah saw malam
tadi pada pintu kecil ini. Yaitu pintu kecil di rumah. Rasulullah saw bersabda:
“Hai Usman ! mereka mengepung engkau”. Aku menjawab: “Ya !” Rasulullah saw
bersabda lagi: “Mereka itu menghauskan engkau”. Aku menjawab: “Ya !”.
Rasulullah saw lalu melepaskan kepadaku sebuah ember, yang di dalamnya air.
Lalu aku minum, sehingga aku puas. Sehingga aku memperoleh dinginnya diantara
dadaku dan bahuku. Rasulullah saw bersabda kepadaku: “Jikalau engkau kehendaki,
niscaya aku tolong engkau terhadap mereka. Dan jikalau engkau kehendaki, maka
engkau berbuka puasa pada kami”. Maka aku pilih, bahwa aku berbuka puasa
padanya”. Usman ra lalu dibunuh orang pada hari itu. Abdullah bin Salam
bertanya kepada orang yang melihat berlumurannya Usman dengan darah pada waktu meninggal,
ketika ia dilukakan orang: “Apa kata Usman dan dia itu berlumuran darah ?”.
Mereka itu menjawab: “Kami mendengar Usman ra berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan !
kumpulkanlah umat Muhammad saw !”. -3 kali beliau mengucapkannya.
Abdullah bin Salam mengatakan: “Demi Allah, yang diriku di
tanganNya ! jikalau ia berdoa kepada Allah, bahwa umat itu tidak berkumpul
(bersatu), niscaya mereka tiada akan bersatu sampai hari kiamat”. Dari Tsamamah
bin Hazn Al-Qusyairi yang mengatakan: “Aku menyaksikan rumah ketika Usman ra
mendekati mereka, seraya berkata: “Datanglah kamu kepadaku dengan kedua temanmu
yang mendorongkan kamu terhadap aku !”. Tsamamah meneruskan ceritanya: “Maka
didatangkan kedua orang tersebut, seakan-akan keduanya itu unta atau keledai.
Lalu Usman ra mendekati mereka, seraya berkata: “Aku meminta kepadamu dengan
sumpah kepada Allah dan Islam. Adakah kamu ketahui, bahwa Rasulullah saw datang
di Madinah dan tidak ada di Madinah air yang tawar, selain sumur Ruumah.
Maka Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membeli sumur Ruumah,
niscaya ia menjadikan timbanya bersama timba-timba kaum muslimin dengan
kebajikan baginya dari sumur itu dalam sorga”. Lalu aku beli sumur itu dari
perhitungan hartaku sendiri. Maka kamu pada hari ini melarang aku meminum
daripadanya dan dari air laut ?”. Mereka itu menjawab: “Ya !”. Usman berkata:
“Aku meminta kepadamu dengan sumpah kepada Allah dan Islam. Adakah kamu
ketahui, bahwa aku menyedia kan tentara kesukaran dari hartaku ?”. Mereka itu
menjawab: “Ya, tahu !”. Usman ra berkata lagi: “Aku meminta kepadamu dengan
sumpah kepada Allah dan Islam. Adakah kamu ketahui, bahwa masjid itu telah
sempit dengan isinya.
Lalu
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa membeli tempat keluarga si Anu, maka ia
menambahkannya dalam masjid dengan kebajikan daripadanya dalam sorga”. Maka aku
beli tempat itu dari perhitungan hartaku sendiri. Maka kamu pada hari ini
melarang aku bershalat padanya dua rakaat ?”. Mereka itu menjawab: “Ya !”.
Usman ra berkata pula: “Aku meminta kepadamu dengan sumpah kepada Allah dan
Islam. Adakah kamu ketahui, bahwa Rasulullah saw berada di Tsabir Makkah dan
bersama beliau adalah Abubakar, Umar dan aku. Maka bergeraklah (gempalah)
bukit, sehingga berjatuhan batunya di lembah”. Usman ra meneruskan
perkataannya: “Lalu Nabi saw meninggalkan tempat itu dengan segera dan
bersabda: “Tenanglah hai Tsabir ! tidak ada di atas kamu sekarang, selain
seorang nabi, seorang shiddiq dan dua orang syahid”. Mereka itu menjawab: “Ya
!”. Usman ra berkata: “Allah Maha Besar, mereka naik saksi bagiku –demi Tuhan
yang empunya Ka’bah, bahwa aku itu syahid”. Diriwayatkan dari seorang syaikh
dari Dlabbah, bahwa Usman ra ketika dipukul dan darah mengalir pada janggutnya,
lalu mengucapkan: “Tiada Tuhan yang disembah, selain Engkau, Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri. Ya
Allah, ya Tuhan ! aku meminta bantuan Engkau terhadap mereka dan meminta tolong
pada Engkau atas semua urusanku ! aku bermohon pada Engkau bahwa aku dapat
bersabar atas percobaan yang Engkau timpakan atas diriku !”.
WAFAT......... ALI ra.
Al-Ashbagh Al-Handhali berkata: “Tatkala adalah malam yang Ali ra mendapat
musibah padanya, maka ia didatangi Ibnut-Tayyah ketika terbit fajar, yang
memberitahukannya dengan waktu shalat Shubuh (dengan adzan). Dan Ali ra itu
berbaring, yang merasa berat untuk bangun. Lalu Ibnut-Tayyah kembali kali kedua
seperti yang demikian. Kemudian, ia kembali lagi kali ketiga. Lalu Ali ra
bangun berdiri, berjalan, seraya bermadah:
Ikatkanlah tengah-tengah dadamu bagi mati,
bahwa mati itu akan menjumpai kamu !
Janganlah engkau bergundah hati dari mati,
apabila ia datang ke lembahmu !
Tatkala Ali ra sampai di pintu kecil, maka Ibnu Muljam mengerasinya. Lalu
memukulkannya. Lalu Ummu Kalsum –puteri Ali ra- keluar dari rumah dan
mengatakan: “Apakah kiranya bagiku dan shalat Shubuh ? Suamiku Amirul-mu’minin
(Umar ra) dibunuh waktu shalat Shubuh. Ayahku (Ali ra) dibunuh waktu shalat
Shubuh”. Dari seorang Syaikh dari Quraisy menerangkan, bahwa Ali ra tatkala
dipukul oleh Ibnu Muljam, maka berkata: “Demi Tuhan yang empunya Ka’bah ! aku
memperoleh kemenangan”. Dari Muhammad bin Ali, menerangkan, bahwa tatkala Ali
ra dipukul, maka beliau mewasiatkan kepada putera-puterinya. Kemudian, ia tidak
mengatakan apa-apa, selain: Laa ilaaha illallaah, sampai beliau wafat. Tatkala
sakit berat Al-Hasan bin Ali ra dari racun, maka datang kepadanya Al-Husain (adiknya).
Al-Husain berkata: “Untuk apa engkau bergundah hati ? engkau akan datang kepada
Rasulullah saw dan kepada Ali bin Abi Thalib. Dan keduanya itu adalah bapak
engkau. Dan kepada Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad. Dan
keduanya itu ibu engkau. Dan kepada Hamzah dan Ja’fat. Dan keduanya itu paman
engkau”. Al-Hasan menjawab: “Aku datang kepada urusan, yang belum pernah aku
datang kepada yang seperti itu”.
Dari Muhammad bin Al-Hasan ra yang mengatakan: “Tatkala telah
berhenti kaum (lasykar Ubaidillah bin Ziyad) dari Al-Husain ra dan mereka itu
yakin telah membunuhnya, lalu Al-Husain bangun berdiri di tengah-tengah para
sahabatnya, berpidato. Maka ia memuji Allah dan memujaNya, kemudian berkata:
“Telah turun dari urusan itu apa yang kamu lihat. Bahwa dunia telah berobah &
menantang. Telah membelakang perbuatan yang baik dari dunia dan berlalu cepat,
sehingga tidak tinggal daripadanya, selain seperti tertuangnya air ke gelas.
Ketahuilah kiranya, bahwa memadailah bagiku hidup seperti tempat gembala yang
mendatangkan bencana. Adakah tidak kamu melihat akan kebenaran, yang tidak
dilaksanakan dan salahan yang tidak dilarang ? hendaklah orang mu’min itu ingin
menemui Allah Ta’ala. Dan bahwa aku tiada melihat mati itu, selain bahagia. Dan
hidup bersama orang-orang zalim itu adalah dosa.
BAB KELIMA: tentang pembicaraan orang2 yg ihtidhar (yg
mendekati ajal) dari khalifah2, amir2 dan orang2 shalih.
Tatkala Mu’awiah bin Abi Sufyan mendekati wafat, maka ia berkata:
“Dudukkanlah aku. Lalu ia didudukkan. Maka ia bertasbih kepada Allah Ta’ala dan
berdzikir. Kemudian menangis dan berkata: “Engkau ingat akan Tuhan engkau, hai
Mu’awiah sesudah tua dan menurun. Ketahuilah, adalah ini dan ranting kepemudaan
itu hijau yang berkarat !”. Mu’awiah itu menangis, sehingga keras tangisannya
dan berdoa: “Hai Tuhanku ! kasihanilah orang tua yang maksiat ini, yang
mempunyai hati yang kesat ! ya Allah, ya Tuhan ! kurangilah keterperosokan,
ampunilah ketergelinciran dan janjikanlah dengan kepenyantunan Engkau kepada
siapa, yang tiada mengharap selain Engkau ! dan tiada mempercayai dengan
seseorang, selain Engkau !”.
Diriwayatkan dari seorang syaikh dari Quraisy, bahwa ia masuk
bersama suatu rombongan kepada Mu’awiah pada sakitnya. Lalu mereka itu melihat
pada kulitnya pecah-pecah. Maka Mu’awiah memuji Allah dan memujaNya. Kemudian
berkata: “Adapun kemudian, maka adakah dunia semua, selain apa yang kita coba
dan yang kita lihat. Adapun –demi Allah- kita telah menerima kembang dunia
dengan kesungguhan kita dan kelezatan kita dengan kehidupan kita. Maka
senantiasalah dunia meruntuhkan yang demikian dari kita, keadaan demi keadaan,
lobang demi lobang. Maka jadilah dunia itu menggundah kan kita, memburukkan
kita dan melekat kepada kita. Cis bagi dunia dari rumah ! kemudian, cis baginya
dari rumah !”.
Diriwayatkan, bahwa akhir pidato yang dipidatokan Mu’awiah,
ialah: beliau mengatakan: “Hai manusia ! bahwa aku ini dari tanaman yang sudah
dicabut. Aku telah memerintahkan kamu dan tiada akan diperintahkan kamu oleh
seseorang sesudahku, melainkan orang itu adalah lebih jahat daripadaku.
Sebagaimana adanya orang yang sebelumku itu lebih baik daripadaku. Hai Yazid !
apabila telah datang ajalku, maka suruhlah untuk memandikan aku kepada seorang
yang berakal. Bahwa orang yang berakal itu mempunyai tempat pada Allah. Maka
hendaklah dilembutkan mandi ! dan hendaklah dikeraskan (dijaharkan) takbir !
kemudian, pergilah mengambil sapu tangan dalam gudang, yang di dalamnya ada
kain dari kain-kain Nabi saw, guntingan dari rambut dan kuku-kukunya. Maka
letakkanlah guntingan itu pada hidungku, mulutku, telingaku dan mataku ! dan
letakkanlah kain itu atas kulitku, tidak atas kafanku ! hai Yazid ! jagalah
wasiat Allah terhadap ibu bapak ! apabila kamu masukkan aku dalam tempat baruku
dan kamu meletakkan aku dalam lobangku, maka lepaskanlah Mu’awiah kepada Yang
Maha Pengasih dari segala yang pengasih !”.
Muhammad bin ‘Uqbah berkata: “Tatkala Mu’awiah mendekat akan
meninggal, maka beliau mengatakan: “Hai kiranya aku ! adalah aku ini seorang laki-laki
dari Quraisy di Dzi Thuwa. Dan aku tidak mengurus sesuatu dari urusan ini”.
Tatkala Abdul-malik bin Marwan mendekat wafat, maka ia memandang kepada seorang
tukang cuci, dekat Damsyik, yang melipatkan kain dengan tangannya. Kemudian, ia
memukul alat pencuci dengan kain itu. Maka berkata Abdul-malik: “Kiranya aku
ini seorang tukang cuci, yang aku makan dari usaha tanganku, hari demi hari.
Dan tiada aku mengurus sesuatu dari urusan dunia”. Maka sampailah ucapan itu
kepada Abu Hazm, lalu Abu Hazm berkata: “Segala pujian bagi Allah, yang telah
menjadikan mereka, apabila mendekati kematian, lalu berangan-angan akan apa,
yang kita padanya. Dan apabila kita mendekati kepada kematian, maka kita tiada
berangan-angan akan apa, yang mereka padanya”.
Ditanyakan kepada Abdul-malik bin Marwan dalam sakitnya, yang
ia meninggal dalam sakit itu: “Bagaimana engkau mendapati diri engkau, wahai
Amirul-mu’minin ?”. Abdul-malik bin Marwan menjawab: “Aku dapati diriku,
sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala: “Dan sesungguhnya kamu datang kepada
Kami seorang saja, sebagaimana Kami menjadikan kamu pada pertama kali. Dan kamu
tinggalkan apa yang telah Kami berikan kepada kamu di belakang. Dan Kami tidak
menampak bersama kamu penolong-penolongmu, yang kamu katakan, bahwa mereka
bersekutu dengan Tuhan; sungguh telah putus pertalian antara kamu dengan mereka
dan telah hilang daripadamu apa yang pernah kamu katakan”. S 6 Al An’aam ayat
94. Dan kemudian, beliau meninggal. Fathimah binti Abdul-malik bin Marwan
–isteri Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Aku mendengar Umar dalam sakitnya, yang
ia meninggal dalam sakit itu, mengatakan: “Ya Allah, ya Tuhan ! ringankanlah
kepada mereka akan kematianku, walaupun sesaat dari siang hari”. Maka tatkala
adalah hari yang ia meninggal padanya, lalu aku keluar daripadanya. Aku duduk
pada rumah lain, yang diantaraku dan dia pada pintu. Dan dia dalam kubbahnya.
Lalu aku mendengar ia membaca ayat ini: “Kampung akhirat itu Kami berikan
kepada mereka yang tidak hendak berbuat sewenang-wenang dan bencana di muka
bumi dan kesudahan (yang baik) adalah untuk orang-orang yang memelihara dirinya
dari kejahatan”. S 28 Al Qashash ayat 83. Kemudian, ia tenang. Maka aku tidak
mendengar lagi bunyi gerak dan perkataannya. Lalu aku berkata kepada
pelayannya: “Lihatlah, apakah dia itu tidur ?”. Tatkala pelayan itu masuk, lalu
ia memekik. Maka aku melompat ke dalam. Rupanya ia sudah meninggal. Dan
dikatakan tatkala beliau akan meninggal: “Hai Amirul-mu’minin ! berwasiatlah!”.
Ia lalu berkata: “Aku peringatkan kamu seperti terlentangnya aku ini.
Sesungguhnya tidak boleh tidak bagimu daripadanya”. Diriwayatkan bahwa tatkala
telah berat sakit Umar bin Abdul-aziz, lalu dipanggil tabib. Tatkala tabib itu
memandang kepadanya, maka berkata: “Aku melihat bahwa beliau ini sudah terminum
racun. Dan tidak aman lagi beliau daripada meninggal. Maka Umar membuka matanya
dan berkata: “Engkau tidak pula akan merasa aman dari kematian, kepada orang
yang tidak terminum racun”. Tabib itu bertanya: “Adakah engkau rasakan yang
demikian, wahai Amirul-mu’minin ?”. Umar ra menjawab: “Ya, aku telah mengetahui
yang demikian ketika telah masuk dalam perutku”. Tabib itu berkata pula:
“Berobatlah, wahai Amirul-mu’minin ! sesungguhya aku takut akan pergi nyawa
engkau”. Umar ra menjawab: “Tuhanku, adalah lebih baik, untuk pergi kepadaNya.
Demi Allah ! jikalau aku tahu, bahwa kesembuhanku pada kuping telingaku,
niscaya tiada akan aku angkatkan tanganku kepada telingaku. Lalu aku
memegangnya. Ya Allah, ya Tuhan! jadikanlah kebajikan bagi Umar pada menemui Engkau
!”. Maka Umar bin Abdul-‘aziz tiada menunggu, selain beberapa hari. Sehingga
iapun meninggal dunia.
Dikatakan, bahwa tatkala Umar bin Abdul-‘aziz mendekati wafat,
maka ia menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang menjadikan engkau
menangis, hai Amirul-mu’minin ? bergembiralah ! Allah telah menghidupkan engkau
bertahun-tahun. Ia telah melahirkan keadilan dengan engkau”. Umar ra lalu
menangis, kemudian berkata: “Apakah tidak aku disuruh berdiri, lalu aku
ditanyakan dari urusan makhluk ini ? demi Allah ! jikalau aku adil pada mereka,
niscaya aku takut atas diriku, bahwa ia tidak berdiri dengan alasannya di
hadapan Allah, selain bahwa Allah mengajarkannya akan alasannya. Maka bagaimana
dengan banyaknya apa yang kami sia-siakan ?”. Dan berlinang-linanglah kedua
matanya. Maka Umar bin Abdul-‘aziz tiada menunggu, selain masa yang sedikit.
Sehingga iapun meninggal dunia. Tatkala telah mendekati waktu meninggalnya,
maka Umar bin Abdul-‘aziz mengatakan: “Dudukkanlah aku !”. Lalu mereka
mendudukkannya. Maka Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Aku yang engkau jadikan
amir, maka aku teledor. Dan engkau larang aku, maka aku berbuat maksiat”. 3
kali beliau mengatakan yang demikian. “Akan tetapi, “Laa ilaaha illallaah;
Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah”. Kemudian, beliau mengangkatkan
kepalanya, lalu menajamkan pandangan. Lalu ditanyakan beliau pada yang
demikian. Maka beliau menjawab: “Bahwa aku sesungguhnya melihat warna hijau,
yang tidaklah mereka itu insan dan jin”. Kemudian beliau wafat. Kiranya Allah
mencurahkan rahmat kepadanya.
Diceritakan tentang Harunur-rasyid, bahwa ia memilih kafannya
dengan tangannya sendiri ketika ia akan meninggal. Dan ia memandang kepada
kafannya itu seraya membaca: “Kekayaanku tiada memberi pertolongan kepadaku !
kekuasaanku telah pergi daripadaku !”. S 69 Al Haaqqah ayat 28-29. Khalifah
Al-Ma’mun menghamparkan abu & berbaring di atasnya. Ia mengatakan: “Wahai
Yang Tiada hilang kerajaanNya! kasihanilah kepada orang yang hilang
kerajaannya!”
Al-Mu’tashim mengatakan ketika beliau meninggal: “Jikalau aku
tahu, bahwa umurku begitu pendek, niscaya aku tiada berbuat”.
Adalah Al-Muntashir bergoncang hatinya ketika akan meninggal. Lalu
dikatakan kepadanya: “Tiada mengapa yang demikian atas engkau, wahai
Amirul-mu’minin !”. Ia lalu menjawab: “Tiadalah selain ini. Telah pergi dunia
dan datanglah akhirat”.
‘Amr bin Al-‘Ash mengatakan ketika akan meninggal dan ia
memandang kepada peti-peti kepunyaan anak-anaknya: “Siapakah yang akan
mengambil nya dengan apa yang di dalamnya. Semoga adalah itu taik unta”.
Al hajjaj (Amir dari dinasti omawiah) berdoa ketika akan
meninggal: “ya Allah ya Tuhan! Ampunilah aku !” lalu orang banyak mengucapkan:
“bahwa engkau tiada mengampunkan aku”. Kalimat tersebut itu mengherankan Umar
bin Abdul Aziz datang dari al hajaj dan mengembirakan Noya. Tatkala diceritakan
yang demikian kepada la asan la Basri, lalu beliau bertanya: “adakah dia
mnegatakannya?” lalu di jawab orang:”ya”! maka la asan albasari menjawab:
“mudah2an”
PENJELASAN: ucapan2 segolongan dari kekhususan orang2 shalih
dari para sahabat, tabi’in dan para ahli tasawwuf/ahli suffi sesudah mereka,
kiranya Allah meridhai mereka sekalian.
Tatkala Ma’adz ra mendekati wafat, ia berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan !
sesungguhnya aku takut kepada Engkau. Dan aku pada hari ini, mengharap Engkau.
Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa Engkau mengetahui, bahwa tidaklah aku mencintai
dunia dan lama kekekalan di dunia, karena mengalirnya sungai-sungai. Dan tidak
karena ditanamkan pohon-pohonan. Akan tetapi, karena kehausan tengah hari yang
kemarau, penanggungan saat-saat yang tertentu dan berdesak-desakkan ulama
dengan penunggang-penunggang binatang kendaraan ketika berlalunya ingatan”.
Tatkala bersangatan kesengsaraan mati bagi Ma’adz dan ia merasa kesengsaraan
mati itu, yang tidak dirasakan oleh seseorang, maka tatkala ia sembuh dari
suatu kesengsaraan, niscaya ia membuka matanya. Kemudian berkata: “Hai Tuhan !
tiadalah dicekik aku oleh cekikan Engkau. Maka demi keagungan Engkau, bahwa
Engkau mengetahui, bahwa hatiku mencintai Engkau”.
Tatkala Salman ra mendekati wafat, maka ia menangis. Lalu
ditanyakan kepadanya:“Apakah yg membawa engkau kepada menangis?” Salman ra
menjawab: “Aku tiada menangis karena gundah kepada dunia. Akan tetapi, telah
dijanjikan kepada kami oleh Rasulullah saw bahwa adalah barang yang memadai
dari kehidupan bagi seseorang kita dari dunia itu seperti perbekalan orang yang
berkendaraan”. Maka tatkala Salman ra telah meninggal, lalu diperhatikan pada
semua yang ditinggalkannya. Maka nilainya adalah di sekitar 10 dirham.
Tatkala Bilal mendekati wafat, maka isterinya berkata:
“Alangkah sedihnya”. Bilal ra lalu menjawab: “Alangkah suka-citanya ! besok
kami akan bertemu dengan segala yang dicintai. Muhammad dan partainya”.
Dikatakan, bahwa Abdullah bin Al-Mubarak membuka matanya
ketika akan meninggal dan tertawa, seraya membaca ayat: “Untuk –mencapai
keberuntungan- yang seperti ini, orang-orang yang beramal itu hendaklah beramal
terus !”. S 37 Ash Shaffaat ayat 61.
Tatkala Ibrahim An-Nakha’i mendekati wafat, maka ia menangis.
Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yg menyebabkan maka engkau menangis?”
Ibrahim An-Nakha’i menjawab: “Aku menunggu daripada Allah akan utusan yang
menyampaikan kepadaku berita gembira, dengan sorga atau neraka”.
Tatkala Ibnul-Munkadir mendekati ajal, maka ia menangis. Lalu
ditanyakan kepadanya: “Apakah yang membawa engkau kepada menangis ?”.
Ibnul-Munkadir menjawab: “Demi Allah ! tidaklah aku menangis karena dosa yang
aku ketahui, bahwa aku telah mengerjakannya. Akan tetapi, aku takut bahwa aku
telah mengerjakan sesuatu, yang aku sangka kecil, padahal pada sisi Allah itu
besar”.
Tatkala ‘Amir bin Abdul-qis mendekati ajal, maka ia menangis.
Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang menyebabkan engkau menangis ?”. ‘Amir
bin Abdul-qis menjawab: “Tidaklah aku menangis karena kegundahan dari mati dan
tidak karena kerakusan kepada dunia. Akan tetapi, aku menangis atas apa yang
luput bagiku dari kehausan tengah hari yang kemarau dan dari bangun malam untuk
shalat di musim dingin”.
Tatkala Fudlail mendekati ajal, maka ia pingsan. Kemudian, ia
membuka kedua matanya dan mengatakan: “Alangkah jauhnya perjalanan! alangkah
sedikitnya perbekalan !”.
Tatkala Ibnul-Mubarak mendekat wafat, lalu ia mengatakan
kepada Nasar bekas budaknya: “Letakkanlah kepalaku atas tanah !”. Maka Nasar
itu menangis. Lalu Ibnul-Mubarak bertanya: “Apakah yang menyebabkan maka engkau
menangis ?”. Nasar menjawab: “Aku teringat kepada kenikmatan yang engkau berada
di dalamnya. Dan engkau itu sekarang akan meninggal sebagai orang miskin yang
merantau”. Ibnul-Mubarak berkata: “Diam ! bahwa aku telah bermohon pada Allah
Ta’ala, kiranya Ia menghidupkan aku dengan kehidupan orang-orang kaya. Dan Ia
mematikan aku dengan kematian orang-orang miskin”. Kemudian Ibnul-Mubarak
mengatakan kepada Nasar: “Talkinkanlah (ajarilah) aku kalimat: Laa ilaaha
illallaah. Dan jangan engkau ulangi lagi kepadaku, selama aku tidak
berkata-kata dengan perkataan yang lain !”.
‘Atha’ bin Yassar berkata: “Iblis itu menampakkan diri kepada
seseorang ketika akan mati. Lalu Iblis itu mengatakan kepada orang tersebut:
“Engkau lepas”. Orang itu lalu menjawab: “Aku tiada merasa aman dari engkau
kemudian”. Sebahagian mereka menangis ketika akan mati. Lalu ditanyakan
kepadanya: “Apakah yang menyebabkan maka engkau menangis ?”. Orang itu
menjawab: “Ada ayat dalam Kitab Allah Ta’ala, yaitu firmanNya ‘Azza Wa Jalla:
“Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa”. S 5 Al Maaidah ayat 27.
Al-Hasan Al-Bashari masuk ke tempat seorang laki-laki yang
suka berderma, lalu beliau mengatakan: “Bahwa orang ini, permulaannya sungguh
patut memelihara penghabisannya. Dan orang ini, penghabisannya sungguh patut
bahwa berlaku zuhud pada permulaannya”.
Al-Jariri berkata: “Aku berada di sisi Al-Junaid ketika ia
dalam keadaan naz’a (kesulitan mati). Dan waktu itu adalah hari Jum’at dan hari
Nairuz (hari pertama dari Tahun Parsi). Dan ia membaca Alquran. Lalu
dikhatamkannya. Maka aku bertanya kepadanya: “Dalam keadaan ini hai Abul-Qasim
?”. Beliau menjawab: “Siapakah yang lebih utama dengan yang demikian itu
daripada aku ? dan dia itu melipatkan halaman bacaanku”.
Ruwaim Al-Baghdadi berkata: “Telah mendekati meninggalnya Abi
Sa’id Al-Kharraz dan beliau itu bermadah:
Rindunya hati orang yang berma’rifah,
kepada mengingati Tuhan.
Dan sebutan mereka waktu bermunajah,
adalah untuk kerahasiaan.
Diperedarkan piala-piala,
bagi takdir Tuhan kepada mereka.
Maka berpalinglah dari dunia,
seperti berpalingnya orang yang bersyukur !
Cita-cita mereka itu berkeliling,
di tempat kediaman tentara.
Di situ orang-orang yang mencintai Allah,
seperti bintang-bintang yang bersinar cahaya.
Tubuh mereka itu di bumi,
terbunuh disebabkan kecintaannya.
Arwah mereka di tempat terdinding yang sepi,
menempuh ke arah yang tinggi dengan segera.
Mereka tidak turun dalam berjalan,
selain dengan kedekatan Kekasihnya.
Mereka tidak mendaki dari sentuhan,
baik kesusahan dan melaratnya.
Dikatakan kepada Al-Junaid, bahwa Abu Sa’id Al-Kharraz adalah
banyak merasa kegembiraan ketika meninggal. Maka Al-Junaid menjawab: “Tidaklah
mengherankan, bahwa terbanglah ruhnya karena kerinduan menjumpai Tuhan”.
Ditanyakan kepada Dzin-Nun ketika akan meninggal: “Apa yang
engkau inginkan ?”. Dzin-Nun menjawab: “Bahwa aku mengenalNya sekejap sebelum
kematianku. Dikatakan kepada sebahagian mereka dan dia itu sedang naz’a:
“Katakanlah: Allah !”. Maka orang itu menjawab: “Hingga kapankah kamu
mengatakan: Allah ? Dan aku ini terbakar dengan Nur Allah”. Sebahagian mereka
mengatakan: “Aku berada pada Mimsyad Ad-Dainuri.
Lalu datang seorang fakir dan mengucapkan: “Assalamu’alaikum ! adakah di
sini tempat yang bersih, yang mungkin manusia untuk meninggal padanya ?”. Kata
yang punya riwayat: “Lalu mereka menunjukkan kepadanya suatu tempat. Dan di
sana ada mata air. Lalu fakir itu membarukan wudhu’ dan ruku’ –masya Allah. Dan
lalu ke tempat tersebut dan meluruskan kedua kakinya. Dan ia meninggal
dunia.....
Adalah Abul-Abbas Ad-Dainuri berkata-kata pada majelisnya.
Lalu seorang wanita menjerit, karena perasaan kegembiraan. Lalu Abul-Abbas
Ad-Dainuri berkata kepada wanita tersebut: “Matilah !”. Wanita itu lalu bangun
berdiri. Tatkala ia telah sampai di pintu rumah, lalu ia berpaling kepada
Abul-Abbas, seraya berkata:“Aku telah mati!”. Dan ia jatuh dalam keadaan telah
meninggal.
Diceritakan dari Fatimah –saudara perempuan Abi Ali
Ar-Rauzabari, yang mengatakan: “Tatkala telah dekat ajal Abi Ali Ar-Rauzabari
dan adalah kepalanya dalam pangkuanku. Lalu ia membuka kedua matanya, seraya
berkata: “Ini adalah pintu langit yang sudah terbuka. Ini sorga yang sudah
dihiasi. Dan ini yang mengatakan, yang berkata: “Hai Abi Ali ! telah kami
sampaikan kepada engkau, tingkat yang tertinggi, walaupun engkau tiada
menghendakinya”. Kemudian, lalu ia berpantun:
Hak Engkau.
Aku tidak memandang kepada selain Engkau.
Dengan mata kasih sayang,
sehingga aku melihat Engkau.
Aku melihat engkau yang mengazabkan aku,
dengan lesunya perhatian.
Dan dengan pipi yang merah,
dari malunya kepadaMu.
Dikatakan kepada Al-Junaid: “Katakanlah: laa ilaaha illallaah !”. Al-Junaid
lalu menjawab: “Aku tidak lupa kepadaNya, maka aku menyebutkanNya”. Ja’far bin
Nashir bertanya kepada Bakran Ad-Dainuri –pelayan Asy-Syibli: “Apakah yang
engkau lihat dari Asy-Syibli ?”. Bakran Ad-Dainuri menjawab: Asy-Syibli
mengatakan: “Padaku ada sedirham harta zalim. Lalu aku bersedekah kepada yang
empunya dirham itu, dengan ribuan dirham. Tidaklah pada hatiku kesibukan yang
lebih besar dari itu”. Kemudian Asy-Syibli berkata: “Wudhu’kanlah aku untuk
shalat!” Lalu aku laksanakan. Maka aku lupa menyelang-nyelangi janggutnya. Dan
beliau tidak dapat berbicara lagi. Maka dipegangnya tanganku dan dimasukkannya
dalam janggutnya. Kemudian, beliau meninggal...... Lalu Ja’far menangis, seraya
berkata: “Apa yang kamu katakan tentang orang, yang tidak luput pada akhir
usianya, suatu adabpun dari adab-adab syari’at/agama ?”.
Ditanyakan kepada Basyar bin Al-Harits, tatkala beliau akan
wafat dan ada yang demikian itu menyukarkan kepada beliau: “Seakan-akan engkau
mencintai hidup ?”. Basyar bin Al-Harits menjawab: “Datang kepada Allah itu
lebih sangat cinta”.
Ditanyakan kepada Shalih bin Mismar: “Tidakkah engkau
meninggalkan pesan (wasiat) kepada anak engkau dan keluarga engkau ?”. Shalih
menjawab: “Sesungguhnya aku malu kepada Allah, bahwa aku meninggalkan wasiat
bagi mereka, kepada selain Allah”.
Tatkala Abu Sulaiman Ad-Darani mendekati wafat, maka datang
kepadanya para sahabatnya, seraya mengatakan: “Bergembiralah ! sesungguhnya
engkau akan datang kepada Tuhan, Yang Maha Pengampun, lagi Maha Pengasih”. Abu
Sulaiman Ad-Darani menjawab kepada mereka: “Apakah tidak kamu mengatakan:
“Jagalah dirimu ! sesungguhnya engkau akan datang kepada Tuhan, yang akan
memperhitungkan amal engkau dengan yang sekecil-kecilnya dan akan menyiksakan
engkau dengan yang sebesar-besarnya”.
Tatkala Abubakar Al-Wasithi mendekati wafat, lalu dikatakan
kepadanya: “Berilah kami wasiat !”. Abubakar Al-Wasithi menjawab: “Peliharalah
akan kehendak kebenaran padamu !”.
Sebahagian mereka mendekati meninggal, lalu isterinya
menangis. Maka ia bertanya kepada isterinya: “Apakah yang menyebabkan engkau
maka menangis ?”. Isterinya itu menjawab: “Kepada engkau maka aku menangis”.
Suaminya itu menjawab: “Jikalau engkau akan menangis juga, maka menangislah
kepada diri engkau sendiri”. Maka wanita itu telah menangis untuk hari tersebut
40 tahun.
Al-Junaid berkata: “Aku masuk ke tempat Sirri As-Suqthi. Aku
mengunjunginya pada sakit kematiannya. Lalu aku bertanya: “Bagaimana engkau
mendapati diri engkau ?”. Sirri As-Suqthi lalu bermadah:
Bagaimana aku mengadu,
kepada Tabibku, apa yang padaku ?
Dan yang menimpakan aku,
adalah dari Tabibku.
Maka aku mengambil kipas, untuk mengipaskannya. Maka beliau berkata:
“Bagaimana diperoleh angin kipas, oleh orang yang rongga badannya terbakar ?”.
Kemudian, beliau bermadah:
Hati itu terbakar
dan air mata itu mendahuluinya.
Kesusahan itu berkumpul
dan kesabaran itu bercerai-berai.
Bagaimana ketetapan,
kepada orang yang tiada ketetapan baginya ?
Dari yang dianiayakan,
oleh nafsu, rindu dan kacaunya.
Hai Tuhan, kalau ada sesuatu,
yang padanya kelapangan bagiku !
Maka curahkanlah nikmat kepadaku,
apa yang ada bagi sisa hidupku !
Diceritakan, bahwa suatu golongan dari para sahabat Asy-Syibli, masuk ke tempatnya
dan dia dalam sakit yang membawanya kepada kematian. Mereka lalu mengatakan
kepadanya: “Bacakanlah: Laa ilaaha illallaah !”. Asy-Syibli lalu bermadah:
Bahwa rumah, yang engkau penghuninya,
tidaklah memerlukan kepada pelita.
Wajahmu yang dicita-citakan itu alasan kita,
pada hari yang dengan alasan-alasan datanglah manusia.
Allah tidak memberikan,
bagiku kelapangan.
Pada hari aku serukan,
dari engkau dengan kelapangan.
Diceritakan, bahwa Abul-Abbas bin ‘Atha’ masuk ke tempat
Al-Junaid, pada waktu naz’anya. Lalu ia memberi salam kepada Al-Junaid, maka
tidak dijawabnya. Kemudian, sesudah sesaat, barulah ia menjawab, seraya
berkata: “Maafkanlah aku ! bahwa aku tadi berada dalam wiridku”. Kemudian, ia
memalingkan wajahnya ke kiblat dan bertakbir. Dan meninggal dunia.....
Ditanyakan kepada Al-Khattani, tatkala beliau akan meninggal:
“Apakah yang ada dari amal engkau ?”. Beliau lalu menjawab: “Jikalau tidak
dekatlah ajalku, niscaya tidak aku kabarkan kepadamu. Aku berdiri atas pintu
hatiku 40 tahun. Maka setiap kali berlalu padanya selain Allah, niscaya aku
dindingkan dia daripadanya”.
Diceritakan dari Al-Mu’tamir, yang mengatakan: “Adalah aku
dalam rombongan orang yang datang kepada Al-Hakam bin Abdul-malik, ketika
datang kepadanya kebenaran (kematian). Aku lalu berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan !
mudahkanlah kepadanya sakratul-maut ! sesungguhnya dia telah ada dan ada”. Lalu
aku sebutkan kebaikan-kebaikannya. Lalu ia sadar. Maka ia bertanya: “Siapa yang
berbicara tadi ?”. Aku lalu menjawab: “Aku !”. Ia maka berkata: “Bahwa
Malakul-maut as mengatakan kepadaku: “Bahwa aku dengan setiap orang yang
pemurah, lagi berkawan”. Kemudian, ia wafat.
Tatkala Yusuf bin Asbath mendekati wafat, ia disaksikan oleh
Hudzaifah. Lalu Hudzaifah mendapatinya dalam keadaan kurang sabar. Maka ia
bertanya: “Hai Abu Muhammad ! sekarang ini waktu kurang sabar dan gundah ?”.
Yusuf bin Asbath menjawab: “Hai Abu Abdillah ! bagaimana aku tidak kurang sabar
dan tidak gundah ? aku sesungguhnya tidak mengetahui, bahwa aku membenarkan
Allah pada sesuatu dari amalku”. Hudzaifah lalu menjawab: “Alangkah
mengherankan bagi orang shalih ini ! Ia bersumpah ketika ia akan meninggal,
bahwa ia tidak mengetahui, bahwa ia membenarkan Allah pada sesuatu dari
amalnya”.
Dari Al-Mughazili, yang mengatakan: “Aku masuk ke tempat
syaikhku (guruku) dari para sahabat kaum shufi itu dan ia sedang sakit. Ia
seraya mengatakan: “Mungkin bagi engkau bahwa engkau berbuat apa yang engkau
kehendaki. Maka kasihanilah aku !”. Sebahagian para guru masuk ke tempat
Mimsyad Ad-Dainuri pada waktu beliau akan wafat. Lalu guru itu mengatakan
kepada Mimsyad Ad-Dainuri: “Kiranya Allah berbuat dan menciptakan !” –sebagai
doa. Mimsyad Ad-Dainuri lalu tertawa dan mengatakan: “Semenjak 30 tahun,
didatangkan kepadaku sorga dengan apa yang ada di dalamnya. Maka tidak aku pinjamkan
mataku kepadanya”.
Dikatakan kepada Ruwaim Al-Baghdadi, ketika beliau akan
meninggal: “Ucapkanlah: Laa ilaaha ilallaah !”. Ruwaim Al-Baghdadi menjawab:
“Tiada yang lebih baik, yang lain daripadanya”.
Tatkala Ats-Tsauri akan wafat, maka dikatakan kepadanya:
“Bacalah: Laa ilaaha illallaah”. Lalu ia menjawab: “Apakah tidak di sana itu
urusan ?”.
Al-Mazani masuk ke tempat Asy-Syafi’i ra dalam sakitnya, yang ia wafat pada
sakit itu. Al-Mazani lalu bertanya kepada Asy-Syafi’i: “Bagaimana keadaan
engkau, hai Abu Abdillah ?”. Asy-Syafi’i ra menjawab: “Aku akan berangkat dari
dunia, akan berpisah dengan saudara-saudara, akan bertemu dengan keburukan
amalku, akan meminum gelas kematian dan akan datang kepada Allah Ta’ala. Aku tidak
tahu, adakah rohku menjadi ke sorga, maka aku akan merasa enak padanya. Atau ke
neraka, maka aku akan menghiburkannya”. Kemudian, Asy-Syafi’i ra bermadah:
Tatkala telah kesatlah hatiku
dan telah sempitlah mazhabku.
Maka aku jadikan harapanku,
terserah kepada kemaafanMu.
Telah membesarlah dosaku.
Maka tatkala aku membandingkannya,
dengan kemaafan Engkau Tuhanku,
niscaya kemaafan Engkau yang terbesar daripadanya.
Senantiasalah Engkau mempunyai kemaafan,
dari dosa, yang senantiasa Engkau limpahkan.
Dan Engkau maafkan,
karena kenikmatanMu dan kemurahan.
Jikalau tidaklah Engkau,
maka tidaklah keliru ‘abid dengan Iblis.
Bagaimanakah Adam pilihan Engkau,
dia telah dikelirukan oleh Iblis ?
Tatkala Ahmad bin Khadlrawaih mendekati wafat, maka beliau ditanyakan dari
suatu persoalan. Lalu kedua matanya bercucuran air mata, seraya berkata: “Hai
anakku ! pintu yang telah aku mengetuknya semenjak 95 tahun, itulah pintu yang
dibukakan pada saat ini bagiku. Aku tidak tahu, adakah dibukakan dengan
kebahagiaan atau dengan kesengsaraan ? Maka bilakah bagiku waktu jawaban ?”.
Maka inilah ucapan-ucapan mereka itu ! hanya perkataan-perkataan itu berlainan,
menurut berlainannya hal keadaan mereka. Maka mengeraslah ketakutan atas
sebahagian mereka, harapan atas sebahagian mereka, rindu dan cinta atas
sebahagian mereka. Maka masing-masing mereka berbicara menurut hal keadaannya.
Dan semua itu benar, dengan dikaitkan kepada hal keadaan mereka.
BAB KEENAM: tentang ucapan orang-orang ‘arifin, mengenai
jenazah, kuburan dan hukum ziarah kubur.
Ketahuilah kiranya, bahwa jenazah itu menjadi ibarat bagi orang yang
bermata hati. Padanya pemberitahuan dan peringatan bagi orang-orang yang lalai.
Tidak menambahkan bagi mereka dengan menyaksikan
jenazah itu, selain kekesatan hati. Karena mereka menyangka, bahwa
mereka hanya memandang kepada jenazah orang lain saja. Dan mereka tidak
mengira, bahwa –sudah pasti- mereka akan dibawa dalam peti jenazah. Atau mereka
mengira yang demikian, akan tetapi, mereka tidak menaksirkan yang demikian pada
waktu dekat. Dan tidak memikirkan, bahwa orang-orang yang dibawa dalam peti
jenazah itu, begitulah adanya mereka menyangkakannya. Maka batallah perkiraan
mereka. Dan lenyaplah zaman mereka dalam waktu dekat. Maka tidaklah seorang
hamba memandang kepada jenazah, selain hendaklah mengumpamakan dirinya yang dibawa dalam jenazah itu.
Sesungguhnya ia akan dibawa dalam jenazah dalam waktu dekat. Dan seakan-akan
sudah sungguh-sungguh. Mungkin besok atau sesudah besok.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ia apabila melihat
jenazah, niscaya mengatakan: “Lalulah, bahwa kami akan menyusul !”. Adalah
Makhul Ad-Dimasyqi, apabila melihat jenazah, niscaya berkata: “Pergilah,
sesungguhnya kamipun akan pergi !”. Adalah pengajaran yang sangat berkesan,
kelalaian yang segera hilang. Hilanglah yang pertama. Dan yang akhir itu tiada
berakal”.
Usaid bin Hudlair berkata: “Tiadalah aku menyaksikan jenazah,
lalu diriku membisikkan kepadaku dengan sesuatu, selain dari apa yang sedang
diperbuat dan apa yang akan jadi”. Tatkala saudara Malik bin Dinar meninggal,
lalu Malik keluar dalam rombongan pembawa jenazah, dengan menangis dan berkata:
“Demi Allah ! tidak tetaplah mataku, sebelum aku tahu: kepada apa jadinya aku ini.
Dan aku tidak tahu, selama aku masih hidup”.
Al-A’masy berkata: ‘Kami menyaksikan jenazah-jenazah. Maka
kami tidak mengetahui siapakah yang kami berta’ziah, karena kesedihan semua”.
Tsabit Al-Bannani berkata: “Kami menyaksikan jenazah-jenazah. Maka kami tidak
melihat, selain orang yang menutup muka, yang menangis”. Maka demikianlah
adanya ketakutan mereka kepada mati. Dan sekarang, kita tidak melihat golongan
yang menghadiri jenazah, selain kebanyakan mereka itu tertawa dan main-main. Mereka tidak membicarakan,
selain tentang harta pusaka dan yang
ditinggalkan oleh yang meninggal kepada pewaris-pewarisnya. Teman-teman dan
kaum keluarganya tidak memikirkan, selain tentang upaya, yang dengan upaya itu,
ia akan memperoleh sebahagian yang
ditinggalkannya. Dan tiada seorangpun dari mereka yang memikirkan, selain apa
yang dikehendaki oleh Allah tentang jenazah dirinya dan tentang halnya apabila
dibawa orang nanti dalam jenazah itu. Tiada sebab bagi kelalaian ini, selain
oleh kekesatan hati, dengan banyaknya perbuatan maksiat dan dosa. Sehingga kita
lupa kepada Allah Ta’ala, hari akhirat dan huru-hara yang ada di hadapan kita.
Lalu jadilah kita ini bermain-main, lalai dan sibuk dengan yang tidak penting
bagi kita. Maka kita bermohon kepada Allah Ta’ala akan terbangun dari
kelalaian ini.
Sesungguhnya sebaik-baik hal keadaan orang yang menghadiri
jenazah, ialah: tangisan mereka kepada mayit. Dan jikalau mereka menggunakan
akal-pikiran, niscaya mereka tangisi kepada diri mereka sendiri. Tidak kepada
mayit yang ada di hadapannya.
Ibrahim Az-Zayyat melihat kepada orang banyak yang memohonkan
rahmat kepada mayit. Lalu beliau berkata: “Jikalau kamu memohonkan rahmat
kepada dirimu sendiri, sesungguhnya adalah lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya
ia akan lepas dari 3 macam huru-hara: wajah
Malakul-maut dan sudah dilihatnya, kepahitan mati dan sudah dirasakannya dan
ketakutan kepada su-ul-khatimah dan sudah ia merasa aman daripadanya”.
Abu Amr Al-‘Alla’ berkata: “Aku duduk pada tempat Jarir dan ia
sedang mengimla’kan/mendiktekan kepada penulisnya sekuntum syair. Maka
terlihatlah jenazah, lalu ia berhenti daripada mengimla’kan itu, seraya
berkata: “Aku menjadi tua –demi Allah- oleh karena melihat jenazah-jenazah
ini”. Lalu ia bermadah:
Dikejutkan kami,
oleh jenazah-jenazah yang menghadapi.
Dan kami melalai-lalaikan hati,
ketika jenazah itu pergi membelakangi.
Seperti terkejutnya serombongan domba,
karena serangan serigala.
Maka tatkala telah menghilanglah serigala,
Lalu domba itu kembali bergembira.
Diantara adab menghadiri jenazah, ialah bertafakkur,
memperingatkan diri, bersedia dan berjalan di depannya, dengan keadaan
merendahkan diri, sebagaimana telah kami menyebutkan adab dan sunatnya pada
Ilmu Fiqh dahulu. Diantara adab menghadiri jenazah, ialah baik sangka dengan
orang yang meninggal, walaupun ia orang fasik. Dan jahat sangka dengan diri
sendiri, walaupun zahiriyahnya baik. Bahwa kesudahan (al-khatimah) itu sangat
berbahaya, yang kita tidak mengetahui akan hakikat/maknanya. Dan karena itulah,
diriwayatkan dari Umar bin Dzar, bahwa telah meninggal seorang dari
tetangganya. Dan tetangga itu sangat boros kepada dirinya sendiri. Lalu
kebanyakan orang tidak menghadiri jenazahnya. Maka Umar bin Dzar tadi
menghadirinya dan mengerjakan shalat kepadanya. Tatkala diturunkan ke dalam
kuburnya, maka Umar bin Dzar berdiri di atas kuburannya dan mengatakan:
“Kiranya Allah menurunkan rahmat kepada engkau, hai Ayah si Anu ! telah engkau
sertakan umur engkau dengan keesaan dan engkau debukan wajah engkau dengan
sujud. Walaupun mereka itu mengatakan: berdosa dan mempunyai banyak kesalahan.
Maka siapakah dari kita, yang tidak berdosa dan tidak mempunyai kesalahan?”
Diceritakan, bahwa seorang laki-laki dari orang-orang yang
terjerumus dalam perbuatan merusak, meninggal dunia pada sebahagian sudut kota
Basrah (Irak). Maka isterinya tidak mendapati orang yang akan menolongnya pada
membawa jenazahnya. Karena tiada seorangpun dari tetangganya yang mengetahui
dengan wanita itu, karena banyaknya perbuatan fasik suaminya. Maka isterinya
itu mengongkosi orang-orang yang membawa jenazah. Dan dibawanya ke tempat
disembahyangkan. Maka tiada seorangpun yang menyembahyangkannya. Lalu dibawakan
ke padang sahara untuk dikuburkan. Maka adalah di atas bukit yang berdekatan
dengan tempat itu, seorang zahid yang termasuk golongan orang-orang zahid yang
terbesar. Maka dilihat oleh isteri yang meninggal itu, seperti orang yang
menunggu jenazah. Kemudian, orang zahid tadi, bermaksud bershalat jenazah. Maka
tersiarlah berita dalam kampung itu, bahwa seorang zahid turun untuk bershalat
jenazah kepada si Anu. Lalu keluarlah penduduk kampung. Maka orang zahid itu
bershalat dan penduduk kampungpun bershalat kepada yang meninggal itu. Dan
manusia banyak merasa heran dari shalatnya orang zahid tadi kepada yang
meninggal tersebut. Orang zahid itu lalu mengatakan: “Dikatakan kepadaku dalam
tidur: “Pergilah ke tempat Anu. Engkau akan melihat padanya jenazah, yang tiada
seorangpun bersama jenazah itu, selain seorang wanita. Maka bershalatlah
kepadanya ! sesungguhnya ia diampunkan”. Maka bertambahlah herannya manusia.
Lalu orang zahid tersebut memanggil isteri yang meninggal. Dan ditanyakannya
tentang keadaan yang meninggal. Dan bagaimana perjalanan hidupnya. Isterinya
itu menjawab, sebagaimana yang telah diketahui orang. Adalah sepanjang harinya
di warung khamar, yang sibuk dengan meminum khamar. Lalu orang zahid itu
berkata kepada isteri yang meninggal: “Lihatlah, adakah engkau ketahui daripadanya,
akan sesuatu dari amal kebajikan ?”. Wanita itu menjawab: “Ada, yaitu: 3
perkara.
1.
Adalah setiap hari ia sadar dari
mabuknya waktu Shubuh. Lalu ia menggantikan pakaiannya dan berwudhu’. Lalu
mengerjakan shalat Shubuh dalam berjama’ah. Kemudian, ia kembali ke warung
khamar dan mengerjakan perbuatan fasik.
2.
bahwa adalah selalu rumahnya tiada
kosong dari seorang atau dua orang anak yatim. Dan adalah ihsannya kepada
anak-anak yatim itu lebih banyak daripada ihsannya kepada anak-anaknya. Dan ia
sangat mencari untuk anak-anak yatim itu.
3.
bahwa adalah ia sadar pada waktu
sedang mabuknya itu dalam gelap malam. Lalu ia menangis dan mengatakan: “Ya
Tuhan! sudut manakah dari sudut-sudut neraka Jahannam, yang Engkau kehendaki
mengisikan sudut itu dengan manusia yang keji ini ?”. Ya’ni: dirinya.
Orang zahid itu lalu pergi dan
terangkatlah kemusykilan/kesulitan dari urusan orang yang meninggal itu. Dari
Shalih bin Usyaim dan telah dikuburkan saudaranya, maka ia bermadah kepada
kuburan saudaranya itu:
Jikalau engkau lepas daripadanya,
niscaya engkau lepas dari persoalah besar.
Jikalau engkau tidak lepas daripadanya,
maka aku tidak menyangka engkau akan lepas.
PENJELASAN: hal kuburan dan perkataan mereka mengenai kuburan.
Adl-Dlahhak berkata: “Seorang laki-laki bertanya: “Hai Rasulullah !
siapakah manusia yang lebih zuhudnya ?”. Nabi saw menjawab: “Orang yang tidak
melupakan kubur dan barang lama yang rusak. Ia meninggalkan keutamaan perhiasan
dunia dan mengutamakan yang kekal daripada yang fana. Tidak menghitungkan besok
dari harinya. Dan menghitungkan dirinya dari isi kuburan”.
Ditanyakan kepada Ali ra: “Bagaimana keadaan engkau,
bertetangga dengan kuburan ?”. Ali ra menjawab: “Aku mendapati mereka tetangga
yang baik. Aku mendapati mereka tetangga kebenaran. Mereka mencegah lidah dan
mengingati akhirat”.
Rasulullah saw bersabda: “Tiada aku melihat suatu pemandangan,
melainkan kuburan itu yang lebih tidak baik daripadanya”. Umar bin Al-Khattab
ra berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah saw ke kuburan-kuburan. Lalu Nabi
saw duduk di samping sebuah kuburan dan aku adalah yang terdekat dari
rombongan, kepada Nabi saw. Nabi saw lalu menangis, aku menangis dan orang
banyak menangis. Nabi saw lalu bertanya: “Apakah yang membawa engkau kepada
menangis ?”. Kami menjawab: “Kami menangis karena engkau menangis”. Nabi saw
lalu bersabda: “Ini kuburan ibuku Aminah binti Wahab. Aku minta izin pada
Tuhanku menziarahinya. Maka diizinkan bagiku. Lalu aku meminta izin untuk
meminta ampun dosanya. Maka Ia enggan mengizinkan
kepadaku. Lalu terdapat bagiku, apa yang didapati oleh seorang anak,
dari kelemahan hati”.
Adalah Usman bin Affan, apabila berdiri pada kuburan, lalu
menangis sehingga basah janggutnya. Maka ia ditanyakan dari yang demikian dan
dikatakan kepadanya: “Engkau sebutkan sorga dan neraka, engkau tidak menangis.
Dan engkau menangis apabila engkau berdiri pada kuburan”. Usman bin Affan lalu
menjawab: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bahwa kubur itu awal tempat
tinggal bagi akhirat. Maka jikalau lepas daripadanya yang empunyanya, maka yang
sesudahnya itu lebih mudah baginya. Dan jikalau ia tidak lepas daripadanya,
maka yang sesudahnya itu lebih sukar”.
Dikatakan, bahwa Amr bin Al-‘Ash memandang ke kuburan. Lalu ia
turun dan mengerjakan shalat 2 rakaat. Lalu dikatakan kepadanya: “Ini adalah
sesuatu yang tidak pernah engkau mengerjakannya !”. Amr bin Al-‘Ash menjawab:
“Aku teringat kepada isi kuburan itu dan apa yang terdinding diantara mereka
dan diantaranya. Maka aku menyukai bahwa aku mendekatkan diri kepada Allah
dengan 2 rakaat itu”.
Mujahid berkata: “Yang pertama dikatakan oleh anak Adam
(manusia) dengan lobang kuburannya, lalu lobang kuburan itu menjawab: “Aku
adalah rumah ulat, rumah sendirian, rumah terasing dan rumah kegelapan. Inilah
yang aku sediakan bagi engkau. Maka apakah yang engkau sediakan bagiku ?”.
Abu Dzarr berkata: “Apakah tidak aku kabarkan kepadamu akan
hari kemiskinanku ?”. Ialah: hari aku diletakkan dalam kuburku”. Adalah
Abud-Darda’duduk pada perkuburan. Lalu ditanyakan kepadanya pada yang demikian.
Abud-Darda’ lalu menjawab: “Aku duduk pada kaum, yang memperingatkan aku akan
waktu kembaliku. Dan apabila aku bangun berdiri, mereka tidak mencaciku”.
Adalah Ja’far bin Muhammad datang kekuburan pada malam hari
dan mengatakan: “Hai penghuni kuburan ! tiadalah bagiku, apabila aku memanggil kamu,
lalu kamu tidak menyahut akan panggilanku”. Kemudian, Ja’far bin Muhammad
berkata: “Didindingkan –demi Allah- diantara mereka dan diantara jawabanku.
Seakan-akan adalah aku dengan aku ini seperti mereka”. Kemudian, Ja’far bin
Muhammad itu menghadap kepada shalat sampai kepada terbit fajar.
Umar bin Abdul-‘aziz berkata dengan sebahagian teman duduknya:
“Hai Anu ! aku tidak tidur malam tadi. Aku berfikir tentang kuburan dan
penghuninya. Bahwa jikalau engkau melihat akan mayit sesudah 3 hari dalam kuburannya,
niscaya engkau akan menjauhkan diri daripada mendekatinya, sesudah lamanya
kejinakan hati engkau dengan dia. Dan sesungguhnya engkau melihat suatu rumah,
yang berkeliling di dalamnya binatang-binatang kecil yang bernajis. Mengalir
padanya nanah. Dikoyakkan oleh ulat-ulat serta berobah bau. Kain-kain kafan
menjadi lusuh sesudah bagus bentuk, harum bau dan bersih kain”. Umar bin
Abdul-‘aziz meneruskan ceritanya: “Kemudian orang itu memekik dengan pekikan,
lalu ia jatuh tersungkur dengan pingsan”.
Yazid Ar-Raqqasyi berseru: “Hai orang yang terkubur dalam
lobangnya dan kesepian dalam kubur dengan sendiriannya, yang berjinak hati
dalam perut bumi dengan amalannya ! semoga aku ketahui, dengan amalan engkau
yang mana, engkau merasa bergembira dan dengan saudara engkau yang mana, engkau
bersukaria ?”. Kemudian, Yazid Ar-Raqqasyi itu menangis, sehingga basah
janggutnya. Kemudian, ia berkata: “Ia bergembira –demi Allah- dengan amal
perbuatannya yang baik. Ia bersukaria –demi Allah- dengan teman-temannya yang bertolong-tolongan
kepada mentaati Allah Ta’ala. Dan apabila ia memandang kepada kuburan, niscaya
ia berdenguh, seperti berdenguhnya lembu”.
Hatim Al-Ashamm berkata: “Siapa yang melalui kuburan, lalu ia
tidak bertafakkur bagi dirinya dan tidak berdoa kepada mereka yang dalam
kuburan itu, maka ia telah mengkhianati dirinya sendiri dan mengkhianati mereka
yang terkubur dalam kuburan itu”.
Bakar Al-‘Abid mengatakan kepada ibunya: “Hai ibuku ! kiranya
engkau mandul, tidak melahirkan aku ! bahwa bagi anak engkau dalam kuburan itu
tahanan yang panjang dan sesudah itu berangkat daripadanya”.
Yahya bin Ma’adz berkata: “Hai anak Adam ! engkau dipanggil
oleh Tuhan engkau ke Darussalam (negeri kesejahteraan). Maka perhatikanlah,
darimana engkau memperkenankanNya. Jikalau engkau memperkenankanNya dari dunia
engkau dan engkau menyibukkan diri dengan berangkat kepadaNya, niscaya engkau
telah masuk ke negeri sejahtera itu. Dan jikalau engkau memperkenankanNya dari
kuburan engkau, niscaya engkau mencegah dari masuk ke negeri sejahtera itu”.
Al-Hasan bin Shalih apabila mendekati kuburan, maka ia
mengatakan: “Alangkah bagusnya zahiriah engkau ! sesungguhnya bala-bencana
ialah pada batiniah engkau”.
‘Atha’ As-Silmi apabila telah gelap malam, lalu keluar ke
pekuburan. Kemudian berkata: “Hai isi kuburan ! kamu telah meninggal. Maka
wahai orang-orang yang telah meninggal ! dan kamu melihat amal perbuatanmu,
maka wahai amal perbuatan !”. Kemudian, ia menyambung: “Besok ‘Atha’ dalam
kubur. Besok ‘Atha’ dalam kubur”. Selalulah yang demikian kerjanya, sehingga
pagi hari.
Sufyan berkata: “Barangsiapa membanyakkan mengingati kubur,
niscaya didapatinya kubur itu suatu taman dari taman-taman sorga. Dan barangsiapa
lalai daripada mengingatinya, niscaya ia mendapatinya sebagai lobang dari
lobang-lobang neraka”.
Adalah Ar-Rabi’ bin Khaitsam telah mengorek kuburan dalam
rumahnya. Maka apabila ia merasa pada hatinya kekesatan, lalu ia masuk dalam
kuburan itu. Lalu ia berbaring dan berhenti disitu –masya Allah. Kemudian, ia
membaca ayat: “Wahai Tuhanku ! kembalikanlah aku (hidup)! supaya aku
mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu”. S 23 Al Mukminuun
ayat 99-100. Ia mengulang-ulangi membaca ayat tadi. Kemudian ia kembali kepada
dirinya sendiri: “Hai Rabi ! aku telah kembalikan engkau, maka beramallah !”.
Ahmad bin Harb berkata: “Bumi itu heran tentang orang yang
menyediakan tempat tidurnya dan meratakan tikarnya untuk tidur. Bumi itu lalu
berkata: “Hai anak Adam! mengapa engkau tidak ingat kepada lamanya percobaan
engkau dan tiadalah diantara aku dan engkau itu sesuatu?”
Maimun bin Mahran berkata: “Aku keluar bersama Umar bin
Abdul-‘aziz ke pekuburan. Maka tatkala Umar itu melihat kuburan, lalu ia menangis.
Kemudian, ia menghadap kepadaku, lalu berkata: “Hai Maimun ! ini kuburan nenek
moyangku Bani Ummayyah. Seakan-akan mereka itu tidak berkongsi dengan penduduk
dunia tentang kelezatan dan kehidupan mereka. Apa tidakkah engkau melihat
mereka terbaring, yang telah bertempat dengan mereka itu kelebihan-kelebihan ?
telah mengokoh pada mereka itu kebusukan dan binatang-binatang kecil yang busuk
menimpakan pada tubuh mereka kerusakan”. Kemudian, ia menangis dan berkata:
“Demi Allah ! aku tiada melihat seseorang yang lebih menikmati, dari orang yang
telah jadi ke kuburan ini. Dan ia merasa aman dari azab Allah”.
Tsabit Al-Bannani berkata: “Aku masuk ke pekuburan-pekuburan.
Maka tatkala aku bermaksud keluar daripadanya, tiba-tiba ada suara orang
berkata, yang mengatakan: “Hai Tsabit ! janganlah engkau tertipu oleh diamnya
penghuni-penghuni kuburan ini ! maka berapa banyak diri yang redup padanya !”.
Diriwayatkan, bahwa Fatimah binti Al-Husain memadang kepada jenazah suaminya
Al-Hasan bin Al-Hasan. Lalu ia menutupkan mukanya dan bermadah:
Adalah mereka itu harapan,
kemudian menjadi penerimaan kebajikan.
Sungguh besarlah penerimaan kebajikan-kebajikan
dan mengagungkan.
Dikatakan, bahwa Fathimah binti Al-Husain membuat kemah atas
kuburan suaminya. Dan beriktikaf (menetap di situ dengan beribadah) setahun.
Tatkala telah berlalu setahun, lalu mereka membuka kemah itu. Dan Fatimah binti
Al-Husain masuk ke Madinah. Lalu mereka mendengar suara dari sudut pekuburan
Al-Baqi’ (Madinah), yang bunyinya: “Adakah kamu dapati apa yang telah hilang
daripada kamu ?”. Lalu mereka mendengar dari sudut yang lain: “Bahkan mereka
itu putus-asa, lalu mereka membalik belakang”.
Abu Musa At-Tamimi berkata: “Telah wafat isteri Al-Farazdaq.
Lalu keluar dalam rombongan pengantar jenazahnya, pemuka-pemuka kota Basrah.
Diantaranya Al-Hasan Al-Bashari . Maka berkata Al-Hasan Al-Bashari kepada
Al-Farazdaq: “Hai Abu Farras ! apakah yang engkau sediakan untuk hari ini ?”.
Al-Farazdaq lalu menjawab: “Syahadah (pengakuan) bahwa: Tiada Tuhan yang
disembah, selain Allah (Laa ilaaha illallaah), semenjak 60 tahun. Maka tatkala
isterinya telah dikuburkan, lalu Al-Farazdaq berdiri di samping kuburannya,
seraya bermadah:
Aku takut di belakang kuburan,
jikalau tidak engkau menyembuhkan aku,
akan lebih sangat dari kuburan,
kenyalaan api dan lebih menyempitkan aku.
Apabila datang kepadaku pada hari kiamat,
seorang panglima yang keras.
Dan seorang penghalau,
yang menghalaukan Farazdaq.
Telah kecewa dari anak Adam,
orang yang berjalan ke neraka.
Terbelenggu dengan rantai,
yang berwarna biru.
Mereka bermadah mengenai isi kuburan:
Berhentilah di kuburan !
Katakanlah kepada halamannya !
Siapakah dari kamu yang tenggelam,
dalam kegelapannya ?
Siapakah yang dikurniakan,
dari kamu pada tempat bawah kuburan ?
Ia telah merasakan,
dinginnya keamanan dari ketakutan-ketakutan.
Adapun ketenangan bagi semua orang,
maka itu adalah satu,
Tidak nyatalah kelebihan,
pada tingkat-tingkatnya itu.
Jikalau mereka memberi jawaban kepada kamu,
niscaya mereka menerangkan kepadamu dengan lisan.
Mereka akan menyifatkan segala kebenaran itu,
dari segala keadaannya yang kemudian.
Adapun orang yang taat,
maka ia bertempat dalam taman.
Membawa kepada yang ia kehendak,
dari bermacam kayu-kayuan.
Orang yang berdosa, yang durhaka,
ia bulak-balik dengan itu.
Dalam lobang, bertempatlah dia,
dengan ular-ularnya itu.
Kalajengking-kalajengking berjalan,
menuju kepadanya.
Maka rohnya dalam kesangatan penyiksaan,
dari sengatan-sengatannya.
Daud Ath-Tha-i lalu di tempat seorang wanita, yang sedang
menangis di kuburan. Dan wanita itu bermadah:
Engkau tidak mempunyai kehidupan
dan tidak memperolehkannya.
Apabila engkau berada dalam kuburan,
mereka telah memasukkan engkau dalam lobangnya.
Maka bagaimana aku merasakan,
untuk rasa mengantuknya.
Dan engkau di sebelah kanan,
mereka menjadikan engkau bantalnya.
Kemudian, wanita itu berkata: “Hai anakku ! kiranya aku ketahui, dengan
yang mana dari dua pipimu itu, ulat memulai ?”. Maka gemetarlah Daud pada
tempat duduknya dan ia jatuh dalam keadaan pingsan.
Malik bin Dinar berkata: “Aku lalu di pekuburan. Maka aku bermadah:
Aku datang ke kuburan-kuburan,
lalu aku menyerukannya.
Manakah orang yang mempunyai kebesaran
dan orang yang terpandang hina ?
Manakah orang yang menunjukkan,
dengan tak sopan pada kekuasaannya ?
Manakah orang yang membersihkan,
apabila ia menyombongkannya.
Malik bin Dinar meneruskan ceritanya: “Lalu aku dipanggil dari celah-celah
kuburan itu. Aku mendengar suara dan tiada melihat orangnya. Suara itu
berbunyi:
Mereka telah lenyap semua,
maka tidak ada yang memberi berita.
Mereka telah meninggal semua,
dan beritapun meninggal pula.
Berjalan petang dan pagi,
puteri-puteri orang kaya.
Maka terhapuslah,
kebagusan bentuk-bentuk itu.
Maka wahai yang bertanya kepadaku,
dari hal manusia yang telah lalu !
Adakah hartamu itu,
menjadi ibarat pada yang engkau lihat itu ?
Malik bin Dinar meneruskan ceritanya: “Aku lalu kembali dan aku menangis:”.
Beberapa bait syair yang
terdapat, tertulis pada kuburan. Malik bin Dinar
mendapat, tertulis atas kuburan:
Bermunajah dengan engkau kuburan
dan dia itu diam.
Penghuninya engkau terangkan,
berada di bawah tanah.
Hai yang mengumpulkan dunia,
untuk menyampaikannya bagi orang lain.
Untuk siapa engkau kumpulkan dunia
dan engkau sendiri akan mati ?
Ia mendapat tertulis atas kuburan lain:
Hai Ghanim !
Halaman rumahmu itu luas.
Dan kuburanmu,
segala sudutnya terbangun dengan kokoh.
Adakah bermanfaat bagi yang dikuburkan,
oleh bangunan kuburannya ?
Apabila tubuhnya dalam kuburan,
hancur luluh adanya ?
Ibnus-Sammak berkata: “Aku lalu di atas pekuburan. Lalu terlihat di atas
suatu kuburan tertulis:
Kaum keluargaku melalui,
di samping kuburanku.
Seakan-akan keluargaku ini,
tidak lagi mengenal aku.
Orang-orang yang memperoleh pusaka,
membagi-bagikan hartaku.
Mereka tidak terlambat pula,
bahwa mengingkari akan hutang-hutangku.
Mereka telah mengambil bahagiaannya
dan mereka hidup dengan hartaku.
Ya Allah, alangkah cepatnya,
mereka itu melupakan aku !
Ibnus-Sammak mendapat pada kuburan lain, tertulis:
Bahwa yang dicintai itu,
merampas dari yang dicintakan.
Tidaklah dicegah kematian itu,
oleh tukang pintu dan yang menjagakan.
Maka bagaimana engkau bergembira,
dengan dunia dan kesenangannya.
Hai orang yang dihitungkan kepadanya,
perkataan dan nafasnya.
Jadilah engkau, hai orang yang lalai,
terbenam dalam kekurangan !
Dan engkau itu masa engkau,
yang terbenam dalam kesenangan.
Kematian itu tidak sayang,
kepada orang bodoh, karena tertipunya.
Dan tidak juga kepada orang,
yang dipetik ilmu daripadanya.
Berapa banyak kematian itu membisu,
pada kuburan yang engkau berdiri padanya.
Dari jawaban dengan lidah itu,
yang tidak ada bisu padanya.
Adalah istana engkau itu,
terbangun dengan mempunyai kemuliaan.
Maka kuburan engkau sekarang itu,
terhapus dalam kuburan-kuburan.
Ia dapati pada kuburan lain, tertulis:
Aku berdiri pada kekasih-kekasih,
ketika berbaris kuburan mereka itu.
Seperti kuda-kuda yang terletih,
yang dipertaruhkan pada perlombaan itu.
Maka tatkala aku menangis
dan bercucuran air mataku.
Kedua mataku melihat dalam tangis,
bahwa tempatku diantara mereka itu.
Ia dapati pada kuburan seorang tabib, tertulis:
Aku telah mengatakan,
tatkala orang yang berkata, mengatakan kepadaku:
Bahwa telah jadilah Lukman,
kuburannya sama rata dengan bumi itu.
Maka dimanakah yang disifatkan,
dari ketabibannya
dan kemahirannya dalam air,
serta intaiannya.
Amat jauhlah kiranya !
Tidak akan mempertahankan dari orang lain,
orang yang dari dirinya,
ia tidak mempertahankannya.
Ia dapati pada kuburan lain, tertulis:
Hai manusia !
Adalah bagiku cita-cita.
Karena ajal yang pendek itu tiba,
maka tidaklah sampai cita-cita.
Maka hendaklah orang itu,
bertaqwa kepada Allah Tuhannya,
Yang memungkinkan amal itu,
dalam kehidupannya.
Tidaklah aku sendirian,
dipindahkan dimana engkau melihatnya.
Semua akan berpindahan,
kepada yang seumpamanya.
Inilah bait-bait syair yang dituliskan pada kuburan-kuburan,
karena teledor penghuninya dari mengambil ibarat sebelum mati. Dan orang yang
bermatahati, ialah orang yang melihat kepada kuburan orang lain. Lalu ia
melihat tempatnya sendiri diantara yang menonjol dari mereka. Lalu ia
mengadakan persiapan untuk menyusuli mereka. Dan ia tahu, bahwa mereka itu
senantiasalah pada tempatnya, sebelum ia menyusuli mereka. Dan hendaklah ia
yakin, jikalau diberikan kepada mereka, satu hari dari hari-hari umurnya, yang disia-siakannya,
niscaya adalah yang demikian itu lebih mereka sukai
dari dunia dengan segala isinya. Karena mereka itu tahu akan nilai
amalan. Dan telah tersingkap bagi mereka itu akan hakikat/makna segala urusan.
Sesungguhnya penyesalan mereka itu adalah atas sehari dari umur, untuk
diperolehnya kembali oleh orang yang teledor dari keteledoran nya. Lalu ia
terlepas dari siksaan. Dan orang yang memperoleh taufik hendaklah menambahkan
tingkatnya. Lalu berlipat-gandalah baginya pahala. Sesungguhnya mereka mengetahui
akan nilai umur, sesudah terputusnya (habisnya). Maka penyesalan mereka itu
atas sesaat dari hidup. Dan anda sanggup atas sesaat itu. Dan semoga engkau
mampu atas seperti yang sesaat itu. Kemudian, engkau menyia-nyiakannya. Maka
sediakanlah diri engkau kepada penyesalan pada menyia-nyiakannya, ketika telah
keluar urusan itu dari usaha. Karena engkau tidak mengambil nasib engkau dari
saat engkau atas jalan yang segera.
Sebahagian orang-orang shalih mengatakan: “Aku melihat
saudaraku pada agama Allah, pada apa yang dimimpikan oleh orang yang tidur.
Lalu aku mengatakan: “Hai Anu ! engkau hidup. Segala pujian bagi Allah Tuhan
semesta alam”. Orang itu lalu menjawab: “Untuk aku sanggup mengucapkannya,
ya’ni: Segala pujian bagi Allah Tuhan semesta alam (Alhamdulillaahi
rabbil-‘aalamiin) itu lebih aku sukai dari dunia dan isinya”. Kemudian, orang
shalih itu menyambung: “Adakah tidak engkau melihat, dimana mereka itu
menguburkan aku ? sesungguhnya si Anu itu telah bangun berdiri, lalu
mengerjakan shalat 2 rakaat. Untuk aku sanggup mengerjakan shalat 2 rakaat itu
lebih aku sukai dari dunia dan isinya”.
PENJELASAN: ucapan-ucapan mereka itu ketika meninggalnya anak.
Berhaklah atas orang yang meninggal anaknya atau salah seorang
dari keluarganya, bahwa ia menempatkannya pada terdahulunya pada kematian dari
dirinya, pada tempat, jikalau keduanya itu dalam perjalanan jauh. Lalu ia
didahulukan oleh anaknya ke negeri yang menjadi tempat ketetapannya dan tanah
airnya. Sesungguhnya tidaklah begitu besar kesedihannya, karena diketahuinya,
bahwa ia akan menyusuli anaknya itu dalam waktu dekat. Dan tiadalah diantara
keduanya itu, selain hanya terdahulu dan terkemudian. Dan begitupulalah mati.
Maka artinya, ialah mendahului ke tanah air, sampai kepada menyusul yang terkemudian.
Dan apabila ia meyakini akan ini, niscaya sedikitlah kegundahan dan
kesusahannya. Teristimewa lagi, bahwa telah tersebut pada hadits tentang pahala
pada kematian anak, dimana dengan yang demikian itu untuk menghiburkan bagi
setiap orang yang mendapat musibah.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya bahwa aku mendahulukan
anak yang keguguran itu lebih aku sukai daripada bahwa aku membelakang kan 100
orang berkuda, yang semua mereka itu berperang pada jalan Allah (perang
sabil)”. Bahwa disebutkan anak yang keguguran itu untuk memberitahukan dengan
yang rendah kepada yang tinggi. Dan kalau bukan demikian, maka pahala itu
adalah menurut kadar tempatnya anak pada hati.
Zaid bin Aslam berkata: “Telah meninggal putera Nabi Daud as.
Lalu ia gundah sekali. Maka ditanyakan kepadanya: “Apakah bandingannya itu pada
engkau ?”. Nabi Daud as menjawab: “Penuhnya bumi dengan emas”. Lalu dikatakan
kepadanya: “Bahwa bagi engkau dari pahala di akhirat seperti yang demikian”.
Rasulullah saw bersabda: “Bila mati 3 orang anak bagi
seseorang kaum muslimin, lalu dihitungkannya karena Allah, niscaya adalah
anak-anak itu baginya benteng dari neraka”. Seorang wanita lalu bertanya kepada
Rasulullah saw: “Atau 2 ?”. Nabi saw lalu menjawab: “Atau 2 juga”. Hendaklah
orang tua anak itu mengikhlaskan doa kepada anaknya ketika meninggal. Karena
doa itu yang lebih diharapkan dan yang lebih mendekati kepada diterima.
Muhammad bin Sulaiman berdiri pada kuburan anaknya, lalu
berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! sesungguhnya aku mengharap Engkau baginya dan aku
takut akan Engkau atasnya. Maka penuhilah harapanku dan amankanlah akan takutku
!”.
Abu Sannan berdiri pada kuburan puterinya, lalu berdoa: “Ya
Allah, ya Tuhan! bahwa aku memohonkan ampun baginya, akan apa yang harus bagiku
atasnya. Maka ampunilah baginya, akan apa yg harus untuk Engkau atasnya!
sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Maha Pemurah”.
Seorang Arab desa berdiri pada kuburan anaknya, lalu berdoa:
“Ya Allah, ya Tuhan ! sesungguhnya aku telah memberikan baginya, apa yang ia
teledor padanya, dari kebajikanku. Maka anugerahilah baginya, apa yang ia
teledor padanya, dari ketaatan kepadaMu !”.
Tatkala meninggal Dzar bin Umar bin Dzar, lalu ayahnya Umar
bin Dzar mengatakan, sesudah diletakannya anaknya dalam liang lahad, dengan
mengatakan: “Hai Dzar ! telah disibukkan kami oleh kegundahan bagi engkau, dari
kegundahan atas engkau. Maka kiranya aku ketahui, apakah yang engkau katakan
dan apakah yang dikatakan orang bagi engkau ?”. Kemudian ayahnya itu berdoa:
“Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa ini Dzar. Engkau telah senangkan aku dengan dia,
akan apa yang telah Engkau senangkan. Engkau telah sempurnakan dia akan ajalnya
dan rezekinya. Dan Engkau tidak berbuat zalim atasnya. Ya Allah, ya Tuhan !
sesungguhnya aku telah mengharuskannya berbuat taat kepada Engkau dan berbuat
taat kepadaku. Ya Allah, ya Tuhan ! dan apa yang Engkau janjikan atasnya dari
pahala pada musibahku, maka telah aku berikan baginya yang demikian itu. Maka
berilah bagiku akan azabnya & janganlah Engkau mengazabkannya!”
Umar bin Abi Dzarr itu telah membawa manusia kepada menangis.
Kemudian, ketika ia pergi, lalu ia mengatakan: “Tiada atas kami sesudah engkau
dari hajat keperluan, hai Dzarr! dan tiada dengan kami kepada manusia itu hajat
keperluan bersama Allah. Maka sesungguhnya kami telah lalu dan meninggalkan
engkau. Dan kalau kami terus berdiri di sini, maka tidaklah kami mendatangkan manfaat
bagi engkau”.
Seorang laki-laki memandang kepada seorang wanita di Basrah
(Irak). Lalu laki-laki itu berkata: “Tiada pernah aku melihat seperti keelokan
cahaya ini ! dan tiadalah yang demikian itu, selain dari sedikitnya kesusahan
hati”. Wanita itu lalu menjawab: “Hai hamba Allah ! bahwa aku dalam kesedihan,
yang tiada bersekutu aku dengan seseorang padanya”. Laki-laki itu lalu
bertanya: “Maka bagaimana yang demikian ?”. Wanita itu menjawab: “Bahwa suamiku
menyembelih kambing pada hari raya kurban (hari raya hajji). Dan bagiku dua
orang anak kecil yang manis bermain-main. Maka anak yang terbesar mengatakan
kepada anak yang lain: “Maukah kamu, aku perlihatkan bagaimana ayahku
menyembelih kambing ?”. Anak yang lain itu menjawab: “Ya, mau !”. Lalu anak yang
terbesar itu memegangnya dan menyembelihkannya. Dan tiada kami ketahui dengan
yang demikian, selain anak itu berlumuran dalam darahnya. Tatkala telah
meninggi pekikan, lalu anak itu lari dan berlindung pada suatu bukit. Maka ia
dianiaya oleh seekor serigala, lalu dimakannya. Ayahnya keluar mencarinya. Maka
ayahnya itu meninggal dari kesangatan panas”. Wanita itu mengatakan: “Maka masa
menjadikan aku sendirian, sebagaimana anda lihat”. Maka contoh-contoh musibah
ini seyogyalah bahwa diingati ketika meninggalnya anak. Supaya terhibur dengan
yang demikian itu dari kesangatan gundah. Maka tiada suatu musibahpun,
melainkan akan tergambar, apa yang lebih besar daripadanya. Dan apa yang
ditolak oleh Allah dalam setiap hal, maka itu adalah yang lebih besar.
PENJELASAN: ziarah kubur dan doa bagi mayit dan yang
berhubungan dengan itu.
Ziarah kubur itu disunatkan secara keseluruhan, untuk mengingatkan dan
mengambil ibarat. Dan berziarah ke kuburan orang-orang shalih itu disunatkan
karena mengambil barakah serta memperoleh ibarat. Adalah Rasulullah saw
melarang dari berziarah kubur. Kemudian, sesudah itu mengizinkannya.
Diriwayatkan dari Ali ra, dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda: “Aku
telah melarang kamu dari berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah !
sesungguhnya ziarah itu mengingatkan kamu akan akhirat, selain bahwa tidak kamu
mengatakan: keji”.
Rasulullah saw telah menziarahi kuburan ibunya dalam kejinakan
hati yang memuaskan. Maka ia tiada terlihat menangis yang lebih banyak dari
hari itu. Dan pada hari ini, ia bersabda: “Diizinkan
bagiku berziarah, tidak meminta ampun dosanya”. Sebagaimana telah
kami bentangkan dahulu.
Ibnu Abi Mulaikah berkata:“Pada suatu hari ‘Aisyah datang dari
kuburan. Lalu aku bertanya: “Wahai Ummul-mu’minin! darimana engkau datang?
‘Aisyah menjawab: “Dari kuburan saudaraku Abdurrahman”. Lalu aku bertanya
lagi: “Tidakkah Rasulullah saw melarang dari berziarah kubur ?”. ‘Aisyah
menjawab: “Ya, kemudian disuruhnya”. Tiada seyogyalah diperpegangi dengan yang
tersebut. Lalu diizinkan bagi kaum wanita keluar ke kuburan. Bahwa kaum wanita
itu membanyakkan perkataan keji di kepala kuburan. Maka tiada sempurna
kebajikan ziarah mereka dengan kejahatannya. Dan mereka tiada terlepas di
jalan, dari terbuka aurat dan penghiasan diri. Dan ini semua hal yang besar dan
ziarah itu sunat. Maka bagaimana dipertanggungkan yang demikian karena ziarah
itu? ya, tiada mengapa keluarnya wanita dalam pakaian yang buruk, yang menolak
mata kaum lelaki daripadanya. Dan yang demikian itu dengan syarat terbatas
kepada berdoa saja dan meninggalkan berbicara di kepala kuburan.
Abu Dzarr berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Ziarahilah
kubur, yang akan engkau ingat dengan ziarah itu akan akhirat ! mandikanlah
mayit ! maka membiasakan diri memegang tubuh yang kosong (dari nyawa) itu,
pengajaran yang sangat berkesan. Bershalatlah jenazah ! semoga yang demikian
itu menyedihkan hati engkau. Bahwa orang yang sedih itu dalam naungan Allah”.
Ibnu Abi Mulaikah berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Berziarahlah kepada orang-orang yang sudah meninggal dari kamu dan ucapkanlah
salam kepada mereka ! sesungguhnya bagi kamu itu menjadi ibarat pada mereka”.
Dari Nafi’, yang mengatakan, bahwa: Ibnu Umar tiada melalui
kuburan seseorang, melainkan ia berhenti padanya dan memberi salam kepadanya.
Dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, bahwa Fatimah puteri Nabi saw berziarah
ke kuburan pamannya Hamzah pada beberapa hari. Maka ia bersembahyang dan
menangis padanya.
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa berziarah ke kuburan ibu
bapaknya atau salah seorang daripada keduanya pada setiap Jum’at, niscaya
diampunkan dosanya dan ia dituliskan: orang yang baik”.
Dari Ibnu Sirin, yang mengatakan: “Rasulullah saw bersabda:
“Bahwa orang yang meninggal ibu bapaknya dan dia itu mendurhakai keduanya, lalu
ia berdoa kepada Allah untuk keduanya sesudah keduanya meninggal, maka ia dituliskan
oleh Allah dari orang-orang yang baik”.
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa berziarah ke kuburanku, maka
wajiblah baginya syafa’atku”. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang menziarahi
aku di Madinah, karena Allah, niscaya adalah aku yang bersyafa’at dan menjadi
saksi baginya pada hari kiamat”.
Ka’bul-Ahbar berkata: “Tiadalah dari fajar itu terbit,
melainkan turunlah 70 ribu malaikat. Sehingga mereka itu mengelilingi kuburan
Nabi saw, mengipaskan dengan sayapnya dan berselawat kepada Nabi saw. Sehingga
apabila mereka sudah sore, lalu mereka naik dan turun lagi yang seperti mereka.
Lalu mereka berbuat yang seperti demikian pula. Sehingga apabila pecahlah bumi,
lalu Nabi saw keluar dalam 70 ribu malaikat, yang memuliakannya”.
Disunatkan pada ziarah kubur bahwa berdiri membelakangi
kiblat, menghadap dengan wajahnya akan mayit (orang yang meninggal dalam
kuburan) dan mengucapkan salam. Dan tidak menyapu
kuburan, tidak menyentuhkannya dan tidak memeluknya. Bahwa yang demikian
itu adat kebiasaan orang Nasrani.
Kata Nafi’: “Adalah Ibnu Umar memimpikan Nabi saw 100 kali
atau lebih banyak lagi. Ia datang ke kuburan Nabi saw, seraya mengucapkan:
“Salam sejahtera kepada Nabi saw, kepada Abubakar, salam sejahtera kepada
ayahku !”. Dan ia pergi..... Dari Abi Amamah, yang mengatakan: “Aku melihat
Anas bin Malik datang ke kuburan Nabi saw. Lalu ia mengangkatkan kedua
tangannya, sehingga aku menyangka bahwa ia memulai shalat. Lalu ia mengucapkan
salam kepada Nabi saw. Kemudian ia pergi......”.
‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah dari
seseorang yang berziarah ke kuburan saudaranya dan ia duduk di sisinya,
melainkan ia berjinak hati dengan saudaranya dan saudaranya itu membalas
kepadanya. Sehingga ia bangun berdiri”.
Sulaiman bin Suhaim berkata: “Aku bermimpi bertemu dengan
Rasulullah saw. Lalu aku mengatakan: “Hai Rasulullah ! mereka itu datang kepada
engkau dan mengucapkan salam kepada engkau. Adakah engkau pahami salam mereka
?”. Rasulullah saw menjawab: “Ya dan aku membalas salam mereka”.
Abu Hurairah berkata: “Apabila seseorang melalui kuburan seseorang
yang dikenalnya, maka ia memberi salam kepadanya. Dan orang itu membalas
salamnya dan mengenalinya. Dan apabila ia melalui kuburan orang yang tidak
dikenalnya dan ia memberi salam kepadanya, maka orang itu membalas salamnya”.
Seorang laki-laki dari keluarga ‘Ashim Al-Jahdari berkata:
“Aku bermimpi bertemu dengan ‘Ashim sesudah meninggalnya 2 tahun. Lalu aku
bertanya: “Apakah tidak engkau sudah meninggal ?”. ‘Ashim menjawab: “Ya !”.
Maka aku bertanya lagi: “Dimana engkau sekarang ?”. Ia lalu menjawab: “Aku
–sesungguhnya- dalam suatu kebun dari kebun-kebun sorga. Aku dan serombongan
dari sahabat-sahabatku, kami berkumpul pada setiap malam Jum’at dan paginya
pada Abubakar bin Abdullah Al-Mazani. Lalu kami memperoleh berita-berita
mereka”. Lalu aku bertanya pula: “Tubuhmu atau arwahmu ?’. Ia menjawab: “Amat
jauh yang demikian ! tubuh itu sudah hancur. Sesungguhnya yang bertemu, ialah
arwah”. Keluarga ‘Ashim itu meneruskan ceritanya: “Aku bertanya: “Adakah kamu
mengetahui dengan ziarahnya kami kepadamu ?”. ‘Ashim menjawab: “Ya, kami
mengetahui ziarah itu pada sore Jum’at, hari Jum’at seluruhnya dan hari Sabtu
sampai terbit matahari”. Aku bertanya lagi: “Bagaimana demikian, tidak semua
hari ?”. Ia menjawab: “Karena kelebihan hari Jum’at dan kebesarannya”.
Adalah Muhammad bin Wasi’ berziarah pada hari Jum’at. Lalu
dikatakan kepadanya: “Jikalau engkau undurkan ke hari Senin........”, maka ia
menjawab: “Sampai kepadaku berita, bahwa orang-orang yang sudah meninggal itu
mengetahui akan orang-orang yang menziarahi mereka pada hari Jum’at, hari
sebelumnya dan hari sesudahnya”.
Adl-Dlahhak berkata: “Barangsiapa menziarahi kubur sebelum
terbit matahari pada hari Sabtu, niscaya orang yang meninggal itu tahu dengan
ziarahnya”. Lalu ditanyakan: “Bagaimana yang demikian ?”. Adl-Dlahhak menjawab:
“Karena kedudukannya hari Jum’at itu”.
Basyar bin Manshur berkata: “Waktu musim kolera, maka adalah
seorang laki-laki pulang-pergi ke padang belantara. Ia menyaksikan shalat
kepada jenazah-jenazah. Apabila sore hari, ia berdiri di pintu pekuburan,
seraya mengatakan: “Dijinakkan oleh Allah kiranya keliaran hatimu! dirahmatiNya
perantauanmu! dilampaukanNya dari kejahatan-kejahatanmu ! dan diterima oleh
Allah akan kebaikan-kebaikanmu !”. Ia tidak menambahkan lagi atas
kalimat-kalimat tersebut. Laki-laki itu mengatakan: “Maka pada sore dari suatu
malam, lalu aku pergi kepada keluargaku. Aku tidak datang ke pekuburan. Aku
lalu berdoa sebagaimana yang sudah-sudah aku berdoa. Tiba-tiba waktu aku sedang
tidur, rasanya orang banyak datang kepadaku. Lalu aku bertanya: “Siapakah kamu
ini dan apa hajatmu ?”. Mereka itu menjawab: “Kami ini penghuni kuburan !”.
Maka aku bertanya: “Apakah yang telah terjadi dengan kamu ?”. Mereka itu
menjawab: “Bahwa engkau telah membiasakan kami, akan hadiah dari engkau, ketika
engkau pergi kepada keluarga engkau”. Aku bertanya: “Apakah hadiah itu ?”.
Mereka itu menjawab: “Doa-doa yang engkau doakan bagi kami”. Aku menjawab:
“Bahwa aku akan kembali untuk yang demikian”. Aku tidak tinggalkan lagi doa-doa
itu sesudah yang demikian”.
Basysyar bin Ghalib An-Najrani berkata: “Aku memimpikan
Rabi’ah Al-Adawiyah yang banyak beribadah. Aku banyak berdoa baginya. Maka ia
berkata kepadaku: “Hai Basysyar bin Ghalib ! hadiah-hadiah engkau itu datang
kepada kami atas baki dari nur (cahaya), yang dipayungkan dengan sapu tangan
sutera”. Aku lalu bertanya: “Bagaimana maka demikian ?”. Ia menjawab:
“Begitulah doanya orang-orang mu’min yang hidup, apabila mereka itu berdoa bagi
orang-orang yang sudah meninggal. Maka diperkenankan doa itu bagi mereka.
Dijadikan doa itu atas baki dari nur. Dipayungkan dengan sapu tangan sutera.
Kemudian, doa itu dibawakan kepada orang yang sudah meninggal, lalu dikatakan
kepadanya: “Inilah hadiah si Anu kepada engkau !”.
Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah mayit dalam kuburnya itu,
selain seperti orang karam, yang meminta pertolongan, yang menunggu doa yang
menghubunginya, dari ayahnya atau saudaranya atau temannya. Maka apabila doa
itu telah menghubunginya, niscaya adalah lebih disukainya dari dunia dan
isinya. Bahwa hadiah orang hidup bagi orang mati, ialah: doa dan istighfar
(memohonkan ampun)”.
Sebahagian mereka berkata: “Telah meninggal saudaraku. Lalu
aku memimpikannya. Lalu aku bertanya: “Apakah keadaan engkau ketika engkau
diletakkan dalam kubur engkau ?”. Ia menjawab: “Telah datang kepadaku, yang
datang dengan lentera dari api. Maka jikalau tidak adalah yang berdoa bagiku,
niscaya aku melihat, yang datang itu akan memukul aku dengan lentera itu”.
Dari ini disunatkan mentalkinkan mayit sesudah dikuburkan dan
mendoakan baginya. Sa’id bin Abdullah Al-Azadi berkata: “Aku menyaksikan Abu
Amamah Al-Bahili dan dia itu sedang naz’a/menjelang kematian. Maka ia
mengatakan: “Hai Sa’id ! apabila aku mati, maka berbuatlah dengan aku,
sebagaimana kita disuruh oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila mati seseorang kamu, maka
ratakanlah tanah atasnya. Maka hendaklah seseorang kamu berdiri atas kepada
kuburnya. Kemudian, mengatakan: “Hai Anu anak perempuan Anu !”. Dia itu tidak
mendengar dan tidak menjawab. Kemudian, katakanlah: “Hai Anu anak perempuan Anu
! –kali yang ke-2. Maka dia itu lalu duduk. Kemudian, katakanlah: “Hai Anu anak
perempuan Anu !”, kali yang ke-3. Maka mayit itu menjawab: “Tunjukilah kami !
kiranya engkau dirahmati oleh Allah !”. Akan tetapi, kamu tidak mendengar. Maka
yang mentalkinkan itu mengatakan kepada mayit itu: “Sebutlah akan apa, yang
engkau keluar kepadanya dari dunia, akan pengakuan, bahwa: tiada Tuhan yang
disembah, selain Allah, bahwa Muhammad itu rasul Allah. Bahwa engkau ridha
Allah itu Tuhanmu, Islam itu agamamu, Muhammad saw itu nabimu dan Alquran itu
imammu. Maka malaikat Munkar dan Nakir itu mundur masing-masing dari keduanya,
lalu mengatakan: “Berjalanlah dengan kami, akan apa yang mendudukkan kami pada
ini !”. Dan dia telah ditalkinkan (diajarkan) alasannya. Dan adalah Allah ‘Azza
Wa Jalla itu Pelindungnya dari kedua malaikat itu”. Seorang laki-laki lalu
bertanya: “Wahai Rasulullah ! jikalau tidak diketahui nama ibunya ?”. Nabi saw
menjawab: “Maka hendaklah keturunannya disangkutkan kepada Hawwa !”.
Tiada mengapa membaca Alquran atas kubur. Diriwayatkan dari
Ali bin Musa Al-Haddad, yang mengatakan: “Aku bersama Ahmad bin Hanbal pada
suatu jenazah. Dan Muhammad bin Quddamah Al-Jauhari bersama kami. Tatkala mayit
itu telah dikuburkan, maka datanglah seorang laki-laki yang kurus kering,
membaca Alquran pada kuburan itu. Maka Ahmad mengatakan kepadanya: “Hai saudara
ini ! bahwa membaca Alquran pada kuburan itu bid’ah (yang diada-adakan)”.
Tatkala kami telah keluar dari pekuburan itu, lalu Muhammad bin Quddamah
bertanya: kepada Ahmad: “Hai Abu Abdillah ! apa kata engkau tentang Mubasysyir
bin Ismail Al-Halabi ?”. Ahmad bin Hanbal itu menjawab: “Orang yang dapat
dipercayai”. Muhammad bin Quddamah bertanya: “Adakah engkau tulis sesuatu
daripadanya ?”. Ahmad bin Hanbal menjawab: “Ya, ada !”. Muhammad bin Quddamah
lalu mengatakan: “Dikabarkan kepadaku oleh Mubasysyir bin Ismail, dari
Abdurrahman bin Al-‘Ala’ bin Al-Lajlaj, dari ayahnya, bahwa: ayahnya
mewasiatkan, apabila ia telah dikuburkan, supaya dibacakan pembukaan Al-Baqarah
dan kesudahannya pada kepalanya”. Muhammad bin Quddamah berkata lagi: “Aku
mendengar Ibnu Umar mewasiatkan dengan yang demikian”. Maka Ahmad bin Hanbal
menjawab: “Kembalilah kepada lelaki itu, maka katakanlah kepadanya, supaya ia
membaca Alquran itu !”.
Muhammad bin Ahmad Al-Maruzi berkata: “Aku mendengar Ahmad bin
Hanbal mengatakan: “Apabila kamu masuk ke pekuburan, maka bacalah: Surah
Al-Fatihah, Surah Al-Mu’awwaadzatain (Surah: Qul-a-‘uudzu bi rabbil-falaq dan
Surah: Qul-a-‘uudzu bi rabbin-naas) dan: Qul huwallaahu ahad ! jadikanlah
pahalanya untuk yang dalam kuburan itu ! maka pahala itu akan sampai kepada
mereka”.
Abu Qallabah berkata: “Aku berangkat dari negeri Syam (Syria)
ke Basrah (Irak). Aku turun di Al-Khandaq. Maka aku bersuci dengan berwudhu’
dan aku mengerjakan shalat 2 rakaat di Lail. Kemudian, aku letakkan kepalaku
atas kuburan. Lalu aku tidur. Kemudian, aku jaga. Tiba-tiba yang punya kubur
mengadukan aku, dengan mengatakan: “Engkau telah menyakitkan aku semenjak
malam”. Kemudian ia sambung: “Bahwa kamu tidak tahu. Dan kami tahu dan kami
tidak mampu beramal”. Kemudian, ia berkata lagi: “Sesungguhnya 2 rakaat yang
engkau ruku’kan itu lebih baik dari dunia dan isinya”. Kemudian, ia berkata
lagi: “Dibalaskan oleh Allah kiranya dari kami kepada penduduk dunia dengan
kebajikan ! aku mengucapkan salam sejahtera kepada mereka.
Sesungguhnya kadang-kadang masuk kepada kami dari doa mereka
itu, nur seperti gunung”. Yang dimaksudkan dengan ziarah kubur bagi yang
berziarah, ialah mengambil ibarat dengan ziarah itu. Dan bagi yang diziarahi
itu mengambil manfaat dengan doa yang berziarah. Maka tiada seyogyalah bahwa
dilupakan oleh yang berziarah dari doa bagi dirinya dan bagi orang yang
meninggal. Dan tidak lupa pula daripada mengambil ibarat dengan yang demikian.
Sesungguhnya berhasil baginya mengambil ibarat itu, dengan menggambarkan orang
yang meninggal dalam hatinya, bagaimana bercerai-berai bagian-bagian badannya. Dan
bagaimana ia akan dibangkitkan dari kuburnya. Dan dia dalam waktu dekat akan
mengikutinya.
Sebagaimana diriwayatkan dari Mathraf bin Abubakar Al-Hadzali,
yang berkata: “Adalah seorang wanita tua yang kuat beribadah pada Abdul-Qais.
Apabila datang malam, maka ia menguatkan ikat pinggangnya. Kemudian, ia bangun
berdiri ke mihrab. Dan apabila datang siang, dia keluar ke kuburan. Maka
sampailah kepadaku berita, bahwa ia dicaci orang, tentang banyak kedatangannya
ke pekuburan. Maka ia mengatakan: “Bahwa hati yang kesat, apabila telah kering,
niscaya tidak dapat dilunakkan, selain oleh melihat yang sudah hancur. Dan aku
sesungguhnya datang ke kuburan, maka seakan-akan aku melihat, mereka itu keluar
dari antara lapisan-lapisannya. Dan seakan-akan aku melihat mukanya yang penuh
debu, badannya yang berobah dan pelupuk matanya yang berlemah. Wahai kiranya
dari pandangan, jikalau pandangan itu diminumkan oleh hamba kepada hatinya,
niscaya alangkah menakutkan kepahitan nya bagi diri dan sangat merusakkan bagi
badan. Bahkan seyogyalah bahwa ia menghadirkan dari bentuk mayit, apa yang
disebutkan oleh Umar bin Abdul-‘aziz, dimana masuk ke tempatnya seorang ahli
fikih. Maka ia merasa heran dari perobahan bentuknya, karena banyak kesungguhan
dan ibadah. Lalu ia berkata kepada faqih itu: “Hai Anu ! kalau engkau melihat
aku sesudah 3 hari dan aku telah dimasukkan dalam kuburku. Dan telah keluar 2
biji mata, lalu mengalir atas 2 pipi. Telah kuncup 2 bibir dari gigi. Telah
keluar nanah dari mulut. Dan terbukalah mulut. Meninggilah perut dari dada.
Keluarlah tulang pinggang dari dubur. Dan keluarlah ulat dan nanah dari lobang
hidung. Sesungguhnya engkau akan melihat yang lebih mengherankan dari yang
engkau lihat sekarang”.
Disunatkan memuji mayit. Dan tidak disebutkan, selain dengan
yang baik. ‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Apabila meninggal teman mu,
maka tinggalkan daripada memperkatakannya ! dan janganlah engkau memperkatakan
tentang keburukannya !”. Nabi saw bersabda: “Janganlah kamu memaki orang yang
sudah mati ! sesungguhnya mereka itu telah sampai kepada amal yang mereka
kemukakan”. Nabi saw bersabda: “Janganlah kamu sebutkan orang-orang yang
meninggal dari kamu, selain dengan kebajikan. Bahwa jikalau ada mereka itu dari
isi sorga, niscaya kamu berdosa. Dan jikalau ada mereka itu dari isi neraka,
maka perkiraan mereka itu menurut apa, yang mereka itu padanya”. Anas bin Malik
berkata: “Lewatlah jenazah di muka Rasulullah saw lalu mereka itu menyebut
kejahatan kepada jenazah itu. Maka Rasulullah saw bersabda: “Wajiblah yang
demikian”. Dan mereka membawa jenazah lain. Lalu mereka itu menyebut kebajikan
kepada jenazah itu. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Wajiblah yang demikian”.
Maka Umar bertanya kepada Nabi saw dari yang demikian. Nabi saw menjawab:
“Bahwa ini kamu sebutkan kepadanya kebajikan, maka wajiblah baginya sorga. Dan
ini kamu sebutkan kepadanya kejahatan, maka wajiblah baginya neraka. Dan kamu
itu menjadi saksi Allah di bumi”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa hamba
itu meninggal, lalu kaumnya memujikan pujian kepadanya, yang diketahui oleh
Allah daripadanya akan orang lain. Maka Allah Ta’ala berfirman kepada para
malaikatNya: “Aku menjadikan kamu menjadi saksi, bahwa Aku telah menerima
kesaksian hamba-hambaKu atas hambaKu. Dan Aku lampaukan dari ilmuKu tentang
hambaKu”.
BAB KETUJUH: tentang hakikat/makna mati dan yang dijumpai oleh
orang yang mati, dalam kubur sampai kepada peniupan sangkakala.
PENJELASAN: hakikat/makna mati.
Ketahuilah, bahwa manusia itu mempunyai persangkaan-persangkaan yang dusta
tentang hakikat/makna mati, yg tersalah mereka padanya. Sebahagian mereka
menyangka bahwa mati ialah: tidak ada lagi. Tidak ada dihimpunkan dan
dibangkitkan sesudah mati. Dan matinya manusia itu seperti mati binatang dan
keringnya tumbuh-tumbuhan. Dan ini pendapat orang-orang mulhid (yg mengingkari
adanya Tuhan). Dan setiap orang yg tidak beriman dengan Allah dan hari akhirat.
Suatu kaum menyangka, bahwa ia menjadi tidak ada dengan mati. Ia tiada merasa
pedih dengan siksaan. Dan ia tiada merasa nikmat dengan pahala, selama ia
berada dalam kubur, sehingga ia dikembalikan pada hari dihimpunkan di padang
mahsyar.
Yang lain berkata pula: bahwa nyawa itu kekal, tidak menjadi
tiada dengan mati. Dan yang diberi pahala dan yang disiksa, ialah: nyawa (ruh),
tidak tubuh. Dan tubuh itu tidak sekali-kali dibangkitkan dan dikumpulkan di
padang mahsyar. Semua ini adalah sangkaan yang merusak
dan miring dari kebenaran. Akan tetapi, yang disaksikan oleh
jalan-jalan i’tibar (ibarat) dan dituturkan oleh ayat-ayat dan hadits-hadits,
bahwa mati itu, artinya: berobah keadaan saja. Dan nyawa itu tetap ada (kekal)
sesudah berpisah dengan jasad. Adakalanya diazabkan dan adakalanya dinikmatkan.
Arti berpisah dengan jasad, ialah: terputus urusannya dari tubuh, dengan
keluarnya dari tubuh, daripada mentaatinya. Bahwa anggota-anggota tubuh itu
alat bagi nyawa yang dipakainya. Sehingga, nyawa itu menggenggam dengan tangan,
mendengar dengan telinga dan melihat dengan mata. Dan ia mengetahui akan hakikat/makna
sesuatu dengan hati.
Dan hati ini adalah ibarat dari nyawa. Dan nyawa itu
mengetahui segala sesuatu dengan sendirinya, dengan tanpa alat. Dan karena
itulah kadang-kadang hati itu merasa pedih dengan sendirinya, dengan
bermacam-macam kegundahan, kesusahan dan keduka-citaan. Dan hati itu merasa
nikmat dengan bermacam-macam kesenangan dan kegembiraan. Dan semua itu tiada
menyangkut dengan anggota badan. Maka setiap apa yang menjadi sifat bagi nyawa,
dengan sendirinya kekal bersama nyawa itu sesudah berpisah dengan jasad.
Dan apa yang ada bagi nyawa dengan perantaraan anggota badan,
maka menjadi kosong dengan matinya jasad. Sehingga dikembalikan nyawa itu
kepada jasad. Dan tiada jauh dari kebenaran, bahwa
nyawa itu dikembalikan kepada tubuh dalam kubur. Dan tiada jauh dari kebenaran, bahwa dikemudiankan
nyawa itu kepada hari kebangkitan. Dan Allah itu Maha Tahu, dengan apa, yang
dihukumkanNya kepada setiap hamba dari hamba-hambaNya.
Sesungguhnya kosongnya jasad dengan mati itu menyerupai dengan
kosongnya anggota-anggota badan orang yang lumpuh, dengan kerusakan sifat badan
yang terjadi padanya. Dan dengan kesukaran yang terjadi pada urat-urat saraf,
yang mencegah lulusnya nyawa padanya. Maka adalah nyawa yang mengetahui, yang
berakal, yang memahami itu terus ada (kekal) yang terpakai bagi sebahagian
anggota-anggota badan. Dan sebahagian
anggota-anggota badan itu tidak mematuhi kepada nyawa. Dan mati itu adalah ibarat dari ketidak-patuhan
anggota-anggota badan seluruhnya. Dan semua anggota-anggota badan itu adalah
alat. Dan nyawa ialah yang memakai alat-alat itu. Dan kami kehendaki dengan
nyawa, ialah makna yang ia memperoleh dari insan itu ilmu pengetahuan,
kepedihan duka-cita dan kelezatan kegembiraan. Dan manakala telah salahlah
urusannya pada anggota-anggota badan, niscaya tidak salah daripadanya ilmu
pengetahuan dan perasaan-perasaan. Tidak salah daripadanya kegembiraan dan
kesusahan. Dan tidak salah daripadanya penerimaannya bagi kepedihan dan
kelezatan. Dan insan dengan hakikat/maknanya itu, ialah: makna yang memperoleh
ilmu pengetahuan, kepedihan-kepedihan dan kelezatan-kelezatan. Dan yang
demikian itu tidak mati. Artinya: tidak akan tiada. Dan makna mati, ialah
terputusnya urusannya dari badan dan keluarnya badan dari adanya alat baginya.
Sebagaimana makna kelumpuhan, ialah keluarnya tangan dari bawah adanya itu alat
yang dipakai. Maka mati itu kelumpuhan mutlak pada
anggota-anggota badan seluruhnya. Dan hakikat/makna insan itu:
dirinya dan nyawanya. Dan hakikat/makna itu terus ada, yang melengkapi perobahan
keadaannya dari 2 pihak:
Pertama: bahwa direbutkan daripadanya matanya, telinganya, lisannya, tangannya,
kakinya dan semua anggota badannya. Direbutkan daripadanya isterinya, anaknya,
keluarganya dan kenalan-kenalannya yang lain. Dan direbutkan daripadanya
kudanya, binatang ternaknya, budak-budaknya, rumah-rumahnya, tanah ladangnya
dan harta miliknya yang lain. Dan tiada bedanya, antara direbut barang-barang
tersebut dari insan dan antara direbut insan dari barang-barang tersebut. Bahwa
yang menyakitkan, ialah: perpisahan. Dan perpisahan itu sekali berhasil dengan
dirampaskan harta seseorang. Dan sekali dengan ditawannya orang itu dari milik
dan hartanya. Dan kepedihan itu satu dalam dua hal tadi. Sesungguhnya makna
mati, ialah: direbutkan insan dari hartanya, dengan membawakannya ke alam lain,
yang tiada bersesuaian dengan alam ini. Maka jikalau ada baginya di dunia,
sesuatu yang disukainya dan disenanginya dan ia memperhitungkan dengan adanya,
maka besarlah kesusahannya kepada sesuatu itu sesudah mati. Dan payahlah
kesengsaraan hatinya pada berpisah dengan dia. Bahkan hatinya berpaling kepada
satu demi satu dari hartanya, kemegahannya, dan tanah ladangnya. Sehingga
kepada baju kemeja yang dipakainya umpamanya dan yang disenanginya. Dan jikalau
ia tidak merasa gembira, selain dengan dzikir kepada Allah dan hatinya tidak
jinak, selain dengan Allah, niscaya besarlah nikmatnya dan sempurnalah
bahagianya. Karena ia bersunyi-sunyi diantaranya dan Yang Dicintainya. Dan
terputuslah daripadanya halangan-halangan dan kesibukan-kesibukan. Karena semua
sebab dunia itu menghalangi daripada mengingati Allah. Maka inilah salah satu
wajah perbedaan antara keadaan mati dan keadaan hidup.
Kedua: bahwa tersingkapnya baginya
dengan mati, apa yang tidak tersingkap baginya dalam hidup. Sebagaimana
kadang-kadang tersingkap bagi orang yang jaga, apa yang tidak tersingkap dalam
tidur. Dan manusia itu tidur. Apabila mereka mati, mereka terbangun. Dan yang
pertama-tama yang tersingkap baginya, ialah yang mendatangkan melarat baginya
dan yang mendatangkan manfaat, dari kebaikannya dan kejahatannya. Dan adalah
yang demikian itu tergaris dalam suratan yang terlipat dalam rahasia hatinya.
Dan yang menyibukkannya daripada melihat kepadanya itu, ialah:
kesibukan-kesibukan duniawi.
Maka apabila terputuslah kesibukan-kesibukan itu, niscaya
tersingkaplah baginya semua amalnya. Maka ia tiada melihat kepada kejahatan,
melainkan ia menyesal padanya, dengan penyesalan yang ia mengutamakan bahwa ia
masuk dalam kesengsaraan neraka, untuk terlepas dari penyesalan itu. Dan pada yang demikian, dikatakan baginya: “Cukuplah
pada hari ini, engkau membuat perhitungan atas diri sendiri”. S 17 Al Israa’
ayat 14. Tersingkaplah semua itu ketika putus nafas dan sebelum dikuburkan. Dan
menyalalah padanya api perpisahan. Ya’ni: berpisah dengan apa, yang ia tentram
kepadanya dari dunia yang fana ini. Tidak, apa yang dikehendakinya daripadanya
untuk karena perbekalan dan yang menyampaikan kepada amalan akhirat. Bahwa
siapa yang mencari perbekalan untuk sampai kepada amalan akhirat, maka apabila
ia sampai kepada maksud, niscaya ia gembira dengan perpisahannya dengan sisa
perbekalan. Karena ia tiada menghendaki perbekalan itu sendiri. Dan ini keadaan
orang yang tidak mengambil dari dunia, melainkan sekadar darurat/perlu. Dan ia
suka bahwa terputuslah daruratnya, supaya ia tidak memerlukan lagi kepadanya.
Maka telah berhasil apa yang disukainya dan tidak memerlukan kepada yang lain.
Inilah bermacam-macam azab dan kepedihan yang besar, yang menyerang kepadanya
sebelum dikuburkan.
Kemudian, ketika dikuburkan, kadang-kadang dikembalikan
nyawanya kepada jasad, karena macam yang lain dari azab. Terkadang dimaafkan
daripadanya. Dan adalah keadaan orang yang bernikmat-nikmatan dengan dunia,
yang tentram hatinya kepada dunia itu, seperti keadaan orang yang bernikmat-nikmatan,
ketika tidak adanya raja dalam negerinya, kerajaannya dan keluarganya. Karena
berpegang bahwa raja itu bersikap mudah dalam urusannya. Atau bahwa raja itu
tidak tahu apa yang dikerjakan oleh orang yang keji perbuatannya. Lalu ia
diambil oleh raja dengan sekejap mata. Dan didatangkan kepadanya daftar, yang
telah dituliskan di dalamnya semua kekejiannya dan kesalahannya, atom demi
atom, langkah demi langkah. Dan raja itu orang perkasa, lagi berkuasa, cemburu
atas isterinya, membalas dendam kepada orang-orang yang berbuat salah atas
kerajaannya. Dan tidak memperhatikan kepada orang yang meminta bantuan
kepadanya, tentang orang-orang yang durhaka kepadanya.
Maka perhatikanlah kepada orang yang diambil ini, bagaimana
keadaannya sebelum turun azab raja kepadanya: dari ketakutan, keseganan, malu,
kesedihan dan penyesalan. Maka inilah keadaan orang yang meninggal, yang zalim,
yang terperdaya dengan dunia, yang merasa tenang kepada dunia, sebelum turun
azab kubur kepadanya. Bahkan ketika matinya, kita berlindung dengan Allah
daripadanya. Bahwa kehinaan, tersiarnya rahasia dan terbukanya tabir itu lebih
besar dari setiap azab yang bertempat dengan jasad, dari pukulan, dipotong dll.
Maka ini adalah isyarat kepada keadaan orang yang meninggal ketika meninggal.
Dipersaksikan oleh orang-orang yang mempunyai matahati, dengan penyaksian
batiniah, yang lebih kuat dari penyaksian mata. Dan disaksikan bagi yang
demikian itu, oleh kesaksian-kesaksian Kitab Alquran dan Sunnah. Ya, benar
bahwa tidak mungkin tersingkapnya tutup dari mengetahui hakikat/makna mati.
Karena tidak akan dikenal mati, oleh orang yang tidak mengenal hidup. Dan
mengenal hidup itu dengan mengenal hakikat/makna nyawa pada dirinya. Dan
mengetahui hakikat/makna zatnya. Dan tidak diizinkan bagi Rasulullah saw
memperkatakan tentang nyawa. Dan tiada lebih, bahwa ia mengatakan: “Nyawa itu
urusan Tuhanku. Maka tiadalah bagi seseorang dari ulama agama bahwa
menyingkapkan rahasia nyawa, walaupun ia menjenguk kepadanya. Dan yang
diizinkan padanya, ialah: menyebutkan keadaan nyawa sesudah mati.
Ayat-ayat dan banyak hadits menunjukkan bahwa mati itu
tidaklah ibaratnya dari tidak adanya nyawa dan tidak adanya perasaan bagi
nyawa. Adapun ayat-ayat maka telah datang mengenai orang-orang syahid. Karena
Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kamu anggap mati orang-orang yang terbunuh
di jalan Allah itu ! tidak ! mereka itu hidup, mereka mendapat rezeki dari sisi
Tuhan. Mereka gembira”. S 3 Ali ‘Imran ayat 169-170. Tatkala terbunuh
kepala-kepala Quraisy pada hari perang Badar, maka mereka itu dipanggil oleh
Rasulullah saw dengan bersabda: “Hai Anu! hai Anu! hai Anu! aku telah
memperoleh apa yang dijanjikan Tuhanku kepadaku itu benar. Maka adakah kamu
memperoleh apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar ?”. Lalu ditanyakan: “Wahai
Rasulullah ! adakah engkau memanggil mereka itu, sedang mereka itu sudah mati
?”. Nabi saw menjawab: “Demi Tuhan yang diriku di tanganNya ! bahwa mereka itu
sesungguhnya mendengar perkataan ini dari kamu. Hanya mereka itu tidak sanggup
menjawab”. Maka ini adalah nash (dalil yang tegas) tentang kekalnya (tetap adanya) nyawa orang yang durhaka
dan tetap diketahuinya dan dikenalnya. Dan ayat itu nash (ketetapan sesuatu
masalah dengan dalil) tentang arwah orang-orang syahid. Dan orang yang meninggal itu tidak
terlepas dari bahagia atau sengsara.
Nabi saw bersabda: “Kubur itu adakalanya suatu lobang dari
lobang-lobang neraka. Atau suatu taman dari taman-taman sorga”. Ini adalah nash
yang tegas, bahwa mati itu, artinya: berobah keadaan saja. Dan apa yang akan
ada, dari kesengsaraan orang yang meninggal dan kebahagiaannya itu, bersegera
ketika mati, dengan tidak diundurkan. Dan bahwa yang diundurkan, ialah
sebahagian dari bermacam-macam azab dan pahala, tidak pokoknya.
Dirawikan Anas dari Nabi saw bahwa beliau bersabda: “Mati itu
kiamat. Maka siapa yang mati, niscaya berdirilah kiamatnya”. Nabi saw bersabda:
“Apabila meninggal salah seorang kamu, niscaya didatangkan kepadanya tempat
duduknya pada pagi hari dan sorenya. Jikalau dia dari isi sorga, maka dari
sorga. Dan jikalau dia dari isi neraka, maka dari neraka. Dan dikatakan:
“Inilah tempat dudukmu, sehingga kamu dibangkitkan kepadanya pada hari kiamat”.
Dan tidaklah tersembunyi akan apa, yang dalam menyaksikan dua tempat duduk itu,
dari azab dan nikmat dalam waktu itu juga. Dari Abi Qais yang mengatakan:
“Adalah kami bersama ‘Alqamah pada suatu jenazah. Lalu ‘Alqamah berkata:
“Adapun ini maka telah berdiri kiamatnya”. Ali ra berkata: “Haramlah atas diri,
bahwa ia keluar dari dunia, sebelum ia tahu, dari isi sorgakah dia atau dari
isi neraka ?”. Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang
meninggal dalam perantauan (mencari kebaikkan bukan kejahatan.pent), niscaya ia
mati syahid. Dan dipelihara dari fitnah-fitnah kubur. Dan dibawakan kepadanya
pada pagi hari dan sorenya dengan rezekinya dari sorga”. Masruq berkata: “Tiada
aku menggemari seseorang, akan apa yang aku gemari dari orang mu’min dalam
liang lahad. Ia telah beristirahat dari kepayahan dunia dan merasa aman dari
azab Allah”. Yu’la bin Al-Walid berkata: “Adalah aku pada suatu hari berjalan
kaki bersama Abid-Darda’. Aku lalu bertanya kepadanya: “Apakah yang engkau
sukai bagi orang yang engkau sukai ?”. Ia menjawab: “Mati”. Aku bertanya lagi:
“Jikalau ia tidak mati ?”. Ia menjawab: “Sedikitlah hartanya dan anaknya.
Sesungguhnya aku menyukai mati, karena mati itu tiada disukai, selain oleh orang mu’min. Dan mati itu melepaskan
orang mu’min dari penjara. Dan sesungguhnya aku menyukai sedikit harta dan
anak, karena itu adalah fitnah dan sebab bagi jinaknya hati dengan dunia. Dan
jinaknya hati dengan orang, yang tidak boleh tidak akan bercerai itu adalah
kesengsaraan yang paling berat. Maka setiap yang selain Allah, mengingati dan menjinakkan
hati dengan dia, niscaya tidak boleh tidak –sudah pasti- daripada berpisah
dengan dia ketika mati”.
Karena inilah, Abdullah bin ‘Amr berkata: “Sesungguhnya contoh
orang mu’min ketika keluar nafasnya yang terakhir atau nyawanya adalah seperti
orang yang bermalam di penjara. Lalu ia dikeluarkan daripadanya. Maka ia merasa
lapang di bumi dan pulang-pergi padanya”. Dan ini yang disebutkannya itu adalah
keadaan orang yang merenggangkan hatinya dari dunia dan menggelisahkannya
dengan dunia. Tiada baginya kejinakan hati selain dengan mengingati Allah
Ta’ala (berdzikir kepadaNya). Dan adalah segala kesibukan duniawi itu
menahankannya dari Kekasihnya. Dan kekesatan nafsu syahwat itu menyakitinya.
Maka adalah pada kematian itu kelepasannya dari semua yang menyakitkan dan
kesendiriannya dengan Kekasihnya yang menjadi kejinakan hatinya, dengan tidak
ada yang mencegah dan yang menolak. Alangkah lebih patut yang demikian, bahwa
adalah itu kesudahan nikmat dan lezat. Dan paling sempurna kelezatan bagi
orang-orang syahid yang terbunuh pada jalan Allah (perang sabil). Karena mereka
itu tidak tampil ke medan perang, melainkan mereka telah memutuskan
perhatiannya dari segala yang menyangkut dengan dunia, rindu menjumpai Allah, ridha dengan terbunuh pada
mencari keridhaanNya. Kalau ia memandang kepada dunia, maka telah dijualnya,
karena suka rela dengan akhirat. Dan penjual itu, hatinya tidak berpaling lagi
kepada yang dijual. Dan kalau ia memandang kepada akhirat, maka telah dibelinya
dan ia rindu kepadanya. Maka alangkah besarnya kegembiraannya dengan yang
dibelinya itu, apabila telah dilihatnya ! alangkah sedikit perhatiannya kepada
yang telah dijualnya, apabila telah berpisah dengan dia ! dan menjuruslah hati
bagi mencintai Allah Ta’ala yang kadang-kadang berkebetulan pada sebahagian hal
keadaan. Akan tetapi, tidak didapatinya oleh mati atasnya, maka ia berobah. Dan
peperangan itu sebab bagi mati. Maka adalah peperangan itu sebab untuk
memperoleh mati atas keadaan yang seperti ini. Maka karena inilah besarnya
nikmat. Karena makna nikmat ialah: bahwa dicapai oleh insan akan apa yang
dikehendakinya.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan bagi mereka apa yang mereka
sukai”. S 16 An Nahl ayat 57. Maka adalah ini semua ibarat bagi makna kelezatan
sorga. Dan azab yang terbesar, ialah bahwa tercegah insan dari kehendaknya,
sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Dan diletakkan batas diantara mereka
dengan apa yang diingininya”. S 34 As Sabak ayat 54. Maka adalah ini semua
ibarat bagi siksaan isi neraka jahannam. Nikmat ini didapati oleh orang syahid,
sebagaimana ia telah memutuskan dirinya, dengan tidak terlambat. Dan ini adalah
urusan yang tersingkap bagi orang-orang yang mempunyai hati dengan nur-yakin.
Dan kalau engkau menghendaki atasnya itu kesaksian dari pihak pendengaran, maka
semua hadits yang mengenai orang-orang syahid, menunjukkan kepadanya. Dan
setiap hadits itu melengkapi kepada mengibaratkan dari kesudahan kenikmatan
mereka dengan ibarat yang lain.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwa ia mengatakan: “Rasulullah
saw bersabda kepada Jabir: “Apakah tidak aku kabarkan kepada engkau dengan
berita gembira, hai Jabir ?”. Dan adalah pada hari perang Uhud, ayah Jabir itu
syahid. Jabir lalu menjawab: “Ada, kiranya Allah memberitakan engkau kabar gembira
dengan kebajikan !”. Maka Nabi saw bersabda: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla telah
menghidupkan ayah engkau dan mendudukkannya di hadapan Nya. Dan Ia berfirman:
“Bercita-citalah kepadaKu, hai hambaKu, apa yang engkau kehendaki, niscaya akan
Aku memberikannya kepada engkau”. Lalu ayah Jabir itu menjawab: “Hai Tuhanku !
tiadalah aku beribadah kepada Engkau, sebenarnya ibadah kepada Engkau. Aku
bercita-cita kepada Engkau, bahwa Engkau mengembali kan aku ke dunia. Lalu aku
akan berperang bersama nabi Engkau. Maka aku terbunuh pada jalan Engkau sekali
lagi”. Allah Ta’ala berfirman kepadanya: “Bahwa telah dahulu daripadaKu, bahwa
engkau tiada kembali lagi ke dunia”.
Ka’bul-Ahbar berkata: “Terdapat seorang laki-laki dalam sorga
menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: “Mengapa engkau menangis, padahal engkau
dalam sorga ?”. Ia menjawab: “Aku menangis, karena aku tidak terbunuh pada
jalan Allah, kecuali hanya sekali. Aku ingin, bahwa aku dikembalikan ke dunia.
Lalu aku terbunuh pada jalan Allah berkali-kali”.
Ketahuilah, bahwa orang mu’min itu tersingkap baginya sesudah
mati, dari keluasan keagungan Allah, akan apa yang adalah dunia itu dengan
dikaitkan kepadanya, seperti penjara dan tempat yang sempit. Dan adalah
contohnya orang mu’min itu, seperti orang yang terpenjara dalam rumah yang
gelap, yang dibukakan baginya sebuah pintu ke kebun yang luas pihak-pihakya,
yang tidak sampai pandangannya kepada yang paling jauh dari kebun itu. Di
dalamnya berbagai macam kayu-kayuan, bunga-bungaan, buah-buahan dan
burung-burung. Maka ia tiada ingin kembali ke penjara yang gelap. Dan telah
dibuat oleh Rasulullah saw akan contoh bagi yang demikian. Maka beliau bersabda
bagi seorang laki-laki yang meninggal dunia: “Jadilah orang ini berangkat dari
dunia dan meninggalkan nya bagi keluarganya. Kalau adalah dia itu ridha (senang
dengan yang demikian), maka tidak menggembirakannya
untuk kembali ke dunia, sebagaimana
tidak menggembirakan bagi seseorang kamu untuk kembali ke dalam perut ibunya”. Maka Nabi saw memperkenalkan kepada
anda dengan ini, bahwa perbandingan luasnya akhirat dengan dunia, adalah
seperti perbandingan luasnya dunia dengan kegelapan rahim ibu.
Nabi saw bersabda: “Bahwa orang mu’min dalam dunia itu,
contohnya adalah seperti janin (bayi) dalam perut ibunya. Apabila keluar dari
perutnya, ia menangis atas keluarnya itu. Sehingga apabila ia melihat cahaya
dan dilahirkan, maka ia tidak suka lagi kembali ke tempatnya semula”. Seperti demikian
juga orang mu’min yang gelisah dari mati. Maka apabila ia dibawa kepada
Tuhannya, niscaya ia tidak suka lagi kembali ke dunia, sebagaimana tidak
sukanya bayi itu kembali ke perut ibunya.
Dikatakan kepada Rasulullah saw bahwa si Anu telah meninggal
dunia, maka Nabi saw menjawab: “Ia beristirahat atau ia diistirahat kan”. Nabi
saw mengisyaratkan dengan :ia beristirahat” itu kepada: orang mu’min dan
dengan: “yang di istirahatkan” itu kepada: orang zalim, karena penduduk dunia
beristirahat daripada kezalimannya.
Abu Umar Shahibus-saqya berkata: “Lalu di depan kami Ibnu Umar
dan kami masih anak-anak. Lalu ia memandang ke kuburan. Tiba-tiba tampak
tengkorak manusia. Maka disuruhnya seorang laki-laki. Lalu laki-laki itu
menanamkannya. Kemudian, ia berkata: “Bahwa tubuh ini tidak diberikan melarat
sedikitpun oleh tanah ini. Sesungguhnya nyawa itu disiksa dan diberi pahala,
sampai kepada hari kiamat”.
Dari ‘Amr bin Dinar, yang mengatakan: “Tiada seorang mayitpun
yang meninggal, melainkan ia tahu, apa yang pada keluarganya sesudahnya. Dan
bahwa mereka itu memandikannya dan mengkafankannya. Dan bahwa ia melihat kepada
mereka itu”.
Malik bin Anas berkata: “Sampai kepadaku bahwa nyawa orang mu’min itu
diutuskan, dia pergi kemana ia kehendaki”.
An-Nu’man bin Basyir berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda di
atas mimbar: “Ketahuilah, bahwa tiada kekal dari dunia, selain seperti lalat
yang terbang bulak-balik dalam udaranya. Maka, Allah –Allah- mengenai saudara
kamu dari isi kubur. Sesungguhnya amalan kamu didatangkan kepada mereka”.
Abu Hurairah berkata: “Nabi saw bersabda: “Jangan engkau buka
kekurangan orang-orang yang meninggal dari kamu, dengan kejahatan perbuatan
kamu ! sesungguhnya perbuatan kamu itu didatangkan kepada wali-wali kamu dari
isi kubur”. Karena demikianlah, Abud-Darda’ berdoa: “Ya Allah ya Tuhan! bahwa
aku berlindung dengan Engkau, bahwa aku mengerjakan suatu perbuatan yang
menghinakan pada Abdullah bin Rawwahah”. Dan adalah Abdullah bin Rawwahah itu
telah meninggal dunia dan saudara ibunya.
Ditanyakan Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash dari hal nyawa
orang-orang mu’min, apabila mereka telah meninggal, kemana nyawa itu ? Abdullah
bin ‘Amr bin Al-‘Ash menjawab: “Dalam perut burung putih dalam naungan
Al-‘Arasy dan nyawa orang-orang kafir dalam bumi, lapisan yang ke-7”.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Bahwa orang yang meninggal (mayit) itu mengenal akan orang yang
memandikannya, yang membawanya dan yang memasukkannya dalam kuburnya”.
Shalih Al-Marri berkata: “Bahwa nyawa (ruh) itu bertemu satu
sama lain ketika meninggal. Lalu bertanya nyawa orang-orang yang mati, kepada
nyawa yang keluar kepada mereka: “Bagaimana adanya tempat tinggal engkau ? pada
yang mana dari dua jasad itu engkau berada ? pada yang baik atau yang buruk ?”.
Ubaid bin Umair berkata: “Isi kubur itu mengintip
berita-berita. Maka apabila datang kepada mereka mayit baru, lalu mereka itu
bertanya: “Apa yang dikerjakan oleh si Anu ?”. Lalu mayit baru itu menjawab:
“Apakah ia tidak datang kepada kamu atau tidak ia kemukakan kepada kamu ?”.
Lalu isi kubur itu menjawab: “Bahwa kita kepunyaan Allah. Dan kita akan kembali
kepadaNya. Ia menempuh dengan yang demikian itu, bukan jalan kita”.
Dari Ja’far bin Sa’id, yang mengatakan: “Apabila meninggal
seseorang, lalu anaknya menemuinya, sebagaimana ia menemui orang yang tidak ada
selama ini”. Mujahid berkata: “Bahwa orang itu diberikan kabar yang
menggembirakan dengan baik anaknya dalam kuburnya”. Dirawikan Abu Ayyub
Al-Anshari, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Bahwa nyawa orang mu’min
apabila telah diambil, niscaya dijumpai oleh yang punya kasih-sayang daripada
hamba-hamba Allah. Sebagaimana dijumpai orang yang membawa kabar gembira di dunia.
Mereka itu mengatakan: “Lihatlah saudaramu, sehingga ia beristirahat.
Sesungguhnya ia berada dalam kesusahan yang sangat !”. Lalu mereka itu
menanyakannya: “Apakah yang dikerjakan si Anu yang laki-laki (si Fulan) ?
apakah yang dikerjakan si Anu yang wanita (si Fulanah) ? sudahkah kawin si
Fulanah ?”. Apabila mereka menanyakannya dari hal seorang laki-laki yang telah
meninggal sebelumnya dan ia mengatakan: “Ia sudah meninggal sebelum aku”.
Mereka lalu mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raa-ji’uun”. (Bahwa
kita ini kepunyaan Allah dan kita ini akan kembali kepadaNya). Dia itu dibawa
kepada ibunya yang kasih-sayang”.
PENJELASAN: perkataan kubur bagi mayit.
Perkataan orang-orang yang meninggal itu adakalanya dengan lisan perkataan
atau dengan lisan keadaan yang lebih terang pada pemahaman orang-orang yang
meninggal, dari lisan perkataan pada pemahaman orang-orang hidup.
Rasulullah saw bersabda: “Kubur itu berkata kepada mayit,
ketika ia diletakkan didalamnya: “Kasihan engkau, hai anak Adam! apakah yang memperdayakan
engkau dengan aku? apakah engkau tidak tahu, bahwa aku itu rumah fitnah, rumah
gelap, rumah sendirian dan rumah ulat? apakah yang memperdayakan engkau dengan
aku, karena engkau melalui kepadaku dengan sikap fadz-dzadz”. Maka kalau dia itu
orang yang memperbaiki keadaan, niscaya yang menjawab dikuburan bertanya
kepadanya: “Adakah engkau melihat bahwa ada dia itu menyuruh dengan ma’ruf dan
melarang dari munkar ?”. Lalu kubur itu berkata: “Jadi, aku akan memalingkan
kepadanya yg warna hijau dan jasadnya kembali menjadi nur dan nyawanya naik
kepada Allah Ta’ala”. Sikap fadz-dzadz itu, ialah
maju selangkah dan mundur selangkah (sikap ragu). Begitulah
ditafsirkan oleh perawi perkataan fadz-dzadz pada hadits itu.
Ubaid bin Umair Al-Laitsi berkata: “Tiadalah dari seorang
mayit itu yang meninggal, melainkan ia dipanggil oleh lobangnya, yang
dikuburkannya dia di dalamnya !”. Aku rumah kegelapan, sendirian dan
tersendiri. Jikalau adalah engkau dalam hidup engkau itu taat kepada Allah,
niscaya adalah engkau pada hari ini rahmat kepada engkau. Dan jikalau ada
engkau itu maksiat, maka aku pada hari ini siksaan kepada engkau. Akulah, yang
siapa masuk kepadaku, yang taat, niscaya ia keluar yang bergembira. Dan siapa
yang masuk kepadaku, yang maksiat, niscaya ia keluar yang berduka-cita”.
Muhammad bin Shubaih berkata: “Sampai kepada kami, bahwa
seseorang apabila diletakkan dalam kuburnya, lalu diazabkan. Atau menimpakan nya
oleh sebahagian yang tiada disukainya. Ia dipanggilkan oleh tetangganya dari
orang-orang meninggal: “Hai orang yang terbelakang dalam dunia, sesudah
saudara-saudaranya dan tetangganya ! apakah ada bagi engkau memperoleh ibarat
pada kami ? apakah ada bagi engkau pada terdahulunya kami memperoleh pikiran
bagi engkau ? adakah tidak engkau melihat terputusnya amalan kami dari kami dan
engkau itu masih ada tempo ? mengapa tidak engkau memperoleh kembali apa yang
telah luput bagi saudara-saudara engkau ?”. Dan ia dipanggil oleh tempat-tempat
di bumi: “Hai orang yang tertipu dengan zahiriah duniawi ! mengapa engkau tidak
mengambil ibarat dengan orang yang telah tiada lagi dari keluarga engkau, dalam
perut bumi, dari orang yang ditipu oleh dunia sebelum engkau. Kemudian,
mendahului ajalnya ke kubur. Dan engkau melihatnya dibawa orang, yang hoyong
kekasih-kekasihnya, ke tempat yang tidak boleh tidak baginya daripadanya”.
Yazid Ar-Raqqasyi berkata: “Sampai kepadaku, bahwa mayit
apabila diletakkan dalam kuburnya, niscaya larilah daripadanya amalan-amalannya. Kemudian, amalan-amalan itu ditakdirkan oleh
Allah dapat berbicara. Maka ia berkata: “Hai hamba yang sendirian dalam
lobangnya ! telah terputus dari engkau, segala teman dan keluarga. Maka
tiadalah yang menjinakkan/menenangkan hati bagi engkau pada hari ini, selain
kami”.
Ka’ab berkata: “Apabila diletakkan hamba yang shalih dalam
kubur, niscaya larilah daripadanya amalan-amalannya yang shalih, yaitu: shalat,
puasa, hajji, jihad dan sedekah”. Ka’ab mengatakan lagi: “Maka datanglah
malaikat azab dari pihak dua kakinya. Maka berkatalah shalat: “Kepada kamu
daripadanya. Maka tiada jalan bagi kamu atasnya. Telah lamalah dengan aku
berdiri karena Allah atas kedua kakinya”. Lalu mereka datang kepadanya dari
pihak kepalanya. Maka berkata puasa: “Tiada jalan bagi kamu atasnya. Maka telah
lamalah hausnya karena Allah dalam negeri dunia. Maka tiada jalan bagi kamu
atasnya”. Lalu mereka datang kepadanya dari pihak jasadnya. Lalu berkatalah
hajji dan jihad: “Kepada kamu daripadanya. Ia telah memayahkan dirinya dan
meletihkan badannya, mengerjakan hajji dan berjihad karena Allah. Maka tiada
jalan bagi kamu atasnya”. Ka’ab menerangkan lagi: “Lalu mereka datang kepadanya
dari pihak dua tangannya. Lalu berkata sedekah: “Cegahlah dari temanku! maka
berapa banyak sedekah yang keluar dari dua tangan ini. Sehingga jatuh ia dalam
Tangan Allah Ta’ala karena mencari WajahNya. Maka tiada jalan bagi kamu
atasnya”. Ka’ab menerangkan: “Lalu dikatakan kepada hamba yang shalih itu:
“Senanglah ! baiklah engkau hidup dan baiklah engkau meninggal!”. Ka’ab menerangkan:
“Dan datanglah kepada hamba yang shalih itu malaikat rahmat. Lalu malaikat
rahmat itu membentangkan baginya tikar dari sorga dan selimut dari sorga. Dan
dilapangkan baginya dalam kuburnya sepanjang penglihatannya. Dan didatangkan
dengan lentera dari sorga. Lalu ia memperoleh cahaya dengan nurnya, sampai
kepada hari ia dibangkitkan oleh Allah dari kuburnya.
Abdullah bin Ubaid bin Umair mengatakan tentang jenazah:
“Sampai kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda: “Bahwa mayit itu duduk dan ia
mendengar langkah pengunjungnya. Maka tiada berkata-kata dengan mayit itu
sesuatu, selain kuburnya yang mengatakan: “Kasihan engkau hai anak Adam !
adakah tidak engkau telah diperingatkan dengan aku dan diperingatkan engkau
akan sempitku, busukku, huru-haraku dan ulatku ? maka apakah yang engkau
sediakan bagiku ?”.
PENJELASAN: azab kubur dan pertanyaan Munkar dan Nakir.
Al-Barra’ bin ‘Azib berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah
saw pada jenazah seorang lelaki dari orang anshar. Maka Rasulullah saw lalu
duduk di atas kuburnya, dengan menundukkan kepala. Kemudian berdoa: “Ya Allah,
ya Tuhan ! bahwa aku berlindung dengan Engkau dari azab kubur”. 3 kali Nabi saw
mengucapkannya. Kemudian, beliau sambung: “Bahwa orang mu’min dalam menghadap
akhirat itu, diutuskan oleh Allah para malaikat. Seakan-akan muka mereka itu
matahari. Bersama mereka itu obat tubuh mayit untuk tidak hancur dan kafannya.
Maka mereka itu duduk sepanjang penglihatan orang mu’min itu. Maka apabila
keluar nyawanya, niscaya bershalat kepadanya setiap malaikat antara langit dan
bumi dan setiap malaikat di langit. Dan dibukakan pintu-pintu langit. Maka
tidak ada daripadanya satu pintupun, melainkan suka bahwa orang mu’min itu
masuk dengan ruhnya daripadanya. Apabila orang mu’min itu dinaikkan dengan ruhnya,
maka dikatakan: “Hai Tuhan ! hambaMu itu si Anu !”. Maka Tuhan berfirman:
“Kembalikanlah dia ! maka perlihatkan kepadanya, apa yang Aku sediakan baginya
dari kemuliaan. Sesungguhnya Aku menjanjikan kepadanya: “Daripadanya (bumi),
kamu Kami jadikan dan kepadanya kamu Kami kembalikan dan daripadanya pula kamu
Kami keluarkan pada kali yang lain”.
Bahwa orang mu’min itu mendengar bunyi sandal mereka,
apabila mereka itu berpaling membelakangi. Sehingga dikatakan: “Hai ini !
siapakah Tuhan engkau ? apakah agama engkau ? dan siapakah nabi engkau ?”. Lalu
orang mu’min itu menjawab: “Tuhanku Allah, agamaku Islam dan nabiku Muhammad
saw”. Nabi saw menyambung: “Lalu Munkar dan Nakir itu menghardik orang mu’min
itu dengan hardikan yang keras. Dan itulah penghabisan fitnah yang didatangkan
kepada mayit. Apabila ia mengatakan yang demikian, niscaya seorang penyeru
menyerukan: “Bahwa sesungguhnya engkau benar !”. Dan itulah makna firman Allah
Ta’ala: “Allah meneguhkan kedudukan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang
teguh dalam kehidupan dunia ini dan hari akhirat”. S 14 Ibrahim ayat 27.
Kemudian, datang kepadanya yang datang, yang bagus muka, yang harum bau, yang
bagus kain. Lalu ia berkata: “Bergembiralah dengan rahmat Tuhan engkau dan
sorga, yang di dalamnya nikmat yang tetap”. Lalu mayit itu menjawab: “Dan
engkau, maka diberikan engkau kabar gembira oleh Allah dengan kebajikan. Siapa
engkau ?”. Yang dayang itu menjawab: “Aku amalanmu yang shalih. Demi Allah !
tiada aku ketahui, bahwa adalah engkau yang bersegera taat kepada Allah, yang
lambat dari maksiat kepada Allah. Maka kiranya Allah membalas engkau dengan
kebajikan”. Nabi saw menyambung: “Kemudian berserulah yang menyeru bahwa:
“Bentangkanlah baginya dari tikar sorga ! dan bukalah baginya pintu ke sorga !”.
Maka dibentangkan baginya dari tikar sorga dan dibukakan baginya pintu ke
sorga. Lalu ia berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan ! segerakanlah berdirinya kiamat,
sehingga aku kembali kepada keluargaku dan hartaku !”.
Nabi saw menyambung: “Adapun orang kafir, maka apabila ada
dia pada menghadap ke akhirat dan terputus dari dunia, niscaya turunlah
kepadanya para malaikat yang kasar dan keras. Bersama mereka itu kain dari api
dan pakaian dari belangkin (ter). Maka para malaikat itu benci kepadanya.
Apabila keluar nafasnya, ia dikutuk oleh setiap malaikat diantara langit dan
bumi dan setiap malaikat di langit. Dan ditutup pintu-pintu langit. Maka tidak
ada daripadanya satu pintupun, melainkan orang kafir itu tidak suka bahwa ia
masuk dengan rohnya daripadanya. Apabila ia dinaikkan dengan rohnya, niscaya ia
dicampakkan. Dan dikatakan: “Wahai Tuhan ! hambaMu si Anu tidak diterima oleh
langit dan bumi”. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: “Kembalikanlah dia !
maka perlihatkan lah kepadanya, apa yang Aku sediakan baginya dari kejahatan.
Bahwa Aku menjanjikannya: “Daripadanya (bumi), kamu Kami jadikan dan kepadanya
kamu Kami kembalikan dan daripadanya pula kamu Kami keluarkan pada kali yang
lain”. Bahwa ia mendengar bunyi sandal mereka, apabila mereka berpaling
membelakangi. Sehingga dikatakan kepadanya: “Hai ini ! siapakah Tuhan engkau ?
siapakah nabi engkau ? dan apakah agama engkau ?”. Lalu ia menjawab: “Aku tidak
tahu”. Lalu dikatakan: “Tidak engkau tahu ?”. Kemudian datang kepadanya, yang
datang, yang keji muka, yang busuk bau, yang buruk pakaian. Lalu ia berkata:
“Bergembira lah dengan kemarahan Allah dan dengan azab yang pedih, yang menetap
!”. Orang itu lalu menjawab: “Digembirakan engkau oleh Allah dengan kejahatan.
Siapakah engkau ?”. Lalu yang datang itu menjawab: “Aku adalah amal engkau yang
keji. Demi Allah ! sesungguhnya engkau itu telah bersegera pada perbuatan
maksiat kepada Allah dan lambat daripada ketaatan kepada Allah. Engkau
sesungguhnya dibalas oleh Allah dengan kejahatan”. Orang kafir itu lalu
menjawab: “Dan engkau, maka engkau dibalas oleh Allah dengan kejahatan”.
Kemudian, ditakdirkan dia itu tuli, buta dan bisu. Bersama dia itu sebatang
besi. Jikalau berkumpul jin dan insan pada besi itu untuk dibawanya, niscaya
mereka itu tidak sanggup. Jikalau dipukul dengan batang besi itu sebuah gunung,
niscaya ia menjadi debu. Lalu ia memukul orang kafir itu dengan batang besi
tersebut sekali pukul. Maka ia menjadi debu. Kemudian kembali padanya roh. Lalu
ia memukulnya dengan batang besi itu antara dua matanya sekali pukul, yang
didengar oleh yang di atas bumi, yang bukan jin dan insan”. Nabi saw
menyambung: “Kemudian, menyeru yang menyeru: “Bahwa bentangkanlah baginya dua
papan dari neraka ! dan bukakanlah baginya pintu ke neraka !”. Maka
dibentangkan baginya dua helai papan dari neraka dan dibukakan baginya pintu ke
neraka”.
Muhammad bin Ali berkata: “Tiadalah dari mayit yang meninggal,
melainkan membentuk baginya ketika mati, amalannya yang baik dan amalannya yang
jahat. Maka ia mengangkat pandangannya kepada amalannya yang baik. Dan ia
memicingkan matanya kepada amalannya yang jahat.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa orang
mu’min apabila mendekati mati, niscaya datang kepadanya malaikat dengan
sepotong sutera, yang di dalamnya kesturi dan kumpulan bau-bauan. Lalu nyawanya
ditarik, sebagaimana ditarik rambut dari tepung. Dan dikatakan: “Hai nyawa yang
tenang! keluarlah dengan ridha dan diridhakan dari engkau, kepada Ruh Allah dan
kemuliaanNya !”. Maka apabila telah dikeluarkan ruhnya, niscaya diletakkan di
atas kesturi dan bau-bauan itu. Dan dilipatkan keatasnya sutera. Dan dibawakan
ke sorga tinggi. Dan orang kafir, apabila mendekati mati, niscaya datang
kepadanya malaikat, dengan sepotong pakaian hitam, yang didalamnya sepotong
bara api. Lalu nyawanya dicabut dengan keras. Dan dikatakan: “Hai nyawa yang
keji! Keluar lah dengan marah, yang dimarahi engkau, kepada kehinaan dan azab
Allah !”. Maka apabila telah dikeluarkan nyawa nya, niscaya diletakkan di atas
bara api itu. Dan baginya bunyi. Dan dilipatkan ke atasnya pakaian hitam itu.
Dan dibawa ke tempat yang bersangatan azab”.
Dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qaradhi, bahwa ia membaca firman
Allah Ta’ala: “Sehingga ketika kematian telah datang kepada seseorang diantara
mereka, dia berkata: “Wahai Tuhanku ! kembalikanlah aku (hidup) ! supaya aku
mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu”. S 23 Al Mukminuun
ayat 99-100. Maka Allah bertanya: “Apa yang engkau kehendaki ? apa yang engkau
inginkan ? adakah engkau ingin kembali itu untuk mengumpul kan harta, menanam
tanam-tanaman, membangun bangunan dan mengorek sungai ?”. Ia menjawab: “Tidak !
semoga aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu”. Ka’ab
berkata: “Lalu berfirman Allah Yang Maha Perkasa: “Tidak, sekali-kali tidak !
sesungguhnya itu satu kalimat, dia mengatakannya”. (S 23 Al Mukminuun ayat 100,
sambungan yang tersebut di atas tadi). Artinya: yang dikatakannya ketika mati.
Abu Hurairah berkata: “Nabi saw bersabda: “Orang mu’min dalam
kuburnya itu dalam taman yang hijau. Dan dilapangkan baginya dalam kuburnya 70
hasta. Ia bersinar, sehingga adalah ia seperti bulan pada malam purnama raya.
Adakah engkau ketahui, pada apa diturunkan ayat: “Maka sesungguhnya
baginya kehidupan yang sulit”. S 20 Thaahaa ayat 124. Para sahabat menjawab:
“Allah dan RasulNya yang lebih tahu”. Nabi saw menjawab: “Azab bagi orang kafir
dalam kuburnya itu dikeraskan ke atasnya 99 tinnin. Tahukan kamu, apakah tinnin
itu ? yaitu: 99 ular. Bagi masing-masing ular itu mempunyai 7 kepala, yang
mencakar, menjilat dan meniupkan pada tubuhnya, sampai kepada hari mereka dibangkitkan”. Tiada seyogyalah bahwa diherankan
dari bilangan ini pada khususnya. Bahwa bilangan ular-ular dan kalajengking-kalajengking
ini dengan bilangan budi pekerti yang tercela: dari sombong, ria, dengki, tipu,
busuk hati dan sifat-sifat lainnya, maka baginya itu mempunyai pokok yang
berbilang-bilang. Kemudian, bercabang daripada cabang yang berbilang-bilang.
Kemudian, terbagi cabang-cabangnya kepada bahagian-bahagian. Dan sifat-sifat
itu dengan dirinya sendiri, adalah yang membinasakan. Dan dengan dirinya
sendiri, sifat-sifat itu berbalik menjadi kalajengking dan ular. Maka yang kuat
daripadanya itu menyakiti sebagaimana ular itu menyakiti. Dan yang lemah itu
menyakiti, sebagaimana kalajengking itu menyakiti. Dan yang diantara keduanya
itu menyakiti, sebagaimana ular biasa itu menyakiti. Orang-orang yang mempunyai
hati dan matahati itu menyaksikan dengan nur matahati akan pembinasa-pembinasa
ini dan percabangan cabang-cabangnya. Selain, bahwa kadar bilangannya itu tidak
diketahui, selain dengan nur kenabian (nurun-nubuwwah). Contoh-contoh berita
ini mempunyai zahiriah yang benar dan rahasia-rahasia yang tersembunyi. Akan
tetapi, pada orang-orang yang mempunyai matahati itu jelas. Maka barangsiapa tiada tersingkap baginya hakikat/maknanya,
niscaya tiada seyogyalah bahwa ia menantang akan zahiriah-zahiriahnya. Akan
tetapi, yang paling kurang dari derajat iman, ialah: membenarkan dan menyerah.
Jikalau anda mengatakan: bahwa kami menyaksikan orang kafir itu pada kuburannya
suatu waktu dan kami mengintipkannya. Dan kami tiada menyaksikan akan sesuatu
dari yang demikian. Maka bagaimana cara membenarkan atas yang menyalahi dengan
yang dipersaksikan itu ? ketahuilah kiranya, bahwa bagi anda itu 3 tingkat pada
pembenaran, dengan contoh-contoh ini:
Pertama: yaitu yang lebih terang, lebih
shah dan lebih selamat, bahwa anda membenarkan, bahwa yang demikian itu ada.
Yaitu: yang menyakiti orang mati. Akan tetapi anda tiada menyaksikan yang
demikian. Maka bahwa mata ini tidak patut bagi menyaksikan keadaan-keadaan alam
malakut. Dan setiap yang menyangkut dengan akhirat, maka itu dari alam malakut.
Apakah tidak anda melihat para sahabat ra, bagaimana mereka itu beriman dengan
turunnya malaikat Jibril dan tidaklah mereka itu menyaksikannya ? mereka
beriman/percaya, bahwa Nabi saw menyaksikannya. Jikalau anda tidak beriman
dengan ini, maka menshahkan pokok keimanan dengan malaikat dan wahyu itu lebih
penting atas anda. Dan kalau anda beriman dengan yang demikian dan anda
memandang jaiz (tidak mustahil menurut akal), bahwa Nabi saw dapat menyaksikan,
apa yang tidak disaksikan oleh umat. Maka bagaimana anda tidak memandang tidak
mustahil menurut akal akan ini pada mayit ? dan sebagaimana malaikat itu tiada
menyerupai dengan anak Adam dan hewan, maka ular dan kalajengking yang
menyakiti dalam kubur itu tidaklah dari jenis ular alam kita. Akan tetapi, dia
itu jenis lain. Dan diketahui yang demikian itu dengan pancaindra yang lain.
Tingkat kedua: bahwa anda
mengingati akan keadaan orang tidur. Dia kadang-kadang bermimpi dalam tidurnya,
seekor ular menyakiti nya. Dan ia merasa sakit dengan yang demikian. Sehingga
anda melihatnya, dia memekik dalam tidurnya dan berkeringat keningnya.
Kadang-kadang ia terkejut dari tempatnya. Semua yang demikian itu diketahuinya
dari dirinya sendiri. Ia merasa sakit dengan yang demikian, sebagaimana
dirasakan sakit oleh orang yang tidak tidur. Dan ia menyaksikannya. Dan anda
melihat zahiriahnya tenang dan anda tidak melihat di kelilingnya ular. Dan ular
itu ada pada pihaknya. Dan azab itu telah ada. Akan tetapi, pada pihak anda
tidak kelihatan. Dan apabila azab itu pada kepedihan dari yang menyakiti, maka
tiada berbeda diantara ular itu dikhayalkan atau disaksikan.
Tingkat ketiga: bahwa anda tahu ular
itu tidak menyakiti dengan dirinya sendiri. Akan tetapi, yang menemui anda dari
ular itu, yaitu: racun. Maka jikalau berhasil seperti bekas yang demikian,
dengan tanpa racun, niscaya adalah azab itu telah mencukupi. Dan tidak mungkin
memperkenalkan macam itu dari azab, selain dengan dikaitkan kepada sebab yang
membawa kepadanya, menurut kebiasaan. Bahwa jikalau dijadikan pada insan
kelezatan bersetubuh –umpamanya- dengan tidak langsung bentuk bersetubuh,
niscaya tidak mungkin memperkenalkannya, selain dengan dikaitkan kepada
bersetubuh. Supaya adalah pengkaitan untuk memperkenalkan itu dengan sebab. Dan
adalah buah sebab itu berhasil, walaupun tidak berhasil bentuk sebab. Dan sebab
itu dimaksudkan untuk buahnya, tidak untuk diri sebab itu sendiri.
Sifat-sifat yang membinasakan ini tertukar menjadi yang
menyakiti dan yang memedihkan pada nyawa ketika mati. Maka adalah kepedihannya
itu, seperti kepedihan patukan ular, tanpa adanya ular-ular itu. Dan
terbaliknya sifat itu menyakitkan, menyerupai dengan terbaliknya rindu itu
menyakitkan, ketika meninggal yang dirindukan. Bahwa adanya itu lezat, lalu
datanglah suatu keadaan, menjadikan kelezatan itu dengan sendirinya memedihkan.
Sehingga datanglah dengan hati, dari bermacam-macam azab, apa yang
diangan-angankannya bersama hati itu, bahwa ia tidak pernah bernikmat-nikmatan
dengan kerinduan dan perhubungan. Bahkan ini dengan sendirinya adalah salah
satu macam azab bagi mayit. Bahwa telah mengeraslah kerinduan pada dunia atas
dirinya, maka jadilah ia rindu akan hartanya, sawah ladangnya, kemegahannya,
anaknya, keluarganya dan kenalan-kenalannya. Dan jikalau diambil semua yang
demikian itu dalam hidupnya, oleh orang yang tidak mengharap kembalinya
daripadanya, maka apakah yang anda lihat, adanya keadaannya ? adakah tidak
besar kesengsaraan nya dan bersangatan azabnya ? dan ia berangan-angan serta
mengatakan: “Kiranya tidaklah sekali-kali aku mempunyai harta dan kemegahan.
Lalu aku tidak merasakan sakit berpisah daripadanya”. Maka mati itu adalah
ibarat daripada berpisah dengan kecintaan-kecintaan duniawiah seluruhnya secara
serempak (sekaligus).
Apakah keadaan orang,
yang ada baginya satu ?
Lalu menghilang,
yang satu itu ?
Maka apakah halnya orang, yang tiada bergembira, selain dengan dunia? lalu
dunia itu diambilkan daripadanya dan diserahkan kepada musuh-musuhnya?
kemudian, ditambahkan kepada azab ini, akan penyesalannya terhadap yang hilang
dari kenikmatan akhirat dan terhijab (terdinding) daripada Allah ‘Azza Wa
Jalla. Maka kecintaan selain Allah itu mendindingkannya daripada bertemu dengan
Allah dan memperoleh kenikmatan daripadaNya. Maka berturut-turutlah atas
dirinya kepedihan berpisah dengan semua kekasihnya. Penyesalannya atas yang
hilang, dari kenikmatan akhirat untuk selama-lamanya. Dan kehinaan tertolak dan
terdinding daripada Allah Ta’ala. Dan yang demikian itu, adalah azab, yang
diazabkan dia dengan azab itu. Karena tidak diikuti akan neraka perpisahan,
selain oleh neraka jahannam. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Tidak,
sekali-kali tidak ! sesungguhnya mereka di hari itu terdinding dari Tuhannya. Seterusnya,
mereka sesungguhnya masuk ke dalam neraka”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 15-16.
Adapun orang yang tidak berjinak hati dengan dunia dan tidak
mencintai selain Allah dan ia rindu kepada menemui Allah, maka sesungguhnya ia
telah terlepas dari penjara dunia dan kekesatan nafsu syahwat dalam dunia. Dan
ia datang kepada Yang Dicintainya. Terputuslah daripadanya halangan-halangan
dan pembelok-pembelok. Dan sempurnalah kepadanya kenikmatan serta keamanan dari
kehilangan untuk selama-lamanya. Dan untuk yang seperti ini, maka hendaklah
beramal, orang-orang yang beramal ! Dan yang dimaksudkan, ialah: bahwa orang
itu kadang-kadang mencintai kudanya, dimana jikalau ia disuruh memilih,
diantara kuda itu diambil daripadanya dan dengan ia disakiti oleh kalajengking,
niscaya ia memilih bersabar atas gigitan kalajengking itu. Jadi, kepedihan
berpisah dengan kuda, padanya itu lebih berat dari gigitan kalajengking. Dan
kecintaannya kepada kuda itu, ialah yang menggigitnya, apabila kuda itu diambil
daripadanya. Maka hendaklah ia bersiap untuk gigitan-gigitan ini ! bahwa mati
itu mengambil daripadanya kudanya, kendaraannya, rumahnya, sawah ladangnya,
keluarganya, anaknya, kekasih-kekasihnya dan kenalan-kenalannya. Dan mengambil
daripadanya kemegahannya dan penerimaan orang akan dirinya.
Bahkan mati itu mengambil daripadanya, pendengarannya,
penglihatannya dan anggota-anggota badannya. Dan ia putus asa dari kembalinya
semua itu kepadanya. Jadi, ia tidak mencintai, selain Dia. Dan telah diambilkan
semua itu daripadanya. Maka yang demikian itu adalah lebih berat atas dirinya
dari kalajengking dan ular. Dan sebagaimana jikalau diambilkan yang demikian
itu daripadanya dan dia itu hidup, maka besarlah siksaannya. Maka seperti
demikianlah apabila ia mati. Karena kita telah menerangkan, bahwa makna yang
memperoleh kepedihan dan kelezatan itu tidak mati. Bahkan azabnya sesudah mati
itu lebih berat. Karena dia dalam hidup itu terhibur dengan sebab-sebab yang
menyibukkan pancaindranya, dari duduk-duduk dan bercakap-cakap. Ia terhibur dengan
harapan kembali kepadanya. Ia terhibur dengan harapan ada gantian daripadanya.
Dan tiada hiburan sesudah mati. Karena telah tersumbat kepadanya jalan-jalan
penghiburan. Dan datanglah keputus-asaan. Jadi, setiap baju kemejanya dan sapu
tangannya itu sungguh disayanginya, dimana adalah menyusahkan kepadanya,
jikalau diambilkan daripadanya. Maka ia tetap bersedih hati dan merasa tersiksa
dengan yang demikian. Maka jikalau ada yang demikian itu meringankan di dunia,
niscaya ia menyerah. Dan itulah makna, dengan perkataan mereka itu: lepaslah
mereka yang diringankan. Dan kalau itu memberatkan, niscaya beratlah azabnya.
Sebagaimana keadaan orang, yang dicurikan daripadanya sedinar, adalah lebih
ringan dari keadaan orang, yang dicurikan daripadanya 10 dinar, maka seperti
demikianlah keadaan orang yang mempunyai dua dirham. Dan itulah makna sabda
Nabi saw: “Yang mempunyai sedirham itu lebih ringan perhitungannya dari yang
mempunyai dua dirham”. Dan tiada suatupun dari dunia yang meninggalkan engkau
ketika mati, melainkan adalah penyesalan kepada engkau sesudah mati. Maka
jikalau engkau kehendaki, maka hendaklah membanyakkan. Dan jikalau engkau
kehendaki, maka hendaklah engkau menyedikitkan ! jikalau engkau membanyakkan,
maka tidaklah engkau itu membanyakkan, selain dari penyesalan. Dan jikalau
engkau menyedikitkan, maka tidaklah engkau itu meringankan, selain dari
punggung engkau.
Sesungguhnya banyaklah ular dan kalajengking dalam kuburan
orang-orang kaya, yang mencintai hidup dunia dari akhirat. Bergembira dan
merasa tenang dengan hidup dunia itu. Inilah tingkat-tingkat iman tentang
ular-ular kubur dan kalajengking-kalajengkingnya dan pada berbagai macam
azabnya yang lain. Abu Sa’id Al-Khudri memimpikan anaknya yang telah meninggal.
Lalu ia berkata kepadanya: “Hai anakku ! berilah aku pengajaran !”. Anaknya itu
menjawab: “Janganlah engkau menyalahi Allah Ta’ala, pada yang dikehendakiNya
!”. Abu Sa’id Al-Khudri berkata lagi:“Hai anakku! tambahkanlah bagiku!”.
Anaknya itu menjawab: “Hai ayahku ! engkau tidak sanggup”. Ayahnya menjawab:
“Katakanlah !”. Anaknya itu menjawab: “Jangan engkau jadikan diantara engkau
dan Allah itu baju kemeja !”. Maka Abu Sa’id Al-Khudri tidak memakai baju
kemeja, selama 30 tahun.
Kalau anda bertanya: maka manakah yang benar dari tingkat-tingkat
yang 3 ini ? Ketahuilah kiranya, bahwa dalam kalangan manusia itu ada orang
yang tidak mengiyakan, selain yang pertama. Dan mengingkari apa yang
sesudahnya. Diantara mereka itu ada orang yang mengingkari yang pertama dan
mengiyakan yang kedua. Dan diantara mereka itu ada orang yang tidak mengiyakan,
selain yang ketiga. Bahwa yang benar, yang tersingkap bagi kami dengan jalan
penglihatan mata hati, ialah: bahwa setiap yang demikian itu pada segi
kemungkinan. Dan orang yang mengingkari sebahagian yang demikian itu, maka itu
adalah karena picik perutnya dan bodohnya dengan keluasan qudrah ( kuasa )
Allah swt dan keajaiban-keajaiban pengaturanNya. Maka ia mengingkari dari
perbuatan Allah Ta’ala, apa yang tidak menjinakkan hatinya dan menyukainya. Dan
yang demikian itu kebodohan dan keteledoran. Bahkan jalan-jalan yang 3 ini pada
penyiksaan itu mungkin. Dan pembenarannya itu wajib. Banyaklah hamba yang
disiksakan dengan suatu macam dari macam-macam ini. Dan banyaklah hamba yang
dikumpulkan ke atasnya macam-macam yang 3 ini.
Kita berlindung dengan Allah dari azabNya, yang sedikit dan
yang banyak daripadanya. Inilah yang benar ! maka benarkanlah dia secara taklid
(ikut-ikutan) ! maka sukarlah di atas permukaan bumi, orang yang mengenal yang
demikian itu dengan dalil yang meyakinkan. Dan yang aku wasiatkan engkau,
ialah: bahwa engkau tidak membanyakkan pandangan engkau pada penguraian yang
demikian. Dan engkau tidak menyibukkan diri dengan mengenalinya. Akan tetapi,
berbuatlah dengan mengatur pada penolakan azab, bagaimanapun adanya.
Maka jikalau engkau menyia-nyiakan amal dan ibadah dan engkau
menyibukkan diri akan pembahasan dari yang demikian, niscaya adalah engkau
seperti orang yang diambil oleh penguasa (sultan) dan ditahannya, untuk
dipotong tangannya dan dihilangkan batang hidungnya. Maka orang itu berpikir
sepanjang malam, adakah memotongnya itu dengan pisau atau dengan pedang atau
dengan pisau-cukur ? dan ia menyia-nyiakan jalan upaya, pada menolakkan pokok
azab dari dirinya. Dan ini adalah penghabisan bodoh. Sesungguhnya telah
diketahui dengan yakin, bahwa hamba itu tidak akan terlepas sesudah mati, dari
azab yang berat atau nikmat yang berketetapan. Maka seyogyalah bahwa ada
persediaan baginya. Adapun pembahasan dari penguraian siksaan dan pahala, maka
itu perbuatan yang tidak perlu dan menyia-nyiakan waktu.
PENJELASAN: pertanyaan Munkar dan Nakir, bentuknya, tekanan
kubur dan sisa perkataan tentang azab kubur.
Abu Hurairah berkata: “Nabi saw bersabda: “Apabila hamba itu meninggal,
niscaya datang kepadanya 2 malaikat, yang hitam kelabu. Dinamakan bagi salah
seorang dari keduanya itu: Munkar. Dan bagi yang seorang lagi: Nakir. Keduanya
mengatakan kepada hamba yang meninggal itu: “Apakah yang engkau katakan tentang
nabi ?”. Kalau hamba itu orang mu’min, niscaya ia menjawab: “Nabi itu hamba
Allah dan RasulNya. Aku naik saksi, bahwa tiada Tuhan yang disembah, selain
Allah. Dan bahwa Muhammad itu utusan Allah”. Kedua malaikat itu berkata:
“Jikalau adalah kami itu tahu bahwa engkau mengatakan yang demikian”. Kemudian,
dilapangkan bagi hamba itu dalam kuburnya 70 hasta pada 70 hasta. Dan
disinarkan baginya dalam kuburnya. Kemudian, dikatakan baginya: “Tidurlah!”.
Lalu hamba itu menjawab: “Biarkanlah aku, untuk aku kembali kepada keluargaku.
Lalu aku kabarkan kepada mereka”. Maka dikatakan kepadanya: “Tidurlah!”. Ia
lalu tidur seperti tidurnya pengantin, yang tidak dibangunkan, selain oleh
keluarganya yang lebih mencintainya. Sehingga ia dibangkitkan oleh Allah dari
tempat tidurnya itu.
Jikalau hamba itu orang munafik, niscaya ia menjawab: “Aku
tidak tahu. Aku mendengar manusia mengatakan sesuatu. Dan aku lalu mengatakan nya”.
Kedua malaikat itu lalu menjawab: “Jikalau adalah kami mengetahui, bahwa engkau
mengatakan yang demikian”. Kemudian, dikatakan kepada bumi: “Bersedaginglah
engkau atasnya !”. Lalu bumi itu bersedaging atasnya. Sehingga masuklah tulang
rusuknya dalam bumi. Maka senantiasalah ia diazabkan, sehingga ia dibangkitkan
oleh Allah dari tempat tidurnya itu”.
Dari ‘Atha’ bin Yassar, yang mengatakan: “Rasulullah saw
bersabda kepada Umar bin Al-Khattab ra: “Hai Umar ! bagaimana dengan engkau,
apabila engkau meninggal ? lalu berjalan dengan engkau kaum engkau. Mereka
mengukur bagi engkau 3 hasta dalam sehasta dan sejengkal. Kemudian, mereka
kembali kepada engkau. Lalu mereka memandikan engkau, mereka mengkafankan
engkau dan mereka meletakkan obat yang tidak menyegerakan rusak jasad engkau.
Kemudian, mereka membawa engkau. Sehingga mereka meletakkan engkau ke dalamnya.
Kemudian mereka menimbunkan tanah ke atas engkau dan menguburkan engkau. Maka
apabila mereka pergi dari engkau, lalu datanglah kepada engkau dua penggoda
kubur: Munkar dan Nakir. Suaranya seperti halilintar yang dahsyat. Matanya
seperti kilat yang menyambar. Keduanya menarikkan rambutnya karena panjang. Dan
keduanya memeriksa kubur dengan gigi taringnya. Maka keduanya itu mengejutkan
engkau dan mengacaukan keadaan engkau. Bagaimana dengan engkau ketika itu, hai
Umar ?”.
Umar lalu menjawab: “Dan adakah besertaku seperti akalku yang
sekarang ?”. Nabi saw menjawab: “Ya !”. Umar lalu menjawab: “Jadi, kiranya aku
mencukupkan engkau bagi keduanya itu”. Ini adalah nash/ketetapan
yang tegas, bahwa akal itu tidak berobah dengan mati. Dan sesungguhnya yang
berobah itu adalah badan dan anggota-anggota badan. Maka adalah mayit itu
berakal, mengetahui, tahu dengan kepedihan dan kesenangan, sebagaimana adanya.
Tiada berobah dari akalnya itu sesuatu. Dan tidaklah akal yang mengetahui itu,
anggota-amggota ini. Akan tetapi, dia itu sesuatu yang batiniah, yang tiada
yang tiada baginya panjang dan lebar. Bahkan, yang tidak terbagi pada dirinya
itu, adalah yang mengetahui akan segala sesuatu. Dan jikalau berguguranlah
segala badan insan seluruhnya dan tiada ada yang tinggal, selain bahagian yang
mengetahui yang tidak terbagi-bagi dan tidak berbahagian-bahagian, niscaya
adalah insan yang berakal dengan kesempurnaannya itu berdiri yang kekal. Dan
dia itu seperti demikian juga sesudah meninggal. Bahwa bahagian itu tidak
ditempati mati dan tidak didatangi oleh tidak ada.
Muhammad bin Al-Munkadir berkata: “Sampai kepadaku, bahwa
orang kafir itu dikerasi atasnya oleh seekor binatang buta tuli. Pada tangan
binatang itu cambuk dari besi. Pada kepalanya seperti bulu leher unta. Binatang
itu memukul orang kafir tadi dengan cambuk tersebut sampai hari kiamat. Engkau
tidak melihatnya, lalu engkau menjagakannya. Dan engkau tidak mendengar
suaranya, lalu engkau mengasihaninya”.
Abu Hurairah berkata: “Apabila diletakkan mayit dalam
kuburnya, niscaya datanglah amalannya yang shalih. Lalu amalan itu memandang
liar kepada kubur itu. Jikalau datang dari depan kepalanya, maka yang datang
itu, ialah: bacaannya Alquran. Jikalau datang dari depan dua kakinya, maka yang
datang itu, ialah: tegak berdirinya kepada shalat. Kalau datang dari depan
tangannya, maka kedua tangannya itu berkata: “Demi Allah ! sesungguhnya dia
menghamparkan aku bagi sedekah dan doa. Tiada jalan bagi engkau atasnya”. Dan
jikalau ia datang dari depan mulutnya, niscaya datanglah dzikir dan puasanya.
Dan seperti yang demikian itu, berdirilah shalat dan sabar pada suatu sudut.
Maka mengatakan: “Adapun aku, jikalau aku melihat akan kerusakan, niscaya
adalah aku temannya”.
Sufyan Ats-Tsuri berkata: “Tolak-menolaklah daripadanya,
amalan-amalannya yang shalih, sebagaimana tolak-menolaknya seorang laki-laki
dari saudara nya, isterinya dan anaknya. Kemudian, dikatakan baginya ketika
itu: “Kiranya Allah memberikan bagi engkau barakah pada tempat tidur engkau.
Maka yang sebaik-baik teman, ialah teman engkau. Dan yang sebaik-baik sahabat,
ialah sahabat engkau”.
Dari Hudzaifah yang mengatakan: “Adalah kami bersama
Rasulullah saw pada suatu jenazah. Rasulullah saw lalu duduk di atas kepala
kuburan. Kemudian, beliau memandang kepadanya. Kemudian, beliau bersabda:
“Disempitkan orang mu’min pada ini, sebagai kesempitan, yang dikembalikan
daripada nya pembawaan-pembawaannya”.
‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya bagi
kubur itu mempunyai kesempitan. Jikalau selamat atau lepas daripadanya
seseorang, niscaya lepaslah Sa’ad bin Ma’adz”.
Dari Anas, yang mengatakan: “Meninggal dunia Zainab puteri
Rasulullah saw. Dan dia itu seorang wanita yang banyak sakit. Maka jenazahnya
diikuti oleh Rasulullah saw. Kami melihat keadaan Rasulullah saw kurang sehat.
Tatkala kami telah sampai di kuburan, beliau terus masuk. Wajahnya berkilat
dengan warna kuning. Maka tatkala beliau keluar, lalu cemerlanglah wajahnya.
Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah! kami melihat dari engkau suatu keadaan.
Maka dari apa yang demikian ?”. Beliau menjawab: “Aku teringat akan kesempitan
anakku dan kesukaran azab kubur. Maka aku datang. Lalu dikabarkan kepadaku,
bahwa Allah telah meringankan daripadanya. Dia telah disempitkan dengan
kesempitan, yang didengar suaranya, oleh apa yang diantara Timur dan Barat”.
BAB KEDELAPAN: tentang yang diketahui dari hal keadaan orang
mati dengan mukasyafah (tersingkapkan) dalam tidur.
Ketahuilah kiranya, bahwa nur mata hati yang diperoleh faedahnya dari Kitab
Allah Ta’ala, dari Sunnah Rasulullah saw dan dari jalan-jalan i’tibar/ibarat
itu, memperkenalkan kepada kita akan hal keadaan orang mati, secara umum
(global). Dan terbaginya mereka kepada orang-orang yang berbahagia dan
orang-orang yang sengsara. Akan tetapi, keadaan si Zaid dan ‘Amr dengan dirinya
itu sendiri, tidaklah sekali-kali tersingkap. Bahwa kita jikalau kita berpegang
kepada iman si Zaid dan ‘Amr, maka kita tidak mengetahui, atas apa ia mati dan
bagaimana kesudahannya (khatimahnya). Dan kalau kita berpegang kepada
kebaikannya yang zahiriyah, maka takwa itu, tempatnya adalah hati. Dan itu
tidak jelas, yang tersembunyi kepada yang mempunyai takwa itu sendiri. Maka
bagaimana pula kepada orang lain ? maka tiadalah hukum bagi zahiriah yang baik,
tentang tidaknya takwa yang batiniah.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah menerima dari
orang-orang yang takwa”. S 5 Al Maaidah ayat 27. Maka tidak mungkin mengetahui
hukuman si Zaid dan ‘Amr, selain dengan menyaksikannya dan menyaksikan apa yang
berlaku atasnya. Dan apabila ia meninggal, maka ia berpaling dari alam al-mulki
wasy-syahadah (alam yg bisa di saksikan oleh mata). kepada alam al-ghaibi
wal-malakut (alam yg tak bisa di saksikan oleh mata). Maka tidak dilihat dengan
mata zahiriah. Hanya ia dilihat dengan mata yang lain. Mata itu diciptakan pada hati setiap insan. Akan tetapi,
insan itu dijadikan padanya tutup yang tebal, dari nafsu syahwatnya dan
kesibukan-kesibukan duniawiahnya. Lalu ia tidak melihatnya. Dan tidak
tergambar bahwa dapat dilihat dengan mata itu, akan sesuatu dari alam
al-malakut, selama tidak tersingkap tutup itu dari diri hatinya. Tatkala adalah
tutup itu tersingkap dari diri nabi-nabi as, maka tidak ragu lagi, bahwa mereka
melihat kepada alam al-malakut. Mereka itu menyaksikan akan
keajaiban-keajaibannya dan orang-orang yang mati dalam alam al-malakut. Lalu
mereka menyaksikannya dan mengabarkannya. Karena itulah, Rasulullah saw melihat
kesempitan kubur bagi Sa’ad bin Ma’adz dan bagi Zainab puterinya. Dan seperti
demikian juga keadaan Abi Jabir, tatkala ia syahid. Karena Nabi saw
menerangkannya, bahwa Allah telah mendudukkannya di HadapanNya, yang tiada
tirai diantara keduanya. Seumpama penyaksian ini tiada harapan bagi selain
nabi-nabi dan wali-wali, yang dekatlah derajat mereka daripadanya. Hanya yang
mungkin dari orang-orang yang seperti kita ini, ialah penyaksian (musyahadah)
yang lain, yang lemah. Hanya itu juga adalah musyahadah kenabian. Ya’ni:
musyahadah dalam tidur. Yaitu: dari nur nubuwwah (cahaya kenabian).
Rasulullah saw bersabda: “Mimpi yang baik itu sebahagian dari 46 bahagian dari kenabian”. Itu juga adalah
kesingkapan yang tidak diperoleh, selain dengan tersingkapnya tutup dari hati.
Maka bagi yang demikian itu, tidak dipercayai selain dengan mimpi orang shalih,
yang benar. Siapa yang banyak dustanya, niscaya tidak dibenarkan mimpinya.
Siapa yang banyak kerusakannya dan perbuatan maksiatnya, niscaya ia
menggelapkan hatinya. Maka adalah yang dimimpikannya itu igau-igauan saja. Karena
itulah, Rasulullah saw menyuruh bersuci (berwudhu) ketika akan tidur. Supaya
tidur dalam keadaan suci. Dan itu adalah isyarat kepada kesucian batin juga.
Maka itulah pokok. Dan kesucian zahiriah itu adalah dalam
kedudukan kesempurnaan dan kelengkapan baginya. Manakala
batinnya bersih, niscaya tersingkaplah dalam biji mata hati, apa yang akan ada
pada masa mendatang. Sebagaimana tersingkapnya masuk Makkah bagi
Rasulullah saw dalam tidur. Sehingga turunlah firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya Allah membuktikan kepada RasulNya kebenaran mimpi”. S 48 Al Fath
ayat 27. Sedikitlah manusia yang terlepas dari mimpi-mimpi, yang menunjukkan
kepada keadaan-keadaan. Lalu memperolehnya itu benar. Mimpi dan mengetahui yang
ghaib dalam tidur itu adalah dari keajaiban-keajaiban ciptaan Allah Ta’ala dan
keelokan-keelokan fithrah manusia. Dan itu adalah sebahagian dari dalil-dalil
yang lebih nyata kepada alam al-malakut. Dan manusia itu lalai daripadanya,
seperti lalainya mereka dari keajaiban-keajaiban hati yang lain dan
keajaiban-keajaiban alam.
Pembicaraan tentang hakikat/makna mimpi itu adalah sebahagian
dari ilmu diminta untuk mengetahuinya saja yang halus-halus. Maka tidak mungkin
menyebutkannya, sebagai tambahan atas ilmu muamalah (artinya ilmu yang diminta
untuk mengetahuinya lalu di amalkan). Akan tetapi, kadar yang mungkin
disebutkan di sini, ialah contoh yang memahamkan kepada anda maksudnya. Yaitu:
bahwa anda ketahui, bahwa hati itu, contohnya adalah seperti kaca, yang
menampak padanya rupa dan hakikat/makna sesuatu. Dan bahwa setiap yang
ditakdirkan oleh Allah Ta’ala, dari permulaan kejadian alam, sampai kepada
akhirnya itu terguris dan menetap dalam makhluk yang diciptakan oleh Allah
Ta’ala Yang diibaratkan daripadanya sekali dengan nama: Lauh (Lauhul-mahfudh).
Sekali dengan: Kitab Yang Menyatakan (Al-kitabul-mubin). Dan sekali dengan:
Imam Yang Menyatakan (Imam Mubin).
Sebagaimana tersebut dalam Alquran. Maka semua yang berlaku
dalam alam dan apa yang akan berlaku itu tertulis padanya. Terukir padanya
dengan ukiran yang tidak dapat disaksikan dengan mata ini. Dan jangan anda
menyangka, bahwa Lauh itu dari kayu atau besi atau tulang. Dan bahwa Kitab itu
dari kertas atau kulit tipis. Akan tetapi, seyogyalah bahwa anda pahami dengan
yakin, bahwa Lauh Allah itu tidak serupa dengan lauh (papan tulis) makhluk. Dan
Kitab Allah tidak serupa dengan kitab makhluk. Sebagaimana ZatNya dan sifatNya
itu tidak serupa dengan zat dan sifat makhluk. Bahkan, kalau anda mencari
baginya contoh, yang mendekatkannya kepada paham anda, maka ketahuilah bahwa
adanya takdir-takdir pada Lauh itu menyerupai dengan adanya kalimat-kalimat
Alquran dan huruf-hurufnya dalam otak penghafal Alquran dan hatinya. Maka itu adalah terguris padanya. Sehingga, adalah
seakan-akan ketika dibacakannya, ia melihat kepadanya. Dan jikalau anda
memeriksa otaknya, bahagian demi bahagian, niscaya anda tidak menyaksikan dari
tulisan itu sehurufpun. Dan bahwa tidak adalah di sana itu tulisan yang
dipersaksikan dan huruf yang dilihatkan. Maka dari jalan ini, seyogyalah bahwa
anda memahami akan adanya Lauh itu yang terukir dengan semua yang ditakdirkan
dan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Dan Lauh pada contoh itu adalah seperti
kaca, yang tampak padanya bentuk. Maka jikalau diletakkan pada depan kaca itu
akan kaca yang lain, niscaya adalah bentuk kaca itu terlihat padanya. Kecuali,
ada diantara keduanya itu dinding (hijab). Maka hati itu menerima gambaran
ilmu. Dan Lauh itu kaca gambaran itu seluruhnya, yang ada padanya. Sibuknya
hati dengan nafsu syahwatnya dan yang dikehendaki oleh pancaindranya itu adalah
hijab yang dilepaskan diantaranya dan pembacaan Lauh, yang dia itu sebahagian
dari alam al-malakut.
Maka kalau berhembuslah angin yang menggerakkan hijab ini dan
mengangkatkannya, niscaya berkilau-kilauanlah pada kaca hati itu sesuatu dari
alam al-malakut, seperti kilat yang menyambar. Kadang-kadang tetap dan terus.
Dan kadang-kadang tidak terus. Dan itulah yang banyak kejadian. Selama hati itu
dalam keadaan jaga (tidak tidur), maka dia itu disibukkan dengan yang dibawa
oleh pancaindra kepadanya, dari alam al-mulki wasy-syahadah (penyaksian tubuh di alam dunia). Yaitu hijab dari alam al-malakut (alam yg
tidak bisa disaksikan oleh mata).
Dan makna tidur, ialah: bahwa tenanglah pancaindra padanya.
Lalu ia tidak membawakannya kepada hati. Maka apabila ia terlepas daripadanya
dan daripada khayal dan ada dia itu bersih pada zatnya, niscaya terangkatlah
hijab diantaranya dan Lauh Mahfudh. Maka jatuhlah dalam hatinya, sesuatu dari
apa yang ada pada Lauh itu. Sebagaimana jatuhnya bentuk dari suatu kaca dalam
kaca yang lain, apabila terangkatlah hijab diantara keduanya. Kecuali, bahwa
tidur itu mencegah pancaindra yang lain dari bekerja. Dan tidak mencegah bagi
berkhayal dari pekerjaannya dan dari gerakannya. Maka apa yang jatuh dalam
hati, maka disegerakan oleh khayal. Lalu ditirunya dengan contoh yang
mendekatinya. Dan adalah yang dikhayalkan itu lebih tetap dalam hafalan,
dibanding kan dengan yang lain. Maka kekallah khayal itu dalam hafalan. Maka
apabila ia terbangun, niscaya tiada yang diingatinya selain khayal. Maka orang
yang menta’birkan mimpi itu memerlukan, bahwa ia memandang kepada khayalan itu sebagai
suatu cerita. Artinya: suatu makna dari makna-makna. Maka ia kembali kepada
makna-makna itu, dengan penyesuaian yang ada diantara orang yang berkhayal dan
makna-maknanya. Contoh-contoh yang demikian itu terang, pada orang yang
memperhatikan pada ilmu-ta’bir (ilmu ta’bir mimpi).
Dan mencukupilah bagi anda suatu contoh. Yaitu, bahwa: seorang
laki-laki berkata kepada Ibnu Sirin: “Aku bermimpi, seakan-akan di tanganku ada
cap (stempel), yang aku capkan dengan cap itu, mulut laki-laki dan faraj
(kemaluan) wanita”. Ibmu Sirin lalu menjawab: “Anda itu juru adzan. Anda
lakukan adzan itu sebelum Shubuh dalam bulan Ramadhan”. Laki-laki itu menjawab:
“Benar anda !”. Maka perhatikanlah, bahwa jiwa pengecapan itu adalah melarang.
Dan karenanyalah dimaksudkan pengecapan itu. Sesungguhnya tersingkap bagi hati
akan hal seseorang dari Lauh Mahfudh, sebagaimana adanya. Yaitu: adanya orang
itu, yang melarang manusia dari makan dan minum (dalam puasa Ramadhan). Akan
tetapi, khayal itu persatuan larangan pada pengecapan dengan cap. Maka
percontohannya itu dengan rupa khayalan yang mengandung jiwa makna. Dan tidak
tinggal pada hafalan, selain bentuk khayalan. Maka inilah bahagian yang sedikit
dari lautan ilmu mimpi, yang tidak terhingga keajaiban-keajaibannya. Bagaiamana
tidak ! dan tidur itu adalah saudara mati. Sesungguhnya mati itu adalah suatu
keajaiban dari keajaiban-keajaiban. Dan ini, karena tidur itu menyerupai mati
dari segi yang lemah, yang membekas pada menyingkap kan tutup dari alam ghaib.
Sehingga jadilah orang yang tidur itu mengetahui apa yang akan ada pada masa
mendatang. Maka apa yang anda lihat pada mati yang mengoyakkan hijab dan
menyingkapkan tutup secara keseluruhan ? sehingga manusia itu melihat ketika
terputusnya nafas, tanpa terlambat, akan nyawanya sendiri, adakalanya
dikelilingi dengan belenggu, kehinaan, dan kekejian. Kita berlindung dengan
Allah dari yang demikian. Dan adakalanya dilingkungi dengan kenikmatan yang
menetap dan kerajaan besar, yang tiada berakhir. Dan ketika ini, dikatakan bagi
orang-orang yang sengsara dan telah tersingkaplah tutup: “Engkau lengah tentang
ini, tetapi sekarang Kami bukakan tabir yang menutupi engkau, sebab itu
pemandangan engkau di hari ini amat tajamnya”. S 50 Qaaf ayat 22.
Dan dikatakan: “Sihirkah ini ataukah kamu tiada melihat ?
masuklah ke dalamnya ! sama saja buat kamu, baik bersabar atau tidak sabar.
Hanyalah kamu menerima pembalasan menurut apa yang kamu kerjakan”. S 52 Ath
Thuur ayat 15-16. Dan kepada mereka itulah isyarat dengan firman Allah Ta’ala:
“Dan jelaslah bagi mereka, bahwa apa-apa yang dahulunya mereka tiada mengira
itu, memang dari Allah”. S 39 Az Zumar ayat 47. Maka ulama yang terpandai dan
ahli hikmah yang paling ahli itu tersingkap baginya sesudah mati, dari
keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda, yang tiada sekali-kali terguris di hatinya
dan tiada tergerak kata hatinya dengan yang demikian. Maka jikalau tidak ada
bagi orang yang berakal itu kebimbangan dan kesusahan, selain fikiran pada
gurisan hal yang demikian, bahwa hijab itu, dari apakah ia terangkat dan apakah
yang tersingkap daripadanya itu tutup dari kesengsaraan yang biasa atau
kebahagiaan yang terus-menerus, niscaya adalah yang demikian itu memadai pada
menghabiskan semua umur. Yang mengherankan dari kelalaian kita itu dan hal-hal
yang besar ini adalah di hadapan kita. Dan yang mengherankan lagi dari yang
demikian, ialah kegembiraan kita dengan harta kita, keluarga kita, dengan sebab
kita dan keturunan kita. Bahkan dengan anggota badan kita, pendengaran kita dan
penglihatan kita. Serta kita mengetahui, dengan yakin akan perbedaan semua itu.
Akan tetapi, dimanakah Yang Menghembuskan ruhul-qudus dalam hatinya, lalu
berfirman apa yang difirmankanNya bagi penghulu nabi-nabi: “Cintailah akan
siapa yang engkau cintai, maka sesungguhnya engkau akan berpisah dengan dia !
hiduplah apa yang engkau kehendaki, maka sesungguhnya engkau akan mati ! dan
bekerjalah apa yang engkau kehendaki, maka sesungguhnya engkau dibalasi dengan
yang demikian !”. Maka tidak ragu lagi, manakala adalah yang demikian itu tersingkap
baginya dengan ‘ainul-yaqin, niscaya adalah dia dalam dunia, seperti orang yang
lintas di jalan.
Penghulu
nabi-nabi (Muhammad saw) itu tidak meletakkan batu merah atas batu merah. Dan
tidak bambu atas bambu. Ia tidak meninggalkan dinar dan dirham. Dan ia tidak
mengambil kekasih dan teman. Benar ia bersabda: “Jikalau aku mengambil khalil
(teman), niscaya aku mengambil Abubakar menjadi khalil. Akan tetapi, sahabatmu
ini khalilur-rahman”. Maka Nabi saw menerangkan, bahwa kekhalilan Ar-Rahman itu
menyelang-nyelangi batin hatinya. Dan bahwa kecintaannya itu menetap dari
kecintaan hatinya. Maka ia tidak meninggalkan dalam hatinya itu tempat yang
lapang bagi khalil dan kecintaan yang lain. Dan ia mengatakan bagi umatnya:
“Kalau kamu betul mencintai Allah, turutlah aku, niscaya kamu akan dicintai
oleh Allah”. Umatnya ialah yang mengikutinya. Dan
tiada yang mengikutinya, selain orang yang berpaling dari dunia dan menghadap
ke akhirat. Sesungguhnya ia tidak berseru, selain kepada Allah dan
hari akhirat. Ia tidak berpaling, selain dari dunia dan
keberuntungan-keberuntungan yang segera. Maka dengan kadar apa yang anda
berpaling dari dunia dan menghadap ke akhirat, maka anda telah menjalani
jalannya, yang dijalaninya. Dengan kadar apa yang anda menjalani jalannya, maka
anda telah mengikutinya. Dengan kadar apa yang anda mengikutinya, maka anda
telah menjadi sebahagian dari umatnya. Dan dengan kadar apa yang anda menghadap
kepada dunia, maka anda telah berpaling dari jalanNya dan anda tiada menyukai
mengikutinya. Dan anda berhubungan dengan mereka, yang difirmankan Allah Ta’ala
tentang mereka: “Adapun orang yang melanggar batas. Dan memilih kehidupan dunia
ini. Sesungguhnya api neraka tempat diamnya”. S 79 An Naazi’aat ayat 37-38-39.
Kalau anda keluar dari tempat persembunyian ketertipuan, anda
insafkan akan diri anda sendiri, hai orang lelaki dan semua kita ini adalah
lelaki itu, niscaya anda tahu, bahwa anda dari semenjak anda berpagi hari,
sampai waktu anda bersore hari, tidaklah anda berusaha, selain pada keberuntungan-keberuntungan
yang segera. Anda tidak bergerak dan tidak menetap, selain untuk kesegeraan
duniawi. Kemudian, anda mengharap bahwa adalah anda itu besok dari umatnya dan
pengikut-pengikutnya ? alangkah jauhnya persangkaan anda dan alangkah dinginnya
harapan anda !
Tersebut dalam Alquran Al-Karim: “Adakah orang-orang yang
muslim (yang patuh) akan Kami samakan dengan orang-orang yang berdosa ? mengapa
kamu jadi begitu ? mengapa kamu (sebodoh itu benar) dalam menetapkan keputusan
?”. S 68 Al Qalam ayat 35-36. Marilah kita kembali kepada yang kita di dalamnya
dan sedang membicarakannya. Telah panjanglah mata pembicaraan kita kepada yang
tidak dimaksudkan. Marilah kita sebutkan sekarang dari tidur yang menyingkapkan
hal-ihwal orang-orang yang sudah meninggal, yang besarlah manfaatnya dengan
yang demikian. Karena telah pergilah kenabian dan tinggallah berita-berita yang
memberitakan kabar gembira. Dan tidaklah yang demikian itu, selain tidur (yang
dijumpai dalam mimpi waktu tidur).
PENJELASAN: tidur (mimpi dalam tidur) yang menyingkapkan
hal-ihwal orang-orang yang sudah mati dan amalan-amalan yang bermanfaat di
akhirat.
Maka termasuk dari yang demikian itu bermimpi bertemu dengan Rasulullah
saw. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa memimpikan aku dalam tidurnya, maka
sesungguhnya ia telah melihat aku dengan sebenarnya. Sesungguhnya setan tidak
dapat menyerupakan aku”. Umar bin Al-Khattab ra berkata: “Aku memimpikan
Rasulullah saw dalam tidurku. Maka aku melihat beliau tidak memandang kepadaku.
Lalu aku bertanya: “Hai Rasulullah ! apa keadaanku ?”. Lalu beliau berpaling
kepadaku dan bersabda:“Tidakkah engkau itu berpeluk dan engkau itu sedang
berpuasa?” Umar ra menjawab: “Demi Tuhan, yang diriku di TanganNya ! aku tiada
berpeluk dengan seorang wanitapun sekali-kali dan aku sedang berpuasa”.
Al-Abbas ra berkata: “Aku adalah teman bagi Umar. Maka aku
rindu bahwa memimpikannya dalam tidur. Lalu aku tidak memimpikannya, selain
ketika awal tahun. Aku memimpikannya, bahwa ia menyapu keringat dari keningnya,
seraya ia berkata: “Inilah waktu keselesaianku. Bahwa adalah mahligaiku itu
runtuh, jikalau tidaklah aku menemuiNya yang Maha Pengasih, lagi Maha
Penyayang”.
Al-Hasan bin Ali berkata: “Berkata kepadaku Ali ra: “Bahwa
Rasulullah saw menyempatkan bagiku tadi malam dalam tidurku. Lalu aku bertanya:
“Wahai Rasulullah ! apakah yang engkau temui dari umat engkau ?”. Rasulullah
saw menjawab: “Berdoalah kepada mereka !”. Lalu aku berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan
! gantikan aku dengan mereka akan orang yang lebih baik bagiku dari mereka !
gantikan mereka dengan aku, akan orang yang lebih jahat bagi mereka daripada
aku !”. Maka Ali ra itu keluar. Lalu ia dipukul oleh Ibnu Muljam”.
Berkata sebahagian syaikh: “Aku bermimpi Rasulullah saw. Lalu
aku berkata: “Wahai Rasulullah ! minta ampunlah untukku !”. Maka beliau
berpaling daripadaku. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah ! bahwa Sufyan bin
‘Uyainah menerangkan kepadaku dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jabir bin
Abdullah, bahwa engkau tidak ditanyakan sekali-kali akan sesuatu. Lalu aku
menjawab: “Tidak !”. Lalu menghadap Ali. Maka ia berkata: “Allah mengampunkan
bagi engkau”.
Diriwayatkan dari Al-Abbas bin Abdul-muttalib, yang
mengatakan: “Adalah aku bersaudara dan berteman dengan Abu Lahab. Tatkala ia
telah meninggal dan diterangkan oleh Allah daripadanya, dengan apa yang telah
diterangkanNya, maka aku sedih kepadanya dan menyusahkan aku dengan urusannya.
Lalu aku bermohon kepada Allah Ta’ala selama setahun, kiranya Ia memimpikan Abu
lahab kepadaku dalam tidur”. Al-Abbas meneruskan riwayatnya: “Maka aku
memimpikannya bahwa ia bernyala-nyala dalam neraka. Lalu aku bertanya tentang
keadaannya. Maka ia menjawab: “Aku jadi ke neraka dalam azab. Tidak diringankan
dari aku dan tidak diistirahatkan, selain pada malam Senin dari setiap hari dan
malam”. Aku lalu bertanya: “Bagaimana yang demikian ?”. Ia menjawab:
“Dilahirkan pada malam itu Muhammad saw. Maka datang kepadaku Juwairiah. Lalu
ia menerangkan kepadaku berita gembira, bahwa Aminah telah melahirkan Muhammad.
Maka aku sangat bergembira dengan berita itu. Dan aku memerdekakan budakku yang
perempuan, karena bergembira dengan berita itu. Maka Allah memberi pahala
kepadaku dengan yang demikian, bahwa Ia mengangkatkan daripadaku azab pada
setiap malam Senin”.
Abdul-wahid bin Zaid berkata: “Aku keluar pergi mengerjakan
hajji. Lalu seorang laki-laki menemani aku. Adalah dia, tidak berdiri dan tidak
duduk, tidak bergerak dan tidak tetap, selain ia selalu berselawat kepada Nabi
saw. Lalu aku tanyakan dia dari yang demikian. Maka ia menjawab: “Aku akan
menerangkan kepada engkau dari yang demikian. Bahwa aku keluar pada kali
pertama ke Makkah. Dan bersamaku ayahku. Maka tatkala kami pergi, lalu aku
tidur pada salah satu rumah. Di waktu aku sedang tidur, tiba-tiba datang
kepadaku seorang yang datang, seraya berkata kepadaku: “Bangun ! sesungguhnya
Allah telah mematikan ayahmu dan menghitamkan mukanya”. Abdul-wahid bin Zaid
meneruskan ceritanya: “Lalu aku bangun dengan terkejut. Maka aku bukakan kain
dari mukanya. Bahwa benar, ia sudah meninggal dan mukanya hitam. Maka masuklah
dalam hatiku dari yang demikian oleh rasa ketakutan. Maka sewaktu aku dalam
kesusahan yang demikian, tiba-tiba dikerasi mataku oleh ngantuk. Lalu aku
tidur. Tiba-tiba aku mimpi, bahwa di kepala ayahku 4 orang hitam, bersama
mereka tiang besi. Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bagus wajahnya,
diantara dua kain yang hijau. Lalu laki-laki itu berkata: “Menyingkirlah kamu
semua !”. Lalu ia menyapu wajah ayahku dengan tangannya. Kemudian, ia datang
kepadaku, seraya berkata: “Bangunlah ! sesungguhnya Allah telah memutihkan
wajah ayahmu”. Maka aku bertanya kepadanya: “Demi engkau, ayahku dan ibuku !
siapa engkau ?”. Laki-laki itu menjawab: “Aku Muhammad !”. Abdul-wahid bin Zaid
meneruskan ceritanya: “Maka aku bangun. Lalu aku bukakan kain dari wajah
ayahku. Benar, ia putih. Maka tidaklah aku meninggalkan berselawat sesudah itu,
kepada Rasulullah saw”.
Dari Umar bin Abdul-‘aziz, yang mengatakan: “Aku bermimpi
bertemu dengan Rasulullah saw, Abubakar ra dan Umar ra duduk di sisinya. Di
waktu aku sedang duduk tiba-tiba dibawa Ali dan Mu’awiah. Lalu keduanya
dimasukkan ke suatu rumah. Dan direnggangkan pintu kepada keduanya. Dan aku
melihat. Maka tiadalah yang lebih cepat dari keluarnya Ali ra dan ia berkata:
“Demi Tuhan yang empunya Ka’bah ! Ia telah menghukumkan untukku”. Dan tiadalah
yang lebih cepat dengan keluarnya Mu’awiah sesudahnya Ali ra. Dan Mu’awiah itu
mengatakan: “Demi Tuhan yang empunya Ka’bah ! Ia telah mengampunkan aku”.
Pada suatu kali terbangun Ibnu Abbas ra dari tidurnya. Lalu ia
membaca: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa-ji’uun”. Dan berkata: “Demi Allah
! Husain telah terbunuh”. Dan adalah yang demikian itu sebelum ia terbunuh.
Lalu dibantah oleh para sahabatnya. Ibnu Abbas lalu menjawab: “Aku memimpikan
Rasulullah saw dan bersama beliau kaca dari darah. Lalu beliau bersabda:
“Adakah engkau tidak tahu, apa yang diperbuat umatku sesudahku ? mereka
membunuh cucuku Husain. Inilah darahnya dan darah sahabat-sahabatnya. Aku
angkatkan darah itu kepada Allah Ta’ala”. Maka datanglah berita sesudah 24
hari, dengan pembunuhannya, pada hari yang telah dimimpikan Ibnu Abbas itu.
Dimimpikan Abubakar Ash-Shiddiq ra. Lalu dikatakan kepadanya:
“Bahwa engkau mengatakan selalu pada lisan engkau: “Ini yang mendatangkan aku
pada tempat-tempat kedatangan”. Maka apakah yang diperbuat oleh Allah dengan
engkau ?”. Abubakar Ash-Shiddiq menjawab: “Aku mengucapkan dengan Dia: Laa ilaaha
illallaah”. Maka didatangkanNya kepadaku sorga”
PENJELASAN: tidur para syaikh. Dan
rahmat Allah kepada mereka sekalian.
Berkata sebahagian para syaikh: “Aku memimpikan Mutammim
Ad-Dauraqi dalam tidurku. Lalu aku bertanya: “Hai penghuluku ! apakah yang diperbuat
oleh Allah dengan engkau ?”. Mutammim Ad-Dauraqi menjawab: “Dibawa aku
berkeliling dalam beberapa sorga. Lalu ditanyakan kepadaku: “Adakah engkau
memandang baik akan sesuatu di dalamnya ?”. Aku menjawab: “Tidak hai penghuluku
!”. Maka beliau berkata: “Jikalau engkau memandang baik daripadanya akan
sesuatu, niscaya aku wakilkan engkau kepadanya. Dan tidak aku sambungkan engkau
kepadaku”.
Dimimpikan Yusuf bin Al-Husain. Lalu ditanyakan kepadanya:
“Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Yusuf bin Al-Husain
menjawab: “Allah telah mengampunkan aku”. Ditanyakan lagi: “Dengan apa ?”.
Yusuf menjawab: “Aku tidak mencampur-adukkan kesungguhan dengan main-main”.
Dari Manshur bin Ismail, yang mengatakan: “Aku memimpikan
Abdullah Al-Bazzar, lalu aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan
engkau ?”. Abdullah Al-Bazzar menjawab: “Ia menyuruh aku berdiri di hadapanNya.
Maka diampunkanNya aku dari setiap dosa yang aku mengakuinya, selain satu dosa.
Bahwa aku malu mengakui dosa yang satu itu. Maka Ia menyuruh aku berdiri dalam
keringat. Sehingga gugurlah daging wajahku”. Lalu aku bertanya: “Apakah dosa
yang satu itu ?”. Abdullah Al-Bazzar menjawab: “Aku memandang kepada seorang
budak yang cantik. Lalu aku memandangnya bagus. Maka aku malu kepada Allah
untuk menyebutkannya”.
Abu Ja’far Ash-Shaidalani berkata: “Aku memimpikan Rasulullah
saw dan di kelilingnya serombongan orang-orang miskin. Maka sewaktu kami seperti
yang demikian itu, tiba-tiba pecahlah langit. Lalu turunlah dua orang malaikat.
Seorang dari keduanya itu, di tangannya tempat cuci tangan. Dan di tangan yang
seorang lagi cerek air. Lalu diletakkan tempat cuci tangan di hadapan
Rasulullah saw. Lalu beliau membenamkan tangannya. Kemudian, beliau menyuruh,
sehingga mereka itu membasuh tangannya. Kemudian, diletakkan tempat cuci tangan
itu di hadapanku. Lalu salah seorang dari dua malaikat itu berkata kepada yang
seorang lagi: “Jangan engkau tuangkan air ke atas tangannya. Karena dia tidak
dari orang-orang miskin itu”. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah ! tidakkah
dirawikan dari engkau, bahwa engkau bersabda: “Manusia itu bersama orang yang
dicintainya ?”. Rasulullah saw menjawab: “Ya !”. Aku lalu berkata lagi: “Wahai
Rasulullah ! bahwa aku mencintaimu dan mencintai orang-orang miskin itu”.
Rasulullah saw lalu bersabda: “Tuangkanlah ke atas tangannya ! bahwa dia ini
dari orang-orang miskin itu”.
Al-Junaid berkata: “Aku bermimpi seakan-akan aku berkata-kata
dengan orang banyak. Lalu berdiri di depanku seorang malaikat, seraya bertanya:
“Yang paling dekat, yang didekati oleh orang-orang yang mendekatkan diri kepada
Allah dengan itu, apa ?”. Aku menjawab: “Amal yang tersembunyi, dengan neraca
yang sempurna”. Malaikat itu lalu berpaling, seraya berkata: “Demi Allah,
perkataan yang memperoleh taufik”.
Dimimpikan Mujammi’ bin Sham’an At-Taimi. Lalu ditanyakan
kepadanya: “Bagaimana engkau melihat urusan itu ?”. Ia menjawab: “Aku melihat
orang-orang zuhud di dunia itu berjalan dengan kebajikan dunia dan akhirat”.
Seorang laki-laki dari penduduk negeri Syam (Syria) berkata
kepada Al-‘Ala’ bin Ziad: “Aku memimpikan engkau, seolah-olah engkau dalam
sorga”. Lalu Al-‘Ala’ turun dari tempat duduknya dan menghadapkan muka kepada
laki-laki itu. Kemudian berkata: “Mudah-mudahan setan menghendaki sesuatu, lalu
aku terpelihara daripadanya. Lalu dikirimnya seorang laki-laki –yaitu engkau-
yang akan membunuh aku”.
Muhammad bin Wasi’ berkata: “Mimpi itu menggembirakan orang mu’min
dan tidak memperdayakannya”.
Shalih bin Basyir berkata: “Aku memimpikan ‘Atha’ As-Silmi. Lalu aku
berkata kepadanya: “Kiranya engkau dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya engkau
lamalah bergundah hati di dunia”. ‘Atha’ As-Silmi menjawab: “Apakah tidak –demi
Allah- sungguh mengakibatkan aku oleh yang demikian akan istirahat yang lama
dan kegembiraan yang berkekalan ?”. Aku lalu bertanya: “Pada tingkat yang mana,
engkau itu ?”. Ia lalu menjawab: “Bersama mereka, yg telah dinikmatkan oleh
Allah kepada mereka, dari nabi-nabi dan orang-orang shiddiq. hingga akhir ayat
ini”
Ditanyakan Zararah bin Abi Aufa dalam mimpi: “Amalan apakah
yang paling utama padamu ?”. Ia menjawab: “Ridha dan pendek angan-angan”. Yazid
bin Maz’ur berkata: “Aku memimpikan Al-Auza’i, lalu aku berkata: “Hai Abu ‘Amr
! tunjukilah aku kepada amal, yang aku dekatkan diriku dengan amal itu kepada
Allah Ta’ala !”. Al-Auza’i menjawab: “Aku tidak melihat disana suatu derajat
yang lebih tinggi dari derajat ulama. Kemudian, derajat orang-orang yang
bergundah hati”. Perawi menyambung ceritanya: “Adalah Yazid itu seorang syaikh
besar. Maka senantiasalah ia menangis, sehingga kelamlah (butalah) kedua
matanya”.
Ibnu ‘Uyainah berkata: “Aku memimpikan saudaraku. Lalu aku
bertanya: “Hai saudaraku ! apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”.
Ia lalu menjawab: “Setiap dosa yang aku memohonkan ampun daripadaNya, maka
diampunkanNya bagiku. Dan apa yang tidak aku memohonkan ampun, niscaya tidak
diampunkannya bagiku”.
Ali Ath-Thalhi berkata: “Aku memimpikan seorang wanita, yang
tiada menyerupai dengan wanita-wanita dunia. Lalu aku bertanya:“Siapakah engkau?”.
Wanita itu menjawab: “Haura !”. Maka aku mengatakan: “Kawinkanlah aku dengan
diri engkau !”. Wanita itu menjawab: “Pinangkanlah aku kepada penghuluku dan
berikanlah maharku (mas kawinku) !”. Maka aku bertanya: “Apakah mas kawin
engkau ?”. Ia menjawab: “Tahanlah diri engkau dari bahaya-bahayanya !”.
Ibrahim bin Ishak Al-Harbi berkata: “Aku memimpikan Zubaidah.
Lalu aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia
menjawab: “Ia telah mengampunkan aku”. Lalu aku bertanya kepadanya: “Dengan
yang engkau belanjakan pada jalan Makkah ?”. Zubaidah menjawab: “Adapun belanja
yang aku belanjakan itu, telah kembali pahalanya kepada yang empunyanya. Dan
telah diampunkan bagiku dengan niatku”.
Tatkala Sufyan Ats-Tsuri meninggal dunia, lalu dimimpikan
orang. Maka ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan
engkau ?”. Ia menjawab: “Aku letakkan pernulaan tapak kakiku atas titian
Ash-Shirathal Mustaqim. Dan yang kedua: dalam sorga”.
Ahmad bin Abil-Hawari berkata: “Aku bermimpi pada apa yang
dimimpikan oleh orang yang tidur, akan seorang budak wanita, yang belum pernah
aku melihat yang lebih cantik daripadanya. Adalah wajahnya gilang-gemilang
cahayanya. Lalu aku bertanya kepadanya: “Dari apa cahaya wajah engkau ?”. Ia
menjawab: “Engkau ingatlah malam itu, yang engkau menangis padanya”. Aku
menjawab: “Ya !”. Maka ia mengatakan: “Aku ambil air mata engkau. Lalu aku sapu
dengan dia wajahku. Maka dari situlah cahaya wajahku, sebagaimana yang engkau
melihatnya”.
Al-Kattani berkata: “Aku memimpikan Al-Junaid. Lalu aku
bertanya kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?” Ia
menjawab: “Binasalah isyarat-isyarat itu dan hilanglah ibarat-ibarat itu. Dan
tiada kami memperoleh hasilnya, selain atas 2 rakaat, yang kami kerjakan shalat
2 rakaat itu pada malam hari”.
Dimimpikan Zubaidah, lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang
diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Telah diampunkan dosaku
dengan 4 kata-kata ini: Laa ilaaha illallaah, yang aku habiskan umurku dengan
dia. Laa ilaaha illallaah, yang aku masuk ke kuburku dengan dia. Laa ilaaha
illallaah, yang aku bersepi-sepi dengan dia, sendirianku. Laa ilaaha illallaah,
yang aku bertemu dengan dia akan Tuhanku”.
Dimimpikan Bisyr. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang
diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Tuhanku ‘Azza Wa Jalla
mencurahkan rahmat bagiku. Dan berfirman: “Hai Bisyr ! apakah engkau tidak malu
kepadaKu ? engkau takut kepadaKu dengan seluruh ketakutan itu ?”.
Dimimpikan Abu Sulaiman. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat
oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab: “Dia mencurahkan rahmat kepadaku.
Tiadalah sesuatu yang lebih memelaratkan aku, dari isyarat kaum itu kepadaku”.
Abubakar Al-Kattani berkata: “Aku memimpikan seorang pemuda,
yang belum pernah aku melihatnya, yang lebih cantik daripadanya. Lalu aku
bertanya kepadanya: “Siapakah engkau ?”. Pemuda itu menjawab: “Taqwa”. Aku
bertanya lagi: “Di mana engkau tinggal ?”. Ia menjawab: “Setiap hati yang
gundah”. Kemudian, ia berpaling. Tiba-tiba wanita hitam. Lalu aku bertanya:
“Siapakah engkau ?”. Wanita itu menjawab: “Saya penyakit”. Aku lalu bertanya
lagi: “Di mana engkau tinggal ?”. Ia menjawab: “Setiap hati yang gembira, yang
bersuka-cita”. Abubakar Al-Kattani meneruskan ceritanya: “Maka aku terbangun.
Dan aku berjanji, bahwa aku tiada akan tertawa lagi, kecuali karena terpaksa”.
Abu Sa’id Al-Kharraz berkata: “Aku bermimpi, seakan-akan Iblis
melompat keatasku. Lalu aku mengambil tongkat, untuk aku memukulnya. Maka ia
tidak takut daripadanya. Lalu memanggillah orang yang memanggil kepadaku:
“Bahwa si ini tidak takut dari ini. Bahwa ia takut dari cahaya yang ada dalam
hati”.
Ahmad bin Ayyub Al-Masuhi berkata: “Aku memimpikan Iblis yang
berjalan dengan telanjang. Lalu aku bertanya: “Apakah engkau tidak malu kepada
manusia ?”. Iblis itu menjawab: “Demi Allah, mereka itu manusia ? jikalau
adalah mereka itu manusia, niscaya aku tiada bermain-main dengan mereka pada
dua tepi hari, sebagaimana anak-anak bermain dengan bola. Akan tetapi, manusia
itu adalah suatu kaum yang bukan mereka itu, yang telah menyakitkan tubuhku”.
Iblis itu mengisyaratkan dengan tangannya kepada sahabat-sahabat kita kaum
shufi”.
Abu Sa’id Al-Kharraz berkata: “Aku berada di Damsyik. Lalu aku
bermimpi seakan-akan Nabi saw datang kepadaku, dengan bersandar kepada Abubakar
ra dan Umar ra. Maka beliau datang, lalu berhenti di depanku. Dan aku
mengatakan sesuatu dari suara dan aku mengetuk pada dadaku. Maka Nabi saw
bersabda: “Kejahatan ini lebih banyak dari kebajikannya”.
Dari Ibnu ‘Uyainah yang mengatakan: “Aku memimpikan Sufyan
Ats-Tsuri, seakan-akan ia dalam sorga, terbang dari pohon ke pohon. Ia berkata:
“Bagi yang seperti ini, maka hendaklah dikerjakan oleh orang-orang yang
mengerjakan !”. Maka aku berkata kepadanya: “Berikanlah aku wasiat !”. Ia
menjawab: “Sedikitkanlah dari berkenalan dengan manusia
!”.
Dirawikan Abu Hatim Ar-Razi dari Qubaishah bin ‘Uqbah, yang
mengatakan: “Aku memimpikan Sufyan Ats-Tsuri, lalu aku bertanya: “Apakah yang
diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia lalu bermadah:
Aku memandang dengan berhadapan kepada Tuhanku,
maka Ia berfirman kepadaku:
Senanglah engkau dengan keridhaanKu,
hai Ibnu Sa’id !
Adalah engkau itu tetap berdiri,
apabila telah gelaplah malam,
dengan air mata orang yang merindui
dan hati yang menyengajakan.
Maka untuk engkau pilihlah,
mahligai mana yang engkau kehendaki !
Dan kepadaKu berziarahlah,
bahwa Aku dengan engkau itu dekat sekali !
Dimimpikan Asy-Syibli sesudah meninggalnya 3 hari. Lalu
ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau?” Ia
menjawab: “Ia berdebat dengan aku, sehingga aku berputus asa. Maka tatkala dilihatNya akan keputus-asaanku, lalu
diselubungkanNya aku dengan rahmatNya”.
Dimimpikan Majnun Bani ‘Amir sesudah meninggalnya, lalu
ditanyakan kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah Ta’ala dengan engkau
?”. Ia menjawab: “Ia mengampunkan aku dan menjadikan aku sebagai alasan kepada
orang-orang yang mencintaiNya”.
Dimimpikan Ats-Tsuri, lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang
diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Maka ia menjawab: “Ia merahmati aku”.
Lalu ditanyakan lagi: “Bagaimana keadaan Abdullah bin Al-Mubarak ?”. Ia
menjawab: “Dia itu dari orang yg masuk kepada Tuhannya pada setiap hari 2X”.
Dimimpikan sebahagian mereka, lalu ditanyakan tentang
keadaannya. Maka ia menjawab: “Mereka mengadakan perhitungan dengan kami, lalu
mereka dengan teliti sekali. Kemudian mereka meninggal, lalu mereka dimerdekakan”.
Dimimpikan Malik bin Anas. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah
yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Malik bin Anas menjawab: “Ia
mengampunkan dosaku dengan kalimah yang dibacakan oleh Usman bin Affan ra
ketika melihat jenazah: “Subhaanal-hayyil-ladzi laa yamuut” (Maha Suci Yang
Maha hidup yang tiada akan mati).
Dimimpikan pada malam, yang di malam itu meninggal Al-Hasan Al-Bashari
, bahwa seakan-akan langit itu terbuka. Dan seakan-akan seorang penyeru
menyerukan: “Ketahuilah kiranya, bahwa Al-Hasan Al-Bashari telah datang kepada
Allah. Dan Allah ridha kepadanya”.
Dimimpikan Al-Jahidh. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah yang
diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Lalu ia bermadah:
Jangan engkau tulis dengan tulisan engkau,
akan selain sesuatu,
yang menggembirakan akan engkau,
pada hari kiamat melihatnya itu.
Al-Junaid memimpikan Iblis yang bertelanjang. Lalu ia bertanya: “Apakah
engkau tidak malu kepada manusia ?”. Iblis itu menjawab: “Mereka itu manusia ?
manusia itu adalah kaum-kaum dalam masjid Asy-Syauniziyah. Mereka itu telah
menyakitkan tubuhku dan membakarkan jantungku”. Al-Junaid berkata: “Maka
tatkala aku terbangun, lalu aku berpagi-pagi benar ke masjid. Maka aku melihat
suatu jama’ah, yang telah meletakkan kepala mereka ke atas lututnya, yang
bertafakkur. Tatkala mereka melihat aku, lalu mengatakan: “Janganlah terperdaya
engkau oleh berita yang keji !”.
Dimimpikan An-Nashrabadzi di Makkah sesudah wafatnya. Lalu
ditanyakan kepadanya: “Apakah yg diperbuat oleh Allah dengan engkau?”. Ia
menjawab: “Aku dicela dengan sedikit celaan. Kemudian, aku dipanggil: “Hai
Abul-kasim! adakah sesudah bersambung itu berpisah?” Lalu aku menjawab: “Tidak,
hai Yang Maha Agung !”. Maka tidaklah aku diletakkan dalam liang lahad,
sehingga aku berhubungan dengan Tuhanku”.
‘Utbah LA-Ghallam memimpikan Haura’ dalam bentuk yang cantik.
Lalu Haura’ berkata: ‘Hai ‘Utbah ! aku rindu kepada engkau. Maka perhatikanlah,
bahwa engkau tidak mengerjakan akan sesuatu perbuatan, lalu menghambatkan
diantara aku dan engkau !”. ‘Utbah menjawab: “Aku telah mentalakkan
(menceraikan) dunia dengan talak 3. Tiada kembali lagi aku kepadanya, sehingga
aku menemui engkau”.
Dikatakan, bahwa Ayyub As-Sakhtayani melihat jenazah orang
maksiat. Lalu beliau masuk keruang rumah, supaya ia tidak bershalat jenazah
kepadanya. Maka sebahagian mereka memimpikan mayit itu. Lalu ditanyakan
kepadanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Mayit itu
menjawab: “Allah telah mengampunkan dosaku. Dan bacakanlah kepada Ayyub, akan
ayat ini: “Katakan: kalau kiranya kamu menguasai perbendaharaan Tuhanku,
tentulah perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya”. S 17 Al
Israa’ ayat 100.
Sebahagian
mereka mengatakan: “Aku melihat pada malam, yang meninggal padanya Daud
Ath-Tha-i, akan cahaya, malaikat turun & naik. Lalu aku bertanya: “Malam
apakah ini ?”. Mereka lalu menjawab:“Malam yang meninggalnya Daud Ath-Tha-i.
Dan telah dihiaskan sorga bagi kedatangan ruhnya”
Abu Sa’id Asy-Syahham berkata: “Aku memimpikan Sahal
Ash-Sha’luki. Lalu aku berkata: “Hai Syaikh !”. Maka ia menjawab:
“Tinggalkanlah panggilan syaikh itu”. Aku menjawab: “Hal yang demikian itu yang
aku melihatnya”. Ia lalu menjawab: “Tidak mengayakan engkau dengan kami”. Maka
aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”. Ia menjawab:
“Ia telah mengampunkan dosaku, dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan
oleh orang yang lemah”.
Abubakar Ar-Rasyidi berkata: “Aku memimpikan Muhammad
Ath-Thusi Al-Mu’allim. Lalu ia berkata kepadaku: “Katakanlah kepada Abi Said
Ash-Shaffar Al-Muaddib:
Adalah kami, bahwa tidaklah kami,
didindingi oleh hawa nafsu.
Dan kehidupan cinta itu kamu didindingi
dan tidaklah kami didindingkannya itu.
Abubakar Ar-Rasyidi berkata: “Maka aku terbangun. Lalu aku sebutkan yang
demikian itu kepada Abi Sa’id, maka ia menjawab: “Bahwa aku menziarahi
kuburannya setiap Jum’at. Maka aku tidak menziarahinya Jum’at ini”.
Ibnu Rasyid berkata: “Aku memimpikan Ibnul-Mubarak sesudah
meninggalnya. Lalu aku bertanya: “Adakah tidak engkau datang ?”. Ia menjawab:
“Ya, sudah !”. Maka aku bertanya: “Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan
engkau ?”. Ia menjawab: “Ia telah mengampunkan aku dengan ampunan, yang meliputi
dengan setiap dosa”. Aku bertanya lagi: “Lalu Sufyan Ats-Tsuri ?”. Ia menjawab:
“Ya, ya ! dia itu termasuk orang-orang yang dicurahkan nikmat oleh Allah, dari
nabi-nabi dan orang-orang shiddiq...... sampai akhir ayat”.
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata:“Aku memimpikan Asy-Syafi’i ra
sesudah wafatnya. Lalu aku bertanya:“Hai Abu Abdillah ! apakah yang diperbuat
oleh Allah dengan engkau ?”. Asy-Syafi’i ra menjawab: “Ia mendudukkan aku atas
kursi dari emas. Dan Ia menaburkan atasku permata basah”.
Seorang laki-laki dari sahabat Al-Hasan Al-Bashari, bermimpi
pada malam meninggalnya Al-Hasan Al-Bashari, seakan-akan seorang penyeru
menyerukan: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan
keluarga Imran, melebihi semesta alam”. S 3 Ali ‘Imran ayat 33. Dan Ia memilih
Al-Hasan Al-Bashari untuk zamannya.
Abu Ya’qub Al-Qari Ad-Daqiqi berkata: “Aku memimpikan dalam
tidurku seorang laki-laki yang hitam manis tinggi. Dan manusia mengikutinya.
Lalu aku bertanya: “Siapa ini ?”. Mereka itu menjawab: “Uwasi Al-Qarani: “Lalu
aku datang kepadanya, seraya aku berkata: “Berilah wasiat kepadaku ! kiranya
engkau dirahmati oleh Allah”. Maka masam mukanya pada penglihatan wajahku. Lalu
aku berkata: “Orang yang diminta petunjuk ! maka tunjukilah aku ! kiranya engkau
diberi petunjuk oleh Allah !”. Ia lalu menghadapkan muka kepadaku dan berkata:
“Ikutkanlah akan rahmat Tuhan engkau ketika mencintaiNya ! takutilah akan
kemarahanNya pada kemaksiatanNya ! dan janganlah engkau putuskan harapan engkau
daripadaNya pada celah-celah yang demikian !”. Kemudian, ia berpaling dan
meninggalkan aku”.
Abubakar bin Abi Maryam berkata: “Aku memimpikan Warqa’ bin
Basyar Al-Hadlarami. Lalu aku bertanya: “Apa yang engkau kerjakan, hai Warqa
?’. Ia menjawab: “Aku terlepas, sesudah seluruh kesungguhan”. Aku bertanya
lagi: “Amal apa yang kamu dapati, yang lebih utama ?”. Ia menjawab: “Menangis
dari takut kepada Allah”.
Yazid bin Nu’amah berkata: “Telah binasa seorang anak wanita
dalam penyakit kolera yang berkecamuk. Maka ia dimimpikan oleh ayahnya. Ayahnya
berkata kepadanya: “Hai puteriku ! terangkanlah kepadaku dari hal akhirat !”.
Anak wanita itu menjawab: “Hai ayahku ! kami datang atas urusan besar. Kami
tahu dan tidak kami kerjakan. Dan kamu kerjakan dan tidak kamu tahu. Demi Allah
! sesungguhnya sekali tasbih atau dua tasbih atau serakaat atau dua rakaat pada
lapangan amal itu lebih aku sukai dari dunia dan isinya”.
Sebahagian sahabat Utbah Al-Ghallam berkata: “Aku memimpikan
Utbah. Lalu aku bertanya: “Apakah yg diperbuat oleh Allah dengan engkau ?”.
Utbah menjawab: “Aku masuk sorga dengan doa yang tertulis itu pada rumah
engkau”. Sahabat yg bermimpi itu berkata: “Maka tatkala aku berpagi hari, lalu
aku datang ke rumahku. Tiba-tiba tulisan Utbah Al-Ghallam pada dinding rumah
itu berbunyi: “Hai Yang Menunjukkan orang-orang yang sesat ! hai Yang Maha
Pengasih bagi orang-orang yang berdosa ! hai Yang Menghapuskan tergelincirnya
orang-orang yang tergelincir ! kasihanilah akan hamba Engkau, yang mempunyai
bahaya besar dan kaum muslimin seluruhnya sekalian ! jadikanlah kami bersama
orang-orang yang hidup, yang memperoleh rezeki, yang telah Engkau anugerahkan
nikmat kepada mereka, dari nabi-nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang syahid
dan orang-orang shalih –Amin, Ya Rabbal-‘alamin!
Musa bin Hammad berkata: “Aku memimpikan Sufyan Ats-Tsuri
dalam sorga, yang ia terbang dari pohon kurma ke pohon kurma dan dari pohon ke
pohon. Lalu aku bertanya: “Hai Abu Abdillah ! dengan apa engkau memperoleh ini
?’. Ia menjawab: “Dengan wara (menjaga diri)”. Aku bertanya
lagi: “Apa kabar Ali bin ‘Ashim ?”. Ia menjawab: “Yang demikian itu hampirlah
tidak dapat dilihat, selain sebagaimana dilihat bintang”.
Seorang laki-laki dari orang-orang tabi’in memimpikan Nabi
saw. Lalu ia berkata: “Hai Rasulullah! berilah aku pengajaran !”. Nabi saw
menjawab: “Baik ! siapa yg tiada menganggap hilang oleh kekurangan, maka dia
itu dalam kekurangan. Dan siapa yg dalam kekurangan, maka mati lebih baik
baginya”.
Asy-Syafi’i ra berkata: “Diselubungi aku dalam hari-hari ini oleh
urusan yang menyakitkan dan yang memedihkan aku. Dan tiada yang melihat
kepadanya, selain Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka waktu semalam, datanglah kepadaku,
orang yang datang dalam tidurku. Lalu ia berkata kepadaku: “Hai Muhammad bin
Idris ! berdoalah: “Ya Allah, ya Tuhan ! bahwa aku
tiada memiliki bagi diriku manfaat dan melarat, mati, hidup dan kebangkitan.
Aku tiada sanggup bahwa aku ambil, selain apa yang Engkau berikan kepadaku. Dan
tiada aku peliharakan, selain apa yang Engkau peliharakan akan aku. Ya Allah,
ya Tuhan ! maka curahkanlah taufiq akan aku, bagi apa yang Engkau kasihi dan
ridhai, dari perkataan dan perbuatan dalam keafiatan”. Maka tatkala
aku telah berpagi hari, lalu aku ulangi yang demikian. Maka tatkala siang telah
pergi, lalu Allah ‘Azza wa Jalla memberikan aku akan permintaanku. Ia
memudahkan bagiku kelepasan dari apa, yang ada aku di dalamnya. Maka haruslah
engkau dengan doa ini ! jangan engkau lupa daripadanya !”. Maka inilah sejumlah
hal-hal diminta untuk mengetahuinya saja, yang menunjukkan kepada hal ihwal
orang mati dan kepada amalan-amalan yang mendekatkan kepada Allah. Maka marilah
kami sebutkan sesudahnya, akan apa yang dihadapan orang-orang mati, dari
permulaan tiupan sangkakala, sampai kepada akhir ketetapan. Adakalanya dalam sorga
atau dalam neraka. Dan segala pujian itu bagi Allah, sebagai pujian orang-orang
yang bersyukur.
BAHAGIAN KEDUA
Dari Kitab mengingati Mati, tentang hal ihwal orang mati dari
waktu tiupan sangkakala.
Sampai kepada akhir ketetapan dalam sorga atau dalam neraka. Dan uraian apa
yang di hadapannya, dari huru-hara dan bahaya-bahaya. Padanya penjelasan tiupan
sangkakala, sifat bumi padang mahsyar dan isinya. Sifat keringatnya isi padang
mahsyar. Sifat lamanya hari kiamat. Sifat hari kiamat, bala bencana dan
nama-namanya. Sifat pertanyaan dari dosa. Sifat timbangan. Sifat permusuhan dan
penolakan kezaliman. Sifat titian. Sifat syafa’at. Sifat kolam (kolam Nabi
saw). Sifat neraka jahannam, huru-haranya, rantai-rantainya, ular-ularnya dan
kalajengking-kalajengking nya. Sifat sorga dan segala macam nikmatnya. Bilangan
sorga, pintu-pintunya, kamar-kamarnya, tembok-temboknya, sungai-sungainya,
pohon-pohonnya, pakaian penduduknya, tikar tidur dan tempat tidur mereka. Sifat
makanan mereka. Sifat bidadari dan anak-anak muda belia. Sifat memandang kepada
Wajah Allah Ta’ala. Sifat bab tentang keluasan rahmat Allah Ta’ala. Dan dengan
yang demikian, tammatlah Kitab insya Allah Ta’ala.
SIFAT TIUPAN SANGKAKALA.
Telah anda ketahui pada yang telah berlalu, akan kerasnya hal keadaan mayit
pada sakratul-maut dan bahayanya pada ketakutan kesudahan. Kemudian,
penderitaan-penderitaannya karena gelapnya kubur dan ulat-ulatnya. Kemudian
bagi Munkar dan Nakir dan pertanyaannya. Kemudian, bagi azab kubur dan
bahayanya, kalau mayit itu orang yang dimarahi. Yang lebih benar dari yang
demikian seluruhnya, ialah bahaya-bahaya yang di hadapannya, dari tiupan
sangkakala, kebangkitan pada hari bertebaran, kedatangan kepada Yang Maha
Perkasa, pertanyaan dari yang sedikit dan yang banyak dan menegakkan timbangan
untuk mengetahui kadar amal. Kemudian, melintasi titian serta halus dan
tajamnya. Kemudian, menunggu seruan ketika pemisahan qodo (keputusan hakim).
Adakalanya dengan kebahagiaan dan adakalanya dengan
kesengsaraan. Maka inilah hal ihwal dan huru-hara, yang tidak boleh tidak bagi
anda daripada mengetahuinya. Kemudian, mengimaninya atas jalan yakin dan
membenarkan. Kemudian, pemanjangan fikiran pada yang demikian, untuk
membangkitkan dari hati anda penyeru-penyeru persiapan baginya. Kebanyakan
manusia, iman dengan hari akhirat itu tidak masuk ke dalam lubuh hati mereka.
Dan tidak meresap dari titik hitam benak mereka. Ditunjukkan kepada yang
demikian itu, oleh kesangatan kesungguhan dan kesedihan mereka bagi kepanasan
musim panas dan kedinginan musim dingin. Dan entengnya pandangan mereka dengan
panasnya neraka jahannam dan sangat dinginnya. Serta apa yang meliputinya dari
kesukaran-kesukaran dan huru hara-huru hara.
Bahkan apabila mereka ditanyakan dari hal hari akhirat,
niscaya dituturkan oleh lidah mereka. Kemudian, dilalaikan oleh hati mereka.
Dan siapa yang menerangkan, bahwa apa yang di hadapannya dari makanan itu telah
dimasukkan racun, maka ia menjawab bagi temannya yang menerangkan itu, bahwa:
anda benar. Kemudian, ia mengulurkan tangannya untuk mengambilnya. Niscaya
adalah dia itu membenarkan dengan lisannya dan mendustakan dengan perbuatannya.
Mendustakan perbuatan itu lebih bersangatan daripada mendustakan dengan lisan.
Nabi saw bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Aku dicaci oleh
anak Adam. Dan tiada seyogyalah baginya bahwa mencaci Aku. Ia mendustakan Aku
dan tiada seyogyalah baginya, bahwa ia mendustakan Aku. Adapun caciannya akan
Aku, maka ia mengatakan, bahwa Aku mempunyai anak. Adapun pendustaan nya, maka
yaitu katanya: bahwa ia tidak kembali kepadaKu, sebagaimana ia memulai daripada
Aku”.
Adapun kelemahan batiniah dari kekuatan yakin dan pembenaran
dengan kebangkitan dan bertebaran di hari mahsyar, adalah karena sedikitnya
paham pada alam ini bagi contoh-contoh urusan tersebut. Dan jikalah tidak
disaksikan oleh insan akan beranaknya hewan dan dikatakan kepadanya, bahwa
Pencipta itu menciptakannya dari air mani yang kotor seperti anak Adam ini,
Yang Membentuk, Yang Berakal, Yang Berkata-kata, Yang Mengurus, niscaya
bersangatanlah lari batiniahnya daripada membenarkannya.
Dan karena itulah, Allah Ta’ala berfirman: “Apakah manusia itu
tiada melihat, bahwa Kami menjadikannya dari air mani ? tetapi, lihatlah, dia
telah menjadi musuh terang-terangan !”. S 36 Yaa Siin ayat 77. Allah Ta’ala
berfirman: “Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan begitu
saja, dengan tiada mempunyai pertanggungan jawab ? bukankah dia dahulunya
setetes air mani yang ditumpahkan ? kemudian itu menjadi segumlah darah dan
(Allah) menciptakan (bentuk)nya & menyempurnakan kejadiannya. Dan dijadikan
oleh Allah 2 jenis, laki-laki & perempuan”. S 75 Al Qiyaamah ayat 36~39.
Pada kejadian anak Adam serta banyak keajaibannya dan bermacam-macam
susunan anggota badannya itu, keajaiban-keajaiban yang melebihi dari
keajaiban-keajaiban pada kebangkitan dan pengembalian kejadiannya. Maka
bagaimana diingkari yang demikian itu dari qudrah ( kuasa ) Allah Ta’ala dan
hikmahNya, oleh orang yang menyaksikan demikian pada ciptaan dan qudrah ( kuasa
)Nya ? kalau ada dalam iman anda itu kelemahan, maka kuatkanlah iman itu dengan
memperhatikan pada kejadian yang pertama dahulu. Bahwa yang kedua itu adalah
seperti yang pertama dan lebih mudah daripadanya. Kalau anda itu kuat iman
dengan yang demikian, maka diberitahukan oleh hati anda akan
ketakutan-ketakutan dan bahaya-bahaya itu.
Banyakkanlah padanya bertafakkur/mengenang dan beri’tibar/beribarat,
untuk anda rebut dari hari anda akan kesenangan dan ketetapan. Maka anda
menyibukkan diri dengan kesungguhan untuk datang kepada Yang Maha Perkasa !
bertafakkurlah pertama-tama pada yang mengetuk pendengaran penghuni kubur, dari
kesangatan tiupan sangkakala. Bahwa itu adalah suatu pekikan, yang merenggang
dengan pekikan itu kuburan dari kepala orang-orang mati. Lalu mereka itu
bergerak sekaligus. Maka sangkakanlah diri anda dan anda telah melompat dengan
berobahnya wajah anda, berdebunya badan anda dari puncak kepala anda sampai ke
tapak kaki anda, dari debu kuburan anda, yang termangu-mangu dari kesangatan bunyi,
yang menonjol diri ke arah seruan. Dan telah bergeraklah makhluk itu dengan
sekali gerak, dari kuburan, yang telah panjanglah padanya percobaan mereka.
Dan telah dikejutkan mereka oleh kegundahan dan ketakutan,
yang merupakan tambahan kepada apa yang telah ada pada mereka, dari kesusahan
dan kegelapan serta kesangatan penungguan bagi akibat uruan itu. Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman: “Dan ditiupkan sangkakala, maka pingsanlah orang-orang
yang ada di langit dan di bumi, selain dari orang yang dikehendaki Allah.
Kemudian ia ditiup sekali lagi, lihatlah mereka berdiri menantikan”. S 39 Az
Zumar ayat 68. Allah Ta’ala berfirman: “Ketika terompet dibunyikan. Maka
demikianlah di kala itu hari yang amat sulit. Tiada ringan bagi orang-orang
yang tiada beriman”. S 74 Al Muddatstsir ayat 8-9-10. Allah Ta’ala berfirman:
“Mereka berkata: Bilakah perjanjian itu (akan terjadi), kalau memang kamu
orang-orang yang benar ? tak ada bagi yang mereka tunggu, melainkan satu suara
keras, yang akan menyiksa mereka, ketika mereka dalam berbantahan sesamanya.
Mereka tiada berkesempatan menyampaikan pesan dan tiada pula dapat kembali
kepada keluarganya.
Dan sangkakala ditiup; ketika itu lihatlah mereka bangun dari
kubur dan segera datang kepada Tuhannya ! mereka akan berkata: “Ah, nasib kami
! siapakah yang membangunkan kami dari tempat tidur kami ? (ada suara yang
menyahut): Inilah dia yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah dan benarlah
perkataan rasul-rasul”. S 36 Yaa Siin ayat 48 s/d 52.
Maka jikalau tidak ada di hadapan orang mati itu, selain huru
hara tiupan itu, niscaya adalah yang demikian itu pantas untuk menjaga diri.
Bahwa itu tiupan dan pekikan, yang pingsan dengan itu, siapa yang di langit dan
di bumi. Yakni: mereka mati dengan sebab yang demikian, selain yang dikehendaki
oleh Allah. Yaitu: sebahagian para malaikat. Karena itulah, Rasulullah saw
bersabda: “Bagaimana aku merasa nikmat, sedang yang empunya ash-shuur itu telah
menelan tanduk, telah memiringkan dahi dan mendengar dengan telinga, menunggu,
kapan diperintahkan, maka ia terus meniup”.
Muqatil berkata: ash-shuur, ialah: tanduk (al-qarn). Yang
demikian itu, ialah: bahwa Israfil as meletakkan mulutnya atas tanduk, seperti
keadaan terompet. Dan lingkaran kepala tanduk itu seperti lebarnya langit dan
bumi. Dan dia menujukan penglihatannya ke arah ‘Arasy, menunggu kapan
diperintahkan. Maka ia akan meniup tiupan pertama. Maka apabila ditiupkan,
niscaya pingsanlah siapa yang di langit dan di bumi. Artinya: matilah setiap
hewan, dari kesangatan terkejut, selain siapa yang dikehendaki oleh Allah.
Yaitu: Jibril, Mikail, Israfil dan Malakul-maut. Kemudian, Allah menyuruh
Malakul-maut, mengambil nyawa Jibril. Kemudian nyawa Mikail. Kemudian nyawa
Israfil. Kemudian Ia menyuruh Malakul-maut. Lalu ia meninggal. Kemudian
senantiasalah makhluk sesudah tiupan yang pertama itu dalam al-barzakh (antara
mati dan bangkit dari kubur) 40 tahun lamanya. Kemudian Allah menghidupkan
Israfil. Maka disuruhnya untuk meniupkan kali yang kedua. Maka karena itulah
firman Allah Ta’ala: “Kemudian, ditiupkan sekali lagi, lihatlah mereka itu
berdiri menantikan”. S 39 Az Zumar ayat 68. Mereka itu berdiri atas kakinya,
menunggu kepada kebangkitan.
Nabi saw bersabda: “Ketika dibangkitkan kepadaku, maka
dibangkitkan kepada yang empunya tanduk (terompet). Lalu ia menurunkan tanduk
itu ke mulutnya. Dan ia maju selangkah dan ia mundur selangkah. Ia menunggu
kapan ia diperintahkan dengan peniupan. Ketahuilah ! maka takutlah akan tiupan
itu !”. Maka bertafakkurlah tentang makhluk, kehinaan mereka, kehancuran dan
ketenangan mereka ketika dibangkitkan, karena takut dari kepingsanan ini. Dan
karena menunggu bagi apa, yang akan diputuskan kepada mereka, dari kebahagiaan
atau kesengsaraan ! dan anda dalam keadaan diantara mereka, yang pecah seperti
pecahnya mereka, yang tercengang seperti tercengangnya mereka. Bahkan, jikalau
anda di dunia dahulu dari golongan orang-orang yang mewah dan orang-orang kaya
yang bersenang-senang, maka raja-raja bumi pada hari itu adalah yang terhina
bagi penduduk bumi sekalian, yang terkecil dan yang terendah, yang diinjakkan
dengan tapak kaki, seperti semut halus.
Dan pada yang demikian itu, diterimalah binatang-binatang liar
dari padang-padang luas dan gunung-gunung, yang terbalik kepalanya, yang bercampur-baur
dengan makhluk yang lain, sesudah liarnya, yang hina, untuk hari kebangkitan,
dengan tiada kesalahan, yang ia menjadi kotor dengan kesalahan itu. Akan
tetapi, dikumpulkan mereka oleh kesangatan pingsan dan huru-haranya tiupan. Dan
disibukkan mereka oleh yang demikian itu, dari lari dari makhluk dan merasa
liar dengan mereka. Dan yang demikian itu, firman Allah Ta’ala: “Dan ketika
binatang-binatang liar dikumpulkan”. S 81 At Takwiir ayat 5. Kemudian,
datanglah setan-setan yang durhaka, sesudah durhaka dan ingkarnya. Dia itu
yakin dengan khusyu’ dari kehebatan kedatangan kepada Allah Ta’ala. Karena
membenarkan firman Allah Ta’ala: “Sebab itu, demi Tuhan engkau, sesungguhnya
mereka dan setan-setan akan Kami kumpulkan, kemudian itu, Kami bawa mereka
berlutut di keliling neraka jahannam”. S 19 Maryam ayat 68. Maka engkau
bertafakkurlah/berkenanglah tentang keadaan engkau dan keadaan hati engkau di
sana itu !
SIFAT BUMI PADANG
MAHSYAR DAN PENDUDUKNYA.
Kemudian, perhatikanlah bagaimana mereka dihalau sesudah kebangkitan dan
bertebaran, dengan tidak beralas kaki, dengan bertelanjang, dengan tidak
berkhitan, ke bumi padang mahsyar, bumi yg putih, lapangan yg rata. Tidak anda
melihat padanya yg rendah dan yg tinggi. Tidak anda melihat padanya tempat yg
tinggi, yg bersembunyi manusia di sebaliknya. Dan tidak tempat yg rendah, yg
merendah manusia dari pandangan mata padanya. Akan tetapi, padang mahsyar itu
suatu tanah yg lapang, tiada berlebih kurang padanya. Mereka dihalau kepadanya
dengan berjama’ah. Maka Maha Sucilah Allah yg mengumpulkan semua makhluk diatas
bermacam-macam jenis mereka dari segala penjuru bumi. Karena Ia membawa mereka
dengan ar-rajifah, yg diikuti oleh ar-radifah. Ar-rajifah, ialah: tiupan
pertama. Dan ar-radifah, ialah: tiupan kedua. Maka sebenarnyalah bagi hati,
bahwa ada ia ketika itu yg takut dengan gemetar. Dan bagi mata itu, bahwa ada juga
yg khusyu’ tenang.
Rasulullah saw bersabda: “Dikumpulkan manusia pada hari kiamat
atas bumi yg putih ‘afra’, seperti kue yg an-naqiy, yg tidak ada padanya ma’lam
bagi seseorang”. Kata perawi: ‘afra’ tadi, artinya: putih, yg bukan supak.
An-naqiy, artinya: yg bersih dari kulit dan antah. Dan ma’lam, artinya: tiada
bangunan yg menutup dan yg berlebih-kurang tingginya yg menghambat penglihatan.
Anda jangan menyangka, bahwa bumi itu seperti bumi dunia. Akan tetapi, tiada
menyamainya, selain tentang nama.
Allah Ta’ala berfirman:“Pada hari bumi diganti dengan
bumi lain & langit begitu juga”. S
14 Ibrahim ayat 48. Ibnu Abbas berkata: “Ditambahkan padanya dan dikurangkan.
Dan hilanglah pohon-pohonnya, gunung-gunungnya, lembah-lembahnya dan apa-apa yg
ada padanya. Dan bumi itu memanjang seperti memanjangnya kulit bumi pasar
‘Ukadh, bumi yg putih seperti perak. Tidak ditumpahkan padanya darah dan tidak
diperbuat padanya kesalahan. Dan langit itu hilanglah mataharinya, bulannya dan
bintang-bintangnya. Maka perhatikanlah, hai orang yg patut dikasihani tentang
huru hara hari itu dan kesukarannya. Bahwa apabila telah berkumpul segala
makhluk diatas dataran tinggi itu, niscaya berguguranlah dari atas mereka
bintang-bintang langit. Hilang lah cahaya matahari dan bulan. Gelaplah bumi
karena padam lampu-lampunya. Maka pada masa mereka seperti yg demikian itu,
tiba-tiba beredarlah langit di atas kepala mereka dan belahlah serta tebal dan
kerasnya selama 500 tahun.
Dan para malaikat itu berdiri dengan kaki telanjang dan disegala
sudutnya. Maka alangkah huru haranya suara pecahnya langit itu pada pendengaran
anda ! alangkah hebatnya hari, yg belah padanya langit, serta kuat dan
kerasnya. Kemudian, ia mengalir dan membanjir, seperti perak yg dihancurkan,
dicampuri oleh warna kuning. Lalu menjadi merah, seperti kulit yg merah. Dan
jadilah langit itu seperti timah yg hancur. Jadilah gunung-gunung itu seperti
bulu wol yg dicelup dengan berbagai warna. Bersimpang-siurlah manusia seperti
kupu-kupu yg bertebaran di udara. Dan mereka itu tidak beralas kaki, yg
telanjang, yg berjalan kaki kesana kemari.
Rasulullah saw bersabda:“Dibangkitkan manusia dengan tiada
beralas kaki, yg telanjang & tidak berkhitan. Mereka dicambuk oleh keringat
& sampai kepada daun telinga”. Berkata Saudah –isteri Nabi saw perawi
hadits tersebut: “Aku bertanya: Wahai Rasulullah ! alangkah buruknya !
sebahagian kita memandang kepada sebahagian yg lain?”. Nabi saw menjawab dengan
membaca ayat: “Setiap orang dihari itu mempunyai urusan yg mengganggunya (dari
urusan orang lain)” S80 ‘Abasa ayat37. Maka alangkah beratnya dihari, yg
terbuka padanya aurat & merasa aman padanya, serta demikian pandangan &
penglihatan. Bagaimana & sebahagian mereka berjalan dengan perut & muka
mereka. Maka tiada kesanggupan bagi mereka untuk memandang kepada orang lain.
Abu Hurairah ra berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Dikumpulkan manusia pada hari kiamat di atas 3 jenis: yg berkendaraan, yg
berjalan kaki & yg berjalan dengan muka mereka”. Lalu seorang laki-laki
bertanya: “Hai Rasulullah ! bagaimana mereka berjalan dengan muka mereka ?”.
Rasulullah saw menjawab: “Yg menjalankan mereka dengan tapak kaki mereka itu
berkuasa untuk menjalankan mereka dengan muka mereka”. Sudah menjadi tabiat
manusia itu mengingkari setiap yg tidak disenanginya. Jikalau tidak dilihat
oleh insan akan ular dan ular itu berjalan atas perutnya seperti kilat yg
menyambar, niscaya ia akan menantang tergambarnya berjalan dengan tiada kaki.
Dan berjalan dengan kaki juga dianggap jauh dari kebenaran pada orang yg tidak
melihat yg demikian. Maka awaslah anda bahwa anda mengingkari akan sesuatu dari
keajaiban-keajaiban hari kiamat, karena menyalahinya akan bandingan yg dalam
dunia. Bahwa anda jikalau tidak melihat akan keajaiban-keajaiban dunia,
kemudian dikemukakan kepada anda sebelum melihatnya, niscaya adalah anda akan
sangat menantangnya. Maka bayangkanlah dalam hati anda akan bentuk anda dan
anda itu sedang berdiri dengan telanjang yg terbuka, hina, tersisih, heran,
termangu-mangu, yg menunggu akan apa yg akan berlaku keatas anda dari qodo’
(hukum Tuhan) dengan kebahagiaan atau dengan kesengsaraan dan yg terbesar
keadaan ini ! maka itu adalah persoalan besar.
SIFAT KERINGAT.
Kemudian, bertafakkurlah tentang berdesak-desaknya makhluk dan berkumpulnya
mereka. Sehingga berdesak-desaklah diatas tempat perhentian itu, penduduk
langit yg 7 dan lapisan bumi yg 7, dari: malaikat, jin, insan, setan, binatang
liar, binatang buas dan burung. Maka terbitlah matahari ke atas mereka dan
sungguh berlipat-gandalah panasnya. Dan berganti dari yg telah ada padanya dari
keringanan urusannya.
Kemudian matahari itu didekatkan ke kepada semesta alam, yang
dekatnya seperti antara dua panah. Maka tidak ada lagi di atas bumi itu
naungan, selain naungan ‘Arasy Tuhan semesta alam. Dan tidak dimungkinkan
daripada bernaung dengan ‘Arasy itu, selain orang-orang al-muqarrabin (orang-orang
mendekatkan diri kepada Allah). Maka siapakah diantara yang bernaung dengan
‘Arasy dan yang berjemur dengan panas matahari, yang telah dibakarnya dengan
kepanasannya dan bersangatan kesusahan dan kesedihan dari bersangatan nyalanya
?
Kemudian, tolak-menolaklah makhluk itu. Sebahagian menolak
akan sebahagian, karena kesangatan berdesakan dan berselisih tapak kaki. Dan
bertambah kepadanya kesangatan tersipu-sipu dan malu, dari terbukanya rahasia
dan merasa terhina, ketika dibawa ke hadapan Tuhan yang empunya langit, Yang
Maha Perkasa. Maka berkumpullah kesangatan nyalanya matahari, panasnya nafas
manusia dan terbakarnya hati dengan api kemalu-maluan dan ketakutan. Maka
memancarlah keringat dari pangkal setiap bulu. Sehingga ia mengalir ke atas daratan
tinggi kiamat.
Kemudian,
meninggi ke atas tubuh mereka, menurut kadar tingkat mereka di sisi Allah. Maka
sebahagian mereka, sampailah keringat kepada kedua lututnya. Sebahagian sampai
kepada kedua pinggangnya. Sebahagian sampai kepada daun kedua telinganya. Dan
sebahagian lagi hampirlah ia hilang dalam keringat itu.
Ibnu Umar berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Pada hari
manusia itu berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. Sehingga hilanglah seseorang
mereka dalam keringatnya, sampai ke tengah dua telinganya”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Berkeringatlah manusia pada hari kiamat, sehingga hilanglah keringat mereka
itu dalam bumi 70 ba’ (kadar memanjang dua tangan). Keringat itu mencambuk
mereka dan sampai ke telinga mereka”. Begitulah dirawikan Al-Bukhari dan Muslim
dalam kitab Ash-Shalih. Pada hadits lain: “Mereka itu dalam keadaan berdiri,
yang memandang mata mereka itu 40 tahun ke langit. Maka mereka itu dicambuk
oleh keringat dari sangatnya kesusahan”.
‘Uqbah bin ‘Amir berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Berdekatanlah matahari ke bumi pada hari kiamat. Lalu berkeringatlah manusia.
Sebahagian manusia, ialah: orang yang sampai keringatnya ke tumitnya.
Sebahagian mereka, ialah orang yang sampai keringatnya setengah betisnya.
Sebahagian mereka, ialah orang yang sampai keringatnya ke lututnya. Sebahagian
mereka yang sampai keringatnya ke pahanya. Sebahagian mereka, ialah: orang yang
sampai keringatnya ke rusuknya. Dan sebahagian mereka, ialah: orang sampai
keringatnya ke mulutnya”. Dan Nabi saw mengisyaratkan dengan tangannya. Lalu ia
pukulkan tangannya ke mulutnya. “Dan sebahagian mereka, ialah: orang yang
ditutup oleh keringat”. Dan Nabi saw memukul dengan tangannya ke atas kepalanya
demikian”.
Maka perhatikanlah, hai orang yang patut dikasihani, tentang
keringatnya orang di padang mahsyar dan bersangatan susahnya mereka. Dan pada
mereka itu orang yang menyerukan, seraya berdoa: “Ya, Tuhan ! senangkanlah aku
dari kesusahan ini dan penungguan, walaupun ke neraka”. Semua yang demikian dan
mereka tiada menemui kemudian, akan perhitungan amal dan siksaan. Bahwa anda
adalah salah seorang dari mereka. Dan anda tidak mengetahui, sampai ke mana,
keringat itu sampai dengan anda. Ketahuilah, bahwa setiap keringat yang tidak
dikeluarkan oleh kepayahan pada jalan Allah, dari hajji, jihad, puasa, berdiri
shalat, pulang pergi pada memenuhi keperluan orang muslim, menanggung kesukaran
pada amar ma’ruf dan nahi munkar, maka keringat itu akan dikeluarkan oleh malu
dan takut pada dataran tinggi kiamat. Dan lamalah padanya kesusahan. Jikalau
selamatlah anak Adam dari kebodohan dan keterpedayaan, niscaya ia tahu bahwa
kepayahan keringat pada menanggung kesukaran-kesukaran taat itu adalah lebih
mudah urusannya dan lebih pendek masanya dari keringat kesusahan dan penungguan
pada kiamat. Bahwa itu adalah hari yang besar kesulitannya, yang panjang
masanya.
SIFAT PANJANGNYA HARI KIAMAT.
Hari, yang berdiri padanya segala makhluk, yang memandang mata mereka, yang
hancur hati mereka. Mereka itu tiada berkata-kata dan tiada memperhatikan
kepada urusan mereka. Mereka berdiri 300 tahun, tiada memakan padanya suatu
makanan pun. Tiada meminum padanya suatu minuman pun. Dan mereka tiada
mendapati padanya angin yang sepoi-sepoi.
Ka’ab dan Qatadah membaca ayat: “Di hari manusia berdiri di
hadapan Tuhan semesta alam”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 6. Ka’ab berkata, bahwa
mereka itu berdiri kadar 300 tahun. Akan tetapi, Abdullah bin ‘Amr berkata:
“Rasulullah saw membaca ayat tersebut, kemudian beliau bersabda: “Bagaimana
dengan kamu, apabila kamu dikumpulkan oleh Allah, sebagaimana dikumpulkan anak
panah pada tempatnya selama 50 ribu tahun, yang Ia tiada melihat kepada kamu”.
Al-Hasan Al-Bashari berkata: “Apa persangkaanmu dengan hari,
yang mereka berdiri padanya atas tapak kaki mereka, kadar 50 ribu tahun ?
mereka tiada memakan padanya akan suatu makanan. Dan tiada meminum padanya akan
suatu minuman. Sehingga, apabila putuslah leher mereka dengan kehausan dan
terbakarlah perut mereka dengan kelaparan, niscaya dibawa mereka ke neraka.
Lalu mereka diberi minum dari mata air bejana yang telah datang waktu
kepanasannya dan bersangatan kehangusannya. Maka tatkala sampailah kesungguhan
dari mereka, kepada apa yang tiada kemampuan lagi bagi mereka dengan dia,
niscaya sebahagian mereka berkata kepada sebahagian yang lain, pada mencari
orang yang mulia pada Tuhannya. Supaya ia memberikan syafa’at kepada mereka.
Maka mereka tiada bergantung dengan seseorang nabi, melainkan nabi itu menolak
mereka, seraya berkata: “Tinggalkanlah aku nafsi-nafsi (sendiri-sendiri) ! aku
disibukkan oleh urusanku, dari urusan orang lain”. Masing-masing berdalih
dengan kesangatan marah Allah Ta’ala. Dan berkata: “Pada hari ini telah marah
Tuhan kita dengan kemarahan, yang Ia tidak pernah marah sebelumnya seperti itu.
Dan IA tidak marah sesudahnya seperti itu”. Sehingga bersyafaatlah Nabi kita
saw bagi siapa yang diizinkan baginya. Mereka tiada memiliki syafaat
(pertolongan) itu, selain bagi siapa yang diizinkan oleh Tuhan Yang Maha
Pemurah. Dan diridhaiNya baginya perkataan. Maka renungkanlah tentang
panjangnya hari ini dan sukarnya menunggu padanya. Sehingga ringanlah kepada
anda, menunggu sabar dari segala kemaksiatan pada umur anda yang pendek itu.
Ketahuilah, bahwa barangsiapa yang lama penungguannya di dunia
bagi mati, karena kesangatan penderitaannya bagi sabar dari nafsu syahwat, maka
pendeklah penungguannya pada hari itu khususnya. Rasulullah saw bersabda,
tatkala ditanyakan dari panjangnya hari itu. Maka beliau menjawab: “Demi Tuhan
yang diriku di TanganNya ! sesungguhnya diringankan penungguan itu atas orang
mu’min, sehingga adalah itu lebih mudah kepadanya dari shalat fardhu yang
dikerjakannya dalam dunia”. Maka bersungguh-sungguhlah
bahwa adalah anda dari orang-orang mu’min itu ! maka selama masih ada
bagi anda, nafas dari umur anda, maka urusannya adalah kepada anda dan
persiapannya di dua tangan anda. Maka bekerjalah pada hari –hari yang pendek
untuk hari-hari yang panjang, niscaya anda beruntung dengan keuntungan, yang
tiada berkesudahan bagi kegembiraannya ! dan anggaplah hina akan umur anda,
bahkan umur dunia, yaitu: 7000 tahun ! bahwa anda jikalau bersabar 7000 tahun
umpamanya, untuk anda terlepas, dari hari yang kadarnya 50 ribu, niscaya adalah
keuntungan anda itu banyak dan kepayahan anda itu sedikit.
SIFAT HARI KIAMAT, BALA-BENCANA DAN NAMA-NAMANYA.
Maka bersedialah, hai orang yang patut dikasihani untuk hari ini, yang
besar urusannya, yang panjang masanya, yang Perkasa Penguasaannya, yang dekat
waktunya ! hari, yang anda lihat langit padanya telah pecah-belah,
bintang-bintang dari kehuru-haraannya telah bertaburan, bintang-bintang yang
cemerlang telah jatuh berceceran, matahari telah digulung, gunung-gunung telah
dihilangkan, unta-unta betina telah ditinggalkan, lautan telah bergelombang
besar, diri manusia telah dikumpulkan kepada badan, api neraka dinyalakan,
taman sorga didekatkan, gunung-gunung telah dirobohkan dan bumi telah
dipanjangkan.
Hari, yang kelihatan bumi itu telah digoncangkan dengan kegoncangan yang
hebat dan bumi mengeluarkan isinya. Pada hari itu, manusia berangkat dalam
beberapa rombongan. Supaya kepada mereka diperlihatkan perbuatannya. Hari, bumi
dan gunung-gunung diangkat. Lalu dihancurkan dengan sekali hancur. Maka di hari
itu, terjadilah suatu kejadian besar. Dan langit pecah. Maka dia di hari itu
menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada pada beberapa penjuru nya. Dan
dipikul ‘Arasy Tuhan engkau di atas mereka di hari itu, oleh 8 malaikat. Di
hari itu, dihadapkan untuk diperiksa. Tak ada yang tersembunyi dari (perbuatan)
kamu barang suatupun.
Hari, yang berjalanlah gunung-gunung dan kelihatanlah bumi itu sebagai
suatu dataran.
Hari, yang digoncangkan bumi padanya dengan kegoncangan yang hebat.
Gunung-gunung dihancurkan dengan sehancur-hancurnya. Sehingga menjadi debu yang
bertaburan.
Hari, yang adalah manusia seperti belalang yang bertebaran. Dan
gunung-gunung seperti bulu yang dihembus.
Hari, yang lupa padanya setiap wanita yang menyusukan, dari anak yang
disusukannya. Dan setiap wanita yang mengandung melahirkan kandungannya. Engkau
melihat manusia sedang mabuk. Tetapi mereka, sebenarnya bukan mabuk. Akan
tetapi, azab Allah sangat kerasnya.
Hari, yang digantikan bumi ini dengan bumi yang lain dan langit begitu
juga. Dan mereka datang di hadapan Allah, Yang Maha Esa dan Perkasa.
Hari, yang dihancurkan padanya gunung-gunung dengan sehancur-hancurnya.
Lalu dibiarkan menjadi tanah datar yang kosong. Tiada engkau melihat di atasnya
bertinggi dan berendah.
Hari, engkau melihat gunung-gunung, yang engkau sangka dia itu tetap (tidak
bergerak), padahal dia berjalan kencang, sebagai awan berjalan.
Hari, yang langit belah, maka menjadi merah, seperti kulit yang merah. Maka
pada hari itu tiada akan ditanyai lagi manusia dan jin tentang dosanya.
Hari, yang dilarang padanya orang yang berbuat maksiat, dari berkata-kata.
Dan tidak ditanyakan tentang memikul dosa. Akan tetapi, dipegang dengan keras
ubun-ubun dan kaki mereka.
Hari, yang setiap diri dikemukakan kebaikan yang telah dikerjakannya. Dan juga
kejahatan yang diperbuatnya. Dia ingin supaya antaranya dengan kejahatan itu
ada jarak yang jauh.
Hari, yang setiap diri tahu apa yang dikemukakannya. Dan mengaku apa yang
diletakkannya di muka dan apa yang ditinggalkannya di belakang.
Hari, yang membisu padanya lidah dan berbicara anggota-anggota badan.
Hari, yang telah beruban Penghulu segala rasul (Nabi kita Muhammad saw)
dengan menyebutkannya. Karena Abubakar Ash-Shiddiq ra berkata kepada beliau:
“Aku melihat engkau telah berubah, wahai Rasulullah !”. Nabi saw menjawab:
“Diubankan aku oleh membaca Surah Hud dan saudara-saudaranya”. Saudara-saudara Surah Hud, yaitu: Surah Al-Waqiah, Surah Al-Mursalat, Surah
‘Amma Yatasa-alun dan Surah Idzasy-syamsu kuwwirat. Maka wahai pembaca
yang lemah. Sesungguhnya keberuntungan anda dari bacaan anda itu, ialah, bahwa:
anda membaca Alquran dengan tidak terang hurufnya. Dan anda menggerakkan lidah
dengan bacaan itu. Jikalau anda merenungkan pada yang anda bacakan itu, niscaya
adalah anda itu pantas dengan dipecahkan empedu anda, daripada yang menjadi
uban rambut Penghulu rasul-rasul. Apabila anda cukupkan dengan gerakan lidah
saja, maka anda tidak memperoleh buah Alquran. Maka kiamat itu adalah salah
satu yang disebutkan dalam Alquran. Dan Allah telah menyifatkan akan sebahagian
bala-bencananya dan kebanyakan dari nama-namanya. Untuk anda ketahui, dengan
banyak namanya itu kepada banyak maknanya. Maka tidaklah dimaksudkan dengan
banyak namanya itu mengulang-ulangi nama
dan gelar. Akan tetapi, maksudnya ialah: memberi peringatan kepada
orang-orang yg berakal. Maka setiap nama dari nama-nama kiamat itu membuka
rahasia. Dan pada setiap sifat dari sifat-sifatnya itu mempunyai makna. Maka
berusahalah untuk mengetahui makna-maknanya itu !
Kami sekarang akan mengumpulkan bagi anda nama-nama kiamat itu, Yaitu:
1.
Hari Kiamat (Yaumul-qiyaamah),
2.
Hari Penyesalan (Yaumul-hasrah),
3.
Hari Menyesal (Yaumul-nadamah),
4.
Hari Perhitungan (Yaumul-muhaasabah),
5.
Hari Pertanyaan (Yaumul-musaa-alah),
6.
Hari Perlombaan (Yaumul-musaabaqah),
7.
Hari Perdebatan (Yaumul-munaaqasyah),
8.
Hari Perlombaan (Yaumul-munaafasah),
9.
Hari Kegoncangan (Yaumuz-zilzalah),
10.
Hari Kebinasaan (Yaumud-damdamah),
11.
Hari Halilintar (Yaumush-shaa’iqah),
12.
Hari Kejadian Yg Sukar (Yaumul-waaqi’ah),
13.
Hari Peristiwa Besar
(Yaumul-qaari’ah),
14.
Hari Bumi Bergoncang
(Yaumul-raajifah),
15.
Hari Yg Mengiringi Kegoncangan itu
(Yaumur-raadifah),
16.
Hari Kejadian Yg Menyelubungi
(Yaumul-ghaasyiah),
17.
Hari Bala-bencana (Yaumud-daahiyah),
18.
Hari Yg Sudah Dekat Waktunya
(Yaumul-aazifah),
19.
Hari Keadaan Yg Sebenarnya
(Yaumul-haaqqah),
20.
Hari Bahaya (Yaumuth-thaammah),
21.
Hari Yg Memekakkan Telinga
(Yaumush-shaakh-khah),
22.
Hari Bertemu Dengan Tuhan
(Yaumut-talaaq),
23.
Hari Perpisahan (Yaumul-firaaq),
24.
Hari Dihalaukan (Yaumul-maasaaq),
25.
Hari Mengambil Bela (Yaumul-qishaash),
26.
Hari Panggil-memanggil
(Yaumul-tanaad),
27.
Hari Hitungan Amal (Yaumul-hisaab),
28.
Hari Kembali (Yaumul-ma-aab),
29.
Hari Azab (Yaumul-adzaab),
30.
Hari Lari (Yaumul-firaar),
31.
Hari Tetap (Yaumul-qaraar),
32.
Hari Bertemu (Yaumul-liqaa’),
33.
Hari Kekal (Yaumul-baqaa’),
34.
Hari Qodo’ (Yaumul-qodoa’),
35.
Hari Balasan (Yaumul-jazaa’),
36.
Hari Percobaan (Yaumul-balaa’),
37.
Hari Menangis (Yaumul-bukaa’),
38.
Hari Berkumpul (Yaumul-hasyr),
39.
Hari Janjian Siksa (Yaumul-waa’iid),
40.
Hari Datang (Yaumul-’aradl),
41.
Hari Timbangan (Yaumul-wazn),
42.
Hari Benar (yaumul-haqq),
43.
Hari Hukuman (Yaumul-hukm),
44.
Hari Pemisahan (Yaumul-fashl),
45.
Hari Berkumpul (Yaumul-jam’i),
46.
Hari Kebangkitan (Yaumul-ba’ts),
47.
Hari Kemenangan (Yaumul-fath),
48.
Hari Kehinaan (Yaumul-khizyi),
49.
Hari Yg Besar Kedudukannya
(Yaumul-‘adhiim),
50.
Hari Yg Sial (Yaumun-‘aqiim),
51.
Hari Yg Sukar (Yaumun-‘asiir),
52.
Hari Agama (Yaumud-diin),
53.
Hari Yakin (Yaumul-yaqiin),
54.
Hari Berserak-serak (Yaumun-nusyuur),
55.
Hari Tempat Kembali (Yaumul-mashiir),
56.
Hari Tiupan (Yaumun-nafkhah),
57.
Hari Pekikan (Yaumush-shaihah),
58.
Hari Kegoncangan (Yaumur-rajfah),
59.
Hari Bergerak (Yaumur-rajjah),
60.
Hari Mempertakutkan (Yaumuz-zajrah),
61.
Hari Kemabukan (Yaumus-sakrah),
62.
Hari Ketakutan (Yaumul-faza’),
63.
Hari Kegundahan (Yaumul jaza’),
64.
Hari Kesudahan (Yaumul-muntahaa),
65.
Hari Tempat Tinggal (Yaumul-ma’waa),
66.
Hari Tepat Waktu (Yaumul-miiqaat),
67.
Hari Tempat Kembali (Yaumul-mii’aad),
68.
Hari Tersedia Menanti
(Yaumul-mirshaad),
69.
Hari Kekacauan (Yaumul-qalaq),
70.
Hari Keringat (Yaumul-‘araq),
71.
Hari Keperluan (Yaumul-iftiqaar),
72.
Hari Kekeruhan (Yaumul-inkidaar),
73.
Hari Bertebaran (Yaumul-intisyaar),
74.
Hari Terpecahnya Langit
(Yaumul-insyiqaaq),
75.
Hari Berhenti (Yaumul-wuquf),
76.
Hari Keluar (Yaumul-khuruuj),
77.
Hari Kekekalan (Yaumul-khuluud),
78.
Hari Terperdaya (Yaumut-taghaabun),
79.
Hari Kesukaran (Yaumun-‘abuus),
80.
Hari Yg Dimaklumi (Yaumun-ma’luum),
81.
Hari Yg Dijanjikan (Yaumun-mau’uud),
82.
Hari Yg Disaksikan (Yaumun-masyhuud),
83.
Hari Yg Tidak Diragukan (Yaumun laa
raiba fiih),
84.
Hari Yg Dicobakan Segala Rahasia
(Yaumun tublas-saraa-ir),
85.
Hari Yg Tidak Dapat Satu Diri
Menggantikan Sesuatu Dari Diri Yg Lain (Yaumun laa tajzii nafsun ‘an nafsin
syaian),
86.
Hari Yg Memandang Padanya Segala Mata
(Yaumun tash-kha shu fiihil-bashaair),
87.
Hari Yg Seorang Sahabat Tiada Dapat
Menolong Sahabatnya Sedikitpun (Yaumun laa yugh-nii maulan ‘an maulan syaian),
88.
Hari Yg Ditolakkan Mereka Ke Neraka
Jahannam Dengan Kekerasan (Yaumun Yud-da’uuna ilaa naari jahannama da’-‘an),
89.
Hari Yg Mereka Ditarik Ke Dalam Neraka
Atas Mukanya (Yaumun yushabuuna fin-naari-‘alaa wujuu-hihim),
90.
Hari Yg Dibalik-Balikkan Muka Mereka
Dalam Neraka (Yaumun tuqalla-bu wujuu-huhum fin-naar),
91.
Hari Yg Tidak Dapat Bapak Menolong
Anaknya (Yaumun laa yajzii waalidun ‘an waladihi),
92.
Hari, Yg Lari Manusia Dari Saudaranya,
Ibunya Dan Bapaknya (Yaumun yaafirrul-mar-u min akhii-hi wa ummihi wa abiihi),
93.
Hari Yg Mereka Itu Tidak
Bercakap-Cakap, Tidak Diizinkan Bagi Mereka, Lalu Mereka Minta Kemaafan (Yaumun
laa yan-thiquuna wa laa yu’dzanu lahum fa-ya’tadziruuna),
94.
Hari Yg Tiada Penolakan Baginya
Daripada Allah (Yaumun laa maradda lahu minallaah),
95.
Hari Yg Mereka Itu Datang Ke Muka
(Yaumun hum baarizuuna),
96.
Hari Yg Mereka Dicoba Atas Neraka (Yaumun
hum ‘alan-naari yufta-nuuna),
97.
Hari Yg Tiada Bermanfaat Harta Dan
Anak (Yaumun laa yanfa’u maalun wa laa banuuna),
98.
Hari, Yg Tidak Bermanfaat Bagi
Orang-Orang Yg Zalim Akan Dalih Mereka Dan Bagi Mereka Kutukan Dan Tempat
Tinggal Yg Buruk (Yaumun laa yanfa’udh-dhaali miina ma’dziratuhum wa laa
humul-la’natu wa lahum suu-ud-daari),
99.
Hari, Yg Tertolak Padanya Segala
Dalih, Dicoba Segala Rahasia, Dilahirkan Segala Isi Hati Dan Disingkapkan
Segala Tirai (Yaumun turaddu fiihil ma’aadziiru wa tublas-saraairu wa
tudh-harudl-dlamaairu wa tuk-syaful-astaaru).
100.
Hari Yg Tetap Padanya Segala
Penglihatan, Tenang Segala Suara, Sedikit Padanya Berpaling, Lahir Segala Yg
Tersembunyi Dan Tampak Segala Kesalahan (Yaumun takhsya’u fiihil abshaaru wa
taskunul-ashwaatu wa yaqillu fiihil-tifaatu wa tabruzul-khafiyyaatu wa tadh-harul-khathii-atu),
101.
Hari Yg Dihalau Segala Hamba, Yg
Bersama Mereka Anggota Badannya Yg Menjadi Saksi, Anak Kecil Menjadi Beruban,
Orang Tua Menjadi Mabuk (Yaumun yuusaqul-‘ibaadu wa ma’ahumul-asyhaadu wa
yasyiibush-shagiiru wa yaskarul-kabiiru).
Maka pada hari itu, diletakkan neraca, dibuka semua daftar, ditonjolkan
neraka jahannam, dibakarkan api yg menyala, dipekikkan api neraka, putus-asalah
orang-orang kafir, bernyala-nyalalah api, berubahlah warna, kelulah lidah dan
berbicaralah segala anggota badan insan. Maka wahai manusia ! apakah yg
memperdayakan engkau dengan Tuhan engkau Yg Maha Pemurah, dimana engkau telah
menguncikan pintu-pintu, menurunkan tirai-tirai dan menutupkan diri dari segala
makhluk ? lalu engkau mengerjakan segala perbuatan zalim. Maka apakah yg engkau
kerjakan ? dan telah menjadi saksi segala anggota badan engkau. Maka binasalah
setiap kebinasaan bagi kita, wahai jama’ah orang-orang yg lalai !
Allah mengutus kepada kita Penghulu segala rasul. Dan
diturunkanNya kepada Rasul itu Kitab Yg Menjelaskan segala persoalan
(Al-Kitaabul-Mubiin). Ia menerangkan kepada kita segala sifat Hari agama (Hari
kiamat). Kemudian, diberitahukanNya kepada kita akan kelalaian kita. Ia
berfirman: “Telah hampir datang kepada manusia perhitungan mereka, sedangkan
mereka masih dalam kelalaian dan tiada memperdulikan nya. Apa-apa peringatan
baru yg datang kepada mereka dari Tuhannya, mereka hanya dengar-dengar dan
mereka permain-mainkan saja. Hatinya lalai”. S 21 Al Anbiyaa’ ayat 1-2-3.
Kemudian, Ia memberitahukan kepada kita akan dekatnya hari kiamat. Allah
berfirman: “Telah dekatlah kiamat dan bulan telah belah”. S 54 Al Qamar ayat 1.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya mereka memandangnya masih jauh. Dan
kami memandangnya amat dekat”. S 70 Al Ma’arij ayat 6-7. Allah Ta’ala berfirman
“Dan tak ada yg dapat memberikan pengetahuan tentang kiamat itu kepada engkau.Mudah-mudahan
kiamat itu sudah dekat !” S33 Al Ahzab ayat63
Kemudian, adalah yg paling baik bagi keadaan kita, ialah bahwa kita menjadikan pelajaran Alquran ini amalan. Dan kita
tidak memandang pada banyaknya sifat-sifat hari ini dan nama-namanya. Dan kita
tidak bersiap untuk melepaskan diri dari segala bencananya. Maka berlindunglah
kita dengan Allah dari kelalaian ini, jikalau tidak diperdapatkan kembali oleh
Allah dengan keluasan rahmatNya, akan waktu bagi kita.
SIFAT TANYA MENANYAKAN (AL-MUSAA-ALAH).
Kemudian, bertafakkurlah/berkenanglah, wahai orang yg patut dikasihani,
sesudah hal-ihwal ini, tentang apa, yg terarah kepada anda, dari pertanyaan dengan
mulut, dengan tiada yg menterjemahkan. Maka akan ditanyakan anda dari yg
sedikit dan yg banyak, yg halus dan yg tipis. Maka sewaktu anda dalam kesusah han
kiamat, keringatnya dan kesangatan besar urusan-urusannya, tiba-tiba turunlah
malaikat dari segala jurusan langit dengan tubuh yg besar-besar, badan yg
gemuk-gemuk, tegap dan kuat. Mereka diperintahkan untuk mengambil dengan
ubun-ubun orang-orang yg berdosa ke tempat perhentian kedatangan kepada Tuhan
Yg Maha Perkasa.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla
mempunyai malaikat, diantara kedua tepi matanya, perjalanan 100 tahun”. Maka
apa sangkaan anda dengan diri anda sendiri, apabila anda melihat seperti para
malaikat itu yg diutuskan kepada anda, untuk membawa anda kepada tempat
kedatangan itu ? anda akan melihat mereka dengan besarnya tubuh mereka, dengan
hati yg hancur karena sukarnya hari itu, yg merasakan dari yg tampak, dari
kemarahan Tuhan Yg Maha Perkasa atas para hambaNya.
Dan ketika turunnya para malaikat itu, tidak ada lagi nabi,
orang shiddiq dan orang shalih. Kecuali juga, para malaikat itu jatuh
tersungkur dengan dagu mereka itu, karena ketakutan dari mereka itu yg akan
dibawa. Inilah keadaan orang-orang al-muqarrabin
(orang-orang yg mendekatkan dirinya kepada Allah) ! maka apa sangkaan anda
dengan orang-orang yg mengerjakan maksiat, yg berdosa ? ketika itu,
bersegeralah beberapa kaum dari kesangatan takut, lalu bertanya kepada para
malaikat: “Adakah pada kamu Tuhan kami ?”. Yg demikian itu, karena besarnya
perarakan para malaikat dan bersangatan kehebatannya. Para malaikat itu
terperanjat dari pertanyaan mereka itu, karena keagungan kepada Khaliq (yg maha
pencipta)nya, dari adanya Khaliq (yg maha pencipta) itu pada mereka. Maka para
malaikat itu menyerukan dengan suara mereka, mentanzihkan (mensucikan) Tuhan
mereka, dari apa yg disangkakan oleh penduduk bumi. Dan para malaikat itu
menjawab: “Maha Suci Tuhan kami ! tidaklah Dia pada kami. Akan tetapi, Ia akan
datang kemudian”.
Ketika itu, berdirilah para malaikat berbaris, yg melihat
kepada segala makhluk dari segala jurusan. Dan di atas semua mereka itu, tanda
kehinaan, ketundukan, keadaan takut dan kehebatan karena sukarnya hari itu. Dan
ketika itu, Allah Ta’ala membenarkan firmanNya: “Sudah tentu nanti Kami akan menanyai
umat yg menerima Rasul yg diutus kepada mereka dan Kami juga akan menanyai
rasul-rasul itu. Sesungguhnya akan Kami ceritakan kepada mereka menurut
pengetahuan dan Kami tidak pernah yg tak hadir”. S 7 Al A’raaf ayat 6-7. Dan
firmanNya: “Dan demi Tuhan engkau ! Kami akan menanyai mereka semuanya. Tentang
apa yg telah mereka kerjakan”. S 15 Al Hijr ayat 92-93. Maka Allah swt memulai
dengan nabi-nabi. FirmanNya: “Pada hari rasul-rasul dikumpulkan oleh Allah,
lalu Allah berfirman: “Bagaimanakah sambutan terhadap kamu ? mereka mengatakan:
“Kami tidak tahu, tentulah Engkau yg amat tahu perkataan-perkataan yg ghaib”. S
5 Al Maaidah ayat 109.
Maka wahai, karena kesusahan hari, yg tumpullah pada akal
nabi-nabi dan terhapuslah ilmu mereka dari sangatnya kehebatan. Karena
ditanyakan kepada mereka: “Apakah sambutan terhadap kamu dan kamu telah diutus
kepada segala makhluk ? dan mereka itu sudah tahu. Lalu dahsyatlah akal mereka.
Maka mereka tidak tahu, apa yg mereka akan jawab. Lalu mereka mengatakan dari
sangatnya kehebatan itu: “Kami tidak tahu, tentulah Engkau yg amat tahu
perkataan-perkataan yg ghaib”. Mereka pada waktu itu benar. Karena telah
terbanglah akal dari mereka dan terhapuslah ilmu, sampai mereka dikuatkan oleh
Allah Ta’ala.
Maka dipanggil Nabi Nuh as. Lalu ditanyakan kepadanya:
“Sudahkah engkau sampaikan ?”. Nabi Nuh as menjawab: “Sudah !”. Lalu ditanyakan
kepada umatnya: “Sudahkah disampaikannya kepada kamu ?”. Mereka itu menjawab:
“Tidaklah datang kepada kami orang yg memperingatkan”.
Didatangkan Nabi Isa as. Lalu Allah Ta’ala berfirman
kepadanya: “Adakah engkau katakan kepada manusia: “Ambillah aku dan ibuku
menjadi tuhan, selain Allah !”. Maka tinggallah Nabi Isa as dalam keadaan jauh
beberapa tahun, di bawah kehebatan pertanyaan itu. Maka wahai alangkah besarnya
hari, yg ditegakkan padanya kebijaksanaan ke atas nabi-nabi dengan seperti
pertanyaan tersebut.
Kemudian, datanglah para malaikat. Lalu mereka memanggil
seorang demi seorang: “Hai Anu anak Anu ! marilah ke tempat perhentian ini !”. Ketika
itu terkejutlah sendi-sendi dan gemetarlah segala anggota badan. Lemahlah akal
pikiran. Segala kaum berangan-angan bahwa dibawalah mereka ke neraka. Tidak
didatangkan amalan mereka yg keji kepada Tuhan Yg Maha Perkasa. Dan tidak
disingkapkan yg tertutup bagi mereka, kepada khalayak ramai. Sebelum dimulai
dengan pertanyaan, tampaklah cahaya ‘Arasy. Cemerlanglah bumi dengan nur
Tuhannya. Dan yakinlah hati setiap hamba dengan datangnya Yg Maha Perkasa untuk
tanya-menanyakan dengan hamba. Masing-masing menyangka, bahwa tiada seseorang
yg melihatNya, selain dia. Dan dialah yg dimaksudkan dengan diambil dan
ditanya, tidak orang lain.
Maka berfirmanlah Yg Maha Perkasa swt ketika itu: “Hai Jibril
! datangkanlah neraka kepadaKu !”. Maka Jibril mendatangkannya, seraya berkata:
“Perkenankanlah akan Khalikmu dan Yg Memilikimu !”. Maka Jibril menemui neraka
itu di atas kekasarannya dan kemarahannya. Maka tiada lama sesudah panggilan
Jibril itu, neraka tadi bergerak, mendidih, berteriak kepada segala makhluk dan
memekik. Semua makhluk mendengar akan bunyi kemarahan dan teriakannya. Dan
bangkitlah isinya melompat kepada segala makhluk, karena marah kepada orang yg
mendurhakai Allah Ta’ala dan menyalahi perintahNya.
Maka guriskanlah di hati anda dan hadirkanlah pada bentuk anda
akan keadaan hati hamba-hamba Allah. Dan hati itu sudah penuh dengan kegundahan
dan ketakutan. Lalu berjatuhanlah mereka dengan terduduk atas lutut. Dan mereka
itu berpaling dengan membelakang. Hari, yg terlihatlah setiap umat yg jatuh
terduduk. Dan sebahagian mereka itu jatuh di atas muka yg bertelungkup.
Orang-orang maksiat dan orang-orang zalim itu menyerukan dengan kebinasaan dan
kerugian. Dan orang-orang shiddiq menyerukan: nafsi-nafsi (masing-masing atau
sendiri-sendiri). Sewaktu mereka itu dalam keadaan seperti yg demikian,
tiba-tiba neraka itu memekik dengan pekikan yg kedua. Maka berlipat-gandalah
ketakutan mereka dan lemahlah kekuatan mereka. Mereka itu menyangka, bahwa
mereka akan diambil. Kemudian, neraka itu memekik yg ketiga. Maka berjatuhanlah
segala makhluk keatas muka mereka. Mereka memandang dengan penglihatan mereka,
yg melihat dari segi yg tersembunyi, lagi hina. Dan hancurlah ketika itu hati
orang-orang yg zalim. Maka sampailah kerongkongan itu tercekik. Dan lumpuhlah
akal pikiran dari orang-orang yg berbahagia dan yg sengsara semuanya. Sesudah
itu, Allah Ta’ala melihat kepada rasul-rasul dan berfirman: “Apakah sambutan
mereka terhadap kamu ?”. Tatkala mereka itu melihat, apa yg telah ditegakkan
dari kebijaksanaan atas nabi-nabi, maka bersangatanlah kegundahan atas
orang-orang yg maksiat. Lalu larilah bapak dari anaknya, saudara dari
saudaranya dan suami dari isterinya. Dan masing-masing tetaplah menunggu
urusannya.
Kemudian, diambil seorang demi seorang. Maka Allah Ta’ala menanyakannya
secara langsung dari sedikit dan banyaknya amal, tersembunyi dan terangnya dan
dari semua anggota badannya dan sendinya.
Abu Hurairah ra berkata: “Mereka itu (para sahabat) bertanya:
“Wahai Rasulullah! adakah engkau melihat Tuhan kita pada hari kiamat?” Beliau
menjawab: “Adakah mendatangkan melarat bagi kamu pada memandang matahari waktu
rembang, yg tidak ada awan padanya ?”. Mereka itu menjawab: “Tidak !”.
Rasulullah saw menyambung lagi: “Adakah mendatangkan melarat bagi kamu pada
memandang bulan pada malam purnama, yg tidak ada awan padanya ?”. Mereka itu
menjawab: “Tidak !”. Rasulullah saw lalu menyambung: “Maka demi Tuhan yg diriku
di TanganNya ! tidaklah mendatangkan melarat bagimu pada melihat Tuhanmu. Ia
menemui hamba, lalu Ia berfirman kepadanya: “Adakah tidak Aku memuliakan engkau
? Aku jadikan engkau menjadi kepala. Aku kawinkan engkau. Aku jadikan bagi
engkau kuda dan unta. Aku biarkan engkau menjadi kepala dan mengambil ¼ dari
harta rampasan perang”. Hamba itu menjawab: “Ya !”. Lalu Allah Ta’ala
berfirman: “Adakah engkau menyangka, bahwa engkau bertemu dengan Aku ?”. Hamba
itu menjawab: “Tidak !”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Maka Aku melupakan
engkau, sebagaimana engkau melupakan Aku ?”. Maka bayangkanlah
akan diri engkau, hai orang yg patut dikasihani, bahwa malaikat telah memegang
kedua lengan engkau. Dan engkau itu berdiri di hadapan Allah Ta’ala, yg
bertanya kepada engkau secara langsung. Ia berfirman kepada engkau: “Adakah
tidak Aku memberi nikmat kepada engkau dengan kemudaan ? maka pada apakah
kemudaan itu engkau habiskan ? adakah tidak Aku lamakan umur engkau ? maka pada
apakah umur itu engkau lenyapkan ? adakah tidak Aku berikan rezeki engkau
dengan harta ? maka darimanakah engkau mengusahakannya ? dan pada apakah engkau
membelanjakannya ? adakah tidak Aku memuliakan engkau dengan ilmu ? maka apakah
yg engkau kerjakan pada yg engkau ketahui itu ?”.
Maka betapakah engkau melihat malunya engkau dan kesipu-sipuan
engkau. Dan Dia menghitung kepada engkau akan segala nikmatNya dan kemaksiatan
engkau. Segala rahmatNya & segala kejahatan engkau. Kalau engkau
mengingkarinya, niscaya anggota badan engkau menjadi saksi atas engkau.
Anas ra berkata: “Adalah kami bersama Rasulullah saw. Lalu
beliau tertawa dan bersabda: “Tahukah engkau mengapa aku tertawa ?”. Kami
menjawab: “Allah dan RasulNya yg lebih mengetahui”. Nabi saw lalu bersabda:
“Dari berhadapannya hamba dengan Tuhannya, yg bertanya: “Hai Tuhanku ! adakah
tidak Engkau tarik aku dari kezaliman ?”. Nabi saw menerangkan: “Allah berfirman:
“Ya, ada !”. Nabi saw bersabda: “Hamba itu lalu berkata: “Bahwa aku tidak
membolehkan atas diriku, melainkan menjadi saksi daripadaku”. Maka Allah Ta’ala
berfirman: “Cukuplah pada hari ini, engkau membuat perhitungan atas diri
sendiri. Dengan para malaikat penulis amal itu menjadi saksi”. Nabi saw
bersabda: “Maka dicapkan atas mulutnya. Dan dikatakan kepada anggota-anggota
badannya: “Berbicaralah !”. Nabi saw menyambung: “Maka anggota-anggota badannya
itu menuturkan tentang amal perbuatannya. Kemudian dibiarkan diantaranya dan
perkataan itu. Lalu ia mengatakan kepada anggota-anggota badannya: “Jauh bagi
kamu dari hancur ! maka dari kamulah, aku itu mempertahankan diri”. Maka kita
berlindung dengan Allah daripada tersiarnya kepada seluruh makhluk, dengan
kesaksian anggota-anggota badan itu. Selain bahwa Allah Ta’ala menjanjikan
kepada orang mu’min, dengan menutupkan amalannya. Dan tidak diperlihatkanNya
kepada orang lain.
Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar, dengan mengatakan
kepadanya: “Bagaimana engkau mendengar Rasulullah saw, yg mengatakan tentang
rahasia ?”. Ibnu Umar menjawab: “Rasulullah saw bersabda: “Seseorang kamu itu
dekat dengan Tuhannya, sehingga ia meletakkan pangkuannya atasNya. Lalu
Tuhannya berfirman: “Engkau telah mengerjakan itu-itu”. Hamba itu menjawab:
“Ya, benar !”. Lalu Tuhan berfirman: “Engkau telah mengerjakan itu-itu”. Hamba
itu lalu menjawab: “Ya, benar !”. Kemudian Tuhan berfirman: “Bahwa Aku
menutupkannya atasmu didunia. Dan Aku mengampunkannya bagimu hari ini”.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menutupkan atas orang
mu’min akan auratnya (yg memalukannya kalau diketahui orang), niscaya Allah
menutupkan auratnya pada hari kiamat”. Maka ini sesungguhnya diharapkan bagi
hamba yg mu’min untuk menutupkan atas manusia akan kekurangannya. Dan
dimungkinkan pada dirinya akan keteledoran mereka. Ia tidak menggerakkan lidahnya dengan menyebutkan
keburukan-keburukan mereka. Dan ia tidak menyebutkan mereka di belakangnya, dengan yg tidak disenangi
mereka, kalau didengarnya.
Maka ini pantas dengan dibalasi dengan sepertinya pada hari
kiamat. Umpamakanlah, bahwa orang itu telah menutupkannya kepada orang lain.
Apakah tidak mengetuk pendengaran engkau oleh panggilan untuk datang ke hadapan
Tuhan ? maka mencukupilah akan engkau oleh ketakutan itu, sebagai balasan dari
dosa-dosa engkau. Karena akan diambil dengan ubun-ubun engkau, lalu dituntun.
Dan hati engkau bergoncang dan akal engkau terbang. Sendi-sendi engkau gemetar.
Anggota-anggota badan engkau menggeletar. Warna engkau berobah. Dan dunia atas
engkau dari bersangatan huru-haranya itu menjadi gelap. Maka umpamakanlah diri
engkau dan engkau dengan sifat ini, melangkahi leher dan mengoyakkan barisan.
Dan engkau dituntun, sebagaimana engkau menuntun kuda yg ditarik dalam perarakan.
Dan segala makhluk telah mengangkatkan kepada engkau matanya. Maka umpamakanlah
akan diri engkau, bahwa engkau dalam tangan orang-orang yg diperserahi engkau
atas sifat ini. Sehingga berkesudahan dengan engkau kepada ‘Arasy Tuhan Yg Maha
Pengasih. Lalu mereka melemparkan engkau dari tangannya.
Dan Allah swt memanggilkan engkau dengan keagungan firmanNya:
“Hai anak Adam ! dekatilah kepadaKu !”. Lalu engkau mendekatiNya dengan hati
berdebar, gundah dan takut, mata yg khusyu’ dan hina dan jantung yg hancur. Dan
diserahkan kepada engkau akan suratan amalan (al-kitab) engkau, yg tidak
meninggalkan yg kecil dan yg besar. Melainkan dihinggakannya semuanya. Maka
berapa banyak yg keji yg telah engkau lupakan,
lalu engkau teringat kembali. Berapa banyak amalan taat, yg telah engkau
lengahkan daripada bahaya-bahayanya, lalu tersingkaplah bagi engkau dari
keburukan-keburukannya. Berapa banyak malu dan tidak berani. Berapa banyak
tertahan dan kelemahan. Maka kiranya aku tahu, dengan tapak kaki yg mana engkau
berdiri di hadapan Nya. Dengan lidah yg mana engkau menjawab. Dan dengan hati
yg mana engkau berfikir akan apa yg engkau katakan. Kemudian, bertafakkurlah / berkenanglah
tentang sangatnya malu engkau apabila Ia menyebutkan kepada engkau akan dosa
engkau dengan langsung.
Karena IA berfirman: “Hai hambaKu ! apakah engkau tidak malu
kepadaKu, lalu engkau melahirkan kepadaKu dengan keburukan ? dan engkau malu
kepada makhlukKu, lalu engkau lahirkan kepada mereka dengan kebagusan ? adakah
Aku lebih enteng kepada engkau dari hamba-hambaKu yg lain ? engkau memandang
ringan dengan pandanganKu kepada engkau. Lalu engkau tidak ambil perduli. Dan
engkau menganggap penting pandangan yg lain dari Aku. Apakah tidak Aku
memberikan nikmat kepada engkau ? maka apakah yg memperdayakan engkau terhadap
Aku ? adakah engkau menyangka, bahwa Aku tidak melihat engkau dan engkau tidak
akan bertemu dengan Aku ?”.
Nabi saw bersabda: “Tiada seorangpun dari kamu, melainkan ia
akan ditanyakan oleh Allah Tuhan semesta alam, yg tidak ada diantaranya dan
Tuhan itu hijab dan penterjemah”. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya akan
berdiri seorang kamu di hadapan Allah ‘Azza Wa Jalla, yg tiada diantaranya dan
Tuhan itu hijab. Lalu Tuhan berfirman kepadanya: “Apakah tidak Aku memberikan
nikmat kepadamu ? apakah tidak Aku datangkan harta kepadamu ?”. Hamba itu
menjawab: “Ada !”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Adakah tidak Aku utuskan
kepadamu seorang rasul ?”. Hamba itu menjawab: “Ada !”. Kemudian, hamba itu
memandang dari kanannya, maka ia tidak melihat, selain neraka. Kemudian, ia
memandang dari kirinya, maka ia tiada melihat, selain neraka. Maka hendaklah
seorang kamu itu menjaga diri dari neraka, walaupun dengan sekeping kurma !
maka jikalau tidak diperolehnya, maka dengan perkataan yg baik”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Tiada seorangpun dari kamu, melainkan
Allah ‘Azza Wa Jalla akan bersendirian dengan dia, sebagaimana seseorang kamu
bersendirian dengan bulan pada malam purnama raya. Kemudian, Ia berfirman: “Hai
anak Adam ! apakah yg memperdayakan engkau dengan Aku ? hai anak Adam ! apakah
yg engkau kerjakan dari apa yg engkau ketahui ? hai anak Adam ! apakah yg
engkau sambut dengan rasul-rasul ? hai anak Adam ! adakah tidak Aku itu
mengintip dengan mata engkau dan engkau melihat dengan mata itu, kepada apa yg
tidak halal bagi engkau ? adakah tidak Aku itu mengintip atas dua telinga
engkau ?”. Dan begitulah, sehingga Ia menghitung anggota-anggota badan lainnya.
Mujahid berkata: “Senantiasalah dua tapak kaki hamba itu pada
hari kiamat di hadapan Allah ‘Azza Wa Jalla. Sehingga Ia menanyakannya dari 4
perkara: dari umurnya pada apa dihabiskannya. Dari ilmunya, apa yg
dikerjakannya dengan ilmu itu. Dari tubuhnya, pada apa dipergunakannya. Dan
dari hartanya, darimana diusahakannya dan pada apa dibelanjakannya”. Maka
tingatkanlah, hai orang yg patut dikasihani, dengan malunya engkau pada yg
demikian dan dengan berbahayanya engkau ! maka engkau diantara dikatakan kepada
engkau: “Aku tutupkan kekurangan-kekurangan itu atas engkau di dunia. Dan Aku
mengampunkannya bagi engkau pada hari ini”. Maka ketika itu, sangatlah
kegembiraan engkau dan kesenangan engkau. Orang-orang dahulu dan orang-orang
kemudian suka kepada engkau”.
Adakalanya dikatakan kepada para malaikat: “Ambillah hamba yg
jahat ini ! lalu belenggukanlah dia ! kemudian, masukkanlah dia ke neraka
jahannam !”. Dan ketika itu, jikalau menangislah langit dan bumi kepada engkau,
niscaya adalah yg demikian itu pantas, disebabkan besarnya musibah atas engkau
dan sangatnya penyesalan engkau atas yg telah engkau sia-siakan padanya, dari
ketaatan kepada Allah. Dan atas apa, yg telah engkau jualkan akhirat engkau
dengan dunia yg hina, yg tidak akan kekal bersama engkau.
SIFAT NERACA.
Kemudian, jangan lupa anda dari berfikir tentang neraca. Dan berserakan
surat-surat amal kepada tangan kanan dan tangan kiri. Maka manusia sesudah
pertanyaan itu 3 golongan.
- Suatu golongan tiada bagi mereka itu kebaikan. Maka keluarlah dari
neraka, batang leher yg hitam. Lalu memungut mereka, seperti memungut burung yg
disukai. Dilipatnya mereka dan dicampakkannya dalam neraka. Lalu mereka itu
ditelan oleh neraka. Dan diserukan kepada mereka: kesengsaraan, tiada
kebahagiaan sesudahnya.
- Golongan yg lain (kedua), tiada kejahatan bagi mereka. Lalu diserukan
oleh yg menyerukan: “Hendaklah bangun orang-orang yg memuji Allah, di atas
segala hal. Lalu mereka itu berdiri dan berjalan ke sorga. Kemudian, diperbuat
yg demikian itu dengan orang-orang yg bangun mengerjakan shalat malam.
Kemudian, dengan orang, yg tidak disibukkan oleh perniagaan dunia dan dengan
jual-belinya, daripada mengingati Allah Ta’ala. Dan diserukan kepada mereka:
kebahagiaan, yg tidak ada kesengsaraan sesudahnya.
- Dan tinggallah golongan yg ketiga. Yaitu: mereka yg terbanyak, yg
mencampur-adukkan amal shalih dan yg lain, amal buruk. Kadang-kadang
tersembunyi kepada mereka dan tidak tersembunyi kepada Allah Ta’ala, bahwa yg
banyak itu kebaikan mereka atau kejahatan. Akan tetapi, Allah enggan, selain
bahwa Ia memperkenalkan yg demikian itu kepada mereka. Supaya jelaslah
kurniaNya ketika memaafkan dan keadilanNya ketika menyiksakan.
Maka berserak-seraklah lembaran-lembaran dan kitab-kitab amal,
yg terlipat atas kebaikan dan kejahatan. Ditegakkanlah neraca dan dipandanglah
oleh semua mata kepada kitab-kitab itu. Adakah jatuh pada tangan kanan atau
pada tangan kiri ? kemudian dipandang kepada daun neraca, adakah ia miring ke
sudut kejahatan atau ke sudut kebajikan ? Inilah keadaan yg dahsyat, yg menjadi
kurang ingatan akal pikiran segala makhluk.
Diriwayatkan Al-Hasan Al-Bashari, bahwa Rasulullah saw, adalah
kepalanya dan pada pangkuan ‘Aisyah. Lalu ia mengantuk. Maka ‘Aisyah mengingati
akhirat, lalu menangis. Sehingga mengalirlah air matanya. Lalu menitik atas
pipi Rasulullah saw. Maka beliau terbangun, seraya bersabda: “Apakah yg
menyebabkan engkau menangis, wahai ‘Aisyah ?”. ‘Aisyah menjawab: “Aku teringat
akan akhirat. Adakah engkau memperingatkan keluarga engkau hari kiamat ?”. Nabi
saw menjawab: “Demi Tuhan, yg diriku di TanganNya ! pada 3 tempat. Bahwa seseorang itu tiada mengingatkan, selain dirinya sendiri,
apabila diletakkan neraca dan ditimbangkan amal. Sehingga anak Adam itu
memandang, adakah ringan timbangannya atau berat. Dan pada lembaran-lembaran
amal. Sehingga ia melihat, adakah dengan tangan kanannya, ia mengambil kitab
amalnya atau dengan tangan kirinya ? dan pada titian”.
Dari Anas, yg mengatakan: “Anak Adam itu dibawa pada hari
kiamat, sehingga ia disuruh berdiri diantara dua daun neraca. Dan diwakilkan
seorang malaikat dengan dia. Kalau neracanya berat, niscaya malaikat itu
menyerukan dengan suara yg dapat didengar oleh segala makhluk: “Berbahagialah
si Anu, dengan kebahagiaan, yg ia tiada akan sengsara lagi untuk selama-lamanya
sesudahnya”. Ketika ringanlah daun neraca kebajikan, maka datanglah para
malaikat pengawal neraka (az-zabaniyah). Di tangan mereka itu sarung jari dari
besi. Atas mereka kain dari api neraka. Lalu mereka itu mengambil yg bahagian
neraka ke neraka.
Rasulullah saw bersabda tentang hari kiamat: “Bahwa itu adalah
hari, yg dipanggil oleh Allah Ta’ala padanya, nabi Adam as. Maka Allah Ta’ala
berfirman kepadanya: “Bangunlah, hai Adam ! maka bangkitlah sebagai bangkitnya
neraka !”. Adam lalu bertanya: “Berapa bangkitnya neraka ?”. Allah Ta’ala
menjawab: “Dari setiap 1000, adalah 999”. Tatkala para sahabat mendengar yg
demikian, maka mereka itu berduka-cita, sehingga tiada tampak dari mereka itu
yg tertawa. Tatkala Rasulullah saw melihat apa yg pada para sahabatnya, lalu
beliau bersabda: “Bekerjalah dan bergembiralah ! demi Tuhan, yg diri Muhammad
di TanganNya ! bahwa bersama kamu dua tabiat, yg tidak ada sekali-kali bersama
seseorang, melainkan membanyakkannya bersama orang yg binasa, dari anak Adam
dan anak Iblis”. Para sahabat bertanya: “Apakah yg dua tabiat itu, wahai
Rasulullah ?”. Nabi saw menjawab: “Ya’juj dan Ma’juj”. Kata perawi: “Maka
gembiralah kaum itu. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Bekerjalah dan
bergembiralah ! demi Tuhan, yg diri Muhamad di TanganNya tidaklah kamu pada
manusia di hari kiamat itu, selain seperti kutil pada lembung unta atau seperti
bintik-bintik pada lengan binatang.
SIFAT PERMUSUHAN DAN PENOLAKAN KEZALIMAN.
Anda sudah mengetahui akan huru-haranya neraca dan bahayanya. Bahwa mata
itu melihat kepada daun neraca. Allah Ta’ala berfirman: “Adapun orang yg berat
timbangan (amal baik)nya. Orang itu dalam kehidupan yg senang (puas). Tetapi
orang yg ringan timbangan (amal baik)nya. Tempat tinggalnya lobang (yg amat
dalam). Dan apakah yg menyebabkan engkau mengerti, apakah itu ? api yg
menyala”. S 101 Al Qaari’ah ayat 6 - 11. Ketahuilah, bahwa tidak terlepas dari
bahaya neraca, selain orang yg memperhitungkan dirinya di dunia. Dan menimbang
padanya dengan timbangan syara’ (agama) akan segala amal perbuatan dan
perkataannya, segala gurisan dan detiknya, sebagaimana kata Umar ra: “Perhitungkanlah
akan dirimu, sebelum kamu diperhitungkan. Timbangkanlah, sebelum kamu
ditimbangkan !”.
Sesungguhnya perhitungan (hisab)nya bagi dirinya itu, ialah:
bahwa ia bertaubat dari setiap kemaksiatan sebelum mati, dengan taubat nashuha.
Dan ia memperoleh kembali apa yg telah disia-siakannya daripada keteledorannya,
tentang yg difardhukan oleh Allah Ta’ala. Ia mengembalikan segala harta yg
zalim, biji demi biji. Ia minta dihalalkan (minta maaf) setiap apa yg telah
diperbuatnya, dengan lidahnya, tangannya dan keburukan sangkanya dengan
hatinya. Dan ia berbaik hati dengan hati mereka. Dan tidak ada lagi padanya
kezaliman dan perbuatan fardhu yg tidak diselesaikan. Maka inilah yg memasukkan
ke sorga, dengan tiada hisab (perhitungan amal). Kalau ia mati sebelum
mengembalikan hal-hal kezaliman, niscaya ia dikelilingi oleh musuh-musuhnya.
Maka musuh ini memegang tangannya. Ini menggenggam ubun-ubunnya. Ini bergantung
dengan lehernya.
Ini mengatakan: “Engkau berbuat zalim kepadaku”.
Ini mengatakan: “Engkau memaki aku”.
Ini mengatakan: “Engkau mengejek aku”.
Ini mengatakan: “Engkau sebutkan aku di belakang, dengan yg memburukkan
aku”.
Ini mengatakan: “Engkau bertetangga dengan aku, lalu engkau berbuat jahat
dengan tetangga”.
Ini mengatakan: “Engkau melakukan muamalah/perdagangan dengan aku, lalu
engkau menipu aku”.
Ini mengatakan: “Engkau berjual-beli dengan aku, lalu engkau menipu-dayakan
aku, engkau sembunyikan daripadaku, akan kekurangan barang engkau”.
Ini mengatakan: “Engkau berdusta tentang harga barang perniagaan engkau”.
Ini mengatakan: “Engkau melihat aku memerlukan dan engkau itu orang yg
kaya. Lalu engkau tidak memberikan makanan kepadaku”.
Ini mengatakan: “Engkau dapati aku teraniaya dan engkau sanggup menolak
kezaliman daripadaku. Maka engkau berbaik-baikkan dengan orang yg berbuat zalim
dan engkau tidak memperhatikan aku”. Di waktu engkau seperti yg demikian dan
orang-orang yg bermusuh-musuhan itu telah menancapkan kukunya pada engkau dan
mereka mengokohkan pada leher engkau tangannya dan engkau itu tercengang
keheranan dari banyaknya mereka. Sehingga tidak tinggal lagi dalam umur engkau
seorangpun, yg engkau berdagang dengan dia atas uang dirham atau yg engkau
duduk-duduk dengan dia pada suatu majelis. Melainkan ia telah berhak atas engkau
oleh perbuatan zalim, dengan umpatan atau pengkhianatan atau memandang dengan
mata kehinaan. Dan engkau lemah dari melawan mereka dan memanjangkan leher
pengharapan kepada Penghulu dan Tuan engkau, semoga Ia melepaskan engkau dari
tangan mereka. Karena telah diketukkan pendengaran engkau oleh seruan Yg Maha
Perkasa, Yg Maha Agung, dengan firmanNya: “Pada hari ini setiap diri menerima
balasan, menurut yg diusahakan nya. Tidak ada ketidak-adilan hari ini”. S 40 Al
Mukmin ayat 17. Maka ketika itu, tercabutlah hati engkau dari ketakutan. Engkau
meyakinkan diri engkau dengan kebinasaan. Dan engkau teringat akan yg
diperingatkan oleh Allah Ta’ala dengan lisan RasulNya, dimana Ia berfirman:
“Dan janganlah kamu menganggap bahwa Allah tidak memperdulikan perbuatan
orang-orang yg zalim itu. Hanyalah Allah memberi tangguh kepada mereka sampai
hari ketika itu pemandangan terbuka. Mereka terburu-buru, mengangkatkan
kepalanya ke atas, pemandangan mereka tiada mengedip, tetapi hati mereka
kosong. Dan peringatkanlah kepada manusia !”. S 14 Ibrahim ayat 42-43-44.
Alangkah bersangatan kegembiraan engkau pada hari ini dengan berkumur-kumurnya
mulut engkau dengan kehormatan manusia ! dan engkau ambil harta mereka.
Alangkah bersangatan penyesalan engkau pada hari ini, apabila Tuhan engkau
tegak berdiri di atas permadani keadilan dan langsung berbicara dengan
kata-kata kebijaksanaan. Dan engkau itu orang yg jatuh, yg miskin, yg lemah, yg
hina, yg tidak mampu mengembalikan hak orang atau melahirkan alasan. Maka pada
ketika itu, diambil kebaikan-kebaikan engkau, yg telah engkau payahkan umur
engkau padanya. Dan engkau pindahkan kepada orang-orang yg bermusuhan dengan
engkau, untuk ganti dari hak-hak mereka.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Adakah kamu
tahu, siapakah orang yg muflis itu ?”. Kami menjawab: “Orang muflis pada kami,
wahai Rasulullah, ialah: siapa yg tiada mempunyai dirham, dinar dan harta
benda”. Nabi saw menjawab: “Orang muflis dari umatku, ialah: siapa yg datang
pada hari kiamat, dengan shalat, puasa dan zakat. Ia datang dan ia telah memaki
si Ini, telah menuduh berzina si Ini, telah memakan harta si Ini, telah
menumpahkan darah si Ini dan telah memukul si Ini. Maka diberikan kepada si Ini
dari kebaikannya dan kepada si Ini dari kebaikannya. Dan kalau sudah habis
kebaikannya, sebelum terselesaikan apa yg harus atasnya, niscaya diambilkan
dari kesalahan mereka itu, lalu dilemparkan ke atasnya. Kemudian, ia
dilemparkan dalam neraka”. Maka perhatikanlah kepada musibah engkau pada hari
yg seperti ini ! karena tiada diserahkan bagi engkau kebaikan dari bahaya ria
dan tipuan setan. Maka kalau diserahkan suatu kebaikan pada setiap masa yg
panjang, niscaya bersegeralah orang-orang yg bermusuhan dengan engkau dan
mengambilkannya. Semoga, jikalau engkau melakukan perhitungan akan diri engkau
dan engkau rajin atas berpuasa di siang hari dan melakukan shalat di malam
hari, niscaya engkau tahu, bahwa tiada berlalu satu haripun dari engkau,
melainkan berlalu atas lidah engkau dari umpatan kepada orang-orang muslim, yg
menghabiskan semua kebaikan engkau. Maka bagaimana dengan sisa kejahatan dari
memakan yg haram dan harta yg diragukan halalnya (harta subhat / diragukan),
dan keteledoran pada perbuatan taat ? bagaimana engkau mengharapkan kelepasan
dari perbuatan zalim, pada hari yg diambil bela padanya untuk kambing yg tidak
bertanduk dari kambing yg bertanduk ? Diriwayatkan Abu Dzar, bahwa Rasulullah
saw melihat dua ekor kambing yg berkelahi, lalu bersabda: “Hai Abu Dzarr !
adakah engkau tahu, tentang apa maka kedua ekor kambing itu berkelahi ?”. Aku
menjawab: “Tidak !”. Nabi saw lalu bersabda: “Akan tetapi Allah tahu dan akan
menghukum diantara kedua ekor kambing itu pada hari kiamat”.
Abu Hurairah berkata tentang firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan
binatang-binarang yg ada di bumi dan burung yg terbang dengan kedua sayapnya,
adalah sebagai bangsa-bangsa seperti kamu juga”. S 6 Al An’aam ayat 38. Bahwa
Allah Ta’ala mengumpulkan makhluk semuanya pada hari kiamat, binatang-binatang
ternak, binatang-binatang lain, burung dan setiap sesuatu. Maka sampailah dari
keadilan Allah Ta’ala bahwa Ia mengambil bagi kambing yg tidak bertanduk dari
kambing yg bertanduk. Kemudian Ia berfirman: “Jadilah engkau itu tanah !”. Yg
demikian ini, adalah ketika orang kafir mengatakan: “Mudah-mudahan aku ini
menjadi tanah !”. Maka bagaimana anda, hai orang yg patut dikasihani, pada hari
yg anda lihat akan lembaran amal anda, kosong dari kebaikan, yg lamalah padanya
kepayahan anda. Lalu anda bertanya: “Di manakah kebaikan-kebaikanku ?”. Lalu
dijawabkan: “Telah dipindahkan ke halaman amal orang-orang yg bermusuh dengan
kamu. Dan lihatlah, bahwa halaman amal kamu itu sudah terisi dengan
kejahatan-kejahatan, yg lamakah kelelahan engkau bersabar daripadanya. Dan
bersangatanlah kesungguhan engkau dengan sebab mencegah daripadanya. Lalu
engkau berkata: “Hai Tuhanku ! ini adalah kejahatan-kejahatan yg tiada
sekali-kali aku mengerjakannya”. Lalu dijawabkan: “Ini adalah kejahatan
orang-orang yg engkau mengumpati mereka, yg engkau memaki mereka, yg engkau
maksudkan mereka dengan kejahatan, yg engkau berbuat zalim kepada mereka pada
berjual-beli, bertetangga, berbicara, berdebat, bertukar-pikiran, berbahas
pelajaran dan berbagai macam muamalah yg lain !”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa setan
itu berputus-asa, bahwa disembahkan patung berhala di bumi Arab ini. Akan
tetapi, setan akan senang pada kamu, dengan yg kurang dari yg demikian, dengan
hal-hal yg hina. Yaitu: hal-hal yg membinasakan amal. Maka peliharalah dari
kezaliman, menurut yg kamu sanggupi ! bahwa hamba itu akan datang pada hari
kiamat, dengan seperti gunung dari ketaatan. Maka ia melihat, bahwa
ketaatan-ketaatan itu akan melepaskannya. Maka senantiasalah hamba itu datang, lalu
berkata: “Hai Tuhan ! bahwa si Anu berbuat zalim kepadaku dengan sesuatu
kezaliman”. Lalu hamba itu menyambung: “Hapuskanlah dari kebajikan-kebajikannya
!”. Maka senantiasalah hamba itu seperti yg demikian. Sehingga tiada tinggal
lagi dari kebaikan-kebaikannya sesuatu. Bahwa hal yg demikian itu adalah
seperti orang-orang yg bermusafir, yg singgah di padang belantara dari bumi, yg
tidak ada bersama mereka itu kayu api. Maka bercerai-berailah kaum musafir itu,
lalu mereka itu memasang kayu api. Mereka itu tidak menunggu, bahwa membesarkan
api mereka. Dan mereka berbuat apa yg dikehendakinya. Dan seperti demikianlah
dosa-dosa itu”.
Tatkala turun firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya engkau akan
mati dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati. Kemudian itu, kamu pada hari
kebangkitan (kiamat) akan bertengkar di hadapan Tuhan kamu”. S 39 Az Zumar ayat
30-31.
Az-Zubair bertanya: “Wahai Rasulullah ! adakah diulang-ulangi
kepada kita, akan apa yg ada diantara kita didunia serta dosa-dosa tertentu ?”.
Nabi saw menjawab: “Ya, akan diulang-ulangi kepada kamu. Sehingga kamu
menunaikan kepada setiap yg berhak akan haknya”. Az-Zubair menjawab: “Demi
Allah, sungguh urusan itu sangat berat”. Maka pandanglah besar akan kesangatan
hari, yg tidak dilonggarkan padanya dengan satu langkah, tidak dilewatkan
padanya dari satu tamparan dan tidak dari sepatah perkataan. Sehingga diambil
balasan untuk orang yg teraniaya dari orang yg menganiayanya.
Anas berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Dihimpunkan oleh Allah akan hamba dengan bertelanjang, berdebu dan buhman”.
Anas menyambung riwayatnya: “Lalu kami bertanya: “Apakah buhman itu ?”. Rasulullah saw menjawab: “Tiada bersama mereka itu sesuatu.
Kemudian, mereka diserukan oleh Tuhannya Yg Maha Tinggi,
dengan suara yg didengar oleh orang yg jauh, sebagaimana didengar oleh orang yg
dekat: “Aku raja, Aku yg perkasa ! tiada seyogyalah bagi seseorang isi sorga
bahwa ia masuk sorga, sedang bagi seseorang dari isi neraka ada kezaliman
atasnya. Sehingga Aku ambil bela untuk isi neraka itu dari isi sorga. Dan tiada
bagi seseorang dari isi neraka, bahwa ia masuk neraka, sedang bagi seseorang
dari isi sorga ada kezaliman padanya. Sehingga Aku ambil bela untuk isi sorga
itu daripadanya. Walaupun hanya sekali tampar”.
Kami lalu bertanya: “Bagaimana dan sesungguhnya kita datang
kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dengan telanjang, berdebu dan buhman (Tiada bersama mereka itu sesuatu) ?” Nabi saw lalu
menjawab: “Dengan kebaikan dan kejahatan, maka bertaqwalah kepada Allah, wahai
hamba-hamba Allah !”. Berbuat kezaliman kepada hamba-hamba itu, ialah dengan
mengambil harta mereka, membentangkan hal-hal yg menyangkut dengan kehormatan
mereka, menyempitkan hati mereka dan berakhlak jahat dalam bergaul dengan
mereka. Sesungguhnya diantara hamba dan Allah itu ada kekhususan. Maka
memohonkan ampunan itu hendaklah lebih cepat. Dan orang yg terkumpul padanya
perbuatan-perbuatan zalim dan ia telah bertaubat daripadanya dan sukar atasnya
meminta dihalalkan/dimaafkan oleh orang-orang yg dianiayanya, maka hendaklah ia
memperbanyakkan kebaikan-kebaikannya bagi hari penuntutan bela. Dan hendaklah
ia sembunyikan akan sebahagian kebaikan-kebaikan itu, diantaranya dan Allah
dengan kesempurnaan ikhlas, dimana tiada yg melihat, selain Allah. Semoga yg
demikian itu mendekatkannya kepada Allah Ta’ala. Maka ia memperoleh dengan yg
demikian itu akan kasih-sayangNya, yg disimpankanNya bagi kekasih-kekasihNya
orang mu’min, pada penolakan kezaliman hamba dari mereka.
Sebagaimana
diriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah saw, bahwa Anas berkata: “Sewaktu
Rasulullah saw sedang duduk, tiba-tiba kami melihatnya tertawa, sehingga
tampaklah gigi depannya. Umar lalu bertanya:“Demi engkau, ayahku dan ibuku!
apakah yg mentertawakan engkau?” Nabi saw menjawab: “Dua orang laki-laki dari
umatku duduk berlutut di hadapan Tuhan Rabbul-‘izzah. Lalu salah seorang dari
keduanya berkata: “Hai Tuhanku ! ambillah bagiku kezalimanku dari saudaraku !”.
Maka Allah Ta’ala berfirman: “Berilah kepada saudaramu kezalimannya !”. Yg
seorang tadi menjawab: “Hai Tuhanku ! tiada tinggal lagi dari kebaikanku
sesuatu”. Maka Allah Ta’ala berfirman kepada yg meminta tadi: “Bagaimana engkau
berbuat dan tiada tinggal lagi dari kebaikannya sesuatu”. Orang itu menjawab:
“Hai Tuhanku ! ia menanggung daripadaku akan segala dosaku”. Anas meneruskan
riwayatnya: “Dan bercucuran lah air mata Rasulullah saw dengan menangis.
Kemudian beliau bersabda: “Bahwa yg demikian itu adalah suatu
hari yg berat, hari yg diperlukan oleh manusia, untuk diangkat daripadanya akan
dosa-dosanya”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Maka Allah Ta’ala berfirman
kepada yg meminta: “Angkatlah kepalamu ! maka lihatlah dalam sorga !”. Orang itu
lalu mengangkatkan kepalanya, seraya berkata: “Hai Tuhanku ! aku melihat
kota-kota dari perak yg tinggi dan istana dari emas, yg dimahkotai dengan
permata. Untuk nabi mana ini ? atau untuk orang shiddiq mana ini ? atau untuk
orang syahid mana ini ?”. Allah Ta’ala berfirman: “Untuk yg memberi kan
kepadaKu harganya”. Orang itu bertanya: “Wahai Tuhanku ! siapakah yg memiliki
harganya ?”. Allah Ta’ala berfirman: “Engkau memilikinya!”. Orang itu bertanya:
“Apakah harganya itu ?”. Allah Ta’ala berfirman: “Kemaafan
engkau kepada saudara engkau”. Orang itu menjawab: “Hai Tuhanku !
bahwa aku telah memaafkannya”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Peganglah tangan
saudaramu ! maka masukkanlah dia ke sorga !”. Kemudian, Rasulullah saw bersabda
ketika itu: “Bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hal-hal yg ada diantara
kamu ! bahwa Allah memperbaiki diantara orang-orang mu’min”. Ini pemberita huan,
bahwa yg demikian itu sesungguhnya dicapai dengan berakhlak dengan Akhlaq
Allah. Yaitu: memperbaiki selang-sengketa dan budi pekerti-budi pekerti
lainnya.
Maka bertafakkurlah sekarang pada diri anda sendiri, jikalau
kosonglah halaman amalan anda dari kezaliman ! atau orang kasih-sayang kepada
anda, sehingga ia memaafkan anda. Dan anda meyakini dengan kebahagiaan abadi.
Bagaimana adanya kegembiraan anda pada berpalingnya anda dari tempat
penyelesaian hukum. Telah dibukakan kepada anda kain pemberian keridhaan. Dan
disediakan bagi anda dengan kebahagiaan, yg tidak ada kesengsaraan sesudahnya.
Dan dengan kenikmatan, yg tiada beredar kebinasaan di kelilingnya. Dan ketika
itu, terbanglah hati anda dengan kegembiraan dan kesenangan. Putihlah wajah
anda dan bersinar serta cemerlang, sebagaimana cemerlangnya bulan pada malam
purnama raya. Maka disangkakan oleh kesombongan anda diantara segala makhluk,
dengan mengangkatkan kepala anda, yg kosong tulang punggung anda dari segala
dosa. Keelokan angin kenikmatan dan kedinginan ridha itu bersinar terang dari
pelupuk anda. Makhluk yg pertama dan yg akhir memandang kepada anda dan hal
keadaan anda. Mereka menggembirakan anda pada kebaikan dan keelokan anda. Para
malaikat berjalan di depan anda dan di belakang anda. Mereka menyerukan di
hadapan orang-orang yg hadir. Ini si Anu anak si Anu ! ia diridhai Allah dan ia
meridhai Allah. Ia berbahagia dengan kebahagiaan, yg ia tiada sengsara
sesudahnya untuk selama-lamanya.
Apakah tidak anda berpendapat, bahwa kedudukan ini tidakkah
lebih besar dari kedudukan yg anda peroleh dalam hati makhluk di dunia dengan
keriaan anda, berminyak-minyakan air anda, berbuat-buatnya anda dan
berhias-hiasnya anda ? jikalau anda mengetahui bahwa itu lebih baik
daripadanya, bahkan tiada bandingan baginya, maka tempuhlah jalan untuk
mengetahui tingkat ini dengan keikhlasan yg bersih dan niat yg benar dalam anda
berdagang dengan Allah. Maka anda tiada memperoleh yg demikian itu, selain
dengan Dia. Jikalau adalah yg lain –mohon perlindungan kepada Allah- dengan
keluarlah dari halaman amalan anda itu dosa, yg anda sangkakan ringan, padahal
di sisi Allah itu berat, maka Allah benci kepada anda karenanya.
Maka IA berfirman: “Atas engkau laknatKu, hai hamba yg jahat !
Aku tidak terima dari engkau akan ibadah engkau”. Maka anda tidak mendengar
akan seruan ini, selain hitamlah wajah anda. Kemudian, marahlah para malaikat
karena marahnya Allah Ta’ala. Para malaikat itu berkata: “Atas engkau laknat
kami dan laknat makhluk semuanya”. Ketika itu berhamburanlah perkataan malaikat
penjaga neraka kepada anda. Ia marah karena marah Khaliq (yg maha pencipta)nya.
Maka ia datang kepada anda dengan kekasarannya, perangainya yg tidak baik dan
bentuknya yg tidak menyenangkan. Lalu mereka memegang ubun-ubun anda. Dihelanya
anda atas muka anda di hadapan khalayak ramai. Mereka memandang kepada
kehitaman wajah anda dan jelasnya kehinaan anda. Anda dipanggil dengan
kebinasaan dan kerugian. Mereka mengatakan kepada anda: “Jangan engkau meminta
pada hari ini satu kerugian ! dan mintalah banyak kerugian !”.
Para malaikat itu menyerukan dan berkata: “Ini si Anu anak si
Anu. Telah disingkapkan oleh Allah kekejian dan kehinaannya. Telah dikutuk oleh
Allah dengan kejahatan-kejahatannya yg keji. Maka ia sengsara dengan
kesengsaraan, yg ia tiada berbahagia sesudahnya itu untuk selama-lamanya.
Kadang-kadang adalah yg demikian itu dengan suatu dosa yg diperbuatnya dengan
tersembunyi, dari penglihatan hamba-hamba Allah. Atau karena mencari kedudukan
dalam hati mereka. Atau karena takut dari terbuka pada mereka. Maka alangkah
beratnya kebodohan anda ! karena anda menjaga dari terbukanya pada suatu
golongan yg sedikit dari hamba-hamba Allah di dunia yg hancur. Kemudian anda
tidak takut dari keterbukaan besar pada khalayak yg ramai itu, serta
berdatangan dengan kemarahan Allah dan siksaanNya yg pedih. Dan dihalau dengan
tangan malaikat penjaga neraka ke neraka jahannam yg paling buruk. Maka inilah
hal-ihwal anda dan anda tidak merasakan dengan bahaya yg lebih besar lagi.
Yaitu: bahaya titian.
SIFAT TITIAN.
Kemudian, bertafakkurlah sesudah huru-hara ini pada firman
Allah Ta’ala: “Di hari itu, Kami kumpulkan orang-orang yg bertaqwa kepada Tuhan
Yg Maha Pemurah, sebagai menyambut utusan. Dan Kami halau orang-orang yg
bersalah itu ke dalam neraka secara kasar”. S 19 Maryam ayat 85-86. Dan pada
firman Allah Ta’ala: “Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka ! dan suruhlah
mereka berhenti (berdiri) karena sesungguhnya mereka akan ditanyai”. S 37 Ash
Shaffaat ayat 23-24. Maka manusia sesudah huru-hara tersebut, dihalai ke
titian. Yaitu: jembatan yg memanjang di atas punggung neraka, yg lebih tajam
dari pedang dan lebih halus dari rambut. Maka siapa yg bersifat istiqamah di
alam ini di atas jalan yg lurus, niscaya ia ringan di atas titian akhirat. Dan
ia lepas. Dan siapa yg berpaling dari istiqamah di
dunia, ia memberatkan punggungnya dengan dosa dan ia mengerjakan
perbuatan maksiat, niscaya ia tergelincir pada permulaan tapak kakinya dari
titian dan ia jatuh.
Maka bertafakkurlah sekarang pada apa, yg melepaskan dari
ketakutan dengan hati anda, apabila anda melihat titian dan kehalusannya!
kemudian, jatuh penglihatan anda atas kehitaman jahannam dari bawahannya.
Kemudian mengetuk pendengaran anda oleh hembusan neraka dan kekasarannya. Dan
anda telah dipaksakan berjalan di atas titian, serta lemahnya keadaan anda,
bergoncangnya hati anda, gemetarnya tapak-kaki anda dan beratnya punggung anda
dengan dosa-dosa, yg mencegah anda daripada berjalan di atas hamparan bumi,
lebih-lebih lagi dari ketajaman titian. Maka bagaimana dengan anda, apabila
anda meletakkan di atasnya, salah satu dari kedua kaki anda. Lalu anda
merasakan dengan ketajamannya. Dan anda memerlukan kepada mengangkatkan tapak
kaki yg kedua. Dan khalayak ramai di hadapan anda itu tergelincir dan terjatuh.
Mereka dipegang oleh malaikat pengawal neraka, dengan besi yg runcing dan besi
yg bengkok. Dan anda memandang kepada mereka, bagaimana mereka itu terbalik,
lalu membawa ke arah neraka kepalanya dan meninggi kakinya. Wahai baginya dari
pemandangan, yg alangkah kejinya, ke tempat tinggi yg alangkah memayahkannya
dan ke tempat yg dilewati, yg alangkah sempitnya ! Maka perhatikanlah kepada
keadaan anda ! dan anda itu merangkak ke atasnya. Dan mendaki kepadanya, sedang
punggung anda itu berat dengan dosa-dosa anda. Anda berpaling ke kanan dan ke
kiri kepada makhluk yg ramai. Dan mereka itu bersesak-sesak dalam neraka. Dan
Rasulullah saw berdoa: “Wahai Tuhan ! selamatkanlah ! selamatkanlah !”. Pekikan
dengan kebinasaan dan kesengsaraan itu telah meninggi kepada anda dari dalam
neraka jahannam, karena banyaknya orang yg tergelincir dari titian dari segala
manusia.
Maka bagaimana dengan anda, jikalau tergelincirlah tapak kaki
anda ? dan tiada bermanfaat bagi anda oleh penyesalan anda. Lalu anda
menyerukan dengan kebinasaan dan kesengsaraan. Dan anda mengatakan: “Inilah yg
aku takutkan !
wahai mudah-mudahanlah aku, aku datang bagi hidupku !
wahai mudah-mudahanlah aku, aku mengambil jalan bersama Rasul !
wahai mudah-mudahanlah aku, aku tidak mengambil si Anu menjadi kawan !
wahai mudah-mudahanlah aku, adalah aku ini tanah !
wahai mudah-mudahanlah aku, adalah aku ini orang yg dilupakan !
wahai mudah-mudahanlah ibuku, tidak melahirkan aku !”.
Ketika itu, anda disambar oleh api neraka –kiranya dilindungi
Allah. Dan berserulah yg menyerukan: “Mengelak-dirilah kamu padanya dan tidak
kamu berkata-kata !”. Maka tidak ada jalan lagi, selain memekik dan mengeluh,
menarik nafas dan meminta tolong. Maka bagaimana anda melihat sekarang akan
akal anda dan bahaya-bahaya ini adalah di hadapan anda ? kalau anda itu tidak
beriman dengan yg demikian, maka alangkah panjangnya waktu bertempat nya anda
bersama orang-orang kafir pada tingkat-tingkat neraka jahannam. Dan kalau anda
itu beriman dengan yg demikian dan anda lalai daripada nya dan menganggap
enteng dengan persiapan baginya, maka alangkah besarnya kerugian anda dan
kedurhakaan anda ! dan apakah yg memanfaatkan anda oleh iman anda, apabila
tidak menggerakkan anda kepada berusaha pada mencari keridhaan Allah Ta’ala
dengan mentaatiNya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat kepadaNya ?
Maka jikalau tidak adalah di hadapan anda, selain huru-hara
titian dan kegelisahan hati anda dari bahaya melewatinya, walaupun anda
selamat, maka alangkah yg demikian itu, yg sangat mencegah anda dari huru-hara,
kegundahan dan ketakutan ! Rasulullah saw bersabda: “Diletakkan titian itu
diantara dua tepi neraka jahannam. Maka adalah aku orang pertama yg melewatinya
dengan umatnya, dari rasul-rasul. Dan tiada yg berkata-kata pada hari itu,
selain rasul-rasul. Dan doa rasul-rasul pada hari itu, ialah: “Ya Allah, ya
Tuhan, selamatkanlah ! ya Allah, ya Tuhan, selamatkanlah !”. Dan pada neraka
jahannam itu ada besi-besi runcing seperti duri as-sa’dan (semacam
tumbuh-tumbuhan yg berduri). Adakah kamu melihat dari as-sa’dan itu ?”. Mereka
itu menjawab: “Ada, wahai Rasulullah !”. Rasulullah saw menyambung sabdanya:
“Bahwa besi runcing itu seperti duri as-sa’dan, kecuali tiada yg mengetahui
kadar besarnya, selain Allah Ta’ala. Ia menyambar manusia, disebabkan amalan
mereka. Maka sebahagian mereka itu, ada orang yg dibatalkan amalannya. Dan
sebahagian dari mereka itu dipotong-potong dagingnya. Kemudian, ia lepas”.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Manusia melalui di atas titian jahannam. Dan diatas titian itu pohon duri,
besi runcing dan besi bengkok, yg menyambar manusia, kanan dan kiri. Pada dua
tepinya itu para malaikat yg berdoa: “Ya Allah, ya Tuhan, selamatkanlah ! ya
Allah, ya Tuhan, selamatkanlah !”. Sebahagian manusia itu ada yg melalui seperti kilat cepatnya. Sebahagian mereka ada yg
melalui seperti angin cepatnya. Sebahagian mereka ada yg melalui seperti kuda
lari cepatnya. Sebahagian mereka ada yg berjalan, yg cepat langkahnya.
Sebahagian mereka ada yg berjalan dengan perjalanan kaki biasa. Sebahagian
mereka ada yg berjalan dengan merangkak. Dan sebahagian mereka ada yg berjalan
dengan punggung.
Adapun isi neraka, yg mereka itu penduduknya, maka mereka itu
tidak mati dan tidak hidup. Adapun manusia itu, maka diambil dengan dosa dan
kesalahannya. Mereka itu terbakar, lalu menjadi arang. Kemudian diizinkan pada
memperoleh syafaat Nabi saw......dan disebutkan sampai akhir hadits”. Dari Ibnu
Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda: “Allah mengumpulkan orang-orang yg pertama
dan orang-orang yg penghabisan, pada suatu tempat di hari yg dimaklumi, dengan
berdiri selama 40 tahun, yg mata mereka memandang ke langit. Mereka itu
menunggu penyelesaian hukuman”.
Ibnu Mas’ud menyebutkan hadits, sampai ia menyebutkan waktu
sujudnya orang-orang yg beriman, di mana Nabi saw bersabda: “Kemudian, Allah
berfirman kepada orang-orang yg beriman: “Angkatkanlah kepala kamu !”. Maka
mereka itu mengangkatkan kepalanya. Maka Ia memberikan kepada mereka nur
mereka, sekadar amalan mereka. Sebahagian mereka ada orang yg diberikan nurnya
seperti gunung yg besar, yg ia berjalan di hadapannya. Sebahagian mereka ada
orang yg diberikan nurnya, yg lebih kecil dari yg demikian. Sebahagian mereka
ada orang yg diberikan nurnya seperti pohon kurma. Dan sebahagian mereka ada
orang yg diberikan nurnya, yg lebih kecil dari yg demikian. Sehingga adalah yg
penghabisan dari mereka itu, seorang laki-laki yg diberikan nurnya di atas ibu
jari tapak kakinya. Lalu ia menyinarkan sekali dan menggelapkan sekali. Maka
apabila ia menyinarkan, niscaya ia memajukan tapak kakinya, lalu ia berjalan.
Dan apabila ia menggelapkan, niscaya ia berhenti, berdiri”.
Kemudian, Nabi saw menyebutkan lalunya mereka di atas titian,
diatas kadar nur mereka. Maka sebahagian mereka ada yg lalu seperti cepatnya
mata memandang. Sebahagian mereka ada yg lalu seperti cepatnya kilat.
Sebahagian mereka ada yg lalu seperti awan. Sebahagian mereka ada yg lalu
seperti susutnya bulan. Sebahagian mereka ada yg lalu seperti larinya kuda. Dan
sebahagian mereka ada yg lalu, seperti larinya seorang laki-laki. Sehingga
lalulah orang yg diberikan nurnya di atas induk jari tapak-kakinya, yg
merangkak di atas mukanya, kedua tangannya dan kedua kakinya. Yg ditarik
daripadanya oleh sebelah tangan dan bergantung tangan yg lain. Bergantung sebelah
kaki dan ditarik oleh kaki yg lain. Dan semua bagian badannya kena api neraka.
Nabi saw bersabda: “Maka senantiasalah yg seperti demikian,
sehingga ia terlepas. Apabila ia telah terlepas, niscaya ia berdiri padanya.
Kemudian mengucapkan: “Segala pujian bagi Allah. Allah telah memberikan
kepadaku, apa yg tidak diberikanNya kepada seseorang. Karena Ia melepaskan aku
daripadanya, sesudah aku telah melihatnya”. Maka orang itu pergi ke anak sungai
di pintu sorga. Lalu ia mandi”.
Anas bin Malik berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Titian itu seperti tajamnya pedang atau seperti tajamnya rambut. Dan
para malaikat itu melepaskan orang-orang yg beriman yg laki-laki dan yg wanita.
Dan Jibril as yg akan memegang tempat mengikat tali celanaku. Dan aku berdoa:
“Wahai Tuhan ! selamatkanlah ! selamatkanlah ! maka orang-orang yg tergelincir,
yg laki-laki dan yg wanita pada hari itu banyak”. Maka inilah huru-hara titian
dan malapetaka-malapetaka besarnya. Maka panjangkanlah padanya pikiran anda !
sesungguhnya manusia yg lebih selamat dari huru-hara hari kiamat, ialah orang
yg panjanglah pikirannya tentang huru-hara itu sewaktu di dunia. Bahwa Allah
tidak mengumpulkan diantara dua takut atas seorang hamba. Maka siapa yg takut
akan huru-hara ini di dunia, niscaya ia aman dari huru-hara itu di akhirat. Dan
tidaklah aku maksudkan dengan takut itu akan ketipisan hati, seperti tipisnya
hati kaum wanita, yg mencucurkan air mata anda. Dan melembutkan hati anda
ketika mendengarnya. Kemudian, anda melupakannya dalam waktu dekat. Dan anda
kembali kepada senda-gurau dan permainan anda. Maka tidaklah ini sedikitpun
dari ketakutan. Akan tetapi, orang yg takut akan sesuatu, niscaya ia lari
daripadanya. Dan siapa yg mengharapkan akan sesuatu, niscaya ia mencarikannya.
Maka tiadalah yg melepaskan anda, selain oleh ketakutan, yg mencegah anda dari
perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala. Dan yg menggerakkan anda
kepada mentaatiNya. Yg lebih jauh dari kehalusan hati wanita, ialah: ketakutan
orang-orang dungu. Apabila mereka mendengar huru-hara, niscaya mendahuluilah
kepada lidah mereka, memohonkan perlindungan Allah. Lalu salah seorang mereka
mengucapkan: “Aku meminta tolong pada Allah. Kami berlindung dengan Allah. Ya
Allah, ya Tuhan ! selamatkanlah ! selamatkanlah !”. Dan mereka itu bersama yg
demikian, berkekalan di atas kemaksiatan-kemaksiatan, yg menjadi sebab
kebinasaannya. Maka setan itu tertawa dari permohonan mereka, meminta
perlindungan Allah itu, sebagaimana ia tertawa kepada orang yg ditujukan oleh
binatang buas di padang pasir dan di belakangnya ada benteng/tembok. Maka
apabila ia melihat gigi binatang buas itu dan runcingnya dari jauh, lalu ia
mengucapkan dengan lidahnya:
“Aku berlindung dengan benteng yg
kokoh ini. Dan aku meminta tolong dengan kekokohan bangunannya dan keteguhan
sendi-sendinya”. Ia mengucapkan yg demikian dengan lidahnya dan ia tetap duduk
pada tempatnya. Seakan-akan yg demikian itu melepaskannya dari binatang buas !
Seperti demikian juga huru-hara akhirat. Tiada baginya benteng, selain daripada
ucapan: Laa ilaaha illallaah, dengan benar. Dan arti benarnya, ialah: bahwa
tiada baginya yg dimaksudkan, selain Allah Ta’ala dan tiada yg disembahkan,
selain Dia. Dan barangsiapa mengambil tuhannya hawa nafsunya, maka dia itu jauh
dari kebenaran tentang ketauhidannya. Dan halnya
itu membahayakan pada dirinya. Jikalau anda lemah dari yg demikian itu
semuanya, maka hendaklah anda itu mencintai Rasulullah saw, bersungguh-sungguh
mengagumkan Sunnahnya, rindu menjaga hati orang-orang shalih dari umatnya dan
mengambil barakah dengan doa-doa mereka. Maka semoga kiranya anda memperoleh
syafaatnya Nabi saw atau syafaatnya mereka. Lalu anda terlepas dengan syafaat
itu, walaupun anda sedikit barang perbekalan.
SIFAT SYAFA’AT.
Ketahuilah kiranya, bahwa apabila telah benarlah masuk neraka,
kepada beberapa golongan dari orang-orang yg beriman, maka Allah Ta’ala dengan
kurniaNya menerima pada mereka akan syafaatnya nabi-nabi dan orang-orang
shiddiq. Bahkan juga syafaat para ulama dan orang-orang shalih. Dan setiap orang
yg baginya pada sisi Allah itu kemegahan dan kebagusan mu’amalah (perniagaan),
maka baginya itu syafaat kepada isterinya, kerabatnya, teman-temannya dan
orang-orang kenalannya. Maka hendaklah anda bersungguh-sungguh mengusahakan
bagi diri anda pada mereka itu, akan pangkat kesyafaatan. Dan yg demikian itu,
dengan tidak anda menghinakan sekali-kali akan manusia (anak Adam). Bahwa Allah
Ta’ala menyembunyikan akan pangkat kewalahan Nya pada hamba-hambaNya. Maka
mungkin orang yg dipandang hina oleh mata anda, bahwa orang itu wali Allah. Dan janganlah sekali-kali anda memandang
kecil akan perbuatan maksiat ! bahwa Allah Ta’ala menyembunyikan kemarahanNya
pada perbuatan-perbuatan maksiat yg dilakukan terhadap Nya. Mungkin kutukan
Allah ada padanya. Dan jangan sekali-kali anda memandang hina akan perbuatan
taat. Bahwa Allah Ta’ala menyembunyikan ridhaNya pada amalan taat kepadaNya.
Semoga keridhaanNya itu ada padanya. Walaupun sepatah kata yg baik atau sesuap
makanan atau niat yg baik atau yg berlaku seperti yg demikian.
Kesaksian-kesaksian syafaat dalam Alquran dan hadits-hadits
itu banyak. Allah Ta’ala berfirman: “Dan nanti Tuhan engkau akan memberikan
kepada engkau, karena itu engkau akan bersenang hati”. S 93 Adh Dhuhaa ayat 5.
‘Amr bin Al-‘Ash meriwayatkan bahwa Rasulullah saw membaca
perkataan Ibrahim as (yg tersebut dalam Alquran), yaitu: “Tuhanku! Sesungguh nya
berhala itulah yg menyesatkan kebanyakan manusia; sebab itu, siapa yg mengikuti
aku, sudah tentu ia masuk golonganku dan siapa yg tiada mengikut kepadaku,
sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. S 14 Ibrahim ayat
36.
Dan perkataan Isa as, yaitu: “Kalau mereka Engkau azabkan, maka
sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba Engkau”. S 5 Al Maaidah ayat 118.
Kemudian, Nabi saw mengangkatkan kedua tangannya dan
mengucapkan: “Umatku-umatku”. Kemudian beliau menangis. Maka Allah Azza Wa
Jalla berfirman: “Hai Jibril ! pergilah kepada Muhammad ! maka tanyalah
kepadanya: apakah yg menyebabkan engkau menangis ?”. Maka Jibril datang
kepadanya, lalu bertanya kepadanya. Maka Nabi saw menerangkan kepada Jibril as,
bahwa Allah itu Maha mengetahui dengan yg demikian. Maka Allah Ta’ala
berfirman: “Hai Jibril ! pergilah kepada Muhammad ! katakanlah kepadanya: Bahwa
Kami akan meridhai engkau pada umat engkau. Dan tidak Kami berbuat buruk kepada
engkau “. Nabi saw bersabda: “Diberikan kepadaku 5 perkara, yg tidak diberikan
kepada seseorang sebelumku:
-
aku ditolong dengan ketakutan musuh yg
jauhnya perjalanan sebulan daripadaku,
-
dihalalkan baginya harta rampasan
perang dan tidak dihalalkan bagi seseorang sebelumku,
-
dijadikan bagiku bumi itu tempat sujud
dan tanahnya dapat menyucikan (buat bertayammum).
-
Maka siapapun dari umatku, yg telah
sampai waktu shalat, maka hendaklah ia mengerjakan shalat.
-
Diberikan kepadaku bersyafaat &
setiap nabi itu dibangkitkan kepada kaumnya khususnya & dibangkitkan aku
kepada manusia seluruhnya”.
Nabi saw bersabda: “Adalah pada hari kiamat, aku itu imam para nabi, khatib
mereka dan yg empunyai syafaat mereka, dengan tiada sombong”. Nabi saw
bersabda: “Aku itu penghulu anak Adam & tiada sombong. Aku adalah orang
pertama yg terbelahlah bumi daripadanya. Aku adalah yg pertama memberi syafaat
& yg pertama-tama diminta memberi syafaat. Ditanganku bendera pujian
(liwaa-ul-hamdi), yg di bawahnya Adam, lalu orang yg kurang daripadanya”.
Nabi saw bersabda: “Bagi setiap nabi itu doa yg mustajab. Maka
aku berkehendak menyembunyikan doaku, untuk syafaat bagi umatku pada hari
kiamat”. Ibnu Abbas ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Didirikan bagi para
nabi beberapa mimbar dari emas. Lalu mereka itu duduk padanya. Dan tinggallah
mimbarku. Aku tiada duduk padanya, akan tetapi berdiri dihadapan Tuhanku,
dengan tegak lurus. Karena takut, bahwa dibawa aku kesorga dan tinggallah
umatku sesudahku. Maka aku mengatakan: “Hai Tuhanku ! umatku !”. Maka Allah
‘Azza Wa Jalla berfirman: “Hai Muhammad ! apakah yg engkau kehendaki Aku
berbuat dengan umat engkau ?”. Lalu aku menjawab: “Hai Tuhanku ! segerakanlah
perhitungan amal mereka (al-hisab) !”. Maka senantiasalah aku bersyafaat,
sehingga aku diberikan suratan pengakuan (shikak) dengan orang-orang yg telah
dibawa ke neraka. Sehingga malaikat Malik penjaga neraka mengatakan: “Hai
Muhammad ! tidak ditinggalkan oleh neraka karena amarah Tuhan engkau pada umat
engkau dari kesiksaan”. Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya aku memberi syafaat
pada hari kiamat, untuk yg lebih banyak dari apa, yg di atas permukaan bumi,
dari batu dan lumpur”.
Abu Hurairah berkata: “Dibawa orang kepada Rasulullah saw
daging. Lalu beliau mengangkatkan kepada daging itu lengannya. Lalu beliau
menggigit daging itu dengan gigi depannya sekali gigit. Kemudian bersabda: “Aku
itu penghulu segala rasul pada hari kiamat. Adakah kamu tahu, dari apa yg demikian
itu ? Allah mengumpulkan orang-orang yg pertama dan orang-orang yg penghabisan
pada suatu dataran tinggi. Semua mereka itu didengar oleh yg memanggil, tembus
kepada mereka penglihatan dan mataharipun dekat. Maka sampailah manusia dari
kesusahan dan kesempitan, yg tidak sanggup mereka menanggungnya. Dan mereka
tidak dapat menanggung lagi. Lalu berkatalah manusia, sebahagian mereka kepada
sebahagian yg lain: “Apakah tidak kamu melihat apa yg telah sampai kepada kamu
? adakah tidak kamu melihat, siapakah yg akan memberi syafaat bagi kamu pada
Tuhanmu ?”. Lalu sebahagian manusia mengatakan kepada sebahagian: “Haruslah
kamu dengan Adam as”. Lalu mereka datang kepada nabi Adam as. Maka mereka
mengatakan kepadanya: “Engkau bapak manusia. Allah menciptakan engkau dengan
TanganNya. Ia menghembuskan pada engkau RuhNya. Dan Ia menyuruh malaikat, maka
mereka itu sujud kepada engkau. Berilah syafaat kepada kami pada Tuhan engkau !
tidakkah engkau melihat, apa yg kami padanya ? apakah tidak engkau melihat, apa
yg telah sampai kepada kami ?”. Maka Adam as berkata kepada mereka: “Bahwa
Tuhanku marah pada hari ini, dengan kemarahan yg belum pernah ada seperti itu
sebelumnya. Dan IA tiada akan marah seperti itu sesudahnya. Ia telah melarang
aku dari pohon kayu itu. Lalu aku mendurhakaiNya, diriku-diriku. Pergilah
kepada yg lain dari aku ! pergilah kepada Nuh !”.
Maka mereka itu datang kepada nabi Nuh as. Lalu mereka itu
mengatakan: “Hai Nuh ! engkau rasul pertama kepada penduduk bumi. Dan Allah
menyebutkan engkau: Hamba Yg bersyukur. Bersyafaatlah bagi kami pada Tuhan
engkau ! adakah tidak engkau melihat, akan apa yg kami padanya ?”. Nabi Nuh as
menjawab: “Bahwa Tuhanku, telah marah pada hari ini, dengan kemarahan, yg belum
pernah Ia marah seperti itu sebelumnya. Dan tiada Ia akan marah seperti itu
sesudahnya. Bahwa telah ada bagiku doa yg aku doakan kepada kaumku nafsi-nafsi
(diri sendiri-diri sendiri). Pergilah kepada orang yg lain dari aku! pergilah
kepada Ibrahim Khalilullah !”.
Maka mereka itu datang kepada Ibrahim Khalilullah as. Mereka
itu lalu mengatakan: “Engkau itu nabi Allah dan KhalilNya dari penduduk bumi.
Bersyafaatlah bagi kami pada Tuhan engkau ! tidakkah engkau melihat, akan apa
yg kami padanya ?’. Nabi Ibrahim as menjawab kepada mereka itu: “Bahwa Tuhanku
marah pada hari ini dengan kemarahan, yg belum pernah Ia marah seperti itu
sebelumnya. Dan tidak akan marah seperti itu lagi sesudahnya. Bahwa aku telah
berdusta 3 kali dan disebutkannya oleh diriku-diriku. Pergilah kepada orang
lain dari aku ! pergilah kepada Musa !”.
Mereka lalu datang kepada Musa as. Mereka lalu mengatakan:
“Hai Musa ! engkau itu rasul Allah. DilebihkanNya engkau dengan risalahNya dan
dengan kalam (kata-kata)Nya atas manusia. Bersyafaatlah bagi kami pada Tuhan
engkau ! apakah engkau tidak melihat, akan apa yg kami padanya ?”. Musa as
menjawab: “Bahwa Tuhanku telah marah pada hari ini, dengan kemarahan, yg belum
pernah Ia marah seperti itu sebelumnya. Dan tiada akan marah seperti itu lagi
sesudahya. Bahwa aku telah membunuh jiwa, yg aku tidak disuruh membunuhnya
–diriku-diriku. Pergilah kepada orang selain aku ! pergilah kepada Isa as”.
Mereka lalu datang kepada Isa as. Lalu mengatakan: “Hai Isa !
engkau itu rasul Allah dan KalimahNya. DiletakkanNya kepada Maryam dan Ruh
daripadaNya. Engkau berkata-kata dengan manusia dalam ayunan. Bersyafaatlah
bagi kami, pada Tuhan engkau ! apakah tidak engkau melihat, akan apa yg kami
padanya ?”. Isa as lalu menjawab: “Bahwa Tuhanku telah marah pada hari ini,
dengan kemarahan yg belum pernah IA seperti ini sebelumnya. Dan Ia tidak akan
marah seperti itu lagi sesudahnya. Ia tidak menyebutkan dosa nafsi-nafsi
diriku-diriku. Pergilah kepada orang yg selain aku ! pergilah kepada Muhammad
saw !”.
Mereka itu lalu datang, seraya mengatakan: “Hai Muhammad !
engkau itu rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Allah telah mengampunkan dosa
engkau, yg terdahulu dari dosa engkau dan yg terkemudian. Bersyafaatlah bagi
kami kepada Tuhan engkau ! apakah tidak engkau melihat, akan apa yg kami
padanya ?”. Aku lalu berjalan. Lalu aku datang di bawah Al-‘Arasy. Maka aku
jatuh bersujud kepada Tuhanku. Kemudian, Allah membukakan bagiku dari segala
pujianNya dan kebaikan sanjungan kepadaNya, akan sesuatu, yg belum pernah
dibukakanNya kepada seseorang sebelum aku. Kemudian, dikatakan: “Hai Muhammad !
angkatkanlah kepala engkau ! mintalah, niscaya diberikan kepada engkau !
bersyafaatlah, niscaya disyafaatkan engkau !”. Maka aku angkatkan kepalaku.
Lalu aku mengatakan: “Umatku ! umatku, hai Tuhanku !”. Lalu dikatakan: “Hai
Muhammad ! masukkanlah dari umatmu, akan orang, yg tiada al-hisab atas mereka,
dari pintu yg kanan dari pintu-pintu sorga ! dan mereka itu sekutu-sekutu
manusia, pada yg lain dari itu, dari pintu-pintu”. Kemudian, Nabi saw
menyambung: “Demi Tuhan yg jiwaku di TanganNya ! bahwa diantara dua samping
pintu adalah sebahagian dari samping-samping pintu sorga, sebagaimana diantara
Makkah dan Himyar atau sebagaimana antara Makkah dan Bushra”. Pada hadits yg
lain, yg itu benar tujuannya, serta disebutkan kesalahan-kesalahan Ibrahim.
Yaitu: ucapannya pada bintang-bintang: “Ini Tuhanku !”. Dan ucapannya kepada
tuhan-tuhan mereka: “Tetapi, itu dikerjakan oleh yg besar ini dari mereka”. Dan
ucapannya: “Sesungguhnya aku sakit”.
Maka inilah syafaat Rasulullah saw. Dan bagi seseorang dari
umatnya, dari para ulama dan orang-orang shalih, dapat juga memberi syafaat.
Sehingga Rasulullah saw bersabda: “Akan masuk sorga dengan syafaat seseorang
dari umatku, lebih banyak dari suku Rabi’ah dan suku Mudlar”. Nabi saw
bersabda: “Dikatakan kepada seorang laki-laki: “Berdirilah hai Anu !
bersyafaatlah !”. Maka laki-laki itu lalu bangun berdiri. Lalu memberi syafaat
bagi suatu kabilah (suku), bagi keluarga sendiri, bagi seorang laki-laki dan dua
orang laki-laki, menurut kadar amalnya”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa seorang
laki-laki dari isi sorga mendekati pada hari kiamat kepada isi neraka. Lalu ia
dipanggil oleh seorang laki-laki dari isi neraka, seraya mengatakan: “Hai Anu !
adakah engkau mengenal aku ?”. Laki-laki isi sorga itu menjawab: “Tidak !”.
Demi Allah, aku tidak mengenal kamu, siapa kamu ?”. Laki-laki isi neraka itu
menjawab: “Akulah yg engkau lalu padaku di dunia. Lalu engkau minta padaku
seteguk air. Maka aku berikan minuman itu kepada engkau”. Isi sorga itu
menjawab: “Aku sudah kenal”. Isi neraka itu berkata: “Berilah kepadaku
syafaatmu dengan minuman itu, pada Tuhanmu !”. Maka dzikir isi sorga itu
meminta pada Allah Ta’ala dan mengatakan: “Bahwa aku mendekati isi neraka. Lalu
aku dipanggil oleh seorang laki-laki dari isi neraka itu, dengan menanyakan:
“Adakah engkau mengenal aku ?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ! siapakah engkau ?”.
Lalu ia menjawab: “Akulah yg engkau meminta minum padaku di dunia. Lalu aku
berikan minuman itu kepadamu. Maka berilah syafaat bagiku pada Tuhanmu !”. Maka
syafaatilah aku untuk orang itu !”. Ia lalu disyafaatkan oleh Allah untuk
laki-laki isi neraka itu. Lalu ia diperintahkan. Maka laki-laki isi neraka itu
keluar dari neraka”.
Dari Anas, yg mengatakan: “Rasulullah saw bersabda: “Aku
manusia yg pertama keluar, apabila dibangkitkan dari kubur. Aku khatib (juru
bicara) mereka, apabila mereka mengutuskan. Aku yg memberikan berita gembira,
apabila mereka itu berputus-asa. Bendera pujian (liwaa-ul-hamdi) pada hari itu
di tanganku. Aku yg termulia anak Adam pada Tuhanku. Dan tidak sombong”.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa aku berdiri di hadapan Tuhanku
‘Azza Wa Jalla. Maka aku dipakaikan pakaian dari pakaian sorga. Kemudian, aku
berdiri dari kanan Al-‘Arasy. Tiada seorangpun dari makhluk yg berdiri pada
tempat berdiri itu, selain aku”.
Ibnu Abbas ra berkata: “Duduklah orang-orang dari para sahabat
Rasulullah saw menunggu beliau. Lalu beliau keluar ke tempat itu. Sehingga
apabila beliau telah mendekati mereka, lalu beliau mendengar bermudzakarah
(bertukar-pikiran). Beliau mendengar pembicaraan mereka. Sebahagian mereka lalu
mengatakan: “Mengherankan ! bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla mengambil dari
makhlukNya akan khalil (teman). Ia mengambil Ibrahim menjadi khalil”. Yg lain
berkata: “Apakah yg lebih menakjubkan dari perkataan Musa, yg ia berkata-kata
dengan Allah akan perkataan ?”. Yg lain berkata: “Maka Isa itu kalimah Allah
dan RuhNya”. Yg lain berkata: “Adam itu dipilih oleh Allah”. Nabi saw lalu keluar
kepada mereka dan memberi salam, seraya bersabda: “Aku telah mendengar
perkataan kamu dan keherananmu, bahwa Ibrahim itu khalil Allah. Dan itu memang
seperti yg demikian. Musa yg dilepaskan oleh Allah (najiyyullah). Dan itu
memang seperti yg demikian. Isa Ruh Allah dan KalimahNya. Dan itu memang
seperti yg demikian. Dan Adam itu dipilih oleh Allah. Dan itu memang seperti yg
demikian. Ketahuilah dan aku itu kekasih (habib) Allah. Dan tidak sombong. Aku
itu pembawa bendera pujian (liwaa-ul hamdi) pada hari kiamat. Dan tidak
sombong. Aku itu yg pertama yg memberi syafaat dan yg pertama yg disyafaati
pada hari kiamat. Dan tidak sombong. Aku itu orang pertama yg menggerak-gerakan
tali sorga. Lalu Allah membukakan bagiku. Maka aku masuk ke dalamnya. Dan bersama
aku itu orang-orang mu’min yg fakir. Dan tiada sombong. Dan akulah yg termulia
bagi orang-orang yg pertama dan yg akhir. Dan tidak sombong”.
SIFAT AL-HAUDL (KOLAM).
Ketahuilah kiranya, bahwa al-haudl itu kemuliaan besar, yg dikhususkan oleh
Allah kepada Nabi kita saw. Telah lengkaplah hadits pada menyifatkannya. Dan
kami mengharap, bahwa Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita mengetahuinya
didunia dan merasakannya diakhirat. Maka sebahagian dari sifat-sifatnya, ialah
bahwa barangsiapa meminum air al-haudl itu, tiada akan haus untuk
selama-lamanya.
Anas berkata: “Rasulullah saw tidur atas tikar jerami. Lalu
beliau mengangkatkan kepalanya dengan tersenyum.Anas bertanya: “Wahai
Rasulullah! mengapa engkau tertawa ?”. Rasulullah saw lalu menjawab: “Ayat yg
diturunkan kepadaku tadi”. Dan beliau bacakan: “Dengan nama Allah yg Maha
Pemurah dan Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami memberikan kepada engkau
Al-Kautsar. Sebab itu sembahlah Tuhan engkau dan berkorbanlah ! sesungguhnya orang-orang
yang membencimu dialah yang terputus dari rahmat Allah”. S 108 Al Kautsar ayat
1-2-3.
Kemudian, beliau bertanya: “Adakah engkau tahu, apakah
Al-Kautsar itu ?”. Mereka itu menjawab: “Allah dan RasulNya yg lebih tahu”.
Nabi saw bersabda: “Bahwa Al-Kautsar itu suatu sungai, yg dijanjikan kepadaku
oleh Tuhanku ‘Azza Wa Jalla dalam sorga. Pada sungai itu banyak kebajikan. Di
atasnya sebuah kolam (al-haudl), yg akan datang umatku kepadanya. Bejananya itu
sebanyak bilangan bintang di langit”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sewaktu aku berjalan
dalam sorga, tiba-tiba bertemu dengan sebuah sungai. Kedua tepinya itu beratap
bulat dari permata berlobang. Aku bertanya: “Apakah ini, hai Jibril ?”. Jibril
menjawab: “Inilah Al-Kautsar yg diberikan kepada engkau oleh Tuhan engkau. Lalu
malaikat menepukkan dengan tangannya. Tiba-tiba tanahnya kesturi yg harum
baunya”. Anas berkata: “Adalah Rasulullah saw bersabda: “Diantara dua tepi
kolamku itu seperti diantara Madinah dan San’a atau seperti diantara Madinah
dan ‘Amman”.
Diriwayatkan Ibnu Umar, bahwa tatkala turun firman Allah
Ta’ala: “Sesungguhnya Kami memberikan kepada engkau Al-Kautsar”. S 108 Al
Kautsar ayat 1. Maka Rasulullah saw bersabda: “Al-Kautsar itu sebuah sungai
dalam sorga. Kedua tepinya dari emas. Minumannya sangat putih dari susu, lebih
manis dari madu dan lebih harum baunya dari kesturi. Ia mengalir atas batu
besar-batu besar dari mutiara dan permata-permata kecil”.
Berkata Tsauban bekas budak Rasulullah saw: “Rasulullah saw
bersabda: “Bahwa kolamku itu diantara ‘Adan ke ‘Amman A;-Balqa’. Airnya sangat
putih dari susu dan lebih manis dari madu. Gelas minumnya menurut bilangan
bintang di langit. Siapa yg meminum daripadanya sekali minum, niscaya tidak
akan haus lagi sesudah itu untuk selama-lamanya. Orang yg pertama datang
kepadanya itu, ialah orang-orang muhajirin yg miskin”.
Umar bin Al-Khattab ra lalu bertanya: “Siapakah mereka itu,
wahai Rasulullah ?”. Beliau saw menjawab: “Mereka itu ialah: orang-orang yg
kusut rambutnya, kotor kainnya, yg tiada mengawini dengan wanita-wanita yg
dinikmati dan tiada dibukakan bagi mereka itu pintu-pintu yg terkunci”.
Umar bin Abdul-‘aziz berkata: “Demi Allah ! aku telah mengawini
wanita-wanita yg dinikmati, yaitu: Fatimah binti Abdul-malik. Dan telah
dibukakan bagiku pintu-pintu yg terkunci. Kecuali, bahwa Allah merahmati aku,
tidak pelak lagi, bahwa: aku tidak meminyaki rambutku, sehingga ia kusut. Tidak
aku cucikan kainku yg atas tubuhku, sehingga ia kotor”.
Dari Abi Dzarr, yg mengatakan: “Aku bertanya: “Wahai
Rasulullah ! apakah bejananya kolam itu ?”. Nabi saw menjawab: “Demi Tuhan, yg
nyawa Muhammad di Tangannya ! sungguh bejana-bejananya itu lebih banyak dari
bilangan bintang tetap dilangit dan bintang beredar, pada malam yg gelap dan
bersih. Siapa yg meminum daripadanya, niscaya tiada akan haus lagi. Pada
ujungnya mengalir dua pancuran air dari sorga. Lebarnya seperti panjangnya,
yaitu: sebagai antara ‘Amman dan Ailah (nama negeri). Airnya sangat putih dari
susu dan lebih manis dari madu”.
Dari Samrah yg mengatakan: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa
masing-masing nabi itu mempunyai kolam. Mereka itu bangga-membanggakan, manakah
yg lebih banyak orang datang. Dan aku mengharap, bahwa adalah aku yg terbanyak
orang datang”. Maka inilah harapan Rasulullah saw. Maka hendaklah masing-masing
hamba itu mengharap bahwa adalah dia termasuk dalam jumlah orang-orang yg
datang kepada kolam itu. Dan hendaklah ia menjaga diri bahwa ada dia orang yg
berangan-angan dan terperdaya ! ia menyangka bahwa dia orang yg mengharap. Maka
orang yg mengharap untuk mengetam, ialah: orang yg menaburkan bibit,
membersihkan tanah dan menyiraminya dengan air. Kemudian ia duduk mengharap
kurnia Allah dengan tumbuhnya dan tertolaknya dari segala bahaya, sampai waktu
mengetam.
Adapun orang yg meninggalkan membajak
tanah atau menanam, membersihkan tanah dan menyiraminya dan terus mengharap
kurnia Allah, bahwa tumbuhlah baginya biji-bijian dan buah-buahan, maka dia ini
orang yg terperdaya dan berangan-angan. Dan tidaklah dia termasuk sedikitpun
dari orang-orang yg mengharap. Begitulah harapan kebanyakan makhluk. Yaitu:
tertipunya orang-orang yg dungu. Kita berlindung dengan Allah dari tipuan dan
kelalaian. Bahwa ketertipuan dengan kepercayaan kepada Allah itu lebih besar
daripada ketertipuan dengan dunia. Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kamu
tertipu oleh kehidupan dunia ini dan janganlah kepercayaan kamu kepada Allah
tertipu oleh yg amat pandai menipu (yaitu setan)”. S 35 Faathir ayat 5.
PEMBICARAAN: tentang sifat neraka jahannam, huru-haranya dan
belenggu-belenggunya.
Wahai orang yg lalai dari dirinya, yg tertipu dengan apa yg padanya, dari
segala yg menyibukkan bagi dunia ini, yg mendekati kepada habis dan hilang !
tinggalkanlah bertafakkur pada apa, yg anda akan berangkat daripadanya !
arahkanlah pikiran kepada tempat kedatangan anda ! bahwa anda telah
diberitahukan, bahwa neraka itu akan datang kepada semua orang. Karena
difirmankan oleh Allah Ta’ala: “Dan tiada seorangpun diantara kamu yg tiada
masuk ke dalamnya; itulah keputusan Tuhan yg tak dapat dihindarkan. Akhirnya,
Kami lepaskan orang-orang yg bertaqwa dan Kami biarkan orang-orang yg bersalah
berlutut di dalamnya”. S 19 Maryam ayat 71-72.
Maka anda itu termasuk orang yg datang dengan yakin dan
termasuk orang yg lepas dengan ragu. Maka tanamkanlah rasa dalam hati anda akan
huru-haranya tempat kedatangan itu ! semoga anda menyiapkan diri untuk
kelepasan daripadanya !
Perhatikanlah tentang hal makhluk ! dan mereka telah
membandingkan dari bala-bencana kiamat itu, akan apa yg telah mereka
membandingkan nya. Maka di mana mereka itu dalam bahayanya dan huru-haranya,
dalam keadaan berdiri, menunggu akan hakikat/makna beritanya dan pensyafaatan
para pemberi syafaatnya. Karena telah diliputi dengan orang-orang yg berdosa
itu, oleh kegelapan yg bercabang dan dinaungi atas mereka oleh api neraka yg
bernyala-nyala.
Mereka mendengar bagi neraka itu hembusan dan bunyinya yg
berulang-ulang yg menjelaskan dari kesangatan kekasaran dan kemarahan. Maka
ketika itu, yakinlah orang-orang yg berdosa dengan kebinasaan. Dan bertekuk lutut
segala umat atas orang yg berkendaraan. Sehingga orang yg terlepas dari dosa
itu, takut dari dari buruknya bertukar keadaan. Dan keluarlah orang yg
menyerukan dari neraka, dengan mengatakan: “Mana si Anu anak si Anu, yg
menangguhkan dirinya di dunia dengan panjang angan-angan, yg menyia-nyiakan
umurnya pada keburukan amal ?”.
Lalu bersegeralah para malaikat kepada orang itu dengan
alat-alat pemukul dari besi. Mereka menerimanya dengan gertakan-gertakan yg
sangat keras. Mereka menghalaukannya kepada azab yg sangat. Dan
menunggingkannya dalam dasar neraka jahannam. Mereka itu mengatakan kepadanya,
sebagaimana tersebut dalam Alquran: “Rasailah ! sesungguhnya engkau seorang
perkasa dan mulia !”. S 44 Ad Dukhaan ayat 49. Maka mereka ditempatkan dalam
rumah, yg sempit bahagian-bahagiannya, yg gelap jalan-jalannya, yg tidak jelas
tempat-tempat yg membinasakan, yg kekal di dalamnya orang yg tertawan dan
dinyalakan padanya nyala api. Minuman mereka padanya itu air yg sangat panas.
Tempat ketetapan mereka itu api yg besar nyalanya. Penjaga-penjaga neraka itu
menahan mereka. Lobang yg dalam itu mengumpulkan mereka. Angan-angan mereka
padanya itu kebinasaan. Dan tidaklah mereka itu terlepas daripadanya. Telah
bersangatanlah tapak kaki mereka itu ke ubun-ubun. Dan menghitamlah muka mereka
dari kegelapan perbuatan maksiat. Mereka itu dipanggilkan dari sebelah mereka.
Mereka itu memekik pada segala sudut dan tepinya: “Hai Malik (nama malaikat
penjaga neraka) ! telah berhaklah atas kami janji siksaan ! hai Malik ! telah beratlah
atas kami oleh besi ! hai Malik ! telah hancurlah dari kami kulit ! hai Malik !
keluarkanlah kami daripadanya ! sesungguhnya kami tiada akan kembali”.
Lalu malaikat penjaga neraka itu menjawab: “Pelan-pelanlah !
mendekatilah masa aman ! dan tiada keluar bagi kamu dari negeri kehinaan, maka
mengelak dirilah padanya dan tidaklah kamu berkata-kata ! jikalau kamu
dikeluarkan daripadanya, niscaya adalah kamu itu kembali
kepada yg dilarangkan”. Maka ketika itu, mereka itu berputus asa. Mereka itu
merasa menyesal atas yg mereka kerjakan dengan melampaui batas pada sisi Allah.
Mereka itu tiada dilepaskan oleh penyesalan dan tiada memadai oleh kesedihan.
Akan tetapi, mereka itu menelungkup atas mukanya yg dirantaikan. Api neraka
dari atas mereka. Api neraka dari bawah mereka. Api neraka dari kanan mereka.
Dan api neraka dari kiri mereka. Maka mereka itu tenggelam dalam neraka.
Makanan mereka itu api. Minuman mereka itu api. Pakaian mereka itu api. Tempat
tidur mereka itu api. Maka mereka itu diantara baju-baju sempit dari api
neraka, pakaiannya terbuat dari ter (aspal), pukulan besi-besi dan beratnya
rantai-rantai. Maka mereka itu gemetar pada tempat-tempat sempitnya, hancur
pada tingkat-tingkatnya dan terpukul diantara tepi-tepinya. Dinyalakan api
dengan mereka, seperti dinyalakan periuk. Diserukan mereka dengan kebinasaan
dan keratapan. Manakala mereka diserukan dengan kebinasaan, niscaya disiramkan
dari atas kepala mereka itu air panas, yg menghancurkan apa yg dalam perut
mereka dan kulit. Bagi mereka itu alat pukulan dari besi, yg menghancurkan dari
mereka. Lalu terpancarlah nanah dari mulut mereka. Terputus-putuslah dari
kehausan, jantung mereka. Mengalirlah atas pipi, air mata mereka. Gugurlah dari
pipi, daging-dagingnya. Berguguranlah dari kepala, kaki dan tangan, bulu dan
rambutnya. Bahkan kulit-kulitnya. Dan manakala kulit-kulit itu telah hancur,
lalu mereka itu digantikan dengan kulit yg lain. Telah kosonglah tulang mereka
dari daging. Maka tinggallah ruh itu menyangkut dengan urat dan
hubungan-hubungan urat saraf. Dan dia itu kering dalam kehangusan api itu. Dan
mereka bersama yg demikian itu mencita-citakan mati. Maka tiadalah mereka itu
mati. Maka bagaimana dengan anda, jikalau anda memandang kepada mereka ? dan
telah hitam muka mereka, dengan bersangatan hitamnya dari bara api. Telah
butalah mata mereka. Telah kelulah lidah mereka. Telah patahlah punggung
mereka. Telah hancurlah tulang-belulang mereka. Telah terpotonglah hidung
mereka. Telah robeklah kulit-kulit mereka. Telah terbelenggulah tangan mereka
kepada lehernya. Dan dikumpulkan diantara ubun-ubun mereka dan tapak kakinya.
Mereka itu berjalan di atas api dengan muka mereka. Mereka itu menginjakkan
duri besi dengan biji mata mereka. Maka nyalanya api neraka itu berjalan dalam
bahagian dalam sendi-sendinya. Ular dan kalajengkingnya lobang yg dalam itu
bergantungan dengan anggota badan mereka. Inilah sebahagian dari jumlah hal
keadaan mereka itu ! dan perhatikanlah sekarang tentang uraian kehuru-haraan
mereka ! bertafakkurlah pula tentang lembah-lembah neraka jahannam dan
cabang-cabangnya !
Nabi saw bersabda: “Bahwa dalam neraka jahannam itu 70 ribu
lembah. Pada masing-masing lembah itu 70 ribu cabang. Pada masing-masing cabang
itu 70 ribu ular dan 70 ribu kalajengking. Tiada berkesudahanlah orang kafir
dan orang munafik, sehingga ia perangi yg demikian itu semuanya”.
Ali ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Minta
perlindunganlah kamu dengan Allah dari telaga kegundahan atau lembah kegundahan
!”. Lalu ditanyakan: “Wahai Rasulullah ! apakah lembah atau telaga kegundahan
itu ?”. Nabi saw menjawab: “Suatu lembah dalam neraka jahannam, yg meminta
lindung daripadanya neraka jahannam setiap hari 70 kali. Disediakan oleh Allah
Ta’ala untuk qari’-qari’ yg ria”. Maka inilah luasnya neraka jahannam dan percabangan
lembah-lembahnya. Yaitu: menurut bilangan lembah-lembah dunia dan nafsu
syahwatnya. Dan bilangan pintu-pintunya menurut bilangan anggota badan yg 7, yg
dengan anggota badan itu, hamba berbuat maksiat. Sebahagian neraka itu diatas
sebahagian yg lain. Yg tertinggi, ialah:
namanya Jahannam.
Kemudian Saqar.
Kemudian Ladhaa.
Kemudian Al-Huthamah.
Kemudian As-Sa’iir.
Kemudian, Al-Jahiim.
Kemudian Al-Haawiyah.
Maka perhatikanlah sekarang tentang dalamnya Al-Haawiyah !
sesungguhnya tiada batas bagi dalamnya itu. Sebagaimana tiada batas bagi
dalamnya nafsu syahwat dunia. Maka sebagaimana tiada berkesudahan suatu maksud
dari dunia, selain kepada suatu maksud yg lebih besar daripadanya. Maka tiada
berkesudahan suatu lobang yg dalam dari neraka jahannam, selain kepada suatu
lobang yg lebih dalam daripadanya.
Abu Hurairah berkata: “Adalah kami bersama Rasulullah saw.
Lalu kami mendengar suatu benda jatuh. Maka Rasulullah saw bertanya: “Adakah
kamu tahu, apakah itu ?”. Kami menjawab: “Allah dan RasulNya yg lebih
mengetahui”. Rasulullah saw menjawab: “Itu adalah batu yg dikirimkan dalam
neraka jahannam semenjak 70 tahun. Sekarang telah sampai kepada dasarnya”.
Kemudian perhatikanlah kepada berlebih kurangnya
tingkat-tingkat neraka itu ! bahwa akhirat itu lebih banyak derajat dan lebih
banyak kelebihan. Maka sebagaimana bertiarabnya manusia kepada dunia itu
berlebih kurang, maka siapa yg terjerumus, yg banyak, adalah seperti orang yg
tenggelam padanya. Dan siapa yg terjun padanya sampai kepada batas tertentu.
Maka seperti demikianlah tercapainya neraka bagi mereka itu berlebih kurang.
Bahwa Allah tiada menganiaya sebesar atom pun.
Maka tiada berikut-ikutlah berbagai macam azab atas setiap
orang dalam neraka, bagaimanapun adanya. Bahkan, bagi setiap orang itu
mempunyai batas yg diketahui atas kadar kemaksiatan dan kedosaannya. Kecuali
bahwa yg tersedikit dosa mereka, jikalau
dikemukakan kepadanya dunia dengan segala isinya, niscaya ia tertebus dengannya
itu, dari kesangatan apa, yg ia padanya. Rasulullah saw bersabda: “Bahwa sekurang-kurangnya azab isi neraka pada hari kiamat
itu ia bersandal dengan dua sandal dari api, yg otaknya itu masuk dari
kepanasan dua sandalnya”.
Maka perhatikanlah sekarang kepada orang yg diringankan
kepadanya dan diambil ibarat dengan dia akan orang yg disangatkan atasnya ! dan
manakala anda ragu tentang bersangatannya azab neraka, maka dekatkanlah anak
jari anda kepada api ! dan bandingkanlah yg demikian itu dengan dia ! kemudian
ketahuilah, bahwa anda salah pada perbandingan ! bahwa neraka dunia tiada
bersesuaian dengan neraka jahannam. Akan tetapi, manakala adalah yg terberat
azab di dunia itu azab api ini, niscaya diketahuilah akan azab jahannam dengan
dia. Amat jauhlah kiranya, jikalau terdapat isi api yg bernyala-nyala itu
seperti api ini, lalu mereka masuk ke dalamnya dengan sukarela, lari dari apa,
yg mereka itu di dalamnya. Dan dari ini, diibaratkan pada hadits-hadits, dimana
dikatakan, bahwa: api dunia itu telah dimandikan dengan 70 air dari air rahmat,
sehingga disanggupi oleh penduduk dunia menggunakannya.
Rasulullah saw telah menegaskan sifat neraka jahannam itu.
Beliau bersabda: “Allah Ta’ala memerintahkan bahwa dibakarkan atas neraka itu
1000 tahun, sehingga ia merah. Kemudian, dibakarkan atasnya 1000 tahun,
sehingga ia putih. Kemudian, dibakarkan atasnya 1000 tahun, sehingga ia hitam.
Maka dia itu hitam yg menggelapkan”.
Nabi sw bersabda: “Neraka itu mengadu kepada Tuhannya. Ia
berkata: “Hai Tuhan ! sebahagianku memakan akan sebahagian”. Maka Allah Ta’ala
mengizinkan baginya pada 2 nafas. Satu nafas pada musim dingin dan satu nafas
pada musim panas. Maka yg lebih keras yg kamu memperolehnya pada musim panas
itu dari kepanasannya dan yg lebih keras yg kamu memperolehnya pada musim
dingin itu dari kesejukannya”.
Anas bin Malik berkata: “Diberikan yg paling menikmatkan
kepada manusia di dunia, kepada orang-orang kafir. Maka dikatakan: “Menyelamlah
kamu dalam api neraka dengan sekali penyelaman !”. Kemudian ditanyakan
kepadanya: “Adakah engkau merasakan nikmatnya ?”. Ia menjawab: “Tidak !”. Dan
didatangkan dengan orang yg paling melarat di dunia. Lalu dikatakan:
“Menyelamlah dalam sorga dengan sekali penyelaman !”. Kemudian, ditanyakan
kepadanya: “Adakah engkau merasakan melaratnya ?”. Ia lalu menjawab: “Tidak !”.
Abu Hurairah berkata: “Jikalau ada dalam masjid 100 ribu orang
atau lebih, kemudian bernafas seorang dari isi neraka, niscaya matilah mereka
itu semua”. Berkata sebahagian ulama tentang firman Allah Ta’ala: “Muka mereka
itu dibakar oleh api”. S 23 Al Mukminuun ayat 104. Bahwa api itu membakar
mereka sekali bakar. Maka tidak ada lagi daging atas tulang, selain
dicampakkannya ke belakang mereka. Kemudian, perhatikanlah sesudah ini, tentang
busuknya bau nanah yg mengalir dari badan mereka. Sehingga mereka itu tenggelam
di dalamnya. Yaitu: air daging busuk.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Jikalau setimpal dari air daging busuk jahannam dituangkan di dunia, niscaya
menjadi busuklah penduduk bumi”. Maka inilah minuman mereka apabila mereka
meminta minum dari kehausan. Maka diberi minumlah seseorang mereka: “dari air
kotor (bernanah). Dihirupnya sedikit dan hampir tidak dapat diteguknya dan
kematian datang kepadanya dari segala tempat, tetapi dia tidak mati”. “Dan
kalau mereka meminta minum, diberi minum dengan air seperti tembaga yg
dihancurkan, menghanguskan muka; itulah minuman yg terburuk dan itulah tempat
yg paling jahat”. Kemudian, perhatikanlah kepada makanan mereka, yaitu: zaqum
(nama pohon kayu yg sangat pahit buahnya). Sebagaimana difirmankan oleh Allah
Ta’ala: “Kemudian, hai kamu yg sesat jalan dan membantah kebenaran !
sesungguhnya kamu akan memakan buah batang zaqum. Maka perut kamu menjadi penuh
karenanya. Dan sesudah itu kamu meminum air yg sangat panas. Dan kamu minum
sebagai minumnya unta yg sangat kehausan”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 51 - 55
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya pohon itu keluar dari dasar neraka. Mayangnya
sebagai kepala setan (ular). Sesungguhnya mereka yg memakan buah kayu itu dan
karenanya perut mereka menjadi penuh. Kemudian, mereka diberi air yg sangat
panas untuk campurannya. Kemudian lagi ke dalam api yg menyala tempat kembali
mereka”. S 37 Ash Shaffaat ayat 64 - 68.
Allah Ta’ala berfirman: “Masuk ke dalam api yg menyala. Diberi minum dari
mata air yg sangat panas”. S 88 Al Ghaasyiah ayat 4-5.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya disisi Kami ada rantai yg berat dan
api neraka. Dan makanan yg mencekikan dan siksa yg pedih”. S 73 Al Muzzammil
ayat 12-13.
Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Jikalau setitik
dari air buah zaqum menitik dalam lautan dunia, niscaya ia merusakkan atas
penduduk dunia kehidupan mereka. Maka bagaimanakah dengan orang yg makanannya
adalah yg demikian itu ?”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Gemarlah pada apa, yg
digemarkan oleh Allah ! berhati-hatilah dan takutlah apa yg dipertakutkan oleh
Allah, dari azabNya, siksaanNya dan dari neraka jahannam ! bahwa jikalau adalah
setitik air dari sorga bersama kamu dalam duniamu, yg kamu didalamnya, niscaya
ia membaikkan bagi kamu. Dan jikalau adalah satu titik air dari neraka, bersama
kamu dalam duniamu yg kamu di dalamnya, niscaya ia memburukkan kepadamu”.
Abud-Darda’ berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Dicampakkan
kelaparan kepada isi neraka, sehingga berpalinglah apa yg mereka itu padanya
dari azab. Lalu mereka meminta makanan. Maka diberikan mereka makanan dari kayu
berduri, tiada menyuburkan badan dan tiada pula menghentikan lapar. Dan mereka
meminta lagi makanan, lalu diberikan makanan yg mencekikkan. Maka mereka itu
menyebutkan, bahwa mereka sebagaimana memperoleh makanan-makanan yg mencekikkan
dalam dunia, dengan minuman. Lalu mereka itu meminta minuman. Lalu diangkatkan
kepada mereka air yg sangat panas dengan besi yg bengkok. Maka apabila
mendekati dengan muka mereka, niscaya membakar mukanya. Apabila minuman itu
masuk ke perut mereka, niscaya putuslah apa yg dalam perutnya. Lalu mereka
berkata: “Panggilah para bendahara neraka jahannam !”. Nabi saw meneruskan
sabdanya: “Lalu mereka itu memanggil para bendahara jahannam, dengan
mengatakan: “Bahwa: panggillah Tuhan
kamu, yg meringankan dari kami pada hari ini dari azab !”. Lalu para bendahara
itu menjawab: “Apakah tidak datang kepada kamu rasul-rasul kamu dengan
keterangan-keterangan ?”. Mereka itu menjawab: “Ada !”. Mereka itu menyambung
lagi: “Berdoalah ! tiadalah doa orang-orang kafir itu, selain dalam kesesatan”.
Nabi saw meneruskan sabdanya: “Lalu mereka itu berkata: “Panggillah Malik
(malaikat penjaga neraka) !”. Lalu mereka panggil, seraya mereka itu berkata:
“Hai Malik ! dapatlah kiranya Tuhan engkau mengakhiri hal kami ini !”. Nabi saw
menyambung: “Lalu Malik menjawab kepada mereka: “Kamu akan tetap tinggal di
sini !”.
Al-A’masy berkata: “Diberitahukan kepadaku, bahwa diantara
panggilan mereka dan berkenannya Malik akan panggilan mereka itu 1000 tahun
lamanya”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Mereka itu lalu berkata: “Berdoalah
kepada Tuhanmu ! maka tiada seorangpun yg lebih baik dari Tuhanmu”. Lalu mereka
itu berdoa: “Hai Tuhan kami ! telah mengeraslah atas kami kesengsaraan kami dan
kami adalah kaum yg sesat. Hai Tuhan kami ! keluarkanlah kami daripadanya ! maka jikalau kami kembali, maka kami itu orang-orang yg zalim”.
Nabi saw menyambung lagi: “Malik itu menjawab kepada mereka: “Makin jauhlah
kamu ke dalamnya ! dan janganlah kamu berbicara dengan aku !”. Nabi saw
menyambung pula: “Maka ketika itu, mereka putus asa dari setiap kebajikan. Dan
ketika itu, mereka itu menarik nafas, menyesal dan binasa”.
Abu Amamah berkata: “Rasulullah saw bersabda mengenai firman
Allah Ta’ala: “Dan mereka diberi minum dengan air kotor (bernanah). Dihirupnya
sedikit dan hampir tidak dapat diteguknya”. S 14 Ibrahim ayat 16-17.
Nabi saw meneruskan sabdanya: “Didekatkan air kotor bernanah
itu. Maka tidak disukainya. Apabila mendekatinya, niscaya membakar mukanya.
Lalu jatuhlah kulit kepalanya. Apabila ia minum, niscaya memutuskan perut
panjangnya, sehingga keluar dari duburnya”, yg difirmankan oleh Allah Ta’ala:
“Dan diberi minum dengan air yg mendidih, sehingga putus berpotong-potong perut
panjangnya”. S 47 Muhammad ayat 15.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan kalau mereka meminta minum,
diberi minum dengan air seperti tembaga yg dihancurkan, menghanguskan muka”. S
18 Al Kahfi ayat 29. Maka inilah makanan dan minuman mereka, ketika lapar dan
haus. Maka perhatikanlah sekarang kepada ular-ular dan
kalajengking-kalajengking neraka jahannam, kepada kesangatan racunnya, besar
tubuhnya dan jahat perangainya ! Ia telah menguasai atas isi neraka itu dan
merusakkannya. Ia tidak lesu dari mematuk dan menyengat pada satu saat.
Abu Hurairah ra berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa dikurniai oleh Allah akan harta, lalu ia
tidak menunaikan zakatnya, niscaya harta itu dibuatkan baginya pada
hari kiamat, seperti seorang pemberani, yg telah digundulkan oleh dua titik
hitam di atas matanya, yg ia menggantungkannya pada leher di hari kiamat.
Kemudian mengambilnya dengan lahazimnya”. Lahazim: ialah rahangnya”. Lalu orang
pemberani itu berkata: “Aku harta engkau, aku gudang engkau !”. Kemudian Nabi
saw membaca firman Allah Ta’ala: “Janganlah orang-orang yg kikir –memberikan-
dengan apa yg telah dikurniakan Allah kepadanya mengira, bahwa kekikiran itu
membaikkan mereka. Tidak ! melainkan memburukkan mereka; nanti harta yg mereka
kikirkan itu akan digantungkan di lehernya pada hari kiamat. Allah yg
mempusakai langit dan bumi dan mengetahui apa yg kamu kerjakan”. S 3 Ali ‘Imran
ayat 180.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dalam neraka itu
ular-ular, seperti leher unta, yg mematuk dengan sekali patukan. Maka didapati
panasnya selama 40 musim kharif (musim sebelum musin sejuk). Bahwa di dalam
neraka itu kalajengking-kalajengking seperti binatang baghal yg diikat, yg
menyengat dengan sengatan. Lalu didapati panasnya selama 49 musim kharif”.
Ular-ular dan kalajengking-kalajengking ini, sesungguhnya menguasai atas orang
yg telah dikuasai oleh kekikiran di dunia, buruk perangai dan menyakitkan
manusia. Barangsiapa menjaga diri dari yg demikian, niscaya ia terjaga dari
ular-ular itu. Maka ia tidak menyakitinya. Kemudian, bertafakkurlah sesudah itu
semua, pada pembesaran tubuh isi neraka. Bahwa Allah Ta’ala menambahkan pada
tubuh mereka, panjang dan lebar. Sehingga bertambahlah azab mereka dengan
sebabnya. Lalu mereka itu merasakan dengan bakaran api neraka, sengatan
kalajengking dan ular, dari semua bahagiannya sekaligus dengan berturut-turut.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Gigi geraham
orang kafir dalam neraka itu seperti bukit Uhud dan tebal kulitnya sejauh
perjalanan 3 hari”. Rasulullah saw bersabda: “Bibirnya yg bawah itu jatuh atas
dadanya dan yg atas itu kuncup menutupkan mukanya”. Nabi saw bersabda: “Bahwa
orang kafir itu menghela lidahnya dalam keadaan orang yg ditahan pada hari
kiamat, yg akan diinjak-injak oleh manusia”. Serta besarnya tubuh seperti yg
demikian itu dibakar oleh api neraka beberapa kali. Lalu membarulah kulit dan
dagingnya.
Al-Hasan Al-Bashari berkata tentang firman Allah Ta’ala:
“Setiap kali kulit mereka telah hangus, Kami ganti dengan kulit yg lain”. S 4
An Nisaa’ ayat 56. Al-Hasan Al-Bashari mengatakan: “Mereka itu dimakan oleh api
neraka setiap hari 70 kali. Setiap kali mereka itu dimakan oleh api neraka,
dikatakan kepada mereka: “Kembalilah !”. Maka mereka itu kembali, sebagaimana
yg telah ada”. Kemudian, bertafakkurlah sekarang tentang tangisnya isi neraka,
tarikan nafasnya dan doa mereka dengan kebinasaan dan kerugian. Bahwa yg
demikian itu menguasai mereka pada permulaan tercampaknya dalam neraka.
Rasulullah saw bersabda: “Didatangkan dengan neraka jahannam
pada hari itu, yg baginya 70 ribu tali penambat. Serta setiap tali penambat itu
70 ribu malaikat”. Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Dikirimkan kepada
isi neraka itu tangisan. Lalu mereka itu menangis, sehingga terputuslah air
mata. Kemudian, mereka itu menangis darah. Sehingga terlihat pada muka mereka,
seperti keadaan parit besar. Jikalau dilayarkan kapal padanya, niscaya dapat
berlayar”. Selama diperbolehkan bagi mereka itu menangis, menarik nafas,
menghela nafas, berdoa dengan kebinasaan dan kerugian, maka bagi mereka itu
padanya keistirahatan. Akan tetapi, mereka itu dilarang pula dari yg demikian.
Muhammad bin Ka’ab berkata: “Bagi isi neraka itu 5 macam doa
yg akan diperkenankan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla pada 4 macam. Maka apabila doa
itu yg ke-5, niscaya mereka itu tiada berkata-kata lagi sesudahnya untuk
selama-lamanya: mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami! 2 kali Engkau memberikan
kematian kepada kami dan 2 kali Engkau memberikan kehidupan kepada kami ! kami
mengakui dosa-dosa kami, maka masih adakah lagi jalan keluar ?”. Maka Allah
Ta’ala berfirman, untuk menjawab doa mereka: “Hal itu disebabkan, karena kamu
menolak ketika diseru, bahwa Tuhan itu hanya Allah sendirian saja dan kamu hanya
mempercayai apabila diadakan sekutu dengan Allah.
Hukum (perintah) hanyalah kepunyaan Allah Yg Maha Tinggi dan
Maha Besar”. kemudian, mereka itu berdoa: “Wahai Tuhan kami ! kami telah
melihat dan mendengar apa yg Engkau firmankan. Sebab itu, kembalikanlah kami ke
(dunia), kami akan mengerjakan perbuatan baik !”. Maka Allah Ta’ala berfirman
untuk menjawab doa mereka: “Bukankah dari dahulu, kamu telah bersumpah juga,
bahwa kamu tidak akan lenyap ?”. Maka mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami !
keluarkanlah kami, nanti kami akan mengerjakan perbuatan yg baik, berlainan
dari pekerjaan yg telah pernah kami kerjakan dahulu !”. Maka Allah Ta’ala
berfirman, untuk menjawab doa mereka: “Bukankah Kami telah memberikan umur yg
cukup kepada kamu; dalam masa itu orang yg mau mengerti dapat mengambil
pengertian; dan (lagi) orang yg memberikan peringatan telah datang kepada kamu
? Sebab itu, rasailah olehmu (balasan kesalahanmu); dan orang-orang yg bersalah
itu tiada memperoleh penolong”. Kemudian mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami nasib
malang telah memaksa kami dan kami menjadi kaum yg tersesat. Wahai Tuhan kami
keluarkanlah kami dari sini ! kalau kami kembali pula (mengerjakan dosa) sudah
tentu kami menjadi orang-orang yg bersalah. Maka Allah Ta’ala berfirman untuk
menjawab doa mereka: “Makin jauhlah kedalamnya dan janganlah kamu berbicara
dengan Aku !”. Maka mereka itu tiada berbicara lagi sesudahnya untuk
selama-lamanya. Dan yg demikian itu kesangatan azab.
Malik bin Anas ra berkata: “Yazid bin Aslam mengatakan tentang
firman Allah Ta’ala: “Sekarang keadaan kita sama saja, kita gelisah atau kita
sabar tiadalah kita mempunyai tempat berlindung”. S 14 Ibrahim ayat 21. Yazid
bin Aslam berkata: “Mereka itu sabar 100 tahun. Kemudian mereka gelisah 100
tahun. Kemudian mereka sabar 100 tahun. Kemudian, mereka itu mengatakan:
sekarang keadaan kita sama saja, kita gelisah atau kita sabar”.
Nabi saw bersabda: “Didatangkan mati pada hari kiamat
seakan-akan seekor kibasy yg manis. Lalu disembelihkan diantara sorga dan
neraka. Dan dikatakan: “Hai isi sorga ! kekekalan dengan tidak mati. Dan isi
neraka ! kekekalan dengan tidak mati”.
Dari Hasan Al-Bashari yg mengatakan: “Seorang laki-laki akan
keluar dari neraka sesudah 1000 tahun. Semoga adalah aku laki-laki itu”. Dimimpikan
Al-Hasan ra duduk disuatu sudut rumah dan ia sedang menangis. Lalu ditanyakan
kepadanya: “Mengapa engkau menangis ?”. Ia menjawab: “Aku takut bahwa Allah
mencampakkan aku dalam neraka dan Ia tidak memperdulikan aku”.
Maka inilah bermacam-macam jenis azab neraka jahannam secara
keseluruhan. Penguraian kedukacitaan, kesedihan, percobaan dan pengeluhan itu
tiada berkesudahan. Maka persoalan yg terbesar atas mereka, serta apa yg
ditemui mereka, dari kesangatan azab, ialah pengeluhan luputnya kenikmatan
sorga, luputnya bertemu dengan Allah Ta’ala dan luputnya keridhaan Allah
Ta’ala. Serta mereka itu tahu bahwa mereka telah menjual semua yg demikian itu,
dengan harga yg rendah, beberapa dirham yg dapat dihitung dengan mudah. Karena
mereka itu tiada menjual yg demikian itu, selain dengan nafsu syahwat yg hina
didunia, beberapa hari yg pendek. Dan adalah itu tidak bersih. Akan tetapi,
adalah keruh, yg menyempitkan. Maka mereka itu mengatakan kepada dirinya:
“Aduhai sebalnya hatiku ! bagaimana kami telah membinasakan diri kami, dengan
mendurhakai Tuhan kami ! dan bagaimana kami tidak memaksakan diri kami dengan
sabar dalam beberapa hari yg sedikit ! jikalau kami bersabar, niscaya adalah
hari-hari itu telah berlalu dari kami. Dan tinggallah kami dalam lingkungan
Tuhan semesta alam, yg menikmati dengan IA ridha kepada kami dan kami ridha
kepadaNya ! Maka wahai kesebalan hati mereka itu ! telah luput kepada mereka,
apa yg telah luput dan mereka telah dicoba dengan apa yg dicobakan. Dan tiada
tinggal bersama mereka akan sesuatu dari kenikmatan dunia dan kelezatannya.
Kemudian, jikalau mereka tidak menyaksikan kenikmatan sorga, niscaya tidak
besarlah kesebalan hati mereka. Akan tetapi, sorga itu didatangkan kepada
mereka.
Maka Rasulullah saw bersabda: “Pada hari kiamat dibawa manusia
dari neraka kesorga. Sehingga, apabila mereka itu dekat kepadanya, menghirup
baunya dan melihat kepada istana-istananya, dan kepada yg disediakan oleh Allah
kepada penduduknya didalam sorga itu, niscaya mereka itu diserukan, bahwa:
palingkanlah mereka itu dari sorga ! tiada bahagian mereka itu padanya”. Maka
mereka itu kembali dengan kesebalan hati, apa yg telah kembalilah orang-orang
yg pertama dan orang-orang yg penghabisan, dengan seperti yg demikian, maka
mereka mengucapkan: “Hai Tuhan kami ! jikalau Engkau masukkan kami keneraka,
sebelum Engkau memperlihatkan kepada kami, akan yg telah Engkau
memperlihatkannya, dari pahala balasan Engkau dan yg telah Engkau sediakan didalamnya
bagi wali-wali Engkau, niscaya adalah yg demikian itu lebih ringan atas kami !”.
Maka Allah Ta’ala berfirman: “Yg demikian itu Aku kehendaki dengan kamu !
adalah kamu, apabila kamu itu dalam keadaan sepi (sendirian), niscaya kamu
menampakkan Aku dengan kebesaran. Dan apabila kamu bertemu dengan manusia,
niscaya kamu bertemu dengan mereka itu dengan merendahkan diri. Kamu
memperlihatkan kepada manusia, dengan kebalikan dari apa yg kamu berikan
kepadaKu dari hatimu. Kamu berikan kepada manusia dan tidak kamu berikan
kepadaKu. Kamu mengagungkan manusia dan kamu tidak mengagungkan Aku. Kamu
tinggalkan bagi manusia dan kamu tidak tinggalkan bagiKu. Maka pada hari ini,
Aku rasakan kamu akan azab yg pedih, serta Aku haramkan bagi kamu, pahala yg
berketetapan.
Ahmat bin Harb berkata: “Bahwa seseorang kita memilih naungan dari
matahari. Kemudian, ia tidak memilih sorga dari neraka”.
Isa as berkata: “Berapa banyak dari badan yg sehat, wajah yg cerah, dan
lisan yg fasih, besok ia menjadi diantara lapisan neraka.
Daud as berkata: “Hai Tuhanku ! tiada kesabaran bagiku diatas kepanasan
matahariMu. Maka bagaimanakah kesabaranku atas kepanasan nerakamu ? dan tiada
kesabaran bagiku atas suaranya rahmatMu. Maka bagaimanakah atas suaranya azabMu
?”
Maka perhatikanlah, hai orang yg patut dikasihani pada
huru-hara ini ! dan ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan neraka
dengan huru-hara-huru-haranya. Dan menciptakan bagi neraka itu isi yg tidak
lebih dan tidak kurang ! bahwa ini adalah persoalan yg telah menjadi ketetapan
dan telah selesai daripadanya.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan berilah mereka peringatan
terhadap hari penyesalan itu, ketika perkara telah diputuskan, sedang mereka
dalam kelalaian dan tidak percaya”. S 19 Maryam ayat 39. Demi umurku ! bahwa
isyarat dengan yg demikian itu, adalah kepada hari kiamat. Bahkan juga kepada
azal-azali. Akan tetapi, yg lebih jelas hari kiamat itu, ialah yg telah
terdahulu ketetapannya. Maka yg heran dari engkau, ialah dimana engkau itu
tertawa dan bermain-main dan engkau sibuk dengan hal-hal yg hina didunia. Dan engkau tidak tahu, bahwa ketetapan (qodo’) itu, dengan
apakah yg telah terdahulu pada hak diri engkau ? jikalau engkau bertanya:
kiranya aku rasakan, apakah tempat kedatanganku ? kepada apakah tempat
tinggalku dan tempat kembaliku ? apakah yg telah terdahulu ketetapan pada hak
diriku ?”. Maka bagi engkau itu ada tanda, yg jinaklah hati engkau dengan dia.
Dan engkau membenarkan harapan engkau dengan sebabnya. Yaitu: bahwa engkau
memandang kepada hal keadaan engkau dan amal perbuatan engkau. Maka setiap orang
itu dimudahkan bagi apa, yg ia diciptakan baginya. Maka jikalau telah
dimudahkan bagi engkau jalan kebajikan, maka bergembiralah bahwa engkau telah
dijauhkan dari neraka ! dan jikalau adalah engkau adalah engkau itu tidak
bermaksud kepada kebajikan, melainkan engkau dikelilingi oleh
penghalang-penghalang, lalu engkau menolak kebajikan itu. Dan engkau tidak
bermaksud dengan kejahatan, melainkan dipermudahkan bagi engkau akan
sebab-sebabnya. Maka ketahuilah, bahwa engkau telah ditetapkan yg demikian atas
engkau. Bahwa tunjukkan ini kepada akibat, adalah seperti tunjukkan
hujan atas tumbuh-tumbuhan dan tunjukkan asap api.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yg baik
berada dalam kesenangan. Sesungguhnya orang-orang yg jahat berada dalam
neraka”. S 82 Al Infithaar ayat 13-14. Maka datangkanlah diri anda kepada 2
ayat ini ! dan anda mengetahui akan tempat ketetapan anda dari 2 negeri itu
(dunia & akhirat) Allah Yg Maha Tahu!
PEMBICARAAN: tentang sifat sorga dan jenis-jenis nikmatnya.
Ketahuilah kiranya, bahwa negeri itu yg anda ketahui kesusahan
dan kedukaan, berlawanan dengan negeri yg lain. Lalu anda memperhatikan akan
kenikmatan dan kegembiraannya. Maka siapa yg jauh dari salah satu, dari
keduanya, niscaya sudah pasti ia akan menetap pada yg lain. Maka taburkanlah
ketakutan dari hati anda, dengan lamanya berfikir tentang huru-hara neraka !
dan taburkanlah harapan dengan lamanya berfikir pada kenikmatan yg berkekalan,
yg dijanjikan bagi isi sorga ! halaukanlah diri anda
dengan cambuk ketakutan dan tuntunkanlah dengan kekang harapan kepada jalan yg
lurus. Maka dengan demikian, anda akan memperoleh kerajaan besar dan
selamat dari azab yg pedih. Maka bertafakkurlah tentang isi sorga ! pada muka
mereka cahaya kesenangan. Mereka diberi minum dengan minuman yg dicap
(ditutup). Mereka duduk di atas mimbar yakut yg merah didalam tenda dari
mutiara yg basah lagi putih. Padanya hamparan dari permadani yg hijau. Mereka
duduk bersandar diatas dipan (ranjang), yg ditegakkan diatas pinggir sungai, yg
didatangkan dengan khamar dan air madu, yg dikelilingi dengan bujang-bujang dan
anak remaja, yg dihiaskan dengan bidadari yg cantik. Seakan-akan mereka itu
yakut dan mirjan, yg tidak disentuh sebelumnya oleh insan dan jin.
Bidadari-bidadari itu berjalan dalam tingkat-tingkat sorga.
Apabila cederalah salah seorang mereka dalam perjalanannya, niscaya dibawa dari
segala sampingnya oleh 70 ribu pemuda remaja. Diatas dipan itu bermacam-macam sutra
putih, yg mengherankan penglihatan, yg dipakaikan mahkota yg bertahtakan mutiara
dan permata kecil-kecil, berbagai bentuk mempunyai kelemah-lembutan, berbau
harum, aman dari ketuaan dan kesusahan, terpelihara dalam rumah, dalam istana
dari yakut, yg dibangun di tengah-tengah taman sorga, ada gadis-gadis yg sopan
setia, dengan mata yg jelita.
Kemudian, diedarkan dikeliling mereka dan anak-anak gadis itu
gelas dan cerek serta piala dari mata air yg bening, putih yg lezat cita
rasanya bagi orang-orang yg minum diedarkan di keliling mereka pelayan-pelayan
dan anak-anak muda remaja, laksana intan yg tersembunyi, sebagai balasan apa yg
telah mereka kerjakan, pada tempat yg aman, dalam sorga dan mata air, dalam
sorga dan sungai, ada tempat duduk kebenaran, di sisi Raja Yg Maha Kuasa.
Mereka memandang padanya kepada Wajah Raja Yg Maha Mulia. Dan telah
cemerlanglah pada wajah mereka kecantikan nikmat, yg tidak dikenakan oleh debu
dan kehinaan. Bahkan adalah hamba-hamba yg dimuliakan. Dan dengan berbagai
macam hadiah yg dijanjikan dari Tuhan mereka. Maka mereka itu kekal pada yg
dirindukan oleh diri mereka. Mereka tiada takut padanya dan tiada gundah.
Mereka itu merasa aman dari keraguan bahaya. Mereka itu bersenang-senang di
dalamnya. Mereka makan dari makanan-makanannya. Mereka minum dari
sungai-sungainya, susu, khamar dan air madu, pada sungai, yg tanahnya dari
perak dan tambaknya permata-permata kecil. Di atas lantai tanahnya kesturi yg
sangat harum. Tumbuh-tumbuhannya pohon kumkuma. Mereka dihujani dari awan, yg
padanya dari air mawar putih, diatas bukit kapur-barus. Mereka diberikan gelas-gelas
dan manakah gelas-gelas itu ? dengan gelas dari perak, yg dihiasi dengan
permata, yakut dan permata-permata kecil. Gelas, yg didalamnya minuman yg
ditutup, yg dicampurkan dengan air dari mata air salsabil. Gelas, yg cemerlang
nurnya dari kebersihan zatnya, yg tampaklah minuman itu dari belakangnya,
dengan kehalusan dan kemerahannya, yg tidak diciptakan oleh anak Adam. Lalu
mereka itu teledor pada membaguskan ciptaannya dan mencantikkan perbuatannya.
Dalam tapak tangan pelayan, yg diserupakan cahaya mukanya dengan matahari pada
waktu terbitnya. Akan tetapi, darimanakah bagi matahari itu kemanisan seperti
kemanisan bentuknya, kebagusan pelipisnya dan kecantikan biji matanya ? Maka
alangkah mengherankan bagi orang yg beriman dengan negeri, yg ini sifatnya ?
dan ia yakin, bahwa tiadalah mati penduduknya. Tidak bertempat balabencana
dengan orang yg bertempat di halamannya. Dan tiada dipandang oleh hal-hal yg
baru dengan mata perobahan kepada penduduknya. Bagaimana ia berjinak hati
dengan negeri, yg telah diizinkan oleh Allah pada kerobohannya. Dan ia merasa
tentram dengan hidup dengan tiadanya. Demi Allah, jikalau tidak adalah padanya,
selain selamatnya badan, serta aman dari kematian, kelaparan, kehausan dll
jenis kejadian, niscaya adalah pantas, bahwa ia meninggalkan dunia dengan
sebabnya. Dan bahwa ia tidak mengutamakan atasnya, akan apa itu
berputus-putusan dan kesempitan hidup daripada daruratnya. Bagaimana, dan
penduduknya itu raja-raja yg aman. Dan mereka bersenang-senang dalam berbagai
macam kegembiraan. Bagi mereka padanya itu setiap apa yg diingininya. Dan
mereka pada setiap hari itu datang di halaman ‘Arasy. Mereka itu memandang
kepada Wajah Allah Yg Maha Mulia. Mereka memperoleh dengan pandangan dari
Allah, apa yg tiada diperoleh mereka bersamanya kepada kenikmatan sorga yg
lain. Dan mereka itu tiada menolehnya. Dan mereka itu bulak-balik berkekalan
diantara bermacam jenis nikmat-nikmat ini. Dan mereka itu merasa aman daripada
hilangnya !
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda:” Diserukan oleh
orang yg menyerukan: “Hai penduduk sorga ! sesungguhnya bagi kamu itu
memperoleh kesehatan. Maka kamu tiada akan sakit untuk selama-lamanya. Bahwa
bagi kamu itu hidup, maka kamu tiada akan mati untuk selama-lamanya. Bahwa bagi
kamu itu muda, maka kamu tiada akan tua untuk selama-lamanya. Bahwa bagi kamu
itu bersenang-senang. Maka kamu tiada akan susah untuk selama-lamanya. Maka yg
demikian itu firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Dan diserukan kepada mereka, bahwa
itulah sorga, dipusakakan kepada kamu, disebabkan apa yg telah kamu kerjakan”.
S 7 Al A’raaf ayat 43.
Manakala anda bermaksud untuk mengetahui sifat sorga, maka
bacalah Alquran. Tiadalah dibalik penjelasan Allah Ta’ala itu penjelasan lagi.
Bacalah dari firmanNya Ta’ala: “Dan siapa yg takut terhadap waktu berdiri di
hadapan Tuhannya, dia memperoleh dua taman (sorga)”. S
55 Ar Rahmaan ayat 46. Sampai kepada penghabisan S 55 Ar Rahmaan. Dan bacalah S
56 Al Waaqi’ah dan surat-surat yg lain !.
dan bagi orang yg takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua syurga. (55:46) Maka ni'mat
Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan?, (55:47) kedua
syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. (55:48) Maka
ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:49) Di
dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yg mengalir (55:50) Maka
ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:51) Di
dalam kedua syurga itu terdapat segala macam buah-buahan yg berpasangan.
(55:52) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan?
(55:53) Mereka bertelekan di atas permadani yg sebelah
dalamnya dari sutera. dan buah-buahan dikedua syurga itu dapat (dipetik) dari
dekat. (55:54) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu
dustakan? (55:55) Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadara
yg sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum
mereka, dan tidak pula oleh jin. (55:56) Maka ni'mat Tuhan
kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:57) Seakan-akan
bidadari itu permata yakut dan marjan. (55:58) Maka ni'mat
Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:59) Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (55:60) Maka ni'mat
Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:61) dan selain
dari dua syurga itu ada dua syurga lagi. (55:62) Maka
ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:63) Kedua
syurga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (55:64) Maka
ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:65) Di
dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yg memancar. (55:66) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:67) Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma
serta delima. (55:68) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg
kamu dustakan? (55:69) Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadara yg baik-baik lagi cantik-cantik.
(55:70) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan?
(55:71) (Bidadari-bidadara) yg jelita, putih bersih,
dipingit dalam rumah. (55:72) Maka ni'mat Tuhan kamu yg
manakah yg kamu dustakan? (55:73) Mereka tidak pernah
disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga), dan tidak pula
oleh jin. (55:74) Maka ni'mat Tuhan kamu yg manakah yg kamu
dustakan? (55:75) Mereka bertelekan pada bantal-bantal yg
hijau dan permadani-permadani yg indah. (55:76) Maka ni'mat
Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan? (55:77) Maha Agung
nama Tuhanmu Yg Mempunyai Kebesaran dan Karunia. (55:78)
Dengan menyebut nama
Allah Yg Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Apabila terjadi
hari kiamat, (56:1) tidak seorangpun dapat berdusta tentang
kejadiannya. (56:2) (Kejadian itu) merendahkan (satu
golongan) dan meninggikan (golongan yg lain), (56:3) apabila
bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, (56:4) dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, (56:5) maka
jadilah ia debu yg beterbangan, (56:6) dan kamu menjadi tiga
golongan. (56:7) Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya
golongan kanan itu. (56:8) dan golongan kiri. Alangkah
sengsaranya golongan kiri itu. (56:9) dan orang-orang yg
beriman paling dahulu, (56:10) Mereka itulah yg didekatkan
kepada Allah. (56:11) Berada dalam jannah keni'matan.
(56:12) Segolongan besar dari orang-orang yg terdahulu,
(56:13) dan segolongan kecil dari orang-orang yg kemudian
(56:14) Mereka berada di atas dipan yg bertahta emas dan
permata, (56:15) seraya bertelekan di atasnya
berhadap-hadapan. (56:16) Mereka dikelilingi oleh anak-anak
muda yg tetap muda, (56:17) dengan membawa gelas, cerek dan
minuman yg diambil dari air yg mengalir, (56:18) mereka
tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, (56:19) dan
buah-buahan dari apa yg mereka pilih, (56:20) dan daging
burung dari apa yg mereka inginkan. (56:21) dan ada
bidadari-bidadara bermata jeli, (56:22) laksana mutiara yg tersimpan
baik. (56:23) Sebagai balasan bagi apa yg telah mereka
kerjakan. (56:24) Mereka tidak mendengar di dalamnya
perkataan yg sia-sia dan tidak pula perkataan yg menimbulkan dosa, (56:25) akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. (56:26) dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
(56:27) Berada diantara pohon bidara yg tak berduri,
(56:28) dan pohon pisang yg bersusun-susun (buahnya),
(56:29) dan naungan yg terbentang luas, (56:30) dan air yg tercurah, (56:31) dan
buah-buahan yg banyak, (56:32) yg tidak berhenti (berbuah)
dan tidak terlarang mengambilnya. (56:33) dan kasur-kasur
yg tebal lagi empuk. (56:34) Sesungguhnya Kami menciptakan
mereka dengan langsung (56:35) dan Kami jadikan mereka
gadis-gadis perawan. (56:36) penuh cinta lagi sebaya
umurnya. (56:37) (Kami ciptakan mereka) untuk golongan
kanan, (56:38) (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yg
terdahulu. (56:39) dan segolongan besar pula dari
orang-orang yg kemudian. (56:40) dan golongan kiri,
siapakah golongan kiri itu? (56:41) Dalam (siksaan) angin
yg amat panas, dan air panas yg mendidih, (56:42) dan dalam
naungan asap yg hitam. (56:43) Tidak sejuk dan tidak
menyenangkan. (56:44) Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup
bermewahan. (56:45) dan mereka terus-menerus mengerjakan
dosa besar. (56:46) dan mereka selalu mengatakan:
"Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah
sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?, (56:47) apakah bapak-bapak kami yg terdahulu (juga)?" (56:48) Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yg terdahulu dan
orang-orang yg terkemudian, (56:49) banar-benar akan
dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yg dikenal. (56:50) Kemudian
sesungguhnya kamu hai orang-orang yg sesat lagi mendustakan, (56:51) benar-benar akan memakan pohon zaqqum, (56:52) dan
akan memenuhi perutmu dengannya. (56:53) Sesudah itu kamu
akan meminum air yg sangat panas. (56:54) Maka kamu minum
seperti unta yg sangat haus minum. (56:55) Itulah hidangan
untuk mereka pada hari Pembalasan". (56:56) Kami telah
menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan? (56:57) Maka
terangkanlah kepadaku tentang nutfah yg kamu pancarkan. (56:58) Kamukah
yg menciptakannya, atau Kamikah yg menciptakannya? (56:59) Kami
telah menentukan kematian diantara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat
dikalahkan, (56:60) untuk menggantikan kamu dengan
orang-orang yg seperti kamu dan menciptakan kamu
kelak dalam keadaan yg tidak kamu ketahui. (56:61) dan
Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yg pertama, maka mengapakah kamu
tidak mengambil pelajaran? (56:62) Maka terangkanlah
kepadaku tentang yg kamu tanam. (56:63) Kamukah yg
menumbuhkannya atau Kamikah yg menumbuhkannya? (56:64) Kalau
Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah
kamu heran dan tercengang. (56:65) (Sambil berkata):
"Sesungguh nya kami benar-benar menderita kerugian", (56:66) bahkan kami menjadi orang-orang yg tidak mendapat hasil
apa-apa. (56:67) Maka terangkanlah kepadaku tentang air yg
kamu minum. (56:68) Kamukah yg menurunkannya atau Kamikah
yg menurunkannya? (56:69) Kalau Kami kehendaki, niscaya
Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (56:70) Maka terangkanlah kepadaku tentang api yg kamu nyalakan
(56:71) Kamukah yg menjadikan kayu itu atau Kamikah yg
menjadikannya? (56:72) Kami jadikan api itu untuk
peringatan dan bahan yg berguna bagi musafir di padang pasir. (56:73) Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yg Maha Besar.
(56:74) Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya
bagian-bagian Al-Quraan. (56:75) Sesungguhnya sumpah itu
adalah sumpah yg besar kalau kamu mengetahui. (56:76) Sesungguhnya
Al-Quraan ini adalah bacaan yg sangat mulia, (56:77) pada
kitab yg terpelihara (Lauhul Mahfuzh), (56:78) tidak menyentuhnya/memahaminya kecuali orang-orang yg
disucikan. (56:79) Diturunkan
dari Rabbil 'alamiin. (56:80) Maka apakah kamu menganggap
remeh saja Al-Quraan ini? (56:81) kamu mengganti rezki (yg
Allah berikan) dengan mendustakan Allah. (56:82) Maka
mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, (56:83) padahal
kamu ketika itu melihat, (56:84) dan Kami lebih dekat
kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, (56:85) maka
mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? (56:86) Kamu
tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang
yg benar? (56:87) adapun jika dia (orang yg mati) termasuk
orang-orang yg didekatkan (kepada Allah), (56:88) maka dia
memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah keni'matan. (56:89) dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, (56:90) maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.
(56:91) dan adapun jika dia termasuk golongan yg
mendustakan lagi sesat, (56:92) maka dia mendapat hidangan
air yg mendidih, (56:93) dan dibakar di dalam jahannam.
(56:94) Sesungguhnya (yg disebutkan ini) adalah suatu
keyakinan yg benar. (56:95) Maka bertasbihlah dengan
(menyebut) nama Rabbmu yg Maha Besar. (56:96)
Jikalau engkau bermaksud untuk mengetahui penguraian
sifat-sifat sorga itu dari hadits-hadits, maka perhatikanlah sekarang
penguraiannya, sesudah engkau melihat kepada jumlahnya ! dan perhatikanlah
pertama-tama: bilangan sorga ! Rasulullah saw bersabda tentang firman Allah
Ta’ala: “Dan siapa yg takut terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, dia
memperoleh dua taman (sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Maka Nabi saw bersabda:
“Dua taman (Sorga) itu dari perak, bejananya dan apa yg padanya. Dan taman
(sorga) itu dari emas, bejananya dan apa yg padanya. Dan apa yg diantara kaum
itu dan diantara yg dipandang mereka kepada Tuhannya, selain selendang
kebesaran di atas WajahNya pada sorga Aden”.
Kemudian, perhatikanlah kepada pintu-pintu sorga. Bahwa pintu
sorga itu banyak, menurut kiraan pokok-pokoknya taat. Sebagaimana pintu neraka
menurut kiraan pokok-pokoknya maksiat.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa
memberikan belanja 2 isterinya dari hartanya pada jalan Allah, niscaya ia
dipanggil dari pintu-pintu sorga semuanya. Dan bagi sorga itu 8 pintu. Maka
siapa yg termasuk dari orang yg menegakkan shalat, niscaya ia dipanggil dari
pintu shalat. Siapa yg termasuk dari orang yg mengerjakan puasa, niscaya ia
dipanggil dari pintu puasa. Siapa yg termasuk dari orang yg bersedekah, niscaya
ia dipanggil dari pintu sedekah. Dan siapa yg termasuk dari orang yg berjihad,
niscaya ia dipanggil dari pintu jihad”.
Lalu Abubakar ra bertanya: “Demi Allah ! tiada atas seorangpun
yg termasuk darurat, dari pintu mana dipanggil. Adakah seseorang itu dipanggil
dari pintu-pintu itu semuanya ?”. Nabi saw menjawab: “Ada ! dan aku mengharap,
bahwa adalah engkau dari mereka itu”.
Dari ‘Ashim bin Dlamrah, dari Ali ra, bahwa ia menyebutkan
neraka. Maka ia membesarkan persoalan neraka itu dengan sebutan, yg tidak aku
hafal. Kemudian ia membaca: “Dan orang-orang yg bertaqwa kepada Tuhannya, dibawa
kesorga berombong-rombongan”. S 39 Az Zumar ayat 73. Sehingga apabila mereka
itu sampai kepada salah satu dari pintu-pintunya, niscaya mereka memperoleh
padanya sebatang kayu, yg keluar dari bawah batangnya dua mata air yg mengalir.
Lalu mereka menuju kepada salah satu daripada keduanya, sebagaimana mereka
diperintahkan. Lalu mereka meminum daripadanya. Maka menghilangkan apa yg dalam
perut mereka, dari kesakitan atau keputus-asaan.
Kemudian, mereka menuju kepada mata air yg satu lagi. Maka
mereka bersuci daripadanya. Lalu mengalirlah kepada mereka kecantikan nikmat.
Maka tiadalah berobah rambut mereka sesudah itu untuk selama-lamanya. Dan tiada
kusut kepala mereka. Seolah-olah telah diminyaki dengan minyak yg harum.
Kemudian, sampailah mereka kesorga. Lalu penjaga-penjaga sorga itu mengucapkan
kepada mereka: “Salam sejahtera kepada kamu, selalu dalam kebaikan. Maka
masuklah ke dalamnya dengan berkekalan !”. Kemudian, mereka itu ditemui oleh
muda remaja, yg mengelilingi mereka. Sebagaimana muda remaja penduduk dunia
mengelilingi orang yg dikasihinya, yg datang kepada mereka dari tempat yg jauh,
di mana mereka itu mengucapkan kepadanya: “Bergembiralah ! Allah telah
menyediakan bagi anda dari kemuliaan akan demikian”.
Ali ra meneruskan riwayatnya: “Maka berjalanlah seorang bujang
dari muda remaja itu kepada sebahagian dari isterinya, dari bidadari. Maka ia
mengatakan: “Telah datang si Anu, dengan namanya yg dipanggil dahulu di dunia”.
Bidadari itu lalu bertanya: “Anda telah melihatnya ?”. Bujang remaja itu
menjawab: “Aku sudah melihatnya. Dan dia itu di belakangku”. Maka bidadari itu
masih kurang kegembiraannya. Sehingga, datanglah orang itu ke depan pintunya.
Tatkala telah sampai ke tempatnya, orang itu memandang sendi bangunannya.
Rupanya sendi itu mutiara besar. Diatasnya mahligai merah, hijau dan kuning,
dari setiap warna. Kemudian, ia mengangkatkan kepalanya, lalu ia memandang
kepada lotengnya. Rupanya adalah seperti kilat. Jikalau tidaklah Allah Ta’ala
mentakdirkan, niscaya ia akan mengalami dengan hilang penglihatannya. Kemudian,
ia menundukkan kepalanya, tiba-tiba terlihat isteri-isterinya, piala-piala yg
diletakkan, bantal-bantal yg tersusun dan permadani yg terbentang. Kemudian, ia
duduk bersandar, seraya berdoa: “Segala pujian bagi Allah yg menunjukkan kami kepada
ini. Dan tiadalah kami memperoleh petunjuk, jikalau
kami tidak ditunjuki oleh Allah”. Kemudian menyerulah seorang
penyeru: “Kamu akan hidup, maka tiadalah kamu akan mati untuk selama-lamanya.
Kamu akan menetap, maka tiadalah kamu akan berpindah untuk selama-lamanya. Dan
kamu akan sehat, maka tiadalah kamu akan sakit untuk selama-lamanya”.
Rasulullah saw bersabda:“Aku akan datang pada hari kiamat
kepintu sorga. Lalu aku minta dibukakan. Maka bertanya penjaga: “Siapa engkau?”
Lalu aku menjawab: “Muhammad !” Maka penjaga itu mengatakan: “Dengan sebab
engkau aku diperintahkan, bahwa tiada aku bukakan bagi seorangpun, sebelum
engkau”. Kemudian, perhatikanlah sekarang tentang kamar-kamar sorga dan
perbedaan derajat ketinggian padanya ! bahwa akhirat itu lebih besar derajat
dan lebih besar kelebihan. Sebagaimana diantara manusia tentang taat zahiriyah
dan akhlak batiniyah yg terpuji itu berlebih kurang secara zahiriyah, maka
seperti demikian juga tentang apa dibalaskan kepada mereka itu berlebih-kurang
zahiriyahnya.
Jikalau anda mencari derajat yg tertinggi, maka
bersungguh-sungguhlah bahwa tidak didahului anda oleh seseorang dengan taat
kepada Allah Ta’ala. Anda telah disuruh oleh Allah, dengan dahulu-mendahulukan
dan berlomba-lombaan padanya. Allah Ta’ala berfirman: “Dahulu-mendahulukanlah
memohonkan keampunan dari Tuhanmu”. S 57 Al Hadiid ayat 21. Allah Ta’ala
berfirman: “Dan pada yg demikian itu, maka hendaklah berlomba-lomba orang yg
mau berlomba-lomba”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 26. Yg mengherankan ialah, jikalau
tampil atas engkau teman-teman engkau atau tetangga engkau, dengan kelebihan
sedirham atau dengan ketinggian rumah, niscaya beratlah yg demikian itu atas
engkau. Sempitlah dengan yg demikian itu dada engkau. Keruhlah dengan sebab
kedengkian itu kehidupan engkau. Baguskanlah hal-ihwal engkau, bahwa engkau
akan menetap dalam sorga. Dan engkau tidak selamat padanya dari
golongan-golongan yg mendahului engkau, dengan sifat-sifat yg halus, yg tidak
diseimbangkan oleh dunia dengan segala isinya.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa
penduduk sorga itu lihat-melihat dengan orang-orang yg mempunyai kamar di atas
mereka, sebagaimana kamu lihat-melihat akan bintang yg masih ada di ufuk
langit, dari Timur & Barat, karena berlebih-berkurang yg diantara mereka
itu”. Para sahabat lalu berkata: “Wahai Rasulullah ! itu adalah tempat
nabi-nabi, yg tiada sampai kepadanya, selain mereka itu”. Nabi saw menjawab:
“Tidak ! demi Tuhan yg diriku di TanganNya ! mereka itu laki-laki yg beriman
dengan Allah & membenarkan rasul-rasul”. Nabi saw bersabda pula: “Bahwa
orang yg mempunyai derajat tinggi itu akan dilihat mereka oleh orang-orang dibawahnya,
sebagaimana engkau melihat bintang yg terbit pada salah satu ufuk/kaki langit
Bahwa Abubakar & Umar adalah sebahagian dari mereka dan
keduanya dicurahkan nikmat dengan kelebihan tingkat”.
Jabir berkata: “Rasulullah saw bertanya kepada kami: “Apakah
tidak aku terangkan kepada kamu akan kamar-kamar sorga ?”. Jabir berkata: “Aku
lalu menjawab: “Belum, wahai Rasulullah! kiranya Allah mencurahkan rahmat
kepada engkau, demi engkau, bapak kami & ibu kami !”. Nabi saw menjawab:
“Bahwa dalam sorga itu kamar-kamar dari segala jenis intan-permata seluruhnya.
Terlihat luarnya dari dalamnya & dalamnya dari luarnya. Dan padanya dari
kenikmatan, kesenangan dan kegembiraan, yg belum pernah mata melihat, telinga
mendengar dan belum pernah terguris pada hati manusia”. Jabir berkata: “Aku
lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ! untuk siapa kamar-kamar itu ?”. Nabi saw menjawab:
“Untuk orang yg mengembangkan salam, memberikan
makanan, selalu mengerjakan puasa dan mengerjakan shalat malam, sedang manusia
lain itu tidur”. Jabi meneruskan riwayatnya: “Kami lalu bertanya: “Wahai
Rasulullah ! siapakah yg sanggup demikian ?”. Nabi saw menjawab: “Umatku
sanggup demikian. Dan akan aku terangkan kepada kamu dari yg demikian, bahwa
siapa yg bertemu dengan saudaranya, lalu memberi salam kepadanya atau menjawab
salam, maka dia itu telah mengembangkan salam. Barangsiapa memberikan makanan
kepada isterinya dan keluarganya dari makanan, sehingga mengenyangkan mereka,
maka ia telah memberikan makanan. Barangsiapa mengerjakan puasa bulan Ramadhan & dari setiap bulan 3 hari, maka ia telah
selalu mengerjakan puasa. Dan barangsiapa mengerjakan shalat Isya yg akhir dan
mengerjakan shalat pagi (Shubuh) dengan berjama’ah, maka ia telah mengerjakan
shalat di malam hari dan manusia lain itu tidur”.
Yakni: orang Yahudi, Nasrani dan Majusi.
Ditanyakan Rasululah saw tentang firman Allah Ta’ala: “Dan
tempat-tempat tinggal yg indah di sorga Aden”. S 37 Ash Shaffaat ayat 12. Maka
Nabi saw menjawab: “Istana-istana dari mutiara. Pada setiap istana itu 70
kampung dari yakut merah. Pada setiap kampung itu 70 rumah dari zamrud hijau.
Pada setiap rumah itu tempat tidur. Di atas setiap tempat tidur itu 70 tikar
dari setiap warna. Di atas setiap tikar itu isteri dari bidadari. Pada setiap
rumah itu 70 hidangan. Di atas setiap hidangan itu 70 warna dari makanan. Pada
setiap rumah itu 70 pelayan wanita. Dan diberikan kepada orang mu’min pada
setiap pagi” –yakni: dari kekuatan “akan apa yg ia datang kepada yg demikian
itu semua”.
SIFAT DINDING SORGA, LANTAI-LANTAINYA, KAYU-KAYUAN NYA DAN
SUNGAI-SUNGAI NYA.
Perhatikanlah tentang bentuk sorga ! dan bertafakkurlah
tentang kegemaran penduduk-penduduknya dan tentang penyesalan orang yg tiada
memperoleh nya, karena dipadainya dengan dunia, sebagai ganti daripadanya.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa dinding
sorga itu batu bata dari perak dan batu bata dari emas. Tanahnya pohon kumkuma
(za’faran) dan buminya kesturi”. Ditanyakan Rasulullah saw tentang tanah sorga,
maka beliau menjawab: “Tanah licin putih, kesturi murni”. Abu Hurairah berkata:
“Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menyukai bahwa ia diberi minum khamar
oleh Allah ‘Azza Wa Jalla di akhirat, maka hendaklah ditinggalkan nya didunia.
Dan barangsiapa menyukai bahwa ia diberi pakaian sutera oleh Allah diakhirat,
maka hendaklah ditinggalkannya di dunia. Sungai-sungai sorga itu memancar dari
bawah bukit atau bawah bukit-bukit kesturi. Dan jikalau adalah pakaian isi
sorga yg paling rendah itu dibandingkan dengan pakaian penduduk dunia
sekaliannya, niscaya adalah pakaian yg diberikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla di
akhirat itu lebih utama dari pakaian dunia semuanya”.
Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa dalam
sorga itu ada sebatang kayu, dimana orang yg berkendaraan dapat berjalan pada
naungannya 100 tahun, yg tiada dapat dihabiskannya. Bacalah kalau kamu
kehendaki: “Dan naungan yg terbentang luas”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 30.
Abu Amamah berkata: “Adalah para sahabat Rasulullah saw
mengatakan: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla memanfaatkan kita dengan orang-orang
Arab desa dan persoalan-persoalan mereka. Lalu datanglah seorang Arab desa,
seraya berkata: “Wahai Rasulullah ! Allah telah menyebutkan dalam Alquran,
batang kayu yg menyakitkan. Dan aku tidak mengetahui, bahwa dalam sorga itu ada
pohon kayu yg menyakitkan orang yg diam didalamnya”. Lalu Rasulullah saw
bertanya: “Apakah pohon itu ?”. Arab desa itu menjawab: “Pohon Sidr. Bahwa
pohon itu berduri”. Lalu Nabi saw bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Pada
pohon sidr (teratai), yg terbuang durinya”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 28. Dibuang
oleh Allah durinya. Lalu Ia menjadikan pada tempat setiap duri itu buah.
Kemudian, buah itu memecah daripadanya 72 warna dari makanan. Tiada daripadanya
suatu warnapun yg menyerupai dengan warna yg lain”.
Jarir bin Abdullah berkata: “Kami bertempat diShaffah.
Tiba-tiab ada seorang laki-laki tidur dibawah pohon kayu, yg telah hampir
matahari sampai kepadanya. Lalu aku berkata kepada orang itu: “Berjalanlah
dengan permadani ini, lalu bernaunglah !”. Maka orang itu berjalan, lalu
menaungkan dirinya dengan permadani tadi. Ketika ia bangun dari tidurnya
rupanya dia itu Salman. Lalu aku datang kepadanya, memberi salam kepadanya”.
Maka Salman berkata: ”Hai Jarir ! merendahkan dirilah karena Allah ! bahwa barangsiapa merendahkan diri karena Allah di dunia,
niscaya ia diangkatkan oleh Allah pada hari kiamat. Adakah engkau tahu,
apakah naungan itu pada hari kiamat ?”. Aku menjawab: “Aku tidak tahu”. Salman
menjawab: “Dinaungi oleh manusia, sebahagian mereka akan sebahagian yg lain”.
Kemudian, ia mengambil dahan kecil, yg hampir aku tidak dapat melihatnya, dari
kekecilannya, seraya berkata: “Hai Jarir ! jikalau engkau mencari seperti ini
dalam sorga, niscaya tidak engkau akan mendapatinya”. Lalu aku bertanya: “Hai
bapak Abdullah ! maka di manakah batang kurma dan pohon yg lain ?”. Salman
menjawab: “Pokoknya mutiara dan emas. Dan yg tertinggi daripadanya, ialah:
buah”.
SIFAT PAKAIAN PENDUDUK SORGA, TIKAR, TEMPAT TIDUR, RANJANG DAN
TENDA MEREKA.
Allah Ta’ala berfirman: “Mereka diberi perhiasan dalam sorga dari gelang
emas dan mutiara dan memakai pakaian sutera”. S 22 Al Hajj ayat 23. Ayat-ayat
mengenai yg demikian itu banyak. Dan penguraiannya itu dalam hadits-hadits.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda: “Siapa yg masuk sorga,
niscaya ia bersenang-senang, tiada berduka-cita, tiada buruk pakaiannya dan
tiada hilang kemudaannya. Dalam sorga itu apa yg tiada pernah dilihat oleh
mata. Tiada pernah didengar oleh telinga. Dan tiada pernah terguris di hati
manusia”.
Seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah ! terangkanlah
kepada kami tentang pakaian penduduk sorga ! adakah kain buruk yg telah buruk
atau tenunan yg telah tertenun ?”. Rasulullah saw lalu diam. Dan sebahagian
orang-orang itu tertawa. Maka Rasulullah saw lalu bertanya: “Dari apakah kamu
tertawa ? dari orang bodoh yg bertanya kepada orang yg tahu ?”.
Kemudian, Rasulullah saw bersabda: “Akan tetapi, pecah
daripadanya buahan sorga 2 kali”. Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw
bersabda: “Rombongan pertama yg masuk sorga, adalah rupa mereka itu seperti
rupa bulan pada malam purnama. Mereka itu tiada meludah padanya, tiada beringus
dan tiada buang air besar. Bejana mereka itu dan sisirnya dari emas dan perak.
Peluh mereka itu bau kesturi. Bagi masing-masing dari mereka itu dua orang
isteri. Ia melihat otak tulang betisnya dari belakang daging dari kecantikan.
Tiada perselisihan diantara mereka dan tiada bermarah-marahan. Hati mereka itu
di atas satu hati. Mereka itu mengucapkan tasbih kepada Allah pagi dan sore”.
Dan pada suatu riwayat: “Pada setiap isteri itu 70 pakaian”.
Nabi saw bersabda mengenai firman Allah Ta’ala: “Mereka diberi perhiasan dalam
sorga dari gelang emas”. S 22 Al Hajj ayat 23. Maka Nabi saw bersabda: “Bahwa
atas mereka itu mahkota-mahkota. Bahwa sekurang-kurang mutiara pada nya, ialah
dapat menerangkan diantara Timur dan Barat”. Nabi saw bersabda: “Tenda itu
permata yg berlobang. Panjangnya di langit 60 mil. Pada setiap sudut daripada nya
bagi orang mu’min itu keluarga, yg tiada dilihat oleh orang yg lain”.
–dirawikan Al-Bukhari dalam kitab Ash-Shahih”. Ibnu Abbas berkata: “Tenda itu
permata yg berlobang. Dari mil ke mil itu mempunyai 4000 potong emas”. Abu
Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda mengenai firman Allah Ta’ala:
“Dan tikar-tikar yg ditinggikan”. S 56 Al Waaqi’ah ayat 34. Maka Nabi saw
bersabda: “Diantara 2tikar itu seperti diantara langit & bumi”
SIFAT MAKANAN PENDUDUK SORGA.
Penjelasan makanan penduduk sorga itu tersebut dalam Alquran:
dari buah-buahan, burung-burung yg gemuk, al-manna (rasanya seperti air madu),
as-salwa (sebangsa burung puyuh), air madu, susu dan berbagai macam yg banyak,
yg tiada terhinggakan. Allah Ta’ala berfirman: “Setiap mereka beroleh pemberian
didalam sorga dari semacam buah-buahan, mereka mengatakan: ini pemberian yg
kita terima dahulu & kepada mereka diberikan pemberian yg serupa”. S2 Al Baqarah
ayat25. Disebutkan oleh Allah Ta’ala minuman penduduk sorga pada banyak tempat Tsauban bekas sahaya Rasulullah saw berkata:
“Adalah aku berdiri disisi Rasulullah saw maka datanglah salah seorang pendeta
Yahudi. Maka disebutkannya beberapa pertanyaan, sehingga ia bertanya: “Maka
siapakah orang pertama yg diperbolehkan ?”. –Yakni: atas Titian. Nabi saw lalu
menjawab: “Orang-orang muhajirin yg qari’ (ahli membaca Alquran). Yahudi itu
bertanya lagi: “Apakah hadiah mereka ketika mereka masuk sorga ?”. Nabi saw
menjawab: “Buih hati ikan paus”. Yahudi itu bertanya pula: “Apakah makanan
mereka sesudah itu ?”. Nabi saw menjawab: “Disembelihkan bagi mereka itu lembu
jantan sorga, yg makan di tepi-tepi sorga”. Yahudi itu bertanya kembali:
“Apakah minuman mereka sesudah memakan lembu jantan itu ?”. Nabi saw menjawab:
“Dari mata air dalam sorga, yg dinamakan: Salsabil”. Pendeta Yahudi itu
berkata: “Benar engkau !”.
Zaid bin Arqam berkata: “Seorang laki-laki Yahudi datang
kepada Rasulullah saw, seraya bertanya: “Hai Ayah Al-Qasim! adakah tidak engkau
mendakwa kan bahwa penduduk sorga itu makan dan minum didalam sorga ?”. Dan
Yahudi itu mengatakan kepada teman-temannya: “Jikalau ia mengaku bagiku dengan
yg demikian, niscaya akan aku kalahkan dia dengan alasan”. Lalu Rasulullah saw
menjawab: “Benar ! demi Tuhan, yg diriku di TanganNya ! bahwa seseorang mereka
diberikan kekuatan 100 laki-laki pada makan, minum dan bersetubuh”. Maka orang
Yahudi itu menjawab: “Bahwa orang yg makan dan minum itu ada baginya hajat
keperluan”. Rasulullah saw lalu bersabda: “Hajat keperluan mereka ialah
keringat yg melimpah dari kulit mereka seperti kesturi. Jadi, maka perut itu
telah kurus”.
Ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
engkau memandang kepada burung dalam sorga. Lalu engkau mengingatinya. Maka
burung itu jatuh tersungkur di hadapan engkau dengan keadaan sudah terbakar
masak”.
Hudzaifah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa dalam
sorga itu ada burung, seperti unta besar”. Abubakar ra bertanya: “Bahwa burung
itu sungguh menikmatkan, wahai Rasulullah ?”. Nabi saw menjawab: “Dinikmati
akan burung itu oleh orang yg memakannya. Dan engkau termasuk orang yg
memakannya, wahai Abubakar !”.
Abdullah bin ‘Amr berkata tentang firman Allah Ta’ala:
“Diedarkan kepada mereka piring-piring”. S 43 Az Zukhruf ayat 71. Maka Abdullah
bin ‘Amr itu mengatakan: “Diedarkan kepada mereka 70 piring dari emas. Setiap
piring, padanya itu warna, yg tidak ada pada piring yg lain seperti itu”.
Abdullah bin Mas’ud ra berkata tentang firman Allah Ta’ala: “Dan campurannya
dari mata air tasniim”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 27. Maka Abdullah bin Mas’ud
mengatakan: “Dicampurkan bagi orang-orang golongan kanan dan akan diminum oleh
orang-orang al-muqarrabin semata-mata”.
Abud-Darda’ ra mengatakan tentang firman Allah Ta’ala:
“Kesudahannya ialah kesturi”. S 83 Al Muthaffifiin ayat 26. Maka Abud-Darda’ ra
mengatakan: “Itulah minuman putih seperti perak, yg disudahkan mereka pada
akhir minumannya. Jikalau seorang laki-laki dari penduduk dunia memasukkan
tangannya dalam minuman itu, kemudian mengeluarkannya, niscaya tidak tinggallah
yg mempunyai bau-bauan, melainkan ia memperoleh keharuman baunya”
SIFAT BIDADARI DAN MUDA-REMAJA.
Telah berulang-ulang dalam Alquran penyifatan mereka. Dan
telah datang hadits-hadits dengan lebih banyak uraian tentang yg demikian.
Diriwayatkan Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Waktu pagi pada jalan
Allah atau waktu sore itu lebih baik dari dunia dan isinya. Sesungguhnya tali
panah seseorang kamu atau tempat tapak kakinya dari sorga itu lebih baik dari
dunia dan isinya. Jikalau seorang wanita dari wanita-wanita penduduk sorga itu
melihat kebumi, niscaya bercahayalah & penuhlah diantara bumi & sorga
itu bau-bauan. Dan kainnya diatas kepalanya itu lebih baik dari dunia dengan
isinya”. Yakni: kain penutup kepala.
Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah saw bersabda mengenai
firman Allah Ta’ala: “Mereka bagai permata delima dan mutiara”. S 55 Ar Rahmaan
ayat 58. Maka Nabi saw bersabda: “Dipandang kepada wajahnya dalam tabirnya,
lebih bersih dari cermin. Mutiara yg paling kurang padanya itu menyinarkan
diantara Timur dan Barat. Bahwa di atasnya itu 70 lapis pakaian, yg ditembuskan
oleh penglihatannya. Sehingga ia melihat benak tulang betisnya dari belakang yg
demikian”.
Anas berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tatkala aku
diisra’kan (dijalankan pada malam hari), maka aku masuk sorga, pada suatu
tempat, yg dinamakan: al-baidakh. Di atasnya tenda dari mutiara, batu zabarjad
hijau dan yakut merah. Mereka itu mengucapkan: “Salam sejahtera kepada engkau,
wahai Rasul Allah !”. Lalu aku bertanya: “Hai Jibril ! apakah seruan itu ?”.
Jibril menjawab: “Mereka itu bidadari-bidadari yg terpelihara baik dalam rumah.
Mereka itu meminta izin pada Tuhannya, untuk memberi salam kepada engkau. Maka
Allah mengizinkan kepada mereka. Maka mulailah mereka itu mengatakan: “Kami
senang. Maka kami tiada marah untuk selama-lamanya. Kami terus disini. Maka
kami tidak pergi untuk selama-lamanya”. Rasulullah saw lalu membaca firman
Allah Ta’ala: “Yg suci bersih, terpelihara baik di dalam rumah”. S 55 Ar
Rahmaan ayat 72.
Mujahid berkata tentang firman Allah Ta’ala: “Dan
isteri-isteri (pasangan) yg suci”. S 3 Ali ‘Imran ayat 15. Maka Mujahid
mengatakan: “Suci dari haid, berak, kencing, air ludah, dahak, mani dan anak”.
Al-Auza’i berkata, tentang firman Allah Ta’ala:
“Bersenang-senang dalam pekerjaannya”. S 36 Yaa Siin ayat 55. Maka Al-Auza’i
mengatakan: “Pekerjaan mereka, ialah: mengambil keperawanannya”. Seorang
laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah ! adakah bersetubuh penduduk sorga ?”.
Nabi saw menjawab: “Seorang laki-laki dari mereka diberi kekuatan pada satu
hari, lebih utama dari 70 orang dari kamu”.
Abdullah bin Umar berkata: “Bahwa tingkat yg paling rendah
bagi penduduk sorga, ialah orang yg berusaha bersama dia 1000 pelayan. Setiap
pelayan itu pada pekerjaan, yg tiada padanya temannya”.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa seorang laki-laki dari
penduduk sorga itu kawin dengan 500 wanita, yg mata putihnya amat putih &
mata hitam nya amat hitam (haura’), 4000 wanita perawan dan 8000 janda. Ia
berpeluk-pelukan dengan masing-masing dari mereka itu sepanjang umurnya di
dunia”.
Nabi saw bersabda: “Bahwa dalam sorga itu ada pasar, yg tidak
ada padanya berjual-beli. Selain gambar dari laki-laki dan wanita. Maka apabila
seorang laki-laki merindukan suatu gambar, niscaya ia masuk padanya. Dan bahwa
padanya itu tempat berkumpulnya bidadari, yg meninggikan suaranya, yg belum
pernahlah makhluk manusia mendengar yg seperti itu. Mereka itu mengatakan:
“Kami berkekalan di sini, maka tidaklah kami berpindah jauh. Kami
bersenang-senang, maka tidaklah kami itu berduka-cita. Kami senang dengan ridha
hati, maka tidaklah kami marah. Maka sentosalah bagi orang, yg dia itu untuk
kami dan kami itu untuk dia”.
Anas ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bahwa bidadari
dalam sorga itu bernyanyi: “Kami adalah bidadari yg cantik. Kami disembunyikan
untuk suami-suami yg mulia”. Yahya bin Katsir berkata tentang firman Allah
Ta’ala: “Di dalam taman (sorga) mereka itu bersuka-cita”. S 30 Ar Ruum ayat 15.
Yahya bin Katsir mengatakan: “Bersuka-ria itu dengan mendengar suara-suara yg
merindukan dalam sorga”. Abu Amamah Al-Bahili berkata: “Rasulullah saw
bersabda: “Tiadalah dari seorang hamba yg masuk sorga, melainkan duduklah pada
sisi kepalanya dan sisi dua kakinya, dua orang bidadari, yg bernyanyi untuk
dia, dengan suara yg paling bagus, yg didengar oleh insan dan jin. Dan tidaklah
itu dengan serunai setan. Akan tetapi, dengan pemujian dan pengkudusan kepada
Allah”.
PENJELASAN: kalimat-kalimat yg bercerai-berai dari sifat-sifat
penduduk sorga, yg tersebut pada hadits-hadits.
Usamah bin Zaid meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda kepada para
sahabatnya: “Ketahuilah ! adakah orang yg sangat bersungguh-sungguh bagi sorga
? bahwa sorga, tiadalah bahaya baginya. Sorga itu –demi Yg Empunya Ka’bah-
adalah cahaya yg bersinar-sinar, bau-bauan yg harum, yg menggerakkan, istana yg
kokoh kuat, sungai yg mengalir, buah-buahan yg banyak dan masak, isteri yg
cantik molek, dalam kesukaan dan kenikmatan pada tempat tinggal itu untuk
selama-lamanya. Dan yg bagus dalam rumah yg tinggi, cantik dan sejahtera”.
Para sahabat itu berkata: “Kami itu sangat bersungguh-sungguh
bagi sorga, wahai Rasulullah !”. Nabi saw lalu menjawab: ‘Katakanlah: Insya Allahu
Ta’ala !”. Kemudian, beliau menyebutkan jihad dan menggerakkan kepada jihad
itu. Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw, seraya bertanya: “Adakah
dalam sorga itu kuda ? Adakah kuda itu menakjubkan aku ?”. Nabi saw menjawab:
“Jikalau engkau menyukai yg demikian, niscaya didatangkan kepada engkau seekor
kuda dari yakut yg merah. Maka ia terbang dengan engkau dalam sorga, kemana
saja engkau kehendaki”. Seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw: “Bahwa unta
itu menakjubkan aku. Maka adakah dalam sorga itu unta ?”. Nabi saw lalu
menjawab: “Hai hamba Allah ! kalau engkau dimasukkan ke dalam sorga, maka bagi
engkau dalam sorga itu apa yg diingini oleh nafsu engkau dan yg dipandang lezat
oleh dua mata engkau”.
Dari Abi Sa’id Al-Khudri, yg mengatakan: “Rasulullah saw
bersabda: “Bahwa orang laki-laki itu dilahirkan baginya seorang anak,
sebagaimana yg diingininya. Adalah hamilnya, diceraikan dari susunya dan
kepemudaannya itu dalam satu saat”. Rasulullah saw bersabda: “Apabila telah
menetaplah penduduk sorga dalam sorga, niscaya saudara-saudara itu rindu kepada
saudara-saudaranya. Maka berjalanlah tempat tidur si Ini kepada tempat tidur si
Ini. Lalu keduanya bertemu dan bercakap-cakap, yg tidak pernah ada diantara
keduanya dalam negeri dunia. Maka ia berkata: “Hai saudaraku ! engkau ingat
akan hari itu pada tempat duduk itu. Lalu kita berdoa kepada Allah ‘Azza Wa
Jalla. Maka Ia mengampunkan bagi kita”.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa penduduk sorga itu tidak
berbulu badannya, muda-belia, putih, keriting rambutnya, yg bercelak matanya,
pemuda berumur 33 tahun di atas bentuk kejadian Adam. Tinggi mereka itu 60
hasta, dalam lintangnya 7 hasta”. Rasulullah saw bersabda: “Sekurang-kurangnya
penduduk sorga itu mempunyai 80 ribu pelayan dan 72 isteri. Dan didirikan
baginya suatu atap bundar (kubbah) dari mutiara, zabarjad dan yakut,
sebagaimana antara Al-Jabiyah ke Sana’a. Bahwa di atas mereka itu mahkota. Dan
sekurang-kurangnya mutiara daripadanya itu dapat menerangkan diantara Timur dan
Barat”.
Nabi saw bersabda: “Aku memandang ke sorga. Maka rupanya, buah
delimanya adalah seperti kulit unta yg terlipat. Rupanya, burung sorga itu
seperti unta besar. Rupanya, dalam sorga itu ada budak wanita. Lalu aku
bertanya: “Hai budak wanita ! untuk siapa engkau ?”. Maka ia menjawab: “Untuk
Zaid bin Haritsah”. Rupanya, dalam sorga itu ada yg belum pernah dilihat oleh
mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terguris pada hati
manusia”.
Ka’bul Ahbar berkata: “Allah Ta’ala menciptakan Adam dengan
TanganNya. Ia menulis Taurat dengan TanganNya. Dan Ia menanamkan sorga dengan
TanganNya. Kemudian Ia berfirman kepadanya: “Berbicaralah !”. Maka sorga itu
membacakan: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yg beriman itu”. S 23 Al
Mukminuun ayat 1. Maka inilah sifat-sifat sorga, yg telah kami sebutkan itu
secara keseluruhan. Kemudian, kami nukilkan secara terurai.
Al-Hasan Al-Basharira menyebutkan secara keseluruhannya. Maka
beliau mengatakan: “Bahwa buah delima sorga itu seperti timba. Bahwa
sungai-sungainya adalah dari air yg tidak berobah-obah. Dan sungai-sungai dari
susu yg tidak berobah rasanya. Sungai-sungai dari air madu, yg bersih, yg tidak
dapat disifatkan. Dan sungai-sungai dari khamar yg lezat bagi orang-orang yg
meminumnya, yg tidak melemahkan akal pikiran dan tidak memusingkan kepala. Bahwa dalam sorga itu ada yg belum pernah dilihat oleh mata,
tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terguris pada hati manusia.
Raja-raja yg bersenang-senang dengan nikmat, putera-putera yg
berumur 33 tahun, dalam satu usia. Tingginya 60 hasta ke atas, bercelak, tiada
berambut di badan, muda-belia, yg merasa aman dari azab. Dan tenanglah bagi
mereka perkampungan itu. Sungai-sungainya mengalir atas batu-batu kecil dari
yakut dan zabarjad. Urat-uratnya, batang kurmanya dan batang anggurnya itu
mutiara. Dan buah-buahnya tidak diketahui akan pengetahuannya, selain oleh
Allah Ta’ala. Bau harumnya, didapati dari perjalanan 500 tahun. Bahwa bagi
mereka di dalam sorga itu kuda dan unta yg cepat berjalan. Kendaraannya,
kekangnya dan pelananya dari yakut, yg kunjung-mengunjungi mereka itu padanya.
Isteri mereka itu bidadari, seolah-olah mereka itu telur yg tersimpan rapi.
Bahwa wanita itu mengambil dengan dua anak jarinya, 70 potong pakaian. Lalu
dipakainya. Maka terlihatlah benak dalam betisnya dari belakang pakaian yg 70
itu. Allah telah mensucikan akhlak dari sifat yg buruk dan tubuh dari kematian.
Mereka itu tiada berair-ingus padanya. Tiada kencing dan tiada berak. Hanya
sesungguhnya itu sandawa dan keringat kesturi. Bagi mereka itu rezeki pada pagi
hari dan pada sorenya. Bahwa tidaklah malam, yg kembali pagi kepada sore dan
sore kepada pagi. Bahwa penghabisan orang yg masuk sorga dan yg paling rendah
kedudukan dari mereka itu dipanjangkan penglihatannya dan kerajaannya, seperti
jalanan 100 tahun, dalam istana dari emas, perak dan tenda mutiara. Dan
dilapangkan baginya pada penglihatannya, sehingga ia memandang kepada yg
sejauh-jauhnya, sebagaimana ia memandang kepada yg sedekat-dekatnya. Diberi
makanan pagi kepada mereka itu dengan 70 ribu piring dari emas. Dan diberi
makanan sore kepada mereka seperti itu pula. Pada setiap piring itu warna yg
tidak ada pada piring yg lain, yg seperti itu. Dan diperolehnya rasa yg
penghabisannya, sebagaimana diperolehnya rasa yg permulaannya. Bahwa dalam
sorga itu suatu mutiara yakut, yg padanya 70 ribu kampung. Pada setiap kampung
itu 70 ribu rumah, yg tiada padanya pecah dan lobang.
Mujahid berkata: “Bahwa serendah-rendah kedudukan bagi
penduduk sorga, bagi orang yg berjalan dalam kerajaannya itu 1000 tahun. Ia
akan melihat yg terjauh, sebagaimana ia melihat yg terdekat. Dan yg tertinggi mereka, ialah yg melihat kepada Tuhannya
pada pagi hari dan sorenya”.
Sa’id bin Musayyab berkata: “Tiada seorangpun dari isi sorga,
melainkan pada tangannya 3 gelang. 1 gelang dari emas, 1 gelang dari mutiara
dan 1 gelang dari perak”. Abu Hurairah ra berkata: “Bahwa dalam sorga itu ada
bidadari, yg dinamakan: Al-‘Aina. Apabila ia berjalan, maka berjalanlah di
kanannya dan di kirinya 70 ribu pelayan wanita. Dan bidadari itu bertanya: “Di
manakah orang-orang beramar-ma’ruf dan bernahi-munkar ?”. Yahya bin Ma’adz
berkata: “Meninggalkan dunia itu sukar. Dan hilangnya sorga itu lebih sukar.
Dan meninggalkan dunia itu adalah emas kawin akhirat”. Yahya bin Ma’adz berkata
pula: “Pada mencari dunia itu kehinaan bagi diri. Dan pada mencari akhirat itu
kemuliaan bagi diri. Maka alangkah mengherankan, kepada orang yg memilih
kehinaan pada mencari apa yg akan lenyap. Dan meninggalkan kemuliaan pada
mencari apa yg akan kekal”.
SIFAT MELIHAT DAN MEMANDANG KEPADA WAJAH ALLAH YG MAHA SUCI
DAN YG MAHA TINGGI.
Allah Ta’ala berfirman: “Bagi orang-orang yg berbuat kebaikan,
mendapat (pahala) yg baik dan tambahannya”. S 10 Yunus ayat 26. Dan tambahan nya
ini, ialah memandang kepada Wajah Allah Ta’ala. Dan itu adalah kelezatan yg paling besar yg melupakan padanya, akan
kenikmatan penduduk sorga. Dan telah kami sebutkan hakikat/maknanya
pada Kitab Kecintaan. Dan telah disaksikan bagi yg demikian itu oleh Kitab dan
Sunnah Nabi, kebalikan dari yg dii’tikaqkan / diyakinkan oleh orang-orang
bid’ah (yg diada-adakan).
Jarir bin Abdullah Al-Bajali berkata: “Adalah kami duduk di
samping Rasulullah saw. Lalu beliau melihat bulan pada malam purnama. Maka
beliau bersabda: “Bahwa kamu akan melihat Tuhanmu, sebagaimana kamu melihat
bulan ini, yg tiada berkuranglah kamu pada melihatNya. Maka jikalau kamu
sanggup bahwa kamu tidak merasa berat kepada shalat sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah!”. Kemudian, Nabi saw membaca ayat ini:
“Dan mengucapkan tasbihlah dengan memujikan Tuhan engkau, sebelum terbit
matahari & sebelum terbenamnya !”. S 20 Thaahaa ayat 130. Hadits ini
dikeluarkan pada Kitab Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim).
Dirawikan Muslim dalam Ash-Shahih, dari Shuhaib, yg mengatakan: “Rasulullah saw
membaca firman Allah Ta’ala: “Bagi orang-orang yg berbuat kebaikan, mendapat
(pahala) yg baik dan tambahannya”. S 10 Yunus ayat 26. Lalu beliau meneruskan:
“Apabila isi sorga itu masuk sorga dan isi neraka itu masuk neraka, niscaya
berserulah orang yg berseru: “Hai isi sorga ! bahwa bagi kamu pada sisi Allah
itu ada janji, yg Ia berkehendak akan menunaikannya kepada kamu”. Isi sorga itu
bertanya: “Apakah janji itu ? apa tidakkah akan memberatkan neraca kami,
memutihkan wajah kami, memasukkan kami ke sorga dan menghelakan kami dari
neraka ?”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Maka diangkatlah hijab dan mereka itu
memandang kepada Wajah Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka tiadalah mereka itu diberikan
akan sesuatu, yg lebih mereka sukai, daripada
memandang kepadaNya”. Telah
diriwayatkan oleh segolongan dari para sahabat akan hadits melihat Allah
Ta’ala. Dan ini adalah yg paling baik dan penghabisan nikmat. Dan setiap apa yg
telah kami uraikan daripada bersenang-senang pada sisi nikmat ini dilupakan
orang. Dan tiadalah bagi kegembiraan penduduk sorga pada kebahagiaan bertemu
dengan Allah Ta’ala itu berkesudahan. Bahkan, tiadalah bandingan bagi sesuatu
dari kelezatan sorga, kepada kelezatan bertemu dengan Allah Ta’ala. Dan telah
kami ringkaskan kata di sini, karena apa yg telah kami uraikan pada Kitab
Cinta, Rindu dan Ridha dahulu. Maka tiada seyogyalah bahwa ada cita-cita hamba
dari sorga dengan sesuatu, selain bertemu dengan Allah Tuhan kita. Adapun
nikmat sorga yg lain, maka berkongsi padanya binatang ternak yg dilepaskan pada
tempat penggembalaan.
KAMI MENYUDAHI KITAB INI DENGAN BAB:
TENTANG KELUASAN RAHMAT ALLAH TA’ALA, ATAS JALAN MENGAMBIL
SEMPENA(rahmat/restu) PADA YG DEMIKIAN
ITU.
Adalah Rasulullah saw menyukai ambil sempena (rahmat/restu). Dan tiadalah
bagi kita dari amal perbuatan, yg tidak kita harapkan akan ampunan Allah
(maghfirah). Maka kita mengikuti Rasulullah saw pada mengambil sempena/rahmat
itu. Dan kita mengharap kiranya Ia menyudahkan akibat perbuatan kita dengan
kebajikan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana kita menyudahi kitab ini dengan
menyebutkan rahmat Allah Ta’ala.
-Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengampunkan –dosa- jika
Dia dipersekutukan, tetapi diampuniNya selain dari itu, bagi siapa yg
dikehendakiNya”. S 4 An Nisaa’ ayat 48.
-Dan firman Allah Ta’ala: “Katakanlah ! hai hamba-hambaKu yg melampaui
batas mencelakakan dirinya sendiri ! janganlah kamu putus harapan dari rahmat
Allah ! sesungguhnya Allah itu mengampuni segenap dosa. Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun dan Maha Penyayang”. S 39 Az Zumar ayat 53.
-Dan Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa mengerjakan kejahatan atau
menganiaya dirinya sendiri, kemudian itu dia meminta ampun kepada Allah,
niscaya akan diperolehnya, bahwa Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.
S 4 An Nisaa’ ayat 110.
Kami meminta ampun pada Allah Ta’ala dari setiap yg
tergelincir tapak kaki kami. Atau pena itu melampaui batas pada Kitab kami yg
ini dan pada kitab-kitab kami yg lain. Dan kami meminta ampun padaNya dari
perkataan-perkataan kami yg tidak bersesuaian dengan perbuatan-perbuatan kami.
Dan kami meminta ampun padanya dari yg kami mendakwakan dan melahirkannya dari
pengetahuan dan penglihatan mata hati dengan agama Allah Ta’ala, serta
keteledoran padanya. Kami meminta ampun padaNya dari setiap ilmu dan amal, yg
kami maksudkan akan WajahNya Yg Maha Mulia, kemudian dicampuri oleh yg lain.
Kami meminta ampun padaNya dari setiap janji yg kami berjanji pada diri kami
sendiri, kemudian kami teledor pada menepatinya. Kami meminta ampun padaNya dari
setiap nikmat, yg telah dinikmatkanNya kepada kami, lalu kami memakaikannya
pada kemaksiatan kepadaNya. Kami meminta ampun padaNya dari setiap yg
terus-terang dan sindiran, dengan kekurangan yg kurang dan keteledoran yg
meneledorkan, yg kami bersifat dengan yg demikian. Dan kami meminta ampun
padaNya dari setiap kali, yg membawa kami kepada berbuat-buat dan
memberat-beratkan diri, yg menghiasi manusia, dalam kitab yg telah kami
gariskan atau perkataan yg telah kami susunkan atau ilmu yg telah kami faedahkan
atau yg telah kami mengambil faedah daripadanya. Dan kami mengharap sesudah
meminta ampun dari sekalian yg demikian seluruhnya, bagi
kami dan bagi yg membaca Kitab kami ini atau yg menuliskannya atau yg
mendengarnya, bahwa ia bermurah hati meminta ampun, memohonkan rahmat
dan terlepas dari semua kejahatan, zhahir dan bathin. Bahwa kemurahan kasih-sayang
itu meratai, rahmat itu meluas dan kemurahan nikmat kepada segala jenis makhluk
itu melimpah-limpah. Dan kita itu adalah suatu makhluk dari makhluk Allah ‘Azza
Wa Jalla, tiada jalan bagi kita kepadaNya, selain oleh kurnia dan kemuliaanNya.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwa bagi Allah Ta’ala itu 100
rahmat, yg diturunkanNya daripadanya satu rahmat antara jin, manusia, burung,
binatang ternak dan binatang-binatang kecil. Maka dengan nikmat yg satu itu,
mereka berkasih-kasihan dan sayang-menyayangi. Dan dikemudiankanNya akan yg 99
rahmat itu, yg akan dirahmatiNya dengan nikmat-nikmat tersebut kepada
hamba-hambaNya pada hari kiamat”.
Diriwayatkan, bahwa pada hari kiamat, Allah Ta’ala mengeluarkan Kitab
(Suratan) dari bawah Al-‘Arasy, yg padanya tersebut: “Bahwa rahmatKu itu mendahului kemarahanKu. Dan Aku itu Maha Pengasih dari segala yg pengasih”.
Maka isi sorga itu keluar dari neraka dalam keadaan yg serupa. Rasulullah saw
bersabda: “Menampaklah (at-tajalli) Allah Azza Wa Jalla bagi kita pada hari
kiamat dengan tersenyum. Maka Ia berfirman: “Bergembiralah hai orang-orang
muslimin! bahwa tiada seorangpun daripada kamu, melainkan telah Aku jadikan
tempatnya dalam neraka itu, kepada orang Yahudi atau
orang Nasrani”.
Nabi saw bersabda: “Disyafaatkan oleh Allah Ta’ala kepada Adam
pada hari kiamat dari semua keturunannya pada ratusan jutaan & puluhan
jutaan orang”. Nabi saw bersabda: “Bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman pada
hari kiamat kepada orang-orang yg beriman: “Adakah kamu menyukai bertemu dengan
Aku ?”. Mereka itu lalu menjawab: “Ya, wahai Tuhan kami !”. Maka Ia berfirman:
“Mengapa ?”. Maka mereka itu menjawab: “Kami mengharap kemaafan Engkau dan
ampunan Engkau”. Allah lalu berfirman: “Telah Aku haruskan bagi kamu akan
ampunanKu”.
Rasulullah saw bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman pada
hari kiamat: “Keluarkanlah dari neraka, akan orang yg mengingati (berdzikir)
kepadaKu pada suatu hari atau takut kepadaKu pada suatu tempat”. Rasulullah saw
bersabda: “Apabila telah berkumpul isi neraka dalam neraka dan orang yg
dikehendaki oleh Allah dari orang yg berkiblat (orang muslim), maka orang-orang
kafir itu bertanya kepada orang-orang muslimin: “Apakah kamu itu bukan orang
Islam ?”. Orang-orang muslimin itu menjawab: ‘Ya !”. Maka orang-orang kafir itu
bertanya lagi: “Apakah Islam kamu itu tidak mencukupkan bagi kamu, karena kamu
itu bersama kami dalam neraka ?”. Orang-orang Islam itu lalu menjawab: “Adalah
kami itu mempunyai dosa. Maka disiksakanlah kami dengan dosa-dosa itu”. Maka
didengar oleh Allah ‘Azza wa Jalla, yg dikatakan oleh orang-orang Islam itu.
Lalu Ia memerintahkan untuk dikeluarkan orang-orang yg dalam neraka, dari
orang-orang yg berkiblat. Maka mereka itupun keluar. Maka apabila dilihat oleh
orang-orang kafir, lalu mereka mengatakan: “Wahai kiranya, adalah kami ini
orang Islam. Maka kami dikeluarkan, sebagaimana mereka itu dikeluarkan”.
Kemudian, Rasulullah saw membaca firman Allah Ta’ala:
“Kadang-kadang orang-orang yg kafir itu mengingini kalau mereka menjadi
orang-orang Islam”. S 15 Al Hijr ayat 2. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
Allah itu paling menyayangi hambaNya yg mu’min, daripada ibu kandung dengan anaknya”.
Jabir bin Abdullah berkata: “Barangsiapa yg lebih kebaikannya
di atas kejahatannya pada hari kiamat, maka itulah orang yg masuk sorga, dengan
tiada hisab (tiada perhitungan amal). Dan barangsiapa yg sama kebaikannya dan
kejahatannya, maka itulah orang yg diadakan perhitungan amal dengan perhitungan
yg mudah. Kemudian, ia masuk sorga.
Sesungguhnya syafaat Rasulullah saw itu bagi orang yg
menghinakan dirinya dan memberatkan punggungnya”. Diriwayatkan, bahwa Allah
‘Azza Wa Jalla berfirman kepada Musa as: “Hai Musa ! bahwa Karun itu meminta
tolong pada engkau, maka engkau tidak menolongnya. Demi kemuliaanKu dan
kebesaranKu ! jikalau ia meminta tolong padaKu, niscaya Aku menolongnya dan
memaafkannya”.
Sa’ad bin Bilal berkata: “Diperintahkan pada hari kiamat
mengeluarkan dua orang laki-laki dari neraka. Maka Allah Yg Maha Suci dan Yg
Maha Tinggi berfirman: “Yg demikian itu disebabkan yg dikerjakan oleh tangan
keduanya. Dan tiadalah Aku berbuat zalim kepada segala hamba. Dan Ia
memerintahkan mengembalikan keduanya ke neraka. Maka larilah salah seorang
daripada keduanya dalam rantainya. Sehingga ia masuk ke neraka. Dan yg seorang
lagi terlambat. Maka diperintahkah dengan mengembalikan keduanya. Dan Allah
menanyakan keduanya dari perbuatannya. Lalu menjawab yg lari ke neraka: “Telah
diperingatkan aku dari bahaya maksiat. Maka tidaklah aku kerjakan lagi untuk
kali kedua karena kemarahan Engkau”. Dan menjawab yg terlambat: “Bagusnya
sangkaanku kepada Engkau itu memberitahukan kepadaku, bahwa Engkau tidak akan
mengembalikan aku lagi ke neraka, sesudah Engkau mengeluarkan aku daripadanya”.
Maka Allah memerintahkan supaya keduanya itu ke sorga”.
Rasulullah saw bersabda: “Diserukan oleh penyeru dari bawah
Al-‘Arasy pada hari kiamat: “Hai umat Muhammad ! adapun yg ada bagiKu pada
pihak kamu, maka telah Aku berikan kepada kamu & tinggallah hak-hak
manusia. Maka beri-memberikanlah dia ! dan masuklah ke sorga dengan rahmatKu”.
Diriwayatkan, bahwa seorang Arab desa mendengar Ibnu Abbas
membaca: “Dan kamu dahulu berada di tepi lobang neraka, maka dilepaskan oleh
Allah daripadanya”. S 3 Ali ‘Imran ayat 103. Orang Arab desa itu lalu
mengatakan: “Demi Allah ! Ia tidak melepaskan kamu daripadanya. Ia berkehendak
bahwa menjatuhkan kamu ke dalamnya”. Maka Ibnu Abbas menjawab: “Ambillah
kalimat hikmat itu dengan tiada orang yg memahamkannya !”.
Ash-Shanabihi berkata: “Aku masuk ke tempat Ubbadah bin
Ash-Shamit dan ia dalam sakit yg membawa kepada wafatnya. Maka aku menangis.
Lalu ia berkata: “Pelan-pelan ! mengapa engkau menangis ? demi Allah ! tiada
satu haditspun yg aku dengar dari Rasulullah saw yg ada kebajikan bagi kamu
padanya, melainkan aku ceritakan dia kepada kamu, selain satu hadits. Dan akan
aku ceritakan dia kepada kamu pada hari ini. Dan telah dikelilingi pada diriku.
Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa
mengaku, bahwa tiada yg disembah, selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan
Allah, niscaya diharamkan oleh Allah atasnya neraka”.
Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash berkata: “Rasulullah saw
bersabda: “Bahwa Allah memilih seorang laki-laki dari umatku di hadapan orang
banyak pada hari kiamat. Lalu Ia bentangkan kepadanya 99 daftar amal.
Masing-masing daftar amal ini seperti sepanjang penglihatan. Kemudian Ia
berfirman: “Adakah engkau membantah dari ini akan sesuatu ? adakah engkau
dianiayai oleh penulis-penulisKu yg menjagakan ?”. Laki-laki itu menjawab:
“Tidak, wahai Tuhan !”. Allah lalu berfirman: “Adakah bagi engkau halangan ?”.
Laki-laki itu menjawab: “Tidak, wahai Tuhan !”. Allah lalu berfirman: “Ada !
bahwa bagi engkau pada Kami itu kebaikan. Bahwa tiada penganiayaan atas engkau
pada hari ini. Maka Allah mengeluarkan satu kartu, yg padanya tertulis:
“Asyhadu alaa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaahi”.
Laki-laki itu lalu bertanya: “Hai Tuhanku ! apakah kartu ini bersama
daftar-daftar amal ini ?”. Allah lalu berfirman: “Bahwa engkau tiada
dianiayakan”. Nabi saw meneruskan sabdanya: “Daftar-daftar amal itu diletakkan
pada satu daun neraca dan kartu itu diletakkan pada daun neraca yg satu lagi”.
Nabi saw lalu meneruskan sabdanya: “Maka ringanlah daftar-daftar amal itu dan
beratlah kartu itu. Maka tiadalah sesuatu yg berat bersama nama Allah”.
Rasulullah saw bersabda pada suatu hadits lain yg panjang, yg
ia menyifatkan padanya akan kiamat dan titian, yaitu: “Bahwa Allah berfirman
kepada para malaikat: “Siapa yg kamu dapati pada hatinya seberat uang dinar
dari kebajikan, maka keluarkanlah dia dari neraka !”. Maka para malaikat itu
mengeluarkan makhluk yg banyak. Kemudian, mereka itu berkata: “Hai Tuhan kami !
tidak kami tinggalkan dalam neraka itu seseorang, dari orang yg Engkau
perintahkan kami tentang orang itu”. Kemudian, Allah berfirman: “Kembalilah !
maka siapa yg kamu dapati pada hatinya seberat setengah dinar dari kebajikan,
maka keluarkanlah dia !”. Lalu para malaikat itu mengeluarkan makhluk yg banyak.
Kemudian mereka itu mengatakan: “Hai Tuhan kami ! tiada kami tinggalkan
seorangpun dalam neraka dari orang yg Engkau perintahkan kami tentang orang
itu”. Kemudian, Allah berfirman: “Kembalilah ! maka siapa yg kamu dapati pada
hatinya seberat atom dari kebajikan, maka keluarkanlah dia !”. Lalu para
malaikat itu mengeluarkan makhluk yg banyak. Kemudian mereka itu berkata: “Hai
Tuhan kami ! tiada kami tinggalkan seorangpun dalam neraka dari orang yg Engkau
perintahkan kami tentang orang itu”.
Maka Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Jikalau kamu tidak
membenarkan hadits ini, maka bacalah kalau kamu mau: “Bahwa Allah tidak
menganiaya seseorang barang sebesar atom (dzarrah). Meskipun perbuatan baik itu
sebesar dzarrah, akan dilipat-gandakan oleh Allah juga dan akan diberiNya
pahala yg besar dari sisiNya”. S 4 An Nisaa’ ayat 40. Nabi saw meneruskan
sabdanya: “Maka Allah Ta’ala berfirman: “Para malaikat itu memberi syafaat.
Nabi-nabi itu memberi syafaat. Dan orang-orang mu’min itu memberi syafaat. Dan
tidak ada lagi, selain Yg Maha Pengasih dari pengasih-pengasih. Lalu Ia
menggenggam dengan genggaman. Maka dikeluarkanNya daripadanya itu suatu kaum yg
tiada sekali-kali berbuat kebajikan, yg telah hitam dari karena terbakar. Lalu
dicampakkanNya mereka itu dalam sebuah sungai pada mulur sorga, yg dinamakan:
Nahrul-hayah (sungai kehidupan). Maka keluarlah mereka daripadanya, sebagaimana
keluarnya biji-bijian pada tepi air bah.
Adakah tidak kamu melihatnya, bahwa dia itu mengiringi batu
dan kayu. Yg ada ke matahari itu kuning dan hijau. Dan yg ada daripadanya ke
naungan itu putih”. Mereka itu lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ! seolah-olah
engkau berada mengembala di desa”. Nabi saw menjawab: “Maka mereka itu keluar,
seperti mutiara. Pada leher mereka itu cap (stempel),
yg dikenal mereka oleh penduduk sorga, yg mengatakan: “Mereka itu orang-orang
yg dimerdekakan oleh Tuhan Yg Maha Pengasih, yg dimasukkanNya mereka itu ke
sorga, dengan tiada amal yg dikerjakan mereka dan tiada kebajikan yg
dikemukakan mereka.
Kemudian Ia berfirman: “Masuklah ke sorga ! maka apa yg kamu
lihat, adalah itu bagi kamu”. Lalu mereka itu mengucapkan: “Hai Tuhan kami !
Engkau memberikan kepada kami, apa yg tidak Engkau berikan kepada seseorang
dari alam semesta ini”. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Bahwa bagi kamu pada
sisiKu adalah apa yg lebih baik dari ini”. Lalu mereka itu bertanya: “Wahai
Tuhan kami ! barang manakah yg lebih baik dari ini ?”. Allah Ta’ala berfirman:
“RidhaKu kepada kamu. Maka Aku tiada marah untuk selama-lamanya kepada kamu”.
Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shahih dari
keduanya. Dirawikan Al-Bukhari pula dari Ibnu Abbas ra yg mengatakan: “Pada
suatu hari Rasulullah saw datang kepada kami, lalu bersabda: “Didatangkan
kepadaku umat-umat. Lalulah seorang nabi dan bersama dia seorang laki-laki.
Lalulah seorang nabi yg lain dan bersama dia dua orang laki-laki. Lalulah
seorang nabi yg lain lagi, yg tidak ada bersama dia seorangpun. Dan lalu pula
seorang nabi yg lain, yg bersama dia itu kaum keluarga. Maka aku melihat
rombongan yg banyak. Aku mengharap bahwa itu adalah umatku. Lalu dikatakan
kepadaku: “Ini Musa dan kaumnya !”. Kemudian, dikatakan kepadaku: “Lihatlah !”.
Lalu aku melihat suatu rombongan yg banyak, yg telah menutupkan tepi langit.
Lalu dikatakan kepadaku: “Lihatlah begini-begini !”. Maka aku melihat suatu
rombongan yg banyak. Lalu dikatakan kepadaku: “Mereka itu umatmu. Dan bersama
mereka itu 70 ribu orang yg akan masuk sorga, dengan tiada hisab (dengan tidak
diadakan hitungan amal)”.
Maka cerai-berailah manusia dan tidak diterangkan oleh
Rasulullah saw kepada mereka. Lalu para sahabat bermudzakarah (berdiskusi) yg
demikian itu, seraya mereka itu mengatakan: “Adapun kita maka telah dilahirkan
dalam syirik (karena waktu itu belum lahir agama Islam -Peny). Akan tetapi,
kita telah beriman dengan Allah dan RasulNya. Dan mereka itu adalah anak-anak
kita”. Maka sampailah yg demikian itu kepada Rasulullah saw, lalu beliau
bersabda: “Mereka itu tidak bertenung, tidak menjampi dan tidak menengok
untung. Dan kepada Tuhan mereka menyerah diri (bertawakkal)”. Lalu bangun
berdiri ‘Akasyah, seraya berkata: “Berdoalah, kepada Allah, kiranya Ia menjadikan
aku dari mereka itu, wahai Rasulullah !”. Nabi saw lalu menjawab: “Engkau
sebahagian dari mereka itu”. Kemudian, bangun berdiri yg lain, lalu mengatakan
seperti yg dikatakan ‘Akasyah. Maka Nabi saw menjawab: “Telah didahului engkau
dengan yg demikian itu oleh ‘Akasyah”.
Dari ‘Amr bin Hazm Al-Anshari, yg mengatakan: “Menghilang dari
kami Rasulullah saw 3 hari, yg ia tidak keluar untuk shalat fardhu. Kemudian,
ia kembali. Maka pada hari ke-4, ia datang kepada kami. Lalu kami berkata:
“Wahai Rasulullah ! engkau mengurung diri dari kami, sehingga kami menyangka,
bahwa ada terjadi sesuatu kejadian”. Rasulullah saw menjawab: “Tidak terjadi,
selain yg baik. Bahwa Tuhanku ‘Azza Wa Jalla menjanjikan kepadaku, bahwa Ia
memasukkan dari umatku ke sorga sebanyak 70 ribu, yg
tiada perhitungan amal atas mereka. Bahwa aku bermohon kepada
Tuhanku pada 3 hari tersebut akan tambahan. Maka aku dapati Tuhanku itu Yg
Berkebesaran, Yg Kasihsayang dan Yg Berkemuliaan. Maka Ia memberikan kepadaku,
serta setiap seorang dari 70 ribu itu 70 ribu”. Nabi saw meneruskan sabdanya:
“Aku lalu mengatakan: “Wahai Tuhanku ! sampaikah umatku akan jumlah itu ?”.
Allah Ta’ala berfirman: “Aku akan sempurnakan bagi engkau akan bilangan, dari
orang-orang Arab desa”.
Abu Dzarr berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Datang kepadaku
Jibril di Janibil-harrah (nama suatu tempat di Madinah). Lalu ia berkata: “Beritakanlah kabar gembira kepada umatmu, bahwa: barangsiapa
yg meninggal, yg tiada mempersekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya ia masuk
sorga”. Lalu aku bertanya: “Hai Jibril ! jikalau ia mencuri ? dan
jikalau ia berzina ?”. Jibril menjawab: “Ya ! walaupun ia mencuri ! walaupun ia
berzina !”. Aku bertanya lagi: “Walaupun ia mencuri ? walaupun ia berzina ?”.
Jibril lalu menjawab lagi: “Walaupun ia mencuri ! walaupun ia berzina !”. Aku
bertanya pula: “Walaupun ia mencuri ? walaupun ia berzina ?’. Jibril menjawab
lagi: “Walaupun ia mencuri ! walaupun ia berzina !”. Dan walaupun ia meminum
khamar !”.
Abud-Darda’ berkata: “Rasulullah saw membaca ayat: “Dan siapa
yg takut terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, niscaya dia memperoleh dua
taman (sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Lalu aku bertanya: “Jikalau ia mencuri
dan berzina, wahai Rasulullah ?”. Beliau membaca lagi: “Dan siapa yg takut
terhadap waktu berdiri di hadapan Tuhannya, niscaya dia memperoleh dua taman
(sorga)”. S 55 Ar Rahmaan ayat 46. Lalu aku bertanya lagi: “Dan jikalau ia
mencuri dan berzina ?”. Beliau membaca kembali: “Dan siapa yg takut terhadap
waktu berdiri di hadapan Tuhannya, niscaya dia memperoleh dua taman (sorga)”. S
55 Ar Rahmaan ayat 46. Maka aku bertanya lagi: “Dan jikalau ia mencuri dan
berzina, wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab: “Walaupun tidak disenangi
Abud-Darda”.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila telah ada hari kiamat nanti,
niscaya ditolakkan kepada setiap orang mu’min, seorang laki-laki dari pemeluk agama-agama. Lalu dikatakan kepada
orang mu’min itu: “Ini adalah tebusanmu dari neraka”. Diriwayatkan Muslim dalam
kitab “Ash-Shahih” dari Abu Bardah, bahwa diceritakan Umar bin Abdul-‘aziz dari
ayahnya Abu Bardah, yaitu: Abi Musa Al-Asy’ari dari Nabi saw, bahwa beliau
bersabda: “Tiada matilah seorang laki-laki muslim, melainkan dimasukkan oleh
Allah Ta’ala pada tempatnya di neraka, seorang Yahudi dan Nasrani”, lalu Umar
bin Abdul-‘aziz meminta Abu Bardah bersumpah dengan Allah, yg tiada disembah,
selain Dia, 3 kali, bahwa ayahnya itu menceritakannya dari Rasulullah saw. Lalu
Abu Bardah itu bersumpah untuk yg demikian. Diriwayatkan, bahwa berdirilah
seorang anak kecil pada sebahagian peperangan, yg diserukan pada orang yg mau
menambahkan harganya anak kecil itu (sebagai tawanan perang), pada suatu hari
di musim panas, yg sangat panas harinya. Lalu dilihat oleh seorang wanita dalam
tenda kaum itu akan anak kecil tadi. Maka wanita itu datang kepadanya dengan
amat sukar. Dan teman-temannya mengikuti di belakangnya. Sehingga ia mengambil
anak kecil itu dan diletakkannya ke dadanya. Kemudian, ia melemparkan
punggungnya ke sungai, yg ada padanya batu-batu kecil. Dan diletakkannya anak
itu ke atas perutnya. Dipeliharanya anak itu dari kepanasan. Dan ia mengatakan:
“Anakku ! anakku !”. Maka menangislah orang banyak dan mereka itu meninggalkan
apa yg sedang dikerjakannya. Lalu datanglah Rasulullah saw, sehingga beliau
berdiri pada mereka itu. Maka mereka menerangkan kepadanya akan berita
tersebut. Lalu beliau bergembira dengan kasih-sayang mereka. Kemudian, beliau
menyampaikan kabar gembira kepada mereka, seraya bersabda: “Adakah kamu heran
dari kasih-sayangnya wanita ini kepada anaknya ?”. Mereka itu menjawab: “Ya !”.
Nabi saw lalu bersabda: “Bahwa Allah Ta’ala Maha Suci dan Maha Tinggi itu lebih
lagi kasih-sayangNya kepada kamu semua, dari wanita ini kepada anaknya”.
Maka berpisahlah orang-orang Islam itu di atas kegembiraan yg
lebih utama dan kesukaan yg lebih besar. Maka hadits-hadits tersebut dan yg
telah kami kemukakan pada Kitab Harap itu menggembirakan kita dengan keluasan
rahmat Allah Ta’ala. Maka kita mengharap daripada Allah Ta’ala, bahwa Ia tiada
bermu’amalah (berdagang) dengan kita, dengan apa, yg kita berhak padanya
(karena banyak keteledoran kita). Dan IA mengurniakan kepada kita dengan yg
dipunyaiNya, dengan pemberianNya, keluasan kurniaNya dan rahmatNya.
(Dengan ini selesailah saya menterjemahkan Ihya’ Ulumiddin karangan Imam
Al-Ghazali ra pada jam 17.23 WIB hari Sabtu tanggal 21 Rabiul akhir 1400 H
bertepatan dengan tanggal 8 Maret 1980 di Wisma DPR-RI Blok H.87 Senayan
Jakarta. Semoga Allah swt memberkahinya dengan taufiq dan hidayahNya –Amin Ya
Rabbal-‘alamiin !!).